163110223
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
POLTEKKES KEMENKES PADANG
163110223
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Urine Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis ( CKD ) Di Irna-C Non Bedah Pria RSUP. Dr. M.
Djamil Padang tahun 2019”. Kemudian sholawat beriring salam juga dihaturkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes
RI Padang. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Pada
kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
iv
Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga
nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan. Amin.
Peneliti
v
vi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, April 2019
Sindi Rahma Dwi Putri
Penerapan Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Urine Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis Di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP. Dr. M. Djamil
Padang
Isi : xi + 54 halaman + 11 lampiran
ABSTRAK
Menurut WHO penyakit CKD berkontribusi pada beban penyakit dunia dengan
angka kematian 850.000 jiwa per tahun. Di indonesia gagal ginjal kronis yang
terjadi di indonesia adalah 3,8%. Di RSUP.Dr.M.Djamil padang Di rawat inap
tahun 2015 berjumlah 466 orang. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan
asuhan keperawatan gangguan eliminasi urine pada pasien gagal ginjal kronis di
ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Desain penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus dilakukan di Irna-C Non
Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian dilakukan dari bulan
November 2018 sampai bulan juni 2019. asuhan keperawatan di lakukan selama
lima hari. Populasi 3 orang sampel yang di ambil secara simple random sampling
Maka digunakan metode pengundian, ketiga orang pasien tersebut diberikan kode
berdasarkan inisial nama pasien diatas kertas, kemudian kertas tersebut, digulung
lalu diaduk bersamaan. Setelah teraduk, penelitian mengambil satu buah kertas
secara acak bersama. Satu kertas yang berisi inisial pasien tersebut yang dijadikan
sebagai sampel penelitian ini.
Hasil penelitian di dapatkan pasien mengeluh Buang air Kecil sedikit, badan
terasa gatal” kulit bersisik badan terasa lemah, pasien tampak lemah, mukosa
bibir kering, kaki kiri dan kanan pasien edema. Diagnose yang di temukan yaitu
gangguan eliminasi urine, kelebihan volume cairan, dan kerusakan integritas kulit.
Implementasi yang dilakukan memonitor eliminasi urine mulai dari
memperhatikan pola eliminasi, monitor bau urine, menghitung jumlah urine,
monitor warna urine, Evaluasi di dapatkan pada pasien edema pada kaki sudah
berkurang.
Kata Kunci (Key Word) : Eliminasi Urine, Gagal Ginjal kronis, Asuhan
Keperawatan
Daftar Pustaka : ( 2008-2018)
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................v
LEMBAR ORISINALITAS…………………………………………………...vi
ABSTRAK…………………………………………………………………….vii
DAFTAR ISI..................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................6
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Gangguan Eliminasi Urine ....................................8
1. Pengertian ................................................................................8
2. Proses Eliminasi Urine ............................................................9
3. Proses Berkemih.....................................................................18
B. Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronis ( CKD )
1. Pengertian .............................................................................20
2. Penyebab ...............................................................................21
3. Patofisiologi ..........................................................................22
4. Respon tubuh terhadap perubahan fisiologis.........................24
5. Penatalaksanaan.....................................................................25
C. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Urine Pada Pasien
Gagal Ginjal kronis ( CKD)
1. Pengkajian..............................................................................26
2. Diagnosis keperawatan ...........................................................31
3. Intervensi keperawatan……………………………………......32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...........................................................................38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................38
C. Populasi dan Sampel.......................................................................38
D. Instrumen Pengumpulan Data........................................................39
E. Cara Pengumpulan Data……………………………………….…...40
F. Jenis-Jenis Data..............................................................................40
G. Analisa Data...................................................................................41
BAB IV DESKRIPTIVE DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Kasus ..........................................................................42
viii
B. Pembahasan Kasus .............................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................52
B. Saran ....................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7 Surat Izin Pengambilan Data Awal RSUP. Dr. M. Djamil Padang
xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Ayah : Saukarni
Ibu : Dasni
Riwayat Pendidikan
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Kebutuh dasar manusia menurut Abraham maslow dapat di golongkan
menjadi lima tingkat kebutuhan ( five hierarcy of needs), yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan
dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini
akan senantiasa muncul, meskipun mungkin tidak secara berurutan. Artinya,
ada sebagian orang karna suatu keyakinan tertentu memiliki hierarki
kebutuhan yang berbeda di bandingkan dengan yang lain. Semakin tinggi
hierarki kebutuhan yang terpuaskan, semakin mudah seseorang mencapai
derajat kemandirian yang optimal. Dari ke lima tingkat kebutuhan menurut
maslow tersebut, kebutuhan yang paling mendasar yaitu kebutuhan fisiologis
(Budiono dan Sumirah Budi Pertami, 2016).
proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra
(Handayani ,2013)
Eliminasi urine juga salah satu dari proses metabolik tubuh yang bertujuan
untuk mengeluarkan bahan sisa dari tubuh. Eliminasi urine ini tergantung
pada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. ginjal menyaring
produk limbah dari darah untuk membentuk urine. Ureter bertugas
mentransport urine dari ginjal ke kandung kemih. kandung kemih dalam
kondisi normal dapat menampung urine sebanyak 600 ml.
Salah satu dampak yang timbul jika terjadi gangguan eliminasi urine
antara lain dapat menyebabkan retensi urine, enuresia, ureterotomi,
inkontinensia urine, di antaranya yaitu: inkontinensia dorongan, inkontinensia
total, inkontinensia fungsional, inkontinensia stress, inkontinensia reflex,
masalah-masalah gangguan eliminasi urine ini dapat terjadi disebabkan oleh
penyakit dan kondisi-kondisi yang dialami (Tarwoto.Wartonah.2011).
sedangkan Dampak dari gangguan eliminasi urine pada gagal ginjal kronis
jika tidak teratasi akan meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung,
dan hipertensi. maka di butuhkan peran dari petugas kesehatan khususnya
perawat untuk mencegah terjadinya gangguan eliminasi urine pada pasien
dengan cara mengontrol pemasukan dan pengeluaran cairan pada pasien gagal
ginjal kronis (Muttaqin, Sari, 2014).
RSUP. Dr. M. Djamil Padang, RS. Semen Padang, RS. Siti Rahmah, dan Rs.
Tingkat III Dr. Reksodiwiryo.
Peran perawat pada pasien gagal ginjal kronis dengan gangguan eliminasi
urine yang mengalami masalah gangguan keseimbangan cairan akibat
jumlah nefron yang tidak berfungsi meningkat. maka ginjal tidak mampu
menyaring urine, ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan
atau mengencerkan urine secara normal. Sehingga terjadi penahanan cairan
dan natrium, yang dimana akan meningkatkan risiko terjadinya edema pasien
gagal ginjal kronis adalah dengan program memberikan pendidikan
kesehatan dan pemantauan intake output selama 24 jam. Perawat harus
memperhatikan keadaan pasien secara menyeluruh, yang terpenting adalah
kebutuhan cairan bagi pasien pemasukan dan pengeluaran, kebutuhan asupan
nutrisi dan diet (Muttaqin. Sari, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Sitifa Aisara, dkk pada tahun 2015 yang
dilakukan diruangan Hemodialisa RSUP. Dr. M. Djamil Padang, didapatkan
hasil 104 sampel. Pada kelompok usia 40-60 tahun sebanyak (62,5) dan
sebagian besar jenis kelamin pria sebanyak 59 pasien (56,7%). Gambaran
klinis paling banyak berupa keadaan gizi sedang 94,2%, diikuti dengan kadar
Hb 7-10g/dl (68,3%), konjungtiva anemia 62,5%, edema perifer 53,8%,
hipertensi derajat 1 32,7%, lemah, letih, lesu sebanya 30,8%, dan mual
12,5%. Ini merupakan simpulan dari penelitian penyakit CKD di ruang
Hemodialisa RSUP. Dr. M. Djamil Padang.
di Irna-C Non Bedah Penyakit Dalam Pria RSUP. Dr. M. Djamil Padang
2018, angka kejadian CKD meningkat dalam 3 tahun terakhir. Di rawat inap
tahun 2015 berjumlah 466 orang, meningkat pada tahun 2016 sebanyak 586
orang. Dan pada tahun 2017 meningkat 189% menjadi 1112 orang (Medical
Record RSUP. Dr. M.Djamil Padang 2018).
sehingga dalam melakukan balance cairan hasil data tidak terpantau dan tidak
sesuai dengan hasil urine yang sebenarnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
gangguan eliminasi urine pada pasien gagal ginjal kronis di Irna-C Non
Bedah Penyakit Dalam Pria RSUP. Dr. M. Djamil Padang 2019.
C. Tujuan Penulisan
1.Tujuan umum
mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan eliminasi urine pada
pasien gagal ginjal kronis di Irna-C Non Bedah Penyakit Dalam Pria
RSUP. Dr. M. Djamil Padang 2019.
2.Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian asuhan keperawatan gangguan eliminasi
urine pada pasien gagal ginjal kronis di Irna-C Non Bedah Penyakit
Dalam Pria RSUP. Dr. M. Djamil Padang 2019.
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi
urine pada pasien gagal ginjal kronis di Irna-C Non Bedah Penyakit
Dalam Pria RSUP. Dr. M. Djamil Padang 2019.
c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan gangguan eliminasi urine
pada pasien gagal ginjal kronis di Irna-C Non Bedah Penyakit Dalam
Pria RSUP. Dr. M. Djamil Padang 2019.
d. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan keperawatan gangguan eliminasi
urine pada pasien gagal ginjal kronis di Irna-C Non Bedah Penyakit
Dalam Pria RSUP. Dr. M. Djamil Padang 2019.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Eliminasi urin bergantung pada ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
ginjal membuang zat sisa dari darah untuk membentuk urin. ureter
mentranspor urin dari ginjal ke kandung kemih. kandung kemih
menampung urin sampai ada dorongan berkemih. Urin meninggalkan tubuh
melalui uretra. semua organ sistem urin harus utuh dan fungsional agar zat
sisa dapat terbuang dengan baik (Potter, Anne G,Perry.2010).
2.Proses Eliminasi Urine
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah
ginjal, kandung kemih dan uretra.
a.Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. bentuknya menyerupai kacang dengan sisi
cekungnya menghadap ke medial (Purnomo,Basuki,B,2011). ginjal
berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta
penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urin sebagai zat sisa yang
tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur
dengan zat-zat yang di butuhkan oleh tubuh. pada orang dewasa
panjangnya kira-kira 11 cm dan lebarnya 5-7 cm dan tebalnya 2,5 cm dan
beratnya sekitar 150 gram. Organ ginjal berbentuk kurva yang terletak di
area retroperitoneal, pada bagian belakang dinding abdomen di samping
depan vertebra, setinggi torakal 12 sampai lumbal ke 3. ginjal di sokong
oleh jaringan adipose dan jaringan penyokong yang di sebut fasia gerota
serta dibungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk mempertahankan
ginjal, pembuluh darah, dan kelenjar adrenal terhadap adanya trauma.
ginjal terdiri atas tiga area, yaitu: korteks, medulla, dan pelvis.
1). Korteks
Korteks merupakan bagian paling luar ginjal, terletak di bawah kapsula
fibrosa sampai dengan lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron
yang jumlahnya lebih dari 1 juta. semua glomerolus berada di
korteks dan 90% aliran darah menuju korteks.
2) Medulla
2.Reabsorpsi tubular
Dari 180 liter per hari plasma yang di filtrasi, tidak semuanya di keluarkan
dalam bentuk urin. lebih banyak yang di serab kembali atau reabsorpsi
dalam tubulus ginjal terutama zat – zat atau material yang penting bagi
tubuh dan hanya 1-2 liter yang di keluarkan dalam bentuk urin. material
yang reabsorpsi masuk kembali ke darah melalui kapiler peritubular.
Reabsorpsi sebagian besar terjadi di tubulus proksimal (75 %), selebihnya
terjadi, tubulus distal dan duktus koligentes. Proses reabsorpsi dilakukan
melalui transfer pasif dan transfer aktif. Transfer pasif adalah
pergerakan zat atau material melalui gradient kimia dan listrik.
Pergerakan pasif terjadi dari area dengan konsentrasi tinggi ke
konsentrasi kimia rendah. misalnya reabsorpsi pasif adalah air pada
tubulus distal, air, dan urea dengan bantuan ADH di duktus koligen, urea,
air, serta klor pada tubulus proksimal. transpor aktif terjadi dengan
membutuhkan energi ATP, misalnya reabsorpsi natrium, kalium, klor
pada tubulus konturtus distal dan duktus koligen, transfer glukosa, asam
amino, natrium, kalium, fosfat, sulfat, dan vitamin c terjadi pada tubulus
kontortus proksimal.
3.sekresi tubular
Sekresi tubular adalah kebalikan dari reabsorpsi, merupakan proses aktif
yang memindahkan zat ke luar kapiler peritubular melewati epitel sel-sel
tubular masuk ke lumen nefron untuk di keluarkan dalam urin. subtansi
penting di sekresi oleh tubulus adalah hidrogen, kalium, anion dan kation
organik, serta benda-benda asing dalam tubuh. sekresi ion hidrogen
penting dalam keseimbangan asam-basa karna pengeluaran ion
hidrogen tergantung dari ke asaman cairan tubuh. ketika cairan tubuh
asam, maka sekresi hidrogen meningkat, demikian sebaliknya. Sekresi
kalium terjadi di tubulus distal dan duktus koligen; sedangkan sekresi
anion dan kation organik, termasuk polutan lingkungan dan obat-obatan
terjadi pada tubulus kontortusproksimal (Tarwoto,Wartonah,2011).
B.Ureter
Ureter merupakan kepanjang dari tubular yang terdiri dari 2 saluran pipa
otot, masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria), panjangnya lebih kurang 25-30 cm, dengan penampang lebih
kurang 0,5 cm. ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian
terletak dalam rongga pelvis (Prabowo. Pranata,2014).
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1.Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2.Lapisan tengah lapisan otot polos
3.Lapisan sebelah dalam adalah lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 10 detik
yang akan medorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang
diekskresikan oleh ginjal dan di semprotkan dalam bentuk pancaran, melalui
osteum uretralis masuk kedalam kandung kemih.
Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang
peritoneum sebelah media anterior mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa
c.Kandung Kemih
Kandung kemih (buli-buli-bladder) merupakan sebuah kantong yang terdiri
atas otot halus, berfungsi menampung urin, dalam kandung kemih terdapat
beberapa lapisan jaringan otot yang paling dalam,memanjang ditengah,dan
melingkar yang disebut sebagai detrusor, berfungsi untuk mengeluarkan
urin bila terjadi kontraksi. pada dasar kandung kemih terdapat lapisan
tengah jaringan otot berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai
otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan
uretra, sehingga uretra dapat menyalurkan urin dari kandung kemih ke luar
tubuh (Aziz Alimul, Hidayat, 2009)..
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot
lingkar bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. akibat dari rangsangan ini,
otot lingkar menjadi kendor dan terjadi kontraksi sfingter bagian dalam
sehinggga urin tetap tinggal dalam kndung kemih. sistem para simpatis
menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan rangsangan
penghalang ke bagian dalam otot lingkar. rangsangan ini dapat
menyebabkan terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya sfingter
(Tarwoto,Wartonah, 2011).
3.Proses Berkemih
Urine diproduksi oleh ginjal sekitar 1 ml/menit,tetapi dapat bervariasi
antara 0,5-2 ml/menit.aliran urine masuk ke kandung kemih dikontrol
oleh gelombang peristaltic yang terjadi setiap 10-150 detik..aktivitas
saraf parasimpatis meningkatkan frekuensi peristaltic dan stimulasi
simpatis menurunkan frekuensi.
Banyaknya aliran urine pada uretra di pengaruhi oleh adanya refleks
uretrorenal.refleks ini diaktifkan oleh adanya obstruksi karena konstriksi
ureter dan juga kontriksi arterior aferen yang berakibat pada penurunan
produksi urine, demikian juga pada adanya obstruksi ureter karena batu
ureter.
Kandung kemih dipersarafi oleh saraf dari pervis,baik sensorik maupun
motorik. pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi dari otot
detrusor. normalnya, sfingter interna pada leher kandung kemih
berkontraksi dan akan relaksasi ketika otot kandung kemih
berkontraksi.sedangkan sfingter eksterna dikontrol berdasarkan kesadaran
(volunteer) dan dipersarafi oleh nervus pudendal yang merupakan serat
saraf somatic.
Refleks berkemih dimulai ketika terjadi pengisian kndung kemih. Jika ada
30-50 ml urine, maka terjadi peningkatan tekanan pada dinding kandung
kemih.makin bnyak urine yang terkumpul, makin besar pula tekananya.
peningkatan tekanan akan menimbulkan refleks peregangan oleh reseptor
regang sensorik pada dinding kandung kemih kemudian dihantarkan ke
medulla spinalis segmen sakralis melalui nervus pelvikus dan kemudian
2.Penyebab
Begitu banyak kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal
kronis. akan tetapi, apa pun sebabnya, respons yang terjadi adalah
penurunan fungsi ginjal secara prokresif. Kondisi yang memungkinkan
dapat mengakibatkan GGK bisa di sebabkan dari ginjal sendiri dan di luar
ginjal (Muttaqin, Arif. 2011).
1. Penyebab dari ginjal
3.Patofisiologi
Patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan,
keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa
masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai
fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, gagal ginjal kronik minimal
karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang
rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi dan
sekresinya, serta mengalami hipertrofi. jika jumlah nefron yang tidak
berfungsi meningkat, maka ginjal tidak mampu menyaring urine. Pada tahap
ini glomerolus menjadi kaku dan plasma tidak dapat difilter dengan mudah
melalui tubulus, maka akan terjadi kelebihan cairan dengan retensi air dan
natrium. Ketidak seimbangan natrium merupakan masalah yang serius
dimana ginjal dapat mengeluarkan sedikitnya 20-30 mEq natrium setiap
hari atau dapat meningkat sampai 200 mEq per hari. Nefron menerima
kelebihan natrium sehingga menyebabkan GFR menurun dan dehidrasi.
Kehilangan natrium lebih meningkat akan membuat muntah bahkan diare (
a. kardiovaskuler
1). Hipertensi
2). Pitting edema
3). Edema periorbital
4). Pembesara vena jugularis
5). Friction rub pericardial
b.pulmoner
1). Krekel
2). Nafas dangkal
3). Kusmaul
4). Sputum kental dan liat
c. musculoskeletal
1). Kram otot
2). Kehilangan kekuatan otot
3). Fraktur tulang
4). Foot drop
d. gastrointestinal
1). Anoreksia, mual dan muntah
2). Perdarahan saluran GI
3). Ulserasi dan perdarahan pada mulut
4). Konstipasi / diare
5). Nafas berbau ammonia
e. integument
1). Warna kulit abu-abu mengkilat
2). Kulit kering, bersisik
3). Pruritus
4). Ekimosis
5). Kuku tipis dan rapuh
6). Rambut tipis dan kasar
f. reproduksi
1). Amenore
2). Atrofi testis
5. Penatalaksanaan
Karena sudah rusaknya fungsi dari ginjal perlu dilakukan penatalaksanaan
yang optimal untuk mempertahankan keseimbangan secara maksimal dan
meningkapkan angka harapan hidup pasien. Tujuan dari penatalaksanaan
adalah untuk menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan pencegahan
komplikasi yang semakin memburuk (Prabowo & Pranata, 2014). Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan pasien dengan CKD, yaitu
;
a. Perawatan kulit yang baik
Tujuan dari perawatan kulit adalah untuk mengurangi kulit yang
kering dan seperti sisik. Di anjurkan untuk mengunakan sabun yang
mengandung lemak dan lation yang tanpa alkohol untuk mengurangi
rasa gatal dan mengurangi kulit yang kering (Prabowo & Pranata,
2014).
b. Menjaga kebersihan oral
Lakukan perawatan oral hygiene dengan baik dan teratur, kurangi
mengkonsumsi gula (bahan makanan yang manis-manis) untuk
mengurangi rasa tidak nyaman dimulut (Prabowo & Pranata, 2014).
c. Diet
Berikan intake diet yang tinggi kalori dan rendah kalium, natrium
(Prabowo & Pranata, 2014).
d. Pantau adanya hiperkalemia
Hiperkalemia ditandai dengan adanya kejang, kram pada abdomen,
lengan dan terjadi diare, maka pengendalian kalium darah sangat
penting karena hiperkalemia dapat menimbulkan kematian mendadak.
Bila hiperkalemia sudah terjadi yang harus dilakukan adalah
mengurangi intake kalium, pemberian Na Bicarbonat dan pemberian
infus glukosa (Muttaqin & Sari, 2011).
e. Koreksi Anemia.
Yang harus kita lakukan adalah meninggikan hemoglobin dalam
darah.
f. Koreksi Asidosis
a. Identitas pasien
Identitas pasien ini terdiri dari nama, tempat/tanggal lahir, jenis
kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk
rumah sakit, alamat, serta diagnose medis pasien
b.Riwayat kesehatan sekarang
Pasien gagal ginjal kronis biasanya mengeluh urine keluar sedikit
sampai tidak adabuang air kecil, kesulitan mengeluarkan urine, gelisah
sampaipenurunan kesadaran, anoreksia, mual munta, mulut
terasakering,rasa lelah yang berlebihan, napas bau ureum dan gatal
padakulit(Muttaqin dan Sari, 2011).
c.Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanyariwayat penyakit
ginjal akut, adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi
saluran perkemihan yang berulang, penyakit diabetes melitus dan
penyakit hipertensi sebelumnya, adanya riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu yang tidak dengan resep (Muttaqin & Sari, 2011).
d.Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota keluarga generasi terdahulu yang menderita
gagal ginjal kronis, hipertensi, penyakit diabetes melitus yang menjadi
faktor pencetus terjadinya ChronicKidney Desease pada pasien
(Muttaqin& Sari, 2011).
e.Pola nutrisi atau metabolisme
1) Pola makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan yang cepat (edema),
anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah (Brunner dan Suddart,
2016).
2) Pola minum
Biasanya intake minum pasien kurang dari kebutuhan tubuh Ini
sebagai akibat dari rasa metabolik yang tidak sedap pada mulut
5).Jantung
6).Perut / abdomen
7). Ekstermitas
Atas : Biasanya didapatkan akral teraba dingin, CRT >2 detik,
edema pada ekstermitas, kulit seperti bersisik
Bawah : Biasanya edema pada ke dua kaki dan rasa terbakar pada
telapak kaki (Haryono Rudy, 2013 ).
L. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Urine
Menurut Prabowo & Pranata, 2014 yaitu ;
1) Volume urine < 400 ml/ hari, oliguria dan anuria.
2) Warna urine biasanya keruh di sebabkan oleh PUS, bakteri,
lemak, partikel koloid dan fosfat dalam urine.
3) Berat jenis urine < 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan
kerusakan ginjal).
4) Osmolalitas < 350 mosm / kg ( menunjukankerusakantubular).
5) Natrium > 40 mEq/L, karena ginjal tidak mereabsorbsi natrium
6) Protein meningkat dalam urine
b) Darah
1) Kadar ureum dalam darah (BUN) meningkat dari normal
2) Kreatinin meningkat sampai 10 mg/dl(normalnya 0,5-1,5 mg/dl)
3) Hitung darah lengkap : HT menurun karena anemia dan Hb
biasanya kurang dari 7,8 g/dl
c) Hiponatremia
Umumnya karena kelebihan cairan.
d) Hiperkalemia biasanya terjadi pada gagal ginjal
ginjal bersama dengan menurunnya diuresis.
e) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
Terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D pada CKD.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai
tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarkan diagnosa yang ada
maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berik
Monitor cairan
Aktivitas :
1. Tentukan jumlah dan
jenis asuhan cairan serta
kebiasaan eliminasi
2. Tentukan faktor yang
menyebabkan
ketidakseimbangan
cairan
3. Monitor intake dan
output urine
4. Monitor penambahan
berat-badan
5. Monitor kadar serum
albumin dan elektrolit
6. Memantau membran
mukosa, turgor kulit
dan haus
7. Monitor warna
kuantitas dan berat jenis
urine
8. Berikan obat
farmakologis untuk
meningkatkan output
urine
9. Monitor tekanan darah,
denyut nadi, dan status
pernapasan
10. Berikan cairan yang
tepat
Manajemen nutrisi
Aktivitas :
1. Tentukan status gizi
pasien dan kemampuan
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Identifikasi alergi atau
intoleransi makanan
yang dimiliki pasien
3. Atur diet yang
diperlukan
4. Ciptakan lingkungan
yang optimal
5. Berikan pilihan
makanan yang sehat
6. Instruksikan pasien
mengenai kebutuhan
nutrisi
7. Beri obat-obatan
sebelum makan
8. Monitor kalori dan
asupan makanan
9. Tawarkan makanan
ringan yang bergizi
10. Anjurkan pasien untuk
memantau kalori dan
intake makanan seperti
di buku harian pasien.
Aktivitas :
1. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
2. Posisikan pasien untuk
mendapatkan vebtilasi
yang adekuat
3. Pertahankan kepatenan
akses selang IV
4. Monitor intake dan
output
5. Berikan pengobatan
nyeri dengan tepat
6. Monitor status
neurologi
7. Berikan pengobatan
yang sudah direspkan
8. Monitor pola
pernapasan
9. Berikan terapi oksigen
dengan tepat
10. Instruksikan kepada
pasien untuk
menghindari kelebihan
penggunaan pengobatan
3 Kerusakan Setelah dilakukan Aktivitas aktivitas :
Asuhan Keperawatan
integritas kulit 1. pantau kadar serum
maka didapatkan
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus.
Penelitian studi kasus adalah sebuah desain penelitian yang menggambarkan
fenomena yang diteliti dan juga menggambarkan besarnya masalah yang
diteliti(Kartika, 2017). Studi kasus penelitian ini menggambarkan asuhan
keperawatan gangguan eliminasi urine pada pasien gagal ginjal kronis di Irna-
C Non Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang 2019.
F. Jenis-jenis Data
a. Data Primer
Pengumpulan data primer bertujuan untuk mendapatkan data langsung dari
pasien seperti pengkajian kepada pasien, meliputi: Identitas pasien, riwayat
A. Deskripsi Kasus
A. Penelitian yang dilakukan di Irna-C Non Bedah Pria RSUP. Dr. M. Djamil
Padang melibatkan 1 partisipan dengan kasus gagal ginjal kronis.
Responden berjenis kelamin laki-laki. Penelitian dilaksanakan pada
tanggal 21 Maret 2019.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan di ruang Irna-C Non Bedah Pria pada tanggal 21
Maret 2019, pada pasien didapatkan data sebagai berikut : Pasien masuk
melalui IGD RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada hari senin tanggal 20 Maret
2019 pukul 16.00 WIB, dengan keluhan Buang Air Kecil sedikit, tidak ada
nyeri saat Buang Air Kecil, Buang Air Kecil berwarna kuning, dengan bau
khas, kaki kiri dan kanan udema, sesak nafas kalau beraktivitas, penurunan
nafsu makan, susah tidur dan rencana Pemasangan CAPD.
Pada saat pengkajian tanggal 21 Maret 2019 pukul 10.00 WIB, ditemuka
pasien mengeluh BAK sedikit sejak 4 bulan yang lalu, tidak ada nyeri saat
BAK volume Buang Air Kecil 50-100 cc , berwarna kuning dengan bau khas,
pasien mengatakan sesak nafas klw beraktifitas, pasien terpasang oksigen, kaki
kiri dan kanan pasien edema, badan terasa gatal, turgor kulit jelek, kulit kering
dan susah tidur, lemah dan mual.
Keluarga mengatakan pasien mengalami sakit gagal ginjal kronis sudah 1 tahun
yang lalu, sudah pernah di rawat 3 kali sebelumnya. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit hipertensi, jantung, diabetes melitus dan lainnya. Keluarga
juga mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit keturunan seperti hipertensi, jantung, diabetes melitus dan lainnya.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 21 Maret 2019, didapatkan
keadaan umum pasien sedang, tingkat kesadaran composmentis, GCS E4 V5
M6, tanda-tanda vital pasien Tekanan darah: 150/80 mmHg, nadi: 114 x/
menit, suhu: 36,8 C, respirasi : 21 x/ menit, berat badan 60 kg, tinggi badan
169 cm. pasien terpasang oksigen. Kulit kering, turgor kulit jelek > 3 detik.
Terapi obat yang di dapatkan pasien adalah obat asam folat 1x/hari, amlodipine
5gr 1x/hari,bicnat 50gr 3x/hari, cefoperazone 1gr 2x/hari, clipidogrel 75gr
1x/hari, metronizole 5gr 3x/hari, cefixcine 100mg 2x/ hari, metformin 500gr
2x/hari, dan glimepirida 2mg 1x/hari.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kasus didapatkan 3
diagnosa keperawatan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Diagnosa pertama gangguan eliminasi urine berhubungan dengan
penurunan frekuensi urine. Diagnosa ini diangkat dengan data subjektif
pasien mengatakan sudah 4 bulan yang lalu BAK sedikit, badan terasa
lemah, perut terasa tidak nyaman seperti rasa kembung serta data
objektif pasien tampak lemah, mukosa bibir kering, kaki kiri dan kanan
pasien edema.
b. kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regukasi. Diagnosa ini diangkat dengan data subjektif pasien
mengatakan ia minum air putih sebanyak 300cc, BAK sedikit frekuensi
50-100 cc warna urine kuning, bau urine khas serta data objektif turgor
kulit pasien tampak kering, kaki kiri dan kanan edema. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital dengan tekanan darah: 150/80, nadi: 114
x/i, suhu: 36,9 C,pernapasan :21 x/I hasil pemeriksaan laboratorium
pada tanggal 22 maret 2019 leukosit 14.370 mm3 (5000-10.000/mm3)
hemotokrit 35 %, hemogoblin 11,1 dari nilai rujukannya 40-48 %.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada kasus disusun berdasarkan masalah
keperawatan yang ditemukan yaitu gangguan eliminasi urine berhubungan
dengan penurunan frekuensi urine, kelebihan volume cairan berhubungan
dengan gangguan mekanisme regulasi,dan kerusakanm integritas kulit
berhubungan dengan respon integumen ureum pada jaringan kulit.
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien mengacu pada
nursing interventions classifications (NIC) dan nursing outcomes
classifications (NOC) yang sudah terlampir.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan tindakan keperawatan
yang telah direncanakan. Peneliti melakukan implementasi dengan waktu 5
hari dimulai tanggal 21-25 maret 2019. Tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien sudah terlampir.
5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan tindakan/ intervensi keperawatan, dilakuakan evaluasi
keperawatan sebagai bentuk monitor tingkat keberhasilan dari asuhan
keperawatan yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan menggunakan SOAP
setelah lima hari rawatan dari tanggal 21-25 maret 2019. Berikut hasil
evaluasi yang dilakukan pada pasien yang sudah terlampir.
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan gangguan eliminasi urine pada
pasien gagal ginjal kronis. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian,
yang dikuatkan oleh penelitian Anggi Mustika Ratri pada tahun 2015 di
ruang anggrek bugenvil RSUD pandan arang boyolali, mengemukakan hasil
penelitiannya dengan gangguan asuhan perkemihan: gagal ginjal kronis
bahwa juga menemukan adanya , mengeluh Buang Air Kecil sedikit, warna
Buang Air Kecil kuning, bau khas, terdapat edema di anggota gerak bawah,
turgor kulit jelek.
Menurut teori (Muttaqin dan Sari, 2011) pasien gagal ginjal kronis biasanya
mengeluh urine keluar sedikit sampai tidak ada buang air kecil, kesulitan
mengeluarkan urine, ekrtremitas edema, gelisah sampai penurunan
kesadaran, anoreksia, mual muntah, mulut terasa kering, rasa lelah yang
berlebihan, napas bau ureum dan gatal pada kulit.
Analisis yang di dapatkan, Buang Air Kecil sedikit dan edema pada pasien
karna pada penyakit gagal ginjal kronis kondisi ginjal sudah mengalami
gangguan dalam pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh
disebabkan banyak nefron yang rusak secara progresif sehingga fungsi ginjal
tidak berfungsi sebagaimana mestinya Dharma, (2015). gagal ginjal kronis
minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron
yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi
dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi. jika jumlah nefron yang tidak
berfungsi meningkat, maka ginjal tidak mampu menyaring urine. Dan Ginjal
kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin
secara normal dan Terjadi penahanan cairan dan natrium .yang dimana akan
meningkatkan risiko terjadinya edema Wijayaningsih (2013).
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan 3 diagnosa
keperawatan yaitu gangguan eliminasi urine berhubungan dengan
penurunan frekuensi urine, kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi dan Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan dengan respon integumen ureum pada jaringan kulit.
Menurut Muttaqin Sari, (2014) gagal ginjal kronis minimal karena nefron-
nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron
yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi dan sekresinya,
serta mengalami hipertrofi. jika jumlah nefron yang tidak berfungsi
meningkat, maka ginjal tidak mampu menyaring urine. Pada tahap ini
glomerolus menjadi kaku dan plasma tidak dapat difilter dengan mudah
melalui tubulus, maka akan terjadi kelebihan volume cairan dengan retensi
air dan natrium.
3. Intervensi keperawatan
Interensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification
(NOC). Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus pasien didasarkan pada
tujuan intervensi masalah keperawatan yaitu yaitu gangguan eliminasi urine
berhubungan dengan penurunan frekuensi urine, kelebihan volume cairan
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, dan Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan dengan respon integumen ureum pada jaringan kulit.
Tindakan keperawatan untuk kelebihan volume cairan yaitu catatan intake dan
output cairan pasien yang akurat supaya dapat mengetahui perkembangan dari
pasien, memonitor masukan makanan dan minuman yang dikosumsi pasien
mulai dari menghitung frekuensi urine, menghitung volume urine, melihat jenis
urine, lalu mengkaji hasil laboratorium untuk memonitor cairan atau elektrolit
pasien memonitor tanda dan gejala edema meliputi melihat seberapa besar
lokasi, luas dari edema, dan mengukur tanda-tanda vital mulai dari tekanan
darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh.
4. Implementasi keperawatan
Peneliti melakukan implementasi keperawatan berdasarkan tindakan yang telah
direncanakan. Peneliti melakukan penelitian pada shift pagi atau shift sore.
Implementasi keperawatan pasien dilaksanakan dari tanggal 21-25 maret 2019.
atau elektrolit pasien memonitor tanda dan gejala edema meliputi melihat
seberapa besar lokasi, luas dari edema, dan mengukur tanda-tanda vital mulai
dari tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh, tanggal 22 maret 2019
dilakukan tindakan catatan intake dan output cairan pasien yang akurat supaya
dapat mengetahui perkembangan dari pasien, memonitor masukan makanan
dan minuman yang dikosumsi pasien mulai dari menghitung frekuensi,
menghitung volume urine, melihat jenis urine, dan gejala edema meliputi
melihat seberapa besar lokasi, luas dari edema, dan mengukur tanda-tanda vital
mulai dari tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh, tanggal 24 maret 2019
tindakan yang di lakukan catatan intake dan output cairan pasien yang akurat
supaya dapat mengetahui perkembangan dari pasien, memonitor masukan
makanan dan minuman yang dikosumsi pasien mulai dari menghitung
frekuensi, menghitung volume urine, melihat jenis urine, dan gejala edema
meliputi melihat seberapa besar lokasi, luas dari edema, dan mengukur tanda-
tanda vital mulai dari tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh, tanggal 25
maret 2019 tindakan yang d lakukan catatan intake dan output cairan pasien
yang akurat supaya dapat mengetahui perkembangan dari pasien, memonitor
masukan makanan dan minuman yang dikosumsi pasien mulai dari menghitung
frekuensi, menghitung volume urine, melihat jenis urine, dan gejala edema
meliputi melihat seberapa besar lokasi, luas dari edema, dan mengukur tanda-
tanda vital mulai dari tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang didapat pada pasien dilakukan selama lima hari pada
tanggal 21-25 maret 2019, dima evaluasi yang dilakukan menggunakan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
eliminasi urine pada pasien gagal ginjal kronis di ruang penyakit dalam Pria
RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2019, peneliti mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian yang didapatkan, pasien mengeluh Buang Air Kecil
sedikit, tidak ada nyeri saat Buang Air Kecil, BAK berwarna kuning,
dengan bau khas, kaki kiri dan kanan udema, badan terasa gatal-gatal,
turgor kulit jelek, kulit kering, CRT > 3 detik sesak nafas kalau
beraktivitas, penurunan nafsu makan, susah tidur dan rencana Pemasangan
CAPD.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini terdapat 3 diagnosa
keperawatan yaitu, gangguan eliminasi urine berhubungan dengan
penurunan frekuensi urine, kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi.
3. berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus. intervensi
keperawatan tersebut terdiri dari Nursing interventions classification (NIC)
dan Nurrsing outcomes classification (NOC). Intervensi keperawatan yang
dilakukan diantaranya monitior eliminasi urine mulai dari pola eliminasi,
bau urine, jumlah urine, warna urine, frekuensi urine, lalu anjurkan kepada
keluarga untuk mencatat jumlah urine perhari,identifikasi masalah kencing
ada sebelumnya, berikan privasi pada pasien untuk eliminasi di dalam
ruangan.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
peneliti susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus
keperawatan seperti yang dilakukan adalah memonitor eliminasi urine
mulai dari memperhatikan pola eliminasi, monitor bau urine, menghitung
jumlah urine, monitor warna urine, menghitung frekuensi urine, lalu
menganjurkan kepada keluarga untuk mencatat output urine perhari supaya
dapat diketahui keseimbangan cairan dalam tubuh pasien, mengidentifikasi
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi direktur rumah sakit
Melalui direktur rumah sakit diharapkan perawat ruang dapat memantau
intake output secara akurat, memberikan asuhan keperawatan secara optimal
kepada pasien mulai dari melakukan pengkajian ulang kepada pasien hingga
data-data yang diperoleh mendukung untuk ditegakkan diagnosa serta rencana
dan tindakan keperawatan yang terealisasi sesuai dengan NIC serta evaluasi
yang dilakukan sesuai dengan NOC sehingga perawat ruangan dapat
mempertahankan dan memaksimalkan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara profesional dan komprehensif serta memberikan promosi
kesehatan dan penetalaksanaannya agar dampak dari penyakit ini bisa dicegah
lebih lanjut.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan pengkajian komprehensif
dan mengambil diagnosa keperawatan secara tepat menurut pengkajian
yang didapatkan, melaksanakan tindakan keperawatan dengan lebih
dahulu memahami masalah dengan baik, dan mendokumentasikan
hasil tindakan yang telah dilakukan .
b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan atau
memanfaatkan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan
asuhan pada pasien dengan gangguan eliminasi urine pada kasus gagal
ginjal kronis untuk urine dan edema.
Dharma Paul. Seto. Dkk. 2015. Penyakit Ginjal. Yogyakarta: DAFA Publishing.
Fany Angraini. DKK. (2016) . Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 19 No.3, November (2016).
Kartika, I. I. (2017). Buku Ajar Dasar Riset Keperawatan dan Pengolahan Data
Statistik. Jakarta: Trans Info Medika.
World Health Organization (2017). The Global Burden Of Kidney Desease And
The Sustainable Development Goals. Switzerland. 2017. ( Diakses Tanggal 27
November 2018)
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Nama : Tn. Z
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status kawin : kawin
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : pedagang
Alamat : Luhak Nanduo pasaman barat
Diagnosa medis : CKD Stage V
Tanggal masuk : 20 maret 2019
No MR : 01.00.75.58
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama :
Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 20
maret 2019 jam 16.00 WIB. dengan keluhan utama karna mau pemasangan
CAPD. Dan mengeluh BAK sedikit.
2) Keluhan saat dikaji :
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
GCS : 7 (E4M5V6)
Kesadaran : somnolen
TTV : TD : 150/80 mmHg
HR : 114 x/ menit
RR : 21 x/ menit
b. Kepala
Kepala tampak simetris, rambut tidak mudah rontok, tidak ada lesi di kepala
dan tidak ada kelainan.
c. Mata
Mata simetris, konjungtiva anemis, reflek pupil ada (+), sklera tidak
ikterik,penglihatan mata baik.
d. Hidung
Hidung simetris kiri dan kanan, tampak bersih tidak ada kotoran atau
sumbatan, tidak ada pernafasan cuping hidung, penciuman baik, lesi (-).
e. Mulut
Bibir pucat, mukosa bibir kering dan sedikit berbau.
f. Telinga
Tidak ada gangguan pendengaran, Telinga semitris kiri dan kanan, sedikit
kotor, tidak ada lesi.
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
h. Thorak
Paru-paru
I : simetris kiri dan kanan, pernafasan normal, tidak ada pergerakan
dinding dada, tidak menggunakan otot bantu nafas
Pa : fremitus kiri dan kanan
Pe : bunyi sonor
Au : tidak ada bunyi nafas tambahan
Jantung
I : simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, ictus cordis tidak terlihat
Pa : iktus kordis tidak teraba
Pe : tidak ada pelebaran antung
Au : irama jantung reguler
i. Abdomen
I: tampak simetris, sedikit buncit dan tidak ada lesi
7. Data spiritual
Keluarga mengatakan disaat sehat pasien tampak shalat lima waktu.
9. Program pengobatan
a. Asam folat : 1x/hari
b. Amlodipine 5gr : 1x/hari
c. Bicnat 50gr : 3x/hari
d. Cefoperazone 1gr : 2x/hari
e. Clipidogrel 75gr : 1x/hari
f. Metronidazol 5gr : 3x/hari
g. Cefixcine 100mg : 2x/hari
C. Diagnosa keperawatan
Nama Pasien : Tn. Z
Nomor Rekan Medis :
No Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan Intervensi
NOC NIC
1. Gangguan eliminasi 1.urinary elimination kriteria elimination urine
urine berhubungan hasil: 1.monitor eliminasi urine,
dengan penurunan a.pola eliminasi termasuk frekuensi,
frekuensi urine b.baun urine konsistensi, bau, volume,
c.jumlah urine dan warna yang sesuai
d.warna urine 2.catat waktu eliminasi urin
e.frekuensi urine terakhir yang sesuai
2.urine continue Urine continue
Criteria hasil : 1.identifikasi output urine,
a.keinginan berkemih penyebab yang
b.lingkungan yang bebas membatalkan pola
hambatan untuk ke toilet berkemih, fungsi kognitif,
c.pengosongan kandung masalah kencing ada
kemih sebelumnya
d.jumlah intake cairan 2.berikan privasi untuk
eliminasi
3.jelaskan etiologi masalah
dan pelaksanaan untuk
tindakan
Manajemen Elektrolit /
Cairan
Aktivitas :
11. Pantau kadar serum
elektrolit yang
abnormal
12. Timbang berat badan
harian
13. Berikan dan batasi
cairan yang sesuai
14. Monitor perubahan
status jantung atau
paru yang
menunjukkan
kelebihan cairan
15. Monitor hasil
laboratorium yang
relevan dengan retensi
cairan
16. Monitor kehilangan
cairan
17. Monitor tanda-tanda
vital yang sesuai
18. Jaga pencatatan intake
/ output yang akurat
19. Pantau adanya tanda
dan gejala retensi
cairan
20. Monitor status
hemodinamik
Aktivitas :
11. Tentukan jumlah dan
jenis asuhan cairan
serta kebiasaan
eliminasi
12. Tentukan faktor yang
menyebabkan
ketidakseimbangan
cairan
13. Monitor intake dan
output urine
14. Monitor penambahan
berat-badan
15. Monitor kadar serum
albumin dan elektrolit
16. Memantau membran
mukosa, turgor kulit
dan haus
17. Monitor warna
kuantitas dan berat
jenis urine
18. Berikan obat
farmakologis untuk
meningkatkan output
urine
19. Monitor tekanan
darah, denyut nadi,
dan status pernapasan
20. Berikan cairan yang
tepat
A: masalah teratasi
sebagai
P : intervensi dilanjutkan
Kerusakan 1.pantau kadar serum S : - pasien mengatakan
integritas elektrolit yang abnormal gatal di bagian badan
kulit 2.batasan cairan yang
berhubungan sesuai O:-didapatkan kaki