Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEPERAWATAN JIWA II

“Asuhan Keperawatan Pada Narapidana”

Dosen Mata Kuliah : Ns. F. Tasidjawa. M.Kep

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4
Amir Waimesse (12114201190013) Restinisksky Resdul (12114201190220)
Belavira M Thee (12114201190029) Shinta Ferdinandus (12114201190242)
Dendres N Salmau (12114201190052) Theresia Angkotamony (12114201190264)
Falomitha Monaten (12114201190069) Vally G Sekerony (12114201190269)
Ferti Nustelu (12114201190079) Viana M Soulissa (12114201190325)
Gimelina Letsoin (12114201190094) Windy Haurissa (12114201190283)
Justivita M Kerjapy (12114201190131) Yoan Kakihary (12114201190308)
Metresya F Souhoka (12114201190185)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2021
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN NARAPIDANA
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau sanksi lainnya,
menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak
pidana) atau terhukum.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga
pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995). Narapidana yang diterima
atau masuk kedalam lembaga pemasyarakatan maupun rumah tahanan negara wajib
dilapor yang prosesnya meliputi: pencatatan putusan pengadilan, jati diri ,barang dan
uang yang dibawa, pemeriksaan kesehatan, pembuatan pasphoto, pengambilan sidik jari
dan pembuatan berita acara serah terima terpidana. Setiap narapidana mempunyai hak
dan kewajiban yang sudah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Narapidana
yang ditahan dirutan dengan cara tertentu menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981
tentang hukum acara pidana (KUHAP) pasal 1 dilakukan selama proses penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan untuk disidangkan di pengadilan.Pihak-Pihak yang menahan
adalah Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dan mahkamah agung. Pada pasal 21 KUHAP
Penahanan hanya dapat dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana
termasuk pencurian. Batas waktu penahanan bervariasi sejak ditahan sampai dengan 110
hari sesuai kasus dan ketentuan yang berlaku (Tina Asmawarti, 2014).

B. ETIOLOGI
Menurut Gusman Lesmana (2021), Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang
menjadi narapidana adalah:
1) Faktor ekonomi : Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan
bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan modern dan
lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus
mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan melakukan penipuan-penipuan.
2) Pendapatan Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan
ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan ekonomi
pada umumnya. Maka dari itu perubahan-perubahan harga pasar (market fluctuations)
harus diperhatikan. Pengangguran di antara faktor-faktor baik secara langsung atau
tidak, mempengaruhi terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu- waktu krisis,
pengangguran dianggap paling penting. Bekerja terlalu muda, tak ada pengharapan
maju, pengangguran berkala yang tetap, pengangguran biasa, berpindahnya pekerjaan
dari satu tempat ke tempat yang lain, perubahan gaji sehingga tidak mungkin
membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengangguran adalah faktor yang paling penting.
3) Faktor Mental
a) Agama Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis
bila dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah
meresap secara menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor negatif ,
memang merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang secara teratur
diajarkan oleh bimbingan agama dan khususnya bersambung pada
keyakinan keagamaan yang sungguh, membangunkan secara khusus
dorongan-dorongan yang kuat untuk melawan
kecenderungankecenderungan kriminal.
b) Bacaan dan film Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek
merupakan faktor krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari
abad ke-18, lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan
pornografi, buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita- cerita detektif
dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah.
Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan demikian ialah
gambaran suatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh langsung dan suatu
cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian-
harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat
berasal dari koran-koran. Di samping bacaanbacaan tersebut di atas, film
(termasuk TV) dianggap menyebabkan pertumbuhan kriminalitas
tertutama kenakalan remaja akhir- akhir ini.
4) Faktor Pribadi
a) Umur, Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik
secara yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu
berhubungan dengan faktor-faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-
faktor tersebut pada akhirnya merupakan pengertian- pengertian netral
bagi kriminologi. Artinya hanya dalam kerjasamanya dengan faktor-faktor
lingkungan mereka baru memperoleh arti bagi kriminologi.
Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah
dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahanlahan sampai
umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari
tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung
dari irama kehidupan manusia.
b) Alkohol , Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas,
seperti pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan,
pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan pembakaran, walaupun
alcohol merupakan faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda tanya,
sampai berapa jauh pengaruhnya.
c) Perang , Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan,
seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap hukum,
melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah perang, ada krisis-
krisis, perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi dan revolusi
ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi kasar karena perang,
kepemilikan senjata api menambah bahaya akan terjadinya perbuatan-
perbuatan kriminal.

C. MASALAH KESEHATAN NARAPIDANA


Menurut (Menurut Gusman Lesmana, 2021), masalah kesehatan narapidana yang sering
dialami para narapidana ini sendiri meliputi,
1) Kesehatan Mental , Menurut data dari Bureau of justice, 1999 dalam kira-kira
285.000 tahanan dilembaga pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa. Penyakit jiwa
yang sering dijumpai adalah skozofrenia, bipolar affective disorder dan personality
disorder. Karena banyak yang mengalami ganguan kesehatan jiwa maka pemerintah
harus menyediakan pelayanan kesehatan mental.
2) Kesehatan fisik, Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan
penyakit menular seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis.

D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk menangani masalah pada klien narapidana antara
lain :
1) Psikoterapi, Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
2) Keperawatan, Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,
terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi).
Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada
individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi.Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi
adalah terapi yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
3) Terapi kerja, Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi
ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri,
tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2010 dalam Tina
Asmawarti, 2014 ).
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
1. Faktor-faktor Predisposisi : Pada klien narapidana adanya Trauma karena menjadi
pelaku kejahatan, Adanya tindakan kriminal yang dibuat. Klien memiliki
pengalaman masa lalu yang buruk yaitu melakukan tindakan kriminal dan
mendapat resiko yaitu ada di dalam Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS)
2. Pemeriksaan Psikososial : meliputi membuat genogram, perawat mengkaji
beberapa hal yaitu : . Dimana pada klien narapidana, terjadi gangguan pada Harga
diri dimana klien malu untuk berinteraksi dengan lingkungan luar selama
menjalani hukuman di penjara bahkan setelah keluar nanti dari penjara.
3. Hubungan sosial : meliputi kedekatan klien dengan orang lain selama didalam
penjara baik sesama teman di penjara maupun yang berada di luar penjara, peran
klien dalam masyarakat, serta hambatan yang dihadapi saat klien ingin melakukan
hubungan dengan kerabat lain. Pada narapidana, didapatkan, hubungan dengan
kerabat sesama di penjara baik, namun diluar jarang karena malu dengan kondisi
yang dialami sekarang.
4. Spiritual : meliputi keyakinan klien serta kegiatan peribadahan selama klien
berada di penjara. Umunya, klien narapidana selalu mengikuti peribadatan selama
menjalani proses hukuman.
5. Status Mental : dikaji pada saat melakukan wawancara dengan klien secara
langsung. Pada klien narapidana, didapati Pertama, Penampilan yang tidak rapi
seperti rambut yang panjang dan kering, berpakaian yang tidak sopan. Kedua,
Pembicaraan lambat namun dapat dipahami. Ketiga klien narapidana hanya
menunduk dan kurang kontak mata dengan perawat karena merasa malu.
6. Koping individu : Pada klien narapidana, klien selalu malu dan menunduk.
7. Masalah Psikososial dan Lingkungan didapatkan klien narapidana malu untuk
berinteraksi dengan lingkungan luar karena malu dengan status narapidana
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka pada klien narapida kemungkinan
muncul diagnosa keperawatan yaitu :
1. Harga Diri Rendah situasional
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOS TUJUAN/KH INTERVENSI RASIONAL


A
Harga Diri Setelah dilakukan Peningkatan Harga Diri - Untuk membantu
Rendah tindakan Keperawatan (5400) meningkatkan

situasional selama 3x24 jam - Tentukan kepercayaan kemampuan klien


diharapkan klien dapat diri klien dalam hal dalam menilai diri
mengatasi masalah penilaian diri sendiri
dengan kriteria hasil : - Bantu klien melihat - Agar menghindari
Harga Diri (1205) aspek-aspek positif aspek-aspek negative
- Gambaran Diri dari diri klien terhadap diri klien
- Tingkat - Bantu klien untuk - Penerimaan diri
kepercayaan diri menemukan sebagai tanda klien
- Perasaan tentang penerimaan diri sudah mampu
nilai diri - Fasilitasi lingkungan menerima keadaan
dan aktivitas-aktivitas - Untuk membantu
yang akan klien dalam membuat
meningkatkan harga persepsi positif
diri terhadap diri sendiri
- Buat pernyataan - Pernyataan positif
positif mengenai klien membantu klien
- Monitor tingkat harga memperbaiki harga
diri dari waktu ke dirinya
waktu dengan tepat - Memantau keadaan
klien setelah
dilakukan tindakan
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

DIAGNOS HARI/TLG IMPLEMENTASI TTD


A
Harga Diri 22/11/2021 Peningkatan Harga Diri (5400)
Rendah - Menentukan kepercayaan diri klien dalam hal

situasional penilaian diri


- Membantu klien melihat aspek-aspek positif dari diri
klien
- Membantu klien untuk menemukan penerimaan diri
- Memfasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas
yang akan meningkatkan harga diri
- Membuat pernyataan positif mengenai klien
- Memonitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu
dengan tepat

V. EVALUASI KEPERAWATAN
Dilakukan tingkat evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan untuk mengukur
keberhasilan intervensi yang dibuat .
DAFTAR PUSTAKA
Gusman Lesmana. 2021. Bimbingan Konseling Populasi Khusus. PRENADA Media Group.
Rawamangun, Jakarta. Diakses dengan link
https://www.google.co.id/books/edition/Bimbingan_Konseling_Populasi_Khusus/M-
4sEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pengertian+narapidana&pg=PA29&printsec=frontcover

Tina Asmawarti. 2014. Pidana dan Peminadaan Dalam Sistem Hukum di Indonesia.
DEEPUBLISH Publisher. Ngalik, Sleman. Diakses dengan link
https://www.google.co.id/books/edition/Pidana_dan_Pemidanaan_dalam_Sistem_Hukum/WKVe
CAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pengertian+narapidana&printsec=frontcover

Anda mungkin juga menyukai