Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawata anak sehat dan sakit akut
Disusun oleh :
Pida 1121231
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau
telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut
pada Program Studi Ilmu Keperawatan di Institut Kesehatan Rajawali Bandung dengan ini kami
mengangkat judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA A.n.D DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN : ISPA ( INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT )
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lisbet Octovia Manalu, S.Kep., Ners,
M.Kep.selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................
BAB I .................................................................................................................................................
PENDAHULUAN.............................................................................................................................
BAB II ...............................................................................................................................................
PEMBAHASAN ...............................................................................................................................
TINJAUAN KASUS.........................................................................................................................
BAB IV
PENUTUP .........................................................................................................................................
Infeksi pernafasan merupakan radang akut yang paling banyak terjadi pada anak-anak
yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun tanpa atau disertai dengan
radang parenkim paru (Wong, 2013). ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus,
riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari. (Sari, 2013).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem pertahanan tubuh anak
masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali
pertahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3 sampai 6 kali
setahun. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya, terutama yang disebabkan
oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, jika berlanjut menjadi pneumonia sering
terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene. (Sundari, dkk.2014).
Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit dan kematian
karena ISPA, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko), pemberian ASI
(ASI eksklusif mengurangi risiko), suplementasi vitamin A (mengurangi risiko), suplementasi
zinc (mengurangi risiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko), vaksinasi
(mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap rokok dan asap bakaran dari
dapur (meningkatkan risiko). (Kemenkes RI, 2015).
Strategi untuk pengobatan, pencegahan dan melindungi anak dari ISPA adalah dengan
memperbaiki manajemen kasus pada semua tingkatan, vaksinasi, pencegahan dan manajemen
infeksi HIV, dan memperbaiki gizi anak. Pemberian antibiotika segera pada anak yang
terinfeksi dapat mencegah kematian. UNICEF dan WHO telah mengembangkan pedoman
untuk diagnosis dan pengobatan ISPA di negara berkembang yang telah terbukti baik, dapat
diterima dan tepat sasaran.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan
oleh peneliti yaitu adakah hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kejadian
ISPA pada balita ?
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat
2. Tujuan Khusus
sehat.
d. Membahas hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kejadian
1. Bagi Masyarakat
ISPA
BAB I
PEMBAHASAN
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang bersifat akut
yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai alveolus
termasuk (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes, 2017). Djojodibroto (2009),
menyebutkan bahwa ISPA dibagi menjadi dua bagian, yaitu infeksi saluran pernafasan bagian
atas dan infeksi saluran bagian bawah.
a. Infeksi adalah proses masuknya kuman atau mikroorganisme lainnya ke dalam manusia
dan akan berkembang biak sehingga akan menimbulkan gejala suatu penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah suatu saluran yang berfungsi dalam proses respirasi mulai dari
hidung hingga alveolus beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan
pleura.
c. Infeksi akut merupakan suatu proses infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14
hari menunjukan suatu proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat di
golongkan ISPA ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Misnadiarly (2016), menyebutkan bahwa selain agen infeksius, agen noninfeksius juga
dapat menyebabkan ISPA seperti inhalasi zat-zat asing seperti racun atau bahan kimia, asap
rokok, debu, dan gas.
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan
jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,
hemofilus, bordetella dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan
mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus. Bakteri dan
virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan
sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung (Sari, 2015).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun
yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim
hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan
berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status
gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2015).
2.3 Pafofisiologi
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen kesaluran pernapasan akan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
atau dengan suatu rangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan (Kending, 2014).
Iritasi kulit pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Seliff).
Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan kenaikan aktivitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernapasan sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan tersebut menimbulkan
gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang sangat menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi tersebut terjadi kerusakan mekanisme mokosiloris yang merupakan mekanisme
perlindungan pada saluran pernapasan sehingga memudahkan infeksi baakteri-bakteri patogen
patogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas seperti streptococcus pneumonia,
Haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut.
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh
bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan
pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi
epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh
penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut
akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun bawah (Fuad, 2016).
2.4 Tanda dan Gejala
Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit infeksi oleh
berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada saluran
pernafasan tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang terjangkit infeksi, keparahan
proses infeksi, dan usia seseorang serta status kesehatan secara umum (Porth, 2014).
Djojodibroto (2016), menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai dengan anatomi
saluran pernafasan yang terserang yaitu:
a. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering timbul yaitu pengeluaran
cairan (discharge) nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair,
konjungtivitis ringan, sakit tenggorokan yang ringan sampai berat, rasa kering pada bagian
posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk seringkali terjadi, dan
terkadang timbul demam.
b. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang timbul biasanya didahului
oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti hidung buntu, pilek, dan sakit
tenggorokan. Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimualai dengan
batuk yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan terdapat produksi sputum yang
banyak; dapat bersifat mucus tetapi dapat juga mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik,
biasanya akan ditemukan suara wheezing atau ronkhi yang dapat terdengar jika produksi
sputum meningkat.
Dan juga tanda dan gejala lainnya dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit
tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan
hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan
sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotic (Rahmayatul, 2016).
2.5 Penatalaksanaan
2. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½ sendok teh,
amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam, penisillin prokain 1 mg.
d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x
bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.
e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll.
f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x ½ sendok teh.
Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama ganti antibiotik atau rujuk
dan jika anak membaik teruskan antibiotik sampai 3 hari (Kepmenkes RI, 2017).
Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dapat berupa kompres hangat,
perbanyak minum air putih, irigasi nasal, dan terapi medikamentosa.
1. Terapi Non-farmakologis
Penyebab ISPA umumnya adalah virus, sehingga terapi biasanya hanya bersifat
suportif saja.
a. Memperbanyak Minum
Memperbanyak minum sebanyak 8 gelas atau lebih dapat menurunkan sekresi
mukosa dan menggantikan kehilangan cairan. Selain itu, minum air putih serta jus
dilaporkan dapat meningkatkan sistem imun.
b. Kompres Hangat
Lakukan kompres hangat pada daerah wajah untuk membuat pernapasan lebih
nyaman, mengurangi kongesti, dan membuat drainase lebih baik pada rhinosinusitis.
Gunakan lap hangat atau botol berisi air hangat yang diletakkan di atas wajah dan pipi
selama 5-10 menit sebanyak 3-4 kali dalam sehari jika diperlukan.
c. Irigasi Nasal
Irigasi nasal dengan salin dapat meningkatkan kemampuan mukosa nasal untuk
melawan agen infeksius, dan berbagai iritan. Irigasi nasal dapat meningkatkan fungsi
mukosiliar dengan meningkatkan frekuensi gerakan siliar. Irigasi nasal dapat dilakukan
dengan menggunakan larutan salin isotonik (NaCl 0,9%) via spuit ataupun spray
dengan frekuensi 2 kali dalam sehari.
2. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis umumnya bersifat suportif untuk meringankan gejala.
Antibiotik dan antiviral tidak selalu diperlukan pada pasien ISPA.
a. Terapi Simptomatik
Dekongestan oral atau topikal dapat membantu mengurangi keluhan pada
pasien dengan rhinorrhea. Sebaiknya dekongestan diberikan pada anak di atas 2 tahun
karena efek sampingnya seperti gelisah, palpitasi, dan takikardia. Dekongestan topikal
seperti fenilepinefrin atau oxymetazoline lebih banyak dipakai, sebaiknya digunakan 3-
4 hari saja untuk menghindari efek rebound.
Antihistamin oral generasi satu dinilai memiliki efek antikolinergik sehingga
dapat digunakan untuk mengurangi rhinorrhea dan bersin. Antihistamin yang biasanya
digunakan adalah chlorpheniramine maleate atau diphenhydramine.
Guaifenesin adalah mukolitik yang berfungsi untuk mengurangi sekresi
nasofaring. Guaifenesin dinilai dapat menurunkan sekresi dan meningkatkan drainase
pada pasien nasofaringitis atau rinosinusitis, namun bukti klinisnya masih terbatas.
Selain itu, codeine merupakan obat yang sering digunakan pada pasien dengan keluhan
batuk. Codeine berperan sebagai antitusif yang bekerja secara sentral. Untuk batuk
berdahak pada orang dewasa, ada beberapa opsi terapi yang dapat dipilih.
b. Antiviral
Pada pasien ISPA, antiviral biasanya tidak diperlukan. Antiviral bisa dipakai
pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika terjadi outbreak influenzae dimana
manfaat lebih banyak dibandingkan risiko. Antiviral diberikan pada pasien yang
berisiko tinggi mengalami perburukan gejala. Misalnya pada pasien yang sedang hamil,
bayi usia < 6 bulan, pasien usia > 65 tahun, pasien immunocompromised, dan pasien
dengan morbid obesitas. Regimen yang bisa digunakan adalah oseltamivir 2 x 75 mg
hingga maksimal 10 hari.
c. Terapi Antibiotik
Kebanyakan kasus ISPA disebabkan oleh virus, sehingga penggunaan antibiotik
tidak efektif dan hanya boleh digunakan jika terdapat kecurigaan atau konfirmasi
adanya infeksi bakteri.
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan cara
berurutan, perawat harus mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko yang
penting, keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2015).
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar
pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan kesehatan. Data yang
diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dalam proses keperawatan.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair Tanda : kadang –
kadang terjadi peningkatan bising usus.
3 2.2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau pengarahan
secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya tentang intervensi/tindakan
keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien. Rencana keperawatan merupakan rencana
tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang
akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, tujuan
keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat diukur, didengar,
diraba, dirasakan, dicium. Tujuan keperawatan harus dapat dicapai serta dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas. Pedoman penulisan kriteria
hasil berdasarkan “SMART”
o
Tanda Vital : R : 42 x/menit, S: 37,3 C, N:
106x/menit, BB: 24 kg
secret
dengan anoreksia
3.2.2 Perencanaan
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya, terutama
yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, jika berlanjut
menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang
dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Berdasarkan uraian
latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan oleh peneliti yaitu
adakah hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kejadian ISPA pada
balita ? Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA, 2014).
3.2 SARAN
28
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. (2014). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Andarmoyo. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi), Konsep, Proses, dan Praktik
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Misnardiarly. (2016). Penyakit Saluran Pernafasan Pneumonia Pada Anak. Jakarta : Rineka
cipta
Muttaqin. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta :
Salemba Medika
Rahajoe. dkk. (2014). Buku Ajar Respirologi Anak. Cetakan Ketiga Dokter Indonesia.
29
Tarwoto, dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans
Info Medikal.
Wilson, et al. (2013). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. United States of America :
Mosby Elsevier
Zuriyah. (2015). Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian ISPA Balita
di Pukesmas Bungal Kabupaten Gresik. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Ziady, L E., dan Nico Small. (2016). Prevent and Control Infection : Application Made Easy.
South Africa : Juta and Company Ltd.
30