Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.D DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAPASAN : ISPA (INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT)

Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawata anak sehat dan sakit akut

Dosen pengampu : lisbet Octavia Manalu, S.Kep., Ners, M.Kep.

Disusun oleh :

Aini nita sahara 1121246

Nawang wulan 1121129

Pida 1121231

PRORAM STUDI ILMU SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau
telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut
pada Program Studi Ilmu Keperawatan di Institut Kesehatan Rajawali Bandung dengan ini kami
mengangkat judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA A.n.D DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN : ISPA ( INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT )

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lisbet Octovia Manalu, S.Kep., Ners,
M.Kep.selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung,5 Maret 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................

BAB I .................................................................................................................................................

PENDAHULUAN.............................................................................................................................

1.1. LATAR BELAKANG .........................................................................................................


1.2. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................
1.3. TUJUAN..............................................................................................................................
1.4. MANFAAT MAKALAH ....................................................................................................

BAB II ...............................................................................................................................................

PEMBAHASAN ...............................................................................................................................

2.1 DEFINISI ISPA ....................................................................................................................


2.2 ETIOLOGI ISPA .................................................................................................................
2.3 PATOFISIOLOGI.................................................................................................................
2.4 TANDA DAN GEJALA ISPA .............................................................................................
2.5 PENATALAKSANAAN ......................................................................................................
2.6 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................................
2.7 DIAGNOSA KEPERWATAN ............................................................................................
2.8 PERENCANAAN .................................................................................................................

BAB III ..............................................................................................................................................

TINJAUAN KASUS.........................................................................................................................

BAB IV

PENUTUP .........................................................................................................................................

3.1 KESIMPULAN .....................................................................................................................


3.2 SARAN .................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi pernafasan merupakan radang akut yang paling banyak terjadi pada anak-anak
yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun tanpa atau disertai dengan
radang parenkim paru (Wong, 2013). ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus,
riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari. (Sari, 2013).

Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem pertahanan tubuh anak
masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali
pertahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3 sampai 6 kali
setahun. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya, terutama yang disebabkan
oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, jika berlanjut menjadi pneumonia sering
terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene. (Sundari, dkk.2014).

Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit dan kematian
karena ISPA, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko), pemberian ASI
(ASI eksklusif mengurangi risiko), suplementasi vitamin A (mengurangi risiko), suplementasi
zinc (mengurangi risiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko), vaksinasi
(mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap rokok dan asap bakaran dari
dapur (meningkatkan risiko). (Kemenkes RI, 2015).

Strategi untuk pengobatan, pencegahan dan melindungi anak dari ISPA adalah dengan
memperbaiki manajemen kasus pada semua tingkatan, vaksinasi, pencegahan dan manajemen
infeksi HIV, dan memperbaiki gizi anak. Pemberian antibiotika segera pada anak yang
terinfeksi dapat mencegah kematian. UNICEF dan WHO telah mengembangkan pedoman
untuk diagnosis dan pengobatan ISPA di negara berkembang yang telah terbukti baik, dapat
diterima dan tepat sasaran.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan
oleh peneliti yaitu adakah hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kejadian
ISPA pada balita ?

1.3 TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat

kejadian ISPA pada balita.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan

sehat.

b. Mengidentifikasi indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga.

c. Mengidentifikasi tingkat kejadian ISPA pada balita.

d. Membahas hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kejadian

ISPA pada balita.

1.4 MANFAAT MAKALAH

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat secara umum tentang bagaimana melakukan pengendalian ISPA yang

baik dan benar.

2. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam pengembangan

penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian peran dalam upaya pengendalian

ISPA
BAB I
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi ISPA


Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada anak-
anak (Wong, 2016). Infeksi saluran pernafasan akut menurut Sari (2015) adalah radang akut
saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,
virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah
masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang
menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang bersifat akut
yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai alveolus
termasuk (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes, 2017). Djojodibroto (2009),
menyebutkan bahwa ISPA dibagi menjadi dua bagian, yaitu infeksi saluran pernafasan bagian
atas dan infeksi saluran bagian bawah.

Infeksi Saluran Pernafsan Akut mempunyai pengertian sebagai berikut


(Fillacano,2016) :

a. Infeksi adalah proses masuknya kuman atau mikroorganisme lainnya ke dalam manusia
dan akan berkembang biak sehingga akan menimbulkan gejala suatu penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah suatu saluran yang berfungsi dalam proses respirasi mulai dari
hidung hingga alveolus beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan
pleura.
c. Infeksi akut merupakan suatu proses infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14
hari menunjukan suatu proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat di
golongkan ISPA ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

2.2 Etiologi ISPA


Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non- infeksius. Agen infeksius yang
paling umum dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut adalah virus, seperti
respiratory syncytial virus (RSV), nonpolio enterovirus (coxsackie viruses Adan B),
Adenovirus, Parainfluenza, dan Human metapneumo viruses. Agen infeksius selain virus juga
dapat menyebabkan ISPA, staphylococcus, haemophilus influenza, Chlamydia trachomatis,
mycoplasma, dan pneumococcus (Wilson, 2015).

Misnadiarly (2016), menyebutkan bahwa selain agen infeksius, agen noninfeksius juga
dapat menyebabkan ISPA seperti inhalasi zat-zat asing seperti racun atau bahan kimia, asap
rokok, debu, dan gas.

Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan
jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,
hemofilus, bordetella dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan
mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus. Bakteri dan
virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan
sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung (Sari, 2015).

Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun
yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim
hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan
berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status
gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2015).

2.3 Pafofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan

tubuh. Masuknya virus sebagai antigen kesaluran pernapasan akan menyebabkan silia yang

terdapat pada permukaan saluran napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring

atau dengan suatu rangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka

virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan (Kending, 2014).

Iritasi kulit pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Seliff).
Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan kenaikan aktivitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernapasan sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan tersebut menimbulkan
gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang sangat menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi tersebut terjadi kerusakan mekanisme mokosiloris yang merupakan mekanisme
perlindungan pada saluran pernapasan sehingga memudahkan infeksi baakteri-bakteri patogen
patogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas seperti streptococcus pneumonia,
Haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut.

Infeksi sekunder bakteri tersebut menyebabkan sekresi mukus berlebihan atau


bertambah banyak dapat menyumbat saluran napas dan juga dapat menyebabkan batuk yang
produktif. Infeksi bakteri dapat dipermudah dengan adanya faktor-faktor seperti kedinginan
dan malnutrisi. Suatu menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada
saluran napas dapat menimbulkan gangguan gisi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 2015). Virus
yang menyerang saluran napas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain di dalam
tubuh sehingga menyebabkan kejang, demam dan dapat menyebar ke saluran napas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya diturunkan dalam saluran pernapasan atas, akan
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri.

Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh
bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan
pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi
epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh
penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut
akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun bawah (Fuad, 2016).
2.4 Tanda dan Gejala

Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit infeksi oleh
berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada saluran
pernafasan tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang terjangkit infeksi, keparahan
proses infeksi, dan usia seseorang serta status kesehatan secara umum (Porth, 2014).

Djojodibroto (2016), menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai dengan anatomi
saluran pernafasan yang terserang yaitu:

a. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering timbul yaitu pengeluaran
cairan (discharge) nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair,
konjungtivitis ringan, sakit tenggorokan yang ringan sampai berat, rasa kering pada bagian
posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk seringkali terjadi, dan
terkadang timbul demam.
b. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang timbul biasanya didahului
oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti hidung buntu, pilek, dan sakit
tenggorokan. Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimualai dengan
batuk yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan terdapat produksi sputum yang
banyak; dapat bersifat mucus tetapi dapat juga mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik,
biasanya akan ditemukan suara wheezing atau ronkhi yang dapat terdengar jika produksi
sputum meningkat.
Dan juga tanda dan gejala lainnya dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit
tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan
hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan
sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotic (Rahmayatul, 2016).

Adapun tanda dan gejala ISPA yang seering ditemui adalah :


a. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak
sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul
sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5 0C-40,50C.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan
nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda
ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Wong, 2015).

2.5 Penatalaksanaan

Menurut WHO (2017), penatalaksanaan ISPA meliputi :


1. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin

2. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½ sendok teh,
amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam, penisillin prokain 1 mg.
d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x
bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.
e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll.
f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x ½ sendok teh.
Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama ganti antibiotik atau rujuk
dan jika anak membaik teruskan antibiotik sampai 3 hari (Kepmenkes RI, 2017).

Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dapat berupa kompres hangat,
perbanyak minum air putih, irigasi nasal, dan terapi medikamentosa.

1. Terapi Non-farmakologis
Penyebab ISPA umumnya adalah virus, sehingga terapi biasanya hanya bersifat
suportif saja.
a. Memperbanyak Minum
Memperbanyak minum sebanyak 8 gelas atau lebih dapat menurunkan sekresi
mukosa dan menggantikan kehilangan cairan. Selain itu, minum air putih serta jus
dilaporkan dapat meningkatkan sistem imun.
b. Kompres Hangat
Lakukan kompres hangat pada daerah wajah untuk membuat pernapasan lebih
nyaman, mengurangi kongesti, dan membuat drainase lebih baik pada rhinosinusitis.
Gunakan lap hangat atau botol berisi air hangat yang diletakkan di atas wajah dan pipi
selama 5-10 menit sebanyak 3-4 kali dalam sehari jika diperlukan.
c. Irigasi Nasal
Irigasi nasal dengan salin dapat meningkatkan kemampuan mukosa nasal untuk
melawan agen infeksius, dan berbagai iritan. Irigasi nasal dapat meningkatkan fungsi
mukosiliar dengan meningkatkan frekuensi gerakan siliar. Irigasi nasal dapat dilakukan
dengan menggunakan larutan salin isotonik (NaCl 0,9%) via spuit ataupun spray
dengan frekuensi 2 kali dalam sehari.
2. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis umumnya bersifat suportif untuk meringankan gejala.
Antibiotik dan antiviral tidak selalu diperlukan pada pasien ISPA.
a. Terapi Simptomatik
Dekongestan oral atau topikal dapat membantu mengurangi keluhan pada
pasien dengan rhinorrhea. Sebaiknya dekongestan diberikan pada anak di atas 2 tahun
karena efek sampingnya seperti gelisah, palpitasi, dan takikardia. Dekongestan topikal
seperti fenilepinefrin atau oxymetazoline lebih banyak dipakai, sebaiknya digunakan 3-
4 hari saja untuk menghindari efek rebound.
Antihistamin oral generasi satu dinilai memiliki efek antikolinergik sehingga
dapat digunakan untuk mengurangi rhinorrhea dan bersin. Antihistamin yang biasanya
digunakan adalah chlorpheniramine maleate atau diphenhydramine.
Guaifenesin adalah mukolitik yang berfungsi untuk mengurangi sekresi
nasofaring. Guaifenesin dinilai dapat menurunkan sekresi dan meningkatkan drainase
pada pasien nasofaringitis atau rinosinusitis, namun bukti klinisnya masih terbatas.
Selain itu, codeine merupakan obat yang sering digunakan pada pasien dengan keluhan
batuk. Codeine berperan sebagai antitusif yang bekerja secara sentral. Untuk batuk
berdahak pada orang dewasa, ada beberapa opsi terapi yang dapat dipilih.
b. Antiviral
Pada pasien ISPA, antiviral biasanya tidak diperlukan. Antiviral bisa dipakai
pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika terjadi outbreak influenzae dimana
manfaat lebih banyak dibandingkan risiko. Antiviral diberikan pada pasien yang
berisiko tinggi mengalami perburukan gejala. Misalnya pada pasien yang sedang hamil,
bayi usia < 6 bulan, pasien usia > 65 tahun, pasien immunocompromised, dan pasien
dengan morbid obesitas. Regimen yang bisa digunakan adalah oseltamivir 2 x 75 mg
hingga maksimal 10 hari.
c. Terapi Antibiotik
Kebanyakan kasus ISPA disebabkan oleh virus, sehingga penggunaan antibiotik
tidak efektif dan hanya boleh digunakan jika terdapat kecurigaan atau konfirmasi
adanya infeksi bakteri.
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan cara
berurutan, perawat harus mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko yang
penting, keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2015).

Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar
pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan kesehatan. Data yang
diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dalam proses keperawatan.

Pengumpulan data pasien dapat dilakukan dengan cara :


a. Anamnesis/wawancara.
b. Observasi.
c. Pemeriksaan fisik.
d. Pemeriksaan penunjang/diagnostik.

Klasifikasi dan Analisa Data


a. Klasifikasi data adalah aktivitas pengelompokan data-data klien atau keadaan tertentu
dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria
permasalahanya. Klasifikasi ini dikelompokan dalam data subyektif dan data obyektif.
b. Analisa Data adalah mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam mentukan masalah kesehatan
dan keperawatan.
c. Analisa data dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom : Data, Penyebab, dan
Masalah. Kolom data berisi ; data subyektif, data obyektif dan faktor resiko.Kolom
penyebab berisi : 1 (satu) kata/kalimat yang menjadi penyebab utama dari masalah.
Kolom masalah berisi : pernyataan masalah keperawatan
Data yang perlu dikaji pada pasien ISPA dapat berupa :
a. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan batuk
pilek serta panas, kesehatan sekarang, kesehatan yagn lalu, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan umum
(penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala dan leher, mulut,
abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur pada malam
hari, karena badan demam.

e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair Tanda : kadang –
kadang terjadi peningkatan bising usus.

f. Makanan atau cairan


Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB.
Tanda : kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa pucat
2.7 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga


dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial,
sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA, 2014).

Berdasarkan NANDA (2014), diagnosa keperawatan terbagi atas :


a. Diagnosa keperawatan aktual, Suatu diagnosis aktual menggambarkan respon manusia
terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan yang benar nyata pada individu, kelompok,
atau komunitas.
b. Diagnosa Keperawatan Promosi Kesehatan : Penilaian klinis tentang motivasi dan
keinginan individu, keluarga, kelompok atau komunitas untuk meningkatkan
kesehjateraan dan mewujudkan potensi kesehatan manusia.
c. Diagnosa Keperawatan Risiko : Kerentanan, terutama sebagai akibat dari paparan
terhadap faktor-faktor yang meningkatkan peluang kecelakaan atau kehilangan.
d. Diagnosa Keperawatan Syndrom : penilaian klinis memjelaskan kelompok khusus
diagnosa keperawatan yang terjadi bersama dan paling tepat dihadapi secara bersama-
sama dan melalui intervensi yang serupa.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan :
a. Interpretasi data, perawat bertugas membuat interpretasi atas data yang sudah
dikelompokkan dalam bentuk masalah keperawatan atau masalah kolaboratif. Untuk
menuliskan diagnosa keperawatan Gordon menguraikan komponen yang harus ada
sebagai berikut :
1) Diagnosa aktual : komponen terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a) Problem/masalah = P
b) Etiologi/penyebab = E
c) Sign and symptom/tanda dan gejala = S
2) Diagnosa resiko, potensial/possible : P+E
b. Perumusan diagnosa keperawatan, setelah perawat mengelompokan, mengidentifikasi dan
memvalidasi data-data yang signifikan maka tugas perawat pada tahap ini adalah
merumuskan suatu diagnosa keperawatan (Nursalam, 2015).
Menurut Nurarif, dkk (2015) masalah keperawatan yang lazim timbul pada pasien ispa:

1) Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret.


1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit).
2) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
3) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkospasme, respon pada
dinding bronkus.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan.
5) Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan perubahan status kesehatan.

3 2.2.3 Perencanaan

Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau pengarahan
secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya tentang intervensi/tindakan
keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien. Rencana keperawatan merupakan rencana
tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang
akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.

Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses


keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha
membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien
(Nursalam, 2015).

Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi untuk mencapai


tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk
perilaku spesifik yang diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. (Wong, 2016).

Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, tujuan
keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat diukur, didengar,
diraba, dirasakan, dicium. Tujuan keperawatan harus dapat dicapai serta dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas. Pedoman penulisan kriteria
hasil berdasarkan “SMART”

S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda


M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khusunya tentang prilaku klien,
dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan

A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai


R : Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan
T : Time, harus memiliki batas waktu yang sesuai
a. Kegiatan dalam tahap perencanaan, meliputi :
1) Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3) Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :
1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau, observasi, periksa,
ukur, catat, amati.
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu, ubah,
pertahankn, latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan, sarankan,
informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja: rujuk, instrusikan,
laporkan, delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian 3. Anamnese


1. Identitas Anak a. Keluhan utama
Nama : An. D Data subjektif : Orang tua
Umur : 9 tahun
klien mengatakan anaknya
Jenis kelamin : Laki-laki
batuk, batuk berdahak susah
Agama : Islam
dikeluarkan, pilek sejak 2
Pendidikan : SD
hari yang lalu, orang tua klien
Tanggal pengkajian : 3 Maret 2020
mengatakan anaknya malas
Diagnosa Medis : ISPA
makan, porsi makan tidak
2. Identitas orang tua
dihabiskan.
Nama : Tn. R
Data Objektif : Klien tampak
Umur : 30 Tahun
kurus, klien tampak pucat,
Jenis kelamin : Laki-laki
klien tampak lemas, BB 24
Agama : Islam
( menurun ), IMT: 18,7 (24
Status : Ayah kandung
kg/128 cm x 100=18,7),TTV:
Pendidikan ` : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta P: 24x/ menit, N: 106x/ menit,
o
S: 37,3 C, mukosa bibir kering, dan porsi makan tampak tidak dihabiskan,
ketidakseimbangan nutrisi.
b. Riwayat Kesehatan
1). Riwayat penyakit yang lalu.
Orang tua klien mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas 2 hari
sebelum dipelayanan kesehatan.

2). Riwayat penyakit sekarang


Orang tua klien mengatakan anaknya batuk, pilek serta terasa panas,dan susah
makan sejak 2 hari yang lalu yaitu tanggal 1 Maret 2020.
3). Riwayat penyakit keluarga / menurun
Orang tua klien mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti asma, jantung, ginjal,
hepatitis, hipertensi, DM, dan penyakit menular seperti TBC dan pneumonia.
4).Riwayat sosial
a. pengasuh
Orang tua klien mengatakan anaknya diasuh oleh mereka sendiri dan
keduanya saling membantu dan keduannya saling membantu dalam hal
mengurus anak.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Orang tua klien mengatakan hubungan anaknya dengan anggota keluarga
sangat baik.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Orang tua klien mengatakan hubungan anaknya dengan teman sebayanya
sangat baik.
d. Lingkungan rumah
Orang tua klien mengatakan linkungan rumah aman, rapi dan bersih, letak
rumah berdekatan dengan rumah yang lain.
5). Pola kebiasaan sehari-hari
a). Nutrisi
Makanan yang disukai : orang tua klien mengatakan anaknya menyukai
makanan seperti ikan, telur dan sayur-sayuran. Makanan yang tidak disukai :
orang tua klien mengatakan bahwa tidak ada makanan yang tidak disukai
oleh anaknya.
b). Pola makan
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan sebelum sakit nafsu makan
anaknya sangat baik, frekuensi makan tiga kali sehari dan makanan yang
dikonsumsi yaitu nasi, ikan, telur dan sayursayuran.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan selama sakit nafsu makan
anaknya berkurang, frekuensi makan dua kali sehari dan hanya memakan
bubur selama dirumah sakit.
c). Istrahat / tidur
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya tidur siang kurang lebih
3 jam dan tidur malam kurang lebih 8 jam. Selama sakit : orang tua klien
mengatakan anaknya tidur siang kurang lebih 1 jam dan tidur malam kurang
lebih 5 jam dan kadang sering terbangun.
d). Personal hygiene
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari,
rajin menggosok gigi, dan ganti baju sewaktu- waktu ketika baju kotor.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi tetap
2x sehari walaupun sakit
e). Aktivitas
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya sangat aktif bermain
dengan teman-teman sebayanya.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya kurang aktif, lemah, dan
sering mengeluhkan batuknya.
f.). Eliminasi
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya BAB 2-3
x/hari dengan konsistensi padat dan berwarna kecoklatan, dan BAK 5-6
x/hari, dan berwarna kuning jernih.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya 1-2 x/hari, konsistensi
lunak, warna kuning kecoklatan dan BAK 5-6 x/hari, warna kuning pekat
dan bau khas.
g). Pemeriksaan fisik (data objektif).
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis

Mukosa bibir : tampak kering

o
Tanda Vital : R : 42 x/menit, S: 37,3 C, N:
106x/menit, BB: 24 kg

Porsi makan tampak tidak dihabiskan

Pemeriksaan Data Objektif


Kepala bentuk simetris, rambut berwarna hitam dan
tidak rontok dan tidak ada lesi pada kulit
kepala.

Mata kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna merah


muda, sklera berwarna putih dan bersih.

Muka bersih, tidak ada oedema, dan agak pucat.


Telinga simetris, tidak ada kanan kiri cairan yang keluar,
tidak ada peradangan dan tidak ada nyeri tekan.

Hidung bentuk simetris, terdapat cairan / lendir berwarna


jernih, hidung bagian luar tampak kemerahan.

Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroyd, tidak ada


peningkatan vena jugularis, dan tidak ada
pembengkakan pada leher.

Dada tidak ada tarikan dinding dada waktu bernapas,


bentuk dada simetris, pernapasan terdengar
stridor.

Perut tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri


tekan, dan tidak ada bekas luka operasi.
4. analisis data
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS : Infeksi saluran nafas Ketidakseimbangan
- Orangtua klien nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh
mengatakan Merangsang refluks
anaknya batuk, peristaltik
pilek diserta
demam sejak 2 
hari yang lalu, Menekan lambung
anaknya malas
makan selama 
dirawat dan Nafsu makan menurun
porsi makannya
tidak dihabiskan 
DO : Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
- Klien tampak kebutuhan tubuh
lemah, pucat,
kurus, BB 24 kg
- IMT : 24/128cm
x 100 = 18,7
- TTV :
R: 42x/menit,
N : 106x/menit,
S : 37,30C
2 DS : Virus bakteri, jamur Bersihan jalan
- orangtua klien nafas tidak efekti

mengatakan Infeksi saluran nafas
anaknya batuk atas
berdahak dan
susah bernafas 
DO : Kuman berlebih
dibronkus
- keadaan umum
lemah, 
kesadaran Proses peradangan
compos mentis -
klien tampak 
batuk berdahak, Akumulasi sekret di
suara nafas bronkus
vesikuler basah
disertai ronchi 
dan perkusi Bersihan jalan nafas
sonor tidak efekti
memendek,
- RR : 42x/menit,
- S : 37,30C,
- N : 106x/menit
3 DS : infeksi saluran nafas Gangguan pola
- orang tua klien atas tidur
mengatakan 
biasanya Kuman berlebih
anaknya tidur dibronkus
siang 3 jam,
tetapi selama 
sakit menjadi Proses peradangan
hanya 1 jam
- tidur malam 
biasanya 8 jam Akumulasi sekret di
tetapi selama bronkus
sakit menjadi 5
jam dan sering 
terbangun Batuk berdahak, sesak
DO : 
- klien tampak Gangguan pola
lemah, mata tidur
cekung
- klien tampak
batuk berdahak,
suara nafas
vesikuler basah
disertai ronchi
dan perkusi
sonor
memendek,
- RR : 42x/menit,
- S : 37,30C,
- N : 106x/menit
4 3.2.1 Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

secret

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sekret berlebih

3.2.2 Perencanaan

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATA KRETERIA
N HASIL
1 Bersihan jalan Tujuan : 1. Posisikan pasien 1. Posisi
napas tidak efektif Menunjukan untuk semifowler
berhubungan bersihan jalan memaksimalkan membantu
dengan akumulasi nafas yang ventilasi. klien
secret di bronkus efektif 2. Auskultasi suara memaksimalkan
Kriteria hasil : napas, catat ventilasi
Setelah dilakukan adanya suara sehingga
tindakan tambahan.
kebutuhan
keperawatan 3. Ajarkan batuk
oksigen
selama 3x24 jam efektif.
4. Monitor repirasi terpenuhi.
maka kriteria
dan status O2 2. Memastikan
hasil
5. Kolaborasi suara napas
yang diharapkan
dengan tim vesikuler.
yaitu :
medis lain 3. Batuk efektik
kemudahan
dalam membantu
bernafas,frekuens
pemberian terapi klien untuk
i dan irama
sesuai program mengeluarkan
bernafas,
6. Memberikan sekret sehingga
pergerakan
edukasi pernafasan tidak
sputum keluar
mengenai ISPA terganggu
dari jalan nafas,
kepada keluarga 4. Penurunan
pergerakan
klien. saturasi
sumbatan keluar
oksigen dapat
dari jalan nafas
menunjukan
perubahan
status
kesehatan klien
yang dapat
mengakibatkan
terjadinya
hipoksia.
5. Pemberian
terapi sesuai
program
membantu
memngeluarka
n atau
mengencerkan
secret pada
saluran napas.
6. Memastikan
klien mengerti
mengenai ISPA
dan mudah
untuk
berkerjasama
2 Ketidakseimban Tujuan : 1. Kaji adanya 1. Untuk
gan nutrisi kurang Kebutuhan nutrisi alergi makanan mengetahui
dari kebutuhan terpenuhi Kriteria 2. Anjurkan orang adanya
tubuh Berhubungan hasil : Setelah tua klien untuk riwayat alergi
dengan anoreksia dilakukan memberikan makanan
tindakan porsi makan 2. Untuk
keperawatan kecil tapi sering memenuhi
selama 3x24 jam 3. Yakinkan diet kebutuhan
maka kriteria hasil yang dimakan nutrisi klien
yang diharapkan mengandung 3. Untuk
yaitu : adanya tinggi serat mencegah
peningkatan berat untuk mencegah konstipasi
badan sesuai konstipasi pada anak
dengan tujuan, 4. Kolaborasi 4. Untuk
berat badan ideal Dengan ahli gizi meningkatkan
sesuai tinggi untuk jumlah kalori
badan, mampu menentukan dan nutrisi
mengidentifikas i jumlah kalor yang
kebutuhan nutrisi, dan nutrisi yang dibutuhkan
tidak ada tanda dibutuhkan oleh oleh pasien
malnutrisi, dan pasien 5. Untuk
menunjukkan 5. Berikan Memberikan
peningkatan permainan atau hiburan
fungsi pengecapan desain ruangan kepada anak
dari menelan agar mau
makan
3 Gangguan pola Tujuan : 1. Jelaskan 1. Tidur yang
tidur berhubungan Kebutuhan tidur pentingnya tidur cukup dapat
dengan sekret terpenuhi Kriteria yang adekuat membantu
berlebih hasil : Setelah 2. Fasilitasi untuk proses
dilakukan mempertahanka penyembuhan
tindakan n aktivitas 2. Kelelahan
keperawatan sebelum tidur dapat
selama 3x24 jam 3. Ciptakan menurunkan
maka kriteria hasil lingkungan yang kualitas tidur
yang diharapkan nyaman 3. Lingkungan
yaitu : jumlah jam 4. Anjurkan klien yang nyaman
tidur dalam batas minum air dapat
normal, pola tidur, hangat sebelum meningkatkan
kualitas dalam tidur kualitas tidur
batas normal, 5. Kolaborasi 4. Air hangat
perasaan fresh pemberian obat dapat
setelah tidur, jika diperlukan mengurangi
mampu penumpukan
mengidentifikas i secret
hal-hal yang 5. Pemberian
meningkatkan tidu bronkodilator
dapat
melegakan
pernafasan
dan
mengurangi
sekret
BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya, terutama
yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, jika berlanjut
menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang
dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Berdasarkan uraian
latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan oleh peneliti yaitu
adakah hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kejadian ISPA pada
balita ? Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA, 2014).

3.2 SARAN

Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak


kesalahan dan kekurangan baik dari segi materi maupun bahsanya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang memmbangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa
yang akan datang.

28
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. (2014). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Andarmoyo. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi), Konsep, Proses, dan Praktik
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Carol. (2014). Essentials of Pathophysiology : Concepts of Altered Health States


3. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

Djojodibroto. (2015). Respirologi ( respiratory medicine ). Jakarta: EGC

Fuad. (2016). Dasar-dasar Kependidikan Keperawatan. Bandung : Rinedika Cipta

Kementrian RI. (2015). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan,Pencegahan dan


Pemberantasan. Edisi II. Jakarta: Erlangga

Misnardiarly. (2016). Penyakit Saluran Pernafasan Pneumonia Pada Anak. Jakarta : Rineka
cipta

Muttaqin. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta :
Salemba Medika

NANDA. (2014). Diangnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Parthasarathy, et al. (2015). Textbook of Pediatric Infectious Diseases. India :


jaypee Brothers Medical Publishers

Riset Kesehatan Dasar . 2015. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia

Rahajoe. dkk. (2014). Buku Ajar Respirologi Anak. Cetakan Ketiga Dokter Indonesia.

Rodriguez, et al. (2015). Malnutrition and Gastrointestinal and Respiratory Infections in


Children : A Public Health Problem.
Http://www.mdpi.com/Journal/Ijerph.

Syahrani. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penatalaksanaan ISPA Terhadap


Pengetahuan Dan Keterlampiran Ibu Merawat Balita ISPA Dirumah. Diunduh dari
Http://Ejournal,Stikestelogorejo.ac.id./index.php/

Simonl, et al. (2015). “Lecture Notes: Pediatrika”, Jakarta: Erlangga.

Tamsuri. (2016). Klien Gangguan Pernafasan. Jakarta : EGC

29
Tarwoto, dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans
Info Medikal.

Wilson, et al. (2013). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. United States of America :
Mosby Elsevier

Wijaya. (2015). KMB 1. Jakarta : Nuha Medika

Wijaya. (2015). Keperawatan Medikal Bedah (keperawatan dewasa). Yogyakarta : Nuha


medika

Zuriyah. (2015). Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian ISPA Balita
di Pukesmas Bungal Kabupaten Gresik. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta

Ziady, L E., dan Nico Small. (2016). Prevent and Control Infection : Application Made Easy.
South Africa : Juta and Company Ltd.

30

Anda mungkin juga menyukai