KEPERAWATAN ANAK
RANDI
NIM. 18112165
KEPERAWATAN ANAK
RANDI
NIM. 18112165
Panitia Penguji,
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Studi kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pula penulis ucapkan banyak terima kasih pada pihak pihak yang telah membantu
menyelesaikan studi kasus ini dengan baik. Oleh karna itu, pada kesempatan kali
1. Ibu Ns. Rifka Putri Andayani, M. Kep., Sp. Kep. An selaku pembimbing
2. Ibu Ns. Nova Fridalni S. Kep, M. Biomed selaku Ketua Prodi STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
Padang.
4. Bapak Jazmarizal, SKp, MARS selaku Ketua Yayasan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
penulis.
6. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta yang telah mendukung serta
ataupun materil. Semoga Abak dan Amak selalu didalam lindungan Allah
SWT.
MERCUBAKTIJAYA Padang.
Dalam penyusunan studi kasus ini, penulis menyadari bahwa studi kasus ini
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritikdan
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuan dari semua pihak
yang ikut terlibat dalam penulisan studi kasus ini. Semoga studi kasus ini
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi. Penyakit terbanyak pada
anak yang dapat meningkatkan angka kematian pada anak seperti yang
pertama penyakit diare pada balita disebabkan virus, lalu kolera, dan tipes.
Bisa terjadi pada bayi dan anak. Anak-anak di wilayah timur Indonesia
layanan kesehatan, air bersih, hingga rendahnya asupan gizi (Kemenkes RI,
2019).
infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau
usia kurang 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki
(Kemeskes, 2018).
Bronkopneumonia atau pneumonia adalah istilah umum untuk infeksi
paru paru yang dapat disebabkan oleh berbagai kuman (virus, bakteri , jamur
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling berat karena dapat
ini mampu menyebar dalam jarak dekat melalui percikan ludah saat penderita
dkk, 2019).
Menurut WHO pada tahun 2018 pneumonia merenggut nyawa lebih dari
800.000 anak balita di seluruh dunia, atau 39 anak per detik. Separoh dari
bahwa satu jam ada 71 anak di Indonesia yang tertular pneumonia (UNICEF,
2019).
hampir sama dengan data tahun 2018 yaitu 20,56%. Salah satu upaya yang
diperkirakan jumlah penderita yaitu 3,91% dari jumlah balita. Kota Padang
81.736 jiwa, perkiraan balita yang mengalami pneumonia 3,1% dari jumlah
balita, sedangan yang ditemukan dan ditangani sebanyak 2.719 jiwa (Dinas
bronkopneumonia pada anak pada tahun 2018 sebanyak 151 orang, pada
tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 166 orang dan pada tahun 2020
menjadi 76 orang, ini disebabkan karena data pengunjung pada tahun 2020
Padang, 2020).
lobular atau adanya infiltrat pada bagian area pada kedua lapang atau bidang
peradangan yang terdiri pada jaringan paru dengan cara penyebaran langsung
dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan
syncytial virus (RSV) dan para influenza virus yang masuk melalui saluran
menyebarkan kuman dalam bentuk doplet ke udara pada saat batuk, bersin
yang kurang atau buruk, pemberian air susu ibu (ASI) tidak sampai enam
bulan, tidak mengkonsumsi suplemen zink, bayi berat badan lahir rendah,
tidak vaksinasi dasar lengkap, polusi udara, asap rokok, asap bakaran, serta
dapat berupa fisik maupun psikologisnya. Dampak fisik yang dialami anak
seperti akan terjadinya atelektasis pada paru, episema, abses paru, infeksi
sitemik, endokarditis, meningitis, dan akibat yang lebih parah lagi dapat
(Ngastiyah, 2012).
banyak faktor, baik dari faktor petugas (perawat, dokter dan tenaga kesehatan
perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan (Edi,
dkk 2017).
Peran perawat adalah suatu kegiatan yang menjadi suatu
2013).
B. Rumusan Masalah
SMC.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
3. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Studi kasus ini dijadikan sebagai data dasar dan informasi untuk rumah
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Anak
a. Defenisi Anak
termasuk anak yang dalam perlindungan terhadap anak sudah mulai sejak
2017).
1) Pertumbuhan anak
dapat dinilai dengan ukuran gram (gram, pound, kilogram) serta tinggi
c) Lingkar kepala
2)Perkembangan Anak
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai
a) Perkembangan Motorik
1) Motorik kasar
2) Motorik halus
b) Perkembangan Kognitif
c) Perkembangan Bahasa
3) Perkembangan sosial
4)Pengukuran Perkembangan
Faktor dari dalam dapat dilihat dari factor genetic atau hormone,
dimana sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berusia 4
c) Faktor lingkungan
1. Definisi Bronkopneumonia
oleh bacteri, virus dan jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan
gejala panas tinggi, gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare,
paru yang berdekatan, biasa terjadi akibat batuk rejan, campak, influenza,
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
(farink laryngeal).
dalamtrachea di bawahnya.
bronchus (bronchi).
dengan trachea yang di lapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang
utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kananlebih
syaraf dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan
dibagi tiga lopus oleh visula interloris. Paru-paru kiri, terdiri dari
buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus
luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut
3. Etiologi Bronkopneumonia
4. Patofisiologi Bronkopneumonia
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2011).
melalui udara dan makanan ke jaringan paru- paru melalui saluran pernafasan
melalui poros kohn sehingga terjadi peradangan pada dinding bronkus atau
menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan
interstitial. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi
eritrosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli
baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka
membran dari alveolus akan mengalami kerusakan. Bagian paru yang terkena
disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai
suhu tubuh meningkat, demam dan menggingil (McPhee & Ganong, 2012).
gambaran baragam pada paru yang menyebabkan daya tahan tubuh atau imun
reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein
melalui porus khon dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit
mengalami pembesaran dan beberapa leukosit dari kapiler paru- paru. Alveoli
dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin
serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru-
paru menjadi sedikit udara, kenyal dan berwarna merah. Pada tingkat lanjut
aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit
maka kapasitas vital dan compliance paru menurun dimana kelainan pada
dengan ventilasi perfusi yang mismatch atau tidak sesuai, sehingga berakibat
pada hipoksia dan kerja jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang
adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO2 yang diproduksi
atau dengan kata lain timbulnya retensi CO2 didalam jaringan. Selain dapat
retraksi dada, sesak dan peningkatan pernafasan (McPhee & Ganong, 2012).
demam, batuk produktif, ronki positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme
stadium, yaitu :
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
fagositosis sisa- sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih teteap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisi-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsropsi
(tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut
2014).
5. PATHWAY BRONKOPNEUMONIA
bervasiari tergantung pada usia anak. Beberapa gejala dan tanda yang dapat
a. Batuk
b. Demam
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi Bronkopneumonia
bronkus instrinsik.
c. Abses paru, adalah penumpukan pus atau nanah dalam paru dan
meradang
d. Infeksi sitemik
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
2) Pemeriksaan sputum
asam basa.
b. Pemeriksaan radiologi
1) Ronthenogram thoraks
2) Laringoskopi / Bronskopi
1. Pengkajian
a. Identitas Data
anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak yang lain (Nursalam,
2. Keluhan Utama
3. Riwayat kesehatan
2)Natal
b) Lama dan jenis persalinan seperti spontan, forceps, operasi, dan lain
lain
3)Post Natal
a) Kondisi bayi baru lahir dengan berat badan dan tinggi badan.
problem menyusui , berat badan tidak stabil, dan infeksi tali pusat.
berapa hal khusus perlu diperhatikan pada anak penah mengalami nafas
sesak.
menderita gejala dan sakit yang sama, apakah keluarga memiliki penyakit
d. Riwayat imunisasi
1. Pertumbuhan Fisik
Kaji berat badan anak, tinggi badan anak, dan waktu tumbuh gigi.
Kaji usia anak saat berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum
kepada orang lain pertama kali, bicara pertama kali dan berpakaian tampa
bantuan.
f. Riwayat nutrisi
1. Pemberian asi
Kaji alasan orang tua memberikan asi formula, jumlah pemberian dan cara
pemberian.
3. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
g. Riwayat Psikososial
Kaji dimana anak tinggal, lingkungan berada dimana dekat dengan apa, hal
h. Reaksi Hospitalisasi
Kaji pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap dan kaji pemahaman
i. Aktivitas Sehari-hari
a. Nutrisi
Kaji nutrisi anak sebelum sakit ataupun saat sakit, biasanya anak dengan
makan baik, pada saat sakit anak akan lebih sulit untuk makan.
b. Cairan
Kaji nutrisi anak sebelum sakit ataupun saat sakit,biasanya anak pada saat
sebelum sakit akan banyak minum, pada saat sakit anak akan malas untuk
minum.
c. Eliminasi
Kaji nutrisi anak sebelum sakit ataupun saat sakit. Biasanya tidak ada
komplikasi lain.
Kaji nutrisi anak sebelum sakit ataupun saat sakit, biasanya anak dengan
bronkopneumonia pada saat sebelum sakit istirahat dan tidur anak cukup
tidak ada hambatan, tetapi pada saat sakit akan sulit untuk tidur karena
e. Olahraga
Kaji nutrisi anak sebelum sakit ataupun saat sakit, biasanya anak dengan
sedangkan pada saat sakit anak akan cendrung murung dan malas untuk
berolahraga.
f. Personal Hygiene
pada saat sakit anak akan merasa lemas dan dibantu oleh orang tua untuk
g. Aktivitas/Mobilitas Fisik
Biasanya anak sebelum sakit akan banyak beraktivitas saat sakit anak lelah
h. Rekreasi
Biasnaya anak sebelum sakit akan senang untuk pergi bereaksi saat sakit
anak akan merasa malas dan lemas dan keluarga juga tidak mau membawa
1. Kondisi Umum
Kaji tingkat kesadaran anak, keadaaan umum anak. Biasanya anak bisa
Pengkajian dapat berupa vital signs berupa denyut nadi normal pada anak
3. Kulit
infeksi dan memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh. Kaji warna kulit
anak, adanya sianosi, adanya kemerahan, adanya tanda lahir, tugor kulit,
4. Kepala
Kaji bentuk kepala, fontanel anterior, bentuk wajah. Biasanya kepala anak
5. Mata
Kaji bentuk mata, konjungtiva, sclera. Biasanya mata anak simetris kiri dan
kanan.
6. Telinga
7. Hidung
Biasanya hidung anak simetris kiri dan kanan, tidak terdapat benjolan
8. Leher
Kaji pembesaran pada kelenjer tiroid, biasanya leher anak tidak terdapat
9. Kardiovaskuler
3. Paru
ekspirasi.
4. Jantung
deksta sinistra
jantung
5. Perut / Abdomen
P : Biasanya tidak ada nyeri tekan pada bagian pinggang, dan tidak
P : Biasanya tidak ada nyeri tekan pada bagian pinggang, dan tidak
6. Genetalia
perempuan
7. Anus
9. Sistem endokrin
lelah.
Melihat sakla nyeri pada seorang anak dan lokasi nyeri yang dialami oleh
anak
5) LED meningkat
a. Usia 0 - 6 tahun
1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
1. Perkembangan kognitif
2. Perkembangan psikoseksual
3. Perkembangan psikososial
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan napas, hipersekresi jalan
jalan nafas buatan, sekresi yang tertahan, hiperplasia dinding jalan napas,
farmakologis, kecemasan
a. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
meningkat tambahan
menurun
detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan
forsep McGiil
Edukasi
kontraindikasi
efektif
Kalaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
membaik
pertukaran gas
Setelah di lakukan Observasi
berhubungan
intervensi keperawatan
1. Monitor frekuensi,
ketidakseimbangan
1x24 jam, di harapkan
irama, kedalaman, dan
ventilasi – perfusi,
pola nafas membaik
perubahan membran dengan kriteria hasil upaya napas
3. Monitor adanya
1. Keseimbangan asam
produksi sputum
basa
4. Auskultasi bunyi napas
2. Respon ventilasi
5. Monitor saturasi oksigen
mekanik
6. Monitor nilai AGD
3. Tingkat delirium
7. Monitor adanya
4. Konservasi energi
sumbatan jalan napas
5. Perfusi paru
Teraupetik
1. Atur interval
pemantauan respiratorik
Edukasi
keluarga tujuan
pemantauan
- Akrosianosis menurun
- Monitor komplikasi
- Komsumsi oksigen
hipertermi
menurun
Terapeutik
- Piloereksi menurun
- Sediakan lingkungan
- Vasokontriksi perifer
yang dingin
menurun
- Longgarkan atau
- Kulit memorata
lepaskan pakaian
menurun
Membaik perlu
membaik Kolaborasi
- Ventilasi membaik
- Tekanan darah
membaik
Diharapkan: elektrolit
6. Dokumentasikan hasil
c. Serum klorida
pemantauan
membaik
7. Jelaskan tujuan dan
pemantauan
e. Serum magnesium
Membaik
Terapeutik
f. Serum fosfor membaik
1. Lakukan pemantauan
g. Asupan cairan
tanda kekurangan cairan
meningkat
2. Pantau tanda dehidrasi
meningkat nasogastrik
meningkat badan
menurun serat
Edukasi
posisi duduk
diprogramkan
kolaborasi
yang dibutuhkan
perlu
- kemudahan dalam
- Monitor lokasi
aktifitas sehrai-hari
dan ketidaknyamana
Meningkat
Terapeutik :
- kecepatan berjalan
- Sediakan lingkungan
meningkat
yang nyaman dan
- jarak berjalan
rendah stimulus
meningkat
- Lakukan rentang gerak
- keluhan lelah
pasif dan aktif
menurun
aktivitas menurun
- Fasilitasi duduk disisi
- perasaan lelah
tempat tidur
menurun
Edukasi
- aritmia saat aktivitas
- Anjurkan tirah
menurun
baring
- aritmia setelah
kelelahan
Kolaborasi
cara meningkatkan
asupan makanan
b. Implementasi
lakukan.
c. Evaluasi
TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
b. Identitas pasien
Umur : 2 Tahun
Anak ke :2
Agama : Kristen
Suku : Dayak
No. RM : 00.07.22.xx
dengan keluhan 2 hari yang lalu orang tua mengatakan anak sempat
berdahak, demam.
1) Prenatal
anak ke 2
2) Intranatal
tinggi
3) Post natal
3600 gram,
f. Riwayat kesehatan
karena sakit asma. Pasien memiliki riwayat alergi debu, tidak memiliki
An. R.
g. Riwayat Imunisasi
Tabel 3.1
No Jenis Usia Usia Usia Usia
Imunisasi Pemberian I Pemberian Pemberian Pemberian
II III IV
1 BCG 1 bulan - - -
2 Hepatitis 0 hari - - -
5 Campak 9 bulan - - -
j. Riwayat Tumbuh Kembang
Berat badan anak sebelum sakit dan sesudah sakit mengalami penurunanan
berat badan 11 Kg, TB anak 70,7 CM, Lingkar kepala 48 CM, Lingkar dada
52 CM, lingkar lengan 15, 7 CM. Interprestasi hasil KPSP jumlah jawaban
k. Riwayat nutrisi
makanan yang di sukai An. R adalah belut. Semenjak sakit ibu mengatakan
nafsu makan An. R menurun anak hanya makan ikan yang disediakan namun
l. Riwayat Psikososial
m. Reaksi Hospitalisasi
Pada An. R umur 5 bulan anak di rawat di RS SMC dengan keluhan asma
n. Aktivitas Sehari-hari
1)Nutrisi
makanan yang di sukai An. R adalah belut. Semenjak sakit ibu mengatakan
nafsu makan An. R menurun anak hanya makan ikan yang disediakan namun
3)Eliminasi
Ibu mengatakan selama di rumah dan di rumah sakit An. R untuk BAB 1 kali
Ibu An. R mengatakan selama di rumah tidur siang lebih kurang 3 jam dan
tidur malam lebih kurang 8 jam, sedangkan di rumah sakit tidur siang lebih
kurang 2 jam dan tidur malam lebih kurang 5 jam. Anak sering terbangun
5)Personal Hygiene
Ibu mengatakan An. R selama di rumah sakit mandi 1 kali sehari dan gosok
6)Aktivitas/Mobilitas Fisik
Ibu mengatakan An. R adalah anak yang aktif lebih sering bermain di
7)Rekreasi
Biasnaya anak sebelum sakit senag bermain dengan saudara atau ayah di
rumah saja.
II. Pemeriksaan fisik
RR : 35 x/menit
Nadi : 97 x/menit
Suhu : 37,80C
3. Kepala
b. Mata : Sklera putih, tidak cekung, pupil isokor, reflek cahaya (+)
hidung
d. Mulut : Bibir lembab tidak kering, tidak pucat, lidah tidak tremor /
f. Dada/Thorak
I : simetris kiri dan kanan, ada penggunaan otot bantu nafas, adanya
cuping hidung
g. Jantung
h. Abdomen
P : Tidak terdapat massa ataupun juga tumor, nyeri tekan tidak ada
Tidak ada kelaianan tulang belakang, kulit normal, turgor kulit baik
ekstremitas
1) Motorik kasar
2) Motorik halus
kembali bola
3) Bahasa
4) Personal sosial
atau merengek
i. Pemeriksaan penunjang
Result :
Eritrrosit : Normikrom-normositer
Bronkopneumonia sinistra
j. Terapi
Cefotaxime 3x300 mg iv
Certidex 2x2mg iv
Paracatamol 3 x 100 mg iv
Analisa Data
No Data Penunjang Masalah Etiologi
Keperawatan
1 DS : Bersihan jalan Sekresi yang
Ibu An. R mengatakan nafas tidak tertahan
anaknya batuk efektif
berdahak
Ibu An. R mengatakan
anaknya batuk dan
susah dikeluarkan
DO :
An. R tampak
gelisah
RR 35x/i
Bunyi nafas
tambahan ronchi
Inspirasi lebih
pendek dari
ekspirasi
2 DS : Pola nafas Deformitas
Ibu An. R tidak efektif dinding dada
mengatakan
anaknya kadang
sesak
DO :
An. R tampak
gelisah
An. R tampak
menggunakan Nafas
cuping hidung
An. R tampak
menggunakan
Retraksi dinding
dada
An. R terpasang
oksigen nasal kanul
1 Lpm
3 DS : Hipertermia Proses penyakit
Ibu An. R mengatakan (infeksi)
anaknya demam
Ibu An. R mengatakan
panasnya tidak turun
DO :
Suhu 37,80C
Kulit An. R teraba
hangat
An. R tampak gelisah
B. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
b. Pola nafas tidak efektif b.d deformitas dinding dada
c. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)
C. Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan head-
tilt chin-lift
2. Posisikan semi
fowler
3. Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15
detik
4. Beri oksigen
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator bila
perlu
Pola nafas tidak efektif b.d Pola Nafas Manajemen jalan
deformitas dinding dada nafas
Penggunaan otot
Observasi
bantu napas
1. Monitor pola nafas
menurun
2. Monitor bunyi nafas
Pernafasan
tambahan
cuping hidung
3. Monitor sputum
menurun
Terapeutik
Tidak ada
1. Berikan minum
retraksi dinding
hangat
dada
2. Berikan fisioterapi
dada jika perlu
3. Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 1000ml
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
jika perlu
batuk efektif karena pada An. R mengeluh keluhan batuk dan ada sekret,
Untuk membersihkan jalan nafas pada anak tersebut dilakukan batuk efektif
sehingga jalan nafas kembali efektif dan sekret bisa di keluarkan. Selain itu
Implementasi yang dilakukan pada An. R dengan pola nafas tidak efektif
yaitu dengan mengatur posisi tidur yang nyaman seperti head up 30 derjat
pakaian pasien yang tipis dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
PEMBAHASAN KASUS
1. Pengkajian
sering terjadi pada bayi dan anak, kasus terbanyak terjadi pada anak usia
data sebagai berikut : An. R, Laki - laki, berusia 2 tahun. masuk ke IGD
batuk sejak 2 hari yang lalu dan demam, nafas anak terlihat sesak.
dapatkan data : ibu An. R mengatakan anaknya masih batuk, ibu An. R
pasien tampak gelisah, TTV suhu 37,80C, Nadi 97 x/i, RR 35 x/i, tampak
penggunaan nafas cuping hidung, tampak pucat, kulit teraba hangat
certidex 2x2mg, puyer batuk 3x1, paracatamol 3x100 mg, nebu ventolin
(inhalasi / 8 jam).
oleh bacteri, virus dan jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan
gejala panas tinggi, gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah,
terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara tambahan, penderita biasa juga
dan wheezing.
kasus dengan teori yang ada di mana menurut teori pasien dengan
lain mengarah pada tanda dan gelaja yang ditunjukan dimana anak dengan
2. Diagnosa keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan, pola nafas tidak
mengatakan anak batuk dan pilek, anak tampak gelisah, pernafasan 35x/i,
anaknya demam, dan panasnya tidak turun, kulit teraba hangat, pasien
defisit nutrisi dan nyeri akut (SDKI, 2017) Sedangkan menurut Amin
kasus dan teori yang ada dimana diagnosa yang mendukung untuk data yang
bersihan jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, dan hipertermia.
Untuk diagnosa yang lain tidak dapat diangkat oleh peneliti karena data
memerlukan 3 data mayor yang sesuai dengan kejadian yang ada. Misalkan
2017) kita memerlukan data mayor yang sangat penting berupa hasil
3. Intervensi keperawatan
tujuan yang akan dicapai serta kriteria hasil. Umumnya perencanaan yang
tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada atau sesuai dengan
prioritas masalah yang muncul pada saat dilakukan pengkajian (Nursalam,
2012)
I. PENGERTIAN
Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di
saluran nafas dengan cara dibatukkan
II. TUJUAN
1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret
2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laborat
3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret
III. KEBIJAKAN
1. Klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret
2. Pemeriksaan diagnostik sputum di laboratorium
IV. PERALATAN
1. Kertas tissue
2. Bengkok
3. Perlak/alas
4. Sputum pot berisi desinfektan
5. Air minum hangat
V. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap PraInteraksi
Mengecek program terapi
Mencuci tangan
Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
Memberikan salam dan sapa nama pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3. Tahap Kerja
Menjaga privacy pasien
Mempersiapkan pasien
Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu
tangan di abdomen
Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas
dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap
tertutup)
Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen
(cegah lengkung pada punggung)
Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan
(lewat mulut, bibir seperti meniup)
Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan
kontraksi dari otot
Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien
bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring)
Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang
ke-3: inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat
Menampung lender dalam sputum pot
Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan
Berpamitan dengan klien
Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kesimpulan :
subjektif dan observasi yang telah dilakukan pada An. R sudah sesuai
dialami telah hampir sesuai dengan tinjauan teoritis yang ada namun pada
mendukung meliputi yang pertama bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
sekresi yang tertahan, yang kedua pola nafas tidak efektif b.d deformitas
yang telah ada dan diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan yang
muncul.
B. Saran
1. Bagi Penulis
bronkopneumonia.
anak serta menjadikan studi kasus ini sebagai gambaran penambahan ilmu
Alsagaf. (2012). Etiologi Dan Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press
Anwari, Farida dkk. (2019). Efektifitas Kombinasi Mint (Peppermint Oil) Dan
Cairan Nebulizer Pada Penanganan Batuk Asma Bronchiale. Jurnal saint
health vol 3 No.1. STIKes RS. Anwar Medika Sidoarjo
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2018). Profil kesehatan provinsi Sumatera Barat
tahun 2018
Engram, B. (2012). Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Pernapasan
Akibat Infeksi. Jakarta: Trans Info Medika.
Kemenkes RI. (2018 - 2020). Profil data kesehatan indonesia. Jakarta: Depkes RI
Rasmin, M dkk. (2012). Prosedur tindakan bidang paru dan pernafasan diagnostik
dan terapi. Jakarta: bagian pulmonologi FK UI. Balai penerbitan FK UI
Sudarti. (2010). Kelainan dan penyakit pada bayi dan anak. Yogyakarta: Nuha
Medika
Tim Poja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia (1st
ed). Jakarta: dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia
Tim Poja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar luaran keperawatan indonesia (1st ed).
Jakarta: dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia
Tim Poja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia (1st
ed). Jakarta: dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia
UNICEF. (2019). Access the data : under-fite and infant mortality rates and
number of deaths, UNICEF. Available at :
https://data.uniceff.org/topic/child-survival/under-five-mortality/