OLEH
Faradella Niken Andarike, Amd.Kep
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnyalah makalah tentang “Konsep Stress, Rentang Sehat Sakit Jiwa dan Koping” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika,
maupun cara penyajiannya.
Makalah tentang “Konsep Stress, Rentang Sehat Sakit Jiwa dan Koping” ini adalah
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan jiwa bagi Semester 1 Program Studi S1
Keperawatan di STIKes ALIFAH Padang.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing Mata Kuliah Keperawatan
jiwa ini. Serta bagi semua pihak yang turut mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari
materi tentang Konsep Stress, Rentang Sehat Sakit Jiwa dan Koping. Semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami
sendiri sebagai penyusun.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTARISI........................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN
§ LatarBelakang.................................................................................................................3
§ Rumusan Masalah...........................................................................................................3
§ Tujuan..............................................................................................................................3
BAB 2. PEMBAHASAN
A.Konsep Stress.................................................................................................................4
a.Pengertian Stress............................................................................................................4
b. Gejala Stress.................................................................................................................4
c. Ciri- Ciri Stress.............................................................................................................4
d. Faktor Yang Mempengaruhi Stress...............................................................................5
e.Cara Mengatasi Stress....................................................................................................5
B.Rentang Sehat Sakit Jiwa..............................................................................................9
C.Koping.............................................................................................................................10
BAB 3.PENUTUP..............................................................................................................14
§ Kesimpulan.....................................................................................................................14
§ saran................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuatu hal dapat terjadi pada setiap orang, baik hal yang buruk ataupun baik, seperti
kondisi stress atau peningkatan kesehatan. Pemahaman tentang stress dan akibatnya sangatlah
penting bagi upaya pengobatan dan pencegahan stress itu sendiri. Setiap orang mengalami
sesuatu yang disebutstress sepanjang kehidupannya. Masalah stress sering dihubungkan
dengankehidupan modern dan sepertinya kehidupan modern merupakan sumber bermacam gangguan
stress. Para ahli telah banyak meneliti masalah stress,terutama yang bertalian dengan situasi dan
kondisi hidup.
Stres dapat memberikan stimulus terhadap perkembang dan pertumbuhan, dan dalam
hal ini stress adalah hal positif dan diperlukan. Namun demikian, terlalu banyak stress dapat
menimbulkan gangguan-gangguan seperti, penyesuaian yang buruk, penyakit fisik
danketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalah. Sejumlah penelitian
yang telah dilakukan menunjukan adanya suatu hubungan antara peristiwa kehidupan yang
menegangkan atau penuh stress dengan berbagaikelainan fisikdan psikiatrik (Yatkin &
Labban, 1992).
Claude Bernand, tahun 1867, adalah satu dari ahli fisiologi pertamayang mengenali
konsekuensi stress. Ia menyatakan perubahan dalamlingkungan internal dan eksternal dapat
mengganggu fungsi suatu organnismedan hal ini penting bagi organisme untuk
mengadaptasi stressor sehinggaorganisme tersebut dapat bertahan. Walter Cannon, tahun
1920, menyelidikirespons fisiologis terhadap rangsangan emosional dan penekanan fungsi
adaptif dari reaksi ‘melawan atau lari’ (fight or flight). Cannon jugamenunjukan bahwa
respon ini adalah hasil dari pengaruh emosional padatubuh dan bahwa respon selanjutnya
adalah adaptif dan fisiologis (Robinson,1990)
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menyadari bahwa klien adalah
manusia utuh dan unik yang terdiri dari aspek bio, psiko, sosial, dan spritual tuntutan
masyarakat akan kwalitas pelayanan perawatan cenderung semakin meningkat. Hal ini
membawa dampak yang positif terhadap peran dan fungsi perawat untuk mengantisipasi
tuntutan masyarakat mutu pelayanan perawatan.
Pada pengkajian seringkali perawat hanya memusatkan perhatian pada aspek
biologis atau fisiknya saja, sehingga asuhan keperawatan secara konprensif tidak tercapai.
Maka dari itu perlunya perawat untuk membekali baik ilmu maupun pengalaman-
pengalaman. Sehingga respon klien dapat terkaji lebih dalam dengan tujuan mengenal dan
menentukan masalahnya atau kebutuhannya.
Pada masa lalu, sebagian besar individu dan masyarakat memandang sehat dan sakit
sebagai sesuatu Hitam atau Putih. Dimana kesehatan merupakan kondisi kebalikan dari
penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit. Anggapan atau sikap yang sederhana ini
tentu dapat diterapkan dengan mudah; akan tetapi mengabaikan adanya rentang sehat-sakit.
Saat ini sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu
meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan
dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu
(Haber, 1994).
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan
tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
sosial dan spiritual.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu konsep stres?
2. Apa itu rentang sehat sakit jiwa dan koping?
C. Tujuan
Adapun Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep stress,
rentang sehat sakit jiwa dan koping
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Stress
1. Pengertian Stress
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang
tersebut tidak dapat mengatasi tugas yangdibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan
tidak mampu terhadap tugastersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress.
Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis. Stress dapat
menyebabkan perasaan negative atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau
mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat menggangu cara seseorang dalam
menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa
memiliki. Terjadinya stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stressor,stressor
ialah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal.Stressor internal berasal dari dalam diri
seseorang (mis. Kondisi sakit,menopause, dll ). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang
atau lingkuangan (mis. Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja, dll ).
Pengertian stress akan berbeda satu dengan lainnya, hal ini bergantung dengan cara
pandang seseorang dalam mendefinisikannya. Ada beberapa pengertian yang perlu diketahui
mahasiswa yaitu,
a. Hans Selye,1976
Stress adalah rspon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban
atasnya.
b. Emanuelsen&Rosenlicht, 1986
Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosionalterhadap tuntutan yang
dialami individu yang diiterpretasikansebagai sesuatu yang mengancam keseimbangan
c. Soeharto Heerdjan, 1987
Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak ataumencekam, yang menimbulkan
suatu ketegangan dalam diri seseorang.
d. Maramis, 1999
Secara umum, yang dimaksud ³Stres adalah reaksi tubuhterhadap situasi yang
menimbulkan tekanan, perubahan,ketegangan emosi, dan lain-lain´. ³Stres adalah segala
masalahatau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yangmengganggu
keseimbangan kita´
e. Vincent Cornelli, sebagai manadikutip oleh Grant Brecht(2000)
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yangdisebabkan oleh perubahan
dan tuntutan kehidupan, yangdipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan
individudi dalam lingkungan tersebut.
f. Keliat, B.A. , 1999
Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapatdihindari. Stres
disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian.
2. Gejala Stress
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya,
tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik
individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang. Seseorang yang mengalami
stres dapat mengalami perubahan-perubahan yang terjadi,
Ø Cary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda
berikut ini :
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan lembab,
merasa panas, otot-otot tegang, pencernaanterganggu, sembelit, letih yang tidak
beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak
berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, susah konsentrasi, dan
sebagainya.
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi lekas
panik, kurang percaya diri, penjengkel.
.
3. Ciri-ciri Stres
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi.
Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya
akan dapat menyeba bkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan
dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat
perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut
dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan
maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu
organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316)
dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan
pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta
karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan
saja. Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur
tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari
adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan
oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-
permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya
diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins, 2001:563).
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi
antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan
dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan
masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan
penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan
tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang
dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang
tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus
diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
9. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan
kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi
redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien
mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan
pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif
dan lain-lain.
10. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi
permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat
dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik,
psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
11. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh
mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme
pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa
homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara
stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu
sistemendokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi
dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini
dapat melalui empat cara di antaranya:
a. Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat
sepertidalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b. Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan
dalam tubuh.
c. Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari
keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh
dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik
untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada.
d. Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.
Pencegahan terhadap stres bisa dilakukan dengan mengubah sikap hidup.Orang
yang terlibat lebih aktif dengan pekerjaan dan kehidupan masyarakat,lebih berorientasi
pada tantangan dan perubahan ,dan merasa dapat menguasai kejadian-kejadian dalam
hidupnya adalah orang yang tidak akan mudah terkena efek negatif stress.
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau
tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan
spiritual.
1. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni
Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual
dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
4. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain
atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan
menghargai.
5. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap
hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa
(siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini
tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif
secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti,
misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan,
atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
3. Definisi sakit
Dalam pengertian sederhana , sakit adalah deviasi /penyimpangan dari status
sehat .seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun(kronis) , atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja /kegiatannya
terganggu.walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek ,
tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya , maka ia dianggap tidak
sakit.
Ada tiga kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit sakit , yaitu :
1) Adanya gejala , seperti naiknya temperatur nyeri
2) Presepsi bagaimana tentang mereka merasakan: baik,buruk,sakit.
3) Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja ,sekolah.
(sumber:anik maryunani.keterampilan dasar praktik klinik kebidanan.5.2011).
a. Ciri-Ciri Sakit
1. Individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak sehat /
merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
- secara fisik : nyeri, panas tinggi.
- Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
- Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
2. Asumsi terhadap peran sakit (sick Rok).Penerimaan terhadap sakit.
ü Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kematian
pada titik yang lain.
b) Faktor Eksternal
· Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh
dan Perilaku Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan
lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan,
karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang
dialaminya.
· Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau
justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun
yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya
benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka
mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin
akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi
atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah
benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
· Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi
sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu
memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
· Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat
tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera
mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
· Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain
sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan
kesehatan. Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang
kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang
tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
· Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang
bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai
kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan
(aerobik, senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti,
kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.
d. Dampak Sakit
1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal
penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.
Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya
akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga.
Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam, mungkin akan mengalami
penurunan tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan
keluarga dan mungkin akan menjadi mudah marah, dan lebih memilih menyendiri.
Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat
menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas,
syok, penolakan, marah, dan menarikd diri. Perawat berperan dalam
mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress, karena stressor sendiri
tidak bisa dihilangkan.
Terdiri dari :
· Peningkatan Kesehatan: pendidikan kesehatan, standarisasi nutrisi,
perhatian terhadap perkembangan kepribadian, penyediaan perumahan sehat,
skrining genetik dll
· Perlindungan Khusus: imunisasi, kebersihan pribadi (PHBS), sanitasi
lingkungan, perlindungan tempat kerja, perlindungan kecelakaan, perlindungan
karsinoge dan alergen.
2. Pencegahan Sekunder
Merupakan tindakan pencegahan yang berfokus pada individu yang meng-
alami masalah kesehatan atau penyakit, dan individu yang berisiko mengalami
komplikasi atau kondisi yang lebih buruk.m Pencegahan sekunder dilakukan
melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga akan
mengurangi keparahan kondisi dan memungkinkan klien kembali pada kondisi
kesehatan yang normal sedini mungkin. Pencegahan komplikasi sebagian besar
dilakukan di RS atau tempat pelayanan kesehatan lain yang memiliki fasilitas
memadai. Pencegahan skunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan
penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindarkan
atau menunda akibat yang ditimbulkan dari perkembangan penyakit.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan
yang permanen dan atau tidak dapat disembuhkan. Pencegahan ini terdiri dari cara
meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang
bertujuan untuk mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan Kegiatannya
lebih ditujukan untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa
dan tindakan penyakit. Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu
klien mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang
ada akibat penyakit atau kecacatan. mTingkat perawatan ini bisa disebut juga
perawatan preventive, karena didalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap
kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh. Misal: dalamm merawat orang yang
Buta, disamping memaksimalkan kemampuan klien dalam aktivitas sehari-hari,
juga mencegah terjadinya kecelakaan pada klien.
C. Koping
Koping adalah sebuah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau
beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya
nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat
beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).
Koping melibatkan upaya untuk mengelola situasi yang membebani, memperluas
usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup, dan berusaha untuk mengatasi dan
menguragi stres. Keberhasilan dalam koping berkaitan dengan sejumlah karakteristik,
termasuk penghayatan mengenai kendali pribadi, emosi positif, dan sumber daya
personal (Folkman & Moskowitz, 2004). Meskipun demikian keberhasilan dalam koping
juga tergantung pada strategi-strategi yang digunakan dan konteksnya (John W Santrock,
2007: 299)
Relevan dengan perbedaan individual dalam merespons situasi penuh stres
merupakan konsep koping, yaitu bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau
menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Bahkan diantara mereka
yang menilai suatu situasi sebagai penuh stres, efek stres dapat bervariasi tergantung
pada bagaimana individu menghadapi situasi tersebut (Gerald C.Davison, 2010: 275)
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Smet, 1994: 143) mengatakan bahwa
perilaku koping merupakan suatu proses dimana individu mencoba mengelola jarak yang
ada antara tuntutan tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun
tuntutan yang berasal dari lingkungan) 11 dengan sumber-sumber daya yang mereka
gunakan dalam menghadapi situasi yang penuh dengan stress.
Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan
perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau
eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
1. Mekanisme Koping
2. Metode koping
Bell (1977, dalam Rasmun 2004) menyatakan ada dua metode koping yang di
gunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu: metode koping jangka
panjang dan metode koping jangka pendek.
Metode koping jangka panjang bersifat konstruktif dan merupakan cara yang
efektif dan realitas dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu yang lama,
hal ini seperti; berbicara dengan orang lain, teman, keluarga atau profesi tentang masalah
yang sedang dihadapi, mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah
yang sedang dihadapi, menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dalam
kekuatan supra natural, melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan/masalah,
membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi, mengambil pelajaran
dari peristiwa atau pengalaman masalalu.
Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah seperti
yang di kemukakan oleh Mc.Cubbin (1979, dalam Rasmun, 2004) adalah; mencari
dukungan sosial seperti minta bantuan keluarga, tetangga, teman, atau keluarga jauh,
reframing yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat menanganinya dan
menerima, menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengurangi stres/kecemasa,
mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan
ibadah, menggerakkan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan, penilaian secara
pasive terhadap peristiwa yang di alami dengan cara menonton tv, atau diam saja.
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya.
Manifestasi Stress ; Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat
merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan
karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang.
Faktor yang mempengaruhi stress yaitu, faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor
individu.
Sehat adalah keadaan fisik , mental dan sosial yang baik, tidak hanya terbebas dari
penyakit , cacat , atau kelemahan .arti sehat secara harfiah adalah sesuatu yang berhubungan
dengan kondisi fisik seseorang . orang dikatakan apabila terbebas dari serangan penyakit .
Dalam pengertian sederhana , sakit adalah deviasi /penyimpangan dari status sehat
.seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun(kronis) , atau gangguan
kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja /kegiatannya terganggu.walaupun seseorang
sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek , tetapi bila ia tidak terganggu untuk
melaksanakan kegiatannya , maka ia dianggap tidak sakit.
Koping merupakan cara-cara yang digunakan oleh indifidu unyuk menghadapi situasi
yang menekan.Oleh karena itu meskipun koping menjadi bagian dari penyesuaian diri,namun
koping merupakan istilah yang khusus digunakan untuk menunjukkan reaksi individu ketika
menghadapi tekanan/stress.
Ada berbagai macam koping.Pendapat berbagai tokoh pun beragam.Ada yang
menyebutkan istilah koping hanya untuk cara-cara mengatasi persoalan yang sifatnya
positif.Namun ada juga yang melihat koping sebagai istilah yang netral.
Koping yang negatif menimbulkan berbagai persoalan baru di kemudian hari,bahkan
sangat mungkin memunculkan berbagai gangguan pada diri individu yang
bersangkutan.Sebaliknya koping yang positif menjadikan individu semakin matang,dewasa dan
bahagia dalam menjalani kehidupannya
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition
Potter, Patricia, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan
praktek/Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry; Alih Bahasa, Yasmin Asih et al.
Editor edisi Bahasa indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. – Ed.4. – Jakarta ;
EGC, 2005