Anda di halaman 1dari 151

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


PENYAKIT JANTUNG BAWAAN TETRALOGY OF FALLOT
(TOF) DI RUANGAN IRNA KEBIDANAN DAN
ANAK RSUP DR M DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH
LATIFA RAHMADANI
173110172

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


PENYAKIT JANTUNG BAWAAN TETRALOGY OF FALLOT
(TOF)DI RUANGAN IRNA KEBIDANAN DAN
ANAK RSUP DR M DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

OLEH
LATIFA RAHMADANI
173110172

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
i
Poltekkes Kemenkes RI Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan
Tetralogy Of Fallot (Tof) Di Ruangan Irna Kebidanan dan Anak RSUP Dr M
Djamil Padang Tahun 2020”, dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan
Padang Poltekkes Kemenkes Padangpeneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan proposal
karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada,
Yth:

1. Ibu Ns. Delima, S.Pd, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Hj.Tisnawati, S.ST, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
2. Bapak Dr.Burhan Muslim, S.KM, M.Si selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politektik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Padang.
5. Bapak Ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.
6. Bapak Dr. dr. H. Yusirwan Yusuf, Sp.B.Sp.BA(K) selaku Direktur Umum
dan seluruh pimpinan, staf dan perawat RSUP Dr. M. Djamil Padang yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
7. Teristimewa kepada orangtua dan saudara yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.
8. Teruntuk sahabat ( Audri, Fini, Tiva, Eci, Ninda, Lia) yang telah
memberikan suport, sama-sama berjuang dan membantu dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

ii
Poltekkes Kemenkes RI Padang
9. Terimakasih yang teramat luar biasa untuk para kaum kelas 3.A yang
sudah berjuang bersama dalam waktu 3 tahun ini.

Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Padang, 05 Juni 2020

Peneliti

iii
Poltekkes Kemenkes RI Padang
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : LATIFA RAHMADANI


NiM : 173110172

Tanda Tangan :

Tanggal : 05 Juni 2020

iv
Poltekkes Kemenkes RI Padang
v
Poltekkes Kemenkes RI Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2020

Latifa Rahmadani

Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan di


Ruangan Irna Kebidanan dan Anak RSUP Dr M Djamil Padang

Isi: x + 74 halaman + 6 tabel + 10 lampiran

ABSTRAK

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan salah satu penyebab kematian


terbanyak pada bayi dan anak. Angka kejadian PJB dilaporkan sekitar 8-10 bayi
dari 1000 kelahiran hidup dan 30% diantaranya telah memberikan gejala pada
minggu-minggu pertama kehidupan. Di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun
2018 didapatkan 28 orang dan pada tahun 2019 terdapat peningkatan pasien
penderita dengan 39 orang. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan
asuhan keperawatan pada anak dengan PJB.

Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan


di Ruang HCU Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan waktu penelitian dari
bulan Desember 2019 - Mei 2020 dan waktu pelaksanaan penelitian dari tanggal
20 - 24 Maret 2020. Populasi saat penelitian ada 2 orang lalu pengambilan sampel
dilakukan dengan cara purpossive sampling yaitu sesuai dengan kriteria inklusi
sehingga didapatkan satu orang partisipan.

Hasil penelitian didapatkan keluhan dari pasien yaitu tampak sesak napas, tampak
pucat, bibir kering, berat badan tidak mengalami kenaikan. Diagnose yang
diangkat pada partisipan ada 3. Sedangkan diagnosa utama adalah pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan penurunan energi.

Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan data awal untuk penelitian selanjutnya
dan dapat melakukan pengkajian secara tepat dan mengambil diagnosa secara
tepat menurut pengkajian yang didapatkan dan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, harus terlebih dahulu memahami masalah dengan baik, serta
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan benar.

Kata Kunci: Asuhan keperawatan, Penyakit Jantung Bawaan.

Daftar pustaka: 20 (2012-2019)

vi
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS iv
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................. v i
DAFTAR ISI ................................................................................................ v ii
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit Jantung Bawaan
1. Pengertian ............................................................................. 6
2. Etiologi ................................................................................. 9
3. Patofisiologi .......................................................................... 9
4. Woc ................................................................................. ..... 15
5. Manifestasi Klinis ................................................................. 17
6. Respon Tubuh ....................................................................... 18
7. Penatalaksanaan .................................................................... 20
B. Konsep Asuhan Keperawatan padaPenyakit Jantung Bawaan 22
1. Pengkajian ............................................................................ 22
2. Diagnosis Keperawatan ......................................................... 26
3. Perencanaan Keperawatan .................................................... 27
4. Implementasi Keperawatan .................................................. 44
5. Evaluasi ................................................................................ 44

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian .......................................................................... 45
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 46

vii
Poltekkes Kemenkes RI Padang
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 46
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data ....................................... 46
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 47
F. Jenis-jenis Data ............................................................................. 48
G. Analisis Data................................................................................. 49

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS


A. Deskripsi Kasus .......................................................................... 50
B. Pembahasan Kasus ..................................................................... 57
BAB V
A. Kesimpulan ..................................................................................... 72
B. Saran ................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA

viii
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR BAGAN

Gambar 2.1 WOC 15

ix
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perencanaan Keperawatan


Tabel 4.1. Pengkajian Keperawatan
Table 4.2. Diagnose Keperawatan
Tabel 4.3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 4.4. Implementasi Keperaatan
Tabel 4.5. Evaluasi Keperawatan

x
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal kegiatan Karya Tulis Ilmiah


Lampiran 2. Lembar konsul proposal pembimbing 1
Lampiran 3. Lembar konsul proposal pembimbing 2
Lampiran 4. Lembar konsul KTI pembimbing 1
Lampiran 5. Lembar konsul KTI pembimbing 2
Lampiran 6. Surat izinsurvey awal dari RSUP Dr. M. Djamil Padang
Lampiran 7. Format pengkajian pada anak
Lampiran 8. Surat izin melakukan penelitian dari RSUP Dr. M. Djamil Padang
Lampiran 9. Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 10. Daftar hadir penelitian

xi
Poltekkes Kemenkes RI Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Latifa Rahmadani

NIM : 173110172

Tempat/ Tanggal Lahir : Pesisir Selatan/ 27 Desember 1998

Suku : Minang

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Orang Tua : 1. Ayah : Marpilis

2. Ibu : Elmayeni

Alamat : Kav. Flamboyan Kel. Sei Pelunggut

Kec. Sagulung. Kota Batam Prov. Kepulauan Riau

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Ajaran


1 SDN 012 Sagulung 2005 - 2011
2 SMPN 27 Batam 2011 – 2014
3 SMAN 17 Batam 2014 - 2017
4 Poltekkes Kemenkes RI Padang 2017 - 2020

xii
Poltekkes Kemenkes RI Padang
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan kongenital yang paling sering


ditemukan. Ada berbagai jenis kelainan kongenital yang terjadi pada bayi dan
anak, sepertiganya adalah penyakit jantung bawaan. Tujuh persen dari
kematian pada bayi baru lahir disebabkan oleh kelainan mayor dan seperempat
dari kelainan mayor ini adalah penyakit jantung bawaan.

Secara garis besar penyakit jantung bawaan dibedakan atas 2 golongan besar,
yaitu PJB non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing
memberikan gejala dan penatalaksanaan berbeda.Angka kejadian PJB
dilaporkan sekitar 8-10 bayi dari 1000 kelahiran hidup dan 30% diantaranya
telah memberikan gejala pada minggu-minggu pertama kehidupan. Bila tidak
terdeteksi secara dini dan ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan
terjadi pada bulan pertama kehidupan. Hampir semua jenis PJB sudah
terdeteksi di Negara maju pada masa bayi bahkan usia kurang dari 1 bulan,
sedangkan di Negara berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah anak
lebih besar, sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat mungkin meninggal
setelah terdeteksi (Hermawan, 2018).

Pada penyakit jantung asianotik, kadar oksigen dalam darah tidak menurun
sehingga individu tidak terlihat biru. Pada penyakit jantung bawaan sianotik,
kadar oksigen dalam darah menurun yang menyebabkan individu terlihat biru.
Penyakit jantung sianotik merupakan istilah untuk kelompok dengan defek
struktur danfungsi jantung atau pembuluh darah besar yang menghalangi
aliran darah normal dari bagian kanan ke bagian kiri sistem sirkulasi. Kelainan
yang termasuk dalam kelompok ini yaitu Tetralogy of Fallot(TOF),
Transposition of the great arteries (TGA).

1
Poltekkes Kemenkes RI Padang
2

Penyakit jantung asianotik merupakan istilah untuk defek jantung kongenital


di mana terdapatdefek pada dinding yang memisahkan ruang jantung, atau
terjadi obstruksi katup atau arteri.Penyakit jantung tipe asianotik meliputi
Patent Ductus Arteriosus (PDA), Atrial Septal Defect (ASD), Ventricular
Septal Defect (VSD), stenosis aorta dan stenosis pulmonal (Yudo Pratomo,dkk
: 2016).

American Heart Associations (AHA) tahun 2016 menyatakan penyakit


jantung kongenital (PJK) terjadi pada 1% kelahiran hidup dengan prevelensi
yang sama diseluruh dunia, diperkirakan seperempat dari 40.000 anak yang
Coronary Heart Disease (CHD) akibat berbagai penyebab. Prevelensi CHD
adalah sekitar 8 dari setiap 1.000 kelahiran hidup. Bayi prematur memiliki
angka CHD yang lebih tinggi (Terri Kyle, 2016).

Menurut prediksi WHO, sekitar 23.6 juta orang di dunia akan mati karena
CVD (Cardiovascular Diseases) di tahun 2030. Hal ini disebabkan dampak
negatif dari berbagai faktor, seperti perubahan gaya hidup, merokok, polusi
udara, dan buruknya kondisi sosial ekonomi. Selain itu, tingginya penyakit
jantung bawaan yang juga dilaporkanperlu perhatian khusus.
Ada juga sejumlah besar kasus dengan kelainan yang membutuhkan bedah.
Masalah ini digambarkan dengan persentase cacat jantung bawaan yang
berkisar dari 0,8% sampai 1% dari jumlah kelahiran per tahun. Di Indonesia,
diperkirakan bahwa ada 40.000 sampai 50.000 bayi lahir dengan cacat jantung
bawaan setiap tahunnya (Kemenkes, 2012).

Menurut Maramis, dkk (2014) menyatakan bahwa RSUP Prof.Dr. R.D.


Kandou Manado tahun 2009-2013 didapatkan sebanyak 53 anak yang
menderita penyakit jantung bawaan, dengan 34 anak laki-laki dan 19 anak
perempuan. Jenis PJB yang banyak diderita adalah jenis Atrial Septal Defect
(ASD).
Nur’ain (2015) dalam penelitiannya menemukan dari jumlah sampel
penelitian 55 pasien anak yang menderita penyakit jantung bawaan di RSUP
3

Dr. M. Djamil Padang dari Januari 2010 sampai Mei 2012. Mayoritas
penderita PJB adalah perempuan (61,8%) dan kelompok umur yang terbanyak
yaitu kurang dari 1 tahun (56.4%). Jenis PJB terbanyak adalah ToF (21,8%)
dan gejala yang paling sering dijumpai adalah sesak nafas (50,9%). Di RSUP
Dr. M. Djamil Padang, didapatkan jumlah pasien yang dirawat pada tahun
2014 sebanyak 10 orang, tahun 2015 sebanyak 12 orang dan pada tahun 2016
sebanyak 35 orang. Kemudian pada tahun 2018 didapatkan 28 orang dan pada
tahun 2019 terdapat peningkatan pasien penderita dengan 39 orang (RM,
2019).

Pada anak yang mengalami PJB ditemukan tanda-tanda serius yang terjadi
selama masa bayi, dapat berupa sianosis, tidak mau makan, sesak napas,
keringat berlebihan, dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Gangguan pertumbuhan seperti berat bayi tidak bertambah akibat nutrisi tidak
adekuat pada bayi, anak menjadi kurus dan udah sakit, terutama karena infeksi
saluran pernapasan. Sedangkan untuk perkembangannya, yang sering dialami
adalah gangguan aspek motoriknya terutama pada motorik kasar, dan
perkembangan psikososial. PJB pada anak, terutama yang sianotik dapat
mengakibatkan kegawatan apabila tidak ditangani secara benar, seperti gagal
jantung dan serangan sianosis dan berakhir dengan kematian (Amelia, 2019).

Survei awal yang dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2019 di ruang HCU
IRNA kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang didapatkan satu
orang bayi berusia 6 bulan dan didiagnosa penyakit jantung bawaan sianotik
dengan waktu rawatan hari ke 10. Berdasarkan hasil observasi ditemukan anak
tampak lemah, nafas cuping hidung, bibir tampak membiru saat menangis.
Diagnosa yang ditegakkan pada bayi tersebut yaitu penurunan curah jantung,
pola nafas tidak efektif dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat ruangan
yaitu memberikan oksigen binasal, memberi susu lewat NGT dan merubah
posisi.

Saat dilakukan wawancara, orangtua pasien mengatakan tidak mengetahui


tentang penyakit anaknya. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
4

adalah memenuhi kebutuhan dasar pasien, bukan hanya sampai disitu saja
karena sebagai edukator perawat berperan sebagai pemberi informasi kepada
keluarga tentang penjelasan penyakit dan obat-obatan yang perlu diberikan
dan memberitahukan tanda yang harus diwaspadai saat kondisi anak makin
memburuk, perawat juga perlu memberikan dukungan moral kepada pasien
untuk tetap semangat dalam menjalani proses pengobatan hingga akhir selain
itu perawat juga berperan dalam kuratif, bekerja sama dengan tim medis
lainnya dalam pengobatan dan pemulihan pasien penyakit jantung bawaan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti menerapkan asuhan


keperawatan pada anak dengan kasus penyakit jantung bawaan di ruangan
kronis IRNA Kebidanan & Anak RSUP dr. M. Djamil Padang pada tahun
2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat


dirumuskan masalah penelitian yaitu “bagaimana asuhan keperawatan pada
anak dengan kasus Penyakit Jantung Bawaan di ruang IRNA Kebidanan dan
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2020.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus
Penyakit Jantung Bawaan di ruang IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang pada tahun 2020.
2. Tujuan khusus
a) Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kasus
penyakit jantung bawaan di ruang kronis IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun2020.
b) Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada anak
dengan kasus penyakit jantung bawaan di ruang kronis IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2020.
5

c) Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak dengan kasus


penyakit jantung bawaan di ruang kronis IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2020.
d) Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan kasus
penyakit jantung bawaan di ruang kronis IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2020.
e) Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan kasus
penyakit jantung bawaan di ruang kronis IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2020.
D. Manfaat.
1. Institusi Pelayanan
Penulisan proposal ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi dalam
meningkatkan penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit
jantung bawaan.
2. Pengembangan Keilmuan
Penelitian studi kasus tentang penyakit jantung bawaan diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan data dasar bagi peneliti selanjutnya untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak
dengan penyakit jantung bawaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus Penyakit Jantung Bawaan


1. Pengertian
Penyakit jantung bawaan atau penyakit jantung kongenital adalah
kelainana anatomi jantung yang telah terjadi sejak dalam kandungan.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan (PJB)
adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah
besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan (PJB)
merupakan kelainan yang disebabkan oleh gangguan perkembangan
sistem kardiovaskular pada embrio yang diduga karena adanya faktor
endogen dan eksogen (Ngastyah, 2012).
PJB digolongkan menjadi dua,yaitu :
a. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik
PJB asianotik adalah penyakit jantung bawaan yang tidak disertai
dengan warna kebiruan pada mukosa tubuh. PJB asianotik dibagi
menjadi 5 diantaranya :
1) Ventrikel Septal Defect (VSD)
Menurut PERKI (2015), Ventricular Septal Defect (VSD)
adalah penyakit jantung bawaan berupa satu lubang pada
septum interventrikuler atau lebih (Swiss Cheese VSD) yang
terjadi akibat kegagalan fusi septum interventrikuler semasa
janin. VSD adalah salah satu penyakit jantung baaan yang
sering dilihat secara klinis. Frekuensi pada laki-laki sama
dengan pada wanita. VSD yaitu adanya defect atau celah antara
ventrikel kiri dan kanan. Pirau kiri ke kanan disebabkan oleh
pengaliran darah dari ventrikel kiri yang bertekanan tinggi ke
ventrikel kanan yang bertekanan rendah, karena tekanan yang
lebih tinggi dalam ventrikel kiri dan sirkulasi sitemik darah
arteri memberikan tahanan yang lebih tinggi daripada sirkulasi

6
Poltekkes Kemenkes RI Padang
7

sirkulasi pulmonal, maka darah mengalir melewati lubang


defek kedalam arteri pulmonalis. Peningkatan volume darah
akan dipompa kedalam paru dan keadaan ini akhirnya dapat
mengakibatkan peningkatan tahan vaskular pulmonalis
(Aspiani, 2017).
2) Atrial Septal Defect (ASD)
Kelainan ini sebabkan adanya defect atau celah antara atrium
kiri dan kanan, sehingga terjadi pengaliran darah dari atrium
kiri yang bertekanan tinggi ke dalam atrium yang bertekanan
rendah. PERKI (2015) menjelaskan bahwa ASD adalah
penyakit jantung bawaan berupa lubang(defek) pada
septuminter atrial, akibat kegagalan fungsi septuminter atrial
semasa janin.
3) Patent Ductus Arteriosus (PDA),
Patent Ductus Arteriosus yaitu, adanya defect atau celah pada
ductus arteriosus yang seharusnya telah menutup pada usia 3
hari setelah lahir. Patensi berkelanjutan (pembukaan) pembuluh
darah ini menyebabkan darah mengalir dari aorta yang
bertekanan tinggi ke arteri pulmonalis yang bertekanan rendah
sehingga terjadi pirau kiri ke kanan. Menurut PERKI (2015),
PDA adalah penyakit jantung bawaan dimana duktus arteriosus
tidak menutup sehingga terdapat hubungan antara aorta dan
arteri pulmonalis
4) Stenosis Aorta (SA),
Stenosisi Aorta merupakan adanya penyempitan pada katup
aorta yang dapat diakibatkan oleh penebalan katup sehingga
timbul tahanan yang menghalangi akiran darah dalam ventrikel
kiri, penurunan curah jantung, hipertrofi ventrikel kiri dan
kongesti pembuluh darah paru. Penyempitan pada katup aorta
ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga
manghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta
(Aspiani, 2017).
8

5) Stenosis Pulmonal (SP)


Stenosis Pulmonal yaitu adanya penyempitan pada katup
pulmonal. Tahanan yang merintangi aliran darah menyebabkan
hipertrofi ventrikel kanan dan penurunan aliran darah paru.
Adanya defect atau celah dapat menyebabkan adanya piran
(kebocoran) darah dari jantung sebelah kiri ke kanan, karena
jantung sebelah kiri mempunyai tekanan yang lebih besar.
Besarnya piran bergantung pada besarnya celah atau defect.
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
PJB sianotik adalah penyakit jantung bawaan yang disertai dengan
warna kebiruan pada mukosa tubuh. Sianosis adalah warna
kebiruan yang timbul pada kulit karena Hb tak jenuh dalam darah
adalah rendah dan sering sukar untuk ditentukan kuantitasnya
secara klinis. Warna sianotik pada mukosa tubuh tersebut
hendaknya dibedakan dengan warna kepucatan pada tubuh anak
yang mungkin disebabkan karena beberapa faktor, seperti
pigmentasi dan sumber cahaya. PJB sianotik terdapat beberapa
macam diantaranya :
1) Tetralogi Of Fallot (ToF)
Menurut PERKI (2015), ToF merupakan kelainan jantung yang
timbul sejak bayi dengan gejala sianosis karena terdapat
kelainan, yaitu VSD, stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel
kanan, dan overriding aorta.Penyakit jantung bawaan yang
terdiri dari Ventricular Septal Defect (VSD) tipe
perimembranus subaortik, over riding aorta, Pulmonal Stenosis
(PS) infundibular dengan atau tanpa PS valvular serta hipertrofi
ventrikel kanan.
2) Transposisi Aorta Besar (TAB) atau Transposition of the Great
Arteries (TGA)
Transposition of the Great Arteries (TGA), yaitu kelainan yang
terjadi karena pemindahan letak aorta dan arteri pulmonalis,
9

sehingga aorta keluar dari ventrikel kanan dan arteri keluar


ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dari ventrikel kiri.
2. Etiologi.
Penyebab PJB tidak diketahui secara pasti namun diduga karena
adanyafaktor pranatal dan faktor genentik diantara lain kemungkinan
terkenanya infeksi campak jerman (rubella) selama kehamilan, ibu
mengkonsumsi alkoholselama kehamilan, usia ibu yang lebih dari 40
tahun ketika hamil, penyakit diabetes selama kehamilan sedangkan
faktor genetik disebabkan karena adanyamultifaktor seperti
mempunyai abrasi kromosom, memiliki keluarga yangmenderita
penyakit jantung kongenital, dan anak yang dilahirkan dengan anomali
kongenital lain selain jantung.
Kelainan jantung bawaan merupakan kelainan yang disebabkan oleh
gangguan sistem kardiovaskuler pada embrio yang di duga karena
adanya faktor endogen dan eksogen. Pada saat masa kehamilan 2 bulan
pertama ibu mengalami penyakit rubella atau terkena virus lainnya,ibu
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, dan terkena sinar radiasi yang
dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung bawaan (Ngastiyah,
2012).
3. Patofisiologi.
a. Ventrikel Septal Defek (VSD).
Adanya lubang pada septum interventrikuler memungkinkan
terjadinya aliran dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan, sehingga
aliran darah yang ke paru bertambah. Persentasi klinis tergantung
besarnya aliran pirau melewati lubang VSD serta besarnya tahanan
pembuluh darah. Beberapa tipe VSD dapat menutup secara
spontan, terjadi hipertensi pulmonal, hipertrofi infundibulum, atau
prolaps katup aorta yang dapat disertai regurgitas.
Ukuran defek secara anatomis menjadi penentu utama besarnya
pirau kiri ke kanan. Pirau ini juga ditentukan oleh perbandingan
derajat resistensi vaskular dan sistemik. Ketika defek kecil terjadi (
<0,5 cm2), defek tersebut dikatakan restriktif. Pada defek
10

nonrestriktif (> 1.0 cm2), tekanan ventrikel kiri dan kanan adalah
sama. Pada defek jenis ini arah pirau dan besarnya ditentukan oleh
rasio resistensi pulmona dan sistemik.
Setelah kelahiran (dengan VSD), resistensi pulmonal tetap lebih
tinggi melebihi normal dan ukuran pirau kiri ke kanan terbatas.
Setelah resistensi pulmonal turun pada minggu-minggu pertama
kelahiran, maka terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan. Ketika
terjadi pirau yang besar maka gejala dapat terlihat dengan jelas.
Pada kebanyakan kasus, resistensi pulmonal sedikit meningkat dan
penyebab utama hipertensi pulmonal adalah aliran darah pulmonal
yang besar. Pada sebagian pasien dengan VSD besar, arterior
pulmonal menebal. Hal ini dapat menyebabkan penyakit vaskular
paru obstruktif. Ketika rasio resistensi pulmonal dan sistemik
adalah 1:1, maka pirau menjadi bidireksional (dua arah), tanda-
tanda gagal jantung menghilang dan pasien menjadi sianotik.
Namun hal ini sudah jarang terlihat karena adanya perkembangan
intervensi secara bedah.
Besarnya pirau intrakardia juga ditentukan berdasarkan rasio aliran
darah pulmonal dan sistemik. Jika pirau kiri ke kanan relatif kecil,
maka ruang-ruang jantung tidak membesar dan aliran darah paru
normal. Namun jika pirau besar maka terjadi overlood volume
atrium dan ventrikel kiri, peningkatan EDV dan peningkatan
tekanan vena pulmonal akibat aliran darah dari kiri masuk ke
kanan dan ke paru dan kembali lagi ke kiri. Peningkatan tekanan di
bagian melekanan juga menyebabkan hipertofi ventrikel kanan,
peningkatan aliran pulmonal dan hipertensi dari arteri pulmonal.
Trunkus pulmonalis, atrium kiri dan ventrikel kiri membesar
karena aliran pulmonal yang juga besar. Selain itu, karena darah
yang keluar dari ventrikel kiri harus terbagi ke ventrikel kanan,
maka jumlah darah yang mengalir ke sistemik pun berkurang
(Kasron, 2012).
11

b. Atrium Septal Defek (ASD)


Aliran pirau kiri ke kanan melewati defect septum atrium
mengakibatkan kelebihan beban volume pada atrium kanan
ventrikel kanan dan sirkulasi pulmonal. Volume pirau dapat
dihitung dari curah jantung dan jumlah peningkatan saturasi O2
pada atrium kanan pada stadium awal tekanan dalam sisi kanan
jantung tidak meningkatkan dengan berlalunya waktu dapat terjadi
perubahan vaskular pulmonal. Arah aliran yang melewati pirau
dapat terjadi pada hipertensi pulmonal berat.
Darah aternal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui
defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena adanya perbedaan
tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan
pada atrium kiri 6 mmHg dan pada atrium kanan 5 mmHg).
Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beban pada
ventrikel kanan, arteri pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium
kiri. Bila shunt besar, maka volume darah yang melalui arteri
pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta. Dengan
bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis. Maka tekanan pada alat-alat tersebut naik, dengan
adanya kenaikan tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis
naik, sehingga terjadinya perbedaan tekanan sekitar 15-25 mmHg.
Adanya perbedaan tekanna ini, timbul suatu bising sistolik. Juga
pada valvula triskuspidalis ada perbedaan tekanan, sehingga disini
juga terjadi stenosis relative katup trikuspidalis sehingga terdengar
bising diastolik.
Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri
pulmonalis, maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan
pada arteri pulmonalis dan akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan
ventrikel kanan yang permanen ( Kasron, 2012).
c. Paten Ductus Arteriosus (PDA).
PDA adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang
menyebabkan mengalirnya darah secara langsung dari aorta
12

(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal (tekanan lebih


rendah). Aliran kiri ke kanan ini menyebabkan resirkulasi oksigen
yang jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke dalam paru, serta
menambahkan beban jantung sebelah kiri. Adanya usaha tambahan
kerja dari ventrikel kiri ini menyebabkan menambahnya beban
jantung sebelah kiri. Usaha ini menyebabkan pelbaran dan
hipertensi atrium kiri yang progresif. Efek dari jantung kumulatif
mengakibatkan peningkatan pada vena dan kapiler pulmonal, dan
menyebabka terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan
penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi konstriksi
arteriol paru yang progresif. Hipertensi pulmonal dan gagal jantung
kanan dapat tejadi jika keadaan ini tidak dikoreksi melalui
penanganan medis atau bedah. Sebagian PDA mengalirkan darah
dari kiri ke kanan, tetapi pengaliran duktal dari kanan ke kiri dapat
terjadi jika berkaitan dengan penyakit paru, lesi obstriktif janrung
kiri, dan koarktasio aorta. Penutupan PDA terutama bergantung
pada respon konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen
dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan duktus
adalah kerja prostaglandin, tahanan vaskular pulmonal dan
sistemik, ukuran duktus, dan keadaan bayi (prematur atau cukup
bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang
dapat ditoleransi dengan baik oleh bayi karena mekanisme
kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dari pirau kiri ke
kanan itu cenderung lebih besar (Kasron, 2012).
d. Tetra of Falot (ToF).
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke-
18 usia kehamilan. Pada minggu ke-3 jantung hanya berbentuk
tabung yang disebut fase tubing. Mulai akhir minggu ke-3 sampai
minggu ke-4 usia kehamilan, terjadi fase looping dan septasi, yaitu
fase dimana terjadi proses pembentukan dan penyekatan ruang-
ruang jantung serta pemisahan antara aorta dan arteri pulmonalis.
Pada minggu ke-5 sampai ke-8 pembagian dan penyekatan hampir
13

sempurna. Akan tetapi, proses pembentukan dan perkembangan


jantung dapat terganggu jika selama masa kehamilan terdapat
faktor-faktor resiko.
Kesalahan dalam pembagian Trunkus dapat berakibat letak aorta
yang abnormal (overriding), timbulnya penyempitan pada arteri
pulmonalis , serta terdapatnya defek septum ventrikel. Dengan
demikian, bayi akan lahir dengan kelainan jantung dengan empat
kelainan, yaitu defek septum ventrikel yang besar, stenosis
pulmonal infundibuler atau valvular, dekstro posisi pangka l aorta
dan hipertrofi ventrikel kanan. Derajat hipertrofi ventrikel kanan
yang timbul, bergantung pada derajat stenosis pulmonal. Pada 50%
kasus stenosis pulmonal hanya infundibuler, pada 10% - 24%
kasus kombinasi infundibuler dan valvular, dan 10% kasus haya
stenosis valvular. Selebihnya adalah stenosis pulmonal perifer.
Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih di tempat yang
normal, overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah ke
arah anterior mengarah ke septum. Derajat overriding ini bersama
dengan defek septum ventrikel dan derajat stenosis menentukan
besarnya pirau kanan ke kiri. Karena pada TOF terdapat empat
macam kelainan yang bersamaan, maka:
1) Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrkel kanan melalui
lubang pada septum interventrikuller dan sebagian lagi berasal
dari ventrikel kiri,sehingga terjadi percampuran darah yang
suda teroksigenasi dan belum terogsigeasi.
2) Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang
mengalir dari ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit
dari normal.
3) Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui
lubang septum ventikel dan kemudian ke aorta atau langsung
ke aorta, akan tetapi apabila tekanan dari ventrikel kanan lebih
tinggi dari ventrikel kiri maka darah akan mengalir dari
ventrikel kanan ke ventrikel kiri.
14

4) Karena jantung bangian kanan harus memompa sejumlah besar


darah ke dalam aorta yang bertekanan tinggi serta harus
melawan tekanan tinggi akibat stenosis pulmonal maka lama
kelamaan otot-ototnya akan mengalami pembesaran.

Pengambilan darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan


ventrikel kanan berlangsung normal. Ketika ventrkel kanan
menguncup, dan manghadapi stenosis pulmonalis, maka darah
akan dipintaskan melewati defek septum ventrikel tersebut ke
dalam aorta. Akibatnya darah yang dialirkan keseluruh tubuh tidak
teroksigenasi, hal inilah yang menyebabkan terjadinya sianosis.

Pada keadaan tertentu (dehidrasi, spasme infudibulum berat,


menangis lama, peningkatan suhu tubuh atau mengedan), pasien
dengan TOF mengalami hipoksia spell yang ditandai dengan:
sianosis, mengalami kesulitan bernapas, pasien menjadi sangat
lelah dan pucat, kadang pasienmenjadi kejang bahkan pingsan.
Keadaan ini merupakan keadaan emergensi yang harus ditangani
segera, misalnya dengan salah satu cara memulihkan serangan
spell yaitu memberikan posisi lutut ke dada (Kasron, 2012).
15
16
17

5. Manifestasi Klinis.
a. Ventrikel Septum Defek (VSD).
Pada pasien dengan penderita ventrikuler septal defek pada
umumnya memiliki keluhan sebagai beriku :
1) Sesak nafas (dispnea)
2) Bayi mengalami kesulitan ketika menyusu
3) Keringat yang berlebihan
4) Berat badan tidak bertambah
5) Gagal jantung kongestif
6) Infeksi saluran pernafasan berulang
(Kasron, 2012).
b. Atrium Septum Defek (ASD).
Kebanyakan pada bayi tidak memiliki keluhan klinis atau disebut
dengan asimptomatik pada ASD. Kelainan ASD pada umunya
diketahui melalui pemeriksaan rutin dimana didapatkan adanya
murmur. Hanya pada pirau kiri ke kanan yang sangat besar pada
stres anak akan cepat lelah dan mengeluh dispnea, serta sering
mendapat infeksi saluran napas. Pada pemeriksaan palpasi terdapat
kelainan ventrikel kanan hiperdinamik di parasternal kiri. Pada
pemeriksaan auskultasi, foto toraks dan hasil EKG dapat lebih jelas
dilihat adanya kelainan ini (Kasron, 2012).
c. Patent Ductus Arteriosus (PDA).
Manifestasi PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematuritas.
Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4
sampai 6 jam sesudah kelahiran. Bayi dengan PDA kecil mungkin
akan asimtomatik, sedangkan bayi dengan PDA besar dapat
menunjutan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF).
1) Murmur persisten (sistolik, kemudian kontinu, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas).
2) Takikardi ( denyut apikal lebih dari 170 kali/menit).
3) Nadi menonjol dan meloncat-loncat.
18

4) Prekordium hiperaktif (akibat dari peningkatan isi sekuncup


ventrikel kiri).
5) Takipnea (pernapasan lebih dari 70 kali permenit).
6) Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg).
7) Peningkatan kebutuhan ventilator ( yang berhubungan
dengan masalah paru)
8) Asidosis metabolik (mungkin tidak ada).
d. Tetra of Fallot (ToF)
Gejala biasa berupa :
1) Sianosis terutama pada bibir dan kuku.
2) Bayi mengalami kesulitan dalam menyusu.
3) Setelah melakukan aktivitas, anak biasanya selalu jongkok
(squating) untuk mengurangi hipoksia dengan posisi knee
chest.
4) Jari tangan clubbing(seperti tabuh genderang karena kulit atau
tulang di sekitar kuku jari tangan membesar).
5) Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung lambat.
6) Sesak nafas jika melakukan aktivitas dan kadang disertai
kejang atau pingsan.
7) Berat badan bayi tidak bertambah.
8) Pada auskultasi terdengar bunyi murmur pada batas kiri tulang
dada tengan sampai bawah.
(Kasron, 2012).
6. Respon Tubuh.
a. Sistem Kardiovaskular
Terdengarnya bunyi jantung tambahan (murmur) pada garis sternal
kiri atas sejak lahir, dapat mengakibatkan terjadinya stenosis
pulmonal atau aorta dengan gejala edama, sianosis, sesak nafas
saat melakukan aktifitas (Hidayat, 2012).
b. Sistem Pernafasan
Anak yang menderita PJB sianotik terdapat defek septum ventrikel
(VSD) dan overriding aorta maka darah yang beredar keseluruhan
19

tubuh dalam keadaan campuran, oleh karena itu anak selalu terlihat
sianosis dan akan berat jika anak menangis, minum dan stres.
Keadaan tersebut menyebabkan anak menderita anoreksia.
Serangan hipersianotik selama masa bayi, dikenal dengan “Tet
spells” yaitu terjadi peningkatan frekuensi dan kedalam
pernapasan, dispnea awitan mendadak.
VSD dapat menimbulkan resiko terjadinya infeksi saluran
pernapasan, karena darah yang tercampur didalam paru-paru lebih
banyak sehingga pertukan oksigen tidak adekuat. Gejala infeksi
yang biasanya timbul ialah demam, batuk dan napas pendek-
pendek, bayi sukar jika diberi minum (Kasron, 2012).
c. Sistem Persyarafan
Perubahan kesadaran dan iritabilitas sistem saraf pusat yang dapat
berkembang sampai letargi dan sinkop, pada bayi dengan sianosis
berat menyebabkan hipoksemia otak serta akhirnya menimbulkan
kejang, stroke dan kematian. Trombus yang terinfeksi terjadi di
otak makan akan menimbulkan keluhan neurologis berat sampai
pada terjadinya abses otak (Hidayat, 2012).
d. Sistem Hematologi
Polisitemia (peningkatan jumlah sel darah merah dalam darah)
terjadi apabila sianosisnya berat sehingga mempermudah
timbulnya embolus atau trombus. Terjadinya polisetimia berat
badan dan terdapat hipoksia maka anak akan mengalami anemia
(Hidayat, 2012).
e. Sistem Integumen
Bibir, lidah dan selaput lendir mulut serta ujung-ujung jari terlihat
sianosis sebagai akibat adanya sianosis sentral (sianosis yang
terjadi sejak darah keluar dari ventrikel kiri), jika sianosis terus
menerus selama 6 bulan akan terjadi jari-jari tubuh atau clubbing
finger (Aspiani, 2017).
20

f. Sistem Muskuloskeletal
Anak yang menderita penyakit jantung bawaan sianotik mengalami
gangguan tumbuh kembang, karena kelemahan tubuh dan
penurunan toleransi latihan yang ditandai dengan kesukaran dalam
makan/minum. Selain tu, anak juga akan mengalami kelainan
ortopedi berupa skoliosis. Anak yang sudah dapat berjalan sering
tiba-tiba jongkok (squatting), hal tersebut merupakan usaha tubuh
untuk mengatasi kekurangan darah yang mengalir ke otak yaitu
bekurangnya alir balik vena-vena ekstremitas bawah yang
saturasinya sangat rendah dan meningkatnya resistensi sistemik
yang mengurangi pirau kanan ke kiri serta bertambahnya aliran
darah ke otak (Ngastyah, 2012).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan PJB sebagai berikut :
a. Terapi non bedah
1) Meningkatkan fungsi jantung, pengurangan afterload dan
menurunkan tuntutan kebutuhan jantung. Memberikan digitalis
(digoxin) berguna untuk meningkatkan kekuatan kontraksi
jantung agar tekanan vena jantung menurun dan juga
pemberian propanolol (inderal) untuk menurunkan denyut
jantung sehingga dapat mencegah serangan hipersianosis.
2) Mengurangi gawat nafas
Pemberian oksigen dengan menggunakan kanul nasal atau
masker untuk melebarkan vaskularisasi pulmonal, frekuensi
pernafasan dihitung selama 1 menit penuh dalam keadaan
istirahat. Posisi bayi harus diatur untuk mendorong
pengembangan dada yang maksimal dengan bagian kepala
tempat tidur ditinggikan atau digendong dengan posisi tubuh
berada pada sudut 45 derajat. Anak-anak mungkin lebih suka
tidur diatas beberapa tumpukan bantal dan tetap berada dalam
posisi semi fowler. Pemberian morfin juga perlu karena dapat
meningkatkan ambang rasa sakit dan untuk mengobati
21

serangan hipersianosis dengan menghambat pusat penafasan


dan refleks batuk.
3) Mempertahankan status gizi
Bayi harus diistirahatkan dengan baik sebelum menyusu dan
segera disusui begitu bayi terjaga sehingga energinya tidak
habis untuk menangis. Bayi harus digendong dengan baik dan
disusui dalam posisi setengah tegak. Bayi dengan kesulitan
menyusu kerap kali memerlukan pemberian nutrisi enteral
lewat selang nasogatrik untuk menambah asupan oralnya dan
menjamin asupan kalori yang adekuat dan juga dengan
pemberian suplemen Fe untuk mengatasi anemia.
4) Memonitor balance cairan
Pemberian diuretik (furosemid/lasix) untuk meningkatkan
diuresis dan mengurangi kelebihan cairan namun perawat harus
mencatat asupan dan haluaran cairan, memantau berat badan
pasien pada waktu yang sama jika pasien diberikan diuretik,
karena diuresis yang berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi
dangan gangguan keseimbangan elektrolit. Pemberian
natriumbikarbonat, morfin untuk mengobati asidosis dan untuk
meningkatkan ambang sakit.
b. Terapi pembedahan dengan melakukan operasi pirau (shunt)
Blalock-Taussig atau modified Blalock-Taussig yang
menghantarkan alirandarah kedalam arteri pulmonalis dari arteri
subklavia kiri atau kanandan dilakukan perbaikan total pada usia
satu tahun pertama indikasioperasi pebaikan meliputi peningkatan
gejala sianosis dan terjadinyaserangan hipersianosis. Perbaikan
total mencangkup penutupan VSDdan reaksi stenosis infundibular
dengan melakukan pengikatan arteripulmonalis dengan
pemasangan pita (band) yang mengelilingipembuluh arteri
pulmonalis utama untuk mengurangi alian darah parudan perbaikan
total dengan tekhnik purse-string. Biasanya lubangdefek yang
lebar memerlukan penjahitan tenunan dacron-patchperikardium
22

untuk memperlebar saluran keluar ventrikel kanan padalubang


tersebut. Kedua prosedur ini dilakukan via pintaskardiopulmonalis.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Penyakit Jantung Bawaan


1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus PJB meliputi :
a) Identitas, seperti : nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir,
serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua.
b) Keluhan utama
1) Riwayat kesehatan sekarang
Orang tua biasanya mengeluhkan nafas anaknya sesak,
lemas,ujung jari tangan dan kaki teraba dingin, anak cepat berhenti
saatmenetek atau menyusu, anak tiba-tiba jongkok saat berjalan
dan tidak aktifselama bermain.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada neonatus juga mencakup
riwayatkesehatan keluarga atau riwayat kesehatan serangan
sianotik,faktor genetik, riwayat keluarga yang mempunyai
penyakitjantung bawaan dan riwayat tumbuh kembang anak
yangterganggu, adanya riwayat gerakan jongkok bila anak
telahberjalan beberapa menit.
3) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat kesehatan ibu saat hamil trimester 1 dengan
penyakitrubella (sindrom rubella), ibu atau keluarga memiliki
riwayatpenyakit lupus eritematosus sistemik sehingga
dapatmenimbulkan blokade jantung total pada bayinya dan
adanyariwayat penyakit kencing manis pada ibu hamil
dapatmenyebabkan tejadinya kardiomiopati pada bayi
yangdikandungnya. Adanya riwayat obat-obatan maupun
jamutradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan
23

minumalkohol selama hamil dan riwayat keluarga dengan sindrom


down(Hidayat, 2012).
4) Riwayat pertumbuhan
Sebagian anak yang menderita PJB dapat tumbuh danberkembang
secara normal. Beberapa kasus yang spesifik sepertiVSD, ASD,
dan ToF pertumbuhan fisik anak terganggu terutamaberat
badannya karena keletihan selama makan dan
peningkatankebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
Anakkelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena infeksi
salurannafas. Bagi perkembangannya, anak yang sering
mengalamigangguan adalah aspek motoriknya. Hal ini disebabkan
olehadanya ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada
tingkatjaringan, sehingga anak perlu mendapatkan
stimulasipertumbuhan dan perkembangan yang cukup (Hidayat,
2012).
5) Riwayat aktivitas
Anak-anak yang menderita PJB terutama ToF sering tidak
dapatmelakukan aktivitas sehari-hari secara normal.
Apabilamelakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi
sepertiberlari, bergerak, berjalan-jalan cukup jauh,
makan/minumtergesa-gesa, menangis maka anak dapat mengalami
serangan sianosis.
c) Pemeriksaan Fisik
1) Kepala-leher
Umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang
ditemukanpembesaran kelenjer getah bening.
2) Mata
Anak mengalami konjungtiva anemis, sklera ikterik.
3) Hidung
Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,namun
anak akan mengalami nafas pendek dan dalam sertanafas cupping
hidung.
24

4) Mulut
Biasanya pada wajah anak terlihat sianosis terutama padabibir,
lidah, dan mukosa mulut, dan biasanya ditemukan gigi geligi pada
anak khususnya yang mengalami ToF karena perkembangan
emailnya buruk (Ngastyah, 2012).
5) Thorax
Biasanya pada anak dengan ToF,
 Inspeksi: tampak adanya retraksi dinding dada akibat
pernafasan yang pendek dan dalam dan tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan.
 Palpasi: mungkin teraba desakan dinding paru yang meningkat
terhadap dinding dada
 Perkusi: mungkinterdengar suara redup karena peningkatan
volume darah parudan untuk auskultasi akan terdengar ronkhi
basah ataukrekels sebagai tanda adanya edema paru pada
komplikasi ke gagalan jantung.
 Auskultasi: akan terdengar suara nafas mendengkur yang
lemah bahkan takipneu.
6) Jantung
 Inspeksi: mungkin dada masih terlihat simetris sehingga tidak
tampak jelas, namun pada usia dewasa akan ditemukan
tonjolan atau pembengkakan pada dada sebelahkiri karena
pembesaran ventrikel kanan.
 Palpasi: didapatkan batas jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri
darigaris midsternal pada intercostae ke 4, 5, dan 8.
 Peekusi: teraba pulsasi pada ventrikel kanan akibatpeningkatan
desakan, iktus kordis masih teraba jelas pada interkosta 5-6.
 Auskultasi: terdengar bunyi jantungtambahan (machinery mur-
mur) pada batas kiri sternumtengah sampai bawah, biasanya
bunyi jantung I normalsedangkan bunyi jantung II terdengar
tunggal dan keras.
25

7) Abdomen
 Inspeksi: tampak membesar dan membuncit,pada auskultasi
biasanya terdengar bunyi gesekan akibat adanya pembesaran
hepar.
 Perkusi: adanya suara reduppada daerah hepar dan saat di
palpasi biasanya ada nyeritekan.
8) Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan oksigen, kulit akantampak
pucat dan adanya keringat berlebihan.
9) Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat
terjadiclubbing finger akibat kurangnya suplai oksigen ke perifer.
d) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah dapat dijumpai peningkatan
jumlah eritrosit dan hematokrit (polisitemiavera) yang sesuai
dengan saturasi dan stenosis,sedangkan hemoglobin dan trombosit
mengalamipenurunan. Oksimetri dan analisis gas darah
arterimencerminkan aliran darah pulmonal, didapatkan
adanyapeningkatan tekanan sedangkan dan pH mengalami
penurunan. Oksimetri berguna pada pasien kulit hitam atau
pasienanemia yang tingkat sianotiknya tidak jelas. Sianosis
tidakakan tampak kecuali bila hemoglobin tereduksi mencapai
5mg/dL. Penurunan resistensi vaskular sistemik selama aktivitas,
mandi, maupun demam akan mencetuskan pirau kanan ke kiri dan
menyebabkan hipoksemia.
2) Pemeriksaan Elektrokardiogram
Pemeriksaan elektrokardiogram dapat ditemukan deviasiaksis ke
kanan (+120° -+150°), hipertrofi ventrikel kananatau kedua
ventrikel, maupun hipertrofi atrium kanan.Kekuatan ventrikel
kanan yang menonjol terlihat dengangelombang R besar di sadapan
26

prekordial anterior dangelombang S besar disadapan prekordial


lateralis.
3) Pemeriksaan foto rontgen thorax dan USG
Pemeriksaan foto rontgen thorax dapat ditemukan gambaran
jantung berbentuk sepatu (boot-shaped heart/couer-en-sabot),
sedangkan USG dilakukan untuk menentukan besar jantung dan
penurunan vaskularisas iparu karena berkurangnya aliran darah
yang menuju ke paru akibat penyempitan katup pulmonal paru
(stenosis pulmonal).
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosis keperawatan SDKI (2017),
diagnosiskeperawatan yang mungkin muncul :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung, perubahan frekuensi jantung, peubahan kontraktilitas,
perubahan preload, perubahan afterload.
b. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-kapiler.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas, penurunan energi, dan posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru.
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi,
penurunan konsentrasi hemoglobin, penurunan aliran arteri
dan/atau vena.
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makan, ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis.
f. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik dan defisuensi stimulus.
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksiegen.
h. Risiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan fibrilasi
atrium, stenosis atrium.
27

i. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan


tubuh sekunder.
j. Defisit pengetahuan tentang penyakit pada anak pada orang tua
berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

3. Perencanaan Keperawatan.

Tabel 2.1
Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Kep. SLKI SIKI


1. Penurunan curah Setelah dilakukan 1) Perawatanjantung
jantung asuhan keperawatan (Hal: 317)
(Hal: 34, SDKI) selama ... penurunan Observasi:
Definisi: ketidak curah jantung klien a) Identifikasi tanda/
adekuatan jantung teratasi dengan kriteria gejala primer
memompa darah hasil penurunan curah
untuk memenuhi 1) Curah jantung: jantung (meliputi
kebutuhan a) Kekuatan nadi dispnea, kelelahan,
metabolisme tubuh. perifer meningkat edema, ortopnea,
Gejala mayor: b) Palpitasimenurun paroxysmal
a. Subjektif: c) Bradikardi menurun nocturnal dypsnea,
1) Lelah d) Takikardi menurun peningkatan CVP)
2) Dipnea e) Gambaran aritmia b) Identifikasi tanda/
3) Batuk menurun gejala sekunder
4) Ortopnea f) Lelah menurun penurunan curah
b. Objektif: g) Edema menurun jantung (meliputi
1) Bradikardi/ h) Distensi peningkatan BB,
takikardi venajugularis hepatomegali,
2) Gambarn EKG menurun distensi vena
aritmia atau i) Dipsnea menurun jugularis, palpitasi,
gangguan j) Pucat atau sianosis rongkhi basah,
konduksi menurun oliguria, batuk,
3) Edema k) Tekanan darah kulit pucat)
4) Distensi vena membaik c) Monitor tekanan
jugularis l) Ortopnea menurun darah
5) CVP d) Monitor intake dan
meningkat/ output cairan
menurun e) Monitor saturasi
6) Hepatomegali oksigen
7) Tekanan darah f) Monitor keluhan
meurun/ nyeri dada
meningkat g) Monitor EKG 12
28

8) Nadi perifer sadapan


teraba lemah h) Monitor aritmia
9) CRT >3 detik i) Monitor nilai labor
10) Oliguri jantung
11) Warnakulit j) Monitor alat pacu
pucat atau jantung
sianosis k) Periksa tekanan
12) Terdengar darah dan frekuensi
suara jantung nadi sebelum dan
S3 dan/atau S4 sesudah aktivitas
13) Ejection l) Periksa tekanan
fraction (EF) darah dan frekuensi
menurun nadi sebelum
Gejala minor: pemberian obat
a. Subjektif:
1) Cemas Terapeutik:
2) Gelisah a) Posisikan pasien
b. Objektif: semi-Fowler atau
1) Murmur Fowler dengan
jantung kaki ke bawah atau
2) BB bertambah posisi nyaman
3) Pulmonary b) Berikan diet
artery wedge jantung yang sesuai
pressure c) Gunakan stoking
(PAWP) elastis atau
menurun pneumatik
4) Pulmonary intermiten, sesuai
vascular indikasi
resistance d) Berikan terapi
(PVR) relaksasi untuk
meningkat/ mengurangi stress
menurun e) Berikan dukungan
5) Cardiac index emosional dan
(CI) menurun spiritual
f) Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
g) Berikan obat
antiaritmia (mis.
Diamox, captopril,
spironalakton,
KCL, furosermid,
meropenem)

Edukasi:
a) Anjurkan
29

beraktivitas fisik
sesuai toleransi
b) Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
c) Anjurkan pasien
dan keluarga
mengukur intake
dan output cairan
harian

Kolaborasi:
a) Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu.
2. Ganguan pertukaran Setelah dilakukan 1) Pemantauan
gas asuhan keperawatan respirasi
(Hal: 22, SDKI) selama ... gangguan (Hal: 247)
Definisi: kelebihan pertukaran gas pasien Observasi:
atau kekurangan teratasi dengan kriteria a) Monitor frekuensi ,
oksigenasi dan/ atau hasil: irama, kedalaman,
eliminasi 1) Pertukaran gas dan upaya napas
karbondioksida pada a) Dipsnea menurun b) Monitor pola napas
membran alveolus- b) Bunyi napas c) Monitor adanya
kapiler tambahan menurun sumbatan jalan
Gejala mayor: c) pCO2 membaik napas
a. Subjektif: d) PO2 membaik d) Auskultasi bunyi
1) Dipsnea e) Takikardi membaik napas
b. Objektif: f) Ph arteri membaik e) Monitor saturasi
1) PCO2 g) sianosis membaik oksigen
meingkat/ f) Monitor nilai AGD
menurun g) Monitor hasil x-ray
2) PO2menurun toraks
3) Takikardi
4) pH arteri Terapeutik:
meningkat/ a) Atur interval
menurun pemantauan
5) Bunyi napas respirasi sesuai
tambahan kondisi pasien
Gejala minor: b) Dokumntasikan
a. Subjektif: hasil pemantauan
1) Pusing
2) Penglihatan Edukasi:
kabur a) Jelaskan tujuan dan
b. Objektif: prosedur
1) Sianosis pemantauan
2) Diaforesis b) Informasikan hasil
30

3) Gelisah pemantauan, jika


4) Napas cuping perlu
hidung
5) Pola napas 2) Terapi oksigen
abnormal (Hal: 430)
6) Warna kulit Observasi:
abnormal a) Monitor kecepatan
7) Kesadaran aliran oksigen
menurun b) Monitor posisi alat
terapi oksigen
c) Monitor aliran
oksigen secara
periodik dan
pastikan fraksi
yang diberikan
cukup
d) Monitor tanda-
tanda hipoventilasi
e) monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
f) Monitor integritas
mukosa hidung
akibat pemasangan
oksigen

Terapeutik:
a) Pertahankan
kepatenan jalan
napas
b) Siapkan dan atur
peralatan
pemberian oksigen
c) Berikan oksigen
tambahan, jika
perlu

Edukasi:
a) Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan
oksigen di rumah

Kolaborasi:
a) Kolaborasi
penentuan
pemberian oksigen
b) Kolaborasi
31

penggunaan
oksigen saat
aktivitas dan/atau
tidur
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan1) Manajemen jalan
efektif asuhan keperawatan napas
(Hal:26, SDKI) selama ... pasien
(Hal: 186)
Definis: inspirasi dan menunjukan keefektifan Observasi:
/atau ekspirasi yang pola nafas dengana) Monitor pola napas
tidak memberikan kriteria hasil : (frekuensi,
ventilasi adekuat. 1) Pola napas: kedalaman, usaha
Gejala mayor: a) Dipsnea menurun napas)
a. Subjektif: b) Penggunaan otot
b) Monitor bunyi
1) Dipsnea bantu napas napas tambahan
b. Objektif: menurun (mis. Wheezing,
1) Penggunaan c) Pemanjangan fase ronkhi kering)
otot bantu ekspirasi menurun
pernapasan d) Frekuensi napas Teraupeutik:
2) Fase ekspirasi membaik a) Posisikan semi-
memanjang e) Kedalamannapas fowler atau fowler
3) Pola napas membaik b) Berikan minuman
abnormal hangat
Gejala minor : c) Berikan oksigen
a. Subjektif: jika perlu
1) Ortopnea
b. Objektif: Edukasi:
1) Pernapasan a) Anjurkan asupan
cuping hidung cairan sesuai usia
2) Diameter dan bb anak/hari ,
thoraks jika tidak
anterior- kontraindikasi
posterior b) Ajarkan teknik
meningkat batuk efektif
3) Ventilasi
semenit Kolaborasi:
menurun a) Kolaborasi
4) Kapasitas vital pemberian
menurun bronkodilator,
5) Tekanan ekspektoran,
ekspirasi mukolitik, jika
menurun perlu.
6) Tekanan
inspirasi 2) Pemantauan
menurun respirasi
(Hal: 247)
Observasi:
a) Monitor frekuensi ,
irama, kedalaman,
32

dan upaya napas


b) Monitor pola napas
c) Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
d) Auskultasi bunyi
napas
e) Monitor saturasi
oksigen
f) Monitor nilai AGD
g) Monitor hasil x-ray
toraks

Terapeutik:
a) Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
b) Dokumntasikan
hasil pemantauan

Edukasi:
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
b) Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

4. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan 1) Perawatan


efektif asuhan keperawatan sirkulasi
(Hal: 37, SDKI) selama .... perfusi (Hal: 345)
Definisi: penurunan jaringan perifer kembali Obsevasi:
sirkulasi darah pada efektif dengan kriteria a) Periksa sirkulasi
level kapiler yang hasil : perifer ( mis. Nadi
dapat mengganggu 1) Perfusi perifer: perifer, edema,
metabolisme tubuh a) Denyut nadi perifer pengisisan kapiler,
Gejala mayor: meningkat warna, suhu)
a. Subjektif: b) Warna kulit pucat b) Identifikasi faktor
b. Objektif: menurun risiko gangguan
1) Pengisisna c) Pengisisan kapiler sirkulasi (mis.
kapiler >3 membaik Diabetes,
detik d) Akral membaik hipertensi, dan
2) Nadi perifer e) Tugorkulit kadar kolesterol
menurun atau membaik tinggi)
tidak teraba c) Monitor panas,
33

3) Akral teraba kemerahan, nyeri,


dingin atau bengkak pada
4) Warna kulit ekstremitas.
pucat
5) Turgor kulit Terapuetik:
menurun a) Hindari
Gejala minor: pemasangan infus
a. Subjektif: atau pengambilan
1) Parastesia darah di area
2) Nyeri keterbatasan
ekstremitas perfusi
b. Objektif: b) Hindari
1) Edema pengukuran
2) Penyembuhan tekanna darah pada
luka lambat ekstremitas dengan
3) Indeks ankle- keterbatasan
brachial <0,90 perfusi
4) Bruit femoral c) Hindari
pemasangan dan
penekanan
torniquet pada area
yang cedera
d) Lakukan
pencegahan infeksi
e) Lakukan perawatan
kaki dan kuku
f) Lakukan hidrasi

Edukasi:
a) Anjurkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi

5. Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1) Manajemen


(Hal: 56, SDKI) asuhan keperawatan nutrisi
Definisi: asupan selama ... defisit nutrisi (Hal: 200)
nutrisi tidak cukup teratasi dengan kriteria Observasi:
unuk memenuhi hasil: a) Identifikasi status
kebutuhan 1) Status Nutrisi nutrisi
metabolisme a) Porsi makan yang b) Identifikasi alergi
Gejala mayor: dihabiskan dan intoleransi
a. Subjekif: meningkat makanan
b. Objektif: b) Serum albumin c) Identifikasi
1) BB menurun meningkat makana yang
minimal 10% c) Berat badan disukai
dibawah membaik d) Identifikasi
rentang ideal d) Indeks massa tubuh kebutuhan kalori
34

Gejala minor: (IMT) membaik dan jenis nutrisi


a. Subjektif: e) Identifikasi
1) Cepat kenyang perlunya
setelah makan penggunaan selang
2) Kram/ nyeri nasograstrik
abdomen f) Monitor asupan
3) Nafsu makan makanan
menurun g) Monitor berat
b. Objektif: badan
1) Bising usus h) Monitor hasil
hiperaktif laboratorium
2) Otot (albumin, limfosit,
pengunyah dan elektrolit
lemah serum)
3) Otot menelan
lemah Terapeutik:
4) Membran a) Fasilitasi
mukosa pucat menentukan
5) Sariawan pedoman diet
6) Serum albumin b) Sajikan makanan
turun secara menarik dan
7) Rambut rontok suhu yang sesuai
berlebihan c) Berikan makanna
8) Diare tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
d) Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
e) Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasograsrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi:
a) Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
b) Ajarkan diet yang
diprogram

Kolaborasi:
a) Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
35

antiemetik) jika
perlu
b) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan , jika
perlu
6. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan 1) Perawatan
kembang asuhan keperawatan perkembangan
(Hal: 232, SDKI) selama ... tumbuh (Hal: 338)
Definisi: kondisi kembang pasien tidak Observasi:
individu mengalami terganggu dengan a) Identifikasi
gangguan kemampuan kriteria hasil : pencapaian tugas
bertumbuh dan 1) Status perkembangan
berkembang sesuai perkembangan : anak
dengan kelompok usia a) Keterampilan/ b) Identifikasi isyarat
Gejala mayor: perilaku sesuai usia perilaku dan
a. Subjektif: meningkat fisiologis yang
b. Objektif: b) Kemampuan ditunjukan bayi
1) Tidak mampu melakukan
melakukan perawatan diri Terapeutik:
keterampilan meningkat a) Pertahankan
atau perilaku 2) Status sentuhan
khas sesuai pertumbuhan: seminimal
usia a) Berat badan sesuai mungkin pada bayi
2) Pertumbuhan usia meningkat prematur
terganggu b) Panjang/ tinggi b) Minimalkan nyeri
Gejala minor: badan sesuai dengan c) Pertahankan
a. Subjektif: usia. lingkungan yang
b. Objektif: mendukung
1) Tidak mampu perkembangan
melakukan optimal
perawatan diri d) Motivasi anak
sesuai usia berinteraksi dengan
2) Afek datar orang lain
3) Respon sosial e) Dukung anak
lambat mengekspresikan
4) Kontak mata diri melalui
terbatas penghargaan
5) Nafsu makan positif atau umpan
menurun balik atas usahanya
6) Lesu f) Pertahankan
7) Mudah marah kenyamanan anak
8) Regresi g) Fasilitasi anak
9) Pola tidur melatih
terganggu keterampilan
36

pemenuhan
kebutuhan secara
mandiri

Edukasi:
a) Jelaskan kepada
orang tua/
pengasuh tentang
milestone
perkembangan
anak dan perilaku
anak
b) Ajarkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
c) Ajarkan
keterampilan
berinteraksi dengan
anaknya
d) Ajarkan anak
teknik asertif

Kolaborasi:
a) Rujuk untuk
konseling bila
perlu

7 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1) Manajemen


(Hal: 128, SDKI) asuhan keperawatan energi
Definisi: selama ... diharapkan (Hal: 176)
ketidakcukupan energi klien mampu Observasi:
untuk melakukan melakukan aktivitasnya a) Identifikasi
aktifitas sehari-hari. dengan baik dengan gangguan fungsi
Gejala mayor: kriteria hasil: tubuh yang
a. Subjektif: 1) Toleransi aktivitas mengakibatkan
1) Mengeluh : kelelahan
lelah a) Frekuensi nadi b) Monitor kelelahan
b. Objektif: meningkat fisik dan emosional
1) Frekuensi b) Keluhan lelah c) Monitor pola dan
jantung menurun jam tidur
meningkat c) Dipsnea saat / d) Monitor lokasi dan
>20% dari setelah beraktivitas ketidak nyamanan
kondisi menurun selam a melakukan
istirahat aktivitas
Gejala minor:
a. Subjekif: Terapeutik:
1) Dipsnea saa/ a) Sediakan
setelah lingkungan
37

aktivitas nyaman dan rendah


2) Merasa tidak stimulus (mis.
nyaman Cahaya, suara,
3) Merasa lemah kunjungan)
b. Objektif: b) Lakukan latihan
1) Tekanan darah rentang gerak pasif
berubah >20% dan/atau aktif
dari kondisi c) Berikan aktivitas
istirahat distraksi yang
2) Gambaran menenangkan
EKG d) Fasilitasi duduk di
menunjukan sisi tempat tidur,
aritmia saat/ jika tidak dapat
setelah berpindah atau
beraktivitas berjalan
3) Gambaran
EKG Edukasi:
menunjukan a) Anjurkan tirah
iskemia baring
4) Sianosis b) Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
c) Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
d) Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Kolaborasi:
a) Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan.

2) Terapi aktivitas
(Hal: 415)
Observasi:
a) Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
b) Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi
38

dalam aktivitas
tertentu
c) Identifikasi sumber
daya untuk
aktivitas yang
diinginkan
d) Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
e) Identifikasi makna
aktivitas rutin
f) Monitor respon
emosional, fisik,
sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas

Terapeutik:
a) Fasilitasi fokus
pada kemampuan,
bukan defisit yang
dialami
b) Sepakati komitmen
untuk
meningkatkan
frekuensi dan
rentang aktivitas
c) Fasilitasi aktivitas
fisik rutin
d) Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
e) Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi
dan diversifikasi
untuk menurunkan
kecemasan
f) Libatkan keluarga
dalam aktivitas ,
jika perlu

Edukasi:
a) Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari, jika
perlu
b) Ajarkan cara
39

melakukan
aktivitas yang
dipilih
c) Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
d) Ajarkan keluarga
untuk memberikan
pengutan positif
atau partisispasi
dalam aktivitas

Kolaborasi:
a) Kolaborasi dengan
terapis okupasi
dalam
merencanakan dan
memonitor
program aktivitas,
jika sesuai
8 Risiko perfusi Setalah dilakukan 1) Manajemen
cerebral tidak efektif asuhan keperawatan peningkatan
(Hal: 51, SDKI) selama ... diharapkan tekanan
Definisi: berisiko perfusi serebral efektif intrakranial
mengalami penurunan dengan kriteria hasil : (Hal: 205)
sirkulasi darah ke 1) Perfusi serebral: Observasi:
otak. a) Tingkat kesadaran a) Identifikasi
meningkat penyebab
b) Tekanan intra peningkatan TIK
kranial menurun (mis. Lesi,
c) Sakit kepala gangguan
menurun metabolisme,
d) Gelisah menurun edema serebral)
e) Nilai rata-rata b) Monitor tanda/
tekanan darah gejala peningkatan
membaik TIK ( mis. Tekanan
f) Kesadaran membaik darah meningkat,
tekanan nadi
melebar,
bradikardi, pola
napas irreguler,
kesadaran
menurun)
c) Monitor
CVP(Central
Venous Pressure)
jika perlu
40

d) Monitor
gelombang ICP
(Intra Canial
Pressure)
e) Monitor status
pernapasan
f) Monitor intake dan
output cairan
g) Monitor cairan
serebro-spinalis
(mis. Warna,
konsistensi)

Terapeutik:
a) Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
b) Berikan posisi semi
fowler
c) Hindari manuver
Valsava
d) Cegah terjadinya
kejang
e) Hindai pemberian
cairan IV hipotonik
f) Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
g) Pertahankan suhu
tubuh normal

Kolaborasi:
a) Kolaborasi
pemberian sedasi
dan anti konvulsan,
jika perlu
b) Kolaborasi
pemberian diuetik
osmosis, jika perlu
c) Kolaborasi
pemberian pelunak
tinja, jika perlu
41

2) Pemantauan
tekanan
intrakranial
(Hal: 249)
Observasi:
a) Identifikasi
penyebab
peningkatan TIK
(mis. Lesi
menempati ruang,
gangguan
metabolisme,
edema serebral,
peningkatan
tekanan vena,
obstruksi aliran
cairan
serebrospinal,
hipertensi
intrakranial
idiopatik)
b) Monitor
peningkatan TD
c) Monitor pelebaran
tekanan nadi
(selisih TDS dan
TDD)
d) Monitor penurunan
frekuensi jantung
e) Monitor penuruna
tingkat kesadaran
f) Monitor kadar CO2
dan pertahankan
dalam rentang yang
diindikadikan
g) Monior tekanan
perfusi cerebral
h) Monitor jumlah,
kecepatan, dan
karakteristik
drainase cairan
serebrospinal

Terapeutik:
a) Ambil sampel
drainase cairan
serebrospinal
b) Kalibrasi
42

transduser
c) Pertahankan
sterilitas sistem
pemantauan
d) Pertahankan posisi
kepala dan leher
netral
e) Bilas sistem
pemantauan, jika
perlu
f) Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
g) Dokumentasi hasil
pemantauan

Edukasi:
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
b) Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu.

9 Risiko infeksi Setelah dilakukan 1) Pencegahan


(Hal: 304, SDKI) asuhan keperawatan infeksi
Definisi: beisiko selama ... klien tidak (Hal: 278)
mengalami berisiko infeksi dengan Observasi:
peningkatan terserang kriteria hasil : a) Monitor tanda dan
organisme patogenik. 1) Tingkat infeksi: gejala infeksi lokal
a) Kebersihan tangan dan sistemik
meningkat
b) Kebersihan badan Terapeutik:
meningkat a) Batasi jumlah
c) Nafsu makan pengunjung
meningkat b) Berikan perawatan
d) Demam menurun kulit pada area
e) Kemerahan edema
menurun c) Cuci tangan
f) Nyeri menurun sebelum dan
g) Bengkak menurun sesudah kontak
h) Kadar sel darah dengan pasien dan
putih membaik lingkungan pasien
d) Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi:
43

a) Jelaskan tanda dan


gejala infeksi
b) Ajarkan cara cuci
tangan dengan
benar
c) Ajarkan etika batuk
d) Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
e) Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
f) Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi:
a) Kolaborasi
pemberian
imunisasi,jika perlu
10 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 1) Edukasi Kesehatan
(Hal: 246, SDKI) tindakan keperawatan (Hal: 65)
Definisi: ketiadaan diharapkan orang tua Observasi:
atau kurangnya paham dengan proses a) Identifikasi
informasi kognitif penyakit yang terjadi, kesiapan dan
yang berkaitan dengan dengan kriteria hasil: kemampuan
topik tertentu. 1) Tingkat menerima
Gejala mayor: Pengetahuan informasi
a. Subjektif: a) Kemampuan
1) Menanyakan menjelaskan Terapeutik:
masalah yang pengetahuan a. Sediakan materi
dihadapi tentang penyakit dan media
b. Objektif: meningkat pendidikan
1) Menunjukkan b) Pertanyaan tentang kesehatan
perilaku tidak masalah yang b. Jadwalkan
sesuai anjuran dihadapi menurun pendidikan
2) menunjukkan c) Prilaku sesuai kesehatan sesuai
persepsi yang anjuran meningkat kesepakatan
keliru terhadap d) Perilaku sesuai c. Berikan
masalah dengan pengetahuan kesempatan untuk
Gejala minor: meningkat bertanya
a. Subjektif
b. Objektif: Edukasi:
1) Menjalani a) Jelaskan faktor
pemeriksaan yang risiko yang dapat
tepat mempengaruhi
2) Menunjukan kesehatan
44

perilaku
berlebihan (mis.
Apatis,
bermusuhan,
kecemasan,
agitasi,histeria)

4. Implementasi Keperawatan.
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini
munculjika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien.
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibelitas dan kreativitas
perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui
alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Perawat harus yakin bahwa
tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah
direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai
dengan kondisi klien, selalu dievaluasi apakah sudah efektif, dan selalu
didokumentasikan menurut urutan waktu.

5. Evaluasi
Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah
yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum
teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu
proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien
untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan tindakan
keperawatan, kebutuhan klien saat ini, perlunya dirujuk pada tempat
kesehatan lain, atau apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosa agar
kebutuhan klien dapat terpenuhi. Selain itu digunakan untuk mengevaluasi
tindakan keperawatan yang sudah dilakukan. Evaluasi juga digunakan
untuk memeriksa semua proses keperawatan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian.
Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif, yaitu
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat
gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif dengan
pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat
asuhan keperawatan pada anak dengan kasus Penyakit Jantung Bawaan di
Ruang IRNA Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun
2020.

B. Tempat dan Waktu Penelitian.


Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang khususnya
diRuangan Kronis IRNA Kebidanan & Anak Tahun 2020. Waktu
penelitian dimulai dari bulan Desember 2019 - Mei 2020. Sedangkan
waktu penelitian dilakukan pada tanggal 20 – 24 Maret 2020. Waktu untuk
penelitian studi kasus selama 5 hari.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi.
Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang menderita PJB
yang berada di Ruangan IRNA Kebidanan dan Anak RSUP DR. M.
Djamil Padang yaitu sebanyak 2 orang.
2. Sampel.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah satu orang anak
yang menderita penyakit jantung bawaan yang berada di IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP. DR. M. Djamil Padang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

45
Poltekkes Kemenkes RI Padang
46

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:


a. Kriteria Inklusi.
1) Anak yang terdiagnosa dengan penyakit jantung bawaan.
2) Orang tua dan pasien bersedia menjadi partisipan dalam
penelitian ini.

b. Kriteria Eklusi.
1) Pasien yang meninggal dunia pada saat dilakukan penelitian

D. Alat/Instrumen Pengumpulan Data


Alat atau instrument pengumpulan data berupa format tahapan proses
keperawatan atau format asuhan keperawatan mulai dari pengkajian
sampai pada evaluasi.
1. Format pengkajian keperawatan anak terdiri dari : identitas pasien,
identitas penanggung jawab, keluhan utama, riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual,
pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang, dan program
pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari : nama pasien, nomor rekam
medik,data, etiologi, dan masalah.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam
medis, diagnosa keperawatan, tanggal ditemukannya masalah dan
paraf, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor
rekam medis, diagnosa keperawatan, SLKI dan SIKI.
5. Format catatan perkembangan keperawatan terdiri dari : nama pasien,
nomor rekam medis, hari dan tanggal, jam dan implementasi
keperawatan serta paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari:, termometer, stetoskop,
timbangan, arloji dengan detik, penlight, tensi meter anak.
7. Dalam melakukan proses keperawatan peneliti menggunakan
alatperlindungan diri (APD).
47

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi)
artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Triangulasi
teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Teknik
pengumpulan data yang digunakan, yaitu:
1. Observasi
Observasi yang dilakukan oleh peniliti adalah dengan cara mengamati
pasien. Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi
dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien. Selain itu
juga dilakukan pengamatan mengenai perkembangan anak sesuai dengan
umurnya. Dan dari hasil observasi didapatkan data objektif seperti pasien
tampak pucat, pasien tampak lemah, pasien kurang aktif dalam
beraktifitas, terpasang oksigen, dan kulit pasien akan sianosis jika
menangis, saat melakukan aktivitas klien hanya mampu dalam waktu 5
sampai 10 menit.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan normal. Dalam
metode pemeriksaan fisik ini, peneliti melakukan pemeriksaan meliputi:
keadaan umum partisipan, tanda-tanda vital partisipan, pemeriksaan head
to toe dan pemeriksaan dilakukan dengan prinsip IPPA (Inspeksi,Palpasi,
Perkusi dan Auskultasi). Selain pemeriksaan fisik, pengukuran juga
dilakukan yang bertujuan untuk melakukan pemantauan kondisi pasien
dengan metoda mengukur menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti
pengukuran suhu, menghitungfrekuensi nafas, frekuensi nadi, dan balance
cairan.
3. Wawancara
Wawancara yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data ini
menggunakan wawancara bebas terpimpin dengan menggunakan format
48

pengkajian keperawatan anak kepada orang tua anak untuk mendapatkan


informasi dengan tepat. Wawancara tersebut mendapatkan hasil dari orang
tua mengenai identitas klien ,riwayat terkena infeksi virus rubella, orang
tua mengkonsumsi alkohol dan merokok, usia ibu saat hamil di atas 40
tahun, riwayat lahir anak prematur dan berat badan saat lahir kurang dari
2500 gr, serta memiliki keluarga yang menderita penyakit jantung
kongenital. Selain itu juga riwayat imunisasi, personal hygien, riwayat
nutrisi, riwayat psikososial dan spiritual aktifitas sehari-hari yang biasa
dilakukan anak juga didapatkan pada saat wawancara.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini yang digunakan adalah hasil rongen
toraks dengan adanya pembesaran pada jantung (kardiomegali). Pada
pemeriksaan EKG didapatkan kelainan pada irama jantung. Dari hasil
pemerikasaan labor didapatkan pemeriksaan AGD ditemukan adanya
peningkatan PCO2 dan penurunan O2, kemudian kadar Hb menurun dan
hematokrit meningkat. CT scan dan MRI digunakan untuk tes
pemindaian yang dilakukan untuk memeriksa kondisi jantung secara
mendalam, mulai dari struktur hingga aliran darah.

F. Jenis-Jenis Data.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden
seperti yang telah ada pada format pengkasian pada anak yang meliputi:
Identitas pasien dan keluarga, riwayat kesehatan pasien, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat keluarga, pola aktifitas sehari-hari, riwayat tumbuh
kembang, riwayat imunisasi, , riwayat nutrisi, riwayat psikososial dan
spiritual, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tingkat perkembang pada
anak.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung
dari Ruangan Kronis IRNA Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Data sekunder umumnya berupa rekam medis dokter, data
49

penunjang, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
yang tidak dipublikasikan pada penelitian ini seperti hasil pemeriksaan
laboratorium, hasil pemeriksaan diagnostik seperti rontgen dan EKG.

G. Analisis Data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada kedua pasien PJB. Data yang telah didapat dari hasil
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, menegakan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan hingga
mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan
teori asuhan keperawatan pada pasien dengan PJB. Analisa yang
dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori
yang ada dengan kondisi pasien.
BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
Pasien anak laki-laki berumur 1 tahun 10 bulan dirawat diruang HCU
anak, masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada 18 Maret
2020. Pasein masuk dengan keluhan nafas sesak sejak 2 hari yang lalu dan
semakin meningkat. Pasien dengan diagnose PJB ec TOF dan
Bronkopneumonia.
1. Pengkajian
Pasien anak laki-laki berumur 1 tahun 10 bulan dirawat diruang HCU
anak, masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada 18 Maret
2020. Pasein masuk dengan keluhan nafas sesak sejak 2 hari yang lalu
dan semakin meningkat. Anak juga rewel dan tidak nafsu makan.

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20 Maret 2020 pukul


11.20, pasien dengan hari rawatan ke- 3, ibu pasien mengatakan anak
rewel dan nafas sesak, anak tidak mau meminum susu. Anak terpasang
O2 binasal 3 liter/ menit, anak tampak rewel dan nafas sesak, anak
terpasang infus KaEN 1B 13cc/ Jam. Anak juga terpasang NGT. Ibu
mengatakan berat badan anak tidak mengalami kenaikan sejak sebulan
yang lalu, pada bulan lalu BB anak 7.8 kg dan pada saat dilakukan
pengkajian didapatkan BB anak 7,5 kg, dengan kesimpulan bahwa
status gizi anak sangat kurus. Anak tampak lemah dan terpasang
monitor. TD : 87/56 mmHg (sistolik 80-100 mmHg, diastolik 55-65
mmHg), suhu :37,3 0C (normal : 36,50C – 37,50C ) , HR : 120 X/menit
(normal 100-150 x/ menit ), RR : 42 x / menit (normal 20 – 30x/
menit).

An. V lahir di RS Naili Padang dengan usia kehamilan 32 minggu


secara SC dikarenakan ketuban pecah dini. An. V lahir dengan berat
badan lahir 2600 gram dan panjang badan 46 cm. An. V. Menurut ibu

50
Poltekkes Kemenkes RI Padang
51

pasien mengatakan bahwa TOF diketahui sejak 2 bulan yang lalu. Pada
2 bulan yang lalu anak masuk RSUP Dr M. Djamil Padang dengan
keluhan nafas sesak dan anak tidak memiliki nafsu makan serta lemah
dan pucat. Pada saat itu awal dikatuhi bahwa anak menderita penyakit
PJB TOF.

An. V belum mendapatkan imunisasi DPT, POLIO, Hepatitis B dan


campak. Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang sakit sama dengan
pasien dan tidak ada penyakit keturunan. Ibu mengatakan bahwa ayah
An. V perokok aktif.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum pasien


sedang, berat badan 7500 gram (normal 9,2 - 12.8 gram), tinggi badan
82 cm, hasil pengukuran TD : 87/56 mmHg, suhu :37,3 0C, HR : 120
X/menit, RR : 42 x / menit. Hasil pemeriksaan ditemukan konjungtiva
anemis, wajah pucat, sclera tidak ikterik, mukosa bibir kering, bibir
tidak sianosis, tidak ada pembengkakan pada ekstremitas atas dan
bawah.

Pemeriksaan thorax bentuk dada simetris kiri dan kanan, terdapat


retraksi dinding dada, saat dilakukan auskultasi suara nafas ronchi.
Pemeriksaan jantung iktus kordis tidak terlihat, iktus cordis teraba 1cm
di RIC V mid clavicula sinistra, suara jantung terdengar murmur,
irama jantung tidak teratur. Pemeriksaan abdomen tidak tampak
adanya distensi abdomen, tidak ada lesi, bising usus normal, saat
dilakukan perkusi terdengar timpan. Pemeriksaan ekstremitas atas
tampak pucat pada telapak tangan dan kuku tangan, akral teraba
hangat, capillar refill kembali lambat lebih dari 2 detik, pada
ekstremitas bawah akral teraba hangat dan tidak ada edema.

Pola nutrisi dan cairan ibu mengatakn anak makin sulit untuk makan
dan minum susu. Anak menggunakan selang NGT untuk memenuhi
52

nutrisi pada tubuhnya. Anak mendapatkan MC dari RS. Pola istirahat


dan tidur ibu mengatakan selama dirawat dirumah sakit anak sulit
untuk tidur dan sering terjaga dengan anak paling lama tidur 2 jam.

Data penunjang yang didapatkan dari hasil laboratorium yaitu kalsium


7.3 mg/ dL ( normal 8.1 – 10.4 mg/ dL ), kalium 3,5 mmol/ L (normal
3.5 – 5.1 mmol/ L), natrium 131 mmol/L ( normal 136 – 145 mmol/ L
), pCO2 32 mmHg, pO2 50 mmHg, hemoglobin 13,7 g/ dL (normal 9.8
– 15.6 g/ dL), leukosit 14.02 x 103/ mm3 (normal 5.5 – 17.5 x 10^3
/mm^3), hematocrit 42% (normal 38.0 – 48.0%), trombosit 182 x 10^3
/mm^3 (normal 150 – 450 x 10^3 /mm^3). Dan hasil dari foto rongen
dengan kesimpulan TOF dengan bendungan paru. An. V mendapatkan
terapi Ampicillin4 x 200 mg, Cholamphenicol4 x 150 mg,
Dexamethasone3 x 1 mg, Euthyrax1 x 25 mcg, Paracetamol4 x 3 ml,
Ambroxol3 x 3 mg, Ctm3 x 0.5 mg.
`
2. Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian yang telah dilakukan terdapat 5 diagnosa
keperawatan dan 3 diagnosa keperawatan yang dijadikan prioritas
masalah keperawatan:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilas perfusi
e. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik (SDKI, 2017).

Berdasarkan hasil pengkajian, masalah keperawatan yang muncul pada


An. V adalah pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan energi yang ditandai dengan ibu mengatakan anak masih
53

sesak, ibu mengatakan anak lemah, anak tampak sesak, adanya retraksi
dinding dada, bunyi nafas ronkhi, terpasang O2 binasal 3 liter / menit,
RR : 42 x/ menit, HR : 120 x / menit. An. V mendapatkan terapi obat
ampicillin 4 x 200 mg, ambroxol 3 x 3 mg

Diagnosa kedua yaitu penurunan curah jantung berhubungan


dengan perubahan afterload yang ditandai dengan ibu mengatakan
anak tidak mau menyusu, ibu mengatakan anak rewel, ibu mengatakan
anak tampak lemah, anak tampak lemah, anak tampak sesak, TD :
87/56 mmHg, HR: 120 x/ menit, RR: 42 x/ menit , bunyi jantung Mur-
mur, dan kesimpulan pada hasil rongen menyatakan TOF dengan
bendungan paru.

Diagnosa ketiga yaitu defisit nutrisi berhubungan dengan


ketidakmampuan mencerna makanan yang ditandai dengan ibu
mengatakan anak tidak mau makan, ibu mengatakan berat badan anak
menurun, anak tampak lemah, anak tampak tidak mau makan, mukosa
bibir pucat dan kering, diit yang habis setiap harinya ± 750 ml, berat
badan : 7,5 kg ,Keadaan umum : Sedang.

3. Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan
atau mengurangi masalahmasalah klien (Kodim, 2015).

Pada diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


penurunan energi dengan kriteria hasil: dipsnea menurun,
penggunaan otot bantu napas menurun, pemanjangan fase ekspirasi
menurun, frekuensi napas membaik, kedalaman napas membaik.

Rencana tindakannya adalah:


1) Monitor pernapasan (memonitor frekuensipernapasan, memonitor
adanya pernapasan cuping hidung, adanya retraksi dinding dada,
54

memonitor pola napas, memonitor adanya dispnea, auskultasi suara


napas).
2) Monitor tanda-tanda vital (mengukur tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu, memonitor warna dan kelembaban kulit,
memantau adanya sianosis).
3) Terapi oksigen (mempertahankan jalan napas, memonitor aliran
oksigen, mempertahankan posisi pasien).

Pada diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan


perubahan afterload dengan kriteria hasil: kekuatan nadi perifer
meningkat, palpitasi menurun, bradikardi menurun, takikardi menurun,
gambaran aritmia menurun, lelah menurun, edema menurun, distensi
venajugularis menurun, dipsnea menurun, pucat atau sianosis
menurun, tekanan darah membaik, ortopnea menurun.

Rencana tindakannya adalah :


1) Monitor tanda- tanda vital (mengukur tekanan darah, nadi,
pernapasan dan suhu) untuk mengetahui terjadinya hipotensi atau
hipertensi, hipertermi atau hipotermi, sesak napas agar dapat
ditangani segera).
2) Monitor pernapasan (memonitor irama, kedalaman, bunyi
pernapasan, memonitor gerakan dada) untuk mengetahui adanya
suara napas tambahan apabila terjadinya hipertrofi ventrikel atau
atrium, seperti ronkhi, wheezing, krekels dapat mengindikasi
kongesti paru terhadap terjadinya gagal jantung.
3) Perawatan jantung (memonitor adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac output, frekuensi nadi, auskultasi suara napas, memonitor
status pernapasan, memantau adanya sianosis, warna kulit, suhu,
kelembaban dan capillary refill time) untuk mengetahui terjadinya
penurunan kadar oksigen dalam tubuh, akral pucat, CRT kembali
lambat berkaitan dengan terjadinya penurunan curah jantung.
55

Pada diagnosa defisit nutrisi berhubungan dengan


ketidakmampuan mencerna makanan dengan kriteria hasil: porsi
makan yang dihabiskan meningkat, serum albumin meningkat, berat
badan membaik, indeks massa tubuh (IMT) membaik.

Rencana tindakannya adalah :


1) Manajemen berat badan (mendiskusikan dengan keluarga pasien
mengenai resiko yang berhubungan dengan beratbadan berlebih
dan penurunan berat badan, memperkiraan berat badan ideal).
2) Manajemen nutrisi (mengkaji adanya alergi terhadap makanan,
kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien, menganjurkan keluarga pasien
untuk meningkatkan intake Fe pasien, menganjurkan keluarga
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c pasien,
memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang kebutuhan
nutrisi)

4. Implementasi Keperawatan
Impelementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan, kesehatan dan memfasilitasi koping (Kodim,
2015).

Pada diagnose pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


penurunan energi, tindakan yang telah dilakukan adalah membantu
memberikan oksigen nasal kanul 3 liter, menambah air oksigen,
menghitung pernapasan, mendengarkan bunyi napas, menghitung nadi,
mengukur tekanan darah dan suhu, menilai CRT, melihat gerakan dada
tambahanm memberikan terapi obat ampicillin, dexamethasone, dan
ambroxol pada pasien.
56

Pada diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan


perubahan afterload, tindakan keperawatan yang telah dilakukan
adalah mengukur tekanan darah, menghitung nadi, menghitung
pernapasan, mengukur suhu, mendengarkan suara napas,
mendengarkan suara jantung, memantau adanya sianosis, melihat
gerakan dada, melakukan pemeriksaan capillary refill time(CRT),
memberikan terapi obat Ampicillin 4 x 200 mg, Cholamphenicol 4 x
150 mg, Dexamethasone 3 x 1 mg, menghitung balance cairan pasien.

Pada diagnosa defisit nutrisi berhubungan dengan


ketidakmampuan mencerna makanan, tindakan keperawatan yang
telah dilakukan adalah mengukur tekanan darah, menghitung nadi,
menghitung pernapasan, mengukur suhu, memonitor berat
badan,memperkirakan berat badan ideal pasien, membantu
memberikan susu lewat NGT sebanyak 75 cc.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan, kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan (Kodim, 2015).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 6 jam, pada


diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
energi didapatkan bahwa ibu mengatakan anak masih sesak, anak
masih tampak sesak, anak terpasang O2 binasal 3 liter, adanya tarikan
dinding dada, pernafasan : 42 X/ menit, SpO2: 94 %, masalah pola
nafas tidak efektif belum teratasi, intervensi dilanjutkan dengan
monitor ttv, monitor pola nafas.
57

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 6 jam, pada


diagnose penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan afterload, didapatkan bahwa Ibu mengatakan anak masih
sesak, ibu mengatakan anak lemah, ibu mengatakan anak rewel, anak
masih tampak sesak, anak tampak lemah , SpO2: 94 %, tekanan darah:
88/64 mmHg, pernafasan : 42 x/ menit, nadi: 106 x/ menit, masalah
penurunan curah jantung belum teratasi, intervensi dilanjutkan dengan
monitor ttv, monitor balance cairan klien, monitor hemodinamik.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 6 jam, pada


diagnosa defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan didapatkan bahwa ibu mengatakan anak masih
tidak mau makan, anak tampak lemah, anak tidak nafsu makan, berat
badan : 7,6 kg, anak terpasang NGT, anak mendapatkan susu formula
sebanyak 8 x 100 cc, masalah Defisit nutrisi belum teratasi, intervensi
dilanjutkan dengan monitor berat badan dan monitor asupan makanan.

B. Pembahasan Kasus
Pembahasan pada kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada An. V dengan
penyakit jantung bawaan sianotik yaitu ToF diruangan rawat HCU IRNA
Kebidanan dan Anak yang dilakukan sejak tanggal 20–24 Maret 2020.
Kegiatan yang dilakukan meliputi mendeskripsikan pengkajian
keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat intervensi
keperawatan, mendeskripsikan implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian asuhan keperawatan yang dilakukan pada An. V ( 1 tahun
10 bulan) didapatkan keluhan sesak nafas, lemah, tampak pucat, ibu
pasien mengatakan anak rewel dan nafas sesak, anak tidak mau
meminum susu, TD : 87/56 mmHg (sistolik 80-100 mmHg, diastolik
58

55-65 mmHg), suhu :37,3 0C (normal : 36,50C – 37,50C ) , HR : 120


X/menit (normal 100-150 x/ menit ), RR : 42 x / menit (normal 30-60
x/ menit). Hasil rongen menyatakan TOF dengan bendungan paru,
konjungtiva anemis dan wajah tampak pucat. Kemudian bunyi jantung
mur-mur.

Menurut PERKI (2015), TOF merupakan kelainan jantung yang timbul


sejak bayi dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan, yaitu VSD,
stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan overriding
aorta.Penyakit jantung bawaan yang terdiri dari Ventricular Septal
Defect (VSD) tipe perimembranus subaortik, over riding aorta,
Pulmonal Stenosis (PS) infundibular dengan atau tanpa PS valvular
serta hipertrofi ventrikel kanan.

Pada keadaan tertentu (dehidrasi, spasme infudibulum berat, menangis


lama, peningkatan suhu tubuh atau mengedan), pasien dengan TOF
mengalami hipoksia spell yang ditandai dengan: sianosis, mengalami
kesulitan bernapas, pasien menjadi sangat lelah dan pucat, kadang
pasien menjadi kejang bahkan pingsan. Keadaan ini merupakan
keadaan emergensi yang harus ditangani segera, misalnya dengan
salah satu cara memulihkan serangan spell yaitu memberikan posisi
lutut ke dada (Kasron, 2012).

Menurut analisa peneliti keluhan yang terdapat pada partisipan seperti


sesak napas, dan tampak pucat sesuai dengan teori yang ada. Sesak
napas terjadi karena septum diantara ventrikel kanan dan ventrikel kiri
menyebabkan aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan karena
tekanan yang terdapat pada ventrikel kiri lebih besar dari ventrikel
kanan, menyebabkan naiknya beban pada ventrikel kanan. Naiknya
beban pada ventrikel kanan akan membuat darah terdorong ke arteri
pulmonalis sehingga arteri pulmonalis mengalami peningkatan tekanan
menyebabkan darah memenuhi pembuluh paru, akibatnya beban kerja
59

paru meningkat maka terjadilah hipertensi pulmonalis dan


menyebabkan pertukaran oksigen tidak adekuat. Akibat aliran darah
dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan menyebabkan aliran darah ke
ventrikel kiri berkurang, beban kerja otot jantung meningkat untuk
memompakan darah ke aorta. Lama kelamaan otot jantung akan
melemah dan terjadi penurunan curah jantung. Terjadinya penurunan
curah jantung menyebabkan aliran darahke tubuh berkurang, akan
menyebabkan anak mengalami sianosis.

An. V lahir pada usia 32 minggu di RS Naili Padang dengan masalah


kelahiran yaitu ketuban pecah dini. Ibu mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien. Ibu
mengatakan ayah merupakan perokok aktif.

Kelainan jantung bawaan merupakan kelainan yang disebabkan oleh


gangguan sistem kardiovaskuler pada embrio yang di duga karena
adanya faktor endogen dan eksogen. Pada saat masa kehamilan 2 bulan
pertama ibu mengalami penyakit rubella atau terkena virus lainnya,ibu
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, dan terkena sinar radiasi, orang
tua merokok yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung
bawaan (Ngastiyah, 2012).

Hasil pemeriksaan pada An. V didapatkan keadaan umum pasien


sedang, berat badan 7500 gram (normal 8300 gram), tinggi badan 82
cm, konjungtiva anemis, wajah pucat, sclera tidak ikterik, mukosa
bibir kering, bibir tidak sianosis, tidak ada pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah. Anak menggunakan selang NGT untuk
memenuhi nutrisi pada tubuhnya.

Budi Junio (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pasien


PJB memiliki frekuensi tinggi terhadap kelainan kongenital yang
multiple, berat badan lahir rendah (yang menjadi risiko kedepannya)
60

dan keterlambatan pertumbuhan. Kelainan jantung bawaan yang


disertai peningkatan aliran darah ke paru yang hebat dan hipertensi
pulmonal akan lebih banyak mengalami malnutrisi, hipoksemia berat
atau gagal jantung kongestif dapat mengakibatkan hambatan
pertumbuhan dan perkembangan.

Menurut analisa peneliti defisit nutrisi yang terjadipada partisipan


karena terjadinya penurunan curah jantung yang mengakibatkan
jantung tidak adekuat memompakan darah yang terdapat oksigen dan
nutrisi keseluruh tubuh yang menyebabkan nutrisi pasien tidak cukup.
Berkurangnya darah yang beredar kedalam tubuh menyebabkan
pertumbuhan anak terhambat, serta anak sulit melakukan aktifitas
karena sesak napas yang mengakibatkan anak malas makan, berat
badan tidak bertambah, sehingga anak kekurangan nutrisi.

2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian menunjukan bahwa diagnose yang muncul pada An.
V adalah pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
energi, penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload, deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan.

Berdasarkan diagnose keperawatan SDKI (2017) terdapat sepuluh


diagnose yang mungkin muncul antara lain: Penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan irama jantung, perubahan frekuensi
jantung, peubahan kontraktilitas, perubahan preload, perubahan
afterload, ganguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-
kapiler, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas, penurunan energi, dan posisi tubuh yang menghambat ekspansi
paru, perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi,
penurunan konsentrasi hemoglobin, penurunan aliran arteri dan/atau
61

vena, defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan


makan, ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis,
gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik dan defisuensi stimulus, intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksiegen, risiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan
fibrilasi atrium, stenosis atrium, risiko infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder, defisit pengetahuan
tentang penyakit pada anak pada orang tua berhubungan dengan
kurang terpapar informasi.

Berdasarkan kasus yang peneliti temukan diagnose utama yang peneliti


angkat untuk An. V yaitu pola nafas tidakefektif berhubungan
dengan penurunan energi yang ditandai dengan ibu mengatakan anak
masih sesak, ibu mengatakan anak lemah, anak tampak sesak, adanya
retraksi dinding dada, bunyi nafas ronkhi, terpasang O2 binasal 3 liter /
menit, RR : 42 x/ menit, HR : 120 x / menit.

Nursalam (2013), pada anak yang mengalami kesulitan nafas atau


sesak nafas sering didapatkan tanda -tanda adanya retraksi otot bantu
nafas, pernafasan cuping hidung, dan nafas cepat. Sementara pada bayi
sering ditandai denagan minum atau menyusu yang sering berhenti,
sesak nafas yang sering timbul bila melakukan aktifitas yang lama dan
intensif.

Kurniawan (2015) dalam penelitiannya mengatakan penyakit jantung


bawaan merupakan suatu penyakit kelainan jantung dimana paling
sering ditemukan pada bayi dan anak. Menurut Ruslie & Darmadi
(2013), keluhan utama pada pasien dengan penyakit jantung bawaan
ditandai dengan adanya nafas sesak, pucat, berkeringat, ujung-ujung
jari hiperemik, cepat lelah dan dispnea.
62

Menurut analisa peneliti diagnosa yang ditegakkan saat penelitian pada


An. V yaitu pola napas tidakefektif berhubungan dengan deformitas
dinding dada karena darah memenuhi pembuluh darah di paru yang
menyebabkan hipertensi pulmonal, mengakibatkan pertukaran oksigen
tidak adekuat yang dapat menyebabkan sesak napas pada anak. Saat
melakukan aktifitas anak akan bertambah sesak karena kurangnya
suplai oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh.

Diagnose penurunan curah jantung berhubungan dengan


perubahan afterloadyang ditandai dengan ibu mengatakan anak tidak
mau menyusu, ibu mengatakan anak rewel, ibu mengatakan anak
tampak lemah, anak tampak lemah, anak tampak sesak, TD : 87/56
mmHg, HR: 120 x/ menit, RR: 42 x/ menit , bunyi jantung Mur-mur.

Menurut Nursalam (2013) Penurunan curah jantung terjadi akibat


adanya kecacatan pada struktur jantung karena adanya duktus atau
lobang sehingga dapat menyebabkan darah dari jantung sebelah kiri ke
kanan, karena jantung sebelah kiri mempunyai tekanan yang lebih
besar, sehingga dapat menyebabkan resirkulasi dengan oksigen yang
lebih tinggi mengalir ke paru akhirnya dapat menambah beban jantung.

Rahmat (2015) dalam penelitiannya mengatakan penurunan curah


jantung adalah keadaan pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat
untuk mencapai kebutuhan metabolisme tubuh dan jumlah darah yang
dipompakan oleh ventrikel kedalam sirkulasi pulmonal dan sistemik
selama satu menit (4-8 liter per menit).

Menurut Riska (2013), keluhan utama pada pasien dengan penyakit


jantung bawaan ditandai dengan adanya nafas sesak, pernafasan cepat
dan dalam, clubbing finger, sianosis, ujung kaki dan tangan terasa
dingin, anak cepatlelah saat bermain, penurunan kesadaran, murmur
dan penurunan daya imun.

Menurut analisa peneliti, tegaknya diagnosa penurunan curah jantung


berhubungan dengan perubahan afterload karena adanya septum atau
63

lubang diantara venrikel kanan dan ventrikel yang menyebabkan darah


mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan karena tekanan ventrikel
kiri lebih besar dari ventrikel kanan. Akibatnya terjadi hipertrofi
ventrikel kanan, terjadinya hipertrofi pada ventrikel kanan
menyebabkan beban kerja jantung meningkat. Akibat aliran darah dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan menyebabkan aliran darah ke
ventrikel kiri berkurang,beban kerja otot jantung meningkat untuk
memompakan darah ke aorta. Lama kelamaan otot jantung akan
melemah dan terjadi penurunan curah jantung.

Diagnose selanjutnya deficit nutrisi berhubungan dengan


ketidakmampuan mencerna makanan yang ditandai dengan ibu
mengatakan anak tidak mau makan, ibu mengatakan berat badan anak
menurun, anak tampak lemah, anak tampak tidak mau makan, mukosa
bibir pucat dan kering, diit yang habis setiap harinya ± 750 ml, berat
badan : 7,5 kg ,Keadaan umum : Sedang.

Menurut Hidayat (2012), pada TOF berkurangnya darah yang beredar


ke dalam tubuh menyebabkan pertumbuhan anak terhambat. Aliran
darah ke paru juga bertambah yang menyebabkan anak sering
menderita infeksi saluran pernapasan. Anak tampak kurus bahkan
dapat kurang gizi berat bila terjadi gagal jantung yang lama. Anak
dengan penyakit jantung bawaan yang berat akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat lambat, dan
prognosisnya juga lebih jelek, biasanya anak tersebutmempunyai berat
badan dan tinggi badan kurang yang mana harus ditangani segera.

Menurut Zuafni (2018) dalam penelitiannya defisit nutrisi yang terjadi


pada anak tersebut karena curah jantung ke seluruh tubuh menurun,
akibat adanya sebagian darah dari aorta ke arteri pulmonalis menuju ke
paru-paru, sehingga suplai darah ke seluruh tubuh berkurang, karena
darah bersih yang disuplai tersebut membawa oksigen dan nutrisi
menyebabkan nutrisi pasien tidak cukup, ditambah lagi anak sulit
beraktifitas karena sesak nafas yang mengakibatkan anak malas
64

makan, sehingga anak kekurangan zat gizi, hal ini terjadi karena daya
imunnya menurun.

Menurut analisa peneliti berdasarkan diagnosa yang diangkat yaitu


deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan sudah sesuai dengan teori yang ada karena berat badan pasien
berada dibawah batas normal. Tanda dan gejala anak dengan PJB
adalah sesak napas. Karena darah memenuhi pembuluh darah di paru
yang menyebabkan hipertensi pulmonal, mengakibatkan pertukaran
oksigen tidak adekuat yang dapat menyebabkan sesak napas pada
anak. Bayi dengan PJB akan bertambah sesak jika minum ASI dengan
menetek atau lewat dot, akibatnya anak akan kekurangan nutrisi maka
dipasangkan NGT agar nutrisinya terpenuhi.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan
yang muncul pada partisipan. Berdasarkan kasus, tindakan yang
dilakukan selama 5 hari sesuai dengan intervensi yang telah peneliti
susun.

Rencana tindakan keperawtan pada An. V untuk diagnose utama yaitu


pola nafas tidakefektif berhubungan dengan penurunan energi,
intervensi yang dilakukan yaitu, terapi oksigen dengan
mempertahankan jalan napas, monitor aliran oksigen, memberikan
oksigen, observasi tanda-tanda hipoventilasi, atur peralatan oksigenasi,
monitor tanda-tanda vital.

Kurniawan (2015) melakukan tindakan keperawatan seperti monitor


tanda-tanda vital dapat mengetahui kondisi pasien dari tekanan darah,
pernapasan, nadi, suhu yang dialami pasien, memberikan oksigen nasal
kanul pada pasien dengan tujuan untuk mengurangi sesak napas.
65

Menurut analisa peneliti pemberian terapi oksigen kepada An.V


bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas anak tersebut dan
mengurangi rasa sesak saat anak tersebut beraktifitas. Tindakan
selanjutnya yaitu monitor respirasi dengan cara monitor kedalaman,
frekuensi napas, irama dan kekuatan respirasi, monitor pola napas,
monitor gerakan dan kesimetrisan dinding dada dan adanya retraksi
dinding dada dan auskultasi bunyi napas.

Rencana tindakaan keperawatan pada An. V untuk diagnose kedua


yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterloadintervensi yang dilakukan yaitu monitor tanda-tanda vital
yaitu monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan, memonitor
warna kulit, dan memonitor balance cairan pasien.

Rilantono (2013) melakukan tindakan memonitor tanda-tanda vital


untuk mengetahui kondisi pasien dari tekanan darah, pernafasan, nadi
dan suhu yang dialami pasien. Mengkaji capillary refilluntuk
mengetahui suplai oksigen sampai ke ujung-ujung jari, berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat sesuai dengan kebutuhan pasien
dan mampu mengurangi gejala-gejala yang dialami pasien.

Menurut analisa peneliti intervensi pemantauan tanda-tanda vital


sangat perlu dilakukan pada anak yang mengalami penurunan curah
jantung agar dapat mengetahui status kardiovaskuler anak setiap saat
dan untuk meningkatkan curah jantung dan mengurangi resiko gagal
jantung. Tindakan selanjutnya yaitu monitor pernapasan dengan cara
memonitor irama dan kedalaman respirasi, memonitor pergerakan
dada, monitor bunyi pernapasan, dan auskultasi bunyi paru. Tindakan
ini bertujuan untuk mengetahui adanya suara napas tambahan jika
terjadi hipertrofi ventrikel atau atrium.
66

Kemudian tindakan selanjutnya perawatan jantung yaitu memantau


adanya sianosis, mengamati warna kulit, suhu, kelembaban dan
meghitung capillaryrefill time untuk mengetahui adanya penurunan
oksigen dalam darah, adanya warna kulit pucat, akral teraba dingin dan
pengisian CRT lambat yang berkaitan dengan penurunan curah
jantung.

Rencana tindakan keperawatan pada An. V untuk diagnose ketiga


adalah deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan, intervensi yang dilakukan yaitu manajemen
berat badan dan aktivitas dengan diskusi bersama keluarga mengenai
risiko yang berhubungan dengan penurunan berat badan, perkirakan
berat badan ideal pasien.

Tindakan selanjutnya yaitu manajemen nutrisi dan aktivitas dengan


cara mengkaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,
anjurkan keluarga untuk meningkatkan intake Fe anak, monitor jumlah
nutrisi dan kandungan kalori, berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi kepada keluarga.

Menurut Amelia (2019) dalam penelitiannya mengatakan bahwa


intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu monitor berat badan,
mengkaji adanya alergi, menganjurkan sedikit makan tapi sering,
memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pada anak.

Menurut analisa peneliti manajemen berat badan sangat perlu


dilakukan karena untuk mengetahui berat badan anak setiap harinya
dan memperkirakan berat badan ideal anak. Dan manajemen nutrisi
juga sangat perlu dilakukan karena untuk jumlah nutrisi yang
diperlukan anak. Tindakan selanjutnya yaitu manajemen nutrisi dan
aktivitas dengan cara mengkaji adanya alergi makanan, kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah nutrisi yang dibutuhkan
67

klien, anjurkan keluarga untuk meningkatkan intake Fe anak, monitor


jumlah nutrisi, berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi kepada
keluarga.

Menurut Maramis, Kaunang dan Rompis (2014) dalam penelitiannya


menyebutkan bahwa distribusi penderita PJB berdasarkan status gizi
yaitu lebih banyak mengalami gizi kurang. Anak dengan PJB sering
menunjukkan pencapaian berat badan yang tidak baik dan
keterlambatan pertumbuhan, malnutrisi pada penyakit jantung
menyebabkan kegagalan perkembangan karena asupan nutrisi yang
tidak adekuat dan gangguan absorbsi.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnose pola nafas
tidakefektif berhubungan dengan penurunan energi adalah
menghitung frekuensi pernapasan, menghitung nadi, melakukan
penilaian CRT, memonitor pemberian oksigen, menambah air oksigen,
mendengarkan suara napas.

Hidayat (2012) tindakan keperawatan mengobservasi tanda-tanda vital


untuk mengetahui frekuensi pernapasan, baringkan dengan posisi semi
fowler untuk mengurangi sesak napas anak, dan memberikan oksigen
2-4Liter permenit.

Menurut analisa peneliti tindakan menghitung frekuensi pernapasan


dan memonitor pemberian oksigen sangat penting dilakukan karena
untuk mengetahui apakah anak tambah sesak atau tidak, dan bertujuan
untuk mengurangi sesak napas pada anak.

Implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa penurunan


curah jantung berhubungan perubahan afterloadadalah mengukur
tekanan darah, menghitung nadi, menghitung pernapasan, mengukur
68

suhu, mendengarkan suara napas, melihat gerakan dada pasien saat


inspirasi dan ekspirasi, mendengarkan suara jantung, melakukan
penilaian capillary refill time, memberikan obat sesuai order, dan
menghitung balance cairan anak.

Menurut Rilantono(2013) tindakan pemantauan tanda-tanda vital


bertujuan untuk mengetahui adanya suara bising yang terjadi karena
aliran pada septum, pengisian CRT yang lama dapat menandakan
jaringan tubuh kekurangan oksigen. Terjadinya pirau dari kiri ke kanan
menyebabkan peningkatan tekanan pada ventrikel kanan, dan
mengakibatkan aliran darah ke paru meningkat yang menyebabkan
beban kerja jantung meningkat yang akhirnya menyebabkan terjadinya
gagal jantung.

Menurut analisa peneliti, pelaksanaan intervensi pada diagnosa ini


sangat penting untuk mengetahui perubahan status kardiovaskuler
anak. Seperti mengetahui kompensasi tubuh terhadap hipotensi atau
hipertensi, mengetahui adanya suara tambahan jika terdapat hipertrofi
atrium atau ventrikel,adanya suara mengi atau abnormal yang dapat
mengindikasikan kongesti paru terhadap terjadinya gagal jantung,
pucat, dingin, kulit lembab, dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan penurunan curah jantung. Perubahan seperti ini harus
selalu diperhatikan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada
proses pengobatan selanjutnya.

Implementasi keperawatan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
makanan adalah menimbang berat pempers anak, memonitor
pemberian MC seperti pemberian makanan cair melalui NGT,
memonitor berat badan pasien, mengukur tekanan darah, menghitung
nadi, menghitung pernapasan, menganjurkan kepada ibu untuk
memberikan ASI sedikit tapi sering.
69

Tindakan yang diberikan kepada By.A yaitu memberikan makanan


cair berupa ASI melalui NGT karena daya hisap anak lemah.Menurut
Hidayat (2012), karena bayi susah makan/minum susu maka masukan
nutrisi tidak mencukupi kebutuhannya untuk pertumbuhan. Kecukupan
makanan sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan bayi.
Makanan bayi yang terbaik adalah ASI. Karena bayi sukar makan,
berikan 2 kali setiap porsinya. Anak yang sangat dispnea susah
menghisap dot atau menetek maka perlu dipasang infus.

Menurut analisa peneliti pemberian makanan seperti makanan cair


melalui NGT sedikiti namun sering dapat membantu dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi anak secara perlahan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dari tanggal 20 Maret sampai 24 Maret 2020
dengan metode penilaian Subjektive, Objektive, Assesment, Planning
(SOAP) untuk mengetahui keefektifan dari tindakan yang telah
dilakukan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari dengan


diagnose pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
energi belum teratasi. Hasil dari evaluasi pada An. V didapatkan
ibupasien mengatakan anak masih sesak, pernapasan: 42 x / menit,
anak terpasang O2 binasal 3 liter, nadi: 106 x/ menit, masih adanya
tarikan dinding dada, SpO2: 94 %.

Menurut Hidayat (2012), akibat pirau kiri ke kanan menyebabkan


darah dalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaran O2tidak
adekuat yang menyebabkan anak akan mengalami sesak napas. Salah
satu penatalaksanaannya adalah berikanO2agar sesak anak berkurang.
70

Berikan O2 sesuai dengan keadaan sianosisnya (1-2 L/menit), jika


sianosis sekali dapat sampai 4 L.

Menurut analisa peneliti masalah ini timbul karena aliran darah dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan menyebabkan volume darah
diventrikel kanan meningkat dan darah dalam paru-paru lebih banyak
sehingga pertukaran O2 tidak adekuat yang menyebabkan anak akan
mengalami sesak napas. Untuk mengurangi sesak napas anak maka
diberikan O2 agar sesak napas anak berkurang. Dengan kriteria hasil
frekuensi napas dalam batas normal, irama pernapasan dalam batas
normal, kedalaman inspirasi dalam batas normal, suara napas
tambahan tidak ada, tidak ada menggunakan otot bantu napas.

Hasil dari evaluasi pada diagnose kedua penurunan curah jantung


berhubungan dengan perubahan afterload selama 5 hari pada An.V
didapatkan ibu mengatakan anak masih sesak, anak lemah dan rewel.
SpO2: 94 % , tekanan darah: 88/64 mmHg, pernafasan: 42 x/ menit,
nadi: 106 x/ menit, Suhu: 37,4 0 C.

Menurut Suriadi (2010), salah satu pelaksanaan PJB pada anak yaitu
dengan mempertahankan curah jantung yang adekuat yaitu observasi
kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, monitor adanya
takikardi, tachypnea, sesak lelah saat minum susu, berkolaborasi dalam
pemberian terapi sesuai order.

Menurut analisa peneliti diagnosa ini timbul karena terjadinya


kelemahan otot jantung akibat bekerja terlalu keras untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh. Salah satu akibatnya
konjungtiva anemis, anak lemah, CRT lebih dari 2 detik. Dengan
kriteria hasil tekanan darah dalam keadaan normal, denyut jantung dan
nadi dalam batas normal, capillary refill dalam batas normal.
71

Hasil evaluasi pada diagnose defisit nutrisi berhubungan dengan


ketidakmampuan mencerna makanan pada An. V didapatkan ibu
mengatakan anak masih lemah dan tidak mau makan, anak masih
terlihat lesu , berat badan: 7,6 kg, anak masih terpasang NGT, anak
mendapatkan susu formula sebanyak 8 x 100 cc (sebelumnya 4 x 75
cc).

Menurut Suriadi (2010), salah satu pelaksanaan PJB pada anak dengan
mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang
sesuai, sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk
mencapai pertumbuhan yang adekuat, monitor tinggi dan berat badan,
catat intake dan output secara benar, berikan makanan dengan porsi
kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan.

Menurut analisa peneliti, masalah ini timbul karena darah memenuhi


pembuluh darah di paru yang menyebabkan hipertensi pulmonal,
mengakibatkan pertukaran oksigen tidak adekuat yang dapat
menyebabkan sesak napas pada anak. Anak dengan PJB akan
bertambah sesak jika minum ASI dengan menetek atau lewat dot,
akibatnya anak akan kekurangan nutrisi maka dipasangkan NGT agar
nutrisi nya terpenuhi dan perlu diberikan tinggi zat-zat nutrisi untuk
mencapai pertumbuhan yang adekuat. Kriteria hasilnya adalah asupan
gizi dalam batas normal, rasio berat badan dalam batas normal, status
nutrisi dalam batas normal.
72
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian Keperawatan.
Pengkajian yang dilakukan pada An. V (1 tahun 10 bulan) lahir pada usia
kehamilan 32 minggu, didapatkan An. V dengan bronkopneumonia + PJB
ec TOF tampak sesak dan rewel, anak tampak lemah dan pucat. Ibu
mengatakan anak tidak nafsu makan dan minum susu serta berat badan
anak mengalami penurunan. Berat badan 7,5 kg.
2. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan pada An. V yaitu pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan energi, penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan afterload, dan defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
3. Intervensi Keperawatan.
Intervensi keperawatan yang disusun tergantung pada masalah
keperawatan yang ditemukan. Berikut beberapa intervensi keperawatan
diagnosa kasus yaitu monitor tanda-tanda vital, monitor pernapasan,
perawatan jantung, terapi oksigen, manajemen berat badan, dan
manajemen nutrisi.
4. Implementasi Keperawatan.
Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu memonitor tanda-tanda
vital, mendengarkan suara jantung, mendengarkan suara napas, melihat
gerakan dada, melakukan penilaian CRT, memberikan terapi obat,
memberikan terapi oksigen 3 Liter permenit, memonitor dan membantu
memberikan makanan makanan cair lewat NGT, memonitor berat badan
pasien.
5. Evaluasi Keperawatan.
Hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari pada pasien
untuk diagnosa pola nafas tidak efektif teratasi sebagian pada hari kelima,
penurunan curah jantung pada hari ke-5 sudah teratasi sebagian, defisit

73
Poltekkes Kemenkes RI Padang
74

nutrisi belum teratasi, manajemen berat badan dan nutrisi intervensi


dilanjutkan oleh petugas ruangan.

B. Saran
1. Bagi Petugas Perawat Ruang Rawat Inap Anak.
Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sebagai bahan bacaan
bagi perawat di ruang IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang untuk melakukan asuhan keperawatan dengan cara meningkatkan
pelayanan keperawatan pada pasien dengan Penyakit Jantung Bawaan dan
dapat melanjutkan intervensi pada diagnosa keperawatan yang belum
teratasi dan memberikan discharge planning jika pasien diperbolehkan
pulang.
2. Institusi Poltekkes Kemenkes Padang.
Melalui Direktur Poltekkes Kemenkes Padang, diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pembelajaran untuk mahasiswa prodi D-III Keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien PJB.
3. Peneliti Selanjutnya.
a. Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan data awal untuk penelitian
selanjutnya dan dapat melakukan pengkajian secara tepat dan
mengambil diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang
didapatkan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan, harus
terlebih dahulu memahami masalah dengan baik, serta
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
benar.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam
menerapkan asuhan keperawatan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

AHA,2016. A Study of Prevelence and Pattern of Congenital Heart Disease


Among School Children. Diakses tanggal 27 Januari 2020.
https://www.ahajournals.org/doi/pdf/10.1161/CIRCULATIONAHA.108.18
9874
Amarta, Yossy. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Penyakit Jantung
Bawaan Di Ruangan Kronis Irna Kebidanan Dan Anak Rsup Dr M Djamil
Padang. Padang: Studi Kasus Poltekkes Kemenkes Padang

Aspiani, Reni Yuli. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular.Jakarta: EGC
Carman, Susan & Kyle, Terri. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta:
EGC.
Depkes. (2012).Kemenkes Tingkatkan Kualitas dan Akses Masyarakat Terhadap
Pelayanan Jantung. Diakses pada tanggal 16 Oktober
2019.http://www.depkes.go.id/article/print/1856/kemenkes-tingkatkan-
kualitas-dan-akses-masyarakat-terhadap-pelayanan-jantung.html

Federasi Jantung Dunia,2013. Pengidap jantung usia produktif naik. Kompas.


Diakses tanggal 14 Oktober
2019.http://travel.kompas.com/read/2013/03/16/06305643/pengidap.jantung
.usia.produktif.naik.

Hermawan, Budi Junio, Hariyanto,D, Aprilia,D. 2018. Pofil Penyakit Jantung


Bawaan Di Instalasi Rawat Inap Anakn RSUP Dr.M. Djamil Padang
Periode Januari 2013- Desember 2015. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 7.
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2019.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/793
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: Salemba
Medika

Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta Pengobatannya.


Yogyakarta: Nuha Medika

Kurniawan, Risky, Rahmat. 2015. Asuhan keperawatan pada An. N dengan


gangguan kardiovaskuler : Penyakit jantung bawaan di ruang cempaka III
Rsud Pandan Arang Boyolali. E-Skripsi.Diakses tanggal 13 April 2020.
http://eprints.ums.ac.id/34279/

Kodim, 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: TIM

75
Poltekkes Kemenkes RI Padang
76

Maramis, P.P, Kaunang, E.D, Rompis, J. 2014. Hubungan penyakit jantung


bawaan dengan status gizi pada anak di RSUP Dr Kandou Manado. Jurnal
e-clinic (eCI). Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019.
Http://Download.Portalgaruda.Org.

Nur’ain,Hariyanto,D, Rusdan,S. 2015. Karakteristik penderita penyakit jantung


bawaan pada anak di RSUP.Dr.M.Djamil Padang periode Januari 2010-Mei
2012. Jurnal Kesehatan Andalas 2015. Diakses tanggal 13 Oktober 2019.
http://jurnal.fk.unand.aca.id.
Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri Utami , 2013. Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak ( Untuk Perawat dan Bidan ).Jakarta : Salemba Medika.

PERKI. 2016. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta

PPNI. 2017. Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

____. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

____. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Pratomo, Yudo Bhirowo,dkk. 2016. Anestesi Pada Pasien Anak dengan Penyakit
Jantung Kongenital Asianotik (PDA, ASD, VSD). Jurnal Komplikasi
Anestesi. Vol.4. Diakses pada tanggal 24 Desember 2019.
http://anestesi.fk.ugm.ac.id/jka.ugm/download-file-928601.pdf
Rilantono, Lily l. 2013. Penyakit jantung kardiovaskuler (PKV). Jakarta : FKU

RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2019. Laporan Catatan Rekam Medik (RM):Anak
dengan PJB
Ruslie, R. H & Darmadi. 2013. Diagnosis dan tata laksana Tetralogy Of Fallot.
CDK-202/ vol. 40 no. 3, th. 2013. Diakses tanggal 02 Mei 2020

Zuafni, Nindi. 2018.Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kasus Penyakit


JantungBawaan Di Irna Kebidanan Dan Anak Rsup Dr M Djamil
Padang.Padang: Studi Kasus Poltekkes Kemenkes Padang
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Waktu pengkajian Hari Tanggal Jam


Jumat 20 Maret 2020 11.20

Rumah Sakit/ Klinik/ Puskesmas : Rsup Dr. M. Djamil Padang


Ruangan : Ruang HCU Anak
Tanggal Masuk Rs : 18 Maret 2020
No. Rekam Medik : 01046571
Sumber Informasi : Orang Tua dan Laporan Status

I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA


1. IDENTITAS ANAK
Nama/ panggilan An. VP
Tanggal lahir/ umur 06 Mei 2018 / 1 tahun 10 bulan
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan Belum sekolah
Anak ke/ jumlah saudara Anak ke-2 dari 2 bersaudara
Diagnoosa medis PJB ec TOF + BP

2. IDENTITAS IBU AYAH


ORANGTUA
Nama Ny. S Tn. Z
Umur 26 Tahun 38 Tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minangkabau, Minangkabau,
Indonesia Indonesia
Pendidikan SMA SMP
Alamat Jl. Purus III N0 34 Rt Jl. Purus III N0 34 Rt
002 Rw 002 002 Rw 002

3. Identitas anggota keluarga yang tinggal serumah


No Nama Usia Jenis Hub. Pendidikan Status Ket.
(inisial) (bl/th) kelamin Dg kk kesehatan
1 An. R 6 tahun Perempuan Anak Sehat
2
3

II. RIWAYAT KESEHATAN


KELUHAN UTAMA An. V masuk melalui IGD RSUP Dr
M.Djamil Padang dengan keluhan
nafas sesak sejak 2 hari yang lalu dan
semakin meningkat

1. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20 Maret 2020 pukul 11.20, pasien
dengan hari rawatan ke- 3, ibu pasien mengatakan anak rewel dan nafas sesak,
anak tidak mau meminum susu. Anak terpasang O2 binasal 2 liter/ menit, anak
tampak rewel dan nafas sesak, anak terpasang infus KaEN 1B 13cc/ Jam. Anak
juga terpasang NGT. Ibu mengatakan berat badan anak tidak mengalami kenaikan
sejak sebulan yang lalu, pada bulan lalu BB anak 7.8 kg dan pada saat ini BB anak
7,5 kg. Anak tampak lemah.
2. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Menurut ibu pasien mengatakan bahwa TOF diketahui sejak 2 bulan yang lalu.
Pada 2 bulan yang lalu anak masuk RSUP Dr M. Djamil Padang dengan keluhan
nafas sesak dan anak tidak memiliki nafsu makan serta lemah dan pucat. Pada saat
itu awal dikatuhi bahwa anak menderita penyakit PJB TOF.
A. PRENATAL
Riwayat gestasi G2P2A0H2
HPHT 06 September 2017
Pemeriksaan kehamilan Bidan dan Dokter
Frekuensi Rutin setiap 1 bulan sekali
Imunisasi hb 0 -
Masalah waktu hamil Tidak ada masalah
Sikap ibu sewaktu kehamilan Ibu lebih sensitive
Emosi ibu sewaktu kehamilan Tidak stebil
Obat-obat yang digunakan Tidak ada
Perokok Tidak
Alkohol Tidak
B. INTRANATAL
Tanggal persalinan 06 Mei 2018
BBL/ PBL 2600 gr/ 46 cm
Usia gestasi saat lahir 32 Minggu
Tempat persalinan RS Nailli Padang
Penolong persalinan Dokter
Jenis persalinan SC
Penyulit persalinan Ketuban Pecah Dini
C. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA ANAK
Ibu An. VP mengatakan sebelumnya anak sudah pernah dirawat di RSUP Dr.
M.Djamil Padang 2 bulan yang lalu dengan PJB ec TOF dan BP.
3. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Anggota keluarga pernah sakit Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang sakit
sama
Riwata penyakit keturunan Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang
memiliki riwayat penyakitnya yang sama
dengan klien
Genogram
Ket:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

III. RIWAYAT IMUNISASI


BCG √ SIMPULAN:
DPT - Imunisasi pada anak
POLIO - tidak lengkap
HEPATITIS B -
CAMPAK -
IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN
A. PERTUMBUHAN FISIK
1. BERAT BADAN 7,5 kg
2. TINGGI BADAN 82 cm
3. JUMLAH GIGI 6 buah
B. PERKEMBAGAN TIAP TAHAP
USIA ANAK SAAT
1. Berguling -
2. Duduk -
3. Merangkak -
4. Berdiri -
5. Berjalan -
6. Senyum kepada orang lain -
pertama kali
7. Bicara pertama kali -
8. Berpakaian tanpa bantuan -
V. LINGKUNGAN
1. Rumah Permanen
2. Halaman pekarangan Tanah
3. Jamban/ wc Wc sendiri dalam rumah
4. Sumber air minum Air gallon
5. Sampah Dibakar dan Dibuang ke
TPA
VI. RIWAYAT NUTRISI
1. Pemberian asi Asi ekslusif 6 bulan
2. Pemberian susu formula
VII. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Anak tinggal bersama Orang tua
2. Lingkungan berada di Daerah padat penduduk
3. Rumah dekat dengan Daerah pantai
4. Rumah ada tangga Tidak ada
5. Hubungan antar anggota Baik
keluarga
6. Pengasuh anak Tidak ada
VIII. REAKSI HOSPITALISASI
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1. Ibu membawa anaknya ke RS Kontrol dan sakit
karena
2. Apakah dokter menceritakan Ya
tentang kondisi anak
3. Perasaan orang tua saat ini Cemas dan khawatir
4. Orang tua selalu berkunjung ke RS Ya
5. Yang akan tinggal dengan anak Orang tua

IX. AKTIVITAS SEHARI-HARI

Aktivitas sehari-hari Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Nutrisi dan Cairan Ibu mengatakan saat Ibu mengatakn anak
sehat anak memang makin sulit untuk makan
susah untuk makan dan dan minum susu. Anak
setiap harinya makan 3 menggunakan selang
kali sehari dengan porsi NGT untuk memenuhi
makan hanya mampu nutrisi pada tubuhnya.
habis seperempat porsi Anak mendapatkan MC
saja dari RS

2. Eliminasi BAK: BAK:


(BAB&BAK)
Orang tua mengatakan Orang tua mengatakan
bahwa setiap harinya bahwa anaknya
anak bak 5-7 kali/hari menggunakan kateter
dengan jumlah ± 600 dan setiap 6 jam sekali
cc. jumlah urine anak ±450
cc.
BAB:
BAB:
Orang tua mengatakan
bahwa anaknya bab 1 Orang tua mengatakan
hari sekali anak susah buang air
besar, selama dirawat di
RS anak hanya sekali
BAB dan jumlahnya
sedikit dengan
konsistensi lembek dan
padat.

3. Istirahat tidur Ibu mengatakan Ibu mengatakan selama


anaknya setiaf hari tidur dirawat dirumah sakit
± 9 jam/ hari anak sulit untuk tidur
dan sering terjaga
dengan anak paling lama
tidur 2 jam

4. Personal hygine Ibu mengatakan anak Ibu mengatakan anak


mandi 2 kali/ hari dan mandi 1 kali sehari
setiap hari di keramas

5. Aktivitas bermain Ibu mengatakan anak Ibu mengatakan anak


jarang untuk mau diajak lemah dan lebih suka
bermain dan anak cepat digendong orang tua
merasa lelah

X. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Sedang


2. Kesadaran : Compos mentis (CM)
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 87/56 mmHg
b. Denyut nadi : 120 x / menit
c. Suhu : 37,3o C
d. Pernapasan : 42 x/ menit
4. Berat Badan : 7,5 kg
5. Tinggi Badan : 82 cm
6. Kepala
Inspeksi

Keadaan rambut & Hygiene kepala : Bersih tidak ada lesi

a. Warna rambut : Hitam


b. Penyebaran : Merata
c. Mudah rontok : Tidak mudah rontok
d. Kebersihan rambut : Bersih
Palpasi

Benjolan : ada / tidak ada : Tidak ada


Nyeri tekan : ada / tidak ada : Tidak ada

Tekstur rambut : kasar/halus : Halus

7. Muka/ Wajah
Inspeksi

a. Simetris / tidak : Simetris kiri dan kanan


b. Bentuk wajah : Oval
c. Gerakan abnormal : Tidak ada
d. Wajah : Wajah tampak pucat
Palpasi

Nyeri tekan / tidak : Tidak ada

8. Mata
Inspeksi

a. Pelpebra : Tidak edema

b. Sclera : Tidak icterus


c. Conjungtiva : Anemis
d. Pupil : Isokor
e. Posisi mata :
Simetris / tidak : Simetris

f. Penglihatan : Tidak kabur

9. Hidung & Sinus


Inspeksi

a. Posisi hidung : Simetris


b. Bentuk hidung : Normal
c. Keadaan septum : Normal
d. Pernafasan cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

10. Telinga
Inspeksi

a. Posisi telinga : Simetris kiri dan kanan


b. Lubang telinga : Terdapat sedikit serumen
c. Pemakaian alat bantu : Tidak ada
Palpasi

Nyeri tekan / tidak : Tidak ada

11. Mulut
Inspeksi

a. Gigi
- Keadaan gigi : Gigi anaknya berjumlah 6 buah
- Karang gigi / karies : Tidak ada karies gigi
- Pemakaian gigi palsu : Tidak ada
b. Lidah
Kotor / tidak : Keadaan lidah bersih

c. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : Tidak ada sianosis
- Basah / kering / pecah : Mukosa bibir kering
- Mulut berbau / tidak : Tidak berbau
12. Leher
Inspeksi

Kelenjar thyroid : Terdapat pembesaran pada kelenjar


tiroid

Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Teraba, terdapat pembesaran kelenjar
tiroid
b. Kaku kuduk / tidak : Tidak ada
c. Kelenjar limfe : Tidak membesar
13. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : Simetris kiri dan kanan
b. Pengembangan di waktu bernapas : Terdapat retraksi dinding
dada
Palpasi

a. Vokal fremitus : Fremitus kiri dan kanan


b. Massa / nyeri : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi

a. Suara nafas : Ronchi


:
14. Jantung
Palpasi : Iktus cordis tidak terlihat

Auskultasi : Murmur

15. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada benjolan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : Bising usus 5 kali / menit

Perkusi : Timpani

16. Genitalia dan Anus : Bersih


17. Ekstremitas
Ekstremitas atas : CRT > 2detik, akral teraba
hangat

Ekstremitas bawah : Akral teraba hangat ,Tidak


ada edema
18. Tanda – tanda perangsangan meningeal

a. Kaku kuduk : Negatif (-)


b. Kernig Sign : Negatif (-)
c. Refleks Brudzinski : Negatif (-)
d. Refleks Lasegu : Negatif (-)

XI. TEST DIAGNOSTIK


1. Laboratorium.
No Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
pemeriksaan normal
1 18/ 03/ 2020 Kalsium 7.3 mg/dL 8.1 –
10.4
2 Natrium 131 mmol/L 136 –
145
3 Kalium 3.5 mmol/L 3.5 – 5.1
4 Klorida 106 mmol/L 97 – 111
5 pCO2 32 mmHg
6 pO2 50 mmHg
7 HCO3- 19.8 mmol/ L
8 Hemoglobin 13.7 g/ dL 9.6 –
15.6
9 Leukosit 14.02 10^3 5.5 –
/mm^3 17.5
10 Hematocrit 42 % 38.0 –
48.0
11 Trombosit 182 10^3 150 –
/mm^3 450
12 Neutrophil 61 % 22.0 –
segmen 46.0
13 23/ 03/ 2020 Kalsium 8.4 mg/ dL 8.1 –
10.4
14 Natrium 133 mmol/ L 136 –
145
15 Kalium 4.4 mmol/ L 3.5 – 5.1
16 Klorida 100 mmol/ L 97 – 111

2. Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG

Kesimpulan: “ TOF dengan bendungan paru”

XIII. TERAPI SAAT INI (DITULIS DENGAN RINCI)

No Nama obat Dosis


1 Ampicillin 4 x 200 mg
2 Cholamphenicol 4 x 150 mg
3 Dexamethasone 3 x 1 mg
4 Euthyrax 1 x 25 mcg
5 Paracetamol 4 x 3 ml
6 Ambroxol 3 x 3 mg
7 Ctm 3 x 0.5 mg

II. Analisa Data Keperawatan.

N Data Etiologi Masalah


o
1 Ds: Penurunan energi Pola nafas
a. Ibu mengatakan anak tidak
masih sesak
b. Ibu mengatakan anak
lemah
c. Ibu mengatakan anak
tidak mau makan
Do:
a. Anak tampak sesak
b. Adanya retraksi
dinding dada
c. Bunyi nafas ronkhi
d. Terpasang O2 binasal
3 liter / menit
e. RR : 42 x/ menit
f. HR : 120 x / menit
2 Ds: Perubahan Penuruna
a. Ibu mengatakan anak afterload n curah
tidak mau menyusu jantung
b. Ibu mengatakan anak
rewel
c. Ibu mengatakan anak
tampak lemah
Do:
a. Anak tampak
lemah
b. Anak tampak
sesak
c. TD : 87/56
mmHg
d. HR: 120 x/ menit
e. RR: 42 x/ menit
f. Bunyi jantung
Mur-mur
g. Konjungtiva
anemis
h. Hasil rongen TOF
dengan
bendungan paru
3 Ds: Ketidakmampuan Defisit
a. Ibu mengatakan anak mencerna nutrisi
tidak mau makan makanan
b. Ibu mengatakan berat
badan anak menurun
Do:
a. Anak tampak lemah
b. Anak tampak tidak
mau makan
c. Mukosa bibir pucat
dan kering
d. Diit yang habis setiap
harinya ± 750 ml
e. Berat badan : 7,5 kg
f. KU : Sedang
4 Ds : Ketidakseimbanga Gangguan
a. Ibu mengatakan anak n ventilas perfusi pertukara
sesak n gas

Do :
a. pCO2 32 mmHg
(menurun)
b. pO2 50 mmHg
(menurun)
c. HCO3 19,8 mmol/ L
(menurun)
d. Anak tampak pucat
e. Anak tampak sesak
5 Ds : Efek Gangguan
a. Ibu mengatakan anak ketidakmampuan tumbuh
tidak nafsu makan fisik kembang
Do:
a. Anak tampak lesu
b. Pola tidur anak tidak
teratur
c. BB 7,5 kg (menurun)
d. Anak tidak nafsu
makan

Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Ditemukan Dipecahkan


keperawatan masalah masalah
Tanggal Paraf Tanggal paraf
1 Pola nafas tidak 20
efektif berhubungan Maret
dengan penurunan 2020
energ
2 Penurunan curah 20
jantung berhubungan Maret
dengan perubahan 2020
afterload
3 Defisit nutrisi 20
berhubungan dengan Maret
ketidakmampuan 2020
mencerna makanan
4 Gangguan pertukaran 20
gas berhubungan Maret
dengan 2020
ketidakseimbangan
ventilas perfusi
5 Gangguan tumbuh 20
kembang Maret
berhubungan dengan 2020
efek ketidakmampuan
fisik

Intervensi Keperawatan

No Diagnose SLKI SIKI


keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1) Manajemen jalan
efektif asuhan keperawatan napas
berhubungan selama ... pasien (Hal: 186)
dengan deformitas menunjukan keefektifan Observasi:
dinding dada pola nafas dengan c) Monitor pola napas
kriteria hasil : (frekuensi,
2) Pola napas: kedalaman, usaha
f) Dipsnea menurun napas)
g) Penggunaan otot d) Monitor bunyi
bantu napas menurun napas tambahan
h) Pemanjangan fase (mis. Wheezing,
ekspirasi menurun ronkhi kering)
i) Frekuensi napas
membaik Teraupeutik:
j) Kedalamannapas d) Posisikan semi-
membaik fowler atau fowler
e) Berikan minuman
hangat
f) Berikan oksigen
jika perlu

Edukasi:
c) Anjurkan asupan
cairan sesuai usia
dan bb anak/hari ,
jika tidak
kontraindikasi
d) Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi:
b) Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.

2) Pemantauan
respirasi
(Hal: 247)
Observasi:
h) Monitor frekuensi ,
irama, kedalaman,
dan upaya napas
i) Monitor pola napas
j) Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
k) Auskultasi bunyi
napas
l) Monitor saturasi
oksigen
m) Monitor nilai AGD
n) Monitor hasil x-
raytoraks
Terapeutik:
c) Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
d) Dokumntasikan
hasil pemantauan

Edukasi:
c) Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
d) Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
2 Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan 1) Perawatanjantung
jantung keperawatan selama ... (Hal: 317)
berhubungan penurunan curah jantung Observasi:
dengan perubahan klien teratasi dengan m) Identifikasi tanda/
afterload kriteria hasil gejala primer
2) Curah jantung: penurunan curah
m) Kekuatan nadi perifer jantung (meliputi
meningkat dispnea, kelelahan,
n) Palpitasimenurun edema, ortopnea,
o) Bradikardi menurun paroxysmal
p) Takikardi menurun nocturnal dypsnea,
q) Gambaran aritmia peningkatan CVP)
menurun n) Identifikasi tanda/
r) Lelah menurun gejala sekunder
s) Edema menurun penurunan curah
t) Distensi jantung (meliputi
venajugularis peningkatan BB,
menurun hepatomegali,
u) Dipsnea menurun distensi vena
v) Pucat atau sianosis jugularis, palpitasi,
menurun rongkhi basah,
w) Tekanan darah oliguria, batuk,
membaik kulit pucat)
x) Ortopnea menurun o) Monitor tekanan
darah
p) Monitor intake dan
output cairan
q) Monitor saturasi
oksigen
r) Monitor keluhan
nyeri dada
s) Monitor EKG 12
sadapan
t) Monitor aritmia
u) Monitor nilai labor
jantung
v) Monitor alat pacu
jantung
w) Periksa tekanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
x) Periksa tekanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum
pemberian obat

Terapeutik:
h) Posisikan pasien
semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki
ke bawah atau
posisi nyaman
i) Berikan diet
jantung yang sesuai
j) Gunakan stoking
elastis atau
pneumatik
intermiten, sesuai
indikasi
k) Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress
l) Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
m) Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
n) Berikan obat
antiaritmia (mis.
Diamox, captopril,
spironalakton,
KCL, furosermid,
meropenem)

Edukasi:
d) Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
e) Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
f) Anjurkan pasien
dan keluarga
mengukur intake
dan output cairan
harian
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu.
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan 2) Manajemen
berhubungan keperawatan selama ... nutrisi
dengan defisit nutrisi teratasi (Hal: 200)
ketidakmampuan dengan kriteria hasil: Observasi:
mencerna makanan 2) Status Nutrisi i) Identifikasi status
e) Porsi makan yang nutrisi
dihabiskan j) Identifikasi alergi
meningkat dan intoleransi
f) Serum albumin makanan
meningkat k) Identifikasi makana
g) Berat badan yang disukai
membaik l) Identifikasi
h) Indeks massa tubuh kebutuhan kalori
(IMT) membaik dan jenis nutrisi
m) Identifikasi
perlunya
penggunaan selang
nasograstrik
n) Monitor asupan
makanan
o) Monitor berat
badan
p) Monitor hasil
laboratorium
(albumin, limfosit,
dan elektrolit
serum)

Terapeutik:
f) Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
g) Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
h) Berikan makanna
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
i) Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
j) Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasograsrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi:
c) Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
d) Ajarkan diet yang
diprogram

Kolaborasi:
c) Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik)
jika perlu
d) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


/ Hari keperawatan
20 1.Pola nafas 1. Membantu S:
Maret tidak efektif memberikan a) Ibu mengatakan
2020 berhubungan oksigen nasal kanul anak masih sesak
dengan 3 liter O:
deformitas 2. Menghitung a) Anak tampak sesak
dinding dada pernapasan b) Anak terpasang O2
3. Mendengarkan binasal 3 liter
bunyi napas c) Terdengan bunyi
4. Mengukur suhu nafas ronkhi
5. Menghitung nadi d) Adanya tarikan
6. Mengukur tekanan dinding dada
darah e) Td: 87/ 56 mmHg
7. Menilai CRT f) RR: 42 X/ menit
8. Melihat gerakan g) HR: 120 X/ menit
dinding dada h) Suhu: 37,3 0C
A:
Pola nafas tidak efektif
P:
Intervensi dilanjutkan
a) Monitor TTV
b) Monitor pola nafas

2.Penurunan 1. Mengukur tekanan S:


curah jantung darah a) Ibu mengatakan
berhubungan 2. Menghitung frekuensi anak lemah
dengan pernafasan dalam satu b) Ibu mengatakan
perubahan menit anak masih sesak
afterload 3. Menghitung frekuensi O:
nadi dalam satu menit a) Anak tampak
4. Mengukur suhu di lemah
aksila b) Konjungtiva
5. Mendengarkan suara anemis
nafas c) Anak tampak sesak
6. Melihat gerakan dada d) CRT > 2detik
pasien saat inspirasi e) Bunyi jantung
dan ekspirasi murmur
7. Mendengarkan suara f) Td: 87/ 56 mmHg
jantung g) RR: 42 X/ menit
8. Melakukan penilaian h) HR: 120 X/ menit
capilary refill time i) Suhu: 37,3 0C
9. Membantu A: Penurunan curah
menginjeksikan jantung
a. Ampicillin 4 x P: Intervensi dilanjutkan
200 mg a) Monitor
Cholamphenicol 4 hemodinamik
x 150 mg b) Monitor TTV
c) Monitor Balance
cairan

3. Defisit nutrisi 1. Mengukur berat badan S:


berhubungan anak a) Ibu mengatakan anak
dengan ketidak 2. Memberikan penkes tidak mau makan
mampuan tentang asupan nutrisi b) Ibu mengatakan berat
mencerna untuk anak badan anak tidak
makanan 3. Memberikan susu mengalami kenaikan
formula melalu NGT O:
sebanyak 75 cc a) Anak tampak
lemah
b) Anak tidak nafsu
makan
c) BB: 7,5 kg
d) Anak terpasang
NGT
e) Anak mendapatkan
susu formula
sebanyak 4 x 75 cc
A:
Deficit nutrisi
P:
Intervensi dilanjutkan
a) Monitor BB
b) Monitor asupan
makanan
21 1. Pola nafas 1. Membantu memberikan S:
Maret tidak efektif oksigen nasal kanul 3 a) Ibu mengatakan
2020 berhubungan liter anak masih sesak
dengan 2. Menghitung b) Ibu mengatakan
deformitas pernapasan anak lemah
dinding dada 3. Mendengarkan bunyi c) Ibu mengatakan
napas anak rewel
4. Mengukur suhu O:
5. Menghitung nadi a) Anak tampak
6. Mengukur tekanan sesak
darah b) Anak tampak
7. Melihat gerakan lemah dan pucat
dinding dada c) SpO2: 94 %
d) TD: 90/60
mmHg
e) RR: 43 x/ menit
f) HR: 109 x/ menit
g) Suhu: 36,7 0 C
A:
Penurunan curah jantung
P:
Intervensi dilanjutkan
a) Monitor ttv
b) Monitor balance
cairan klien
c) Monitor
hemodinamik
S:
d) Ibu mengatakan
anak sesak
O:
a) Anak tampak
sesak
b) Anak terpasang
O2 binasal 3 liter
c) Terdengan bunyi
nafas ronkhi
d) Adanya tarikan
dinding dada
e) Td: 90/60 mmHg
f) RR: 43 X/ menit
g) HR: 109 X/ menit
h) Suhu: 36,7 0C
i) SpO2: 94 %
A:
Pola nafas tidak efektif
P:
Intervensi dilanjutkan
a) Monitor ttv
b) Monitor pola nafas
2. Penurunan 1. Menghitung balance S:
curah jantung cairan klien a) Ibu mengatakan
berhubungan 2. Menghitung nadi klien anak masih sesak
dengan 3. Menghitung pernafasan b) Ibu mengatakan
perubahan klien anak lemah
afterload 4. Mengukur tekanan c) Ibu mengatakan
darah klien anak rewel
5. Mendengar suara nafas O:
klien a) Anak tampak sesak
6. Melihat gerakan b) Anak tampak
dinding dada klien lemah dan pucat
7. Melakukan penilaian c) SpO2: 94 %
capilary refill time d) TD: 90/60 mmHg
8. Memberikan terapi e) RR: 43 x/ menit
obat injeksi klien f) HR: 109 x/ menit
a. Ampicillin 4 x g) Suhu: 36,7 0 C
200 mg A:
b. Cholamphenico Penurunan curah jantung
l4 x 150 mg P:
c. Dexamethasone Intervensi dilanjutkan
3 x 1 mg a) Monitor ttv
b) Monitor balance
cairan klien
c) Monitor
hemodinamik
3. Deficit 1. Mengukur berat S:
nutrisi badan anak a) Ibu mengatakan
berhubungan 2. Memberikan anak tidak mau
dengan penkes tentang makan
ketidakmamp asupan nutrisi b) Ibu mengatakan
uan untuk anak berat badan anak
mencerna 3. Memberikan susu tidak mengalami
makanan formula melalu kenaikan
NGT sebanyak 75 O:
cc a) Anak tampak
lemah
b) Anak tidak nafsu
makan
c) BB: 7,5 kg
d) Anak terpasang
NGT
e) Anak mendapatkan
susu formula
sebanyak 4 x 75 cc
A:
Deficit nutrisi
P:
Intervensi dilanjutkan
a) Monitor BB
b) Monitor asupan
makanan
22 1. Pola nafas 1. Membantu memberikan S:
Maret tidak efektif oksigen nasal kanul 3 a) Ibu mengatakan
2020 berhubungan liter anak sesak
dengan 2. Menghitung O:
deformitas pernapasan a) Anak tampak sesak
dinding dada 3. Mendengarkan bunyi b) Anak terpasang O2
napas binasal 3 liter
4. Mengukur suhu c) Adanya tarikan
5. Menghitung nadi dinding dada
6. Mengukur tekanan d) Td: 85/58 mmHg
darah e) RR: 38 X/ menit
7. Melihat gerakan f) HR: 120 X/ menit
dinding dada g) Suhu: 37,5 0C
h) SpO2: 96 %
A:
Pola nafas tidak efektif
P:
Intervensi dilanjutkan
a) Monitor ttv
b) Monitor pola nafas

1. Penurunan 1. Menghitung balance S:


curah jantung cairan klien a) Ibu mengatakan
berhubungan 2. Menghitung nadi klien anak masih sesak
dengan 3. Menghitung pernafasan b) Ibu mengatakan
perubahan klien anak lemah
afterload 4. Mengukur tekanan c) Ibu mengatakan
darah klien anak rewel
5. Mendengar suara nafas O:
klien a) Anak tampak sesak
6. Melihat gerakan b) Anak tampak
dinding dada klien lemah dan pucat
7. Melakukan penilaian c) SpO2: 96 %
capilary refill time d) TD: 85/58 mmHg
8. Memberikan terapi e) RR: 38 x/ menit
obat injeksi klien f) HR: 120 x/ menit
a. Ampicillin 4 x g) Suhu: 37,5 0 C
200 mg A:
b. Cholamphenico Penurunan curah jantung
l4 x 150 mg P:
c. Dexamethasone Intervensi dilanjutkan
3 x 1 mg a) Monitor ttv
b) Monitor balance
cairan klien
c) Monitor
hemodinamik
3.Deficit nutrisi 1. Memberikan S:
berhubungan penkes tentang a) Ibu mengatakan
dengan asupan nutrisi anak tidak mau
ketidakmampuan untuk anak makan
mencerna 2. Memberikan susu b) Ibu mengatakan
makanan formula melalu berat badan anak
NGT sebanyak 100 tidak mengalami
cc kenaikan
O:
a) Anak tampak
lemah
b) Anak tidak nafsu
makan
c) BB: 7,5 kg
d) Anak terpasang
NGT
e) Anak mendapatkan
susu formula
sebanyak 8 x 100
cc
A:
Deficit nutrisi
P:
Intervensi dilanjutkan
a) Monitor BB
b) Monitor asupan
makanan
23 1. Pola nafas 1. Membantu S:
Maret tidak efektif memberikan a) Ibu mengatakan
2020 berhubungan oksigen nasal kanul anak sesak
dengan 3 liter O:
deformitas 2. Menghitung a) Anak tampak sesak
dinding dada pernapasan b) Anak terpasang O2
3. Mendengarkan binasal 3 liter
bunyi napas c) Adanya tarikan
4. Mengukur suhu dinding dada
5. Menghitung nadi d) Td: 85/65 mmHg
6. Mengukur tekanan e) RR: 48 X/ menit
darah f) HR: 97 X/ menit
7. Melihat gerakan g) Suhu: 37,2 0C
dinding dada h) SpO2: 91 %
A:
Pola nafas tidak efektif
P:
Intervensi dilanjutkan
a) Monitor ttv
b) Monitor pola nafas
2. Penurunan 1. Menghitung S:
curah jantung balance cairan klien a) Ibu mengatakan
berhubungan 2. Menghitung nadi anak masih sesak
dengan klien b) Ibu mengatakan
perubahan 3. Menghitung anak lemah
afterload pernafasan klien c) Ibu mengatakan
4. Mengukur tekanan anak rewel
darah klien O:
5. Melihat gerakan a) Anak tampak sesak
dinding dada klien b) Anak tampak
6. Melakukan lemah dan pucat
penilaian capilary c) SpO2: 91 %
refill time d) TD: 85/65 mmHg
7. Memberikan terapi e) RR: 48 x/ menit
obat injeksi klien f) HR: 97 x/ menit
a. Ampicillin 4 g) Suhu: 37,2 0 C
x 200 mg A:
b. Cholamphe Penurunan curah jantung
nicol4 x 150 P:
mg Intervensi dilanjutkan
c. Dexamethas a) Monitor ttv
one 3 x 1 b) Monitor balance
mg cairan klien
c) Monitor
hemodinamik
3. Deficit 1. Memberikan S:
nutrisi penkes tentang a) Ibu mengatakan
berhubungan asupan nutrisi anak tidak mau
dengan untuk anak makan
ketidakmamp 2. Memberikan susu b) Ibu mengatakan
uan formula melalu berat badan anak
mencerna NGT sebanyak 100 tidak mengalami
makanan cc kenaikan
O:
a) Anak tampak
lemah
b) Anak tidak nafsu
makan
c) BB: 7,5 kg
d) Anak terpasang
NGT
e) Anak mendapatkan
susu formula
sebanyak 8 x 100
cc
A:
Deficit nutrisi
P:
Intervensi dilanjutkan
a) Monitor BB
b) Monitor asupan
makanan
24 1. Pola nafas 1. Membantu memberikan S:
Maret tidak efektif oksigen nasal kanul 3 a) Ibu mengatakan
2020 berhubungan liter anak masih sesak
dengan 2. Menghitung O:
deformitas pernapasan a) Anak tampak sesak
dinding dada 3. Mendengarkan bunyi b) Anak terpasang O2
napas binasal 3 liter
4. Mengukur suhu c) Adanya tarikan
5. Menghitung nadi dinding dada
6. Mengukur tekanan d) Td: 88/64 mmHg
darah e) RR: 42 X/ menit
7. Melihat gerakan f) HR: 106 X/ menit
dinding dada g) Suhu: 37,4 0C
h) SpO2: 94 %
A:
Pola nafas tidak efektif
P:
Intervensi dilanjutkan
a) Monitor ttv
b) Monitor pola nafas
2. Penurunan 1. Menghitung balance S:
curah jantung cairan klien a) Ibu mengatakan
berhubungan 2. Menghitung nadi klien anak masih sesak
dengan 3. Menghitung pernafasan b) Ibu mengatakan
perubahan klien anak lemah
afterload 4. Mengukur tekanan c) Ibu mengatakan
darah klien anak rewel
5. Melihat gerakan O:
dinding dada klien a) Anak tampak sesak
6. Melakukan penilaian b) Anak tampak
capilary refill time lemah
7. Memberikan terapi c) SpO2: 94 %
obat injeksi klien d) TD: 88/64 mmHg
a. Ampicillin 4 e) RR: 42 x/ menit
x 200 mg f) HR: 106 x/ menit
b. Cholamphe g) Suhu: 37,4 0 C
nicol4 x 150 A:
mg Penurunan curah jantung
c. Dexamethas P:
one 3 x 1 Intervensi dilanjutkan
mg a) Monitor ttv
b) Monitor balance
cairan klien
c) Monitor
hemodinamik
3. Deficit 1. Mengukur berat badan S:
nutrisi anak a) Ibu mengatakan
berhubungan 2. Memberikan penkes anak tidak mau
dengan tentang asupan nutrisi makan
ketidakmamp untuk anak O:
uan 3. Memberikan susu a) Anak tampak
mencerna formula melalu NGT lemah
makanan sebanyak 100 cc b) Anak tidak nafsu
makan
c) BB: 7,6 kg
d) Anak terpasang
NGT
e) Anak mendapatkan
susu formula
sebanyak 8 x 100
cc
A:
Deficit nutrisi
P:
Intervensi dilanjutkan
a) Monitor BB
b) Monitor asupan
makanan
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK

I. Biodata

A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : ……………………………………………………………………

2. Tempat tgl lahir/usia :……………………………………………………………………

3. Jenis kelamin : ……………………………………………………………………

4. A g a m a : ……………………………………………………………………

5. Pendidikan : ……………………………………………………………………

6. Alamat : ……………………………………………………………………

7. Tgl masuk : ...................................... (jam ............)

8. Tgl pengkajian : ……………………………………………………………………

9. Diagnosa medik : ……………………………………………………………………

10. Rencana terapi : ……………………………………………………………………

……………………………………………………………………

……………………………………………………………………

B. Identitas Orang tua


1. Ayah

a. N a m a : ……………………………………………………………………

b. U s i a : ……………………………………………………………………

c. Pendidikan : ……………………………………………………………………

d. Pekerjaan/sumber penghasilan : ……………………………………………………………


e. A g a m a : ……………………………………………………………………

f. Alamat : ……………………………………………………………………

2. Ibu

a. N a m a : ……………………………………………………………………

b. U s i a : ……………………………………………………………………

c. Pendidikan : ……………………………………………………………………

d. Pekerjaan/Sumber penghasilan:……………………………………………………………

e. Agama : ……………………………………………………………………

f. Alamat : ……………………………………………………………………

C. Identitas Saudara Kandung

No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN

II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang :


Keluhan Utama : ……………………………………………………………………………..

Riwayat Keluhan Utama :

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

Keluhan Pada Saat Pengkajian :

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)


1. Prenatal care

a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di…………………….


Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu, tapi oleh dokter
dianjurkan untuk

……………………………………………………………………………………

b. Riwayat terkena radiasi : ……………………………………….


c. Riwayat berat badan selama hamil : …………………………………

e. Riwayat Imunisasi TT : ………………………………………..

f. Golongan darah ibu ………….. Golongan darah ayah …………..

2. Natal

a, Tempat melahirkan : ………………………………………….

b. Jenis persalinan : …………………………………………….

c. Penolong persalinan : …………………………………………

e. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan :
....................................................................................................................
........................

3. Post natal

a. Kondisi bayi : ……………………………. APGAR ………………………………….


b. Anak pada saat lahir tidak mengalami :
……………………………………………….
(Untuk semua Usia)

¤ Klien pernah mengalami penyakit : ……………………….pada umur :


………………….. diberikan obat oleh : …………………………………………..

¤ Riwayat kecelakaan : ……………………………………………………………………………

¤ Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran dokter dan


menggunakan zat/subtansi kimia yang berbahaya :
…………………………………………………………….

¤ Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya :


...................................................................

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


¤ Genogram

Ket :

IV. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Frekuensi Reaksi setelah pemberian Frekue

1. BCG
2. DPT (I,II,III)

3. Polio (I,II,III,IV)

4. Campak

5. Hepatitis

V. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : ………………kg
2. Tinggi badan :……………. cm.
3. Waktu tumbuh gigi …………………. gigi tanggal
………….........…………..… Jumlah gigi ...................... buah.
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat

1. Berguling : …………… bulan


2. Duduk : …………… bulan
3. Merangkak : …………… bulan
4. Berdiri : …………… tahun
5. Berjalan : …………… tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : …………… tahun
7. Bicara pertama kali : ……………tahun dengan menyebutkan :
……………
8. Berpakaian tanpa bantuan : ……………
VI. Riwayat Nutrisi

A. Pemberian ASI
.................................................................................................................................
.......................

B. Pemberian susu formula


1. Alasan pemberian : ……………………………………………………………
2. Jumlah pemberian : ……………………………………………………………

3. Cara pemberian : ……………………………………………………………

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

VII. Riwayat Psikososial

¤ Anak tinggal bersama : ................................................ di :


................................................

¤ Lingkungan berada di : ................................................

¤ Rumah dekat dengan :................................................, tempat bermain


................................................

kamar klien : ................................................

¤ Rumah ada tangga : ................................................

¤ Hubungan antar anggota keluarga : ................................................

¤ Pengasuh anak : ................................................

VIII. Riwayat Spiritual

¤ Support sistem dalam keluarga : ................................................

¤ Kegiatan keagamaan : ................................................

IX. Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap


- Ibu membawa anaknya ke RS karena : ................................................

- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak :


................................................

- Perasaan orang tua saat ini :................................................

- Orang tua selalu berkunjung ke RS : ................................................

- Yang akan tinggal dengan anak : ................................................

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

............................................................................................................
...............................................

............................................................................................................
...............................................

............................................................................................................
...............................................
X. Aktivitas sehari-hari

A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Selera makan

B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jenis minuman
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan
C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jam tidur
- Siang
- Malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum
tidur
4. Kesulitan tidur

E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Program olah raga


2. Jenis dan frekuensi
3. Kondisi setelah olah
raga

F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Mandi
- Cara

- Frekuensi
- Alat mandi

2. Cuci rambut
- Frekuensi

- Cara

3. Gunting kuku
- Frekuensi

- Cara

4. Gosok gigi
- Frekuensi

- Cara

G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal harian

3. Penggunaan alat Bantu


aktifitas

4. Kesulitan pergerakan
tubuh

H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Perasaan saat
sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah
rekreasi
4. Waktu senggang klg
5. Kegiatan hari libur

XI. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : ........................................................................................................................


2. Kesadaran : ........................................................................................................................
3. Tanda – tanda vital :
e. Tekanan darah : ..................................... mmHg
f. Denyut nadi : ..................................... x / menit
g. Suhu : ..................................... o C
h. Pernapasan : ..................................... x/ menit
4. Berat Badan : ........................................................................................................................
5. Tinggi Badan : ........................................................................................................................
6. Kepala
Inspeksi

Keadaan rambut & Hygiene kepala : ...............................................................................

a. Warna rambut : ...............................................................................


b. Penyebaran : ...............................................................................
c. Mudah rontok : ...............................................................................
d. Kebersihan rambut : ...............................................................................
Palpasi

Benjolan : ada / tidak ada : ...............................................................................

Nyeri tekan : ada / tidak ada : ...............................................................................

Tekstur rambut : kasar/halus : ...............................................................................

7. Muka
Inspeksi

a. Simetris / tidak : ...........................................................................................................


b. Bentuk wajah : ...........................................................................................................
c. Gerakan abnormal : ...........................................................................................................
d. Ekspresi wajah : ...........................................................................................................
Palpasi

Nyeri tekan / tidak : ...........................................................................................................

Data lain : ...........................................................................................................

8. Mata
Inspeksi

g. Pelpebra : Edema / tidak


Radang / tidak

h. Sclera : Icterus / tidak


i. Conjungtiva : Radang / tidak
Anemis / tidak

j. Pupil : - Isokor / anisokor


- Myosis / midriasis

- Refleks pupil terhadap cahaya : ......................................................

k. Posisi mata :
Simetris / tidak : .....................................................................................................

l. Gerakan bola mata : .....................................................................................................


m. Penutupan kelopak mata : .....................................................................................................
n. Keadaan bulu mata : .....................................................................................................
o. Keadaan visus : .....................................................................................................
p. Penglihatan : - Kabur / tidak
- Diplopia / tidak

Palpasi

Tekanan bola mata : .....................................................................................................

Data lain : .....................................................................................................

9. Hidung & Sinus


Inspeksi

a. Posisi hidung : .....................................................................................................


b. Bentuk hidung : .....................................................................................................
c. Keadaan septum : .....................................................................................................
d. Secret / cairan : .....................................................................................................
Data lain : .....................................................................................................

10. Telinga
Inspeksi

a. Posisi telinga : .....................................................................................................


b. Ukuran / bentuk telinga : .....................................................................................................
c. Aurikel : .....................................................................................................
d. Lubang telinga : Bersih / serumen / nanah
e. Pemakaian alat bantu : .....................................................................................................
Palpasi

Nyeri tekan / tidak


Pemeriksaan uji pendengaran

a. Rinne : .....................................................................................................
b. Weber : .....................................................................................................
c. Swabach : .....................................................................................................
Pemeriksaan vestibuler : .....................................................................................................

Data lain : .....................................................................................................

11. Mulut
Inspeksi

a. Gigi
- Keadaan gigi : .....................................................................................................
- Karang gigi / karies : .....................................................................................................
- Pemakaian gigi palsu : .....................................................................................................
b. Gusi
Merah / radang / tidak : .....................................................................................................

c. Lidah
Kotor / tidak : .....................................................................................................

d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : ..............................................................................................
- Basah / kering / pecah : ..............................................................................................
- Mulut berbau / tidak : ..............................................................................................
- Kemampuan bicara : ..............................................................................................
Data lain : ..............................................................................................

12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : .....................................................................................................
b. Nyeri tekan : .....................................................................................................
c. Nyeri menelan : .....................................................................................................
13. Leher
Inspeksi

Kelenjar thyroid : Membesar / tidak

Palpasi

a. Kelenjar thyroid : Teraba / tidak


b. Kaku kuduk / tidak : .....................................................................................................
c. Kelenjar limfe : Membesar atau tidak
Data lain : .....................................................................................................

14. Thorax dan pernapasan


a. Bentuk dada : .............................................................................
b. Irama pernafasan : .............................................................................
c. Pengembangan di waktu bernapas : .............................................................................
d. Tipe pernapasan : .............................................................................
Data lain : .............................................................................

Palpasi

c. Vokal fremitus : .............................................................................


d. Massa / nyeri : .............................................................................
Auskultasi

b. Suara nafas : Vesikuler / Bronchial /


Bronchovesikuler
c. Suara tambahan : Ronchi / Wheezing / Rales
Perkusi

Redup / pekak / hypersonor / tympani

Data lain : .............................................................................

15. Jantung
Palpasi

Ictus cordis : .............................................................................

Perkusi

Pembesaran jantung : .............................................................................

Auskultasi

a. BJ I : .............................................................................
b. BJ II : .............................................................................
c. BJ III : .............................................................................
d. Bunyi jantung tambahan : .............................................................................
Data lain : .............................................................................

16. Abdomen
Inspeksi

a. Membuncit : .............................................................................
b. Ada luka / tidak : .............................................................................
Palpasi

a. Hepar : .............................................................................
b. Lien : .............................................................................
c. Nyeri tekan : .............................................................................
Auskultasi

Peristaltik : .............................................................................
Perkusi

a. Tympani : .............................................................................
b. Redup : .............................................................................
Data lain : .............................................................................

17. Genitalia dan Anus : .............................................................................


18. Ekstremitas
Ekstremitas atas

a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : .............................................................................
- Pergerakan abnormal : .............................................................................
- Kekuatan otot kanan / kiri : .............................................................................
- Tonus otot kanan / kiri : .............................................................................
- Koordinasi gerak : .............................................................................
b. Refleks
- Biceps kanan / kiri : .............................................................................
- Triceps kanan / kiri : .............................................................................
c. Sensori
- Nyeri : .............................................................................
- Rangsang suhu : .............................................................................
- Rasa raba : .............................................................................

Ekstremitas bawah

a. Motorik
- Gaya berjalan : .............................................................................
- Kekuatan kanan / kiri : .............................................................................
- Tonus otot kanan / kiri : .............................................................................
b. Refleks
- KPR kanan / kiri : .............................................................................
- APR kanan / kiri : .............................................................................
- Babinsky kanan / kiri : .............................................................................
c. Sensori
- Nyeri : .............................................................................
- Rangsang suhu : .............................................................................
- Rasa raba : .............................................................................
Data lain : .............................................................................

19. Status Neurologi.


Saraf – saraf cranial

a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : .............................................................................


b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : .............................................................................
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : .............................................................................
- Gerakan kelopak mata : .............................................................................
- Pergerakan bola mata : .............................................................................
- Pergerakan mata ke bawah & dalam : .............................................................................
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : .............................................................................
- Refleks dagu : .............................................................................
- Refleks cornea : .............................................................................
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : .............................................................................
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : .............................................................................
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : .............................................................................

g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)


- Refleks menelan : .............................................................................
- Refleks muntah : .............................................................................
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang :
- Suara : .............................................................................
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : .............................................................................
- Mengangkat bahu : .............................................................................
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : .............................................................................
Tanda – tanda perangsangan selaput otak

a. Kaku kuduk : .............................................................................


b. Kernig Sign : .............................................................................
c. Refleks Brudzinski : .............................................................................
d. Refleks Lasegu : .............................................................................
Data lain : .............................................................................

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )

Dengan menggunakan DDST

1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
XII. Test Diagnostik

= Laboratorium

………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………..
= Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG

XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10

Anda mungkin juga menyukai