Anda di halaman 1dari 38

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan

Aman dan Nyaman (Ansietas)

Disusun Oleh:
Muzakir 20172075p
Widya Safitri 20172047p

Dosen pemimbing :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif,
dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas
merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan
keadaan khawatir, Gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan
tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasikehidupan dan berbagai gangguan
kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009).
Rasa khawatir, gelisah, waswas, tidak tentram merupakan gejala umum akibat
ansietas. Namun sebatas mana situasi jiwa berupa ansietas itu dapat ditoleransi oleh
seorang individu sebagai kesatuan utuh.Karena sering kali ansietas menimbulkan
keluahan fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi
seksual dan beragam lainnya.
Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan
tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa
bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor
yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang
mengalami gangguan secara psikologis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO),
bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan dari
hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa
penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang
merupakan angka tertinggi dibanding prosentase penyakit lain.
Data 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012).
Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh wanita individu berusia kurang dari 45
tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
(Videbeck, 2008) .
Perkiraan prevalensi gangguan ansietas di masyarakat (per 1000 orang) adalah:
gangguan ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15,agoraphobia 20, fobia sosial 30,
fobia sederhana 45, dan gangguan obsesif-kompulsif (yang tidak berkomorbid dengan

2
gangguan ansietas lain. Di pelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah: gangguan
ansietas menyeluruh 7,9%, dan gangguan panik/agoraphobia 2,6% (Maramis, 2009).
Terlihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan
seseorang,baik dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini dialami
oleh klien di rumah sakit. Berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya semakin cemas.
Oleh karenanya perawat sebagai tenaga kesehatan professional tidak boleh mengabaikan
aspek emosi ini dalam memberikas asuhan keperawatan.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut
dengan masalah Masalah Kebutuhan Aman dan Nyaman: Ansietas

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini agar mahasiswa memperoleh pengalaman nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan prioritas masalah
kebutuhan aman dan nyaman:Ansietas
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan p dengan masalah kebutuhan aman dan
nyaman: ansietas penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian dengan prioritas masalah ansietas.
b. Menegakkan diagnosa dengan prioritas masalah ansietas.
c. Menyusun rencana keperawatan dengan prioritas masalah ansietas.
d. Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah
dibuat dengan prioritas masalah ansietas.
e. Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan dengan prioritas masalah ansietas.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Ilmu Pengetahuan Untuk menambah wacana baru khususnya pada ilmu asuhan
keperawatan dengan pasien ansietas.
2. Bagi Akademik Dapat menjadi referensi bagi institusi pendidikan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan masalah ansietas.
3. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang proses
asuhan keperawatan dengan masalah ansietas dan dapat menerapkan ilmu yang di

3
peroleh selama perkuliahan serta meningkatkan keterampilan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
4. Bagi Klien Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan prioritas
masalah ansietas.

4
BAB II

TINJAUAN PERPUSTAKAAN

1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah ansietas


1. Pengertian Ansietas/Cemas
Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan
mental, keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman
yang akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap
diri sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada
tingkat sadar, setengah sadar, atau tidak sadar (Barbara, 2010).
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
(Heather,2014).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart & Laraia).
Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan
perkembangan pada individu yang bersangkutan (Corey). Dapat pula ansietas
menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di
bawah bayang-bayang ansietas yang terus berkepanjangan. Ansitas berkaitan
dengan strees. Oleh karena ansietas timbul sebagai respon terhadap stress, baik
stress fisiologi maupun psikologis. Artinya ansietas terjadi ketika seseorang
merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis. Stres merupakan bagian
yang tidak dapat terelakkan dalam hidup manusia. Meskkipun demikian, stress
bukanlah merupakan sesuatu yang patologis (Asmadi, 2008).
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir. Gelisah, takut, tidak tentram

5
disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai
kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas berbeda
dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang
mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009).
2. Etiology
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi
stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi
yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain. Adapun factor-faktor yang
mempengaruhi ansietas adalah :
a. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas
adalah:
1) Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian
yaitu ide, ego dan Super ego. Ide melambangkan dorongan insting atau
impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan Ego
digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego. Ansietas
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya yang perlu
segera diatasi.
2) Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.
Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti
kehilangan, perpisahan. Individu dengan harga diri rendah biasanya
sangat mudah mengalami ansietas berat
3) Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.

6
4) Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor ini
di perkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
b. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari-
hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri
dan integritas fungsi sosial.
c. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).
3. Tingkat ansietas
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan
berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
Respon fisiologi:
a. Sesekali napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Gejala ringan pada lambung
d. Muka berkerut dan bibir bergetar
Respon kognitif:
a. Lapang persepsi melebar
b. Mampu menerima rangsangan yang kompleks
c. Konsentrasi pada masalah
d. Menjelaskan masalah secara efektif

7
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Tidak dapat duduk tenang
b. Tremor halus pada tangan
c. Suara kadang-kadang meninggi
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebihmemfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain.
Respon Fisiologi:
a. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
b. Mulut kering
c. Anorexia
d. Diare/konstipasi
e. Gelisah
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi menyempit
b. Rangsang luar tidak mampu diterima
c. Berfokus pada apa yang menjadi
perhatian Respon Perilaku dan Emosi:
a. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
b. Bicara banyak dan lebih cepat
c. Susah tidur
d. Perasaan tidak aman
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain.
Individu tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
Respon Fisiologi:
a. Sering napas pendek
b. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
c. Berkeringat dan sakit kepala
d. Penglihatn kabur
e. Ketegangan

8
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
ResponPerilaku dan Emosi:
a. Perasaan ancaman meningkat
b. Verbalisasi cepat
c. Blocking
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan
sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun telah di berikan pengarahan.
Respon Fisiologi:
a. Napas pendek
b. Rasa tercekik dan palpitasi
c. Sakit dada
d. Pucat
e. Hipotensi
f. Koordinasi motorik rendah
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak dapat berpikir logis
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Agitasi, mengamuk dan marah
b. Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
c. Kehilangan kendali atau kontrol diri
d. Persepsi Kacau
Respon Fisiologi yang mempengaruhi system yang ada dalam tubuh manusia
adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler
1) Palpitasi
2) Jantung berdebar
3) Tekanan darah meningkat

9
4) Denyut nadi menurun
5) Rasa mau pingsan
b. Sistem respirasi
1) Napas cepat
2) Pernapasan dangkal
3) Rasa tertekan pada dada
4) Pembengkakan pada tenggorokan
5) Rasa tercekik
6) Terengah-engah
c. Sistem kardiovaskuler
1) Peningkatan reflex
2) Reaksi kejutan
3) Insomnia
4) Ketakutan
5) Gelisah
6) Wajah tegang
7) Kelemahn secara umum
8) Gerakan lambat
9) Gerakan yang janggal
d. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan nafsu makan
2) Menolak makanan
3) Perasaan dangkal
4) Rasa tidak nyaman pada abdominal
5) Rasa terbakar pada jantung
6) Diare
e. Sistem Perkemihan
1) Inkontensia urine
2) Sering miksi
f. Sistem integument
1) Rasa terbakar
2) Berkeringat banyak di telapak tangan

10
3) Gatal-gatal
4) Perasaan panas atau dingin pada kulit
5) Muka pucat
6) Berkeringat seluruh tubuh
Respon perilaku kognitif:
a. Perilaku
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup bicara cepat
5) Tidak ada koordinasi
6) Kecenderungan untuk celaka
7) Menarik diri
8) Menghindar
9) Terhambat melakukan aktifitas
b. Kognitif
1) Gangguan perhatian
2) Konsentrasi hilang
3) Pelupa
4) Salah tafsir
5) Adanya bloking pada fikiran
6) Bingung
7) Rasa khawatir yang berlebihan
8) Kehilangan penilaian objektifitas
9) Takut akan kehilangan kembali
10) Takut berlebihanTingkat ansietas (Dalami, 2009).
4. Rentang Respon Ansietas

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990)

11
5. Indikator Tingkat Ansietas

Tingkat Ansietas
Kategori Ringan Sedang Berat Panik
Perubahan Semakin Tremor dan Komunikasi sulit Komunikasi
verbalisasi sering perubahan dipahami mungkin tidak
bertanya nada suara. dapat dipahami

Perubahan Gelisah ringan Tremor, Peningkatan Peningkatan


aktifitas kedutan aktifitas motorik, aktifitas motorik,
motorik wajah, dan ketidakmampuan agitasi.
gemetar. untuk relaks.

Perubahan Mengantuk, Peningkatan Ekspresi wajah Respon tidak


persepsi ketegangan ketakutan. dapat diprediksi,
dan otot.
perhatian

Perubahan Peningkatan Fokus Ketidak Gemetar,koordina


respirasi perasaan perhatian mampuan untuk si motorik buruk
dan gelisah dan menyempit. fokus atau
sirkulasi. waspada. berkonsentras,
mudah distraksi

Perubahan Penggunaan Mampu Kemampuan Persepsi


lain belajar untuk berfokus belajar sangat mengalami
beradaptasi. tetapi tidak terganggu distorsi atau
perhatian melebih-lebihkan
pada hal-hal
tertentu.

Tidak ada Kemampuan Takikardia, Ketidakmampuan


belajar hiperventilasi untuk belajar atau
sedikit berfungsi
mengalami
gangguan.

Tidak ada Kecepatan Sakit kepala, Dispnea,


napas dan lambung, mual. palpitasi, tersedak
jantung nyeri dada atau
sedikit tertekan.
meningkat. Firasat akan di
Gejala gaster timpa musibah
ringan parestesia,
(mulas) berkeringat.

12
6. Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
a. Bayi/anak-anak
1) Berhubungan dengan perpisahan
2) Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
3) Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
b. Remaja
1) Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
2) Perkembangan seksual
3) Perubahan hubungan dengan teman sebaya
c. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
1) Kehamilan
2) Menjadi orang tua
3) Perubahan karir
4) Efek penuaan
d. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
1) Penurunan sensori
2) Penurunan motorik
3) Masalah keuangan
4) Perubahan pada masa pension
7. Faktor Pencetus Ansietas
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal
dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal).
Namun demikian pencetus ansieta dapat dikelompokkan kedalam dua kategori
yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap
kebutuhan dasarnya.
b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam
terhadap identitas diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan
interpersonal (Asmadi 2008).

13
8. Mekanisme Koping
Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-
macam mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan
ansietas bentuk ringan ansietas dapat di atasi dengan menangis, tertawa, tidur,
olahraga atau merokok. Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energy yang lebih
besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.
Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas adalah:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction)
Merupakan pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk
menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:
1) Perilaku menyerang (Agresif)
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi
kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik
maupun psikologis.
3) Perilaku kompromi
Digunakan untuk merubah tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction)
Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang
digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk
mempertahankan keseimbangan.
Mekanisme pertahanan ego:
1) Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitasnya.
2) Identifikasi (identification) adalah proses dimana seseorang untuk
menjadi yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/meniru pikiran-
pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.

14
3) Intelektualisasi (intellectualization) adalah penggunaan logika dan alasan
yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu
perasaannya.
4) Introjeksin (introjection) adalah suatu jenis identifikasi yang dimana
seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau
suatu kelompok kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati nurani,
contohnya rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai,
dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
5) Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan
citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya. Penyangkalan (Denial) adalah menyatakan ketidaksetujuan
terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme
pertahanan ini adalah penting, sederhana, primitif.
6) Pemindahan (displacement) adalah pengalihan emosi yang semula
ditujukan pada seseorang/benda kepada orang lain/benda lain yang
biasanya netral atau kurang mengancam dirinya.
7) Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang
menggangu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
8) Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi
yang tidak dapat ditoleransi.
9) Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan
dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku dan
motif yang tidak dapat diterima.
10) Reaksi formasi adalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia
sadari yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau
ingin dilakukan.
11) Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
12) Represi adalah pengenyampingkan secara tidak sadar tentang-tentang
pikiran, ingatan yang menyakitkan atau bertentangan ,dari kesadaran
seseorang merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme lain.

15
13) Pemisahan (spiliting) adalah sikap mengelompokkan orang dianggap
semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memajukan nilai-
nilai positif dan negatif di dalam diri seseorang.
14) Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan normal.
15) Supresi suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
sebetulnya merupakan analog represi yang di sadari, pengesampingan
yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan /perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme
pertahanan primitive (Dalami, 2009).
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008)
selengkapnya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan yang bergizi dan seimbang.
2) Istirahat yang cukup.
3) Cukup.olahraga.
4) Jangan merokok
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan.

16
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
e. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
1) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
2) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
3) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
4) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
5) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.

B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau mekanisme
koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan ansietas perilaku dan
meningkat sejalan dengan meningkatnya ansietas. (Sujono, dkk, 2013).

2. Analisa Data
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah
yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan

17
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai
sejak pasien masuk Rumah Sakit, selama klien dirawat secara terus menerus, serta
pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010).
Tujuan pengumpulan data:
a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
c. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.
Data yang perlu dikaji ada dua tipe yaitu sebagai berikut:
a. Data Subyektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya,
misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan lemah, (Potter
& Perry).
b. Data Obyektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur,dapat diperoleh menggunakan panca
indera (lihat, dengar, cium, raba)selama pemeriksaan fisik. Misalnya
frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran (Potter & Perry).
Masalah yang mungkin muncul pada pasien Ny. E berdasarkan buku
NANDA Internasional diagnosis Keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Ansietas
Domain : 9 Koping/Toleransi terhadap stress
Kelas 2 : Respon koping
Defenisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu, perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan
memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.

18
Batasan karakteristik:
1) Gelisah
2) Insomnia
3) Nyeri
4) Peningkatan tekanan darah
Faktor yang berhubungan:
a. Ancaman perubahan pada status kesehatan.
b. Gangguan pola tidur
Domain : 4 Aktivitas/Istirahat
Kelas : 1 Tidur/istirahat
Defenisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor
eksternal
Batasan karakteristik:
1) Perubahan pola tidur normal
2) Ketidakpuasan tidur
3) Nyeri akut
Faktor yang berhubungan:
a. Suhu lingkungan sekitar
b. Nyeri akut
c. Nyeri akut
Domain : 12 Kenyamanan
Kelas : 1 Kenyamanan fisik
Defenisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
dan muncul akibat kerusajan jaringgan aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(International Association for the study of Painawitan yang tiba-
tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat,
terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Batasan karakteristik:
1) Gangguan tidur
2) Mengekspresikan perilaku seperti kegelisahan

19
3) Melaporkan nyeri secara verbal
Faktor yang berhubungan : Agens cidera misalnya psikologis

3. Rumusan Masalah
Masalah yang mungkin muncul pada pasien Ny.E adalah sebagai berikut:
1. Ansietas
2. Gangguan pola tidur
3. Nyeri akut

4. Perencanaan
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanaan dimana
perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi
masalahnya, perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan (Purba).
Pada klien dengan ansietas ringan,tidak ada intervensi khusus, sebab pada
ansietas ringan ini klien masih mampu mengontrol dirinya dan mampu membuat
keputusan yang tepat dalam penyelesaian masalah.sedangkan pada ansietas
sedang, intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan pola
mekanisme koping yang positif. Pada ansietas berat dan panik, terdapat strategi
khusus yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan. Prinsip intervensi keperawatan pada klien tersebut adalah
melindungi klien dari bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada klien karena
klien tidak dapat mengendalikan perilakunya (Asmadi, 2008).
a. Perencanaan/intervensi yang dapat diterapkan pada diagnosa keperawatan
yang terkait ansietas adalah:
1) Tenangkan klien
2) Berusaha memahami keadaan klien
3) Berikan informasi tentang diagnosa,prognosis dan tindakan
4) Kaji tingkat ansietas dan reaksi fisik pada tingkat ansietas
5) Gunakan pendekatan dan sentuhan
6) Temani klien untuk mendukung keamanan dan rasa takut
7) Instruksikan kemampuan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi
8) Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat

20
b. Perencanaan/intervensi yang dapat diterapkan pada diagnosa keperawatan
yang terkait Nyeri b/d gangguan pola tidur adalah:
1) Gunakan laporan dari klien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
2) Minta klien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10
3) Dalam mengkaji nyeri klien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
tingkat perkembangan klien
4) Manajemen nyeri: ajarkan penggunaan tekhnik non farmakologi
(relaksasi, distraksi)

C. Asuhan Keperawatan Kasus


I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kelurahan Sari Rejo, Kec Medan Polonia.
Tanggal Pengkajian : 01-03 Juni 2017
II. KELUHAN UTAMA
Pada saat pengkajian, Ny. E mengatakan sangat cemas dan takut dengan
kondisinya.klien mengatakan perasaannya gelisah, tidak bisa tidur, pasien
juga mengatakan nyeri di bagian kepala.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/ palliative
1. Apa penyebabnya: Riwayat Hipertensi diketahui sudah 5 tahun dapat
memicu terjadinya penyakit stroke yang dialami Ny. E
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Klien hanya melakukan tirah
baring.
B. Quantity/ quality

21
1. Bagaimana dirasakan:
Ny. E mengatakan nyeri di bagian kepala
Ny. E sangat cemas dengan keadaannya
2. Bagaimana dilihat: Klien tampak terbaring lemah.

C. Region
1. Dimana lokasinya: Ny.E mengalami nyeri ditengkuk bagian belakang
2. Apakah menyebar: Nyeri yang dirasakan Ny E.tidak menyebar.
D. Severity
Klien mengatakan bahwa kondisinya saat ini sangat mengganggu
aktivitasnya.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a) Penyakit yang pernah dialami
Ny.E mengatakan bahwa Keluarga Ny E mengidap Hipertensi.
b) Pengobatan/ tindakan yang dilakukan
Ny E. Mengatakan pernah berobat kerumah sakit.
c) Pernah dirawat/ di operasi
Keluarga mengatakan Ny. E pernah mendapat tindakan medis
sebelumnya di Rumah Sakit Marta Friska Medan.
d) Lama dirawat
Keluarga mengatakan Ny. E pernah dirawat selama 1 minggu di RS.
Marta Friska Medan.
e) Alergi
Ny. E mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.
f) Imunisasi
Klien mengatakan tidak mengingat riwayat imunisasinya.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


a. Orangtua
Ny. E memiliki riwayat penyakit keturunan hipertensi
b. Saudara kandung
Kakak kandung Ny. E juga memiliki riwayat Hipertensi.
c. Penyakit keturunan yang ada
Ny. E mengatakan memiliki penyakit keturunan yaitu hipertensi.

22
d. Anggota keluarga yang meninggal
Ny.E mengatakan Kedua orangtua dari klien sudah lama meninggal.
e. Penyebab meninggal
Ny. E mengatakan penyebab kedua orangtuanya meninggal karena
Hipertensi.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


a. Pesepsi klien tentang penyakitnya
Klien mengatakan kondisi yang dirasakan saat ini sangat mengganggu
aktivitasnya.
b. Konsep diri
1. Gambaran diri : Ny.E mengatakan menyukai semua bagian
tubuhnya.
2. Ideal diri : Ny.E memiliki kemauan untuk sembuh dan bisa
beraktivitas seperti biasa.
3. Harga diri : Ny.E merasa diperhatikan oleh suaminya.
4. Peran diri : Ny.E berperan sebagai seorang istri dan juga ibu
bagi anak-anak mereka
5. Identitas diri : selama sakit, sebagian besar aktivitas klien dibantu
oleh suami nya.
c. Keadaan emosi
Klien kadang-kadang tidak bisa menahan emosinya.
d. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti : orang yang berarti bagi klien adalah anak dan
suaminya.
2. Hubungan dengan keluarga : hubungan klien dengan keluarga
baik.
3. Hubungan dengan orang lain : hubungan klien dengan orang lain
yaitu tetangga cukup baik
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada
hambatan dalam berhubungan
e. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan : klien beragama Islam dan dalam kehidupan
sehari-hari klien melakukan aktivitas sesuai dengan ajaran agama

23
dari keyakinannya.
2. Kegiatan ibadah : klien melakukan ibadah sesuai ajaran dan
keyakinannya dengan melaksanakan shalat 5 kali sehari semalam.

24
VII. STATUS MENTAL
1. Tingkat kesadaran: compos mentis
2. Penampilan:Ny.E tampak rapi
3. Pembicaraan: Ny.E berbicara lambat
4. Alam perasaan: sedih
5. Afek: stabil.
6. Interaksi selama wawancara: Selama wawancara kontak mata Ny.E
cukup.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
Compos mentis
a. Tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh : 36,5°C
2. Tekanan darah : 150/100 mmHg
3. Nadi : 76x/menit
4. Pernafasan : 24x/menit
5. Skala nyeri : 4 (1-10)
6. TB : 153 cm
7. BB : 47 kg
b. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan rambut bentuk : simetris dan ovale
2. Ubun-ubun : tepat di tengah dan tidak
ada benjolan
3. Kulit kepala : bersih tidak ada iritasi
c. Rambut
1. Penyebaran dan keadaan rambut : rambut tumbuh merata dan
keadaan rambut bersih
2. Bau : kulit kepala Ny.E tidak
berbau
3. Kulit kepala : bersih, tidak ada iritasi
d. Wajah
1. Warna kulit : sawo matang

25
2. Struktur wajah : oval dan simetris

26
e. Mata
1. Kelengkapan dan kesimetrisan : kedua bola mata
memiliki ukuran yang
sama
2. Palpebra : merah muda dan lembab
3. Konjungtiva dan sclera : merah muda dan sclera
putih
4. Pupil : isokor
5. Cornea dan iris : bening
6. Visus : Ny. E masih mampu
melihat jarak 100 meter
7. Tekanan bola mata : tekanan bola mata baik,
dapat digerakkan kekiri
dan kekanan.
f. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septumnasi: tulang hidung simetris
dan posisi septumnasi di
tengah.
2. Lubang hidung : lubang hidung normal,
bersih dan tidak ada
sumbatan, simetris kiri
dan kanan.
3. Cuping hidung : pernafasan tidak
menggunakan cuping
hidung
g. Telinga
1. Bentuk telinga : bentuk telinga normal,
simetris kiri dan kanan
2. Ukuran telinga : ukuran telinga normal
3. Lubang telinga : lubang telinga paten dan
bersih

27
4. Ketajaman pendengaran : Ny. E mampu
mendengar dengan jarak
100 meter.
h. Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : Mukosa bibir kering
2. Keadaan gusi dan gigi : gigi dan gusi Ny. E
tampak terawat dengan
baik dan bersih
3. Keadaan lidah : lidah bersih dan tidak
ada kelainan
4. Orofaring : tidak terdapat udema
pada orofaring Ny. E.
i. Leher
1. Posisi trakea : Posisi trakea medial.
2. Thyroid : Tidak ada
pembengkakan kelenjar
tiroid
3. Suara : Ny. E mampu berbicara
dengan baik
4. Kelenjar limfa : Normal dan tidak ada
tanda-tanda edema.
5. Vena jugularis : Ada dan teraba.
6. Denyut nadi karotis : Ada dan teraba
j. Pemeriksaan integument
1. Kebersihan : kulit tampak bersih
2. Kehangatan : Kulit integument terasa
dingin jika diraba.
3. Warna : warna kulit sawo
matang
4. Turgor : turgor kulit bersih dan
tidak terdapat edema
5. Kelembaban : kelembaban kulit baik

28
6. Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada
kulit, kulit tampak
bersih,
g. Pemeriksaan muskuloskeletal/ ekstremitas (kesimetrisan,
kekuatan otot, edema) : Otot tampak simetris, tidak ada edema
h. Fungsi motorik Klien berjalan pelan
l. Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas
: Klien dapat merasakan sentuhan, getaran, panas, dingin, dan
tajam,Tumpul.
IX. POLA KEBIASAAN SEHARI -HARI
A. Pola makan dan minum
1. Frekuensi makan/ hari : klien biasa makan 3 kali sehari
2. Nafsu/ selera makan : Nafsu bmakan klien berkurang
3. Nyeri ulu hati : nyeri ulu hati pada Ny.E tidak ada
4. Alergi : Ny.E tidak memiliki riwayat alergi
5. Mual dan muntah : klien tidak mual dan muntah
6. Waktu pemberian makan : pagi(jam 8), siang(jam 13), malam( jam
19)
7. Jumlah dan jenis makan : hanya 3 sendok makan
8. Waktu pemberian cairan/ minum : waktu pemberian cairan tidak
dapat ditentukan waktu pemberiannya oleh Ny.E tergantung kapan
merasa haus.
9. Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah):Ny.E
tidak memiliki masalah atau kesulitan dalam menelan dan dalam
mengunyah makanan klien tidak mempunyai masalah.
B. Perawatan diri/ personal hygine
1. Kebersihan tubuh : Ny.E tampak bersih dan rapi.
2. Kebersihan gigi dan mulut : mulut bersih klien rajin membersihkan
3. kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan Ny.E tampak bersih
C. Pola kegiatan/ aktivitas
1. Uraian aktivitas klien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri,sebahagian atau total: Ny.E dapat
melakukan aktivitasnya dengan mandiri.

29
2. Uraian aktivitas ibadah klien selama sakit :
Selama masa perawatan klien tampak melaksanakan kegiatan
ibadah shalat dan berdoa.
D. Pola eliminasi
1. BAB
1. Pola BAB : 1-2 kali/ hari
2. Karakter feses : lunak
3. Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat
perdarahan
4. Diare : tidak ada diare
2. BAK
1. Pola BAK : tidak menentu
2. Karakter urin : kuning berbau khas
3. Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada kesulitan
BAK
4. Riwayat penyakit ginjal/ kandug kemih : tidak ada riwayat
penyakit ginjal/
kandung kemih
5. Upaya mengatasi masalah : Minum obat
E. Mekanisme kopinng
Saat ada masalah klien terkadang memendam masalahnya apabila kita
tidak terlebih dahulu untuk bercerita

30
1. Analisa Data
Analisa data asuhan keperawatan pada Ny E dengan prioritas masalah
Kecemasan di Kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia.
Masalah
No Data Etiologi
Keperaatan
1 Data subyektif: Ancaman Ansietas
1. Klien mengatakan sangat cemas dengan pada status
kondisinya saat ini. kesehatan
2. Klien mengatakan perasaan saya gelisah
3. Klien mengatakan sering berkemih.
Data obyektif:
1. Klien tampak gelisah
2. Klien tampak pucat
3. Klien sering mondar-mandir
4. TD:150/100mmHg
5. Klien sering bertanya kepada perawat
mengenai kondisinya
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
2 Data subyektif: Nyeri akut Gangguan
1. Klien mengatakan nyeri pada bagian pola tidur
tengkuk belakang
2. Klien mengatakan tidak bisa tidur karena
nyeri di bagian tengkuk belakang nya.
Data obyektif:
3. Posisi untuk menahan nyeri
4. Gangguan tidur (mata sayu, tampak
capek, gerakan menyeringai, gelisah)

31
2. Rumusan Masalah
1. Ansietas
2. Gangguan pola tidur
3. Nyeri akut
3. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
1. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ditandai dengan
pasien tampak gelisah, mengekspresikan kekhawatiran, gangguan tidur.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut ditandai dengan, pasien
mengatakan ketidakpuasan tidur, skala nyeri skala 4 klien tampak meringis
menahan nyeri, waktu tidur klien 3-4 jam.

4. Perencanaan dan Rasional


Perencanaan keperawatan dan Rasional Asuhan keperawatan pada Ny. E
dengan prioritas masalah Ansietas di Lingkungan
No Diagnosa Out Come/Kriteria Hasil (NOC)
1. Ansietas berhubungan dengan 1. Ansietas control
ancaman atau perubahan status 2. Mekanisme koping
kesehatan ditandai dengan pasien Dengan ketentuan berikut (skala 1-5 : tidak
tampak gelisah gangguan tidur, pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu) :
gangguan perhatian. Indikator:
1. Menunjukkan fleksibilitas peran
2. Keluarga menunjukkan
fleksibilitas peran para anggotanya
3. Melibatkan anggota keluarga dalam
membuat keputusan

Intervensi (NIC) Rasional


Penurunan ansietas dan Penurunan ansietasdan peningkatan koping
peningkatan koping: 1. Membantu merilekskan perasaan klien
1. Tenangkan klien
2. Memberikan rasa nyaman kepada klien
3. Menambah pengetahuan klien
2. Berusaha memahami keadaan
klien
3. Berikan informasi
tentangdiagnosa, prognosis dan
32
tindakan

33
5. Gunakan pendekatan dan sentuhan 5. Membina rasa saling percaya terhadap
klien dan perawat
6. Temani klien untuk mendukung 6. Untuk mengurangi rasa takut klien
keamanan dan rasa takut
7. Instruksikan kemampuan klien untuk 7. Meningkatkan pengetahuan pasien
menggunakan tekhnik relaksasi untuk melakukanintervensi
mandiri jika ansietas terjadi
No Diagnosa Out Come/Kriteria Hasil (NOC)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Pasien menunjukkan tingkat nyeri, yang
nyeri akut ditandai dengan, pasien dibuktikan oleh indikator berikut (skala
mengatakan ketidakpuasan tidur, skala 1-5 : sangat
nyeri skala 4 waktu tidur klien 3-4 jam. berat,berat,sedang,ringan,tidak ada).
1. Pengendalian nyeri
2. Tingkat nyeri
Intervensi (NIC) Rasional
1. Gunakan laporan dari klien sendiri 1. Untuk mengumpulkan informasi klien.
sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi
pengkajian
2. Minta klien untuk menilai nyeri dengan 2. Mengetahui skala nyeri klien.
skala 0-10 3. Untuk memudahkan proses pengkajian
Manajemen nyeri:
3. Lakukan pengkajian nyeri secara 4. Mengetahui daerah nyeri, kualitas,
komprhensif meliputi lokasi, kapan nyeri dirasakan, faktor pencetus,

karakteristik, awitan, dan durasi berat ringannya nyeri

frekuensi, kualitas, intensitas atau yang dirasakan.


keparahan nyeri dan faktor
presipitasinya
5. Ajarkan penggunaan tekhnik non 5. Untuk mengajarkan klien apabila nyeri
farmakologi (relaksasi, distraksi) timbul.
Tindakan kolaborasi:
6. Berikan analgetik sesuai program 7. Untuk mengurangi rasa nyeri

34
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny dengan prioritas masalah
kecemasan selama 3 hari yaitu tanggal 01-03 Juni 2017 sebagai langkah terkhir
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat diambil kesimpulan sekiranya
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemberian asuhan keperawatan
pada klien khususnya yang mengalami kecemasan di lingkungan V Kelurahan
Sari Rejo Medan Polonia.
Ansietas adalah satu kondisi kegelisahan mental, keprihatinan, ketakutan,
atau firasat, atau perasaan putus asa karena ancaman yang akan terjadi atau
ancaman antisipasi yang tidak dapat di identifikasi terhadap diri sendiri atau
terhadap hubunan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar,
setengah sadar, atau tidak sadar. Dimana pasien yang mengalami gangguan
ansietas biasanyaa mengalami peningkatan tekanan darah, gelisah, menarik diri,
berkeringat seluruh badan, kehilangan nafsu makan, mual, nyeri pada abdomen,
sering berkemih dan mengalai gangguan tidur.
Pada diagnosa keperawatan untuk menentukan diagnosa keperawatan pada
Ny. E dengan prioritas masalah kecemasan ditemukan 2 diagnosa keperawatan
yang muncul antara lain: Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan
pada status kesehatan, Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut
ditandai dengan, pasien mengatakan ketidakpuasan tidur, skala nyeri skala 4
waktu tidur klien 3-4 jam.
Adapun fokus intervensi pada Ny. E dengan prioritas masalah kecemasan
yaitu pada diagnosa pertama yaitu pengendalian diri klien terhadap kecemasan.
Fokus intervensi pada diagnosa kedua yaitu manajemen nyeri.
Implementasi yang penulis lakukan sudah maksimal dan efektif sesuai
dengan perencanaan yang penulis buat sebelumnya, sehingga hasil yang
diharapkan sudah mendekati kriteria hasil yang penulis telah tetapkan. Sedangkan
Evaluasi asuhan keperawatan pada Ny. E dengan prioritas masalah kecemasan di
Lingkungan V kelurahan Sari Rejo Medan Polonia dimana kedua diagnosa

35
keperawatan yang penulis tegakkan belum ada diagnosa keperawatan yang dapat
teratasi sepenuhnya dan masih perlu intervensi lanjutan.

3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa hendaknya lebih memahami tentang konsep dasar asuhan
keperawatan jiwa sehingga dalam pelaksanaannya lebih mudah untuk
memahami kasus yang ada
2. Untuk mahasiswa di harapkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan,
harus terlebih dahulu memahami masalah dengan baik serta
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan.
3. Gunakan waktu seefisien mungkin dan seefektif mungkin dalam melakukan
tindakan keperawatan

36
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, T. (2009). Kecemasan Ibu Menenti Persalinan. Diakses pada tanggal 13
september 2009 dari, http://titianamalia.wordpres.com/2009/03/31/
kecemasan ibu-menanti-persalinan.
Bobak, dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC.
Dewi, V& Sunarsih, T. (2011). Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba medika
Fauziah, S & Sutejo, J. (2012). Keperawatan Maternitas Kehamilan.
Jakarta:Kencana
Hidayatul, K & Alfaina, W. (2007). Perbandingan Tingkat Kecemasan
Primigravida Multigravida Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Wirobrajan, http://pulikasi.umy.ac.id/index.php/
penddokter/ article/view/477/4078.
Indriyani, D. (2013). Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Graha ilmu
Kusmiyati, Y. (2009). Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta: Fitramaya
Pieter, H. J dan Lubis, N.L. (2011). Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan.
Jakarta: Kencana
Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC
Riyadi, S. & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Wilkinson. (2011) Buku Saku Diagnosis Keperawatan NANDA, Intervensi NIC,
Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: Salemba medika.

37
38

Anda mungkin juga menyukai