Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

APLIKASI KEPERAWATAN TRANSKULTURAL SEPANJANG DAUR


KEHUDUPAN MANUSIA

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Fadila a.kambisu
2. Fauziah.Singkiki
3. Riska Handayani
4. Muh.Fadel
5. Noviyana Arifin T
6. Silintowe Meyvania Lalundu
7. Vindy Meilin Mebsikene
8. Wulandari Moili
9. Wisnu Pramudya

Dosen Pengampuh :
Dwi Debi Tampa’i ,S.Kep.,Ns.M.M

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO PROGRAM


STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT sebab atas rahmat dan hidayah–
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Psikososial dan budaya dalam
keperawatan yang berjudul “Aplikasi keperawatan transkultural sepanjang daur kehidupan
manusia ” tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk kemajuan dalam
pembuatan tugas selanjutnya. Akhir kata, kami berharap semoga tugas makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Menjelaskan pengertian transkultural.....................................................................
B. Menjelaskan peran dan fungsi perawat..................................................................
C. Menjelaskan pengkajian asuhan keperawatan budaya...........................................
D. Menjelaskan instrumen pengkalian budaya............................................................
E. Menjelaskan aplikasi konsep & prinsip trankultural nursing sepanjang daur
kehidupan manusia.................................................................................................

BAB III PENUTUP .......................................................................................................


A. KESIMPULAN.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi peningkatan
jumlah penduduk baik populasi maupun variasinya. Keadaan ini memungkinkan
adanya multikultural atau variasi kultur pada setiap wilayah. Tuntutan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas pun semakin tinggi. Hal ini
menuntut setiap tenaga kesehatan profesional termasuk perawat untuk mengetahui
dan bertindak setepat mungkin dengan prespektif global dan medis bagaimana
merawat pasien dengan berbagai macam latar belakang kultur atau budaya yang
berbeda dari berbagai tempat di dunia dengan memperhatikan namun tetap pada
tujuan utama yaitu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Penanganan
pasien dengan latar belakang budaya disebut dengan transkultural nursing.
Transkultural nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepda
manusia (Leininger, 2002). Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk
mengurangi konflik perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai
profesional dan pasien
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TRANSKULTURAL
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan Tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum
dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan
pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana
ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat
lainnya.

B. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab


itu, penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat
(Pasien).Misalnya kebiasaan hidup sehari - hari, seperti tidur, makan , kebersihan diri,
pekerjaan, pergaulan social, praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan,
hubungan kekeluargaaan, peranan masing- masing orang menurut umur.Kultur juga
terbagi dalam sub - kultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak
seluruhnya menganut pandangan kelompok kultur yang lebih besar atau memberi
makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan
cultural.Nilai- nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil
mendapat pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan
bahwa budayaTimur masih kental dengan hal- hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun- tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingknya pengaruh
kultur terhadap pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang
yang relative baru, ia berfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik budaya
tentang Kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya. Leininger (1991)
mengatakan transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda
ras, yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang
ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices
adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.Menurut
Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural raladalah
berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan
dengan kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai
budaya (kultur), baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul
persamaan-persamaan. Lininger berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola
praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin
sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

C. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN BUDAYA

Perawat dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi klien yang memiliki


latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda. Untuk menghadapi situasi ini
penting bagi perawat untuk memahami bahwa klien memiliki pendangan dan
interpretasi mengenai penyakit dan kesehatan yang berbeda. Pandangan tersebut
didasarkan pada keyakinan sosial-budaya klien. Perawat harus sensitif dan waspada
terhadap keunikan warisan budaya dan tradisi kesehatan klien dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien dari latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Perawat harus mengkaji dan mendengarkan dengan cermat tentang konsistensi
warisan budaya klien. Pengakajian tentang budaya klien merupakan pengkajian yang
sistematik dan komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan
praktik individual, keluarga, komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk
mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat
menerapkan kesamaan budaya (Leininger dan MC Farland, 2002).
Perawat dalam melakukan pengkajian terhadap kebudayaan klien dimulai
dari menentukan warisan kultural budaya klien, latar belakang organisasi sosial, dan
keterampilan bahasa serta menayakan penyebab penyakit atau masalah untuk
mengetahui klien mendapatkan pengobatan rakyat secara tradisional baik secara
ilmiah maupun mesogisoreligus atau kata ramah, suci untuk mencegah dan
mengatasi penyakit. Hal ini dilakukan untuk pemenuhan kompoen pengakajian
budaya untuk menyediakan informasi yang berguna dalam mengumpulkan data
kebudayaan klien. Model matahari terbit dari leininger menggambarkan
keberagaman budaya dalam kehidupan sehari-hari dan membantu melaksanakan
pengkajian budaya yang dilakukan secara komprehensif. Modelini beranggapan
bahwa nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik merupaknhal yang
tidak dapat diubah dalam budaya dan dimensi struktur sosial masyarakat, konteks
lingkungan, bahasa dan riwayat etik atau peristiwa bersejarah dari kelompok
tertentu(Potter dan perry fundamental keperawatan ed 7, 187)Tahapan pengkajian
budaya dimulai dari mengetahui perubahan demografik populasi pada lingkungan
praktik komunitas yang disebut dengan data sensus. Data sensus didapatkan dari
data sensus lokal dan regional serta laporan pelayanan kesehatan. Langkah
berikutnya perawta menggunakan teknik wawancara yang terbuka, terfokus, dan
kontras untuk mendorong klien menceritakan nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik
dalam warisan budayanya ( Spradley, 1979).
Dalam melaksanakan pengkajian budaya seorang perawt menjalin hubungan
dengan klien dan memiliki keterampilam dalam berkomuknikasi. Pengkajian budaya
yang komprehensif membutuhkan keterampilan, waktu hingga persiapan dan
antisipasi sangat diperlukan.

D. INSTRUMEN PENGKAJIAN BUDAYA

Pada abad ke-21 ini,tuntutan terhadap asuhan keperawatan semakin besar, tak
hanya asuhan keperawatan yang melihat sisi medisnya saja, tetapi juga melihat dari
sisi budaya.Jika melihat dari sisi budaya, ini termasuk ilmu keperawatan yang
memasuki level midletheory range, yaitu teori transkultural nursing. Transkultural
nursing mempunyai tahapan yang sama dengan proses keperawatan; antara lain
pengkajian, diagnosis, perencanaan,implemantasi dan evaluasi.
Pengkajian dalam transkultural nursing memiliki instrument atau komponen
tersendiri, antara lain; warisan dan sejarah etnik, variasi biologis, religious dan
kepercayaan, organisasi sosial, komunikasi, waktu, kepercayaan perawatan dan
prakteknya, serta pengalaman sebagai tenaga proposional. Warisan budaya dan
sejarah etnik sering membawa pada nilai-nilai dan norma yang berlaku pada suatu
adat istiadat,ras klien, atau dalam hal ini dapat dikaji tentang persepsin sehat dan sakit
menurut budaya klien, keikut sertaan cara-cara budaya dalam proses perawatan.
Relijius dan kepercayaan ini dalah faktor yang sangat mempengaruhi karena
membawa motivasi tersendiri untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya.
Kajian religious dapat meliputi agama yang dianut, sudut pandang pasien terhadap
penyebab penyakit, proses penyembuhannya sertasisi positif agama pasien yang dapat
membantu proses kesembuhanya. Variasi biologis, perbedaan biologis antara anggota
kelompok kultur, seperti struktur dan bentuk tubuh,warna kulit, variasi enzimatik dan
genetik, kerentanan terhadap penyakit, variasi nutrisi.
Pengkajian organisasi sosial mengacu pada unit keluarga dan kelompok
sosial,dimana di lihat tentang keadaan soal keluarga seperti ekonomi, pergaulan
sosial.Sedangkan pada kelompok sosila klien dapat dilihat sejarah lingkungan dan
kondisi lingkungan. Komunikasi adalah hal terpenting dalam pelaksanaan proses
asuhan keperawatan, ketidak berhasilan komunikasi dapat menghambat proses
diagnosis dan tindakaan serta dapat membawa pada hasil yang tragis. Dalam hal ini
perawat harus dapat melihat bahasa yang digunakan pasien secara verbal maupun non
verbal. Ruang personal menujukkan sikap klien yang harus ditanggapi oleh perawat
secara sensitive, sehingga tidak menimbulkan rasa ketidak nyamanan pasien. Bukan
hanya mengenai ruang personal yang harus menjadi pertimbangan tetapi juga
mengenai waktu,orientasi waktu berbeda-beda dalam setiap ethic ada yang
memprioritaskan pada saat ini ada juga yang saat mendatang. Perbedaan orientasi
waktu ini akan membawa pada perencaan asuhan jangka panjang. Keyakinan
perawatan klien juga menjadi faktor kajian, di sini perawat harus melihat bagai mana
keyakinan dan praktik pengobatan tradisional yang dipercai pasien dalam proses
penyembuhannya apakah dapat membantu atau memperparah penyakitnnya. Dan
faktor kajian terakhir yang mempengaruhi adalah pengalam an propesional perawatan
itu sendiri dalam menangggapi atau dalam member asuhan keperawatan itu.

E. APLIKASI KONSEP DAN PRINSIP TRANSKULTURAL NURSING


SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN MANUSIA
1.Perawatan Kehamilan Dan Kelahiran
Kehamilan dan kelahiran bayi pun dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya
dalam suatu masyarakat. Dalam ukuran-ukuran tertentu, fisiologi kelahiran secara
universal sama. Namun proses kelahiran sering ditanggapi dengan cara-cara yang
berbeda oleh aneka kelompok masyarakat (Jordan, 1993). Berbagai kelompok yang
memiliki penilaian terhadap aspek kultural tentang kehamilan dan kelahiran
menganggap peristiwa itu merupakan tahapan yang harus dijalani didunia. Salah satu
kebudayaan masyarakat kerinci di Provinsi Jambi misalnya, wanita hamil dilarang
makan rebung karena menurut masyarakat setempat jika wanita hamil makan
rebungmaka bayinya akan berbulu seperti rebung. Makan jantung pisang juga
diyakini menurut keyakinan mereka akan membuat bayi lahir dengan ukuran yang
kecil.
Dalam kebudayaan Batak, wanita hamil yang menginjak usia kehamilan tujuh
bulan diberikan kepada ibunya ulos tondi agar wanita hamil tersebut selamat dalam
proses melahirkan. Ketika sang bayi lahir pun nenek dari pihak ibu memberikan
lagiulos tondi kepada cucunya sebagai simbol perlindungan. Sang ibu akan
menggendonganaknya dengan ulos tersebut agar anaknya selalu sehat dan cepat besar.
Ulos tersebut dinamakan ulos parompa.
Pantangan dan simbol yang terbentuk dari kebudayaan hingga kini masih
dipertahankan dalam komunitas dan masyarakat. Dalam menghadapi situasi ini,
pelayanan kompeten secara budaya diperlukan bagi seorang perawat untuk
menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya
berbeda,serta berupaya mencapai pelayanan yang optimal bagi klien dan
keluarga.Menurut Meutia Farida Swasono salah satu contoh dari masyarakat yang
sering menitik beratkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa
kehamilan dan kelahiran adalah orang jawa yang di dalam adat adat istiadat mereka
terdapat berbagai upacara adat yang rinci untuk menyambut kelahiran bayi seperti
pada upacara mitoni, procotan, dan brokohan.
Perbedaan yang paling mencolok antara penanganan kehamilan dan kelahiran
oleh dunia medis dengan adat adalah orang yang menanganinya, kesehatan modern
penanganan oleh dokter dibantu oleh perawat, bidan, dan lain sebagainya tapi
penangana dengan adat dibantu oleh dukun bayi. Menurut Meutia Farida Swasono
dukun bayi umumnya adalah perempuan, walaupun dari berbagai kebudayaan
tertentu, dukun bayi adalah laki laki seperti pada masyarakat Bali Hindu yang disebut
balian manak dengan usia di atas 50tahun dan profesi ini tidak dapat digantikan oleh
perempuan karena dalam proses menolong persalinan, sang dukun harus membacakan
mantra mantra yang hanya boleh diucapkan oleh laki laki karena sifat sakralnya.
Proses pendidikan atau rekrutmen untuk menjadi dukun bayi
bermacammacam. Ada dukun bayi yang memperoleh keahliannya melalui proses
belajar yang diwariskan dari nenek atau ibunya, namun ada pula yang mempelajari
dari seorang guru karena merasa terpanggil. Dari segi budaya, melahirkan tidak hanya
merupakan suatu proses semata mata berkenaan dengan lahirnya sang bayi saja,
namun tempat melahirkan pun harus terhindar dari berbagai kotoran tapi
“kotor”dalam arti keduniawian, sehingga kebudayaan menetapkan bahwa proses
mengeluarkan unsur-unsur yang kotor atau keduniawian harus dilangsungkan di
tempat yang sesuai keperluan itu. Jika dokter memiliki obat obat medis maka dukun
bayi punya banyak ramuan untuk dapat menangani ibu dan janin, umumnya ramuan
itu diracik dari berbagai jenis tumbuhan, atau bahan bahan lainnya yang diyakini
berkhasiat sebagai penguat tubuh atau pelancar proses persalinan.
Menurut pendekatan biososiokultural dalam kajian antropologi, kehamilan dan
kelahiran dilihat bukan hanya aspek biologis dan fisiologis saja, melainkan sebagai
proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal seperti; pandangan budaya
mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam
pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara pencegahan
bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan tradisional, cara menolong kelahiran,
pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta perawatan
bayi dan ibunya.
Berdasarkan uraian diatas, perawat harus mampu memahami kondisi kliennya
yang memiliki budaya berbeda. Perawat juga dituntut untuk memiliki keterampilan
dalam pengkajian budaya yang akurat dan komprehensif sepanjang waktu
berdasarkan warisan etnik dan riwayat etnik, riwayat biokultural, organisasi
sosial,agama dan kepercayaan serta pola komunikasi. Semua budaya mempunyai
dimensi lampau, sekarang dan mendatang. Untuk itu penting bagi perawat memahami
orientasi waktu wanita yang mengalami transisi kehidupan dan sensitif terhadap
warisan budaya keluarganya.

2. Perawatan Dan Pengasuhan Anak


Disepanjang daur kehidupannya, manusia akan melewati masa transisi dari
awal masa kelahiran hingga kematiannya. Kebudayaan turut serta mempengaruhi
peralihan tersebut. Dalam asuhan keperawatan budaya, perawat harus paham dan bisa
mengaplikasikan pengetahuannya pada tiap daur kehidupan manusia. Salah satu
contohnya yaitu aplikasi transkultural pada perawatan dan pengasuhan anak. Setiap
anak diharapkan dapat berkembang secara sempurna dan simultan, baik
perkembangan fisik, kejiwaan dan juga sosialnya sesuai dengan standar
kesehatan,yaitu sehat jasmani, rohani dan sosial. Untuk itu perlu dipetakan berbagai
unsur yang terlibat dalam proses perkembangan anak sehingga dapat dioptimalkan
secara sinergis.
Menurut Urie Bronfenbrenner (1990) setidaknya ada 5 (lima) sistem yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,yaitu:
Pertama, sistem mikro yang terkait dengan setting individual di mana anak tumbuh
dan berkembang yang meliputi : keluarga, teman sebaya, sekolah dan lingkungan
sekitar tetangga.Kedua, sistem meso yang merupakan hubungan di antara mikro
sistem, misalnya hubungan pengalaman-pengalaman yang didapatkan di dalam
keluarga dengan pengalaman di sekolah atau pengalaman dengan teman
sebaya.Ketiga, sistem exo yang menggambarkan pengalaman dan pengaruh dalam
setting sosial yang berada di luar kontrol aktif tetapi memiliki pengaruh langsung
terhadap perkembangan anak,seperti,pekerjaan orang tua dan media massa.Keempat,
sistem makro yang merupakan budaya di mana individu hidup, seperti :ideologi,
budaya, sub-budaya atau strata sosial masyarakat.Kelima, sistem chrono yang
merupakan gambaran kondisi kritis transisional (kondisisosio-historik). Keempat
sistem pertama harus mampu dioptimalkan secara sinergis dalam pengembangan
berbagai potensi anak sehingga dibutuhkan pola pengasuhan, pola pembelajaran, pola
pergaulan termasuk penggunaan media massa, dan pola kebiasaan (budaya) yang
koheren dan saling mendukung.
Proses sosialisasi pada anak secara umum melalui 4 fase, yaitu:
a). Fase Laten (Laten Pattern), pada fase ini proses sosialisasi belum terlihat
jelas.Anak belum merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri dan dapat
melakukan kontak dengan lingkungannya. Pada fase ini anak masih dianggap
sebagai bagian dari ibu,dan anak pada fase ini masih merupakan satu
kesatuanyang disebut “two persons system”
b). Fase Adaptasi (Adaption), pada fase ini anak mulai mengenal lingkungan
dan memberikan reaksi atas rangsangan-rangsangan dari lingkungannya.
Orangtua berperan besar pada fase adaptasi, karena anak hanya dapat belajar
dengan baik atas bantuan dan bimbingan orangtuanya.
c). Fase Pencapaian Tujuan (Goal Attainment), pada fase ini dalam
sosialisasinya anak tidak hanya sekadar memberikan umpan balik atas
rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya, tapi sudah memiliki maksud
dan tujuan. Anak cenderung mengulangi tingkah laku tertentu untuk
mendapatkan pujian dan penghargaan dari lingkungannya.
d). Fase Integrasi (Integration), pada fase ini tingkah laku anak tidak lagi hanya
sekadar penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk mendapatkan penghargaan, tapi
sudah menjadi bagian dari karakter yang menyatu dengan dirinya sendiri.
Interaksi anak dengan lingkungannya secara tidak langsung telah mengenalkan
dirinya pada kultural atau kebudayaan yang ada di sekelilingnya. Lingkungan dan
keluarga turut berperan serta dalam tumbuh kembang anak. Hal ini pun tidak
terlepasdari pengaruh-pengaruh budaya yang ada di sekitarnya. Sebagai perawat,
dalam memberikan pengasuhan dan perawatan perlu mengarahkan anak pada perilaku
perkembangan yang normal, membantu dalam memaksimalkan kemampuannya dan
menggunakan kemampuannya untuk koping dengan membantu mencapai
keseimbangan perkembangan yang penting. Perawat juga harus sangat melibatkan
anak dalam merencanakan proses perkembangan. Karena preadolesens memiliki
keterampilan kognitif dan sosial yang meningkat sehingga dapat merencanakan
aktifitas perkembangan.
Dalam lingkungannya, anak diharuskan bekerja dan bermain secara kooperatif
dalam kelompok besar anak-anak dalam berbagai latar belakang budaya. Dalam
proses ini, anak mungkin menghadapi masalah kesehatan psikososial dan
fisik(misalnya meningkatnya kerentanan terhadap infeksi pernapasan, penyesuaian
yang salah di sekolah, hubungan dengan kawan sebaya tidak adekuat, atau gangguan
belajar). Perawat harus merancang intervensi peningkatan kesehatan anak dengan
turut mengkaji kultur yang berkembang pada anak. Agar tidak terjadi konflik budaya
terhadap anak yang akan mengakibatkan tidak optimalnya pegasuhan dan perawatan
anak.

BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab


itu, penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat.
Misalnya kebiasaan hidup sehari-hari, seperti tidur, makan, pekerjaan, pergaulan
sosial dan lain-lain.Kultur juga terbagi dalam sub kultur.
Nilai-nilai budaya timur masih sangat kental, seperti misalnya wanita yang
sedang hamil ingin diperiksa oleh bidan atau perawat wanita daripada dengan dokter
pria. Hal ini menunjukkan bahwa budaya timur masih kental dengan hal-hal yang
dianggap tabu.Dalam Masyarakat tradisional sistem pengobatan tradasional ini
adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti
mempelajari pranata sosial umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli
(tradisional) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai
sebab akibat.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/391960492/Transkultural-Nursing-Sepanjang-
Daur-Kehidupan-Manusia

Anda mungkin juga menyukai