Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 )

PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PERAWAT


PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1

Diki Darmawan

Nuraeni Pancaputri

Lufi Hertanti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI NERS CIMAHI 2023

i
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah, SWT bahwa makalah “ Penyakit
Akibat Kerja pada perawat : Penyakit Menular dan Tidak Menular “ telah selesai kami
kerjakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen kami. Dalam proses
pembuatan makalah ini kami sebagai penyusun mengalami berbagai hambatan, akan tetapi
dengan kesabaran dan serta di dukung dari media yang memadai, makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tak ketinggalan pula kami sebagai penyusun makalah
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Tentunya sebagai manusia yang tidak sempurna, kami penyusun tak lepas dari
kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan
evaluasi atas makalah yang kami buat. Harapannya agar kami menjadi lebih baik lagi di
kemudian hari.

ii
Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Perumusan .......................................................................................................... 2

C. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................3

PENYAKIT MENULAR ...............................................................................................3

A. Pengertian Penyakit Menular ..........................................................................3

B. Faktor Penyebab Penyakit Menular.................................................................3

C. Mekanisme Penyakit Menular .........................................................................4

D. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular.....................................5

PENYAKIT TIDAK MENULAR ( PTM ) .......................................................................8

A. Pengertian Penyakit Tidak Menular ................................................................8

B. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular............................9

BAB III PENUTUP ......................................................................................................11

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara


umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang
buruk jauhdi bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.Kondisi tersebut
mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih
sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal
kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya.Karena itu
disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan
atau aturan perlindungan Keselamatandan Kesehatan Kerja.Nuansanya harus bersifat
manusiawi atau bermartabat.

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis


sejaklama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya
fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Di
era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020,
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus
dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebutserta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja
Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku
sehat, memperoleh pelayanan kesehatanyang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

1
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upayauntuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan,sehingga dapat mengurangi dana

tau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan
baik.Jika kita pelajari angka penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah


mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja,agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya. Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi
kebutuan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit
atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya.

B. Permasalahan

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah penyakit akibat kerja pada perawat, dan penyakit
menular dan tidak menular.

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam
menangani penyakit akibat kerja pada perawat, dan penyakit menular dan tidak menular

2
BAB II
PEMBAHASAN

PENYAKIT MENULAR

A. Pengertian Penyakit Menular

Penyakit menular dapat di definisikan sebagai sebuah penyakit yang dapat ditularkan
(berpindah dari satu orang ke orang yang lain, baik secara langsung dan secara
perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agen atau penyebab penyakit
yang hidup dan dapat berpindah serta menterang host/inang (penderita). Dalam hal ini
maka penyakit menular dapat di kelompokan dalam 3 kelompok utama yakni:

 Penyakit yang sangat berbahaya karena kematian cukup tinggi.

 Penyakit menular yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walaupun,


akibatnya lebih ringan dibanding dengan yang pertama.

 Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian, tetapi dapat mewabah


sehingga dapat menimbulkan kerugian waktu maupun materi/biaya.

B. Faktor Penyebab Penyakit Menular

Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat, maka dikenal adanya
beberapa faktor yang memegang peranan penting antara lain adanya faktor penyebab
(agent) yakni organisme penyebab penyakit, adanya sumber penularan (resorvoir
maupun resources), adanya cara penularan khusus (mode of transmission), adanya cara
meninggalkaan penjamu dan cara masuk ke penjamu lainnya, serta keadaan ketahanan
penjamu sendiri, yang merupakan penyebab kausal (agent) penyakit menular adalah
unsur biologis, yang bervariasi mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai
organisme multi selular yang cukup kompleks yang dapat menyebabkan penyakit
manusia. Unsur penyebab ini dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok yakni:

 Kelompok arthropoda (serangga), seperti pada penyakit scabies, pediculosis dan


lain-lain.

 Kelompok cacing/helminth baik cacing darah maupaun cacing perut dan yang
lainnya.

3
 Kelompok protozoa, seperti plasmodium,amoeba,dan lain-lain.

 Fungus atau jamur, baik uniseluler maupun multiseluler

 Bakteri termasuk spirocheata maupun ricketsia yang memiliki sifat tersendiri.

Sebagai makhluk biologis yang sebagian besar adalah kelompok mikro-organisme,


unsur penyebab penyakit menular tersebut juga mempuyai potensi untuk tetap berusaha
untuk mempertahankan diri terhadap faktor lingkungan di mana ia berada dalam usaha
mempertahankan hidupnya serta mengembangkan keturunannya. Adapun usaha
tersebut yang meliputi berkembang biak pada lingkungan yang sesuai/menguntungkan,
terutama pada penjamu /host dimana mikro-organisme tersebut berada, berpindah
tempat dari satu penjamu lainnya yang lebih sesuai/menguntungkan, serta membentuk
pertahanan khususnya pada situasi lingkungan yang jelek seperti membentuk spora atau
bentuk lainya.

C. Mekanisme Penyakit Menular

Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah mekanisime


penularan (mode of transmissions) yakni berbagai mekanisme di mana unsur penyebab
penyakit dapat mencapai manusia sebagai penjamu yang potensial. Mekanisme tersebut
meliputi cara unsur penyebab (agent) meninggalkan reservoir, cara penularan untuk
mencapai penjamu potensial, serta cara masuknya ke penjamu potensial tersebut.
Seseorang yang sehat sebagai salah seorang penjamu potensial dalam masyarakat,
mungkin akan ketularan suatu penyakit menular tertentu sesuai dengan posisinya dalam
masyarakat serta dalam pengaruh berbagai reservoir yang ada di sekitarnya.
Kemungkinan tersebut sangat di pengaruhi pula olah berbagai faktor antara lain:

1. Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut mempengaruhi
kualitas maupun kuantitas unsur penyebab.

2. Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan resevoir penyakit serta
unsur biologis yang hidup berada di sekitar manusia .

3. Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat, termasuk
kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari.

4
Tiap kelompok memiliki jalur penularan tersendiri dan pada garis-garis besarnya dapat di
bagi menjadi dua bagian utama yakni:

1. Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari penderita
atau resevoir, langsung ke penjamu potensial yang baru.

2. Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan melalui media
tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet dan dust, melalui
benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector borne).

D. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

1. Pencegahan Penyakit Menular Pengertian pencegahan secara umum adalah


mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-
langkah untuk pencegahan, haruskan didasarkan pada data/keterangan yang
bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan penelitian
epidemiologis. Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan secara umum yakni:

a. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi:

1) promosi kesehatan dan pencegahan khusus, sasaran pencegahan pertama


dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan penjamu. Sasaran yang
ditujukan pada faktor penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab
serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi,
sterilisasi, yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab
penyakit, penyemprotan inteksida dalam rangka menurunkan menghilangkan
sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, di samping
karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai
penularannya.

2) Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti


peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perubahan serta bentuk
pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis seperti
pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan
lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar individu
dan kehidupan sosial masyarakat.

5
3) Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status
kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta
berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis,
persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan,
dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olah
raga kesehatan.

4) Menggunakan APD (alat pelindung diri) Perawat diwajibkan menggunakan


APD saat bekerja karena berkontak secara langsung

b. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi:

1) diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, sasaran pencegahan ini terutama
ditunjukkan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspek)
atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun tujuan usaha
pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya
wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah
terjadi akibat samping atau komplikasi.

2) Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha


surveveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan
kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan sebagainya),
penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam
masyarakat, serta pengobatan dan perawatan efektif.

3) Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada


pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.

c. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi:

a. pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi, sasaran pencegahan tingkat ke tiga


adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah jangan sampai
mengalami cacat permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau
mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkatan ini juga dilakukan
usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan
suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik,
psikologi dan sosial optimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi

6
mental/psikologis serta rehabilitasi sosial. Pencegahan Penyakit Menular pada
Perawat

1) Rajin mencuci tangan Dilakukan sebelum makan, setelah berkontak dengan


pasien atau melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan cairan kotoran,
cairan tubuh pasien, sebelum memakai sarung tangan, dan setelah melepas
sarung tangan. Cara mencuci tangan adalah dengan menggunakan air mengalir
dan sabun atau cairan pembersih kuman, cuci kedua tangan setidaknya dalam
waktu 15-20 detik.

2) Memakai sarung tangan Pada waktu ada kemungkinan berkontak dengan cairan
darah, cairan tubuh, barang cairan dan kotoran, harus mengenakan sarung
tangan anti air yang terbuat dari bahan karet, ethylene resin, atau asafetida dan
sejenisnya. Pada waktu melepas sarung tangan, harus melalui pergelangan yang
ditarik keluar, kemudian sarung tangan dibalikkan keseluruhan, kemudian
dibuang, dan segera mencuci tangan. Perhatian: pemakaian sarung tangan tidak
dapat menggantikan pentingnya mencuci tangan.

3) Mengenakan masker mulut, masker mata atau masker muka Pada saat
menghadapi kemungkinan adanya cairan tubuh yang beterbangan, seperti :
pasien yang batuk atau bersin, harus mengenakan masker mulut atau masker
muka dan lain-lain sebagai alat pelindung. Hal-hal yang perlu diperhatikan
mengenai masker mulut :

a) Masker mulut berbentuk datar walaupun memiliki hasil perlindungan, tetapi


karena kurang melengkung dan tidak menempel rapat di wajah, hasilnya
tidak sebanding dengan masker mulut berbentuk gelas.

b) Masker mulut sebaiknya digunakan sekali pakai saja, apabila perlu dipakai
berulangkali, harus diperhatikan penyimpanan di tempat yang bersih dan
berudara lancar. Tetapi untuk kondisi berikut ini pemakaian tidak boleh
dilanjutkan : ada kecurigaan pencemaran, berlubang, berubah bentuk, kotor,
berbau, hambatan untuk bernafas bertambah dan lain-lain. c. Pada saat
melepas masker mulut harus menghindari tercemarnya masker mulut,juga
menghindari terkena pencemaran dari masker mulut. Sebelum dan sesudah
melepas masker mulut, harus mencuci tangan secara bersih.

7
c) Pada saat membuang masker mulut yang tercemar, harus menghindari
tersebarnya kuman, dengan cara melipat masker ke arah dalam, diletakkan
ke dalam kantong plastik yang ditutup rapat.

d) Memakai seragam kerja selama waktu kerja harus mengenakan seragam


kerja serta rajin diganti dan dicuci. Selesai kerja, meninggalkan kamar pasien
untuk istirahat, atau keruang makan untuk makan. Seragam kerja dan
pakaian lainnya harus dicuci secara terpisah.Ketiga tingkat pencegahan
tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaan nyasering
dijumpai keadaan yang tumpang tindih.

PENYAKIT TIDAK MENULAR ( PTM )

A. Pengertian Penyakit Tidak Menular (PTM)

Merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh kuman atau virus penyakit dan tidak
ditularkan kepada orang lain, termasuk cedera akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari
orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang dan pada umumnya berkembang
secara lambat. Penyakit ini ditimbulkan oleh aktivitas perawat dalam bekerja PTM
memiliki tingkat kefatalan yang tinggi. Hampir bisa dipastikan penderita PTM tidakakan
sembuh seperti sebelumnya bahkan cenderung memburuk. Penyakit yang termasukPTM
utama di Indonesia yaitu: penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit paru obstruktifkronis (
PPOK ), dan diabetes mellitus, serta cedera akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan.Tahun 2002, Badan Kesehatan Dunia WHO menyatakan bahwa cedera
( injury ) merupakan salah satu jenis penyakit ( disease ).

Berikut ini yang merupakan PTM adalah :

1. Sakit otot dan tulang Tindakan memindahkan pasien, membalikkan dan menepuk-
nepuk punggung pasien, latihan penyembuhan, dikarenakan sering mengeluarkan
tenaga berlebihan, gerakan yang tidak benar atau berulang-ulang, mudah
menyebabkan cedera di bagian otot dan tulang, apabila tenaga perawat berusia
8
agak tua, maka akan menambah resiko dan tingkat keseriusan cedera di otot dan
tulang.

2. Gangguan tidur Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang
tidak tentu untuk menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur pendek,
tidur kurang lelap, kesulitan tidur.

3. Low Back Pain Perawat terutama yang ada di ruang IGD, cenderung untuk
menderita sakit punggung bawah karena terjadinya gerakan mengangkat pasien
secara berulang-ulang. Posisi pengangkatan yang salah merupakan faktor penyebab
dari penyakit ini

4. Tindak Kekerasan Perawat juga tak luput dari cedera akibat tindak kekerasan, hal
tersebut dapat terjadi karena pasien dalam keadaan tidak sadar atau pada pasien
dengan penyakit jiwa, akhir- akhir ini di Indonesia sering juga terjadi aksi pemukulan
yang dilakukan oleh keluarga pasien.

B. Pencegahan Penyakit Tidak Menular

1. Pencegahan cedera otot dan tulang

a. Pada saat memindahkan barang, tubuh sebisa mungkin dekat dengan barang
tersebut dan hindari gerakan membungkuk atau posisi membungkuk ke arah
depan, sebaiknya berlutut atau kedua kaki direndahkan sehingga pusat beban
berkurang untuk menghindari cedera di bagian pinggang. Pada saat
memindahkan barang jangan hanya memutarkan pinggang, harus dengan satu
kaki sebagai tumpuan, kaki yang lain bergerak dan memutarkan seluruh badan
untuk menghindari cedera di lutut dan pinggang.

b. Pada saat merawat pasien apabila ada gerakan condong ke depan sebelum
membungkuk, harus dengan satu tangan sebagai tumpuan badan untuk
menghindari pinggang mendapat beban terlalu besar. Apabila perlu memindahkan
pasien, harus dengan kedua kaki merendah sehingga pusat beban terkurang
untuk menghindari terjadinya cedera di bagian pinggang.

c. Jagalah posisi duduk yang benar, bagian punggung sebaiknya menempel di


punggung kursi, untuk menghindari tulang pinggang melengkung, dapat diganjal
9
dengan barang tumpuan kecil atau bantal kecil, untuk mengurangi beban di tulang
pinggang

2. Saran untuk istirahat tidur

a. Pergunakan waktu istirahat siang, atau istirahat singkat untuk mensuplai waktu
tidur.

b. Sebelum tidur lakukan gerakan peregangan, untuk membantu cepat tidur. Tetapi
sebelum tidur tidak boleh melakukan olah raga berat.

c. Kegiatan sebelum tidur hendaknya diusahakan penuh kehangatan jangan


membuat emosi terlalu tinggi.

d. Dalam hal makanan hendaknya normal, teratur, seimbang sebagai patokan,


sebelum tidur hindari konsumsi makanan berlebihan, minum kopi, teh, nikotin dan
makanan merangsang lainnya. Apabila lembur malam, makan malam boleh
ditambah, tetapi sebelum selesai kerja harus menghindari produk penambah
energi dan sebelum tidur jangan makan terlalu kenyang atau mengkonsumsi
makanan berlemak tinggi.

3. Hal lain yang perlu diperhatikan

a. Merawat pasien dibatasi untuk satu pasien saja, batasan ruang gerak hanya di
satu kamar pasien saja, tidak dibenarkan bergerak di berbagai bagian rumah
sakit.

b. Boleh mendapat suntikan vaksinasi untuk memperkecil kemungkinan penularan,


seperti vaksinasi untuk hepatitisB, TBC, flu dan lain-lain.

c. Memahami perawatan pasien, atau kondisi penyakit menular pasien satu


ruangan, untuk mengambil langkah perlindungan diri sendiri yang memadai.

d. Memelihara kebiasaan berolah raga teratur, mempergunakan waktu luang


perawatan untuk mengerakkan seluruh otot dan tulang tubuh.

e. Secara aktif mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang bersangkutan.

10
f. Setiap tahun melakukan pemeriksaan kesehatan berkala.

11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa bekerja sebagai perawat memiliki resiko yang amat tinggi, tak
hanya tertular penyakit, tetapi bisa juga terkena penyakit yang tidak menular. Untuk
itu,diharapkan perhatian khusus untuk meminimalisir kejadian kecelakaan kerja. Hal tersebut
dapat terwujud dengan penyediaan fasilitas rumah sakit yang memadai, sosialisasi
penggunaan APD untuk penyakit-penyakit tertentu, sosialisasi pemenuhan nutrisi untuk
mencegah penyakit, serta pelatihan dalam menghadapi pasien yang dapat menimbulkan
bahaya (menyerang).

DAFTAR PUSTAKA
12
Baihaqi, H. (2018, 01 29). Retrieved 11 09, 2018, from
http://jabar.tribunnews.com:http://jabar.tribunnews.com/2018/01/29/seorang-perawat-di-rsu-
dr-slamet-garut-jadi-pasien-difteri

Rinando, R. (2018, 03 27). (nashrullah, Ed.) Retrieved 11 09, 2018,


fromhttp://lampung.tribunnews.com: http://lampung.tribunnews.com/2018/03/27/perawat-
dikeroyok-keluarga-pasien-rs-abdul-moeloek-pilih-tempuh-jalur-hukum

Skerrett, P. (2015, 11 20). Retrieved 11 09, 2018, from


https://www.statnews.com:https://www.statnews.com/2015/11/20/nurses-patient-violence/

\Sulaiman, M. R. (2016, 10 25). Retrieved 11 09, 2018, from


https://health.detik.com:https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3328897/terinfeksi-
ebola-saat-merawat-pasien-perawat-ini-tuntut-rumah-sakit

13

Anda mungkin juga menyukai