OLEH
LATIFA RAHMADANI
173110172
OLEH
LATIFA RAHMADANI
173110172
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan
Tetralogy Of Fallot (Tof) Di Ruangan Irna Kebidanan dan Anak RSUP Dr M
Djamil Padang Tahun 2020”, dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan
Padang Poltekkes Kemenkes Padangpeneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan proposal
karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada,
Yth:
1. Ibu Ns. Delima, S.Pd, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Hj.Tisnawati, S.ST, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
2. Bapak Dr.Burhan Muslim, S.KM, M.Si selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politektik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Padang.
5. Bapak Ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.
6. Bapak Dr. dr. H. Yusirwan Yusuf, Sp.B.Sp.BA(K) selaku Direktur Umum
dan seluruh pimpinan, staf dan perawat RSUP Dr. M. Djamil Padang yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
7. Teristimewa kepada orangtua dan saudara yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.
8. Teruntuk sahabat ( Audri, Fini, Tiva, Eci, Ninda, Lia) yang telah
memberikan suport, sama-sama berjuang dan membantu dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
ii
Poltekkes Kemenkes RI Padang
9. Terimakasih yang teramat luar biasa untuk para kaum kelas 3.A yang
sudah berjuang bersama dalam waktu 3 tahun ini.
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Peneliti
iii
Poltekkes Kemenkes RI Padang
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Tanda Tangan :
iv
Poltekkes Kemenkes RI Padang
v
Poltekkes Kemenkes RI Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
Latifa Rahmadani
ABSTRAK
Hasil penelitian didapatkan keluhan dari pasien yaitu tampak sesak napas, tampak
pucat, bibir kering, berat badan tidak mengalami kenaikan. Diagnose yang
diangkat pada partisipan ada 3. Sedangkan diagnosa utama adalah pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan penurunan energi.
Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan data awal untuk penelitian selanjutnya
dan dapat melakukan pengkajian secara tepat dan mengambil diagnosa secara
tepat menurut pengkajian yang didapatkan dan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, harus terlebih dahulu memahami masalah dengan baik, serta
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan benar.
vi
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit Jantung Bawaan
1. Pengertian ............................................................................. 6
2. Etiologi ................................................................................. 9
3. Patofisiologi .......................................................................... 9
4. Woc ................................................................................. ..... 15
5. Manifestasi Klinis ................................................................. 17
6. Respon Tubuh ....................................................................... 18
7. Penatalaksanaan .................................................................... 20
B. Konsep Asuhan Keperawatan padaPenyakit Jantung Bawaan 22
1. Pengkajian ............................................................................ 22
2. Diagnosis Keperawatan ......................................................... 26
3. Perencanaan Keperawatan .................................................... 27
4. Implementasi Keperawatan .................................................. 44
5. Evaluasi ................................................................................ 44
vii
Poltekkes Kemenkes RI Padang
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 46
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data ....................................... 46
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 47
F. Jenis-jenis Data ............................................................................. 48
G. Analisis Data................................................................................. 49
viii
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR BAGAN
ix
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR TABEL
x
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NIM : 173110172
Suku : Minang
Agama : Islam
2. Ibu : Elmayeni
Riwayat Pendidikan
xii
Poltekkes Kemenkes RI Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Secara garis besar penyakit jantung bawaan dibedakan atas 2 golongan besar,
yaitu PJB non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing
memberikan gejala dan penatalaksanaan berbeda.Angka kejadian PJB
dilaporkan sekitar 8-10 bayi dari 1000 kelahiran hidup dan 30% diantaranya
telah memberikan gejala pada minggu-minggu pertama kehidupan. Bila tidak
terdeteksi secara dini dan ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan
terjadi pada bulan pertama kehidupan. Hampir semua jenis PJB sudah
terdeteksi di Negara maju pada masa bayi bahkan usia kurang dari 1 bulan,
sedangkan di Negara berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah anak
lebih besar, sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat mungkin meninggal
setelah terdeteksi (Hermawan, 2018).
Pada penyakit jantung asianotik, kadar oksigen dalam darah tidak menurun
sehingga individu tidak terlihat biru. Pada penyakit jantung bawaan sianotik,
kadar oksigen dalam darah menurun yang menyebabkan individu terlihat biru.
Penyakit jantung sianotik merupakan istilah untuk kelompok dengan defek
struktur danfungsi jantung atau pembuluh darah besar yang menghalangi
aliran darah normal dari bagian kanan ke bagian kiri sistem sirkulasi. Kelainan
yang termasuk dalam kelompok ini yaitu Tetralogy of Fallot(TOF),
Transposition of the great arteries (TGA).
1
Poltekkes Kemenkes RI Padang
2
Menurut prediksi WHO, sekitar 23.6 juta orang di dunia akan mati karena
CVD (Cardiovascular Diseases) di tahun 2030. Hal ini disebabkan dampak
negatif dari berbagai faktor, seperti perubahan gaya hidup, merokok, polusi
udara, dan buruknya kondisi sosial ekonomi. Selain itu, tingginya penyakit
jantung bawaan yang juga dilaporkanperlu perhatian khusus.
Ada juga sejumlah besar kasus dengan kelainan yang membutuhkan bedah.
Masalah ini digambarkan dengan persentase cacat jantung bawaan yang
berkisar dari 0,8% sampai 1% dari jumlah kelahiran per tahun. Di Indonesia,
diperkirakan bahwa ada 40.000 sampai 50.000 bayi lahir dengan cacat jantung
bawaan setiap tahunnya (Kemenkes, 2012).
Dr. M. Djamil Padang dari Januari 2010 sampai Mei 2012. Mayoritas
penderita PJB adalah perempuan (61,8%) dan kelompok umur yang terbanyak
yaitu kurang dari 1 tahun (56.4%). Jenis PJB terbanyak adalah ToF (21,8%)
dan gejala yang paling sering dijumpai adalah sesak nafas (50,9%). Di RSUP
Dr. M. Djamil Padang, didapatkan jumlah pasien yang dirawat pada tahun
2014 sebanyak 10 orang, tahun 2015 sebanyak 12 orang dan pada tahun 2016
sebanyak 35 orang. Kemudian pada tahun 2018 didapatkan 28 orang dan pada
tahun 2019 terdapat peningkatan pasien penderita dengan 39 orang (RM,
2019).
Pada anak yang mengalami PJB ditemukan tanda-tanda serius yang terjadi
selama masa bayi, dapat berupa sianosis, tidak mau makan, sesak napas,
keringat berlebihan, dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Gangguan pertumbuhan seperti berat bayi tidak bertambah akibat nutrisi tidak
adekuat pada bayi, anak menjadi kurus dan udah sakit, terutama karena infeksi
saluran pernapasan. Sedangkan untuk perkembangannya, yang sering dialami
adalah gangguan aspek motoriknya terutama pada motorik kasar, dan
perkembangan psikososial. PJB pada anak, terutama yang sianotik dapat
mengakibatkan kegawatan apabila tidak ditangani secara benar, seperti gagal
jantung dan serangan sianosis dan berakhir dengan kematian (Amelia, 2019).
Survei awal yang dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2019 di ruang HCU
IRNA kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang didapatkan satu
orang bayi berusia 6 bulan dan didiagnosa penyakit jantung bawaan sianotik
dengan waktu rawatan hari ke 10. Berdasarkan hasil observasi ditemukan anak
tampak lemah, nafas cuping hidung, bibir tampak membiru saat menangis.
Diagnosa yang ditegakkan pada bayi tersebut yaitu penurunan curah jantung,
pola nafas tidak efektif dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat ruangan
yaitu memberikan oksigen binasal, memberi susu lewat NGT dan merubah
posisi.
adalah memenuhi kebutuhan dasar pasien, bukan hanya sampai disitu saja
karena sebagai edukator perawat berperan sebagai pemberi informasi kepada
keluarga tentang penjelasan penyakit dan obat-obatan yang perlu diberikan
dan memberitahukan tanda yang harus diwaspadai saat kondisi anak makin
memburuk, perawat juga perlu memberikan dukungan moral kepada pasien
untuk tetap semangat dalam menjalani proses pengobatan hingga akhir selain
itu perawat juga berperan dalam kuratif, bekerja sama dengan tim medis
lainnya dalam pengobatan dan pemulihan pasien penyakit jantung bawaan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus
Penyakit Jantung Bawaan di ruang IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang pada tahun 2020.
2. Tujuan khusus
a) Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kasus
penyakit jantung bawaan di ruang kronis IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun2020.
b) Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada anak
dengan kasus penyakit jantung bawaan di ruang kronis IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2020.
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Poltekkes Kemenkes RI Padang
7
nonrestriktif (> 1.0 cm2), tekanan ventrikel kiri dan kanan adalah
sama. Pada defek jenis ini arah pirau dan besarnya ditentukan oleh
rasio resistensi pulmona dan sistemik.
Setelah kelahiran (dengan VSD), resistensi pulmonal tetap lebih
tinggi melebihi normal dan ukuran pirau kiri ke kanan terbatas.
Setelah resistensi pulmonal turun pada minggu-minggu pertama
kelahiran, maka terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan. Ketika
terjadi pirau yang besar maka gejala dapat terlihat dengan jelas.
Pada kebanyakan kasus, resistensi pulmonal sedikit meningkat dan
penyebab utama hipertensi pulmonal adalah aliran darah pulmonal
yang besar. Pada sebagian pasien dengan VSD besar, arterior
pulmonal menebal. Hal ini dapat menyebabkan penyakit vaskular
paru obstruktif. Ketika rasio resistensi pulmonal dan sistemik
adalah 1:1, maka pirau menjadi bidireksional (dua arah), tanda-
tanda gagal jantung menghilang dan pasien menjadi sianotik.
Namun hal ini sudah jarang terlihat karena adanya perkembangan
intervensi secara bedah.
Besarnya pirau intrakardia juga ditentukan berdasarkan rasio aliran
darah pulmonal dan sistemik. Jika pirau kiri ke kanan relatif kecil,
maka ruang-ruang jantung tidak membesar dan aliran darah paru
normal. Namun jika pirau besar maka terjadi overlood volume
atrium dan ventrikel kiri, peningkatan EDV dan peningkatan
tekanan vena pulmonal akibat aliran darah dari kiri masuk ke
kanan dan ke paru dan kembali lagi ke kiri. Peningkatan tekanan di
bagian melekanan juga menyebabkan hipertofi ventrikel kanan,
peningkatan aliran pulmonal dan hipertensi dari arteri pulmonal.
Trunkus pulmonalis, atrium kiri dan ventrikel kiri membesar
karena aliran pulmonal yang juga besar. Selain itu, karena darah
yang keluar dari ventrikel kiri harus terbagi ke ventrikel kanan,
maka jumlah darah yang mengalir ke sistemik pun berkurang
(Kasron, 2012).
11
5. Manifestasi Klinis.
a. Ventrikel Septum Defek (VSD).
Pada pasien dengan penderita ventrikuler septal defek pada
umumnya memiliki keluhan sebagai beriku :
1) Sesak nafas (dispnea)
2) Bayi mengalami kesulitan ketika menyusu
3) Keringat yang berlebihan
4) Berat badan tidak bertambah
5) Gagal jantung kongestif
6) Infeksi saluran pernafasan berulang
(Kasron, 2012).
b. Atrium Septum Defek (ASD).
Kebanyakan pada bayi tidak memiliki keluhan klinis atau disebut
dengan asimptomatik pada ASD. Kelainan ASD pada umunya
diketahui melalui pemeriksaan rutin dimana didapatkan adanya
murmur. Hanya pada pirau kiri ke kanan yang sangat besar pada
stres anak akan cepat lelah dan mengeluh dispnea, serta sering
mendapat infeksi saluran napas. Pada pemeriksaan palpasi terdapat
kelainan ventrikel kanan hiperdinamik di parasternal kiri. Pada
pemeriksaan auskultasi, foto toraks dan hasil EKG dapat lebih jelas
dilihat adanya kelainan ini (Kasron, 2012).
c. Patent Ductus Arteriosus (PDA).
Manifestasi PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematuritas.
Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4
sampai 6 jam sesudah kelahiran. Bayi dengan PDA kecil mungkin
akan asimtomatik, sedangkan bayi dengan PDA besar dapat
menunjutan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF).
1) Murmur persisten (sistolik, kemudian kontinu, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas).
2) Takikardi ( denyut apikal lebih dari 170 kali/menit).
3) Nadi menonjol dan meloncat-loncat.
18
tubuh dalam keadaan campuran, oleh karena itu anak selalu terlihat
sianosis dan akan berat jika anak menangis, minum dan stres.
Keadaan tersebut menyebabkan anak menderita anoreksia.
Serangan hipersianotik selama masa bayi, dikenal dengan “Tet
spells” yaitu terjadi peningkatan frekuensi dan kedalam
pernapasan, dispnea awitan mendadak.
VSD dapat menimbulkan resiko terjadinya infeksi saluran
pernapasan, karena darah yang tercampur didalam paru-paru lebih
banyak sehingga pertukan oksigen tidak adekuat. Gejala infeksi
yang biasanya timbul ialah demam, batuk dan napas pendek-
pendek, bayi sukar jika diberi minum (Kasron, 2012).
c. Sistem Persyarafan
Perubahan kesadaran dan iritabilitas sistem saraf pusat yang dapat
berkembang sampai letargi dan sinkop, pada bayi dengan sianosis
berat menyebabkan hipoksemia otak serta akhirnya menimbulkan
kejang, stroke dan kematian. Trombus yang terinfeksi terjadi di
otak makan akan menimbulkan keluhan neurologis berat sampai
pada terjadinya abses otak (Hidayat, 2012).
d. Sistem Hematologi
Polisitemia (peningkatan jumlah sel darah merah dalam darah)
terjadi apabila sianosisnya berat sehingga mempermudah
timbulnya embolus atau trombus. Terjadinya polisetimia berat
badan dan terdapat hipoksia maka anak akan mengalami anemia
(Hidayat, 2012).
e. Sistem Integumen
Bibir, lidah dan selaput lendir mulut serta ujung-ujung jari terlihat
sianosis sebagai akibat adanya sianosis sentral (sianosis yang
terjadi sejak darah keluar dari ventrikel kiri), jika sianosis terus
menerus selama 6 bulan akan terjadi jari-jari tubuh atau clubbing
finger (Aspiani, 2017).
20
f. Sistem Muskuloskeletal
Anak yang menderita penyakit jantung bawaan sianotik mengalami
gangguan tumbuh kembang, karena kelemahan tubuh dan
penurunan toleransi latihan yang ditandai dengan kesukaran dalam
makan/minum. Selain tu, anak juga akan mengalami kelainan
ortopedi berupa skoliosis. Anak yang sudah dapat berjalan sering
tiba-tiba jongkok (squatting), hal tersebut merupakan usaha tubuh
untuk mengatasi kekurangan darah yang mengalir ke otak yaitu
bekurangnya alir balik vena-vena ekstremitas bawah yang
saturasinya sangat rendah dan meningkatnya resistensi sistemik
yang mengurangi pirau kanan ke kiri serta bertambahnya aliran
darah ke otak (Ngastyah, 2012).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan PJB sebagai berikut :
a. Terapi non bedah
1) Meningkatkan fungsi jantung, pengurangan afterload dan
menurunkan tuntutan kebutuhan jantung. Memberikan digitalis
(digoxin) berguna untuk meningkatkan kekuatan kontraksi
jantung agar tekanan vena jantung menurun dan juga
pemberian propanolol (inderal) untuk menurunkan denyut
jantung sehingga dapat mencegah serangan hipersianosis.
2) Mengurangi gawat nafas
Pemberian oksigen dengan menggunakan kanul nasal atau
masker untuk melebarkan vaskularisasi pulmonal, frekuensi
pernafasan dihitung selama 1 menit penuh dalam keadaan
istirahat. Posisi bayi harus diatur untuk mendorong
pengembangan dada yang maksimal dengan bagian kepala
tempat tidur ditinggikan atau digendong dengan posisi tubuh
berada pada sudut 45 derajat. Anak-anak mungkin lebih suka
tidur diatas beberapa tumpukan bantal dan tetap berada dalam
posisi semi fowler. Pemberian morfin juga perlu karena dapat
meningkatkan ambang rasa sakit dan untuk mengobati
21
4) Mulut
Biasanya pada wajah anak terlihat sianosis terutama padabibir,
lidah, dan mukosa mulut, dan biasanya ditemukan gigi geligi pada
anak khususnya yang mengalami ToF karena perkembangan
emailnya buruk (Ngastyah, 2012).
5) Thorax
Biasanya pada anak dengan ToF,
Inspeksi: tampak adanya retraksi dinding dada akibat
pernafasan yang pendek dan dalam dan tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan.
Palpasi: mungkin teraba desakan dinding paru yang meningkat
terhadap dinding dada
Perkusi: mungkinterdengar suara redup karena peningkatan
volume darah parudan untuk auskultasi akan terdengar ronkhi
basah ataukrekels sebagai tanda adanya edema paru pada
komplikasi ke gagalan jantung.
Auskultasi: akan terdengar suara nafas mendengkur yang
lemah bahkan takipneu.
6) Jantung
Inspeksi: mungkin dada masih terlihat simetris sehingga tidak
tampak jelas, namun pada usia dewasa akan ditemukan
tonjolan atau pembengkakan pada dada sebelahkiri karena
pembesaran ventrikel kanan.
Palpasi: didapatkan batas jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri
darigaris midsternal pada intercostae ke 4, 5, dan 8.
Peekusi: teraba pulsasi pada ventrikel kanan akibatpeningkatan
desakan, iktus kordis masih teraba jelas pada interkosta 5-6.
Auskultasi: terdengar bunyi jantungtambahan (machinery mur-
mur) pada batas kiri sternumtengah sampai bawah, biasanya
bunyi jantung I normalsedangkan bunyi jantung II terdengar
tunggal dan keras.
25
7) Abdomen
Inspeksi: tampak membesar dan membuncit,pada auskultasi
biasanya terdengar bunyi gesekan akibat adanya pembesaran
hepar.
Perkusi: adanya suara reduppada daerah hepar dan saat di
palpasi biasanya ada nyeritekan.
8) Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan oksigen, kulit akantampak
pucat dan adanya keringat berlebihan.
9) Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat
terjadiclubbing finger akibat kurangnya suplai oksigen ke perifer.
d) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah dapat dijumpai peningkatan
jumlah eritrosit dan hematokrit (polisitemiavera) yang sesuai
dengan saturasi dan stenosis,sedangkan hemoglobin dan trombosit
mengalamipenurunan. Oksimetri dan analisis gas darah
arterimencerminkan aliran darah pulmonal, didapatkan
adanyapeningkatan tekanan sedangkan dan pH mengalami
penurunan. Oksimetri berguna pada pasien kulit hitam atau
pasienanemia yang tingkat sianotiknya tidak jelas. Sianosis
tidakakan tampak kecuali bila hemoglobin tereduksi mencapai
5mg/dL. Penurunan resistensi vaskular sistemik selama aktivitas,
mandi, maupun demam akan mencetuskan pirau kanan ke kiri dan
menyebabkan hipoksemia.
2) Pemeriksaan Elektrokardiogram
Pemeriksaan elektrokardiogram dapat ditemukan deviasiaksis ke
kanan (+120° -+150°), hipertrofi ventrikel kananatau kedua
ventrikel, maupun hipertrofi atrium kanan.Kekuatan ventrikel
kanan yang menonjol terlihat dengangelombang R besar di sadapan
26
3. Perencanaan Keperawatan.
Tabel 2.1
Perencanaan Keperawatan
Edukasi:
a) Anjurkan
29
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
b) Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
c) Anjurkan pasien
dan keluarga
mengukur intake
dan output cairan
harian
Kolaborasi:
a) Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu.
2. Ganguan pertukaran Setelah dilakukan 1) Pemantauan
gas asuhan keperawatan respirasi
(Hal: 22, SDKI) selama ... gangguan (Hal: 247)
Definisi: kelebihan pertukaran gas pasien Observasi:
atau kekurangan teratasi dengan kriteria a) Monitor frekuensi ,
oksigenasi dan/ atau hasil: irama, kedalaman,
eliminasi 1) Pertukaran gas dan upaya napas
karbondioksida pada a) Dipsnea menurun b) Monitor pola napas
membran alveolus- b) Bunyi napas c) Monitor adanya
kapiler tambahan menurun sumbatan jalan
Gejala mayor: c) pCO2 membaik napas
a. Subjektif: d) PO2 membaik d) Auskultasi bunyi
1) Dipsnea e) Takikardi membaik napas
b. Objektif: f) Ph arteri membaik e) Monitor saturasi
1) PCO2 g) sianosis membaik oksigen
meingkat/ f) Monitor nilai AGD
menurun g) Monitor hasil x-ray
2) PO2menurun toraks
3) Takikardi
4) pH arteri Terapeutik:
meningkat/ a) Atur interval
menurun pemantauan
5) Bunyi napas respirasi sesuai
tambahan kondisi pasien
Gejala minor: b) Dokumntasikan
a. Subjektif: hasil pemantauan
1) Pusing
2) Penglihatan Edukasi:
kabur a) Jelaskan tujuan dan
b. Objektif: prosedur
1) Sianosis pemantauan
2) Diaforesis b) Informasikan hasil
30
Terapeutik:
a) Pertahankan
kepatenan jalan
napas
b) Siapkan dan atur
peralatan
pemberian oksigen
c) Berikan oksigen
tambahan, jika
perlu
Edukasi:
a) Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan
oksigen di rumah
Kolaborasi:
a) Kolaborasi
penentuan
pemberian oksigen
b) Kolaborasi
31
penggunaan
oksigen saat
aktivitas dan/atau
tidur
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan1) Manajemen jalan
efektif asuhan keperawatan napas
(Hal:26, SDKI) selama ... pasien
(Hal: 186)
Definis: inspirasi dan menunjukan keefektifan Observasi:
/atau ekspirasi yang pola nafas dengana) Monitor pola napas
tidak memberikan kriteria hasil : (frekuensi,
ventilasi adekuat. 1) Pola napas: kedalaman, usaha
Gejala mayor: a) Dipsnea menurun napas)
a. Subjektif: b) Penggunaan otot
b) Monitor bunyi
1) Dipsnea bantu napas napas tambahan
b. Objektif: menurun (mis. Wheezing,
1) Penggunaan c) Pemanjangan fase ronkhi kering)
otot bantu ekspirasi menurun
pernapasan d) Frekuensi napas Teraupeutik:
2) Fase ekspirasi membaik a) Posisikan semi-
memanjang e) Kedalamannapas fowler atau fowler
3) Pola napas membaik b) Berikan minuman
abnormal hangat
Gejala minor : c) Berikan oksigen
a. Subjektif: jika perlu
1) Ortopnea
b. Objektif: Edukasi:
1) Pernapasan a) Anjurkan asupan
cuping hidung cairan sesuai usia
2) Diameter dan bb anak/hari ,
thoraks jika tidak
anterior- kontraindikasi
posterior b) Ajarkan teknik
meningkat batuk efektif
3) Ventilasi
semenit Kolaborasi:
menurun a) Kolaborasi
4) Kapasitas vital pemberian
menurun bronkodilator,
5) Tekanan ekspektoran,
ekspirasi mukolitik, jika
menurun perlu.
6) Tekanan
inspirasi 2) Pemantauan
menurun respirasi
(Hal: 247)
Observasi:
a) Monitor frekuensi ,
irama, kedalaman,
32
Terapeutik:
a) Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
b) Dokumntasikan
hasil pemantauan
Edukasi:
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
b) Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
Edukasi:
a) Anjurkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi
Edukasi:
a) Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
b) Ajarkan diet yang
diprogram
Kolaborasi:
a) Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
35
antiemetik) jika
perlu
b) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan , jika
perlu
6. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan 1) Perawatan
kembang asuhan keperawatan perkembangan
(Hal: 232, SDKI) selama ... tumbuh (Hal: 338)
Definisi: kondisi kembang pasien tidak Observasi:
individu mengalami terganggu dengan a) Identifikasi
gangguan kemampuan kriteria hasil : pencapaian tugas
bertumbuh dan 1) Status perkembangan
berkembang sesuai perkembangan : anak
dengan kelompok usia a) Keterampilan/ b) Identifikasi isyarat
Gejala mayor: perilaku sesuai usia perilaku dan
a. Subjektif: meningkat fisiologis yang
b. Objektif: b) Kemampuan ditunjukan bayi
1) Tidak mampu melakukan
melakukan perawatan diri Terapeutik:
keterampilan meningkat a) Pertahankan
atau perilaku 2) Status sentuhan
khas sesuai pertumbuhan: seminimal
usia a) Berat badan sesuai mungkin pada bayi
2) Pertumbuhan usia meningkat prematur
terganggu b) Panjang/ tinggi b) Minimalkan nyeri
Gejala minor: badan sesuai dengan c) Pertahankan
a. Subjektif: usia. lingkungan yang
b. Objektif: mendukung
1) Tidak mampu perkembangan
melakukan optimal
perawatan diri d) Motivasi anak
sesuai usia berinteraksi dengan
2) Afek datar orang lain
3) Respon sosial e) Dukung anak
lambat mengekspresikan
4) Kontak mata diri melalui
terbatas penghargaan
5) Nafsu makan positif atau umpan
menurun balik atas usahanya
6) Lesu f) Pertahankan
7) Mudah marah kenyamanan anak
8) Regresi g) Fasilitasi anak
9) Pola tidur melatih
terganggu keterampilan
36
pemenuhan
kebutuhan secara
mandiri
Edukasi:
a) Jelaskan kepada
orang tua/
pengasuh tentang
milestone
perkembangan
anak dan perilaku
anak
b) Ajarkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
c) Ajarkan
keterampilan
berinteraksi dengan
anaknya
d) Ajarkan anak
teknik asertif
Kolaborasi:
a) Rujuk untuk
konseling bila
perlu
Kolaborasi:
a) Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan.
2) Terapi aktivitas
(Hal: 415)
Observasi:
a) Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
b) Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi
38
dalam aktivitas
tertentu
c) Identifikasi sumber
daya untuk
aktivitas yang
diinginkan
d) Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
e) Identifikasi makna
aktivitas rutin
f) Monitor respon
emosional, fisik,
sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas
Terapeutik:
a) Fasilitasi fokus
pada kemampuan,
bukan defisit yang
dialami
b) Sepakati komitmen
untuk
meningkatkan
frekuensi dan
rentang aktivitas
c) Fasilitasi aktivitas
fisik rutin
d) Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
e) Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi
dan diversifikasi
untuk menurunkan
kecemasan
f) Libatkan keluarga
dalam aktivitas ,
jika perlu
Edukasi:
a) Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari, jika
perlu
b) Ajarkan cara
39
melakukan
aktivitas yang
dipilih
c) Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
d) Ajarkan keluarga
untuk memberikan
pengutan positif
atau partisispasi
dalam aktivitas
Kolaborasi:
a) Kolaborasi dengan
terapis okupasi
dalam
merencanakan dan
memonitor
program aktivitas,
jika sesuai
8 Risiko perfusi Setalah dilakukan 1) Manajemen
cerebral tidak efektif asuhan keperawatan peningkatan
(Hal: 51, SDKI) selama ... diharapkan tekanan
Definisi: berisiko perfusi serebral efektif intrakranial
mengalami penurunan dengan kriteria hasil : (Hal: 205)
sirkulasi darah ke 1) Perfusi serebral: Observasi:
otak. a) Tingkat kesadaran a) Identifikasi
meningkat penyebab
b) Tekanan intra peningkatan TIK
kranial menurun (mis. Lesi,
c) Sakit kepala gangguan
menurun metabolisme,
d) Gelisah menurun edema serebral)
e) Nilai rata-rata b) Monitor tanda/
tekanan darah gejala peningkatan
membaik TIK ( mis. Tekanan
f) Kesadaran membaik darah meningkat,
tekanan nadi
melebar,
bradikardi, pola
napas irreguler,
kesadaran
menurun)
c) Monitor
CVP(Central
Venous Pressure)
jika perlu
40
d) Monitor
gelombang ICP
(Intra Canial
Pressure)
e) Monitor status
pernapasan
f) Monitor intake dan
output cairan
g) Monitor cairan
serebro-spinalis
(mis. Warna,
konsistensi)
Terapeutik:
a) Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
b) Berikan posisi semi
fowler
c) Hindari manuver
Valsava
d) Cegah terjadinya
kejang
e) Hindai pemberian
cairan IV hipotonik
f) Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
g) Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi:
a) Kolaborasi
pemberian sedasi
dan anti konvulsan,
jika perlu
b) Kolaborasi
pemberian diuetik
osmosis, jika perlu
c) Kolaborasi
pemberian pelunak
tinja, jika perlu
41
2) Pemantauan
tekanan
intrakranial
(Hal: 249)
Observasi:
a) Identifikasi
penyebab
peningkatan TIK
(mis. Lesi
menempati ruang,
gangguan
metabolisme,
edema serebral,
peningkatan
tekanan vena,
obstruksi aliran
cairan
serebrospinal,
hipertensi
intrakranial
idiopatik)
b) Monitor
peningkatan TD
c) Monitor pelebaran
tekanan nadi
(selisih TDS dan
TDD)
d) Monitor penurunan
frekuensi jantung
e) Monitor penuruna
tingkat kesadaran
f) Monitor kadar CO2
dan pertahankan
dalam rentang yang
diindikadikan
g) Monior tekanan
perfusi cerebral
h) Monitor jumlah,
kecepatan, dan
karakteristik
drainase cairan
serebrospinal
Terapeutik:
a) Ambil sampel
drainase cairan
serebrospinal
b) Kalibrasi
42
transduser
c) Pertahankan
sterilitas sistem
pemantauan
d) Pertahankan posisi
kepala dan leher
netral
e) Bilas sistem
pemantauan, jika
perlu
f) Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
g) Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi:
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
b) Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu.
Edukasi:
43
Kolaborasi:
a) Kolaborasi
pemberian
imunisasi,jika perlu
10 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 1) Edukasi Kesehatan
(Hal: 246, SDKI) tindakan keperawatan (Hal: 65)
Definisi: ketiadaan diharapkan orang tua Observasi:
atau kurangnya paham dengan proses a) Identifikasi
informasi kognitif penyakit yang terjadi, kesiapan dan
yang berkaitan dengan dengan kriteria hasil: kemampuan
topik tertentu. 1) Tingkat menerima
Gejala mayor: Pengetahuan informasi
a. Subjektif: a) Kemampuan
1) Menanyakan menjelaskan Terapeutik:
masalah yang pengetahuan a. Sediakan materi
dihadapi tentang penyakit dan media
b. Objektif: meningkat pendidikan
1) Menunjukkan b) Pertanyaan tentang kesehatan
perilaku tidak masalah yang b. Jadwalkan
sesuai anjuran dihadapi menurun pendidikan
2) menunjukkan c) Prilaku sesuai kesehatan sesuai
persepsi yang anjuran meningkat kesepakatan
keliru terhadap d) Perilaku sesuai c. Berikan
masalah dengan pengetahuan kesempatan untuk
Gejala minor: meningkat bertanya
a. Subjektif
b. Objektif: Edukasi:
1) Menjalani a) Jelaskan faktor
pemeriksaan yang risiko yang dapat
tepat mempengaruhi
2) Menunjukan kesehatan
44
perilaku
berlebihan (mis.
Apatis,
bermusuhan,
kecemasan,
agitasi,histeria)
4. Implementasi Keperawatan.
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini
munculjika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien.
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibelitas dan kreativitas
perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui
alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Perawat harus yakin bahwa
tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah
direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai
dengan kondisi klien, selalu dievaluasi apakah sudah efektif, dan selalu
didokumentasikan menurut urutan waktu.
5. Evaluasi
Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah
yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum
teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu
proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien
untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan tindakan
keperawatan, kebutuhan klien saat ini, perlunya dirujuk pada tempat
kesehatan lain, atau apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosa agar
kebutuhan klien dapat terpenuhi. Selain itu digunakan untuk mengevaluasi
tindakan keperawatan yang sudah dilakukan. Evaluasi juga digunakan
untuk memeriksa semua proses keperawatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.
Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif, yaitu
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat
gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif dengan
pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat
asuhan keperawatan pada anak dengan kasus Penyakit Jantung Bawaan di
Ruang IRNA Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun
2020.
45
Poltekkes Kemenkes RI Padang
46
b. Kriteria Eklusi.
1) Pasien yang meninggal dunia pada saat dilakukan penelitian
F. Jenis-Jenis Data.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden
seperti yang telah ada pada format pengkasian pada anak yang meliputi:
Identitas pasien dan keluarga, riwayat kesehatan pasien, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat keluarga, pola aktifitas sehari-hari, riwayat tumbuh
kembang, riwayat imunisasi, , riwayat nutrisi, riwayat psikososial dan
spiritual, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tingkat perkembang pada
anak.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung
dari Ruangan Kronis IRNA Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Data sekunder umumnya berupa rekam medis dokter, data
49
penunjang, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
yang tidak dipublikasikan pada penelitian ini seperti hasil pemeriksaan
laboratorium, hasil pemeriksaan diagnostik seperti rontgen dan EKG.
G. Analisis Data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada kedua pasien PJB. Data yang telah didapat dari hasil
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, menegakan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan hingga
mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan
teori asuhan keperawatan pada pasien dengan PJB. Analisa yang
dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori
yang ada dengan kondisi pasien.
BAB IV
A. Deskripsi Kasus
Pasien anak laki-laki berumur 1 tahun 10 bulan dirawat diruang HCU
anak, masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada 18 Maret
2020. Pasein masuk dengan keluhan nafas sesak sejak 2 hari yang lalu dan
semakin meningkat. Pasien dengan diagnose PJB ec TOF dan
Bronkopneumonia.
1. Pengkajian
Pasien anak laki-laki berumur 1 tahun 10 bulan dirawat diruang HCU
anak, masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada 18 Maret
2020. Pasein masuk dengan keluhan nafas sesak sejak 2 hari yang lalu
dan semakin meningkat. Anak juga rewel dan tidak nafsu makan.
50
Poltekkes Kemenkes RI Padang
51
pasien mengatakan bahwa TOF diketahui sejak 2 bulan yang lalu. Pada
2 bulan yang lalu anak masuk RSUP Dr M. Djamil Padang dengan
keluhan nafas sesak dan anak tidak memiliki nafsu makan serta lemah
dan pucat. Pada saat itu awal dikatuhi bahwa anak menderita penyakit
PJB TOF.
Pola nutrisi dan cairan ibu mengatakn anak makin sulit untuk makan
dan minum susu. Anak menggunakan selang NGT untuk memenuhi
52
sesak, ibu mengatakan anak lemah, anak tampak sesak, adanya retraksi
dinding dada, bunyi nafas ronkhi, terpasang O2 binasal 3 liter / menit,
RR : 42 x/ menit, HR : 120 x / menit. An. V mendapatkan terapi obat
ampicillin 4 x 200 mg, ambroxol 3 x 3 mg
3. Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan
atau mengurangi masalahmasalah klien (Kodim, 2015).
4. Implementasi Keperawatan
Impelementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan, kesehatan dan memfasilitasi koping (Kodim,
2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan, kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan (Kodim, 2015).
B. Pembahasan Kasus
Pembahasan pada kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada An. V dengan
penyakit jantung bawaan sianotik yaitu ToF diruangan rawat HCU IRNA
Kebidanan dan Anak yang dilakukan sejak tanggal 20–24 Maret 2020.
Kegiatan yang dilakukan meliputi mendeskripsikan pengkajian
keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat intervensi
keperawatan, mendeskripsikan implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian asuhan keperawatan yang dilakukan pada An. V ( 1 tahun
10 bulan) didapatkan keluhan sesak nafas, lemah, tampak pucat, ibu
pasien mengatakan anak rewel dan nafas sesak, anak tidak mau
meminum susu, TD : 87/56 mmHg (sistolik 80-100 mmHg, diastolik
58
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian menunjukan bahwa diagnose yang muncul pada An.
V adalah pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
energi, penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload, deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan.
makan, sehingga anak kekurangan zat gizi, hal ini terjadi karena daya
imunnya menurun.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan
yang muncul pada partisipan. Berdasarkan kasus, tindakan yang
dilakukan selama 5 hari sesuai dengan intervensi yang telah peneliti
susun.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnose pola nafas
tidakefektif berhubungan dengan penurunan energi adalah
menghitung frekuensi pernapasan, menghitung nadi, melakukan
penilaian CRT, memonitor pemberian oksigen, menambah air oksigen,
mendengarkan suara napas.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dari tanggal 20 Maret sampai 24 Maret 2020
dengan metode penilaian Subjektive, Objektive, Assesment, Planning
(SOAP) untuk mengetahui keefektifan dari tindakan yang telah
dilakukan.
Menurut analisa peneliti masalah ini timbul karena aliran darah dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan menyebabkan volume darah
diventrikel kanan meningkat dan darah dalam paru-paru lebih banyak
sehingga pertukaran O2 tidak adekuat yang menyebabkan anak akan
mengalami sesak napas. Untuk mengurangi sesak napas anak maka
diberikan O2 agar sesak napas anak berkurang. Dengan kriteria hasil
frekuensi napas dalam batas normal, irama pernapasan dalam batas
normal, kedalaman inspirasi dalam batas normal, suara napas
tambahan tidak ada, tidak ada menggunakan otot bantu napas.
Menurut Suriadi (2010), salah satu pelaksanaan PJB pada anak yaitu
dengan mempertahankan curah jantung yang adekuat yaitu observasi
kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, monitor adanya
takikardi, tachypnea, sesak lelah saat minum susu, berkolaborasi dalam
pemberian terapi sesuai order.
Menurut Suriadi (2010), salah satu pelaksanaan PJB pada anak dengan
mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang
sesuai, sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk
mencapai pertumbuhan yang adekuat, monitor tinggi dan berat badan,
catat intake dan output secara benar, berikan makanan dengan porsi
kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian Keperawatan.
Pengkajian yang dilakukan pada An. V (1 tahun 10 bulan) lahir pada usia
kehamilan 32 minggu, didapatkan An. V dengan bronkopneumonia + PJB
ec TOF tampak sesak dan rewel, anak tampak lemah dan pucat. Ibu
mengatakan anak tidak nafsu makan dan minum susu serta berat badan
anak mengalami penurunan. Berat badan 7,5 kg.
2. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan pada An. V yaitu pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan energi, penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan afterload, dan defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
3. Intervensi Keperawatan.
Intervensi keperawatan yang disusun tergantung pada masalah
keperawatan yang ditemukan. Berikut beberapa intervensi keperawatan
diagnosa kasus yaitu monitor tanda-tanda vital, monitor pernapasan,
perawatan jantung, terapi oksigen, manajemen berat badan, dan
manajemen nutrisi.
4. Implementasi Keperawatan.
Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu memonitor tanda-tanda
vital, mendengarkan suara jantung, mendengarkan suara napas, melihat
gerakan dada, melakukan penilaian CRT, memberikan terapi obat,
memberikan terapi oksigen 3 Liter permenit, memonitor dan membantu
memberikan makanan makanan cair lewat NGT, memonitor berat badan
pasien.
5. Evaluasi Keperawatan.
Hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari pada pasien
untuk diagnosa pola nafas tidak efektif teratasi sebagian pada hari kelima,
penurunan curah jantung pada hari ke-5 sudah teratasi sebagian, defisit
73
Poltekkes Kemenkes RI Padang
74
B. Saran
1. Bagi Petugas Perawat Ruang Rawat Inap Anak.
Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sebagai bahan bacaan
bagi perawat di ruang IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang untuk melakukan asuhan keperawatan dengan cara meningkatkan
pelayanan keperawatan pada pasien dengan Penyakit Jantung Bawaan dan
dapat melanjutkan intervensi pada diagnosa keperawatan yang belum
teratasi dan memberikan discharge planning jika pasien diperbolehkan
pulang.
2. Institusi Poltekkes Kemenkes Padang.
Melalui Direktur Poltekkes Kemenkes Padang, diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pembelajaran untuk mahasiswa prodi D-III Keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien PJB.
3. Peneliti Selanjutnya.
a. Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan data awal untuk penelitian
selanjutnya dan dapat melakukan pengkajian secara tepat dan
mengambil diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang
didapatkan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan, harus
terlebih dahulu memahami masalah dengan baik, serta
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
benar.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam
menerapkan asuhan keperawatan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular.Jakarta: EGC
Carman, Susan & Kyle, Terri. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta:
EGC.
Depkes. (2012).Kemenkes Tingkatkan Kualitas dan Akses Masyarakat Terhadap
Pelayanan Jantung. Diakses pada tanggal 16 Oktober
2019.http://www.depkes.go.id/article/print/1856/kemenkes-tingkatkan-
kualitas-dan-akses-masyarakat-terhadap-pelayanan-jantung.html
75
Poltekkes Kemenkes RI Padang
76
PERKI. 2016. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta
Pratomo, Yudo Bhirowo,dkk. 2016. Anestesi Pada Pasien Anak dengan Penyakit
Jantung Kongenital Asianotik (PDA, ASD, VSD). Jurnal Komplikasi
Anestesi. Vol.4. Diakses pada tanggal 24 Desember 2019.
http://anestesi.fk.ugm.ac.id/jka.ugm/download-file-928601.pdf
Rilantono, Lily l. 2013. Penyakit jantung kardiovaskuler (PKV). Jakarta : FKU
RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2019. Laporan Catatan Rekam Medik (RM):Anak
dengan PJB
Ruslie, R. H & Darmadi. 2013. Diagnosis dan tata laksana Tetralogy Of Fallot.
CDK-202/ vol. 40 no. 3, th. 2013. Diakses tanggal 02 Mei 2020
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X. PEMERIKSAAN FISIK
7. Muka/ Wajah
Inspeksi
8. Mata
Inspeksi
10. Telinga
Inspeksi
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : Gigi anaknya berjumlah 6 buah
- Karang gigi / karies : Tidak ada karies gigi
- Pemakaian gigi palsu : Tidak ada
b. Lidah
Kotor / tidak : Keadaan lidah bersih
c. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : Tidak ada sianosis
- Basah / kering / pecah : Mukosa bibir kering
- Mulut berbau / tidak : Tidak berbau
12. Leher
Inspeksi
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Teraba, terdapat pembesaran kelenjar
tiroid
b. Kaku kuduk / tidak : Tidak ada
c. Kelenjar limfe : Tidak membesar
13. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : Simetris kiri dan kanan
b. Pengembangan di waktu bernapas : Terdapat retraksi dinding
dada
Palpasi
Auskultasi : Murmur
15. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada benjolan
Perkusi : Timpani
Do :
a. pCO2 32 mmHg
(menurun)
b. pO2 50 mmHg
(menurun)
c. HCO3 19,8 mmol/ L
(menurun)
d. Anak tampak pucat
e. Anak tampak sesak
5 Ds : Efek Gangguan
a. Ibu mengatakan anak ketidakmampuan tumbuh
tidak nafsu makan fisik kembang
Do:
a. Anak tampak lesu
b. Pola tidur anak tidak
teratur
c. BB 7,5 kg (menurun)
d. Anak tidak nafsu
makan
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Edukasi:
c) Anjurkan asupan
cairan sesuai usia
dan bb anak/hari ,
jika tidak
kontraindikasi
d) Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi:
b) Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.
2) Pemantauan
respirasi
(Hal: 247)
Observasi:
h) Monitor frekuensi ,
irama, kedalaman,
dan upaya napas
i) Monitor pola napas
j) Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
k) Auskultasi bunyi
napas
l) Monitor saturasi
oksigen
m) Monitor nilai AGD
n) Monitor hasil x-
raytoraks
Terapeutik:
c) Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
d) Dokumntasikan
hasil pemantauan
Edukasi:
c) Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
d) Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
2 Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan 1) Perawatanjantung
jantung keperawatan selama ... (Hal: 317)
berhubungan penurunan curah jantung Observasi:
dengan perubahan klien teratasi dengan m) Identifikasi tanda/
afterload kriteria hasil gejala primer
2) Curah jantung: penurunan curah
m) Kekuatan nadi perifer jantung (meliputi
meningkat dispnea, kelelahan,
n) Palpitasimenurun edema, ortopnea,
o) Bradikardi menurun paroxysmal
p) Takikardi menurun nocturnal dypsnea,
q) Gambaran aritmia peningkatan CVP)
menurun n) Identifikasi tanda/
r) Lelah menurun gejala sekunder
s) Edema menurun penurunan curah
t) Distensi jantung (meliputi
venajugularis peningkatan BB,
menurun hepatomegali,
u) Dipsnea menurun distensi vena
v) Pucat atau sianosis jugularis, palpitasi,
menurun rongkhi basah,
w) Tekanan darah oliguria, batuk,
membaik kulit pucat)
x) Ortopnea menurun o) Monitor tekanan
darah
p) Monitor intake dan
output cairan
q) Monitor saturasi
oksigen
r) Monitor keluhan
nyeri dada
s) Monitor EKG 12
sadapan
t) Monitor aritmia
u) Monitor nilai labor
jantung
v) Monitor alat pacu
jantung
w) Periksa tekanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
x) Periksa tekanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum
pemberian obat
Terapeutik:
h) Posisikan pasien
semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki
ke bawah atau
posisi nyaman
i) Berikan diet
jantung yang sesuai
j) Gunakan stoking
elastis atau
pneumatik
intermiten, sesuai
indikasi
k) Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress
l) Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
m) Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
n) Berikan obat
antiaritmia (mis.
Diamox, captopril,
spironalakton,
KCL, furosermid,
meropenem)
Edukasi:
d) Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
e) Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
f) Anjurkan pasien
dan keluarga
mengukur intake
dan output cairan
harian
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu.
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan 2) Manajemen
berhubungan keperawatan selama ... nutrisi
dengan defisit nutrisi teratasi (Hal: 200)
ketidakmampuan dengan kriteria hasil: Observasi:
mencerna makanan 2) Status Nutrisi i) Identifikasi status
e) Porsi makan yang nutrisi
dihabiskan j) Identifikasi alergi
meningkat dan intoleransi
f) Serum albumin makanan
meningkat k) Identifikasi makana
g) Berat badan yang disukai
membaik l) Identifikasi
h) Indeks massa tubuh kebutuhan kalori
(IMT) membaik dan jenis nutrisi
m) Identifikasi
perlunya
penggunaan selang
nasograstrik
n) Monitor asupan
makanan
o) Monitor berat
badan
p) Monitor hasil
laboratorium
(albumin, limfosit,
dan elektrolit
serum)
Terapeutik:
f) Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
g) Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
h) Berikan makanna
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
i) Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
j) Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasograsrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi:
c) Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
d) Ajarkan diet yang
diprogram
Kolaborasi:
c) Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik)
jika perlu
d) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : ……………………………………………………………………
4. A g a m a : ……………………………………………………………………
5. Pendidikan : ……………………………………………………………………
6. Alamat : ……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
a. N a m a : ……………………………………………………………………
b. U s i a : ……………………………………………………………………
c. Pendidikan : ……………………………………………………………………
f. Alamat : ……………………………………………………………………
2. Ibu
a. N a m a : ……………………………………………………………………
b. U s i a : ……………………………………………………………………
c. Pendidikan : ……………………………………………………………………
d. Pekerjaan/Sumber penghasilan:……………………………………………………………
e. Agama : ……………………………………………………………………
f. Alamat : ……………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. Natal
e. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan :
....................................................................................................................
........................
3. Post natal
Ket :
1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : ………………kg
2. Tinggi badan :……………. cm.
3. Waktu tumbuh gigi …………………. gigi tanggal
………….........…………..… Jumlah gigi ...................... buah.
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
A. Pemberian ASI
.................................................................................................................................
.......................
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
............................................................................................................
...............................................
............................................................................................................
...............................................
............................................................................................................
...............................................
X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan
C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang
- Malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum
tidur
4. Kesulitan tidur
E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
2. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
3. Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal harian
4. Kesulitan pergerakan
tubuh
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat
sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah
rekreasi
4. Waktu senggang klg
5. Kegiatan hari libur
7. Muka
Inspeksi
8. Mata
Inspeksi
k. Posisi mata :
Simetris / tidak : .....................................................................................................
Palpasi
10. Telinga
Inspeksi
a. Rinne : .....................................................................................................
b. Weber : .....................................................................................................
c. Swabach : .....................................................................................................
Pemeriksaan vestibuler : .....................................................................................................
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : .....................................................................................................
- Karang gigi / karies : .....................................................................................................
- Pemakaian gigi palsu : .....................................................................................................
b. Gusi
Merah / radang / tidak : .....................................................................................................
c. Lidah
Kotor / tidak : .....................................................................................................
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : ..............................................................................................
- Basah / kering / pecah : ..............................................................................................
- Mulut berbau / tidak : ..............................................................................................
- Kemampuan bicara : ..............................................................................................
Data lain : ..............................................................................................
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : .....................................................................................................
b. Nyeri tekan : .....................................................................................................
c. Nyeri menelan : .....................................................................................................
13. Leher
Inspeksi
Palpasi
Palpasi
15. Jantung
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
a. BJ I : .............................................................................
b. BJ II : .............................................................................
c. BJ III : .............................................................................
d. Bunyi jantung tambahan : .............................................................................
Data lain : .............................................................................
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : .............................................................................
b. Ada luka / tidak : .............................................................................
Palpasi
a. Hepar : .............................................................................
b. Lien : .............................................................................
c. Nyeri tekan : .............................................................................
Auskultasi
Peristaltik : .............................................................................
Perkusi
a. Tympani : .............................................................................
b. Redup : .............................................................................
Data lain : .............................................................................
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : .............................................................................
- Pergerakan abnormal : .............................................................................
- Kekuatan otot kanan / kiri : .............................................................................
- Tonus otot kanan / kiri : .............................................................................
- Koordinasi gerak : .............................................................................
b. Refleks
- Biceps kanan / kiri : .............................................................................
- Triceps kanan / kiri : .............................................................................
c. Sensori
- Nyeri : .............................................................................
- Rangsang suhu : .............................................................................
- Rasa raba : .............................................................................
Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : .............................................................................
- Kekuatan kanan / kiri : .............................................................................
- Tonus otot kanan / kiri : .............................................................................
b. Refleks
- KPR kanan / kiri : .............................................................................
- APR kanan / kiri : .............................................................................
- Babinsky kanan / kiri : .............................................................................
c. Sensori
- Nyeri : .............................................................................
- Rangsang suhu : .............................................................................
- Rasa raba : .............................................................................
Data lain : .............................................................................
1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
XII. Test Diagnostik
= Laboratorium
………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………..
= Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG