DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya.Makalah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan pada anak dengan kasus
kekurangan energy kronis.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
BAB II KONSEP MEDIS
A. Definis ................................................................................................................................ 2
B. Etiologi ............................................................................................................................... 3
C. Manifestasi Klinik ............................................................................................................. 3
D. Patofisiologi ....................................................................................................................... 4
E. Komplikasi ......................................................................................................................... 4
F. Penatalaksanaan ................................................................................................................ 5
G. Patway................................................................................................................................. 8
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ........................................................................................................................ 9
B. Diagnosa .......................................................................................................................... 11
C. Intervensi ......................................................................................................................... 11
D. Implementasi ................................................................................................................... 11
E. Evaluasi ............................................................................................................................ 11
BAB IV ASKEP KASUS
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit hirschsprung diperkirakan terjadi 1 kasus diantara 5.400-7.200 bayi yang baru lahir
hidup di Amerika, sementara frekuensi yang Tepat untuk seluruh dunia tidak diketahui secara pasti.
Angka kejadian Penyakit hirschsprung secara internasional adalah 1:1.500 sampai dengan 1:7.000
kelahiran hidup.
Insiden penyakit hirschsprung di Indonesia belum begitu jelas. Jika Diperkirakan angka
insiden 1 diantara 5000 kelahiran hidup, maka dapat Diprediksi dengan jumlah penduduk 220 juta
dan tingkat kelahiran 35 Per juta kelahiran, akan lahir 1400 bayi setiap tahunnya Dengan penyakit
hirschsprung. Di RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta,Ada 20 sampai 40 penderita penyakit
Hirschsprung yang dirujuk setiap Tahunnya.Penyakit hirschsprung dianggap sebagai kasus
kegawatdaruratanBedah yang perlu penanganan segera. Jika tanpa penanganan segera,Maka
mortalitas dapat mencapai 80% pada bulan-bulan pertama Kehidupan. Dengan penanganan yang
tepat angka kematian dapat di Tekan. Menurut Swenson (2002) jika dilakukan tindakan bedah angka
Kematian bisa ditekan hingga 2,5%.
Berdasarkan data yang diambil dari bagian rekam medic pasien dengan diagnosis Hirscprung
yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado pada januari 2010 – September 2014,
diperoleh data sebanyak 45 kasus. Kasus tertinggi yaitu pada tahun 2013 dengan 11 pasien (24,45%)
dan terendah yaitu pada tahun 2010 dengan 5 pasien (11,11%). Dari penelitian ini juga ditemukan 26
(47,78%) kasus dari 45 kasus yang didiagnosis Hirscprung adalah laki-laki, dan sisanya 19 (42,22)
kasus adalah perempuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Izadi M Dkk (2009) dalam kurun waktu 6 tahun (1995-2001)
di rumah sakit poursina Iran, Menunjukkan proporsi jenis kelamin lakilaki 67% (39 dari 58 kasus)
lebih banyak Dari perempuan 33% (19 dari 58 kasus) Dengan rasio 2:1.13
Penelitian yang dilakukan Henna N. Dkk (2011) dari maret 2009 – oktober 2009 Di Pakistan,
menunjukkan proporsi gejala Klinik menunjukkan konstipasi (78%), Distensi abdomen (91,7%),
vomiting (58,3%), dan mekonium terlambat (47,9%).
Penelitian yang dilakukan oleh Izadi M dkk (2009) dalam kurun waktu 6 Tahun (1995-2001)
di rumah sakit poursina Iran, menunjukkan proporsi gejala klinik Dari 58 pasien Hirschsprung yang
terbanyak adalah konstipasi yaitu sebesar 79,31 % (46 orang), distensi abdomen 67,24 % (39 orang),
keterlambatan Pengeluaran mekonium 17,24 % (10 orang) Dan muntah 8,62 % (5 orang)
Mortalitas dari kondisi ini dapat dikurangi dengan peningkatan dalam diagnosis, keperawatan
intensif neonatus, teknik pembedahan, dan diagnosis penatalaksanaan penyakit hirschprung dengan
enterokolitis.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Penyakit Hirschprung atau megacolon kongenital adalah penyakit yang ditandai
dengan tidak adanya sel ganglion pada plexus myentericus (Aurbach) dan plexus submucosa
(Meissner) dari usus sehingga menjadi penyebab obstruksi terbanyak pada neonates (Palissei,
Wirawan, & Faruk, 2021)sel ganglion berfungsi untuk mengontrol kontraksi dan relaksasi dari
otot polos dalam usus distal, tanpa adanya sel-sel ganglion (aganglionosis) otot-otot dibagian
usus besar tidak dapat melakukan gera peristaltik (gerak mendorong keluar feses) (Radeanty,
Ilawanda, & Anjarwati, 2020).
B. Tanda dan gejala
Pada periode bayi baru lahir, penyakit hirschprung sering datang ditandai dengan gejala
muntah-muntah, distensi abdomen, meconium keluar lebih dari 24 jam setelah kelahiran dan
muntah kehijauan. Komplikasi yang harus diwaspadai akibat penyakit hirschprung adalah
enterocolitis, perforasi usus dan sepsis yang merupakan penyebab kematian tersering. Tanda
dan gejala yang mucul yaitu berupa distensi abdomen dan terkait dengan toksisitas sistemik
yaitu demam, kegagalan pertumbuhan, periode konstipasi yang diselingi dengan diare yang
massif, dehidrasi, laterkgi dan syok (Maidah, Ismet, & Santosa, 2020).
C. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis penyakit hirschsprung terbagi menjadi dua periode, yaitu periode
neonatal dan periode anak-anak.
1. Periode Neonatal.
Trias gejala klinis yang sering ditemukan pada penyakit hirschsprung yaitu,
pengeluaran mekonium yang terlambat, muntah hijau, dan distensi abdomen. Muntah
hijau dan distensi abdomen biasanya dapat dikeluarkan segera. Pengeluaran mekonium
yang terlambat lebih dari 24 jam merupakan tanda klinis yang signifikan pada HSCR.
Namun, pengeluaran normal mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan didapatkan
pada sebagian besar kasus TCA, yang mana tidak menunjukkan gejala klasik seperti
seharusnya sesuai dengan jenis HSCR lainnya (Setiadi, Haikal, & Sunanto, 2021).
2. Periode Anak-anak.
Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi kronis dan
gizi buruk (failure to thrive). Dapat pula terlihat gerakan peristaltik usus di dinding
abdomen, jika dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feses biasanya keluar
menyemprot, konsistensi semi-liquid dan berbau busuk, penderita biasanya buang air besar
tidak teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk defekasi (Setiadi, Haikal,
& Sunanto, 2021).
D. Patofisiologi
Patofisiologi Megakolon aganglionik merupakan istilah yang menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatik otonom pada pleksus
submucosa (Meissner) dan myenteric (Auerbach) pada satu segmen kolon atau lebih. Keadaan
ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan peristaltik yang menyebabkan
penumpukkan isi usus dan distensi usus yang berdekatan dengan kerusakan (megacolon).
Selain itu, kegagalan sfingter anus internal untuk berelaksasi berkontribusi terhadap gejala
klinis adanya obstruksi, karena dapat mempersulit evakuasi zat padat (feses), cairan dan gas.
Kegagalan migrasi kraniokaudal pada precursor sel ganglion sepanjang saluran
gastrointestinal antara usia kehamilan minggu ke-5 dan ke-12 merupakan penyebab penyakit
hirschsprung. Distensi dan iskemia pada usus bisa terjadi sebagai akibat distensi pada dinding
usus, yang berkontribusi menyebabkan enterokolitis (inflamasi pada usus halus dan kolon),
yang merupakan penyebab kematian pada bayi atau anak dengan penyakit hirschsprung
(Radeanty, Ilawanda, & Anjarwati, 2020).
E. Komplikasi
Enterokolitis merupakan ancaman komplikasi yang serius bagi penderita hisrchsprung
yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling tinggi saat usia 2-4 minggu,
meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1 minggu. Gejalanya berupa diare, distensi abdomen,
feses berbau busuk, dan disertai dengan demam. Swenson mencatat hampir 1/3 kasus
hirschsprung datang dengan manifestasi klinis enterocolitis, bahkan dapat pula terjadi meski
telah dilakukan kolostomi (Setiadi, Haikal, & Sunanto, 2021).
F. Penanganan medis dan Keperawatan
Penanganan dan medis keperawatan pada penyakit hirschrsprung adalah sebagai berikut:
1) Temporasi ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan
obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasi usus besar untuk mengembalikan
ukuran normalnya.
2) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai
sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama. Ada beberapa
prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave.
Prosedur Soave adalah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan
usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah. Prosedur
Duhamel adalah mempertahankan kolon kearah bawah lalu rectum dan sacrum dindingnya
digabungkan menggunakan alat linear stapler, kemudian dilakukan irisan pada bagian
setengah posterior rectum tepat pada linea dentata dengan ukuran 1,5-2,5 cm di
musculocutaneus junction, kolon ditarik melalui insisi bagian dalam anus (endoanal
incision) dan ganglion sel tampak pada kolon lalu diiris melintang dan digabungkan ke
potongan ujung dari rectum menciptakan penyambungan kolorektal (end-to-side
colorectal anastomosis) (Wibowo, 2021).
G. Progrnosis dan patway
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
4) Risiko infeksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam proses keperawatan
Tingkat infeksi menurun, SLKI dengan Kriteria Hasil:
a) Demam.
b) Kemerahan.
c) Nyeri.
4. Pelaksanaan Keperwatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data
yang baru (Rohmah
& Walid, 2019).
Menurut Nursalam (2018) ada 3 jenis tindakan keperawatan:
1) Independen (Mandiri) Tindakan keperawatan Independen adalah suatu kegiatan
yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga
kesehatan lainnya.
2) Interdependen (kolaborasi) Adalah suatu tindakan keperawatan menjelaskan suatu
kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya,
misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
3) 3) Dependen (ketergantungan atau rujukan) Adalah tindakan yang berhubungan
dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan ini menandakan suatu cara
dimana tindakan medis dilaksanakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan menurut Rohmah & Walid, (2020) penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengakhiri
rencana tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan, meneruskan
rencana tindakan keperawatan. Menurut Rohmah & Walid (2020) evaluasi dibagi menjadi 2
macam yaitu:
Tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan
tindakan ulang pada umumnya dihentikan. Tindakan yang perlu dilanjutkan adalah
tindakan yang masih kompeten untuk menyelesaikan masalah klien dan
membutuhkan waktu untuk mencapai keberhasilannya. Tindakan yang perlu
dimodifikasi adalah tindakan yang dirasa dapat membantu menyelesaikan masalah
klien, tetapi perlu ditingkatkan kualitasnya atau mempunyai alternatif pilihan yang
lain diduga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Sedangkan rencana
tindakan yang perlu baru atau sebelumnya tidak ada yang ditentukan bila timbul
masalah baru atau rencana tindakan yang ada sudah tidak kompeten lagi untuk
menyelesaikan masalah yang ada.
A. Pengkajian
An. D umur 3 bulan dibawa oleh orangtuannya ke RS poso dengan keluhan perut kembung
dan tidak bisa BAB. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa ; ibu pasien
mengatakan anaknya bisa BAB jika diberi obat pencahar lewat dubur dan hasil pemeriksaan
diagnostic ditemukan terdapat pembesaran pada abdomen, terlihat urat nadi dari bagian
abdomen. An. D tampak rewel, menangis, orangtua selalu bertanya-tanya tentang
penyakitnya.
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipsi b.d tidak dapat mengeluarkan fases ditandai denggan perut kembung
2. Gangguan rasa nyaman b.d penyakit terkait ditandai pembesaran pada abdomen dan
sering menangis
3. Anisietas b.d kurangnya informasi ditandai dengan orangtua yang bertanya-tanya tentang
penyakitnya.
D. Intervensi Keperawatan
1. Konstipsi b.d tidak dapat mengeluarkan fases ditandai denggan perut kembung
Intervensi :
SLKI : Manajemen Konstipasi
a) Periksa tanda dan gejala konstipasi
b) Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk, volume, dan
warna)
c) Identifikasi faktor risiko konstipasi (mis, obat-obatan, tirah baring, dan diet
rendah serat
d) Monitor tanda dan gejala rupture usus dan/atau peritonitis
e) Lakukan mesase abdomen, jika perlu
f) Lakukan evakuasi feses secara manual, jika perlu
g) Berikan enema atau irigasi, jika perlu
h) Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi
i) Kolaborasi penggunaan obat pencahar
2. Gangguan rasa nyaman b.d penyakit terkait ditandai pembesaran pada abdomen dan
sering menangis
Intervensi :
SLKI : Perawatan Kenyamanan
a) Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis. Mual,nyeri,gatal,sesak)
b) Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya
c) Identifikasi masalaah emosional dan spiritual
d) Berikan posisi nyaman
e) Ciptakan lingkungan yang nyaman
f) Dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi pengobatn
g) Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/pengobatn yang diinginkan.
3. Anisietas b.d kurangnya informasi ditandai dengan orangtua yang bertanya-tanya tentang
penyakitnya.
Intervensi :
SLKI : Edukasi Manajemen Stres
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
d) Ajarkan teknik Relaksasi
e) Anjurkan menjalin komunikasi dengan keluarga danprofesi pemberi asuhan
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku KedokteranEGC,
Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.Jakarta :
EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta :EGC
.Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta :FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media AesulapiusFKUI
Mahna, S., Ouda, W., & Sadek, B. (2019). Effect of Evidence-based Nursing
Maidah, S., Nur, I., & Santosa, D. (2019). Gambaran Karakteristik Penyakit
2460.