Disusun Oleh :
Kelompok IX
BANDUNG
2019
1
A. Peran Perawat Jiwa
Peran dan fungsi perawat jiwa saat ini telah berkembang secara kompleks dari
elemen historis aslinya (Stuart, 2002 dalam Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati, 2015 :28).
Peran perawat jiwa sekarang mencakup parameter kompetensi klinik, advokasi pasien,
tanggung jawab fiscal (keuangan), kolaborasi professional, akuntabilitas (tanggung gugat)
sosial, serta kewajiban etik dan legal. (Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati, 2015 : 28)
Dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa, perawat dituntut melakukan
aktivitas pada tiga area utama, yaitu : (Hamid, 2008 dalam Yusuf, Fitryasari, dan
Nihayati, 2015 : 28-29)
1. Aktivitas Asuhan Langsung
Domain Asuhan Keperawatan Jiwa
Advokasi Tindak lanjut setelah Penanggulangan
Konsultasi kasus keperawatan perilaku
Pengelolaan kasus Penanggulangan kognitif Penyuluhan komunitas
Intervensi krisis Perencanaan pulang Konseling kepatuhan
Kerja kelompok Peningkatan kesehatan Intervensi keluarga
Peningkatan kesehatan Penyuluhan kesehatan Pengkajian risiko
2
Kunjungan rumah Konseling individu tinggi
Skrinning dan evaluasi Pemberian pengobatan Peningkatan kesehatan
masukan Penatalaksanaan mental
Pernik-pernik terapi pengobatan Penyuluhan orang tua
Konseling nutrisi Informed consent Penanganan psikologis
Triase pasien Pengkajian fisik Memberikan
Terapi bermain Obat-obatan yang keamanan lingkungan
3
B. Kolaborasi Interdisiplin Dalam Keperawatan Jiwa
4
memiliki tanggung jawab utama untuk bekerja dengan keluarga, dukungan
masyarakat, dan rujukan.
5
Pelayanan Keperawatan Jiwa Dalam Situasi Bencana
Tindakan yang dapat dilakukan setelah terjadi bencana, antara lain: (Keliat, dkk,
2011: 51-54)
1. Tindakan segera setelah bencana (24 jam)
a. Pertolongan kedaruratan untuk masalah-masalah fisik
b. Memenuhi kebutuhan dasar
c. Membantu individu melalui fase krisis dengan menjadi sumber koping (sistem
pendukung) bagi klien
2. Tindakan minggu 1-3 setelah bencana
a. Beri informasi sederhana dan mudah diakses tentang lokasi jenasah
b. Mendukung keluarga jika jenasah dimakamkan tanpa upacara tertentu
c. Bantu mencari anggota keluarga yang terpisah pada individu yang berisiko, seperti
lansia, ibu hamil, anak, dan remaja
d. Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan aktivitas kelompok yang
terorganisir, seperti ibadah bersama
e. Motivasi anggota tim lapangan untuk terlibat dalam proses berkabung
f. Lakukan aktivitas rekreasi bagi anak-anak
g. Informasikan pada korban tentang reaksi psikologis normal yang terjadi setelah
bencana
7
h. Informasikan tentang reaksi stres yang normal pada masyarakat secara massal
i. Motivasi para korban untuk bekerjasama memenuhi kebutuhan mereka, seperti
membersihkan lokasi bersama, memasak bersama
j. Libatkan korban yang masih sehat dalam pelaksanaan bantuan
k. Motivasi pemimpin masyarakat dan tokoh kunci lainnya untuk terlibat dalam
diskusi kelompok dan dapat memotivasi pasien klien untuk berbagi perasaan
3. Tindakan setelah minggu ketiga setelah bencana
a. Tindakan psikososial secara umum
1) Identifikasi individu dengan koping yang tidak efektif yang ditandai dengan
gejala psikologis yang dilaporkan
2) Bina hubungan saling percaya
3) Penuhi kebutuhan fisik yang mendesak
4) Mobilisasi dukungan sosial
5) Cegah timbulnya bahaya lain
6) Mulai berkomunikasi : mendengarkan masalah mereka, sampaikan
keprihatinan, berikan bantuan yang berkelanjutan
7) Sampaikan bahwa semua korban bencana merasakan perasaan yang sama
8) Tetap mensupervisi perawatan samapi reaksi berlalu
b. Tindakan psikososial khusus
1) Konseling terhadap trauma
a) Dengarkan ungkapan perasaan pasien dengan penuh perhatian
b) Tanyakan dan klarifikasi untuk menggali lagi pengalamannya, tetapi
jangan memaksa bila pasien menolak
c) Coba untuk memahami penderitaan yang dialami pasien dan keluarga
d) Sampaikan bahwa kita akan selalu membantu dan perlihatkan bahwa kita
memahami apa yang dirasakannya
e) Sampaikan bahwa orang lain pun akan mengalami hal yang sama bila
mengalami kejadian seperti yang dialami pasien
f) Bicarakan cara terbaik yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
2) Konseling terhadap proses berduka
a) Lakukan pendekatan dengan cara yang lemah lembut
b) Tanyakan tentang kondisi keluarga dan kemudian bicarakan tentang korban
yang meninggal
c) Motivasi untuk berbagi informasi tentang anggota keluarga yang
meninggal
8
d) Fokuskan pembicaraan pada hubungan dengan orang-orang terdekat
sebelum bencana dan arti kehilangan secara pribadi
3) Bimbingan antisipasi
a) Bantu klien untuk menerima bahwa reaksi yang mereka perlihatkan adalah
normal sehingga dapat mengurangi rasa tidak berarti dan putus asa
b) Beri informasi tentang reaksi stres yang alamiah dan intensitas perasaan
dapat berkurang seiring dengan berjalannya waktu
c) Lakukan pertemuan yang berisi informasi yang perlu diketahui korban
d) Jangan fokuskan perhatian hanya pada reaksi akibat stres secara individual,
tetapi fokuskan pada kekuatan kelompok untuk menghadapi krisis secara
bersama-sama
4) Konseling krisis
a) Bersama klien mengidentifikasi masalah yang menyebabkan klien meminta
pertolongan
b) Bantu klien untuk membantu daftar alternatif dan strategi untuk mengatasi
masalahnya
c) Bantu klien untuk menilai dukungan sosial yang tersedia untuknya
d) Bantu klien untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya
e) Bantu klien untuk melaksanakan keputusan yang tepat bagi dirinya
f) Diskusikan persepsi klien tentang kemampuannya
5) Konseling untuk menyelesaikan masalah
a) Mengidentifikasi masalah
b) Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah melalui curah pendapat
c) Bandingkan keuntungan dan kerugian dari tiap penyelesaian masalah
d) Identifikasi solusi yang paling sesuai untuk klien
e) Implementasikan bentuk penyelesaian yang telah dipilih
9
Daftar Pustaka
Keliat, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta :
EGC
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Yusuf, AH, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
10