PROPOSAL SKRIPSI
ELFINA YUNARA
NIM. 201000414201087
Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji
Menyetujui,
Koordinator Skripsi, Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Prodi Sarjana Keperawatan
(Ns.Vera Kurnia,M.Kep)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Faktor-
(ISPA) Pada Anak Balita Usia 1 -5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Kota Sungai Penuh Tahun 2022” yang dibuat sebagai salah satu syarat pemenuhan
untuk mendapat gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi. Dalam penyusunan skripsi penelitian ini
peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak terutama kepada
Ibu Ns.Vera Kurnia,M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
1. Ibu Dr.Hj. Evi Susanti,S.ST, M.Biomed selaku Rektor IKes Prima Nusantara
Bukittinggi.
2. Ibu Ayu Nurdian, S.ST, M.Keb selaku Wakil Rektor I IKes Prima Nusantara
Bukittinggi.
Nusantara Bukittinggi.
4. Ibu Ayu Nurdian,M.Kep dan Bapak Asrul Fahmi,SKM,M.Kep selaku tim penguji.
5. Bapak/ Ibu Staf dan Dosen pengajar yang telah banyak memberikan ilmu kepada
7. Ayah dan Ibu yang telah memberikan semangat dan dorongan baik moril maupun
materil serta do’a yang telah mengiringi langkah peneliti hingga saat ini.
i
8. Seluruh teman-teman yang telah membantu, memberikan informasi, masukan dan
Selaku hamba Allah, Peneliti sadar bahwa terdapat keterbatasan yang dimiliki,
sehingga menjadikan Proposal Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
peneliti menerima kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi penelitian ini.
Elfina Yunara
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ..................................................................................33
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ...............................................................................34
v
BAB I
PENDAHULUAN
ISPA merupakan masalah kesehatan yang harus menjadi fokus perhatian kita
sebagai tenaga kesehatan, karena ISPA masih sering menjadi penyebab kematian
bayi dan balita. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan singkatan
dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam
bahasa inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita), karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek
pada balita di Indonesia. Dari beberapa hasil survey kesehatan rumah tangga
(SKRT) diketahui bahwa 80 sampai 90% dari seluruh kasus kematian ISPA.
Penyakit ISPA di Indonesia cukup tinggi diatas (40%) kematian balita. ISPA
kunjungan berobat di rawat jalan dan rawat inap dibuktikan dengan tingginya
1
angka kunjungan pasien ke puskesmas di seluruh Indonesia untuk penyakit
ISPAterutama pada usia anak balita (Kemenkes RI, 2014). Lima provinsi
dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%),
(Riskesdas, 2018). Sementara itu, kejadian ISPA pada Provinsi Jambi yaitu
bayi dan balita yakni faktor intrinsik (umur, status gizi, status imunisasi, jenis
Risiko akan berlipat pada anak usia dibawah dua tahun yang daya tahan
tubuhnya belum sempurna. ISPA pada anak dibawah dua tahun harus
dan fungsi normal dari organ-organ, serta energi. Kecukupan gizi balita dapat
dilihat dari status gizinya (Dean Hess, Neil R. MacIntyre, William F. Galvin ·
2020).
dengan lengkap dan teratur, maka tubuh bayi atau anak-anak akan memiliki
2
kekebalan sehingga mampu melawan penyakit-penyakit berbahaya. Adanya
Respon primer yang pertama kali muncul setelah vaksin di berikan adalah
nomor tiga setelah jantung koroner dan kanker, satu batang rokok membuat
prevalensi merokok dari tahun 1995 sampai 2001 di kalangan orang dewasa
penyakit jantung, paru dan penyakit lainnya yang mematikan. Mereka yang
dikelilingi oleh asap rokok akan lebih cepat meninggal dibanding mereka
yang hidup dengan udara bersih. Dan angka kematiannya meningkat 15%
lebih tinggi.
hubungan antara status gizi terhadap ISPA. Status gizi mempengaruhi daya
tahan tubuh, dimana semakin rendah status gizi seorang balita maka semakin
rendah pula daya tahan tubuh balita tersebut, maka balita semakin rentan
untuk terinfeksi..
3
seseorang secara aktif terhadap penyakit menular,. Imunisasi ini merupakan
sistem imun yang spesifik. Imunisasi terdiri dari beberapa jenis, yakni:
statistis.
tahun 2019 angka kejadian ISPA pada Balita dari beberapa Puskesmas di Kota
Sungai Penuh yaitu Desa Gedang (2.567 orang), Rawang (575 Orang), Sungai
Penuh (486 Orang) dan Tanjung (61 orang). Pada tahun 2021 jumlah kejadian
ISPA dari 3 teratas yaitu Desa Gedang (525 Orang), Rawang (277 Orang),
Kumun (159 orang) dan Tanjung (70 Orang). Pada tahun 2022 sampai dengan
bulan Juli jumlah angka kejadian ISPA yaitu Desa Gedang (113 Orang),
Rawang (40 Orang) dan Tanjung (55 Orang). Jumlah kejadian ISPA di
ISPA. Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat akan
Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusi, campak,
ISPA, diupayakan imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai status
4
imunisasi lengkap bila menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan
penyakitnya tidak akan menjadi berat . Dari studi pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti pada bulan 17 Juli 2022 di Puskesmas Tanjung pada 10 orang
balita terjadi sebanyak 8 orang balita mengalami ISPA dan 2 tidak mengalami
ISPA. Sebanyak 7 orang dengan masalah gizi kurang dan 3 orang status gizi
lengkap. Sebanyak 8 orang balita dengan lingkungan tidak baik dan 2 orang
kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak balita di wilayah
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak balita 1-5 Tahun di
5
2. Tujuan Khusus
2022..
2022.
pernapasan akut (ISPA) pada anak balita 1-5 Tahun di Wilayah Kerja
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak balita 1-5 Tahun di
kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak balita 1-5
Tahun 2022.
6
1.4 Manfaat Penelitian
A. Peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti dapat menambah pengalaman,
C. Puskesmas Tanjung
Sebagai informasi dan bahan masukan kepada pihak Puskesmas Tanjung
Kota Sungai Penuh dalam pengendalian dan pencegahan ISPA pada
balita di wilayah kerja, serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
masyarakat terhadap penyakit ISPA dan penyakit lainnya yang
menyebabkan angka kesakitanpada balita.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
Balita adalah anak berusia dibawah umur lima tahun yang sedang
mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Balita adalah anak
yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan perubahan yang
memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi
(Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020).
Pertumbuhan perkembangan balita dipengaruhi kesehatan yang baik,
status gizi yang baik, lingkungan yang sehat, serta keluarga (termasuk pengasuh)
yang baik merawat balita (Depkes RI, 2021). Anak usia di bawah lima tahun
(balita) merupakan kelompok usia yang rentan terhadap gizi dan kesehatan. Pada
masa ini daya tahan tubuh anak masih belum kuat, sehingga risiko anak menderita
penyakit infeksi lebih tinggi. Penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak balita
diantaranya adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA.
Selain itu, anak juga sering mempunyai kebiasaan makan yang buruk yaitu
anak sering tidak mau makan atau nafsu makan menurun, sehingga menyebabkan
status gizinya menurun dan pada akhirnya anak rentan terhadap suatu penyakit
infeksi
1. Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni, infeksi, saluran pernapasan dan
akut, dengan pengertian sebagai berikut:
a. Infeksi adalah masuknya, tumbuh dan berkembangbiaknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia
8
b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran
pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru). Dengan batasan
ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernapasan (respiratory tract).
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA
terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteridan rickettsia serta jamur. Virus
meliputi usia balita, jenis kelamin, pemberian asi eksklusif, berat badan lahir,
status gizi dan imunisasi balita serta keadaan lingkungan rumah yang buruk
9
3. Jenis - Jenis ISPA
kelompok untuk umur 2 bulan - < 5 tahun dan kelompok umur < 2 bulan.
a. Pneumonia berat
pernapasan 60 kali per menit atau lebih, adanya tarikan yang kuat pada
b. Pneumonia
frekuensi napas dengan napas cepat (fast breathing 50 kali per menit).
napas dengan batas napas cepat (fast breathing 40 kali per menit).
c. Bukan pneumonia
10
napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah
penyakit ISPA lain diluar Pneumonia seperti batuk pilek bukan pneumonia
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk,
kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian
besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk,
kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak
menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
Seorang anak yang menderita ISPA biasa menunjukkan bermacam- macam tanda
dan gejala seperti batuk, bersin, serak, sakit tenggorokan, sakit telinga, keluar cairan
dari telinga, sesak nafas, pernapasan yang cepat, nafasyang berbunyi, penarikan dada ke
dalam, bias mual, muntah, tak mau makan,badan lemah dan sebagainya. Berikut adalah
11
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis), pilek yaitu
badan lebih dari 37˚ C jika dahi anak diraba dengan punggung
50 kali permenit pada anak yang ber umur kurang dari 1 tahun
atau lebih dari 40 kali permenit pada anak yang berumur 1 tahun
disertai satu atau lebih gejala-gejala berikut ini seperti bibir atau
menurun, nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak
12
tenggorokan berwarna merah berarti balita mengalami gejala
ISPA berat.
Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri.
infeksi terrutama pada anak umur dibawah lima tahun, faktor ini sangat
13
menentukan daya tahan/imunitas anak, faktor host yang berkaitan dengan
terjadinya penyakit ISPA berupa umur anak, jenis kelamin, berat badan
1) . Umur anak
bayi dan usia dini anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Oleh sebab
itu kejadian ISPA pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Kejadian ISPA pada bayi dan balita
akan memberikan gambaran klinik yang lebih besar , hal ini disebabkan
karena ISPA pada bayi dan balita umumnya merupakan kejadian infeksi
salah satu faktor resiko untuk terjadinya kematian karena pneumonia pada
balita yang sedang menderita pneumonia. Semakin tua usia balita yang
2) Jenis Kelamin
memiliki risiko lebih tinggi daripada anak perempuan untuk terkena ISPA,
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang
14
kurang dari 2.500 gram. Berat bayi lahir menentukan pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan berat lahir
dibandingkan dengan bayi berat lahir normal serta memiliki resiko lebih
memiliki berat badan lahir rendah lebih beresiko terkena penyakit ISPA,
tidak ada atau tidak memberikan ASI dan imunisasi yang tidak adekwat
4) Status Gizi
dibandingkan dengan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan
tubuh yang kurang. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai
keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun
Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA lebih berat
15
5) Status Imunisasi
penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat. Cara yang terbukti paling
efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi campak dan pertusis
lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Menurut Sariana Kelompok
lain, ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA
bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA
16
manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah
dalam penanganannya
c. Faktor Lingkungan
lingkungan rumah yang dapat memicu kejadian ISPA pada balita antara
lain adalah pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah yang tidak
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak
sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada
didaerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9
a) .Ventilasi Rumah
dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. fungsi dari
1) Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang
2) Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-
17
zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara.
ventilasi minimal 10% dari luas lantai. Faktor lingkungan rumah seperti
18
7. Pencegahan ISPA
terutama melalui udara saat penderita batuk atau bersin. Penularan ISPA juga
dengan penderita maupun kontak tidak langsung yaitu menyentuh benda yang
yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang
yang rendah.
b) Menjaga pola hidup bersih, sehat, istirahat yang cukup dan olah
ragateratur
d) Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan
19
g) Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
h) Hindari menyentuh mulut atau hidung setelah kontak dengan flu. Segera
cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer setelah kontak
denganpenderita ISPA.
i) Apabila sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak
lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh dan fungsi normaldari organ serta
menghasilkan energi.
menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita adalah pneumonia. Dimana
20
pneumonia merupakan bagian atau tahap lanjut dari penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang
membuat tubuh menjadi rentan terhadap infeksi. Anak dibawah lima tahun adalah
kelompok umur yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dan
membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok umur yang
Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan
yang beresiko atau dengan status gizi buruk, dan Status gizi merupakan
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebi. Standar acuan
status gizi balita adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB), dan tinggi badan menurut umur (TB/U).
Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, jika kondisinya kurang baik
gizinya kurang.
Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Pada penilaian status gizi balita penilaian yang
21
Antropometri.
3. Antropometri
protein danenergi.
pergunakan untuk menilai status gizi balita adalah BB/U, TB/U, BB/TB ,
cukup dengan nilai tunggal saja karna antara anak berumur 1 – 5 tahun
4. Indikator BB/U
adalah sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin maka berat
22
5. Indikator TB/U
Indikator TB/U ini tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini dan sering
6. Indikator BB/TB
secara benar, dan lebih menggambarkan keadaan kurang gizi akut pada waktu
lampau. Namun Indikator BB/TB ini dapat menggambarkan status gizi saat ini
dengan lebih sensitif dan spesifik, terutama apabila data umur yang akurat
sulit diperoleh.
bayi atau anak-anak akan memiliki kekebalan sehingga mampu melawan penyakit-
penyakit berbahaya. Adanya daya tahan tubuh yang meningkat tidak hanya terhadap
penyakit ISPA. Respon primer yang pertama kali muncul setelah vaksin di berikan
penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
23
bayi dan balita (Mardianti & Farida, 2020). Imunisasi merupakan upaya kesehatan
yaitu karena takut anaknya demam, sering sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat
imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/ repot. Petugas kesehatan
juga memiliki peran penting terhadap pemberian imunisasi pada balita. Peran petugas
dan sosialisasi tentang manfaat imunisasi dan penyakit dapat dicegah dengan
memberikan perlindunga kepada indivudu dan mencegah seseorang jatuh sakit dan
1. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar lengkap memberikan upaya imunitas pada bayi berusia 0-12
bulan agar terhindar dari berbagai penyakit , imunisasi ini meliputi Polio, HB,
24
2. Imunisasi Hepatitis B
ibupositif, dalam waktu 12 jam setelah lahir dengan syarat kondisi bayi stabil,
tidak ada gangguan paru-paru dan jantung dapat diberikan HBlg 0,5 ml. Atau
apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam
perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat
diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur <7 hari. Cara pemberian :
Vaksin di suntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB. Pemberian suntikan
berupa nyeri pada tempat penyuntikan atau demam ringan namun akan
kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. Pemberian imunisasi BCG dan usia
pemberian, frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan tidak perlu
dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau
(benjolan) kecil dan eritema (merah) di daerah bekas suntikan , setelah 1 atau
ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri dan panas. Luka ini akan sembuh
25
4. Imunisasi DPT/HB
sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2 bulan untuk dosis pertama ,dosis selanjutnya
Imunisasi ini: biasanya hanya demam dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan,
akan hilang sendiri dalam beberapa hari. Bila demam dapat diberikan penurun
5. Imunisasi Polio
adalah pada bayi usia 0-11 bulan, namun biasanya pemberian vaksin di
berikan pada bulan 1-4 bulan bersama dengan imunisasi BCG di bulan
6. Imunisasi Campak
penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular pemberian
26
imunisasi dan usia pemberian, frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1
kali dan diberikan pada usia bayi 9 bulan. Dan di berikan ulangan (booster)
pada usia 6-7 tahun, Cara pemberian, adalah melalui suntikan subkutan, efek
terjadi demam ringan dan efek kemerahan/ bercak merah pada pipi dibawah
campak, adalah infeksi akut yang disertai demam dan kekurangan gizi berat.
perlindungan atau kekebalan di dalam tubuh bayi dan balita, serta untuk
mengganggu tumbuh kembang anak bahkan juga dari penyakit yang bisa
1. Hepatitis B-0 diberikan 1 kali (di berikan 0-7 hari setelah kelahiran)
27
10 Faktor Resiko Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Salah satu faktor resiko terjadinya ISPA dilihat dari faktor lingkungan adalah
anggota keluarga lain khususnya balita, dimana balita menyerap nikotin dua kali
lebih banyak dibandingkan orang dewasa. dan balita juga memiliki sistem
kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Darmawan et al,
2016). Balita yang tinggal dalam rumah yang terdapat anggota keluarga yang
merokok, maka balita tersebut termasuk perokok pasif yang akan menerima
daun yang mengeluarkan lebih 4.000 bahan kimia beracun yang membahayakan.
pada orang yang merokok, namun juga mengakibatkan gangguan kesehatan pada
orang disekitar perokok. Asap rokok yg keluar langsung dari pembakaran rokok
(sidestream) akan lebih berbahaya daripada yang keluar dari mulut perokok
yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau dan adiktif. Asap mengandung zat-zat
penyakit-penyakit berbahaya lain. Salah satu zat berbahaya dalam rokok adalah
28
karsinogenik menyebabkan paralise silia yang ada disaluran PERNAPASAN dan
kanker paru. Tar akan melekat pada rambut-rambut kecil di paru-paru. Rambut-
rambut kecil ini melindungi paru-paru dari kotoran dan infeksi, tapi ketika
udara di dalam ruangan. Manusia bernapas kira-kira 20 kali dalam satu menit,
sekali tarikan napas maka ±500 ml udara terhirup, udara yang masuk kedalam
29
Kerangka Teori
Kejadian ISPA
30
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep
B. Hipotesa
2022.
31
Ha : Ada Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA pada
Tahun 2022.
Tahun 2022
Tahun 2022
32
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat
usia 1-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Kota Sungai Penuh tahun
2022.
Sungai Penuh.. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – Agustus 2022.
a. Populasi
orang ibu yang memiliki anak balita sampai bulan Mei 2022.
b. Sampel
37
Sampel adalah terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
n = 48,6 49 orang
Dengan keterangan :
n= jumlah sampel
N= jumlah populasi
(1,96)
48,6 sample dan dibulatkan menjadi 49 ibu yang memiliki anak balita yang
38
inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel
1. Ibu yang memilki anak balita (12-59 bulan) yang datang berkunjung dan
D. Etika Penelitian
yang sangat penting karena penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia
2. Justice (keadilan)
39
Responden / subjek untuk mendapatkan perlakuan adil, jadi tidak setiap
penelitian.
apakah dia ingin berpartisipasi dalam penelitian ini atau tidak, tanpa resiko
4. Confidentiality (Kerahasiaan)
40
E. Alat Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
2. Data Sekunder
kedua, baik berupa orang maupun catatan, seperti buku catatan petugas
orang tua atau wali dari anak untuk dijadikan sampel, dan menjelaskan
consent.
yang dalam sehari posyandu sesuai jadwal bisa mencapai 25 anak, hal
41
sekali pada tanggal 27.
1. Editing
2. Coding
3. Entry Data
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket yang paling sering
di gunakan untuk entry data penelitian adalah paket program SPSS for
Windows
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
42
disebut pembersihan data.
5. Tabulating
Tabulasi merupakan penyajian data dalam bentuk tabel yang terdiri dari
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
43
variabel tersebut dinyatakan berhubungan secara signifikan dan data
Service Solution).
44
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur, D., Arifianto, & Sapitri. (2019). Pengaruh pemberian posisi terhadap
respiratory rate pasien TB Paru di ruang Flamboyan RSUD. Soewondo Kendal . 1,
1–9. Junal Ilmu Keperawatan.
Andani, E. . (2018). Posisi High Fowler (90o) Dan Semi Fowler (45o) Dengan
Kombinasi Pursed Lips Breathing Terhadap Peningkatan Saturasi
Repository.Stikes-Bhm.Ac.
Anwar, 2019. Pentingnya Gizi bagi Manusia. Available at: www.digilib.
unila.ac.id/178/3/ [Accessed August 15, 2019]
Asrun, 2018. Kasus Kematian Pada Anak. Available at: http://depkes.go.id/ [Accessed
August 10, 2018]Black joyce. M & Jane Hokanse Hawks. 2014. Medical
Surgical Nursing vol 2. Jakarta: Salemba Medika.
BPS (Badan Pusat Statistik). 2018. Kabupaten Kerinci Dalam Rangka Regency in Figures
2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci. Dikutip dari
file:///C:/Users/SRKOMP~1/AppData/Local/Temp/68079076Kerinci%20Da
lam%20Angka%202018.pdf pada tanggal 20 April 2021.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS
2019). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2019.
Behreman Richard E, RE Kliegman, AM Arvin. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Nealson.
Terjemahan Oleh: A. Samrik Wahab, EGC, Jakarta, Indonesia.
Depkes. 2018. Tembakau dan Prevalensi Konsumsi di Indonesia. Jakarta : Depkes.
Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020. Jakarta: Depkes RI. 2020
Dean Hess, Neil R. MacIntyre, William F. Galvin · 2020. Respiratory Care: Principles
and Practice. Fourth edition. Jones & barlet: America. Dikutip Dari https ://www
.google. co. id/ books /edition /Respiratory _Care/ pada tanggal 3 Mei 2020
GINA (Global Initiative for Asthma). 2020. Pocket Guide for Asthma Management And
Prevention (for Adults and Children Older than 5 Years). Dikutip dari
https://ginasthma.org.pdf pada tanggal 25 April 2020.
Hammond, BB & Zimmermann PG. 2017. Sheeshy’s Emergency and Disaster Nursing-
1st Indonesian Edition. Elsevier: Singapura.
45
Hassan R, Alatas H. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Jakarta,
Indonesia. 2018. halaman 550 - 556.
Marhamah. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita di Desa
Bontongan Kabupaten Enrekang Makassar. Skripsi pada jurusan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar yang tidak
dipublikasikan. 2019.
Nasution, dkk. Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban Jakarta. Sari
Pediatri, Vol. 11, No. 4, Desember 2019.
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Kemenkes: Badan
Penelitian dan Pengembangan. Dikutip dari
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil -
riskesdas-2018_1274.pdf pada tanggal 25 April 2020. Smeltzer, S.C & Bare. 2015.
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
WHO (World Health Organzation). 2020. Asthma. Dikutip dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ asthma pada tanggal 20 April
2020.
46
Lampiran 1.
berpartisipasi sebagai responden pada penelitian tanpa ada unsur paksaan yang
infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Anak Balita Usia 1-5 Tahun Di
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negative pada
saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
47
Lampiran 2.
Dengan hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Stikes Syeadza Saintika
Padang.
Anak Balita Usia 1-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Kota Sungai
sebagai responden, Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan
ini. Atas perhatian Bapak/Ibu sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
ELFINA YUNAR
48
KUESIONER PENELITIAN
49
Petunjuk pengisian:
Isilah tanda ceklist (√) yang sesuai jawaban atau pemeriksaan balita. No. Kode
: .................................
B. Kelengkapan imunisasi:
Vaksin Usia
Imunisasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hepatitis
B
BCG
POLIO
DPT
HiB
CAMPAK
50