JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Oksigenasi pada Pasien
Bronkopneumonia di Ruangan HCU Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang Tahun 2017“.
Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat penelitian Karya Tulis Ilmiah untuk mencapai gelar Diploma III pada
Program Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan karya tulis ilmiah, sangatlah sulit bagi
peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terimaksih kepada:
iii
8. Kepada “Kedua Orang Tua” tersayang yang telah memberikan dorongan,
semangat, doa restu dan kasih sayang yang tiada terhingga. Tiada kata yang
dapat Ananda utarakan selain terima kasih dan semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya kita semua.
9. Sahabat-sahabat yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
10. Teman-temanku yang senasip dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang Tahun 2013.
Terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata peneliti berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat khususnya
bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Aaminn.
Peneliti
iv
v
vi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, Juni
2017 Silvia Audia Putri
Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Oksigenasi pada Pasien
Bronkopneumonia di Ruangan HCU Anak IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr.M. Djamil Padang Tahun 2017
xi+ 98 halaman, 4 tabel, 8 lampiran
ABSTRAK
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
berapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat tyang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing. Peradangan yang
disebabkan oleh bakteri dapat menimbulkan obstruksi jalan napas sehingga pasien
mengalami hipoksia yang ditandai dengan gejala sesak napas. Pada tingkat
hipoksia pasien sangat membutuhkan bantuan oksigen dengan cara pemberian
yang tepat. Profil Dinas Kesehatan Padang 2014 menunjukkan bahwa kasus
pneumonia pada balita di Sumatra Barat yaitu sebanyak 13.384 kasus.
Berdasarkan Profil RSUP. DR. M. Djamil Padang tahun 2014 didapatkan data 10
penyakit terbanyak rawat inap tahun 2014 pada urutan pertama yaitu penyakit
Bronchopneumonia sebanyak 801 kasus. Tujuan penelitian yaitu dideskripsikan
hasil asuhan keperawatan pada pasien bronkopneumonia dengan gangguan
oksigenasi pada anak.
Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Cara
pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Tempat penelitian
diruangan HCU anak RSUP Dr. M. Djamil Padang dimulai pada bulan Januari
sampai Juni tahun 2017. Jumlah populasi sebanyak 5 orang, sampel yang diambil
sebanyak 2 orang dengan cara simple random sampling. Instrumen yang
digunakan yaitu format asuhan keperawatan pada anak.
Hasil pengkajian pada kedua kasus mengeluh sesak saat bernapas, nafas
takipneu, suara napas bronkovaskuler, terdapat pergerakan dinding dada dan
terdapat infiltrat pada perikardial paru. Diagnosa yang utama muncul yaitu
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan adanya gangguan ventilasi,
setelah dilakukan implementasi selamat 5 hari didapatkan diagnosa
ketidakefektifan pola napas teratasi sebagian.
Saran untuk perawat ruangan lebih meningkatkan perencanaan pulang
(discharge planning) pada pasien bronkopneumonia supaya anak tidak berulang
ke rumah sakit dengan penyakit yang sama.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
LEMBAR ORISINALITAS................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................vi
ABSTRAK..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................8
C. Tujuan Penelitian..................................................................................8
D. Manfaat Penelitian................................................................................9
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................97
B. Saran...................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai bagian integral yang berintegrasi satu sama lainnya dalam
memenuhi kebutuhan dasar. Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang
harus dipengaruhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik
fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang
sangat penting, bermanfaat atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan
kehidupan itu sendiri. Banyak ahli filsafat, psikologis dan fisiologis
menguraikan kebutuhan manusia dan membahasnya dari berbagai segi.
Abraham Maslow seorang psikologi dari Amerika mengembangkan teori
tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hirarki
Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hirarki tersebut meliputi lima kategori
kebutuhan dasar, yakni : kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan
rasa aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri
dan kebutuhan aktualisasi diri (Ernawati, 2012).
Kebutuhan fisiologis utama dari manusia adalah oksigen dan pertukaran gas.
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel tubuh. Komposisi udara terdiri atas 20,98 % oksigen, 0,04%
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi Widiyanto dan L.S
Yamin (2013) dalam terapi oksigen terhadap perubahan saturasi oksigen
melalui pemerikasaan oksimetri pada pasien infark miokard akut (IMA) di
ruang IRD RSUD Dr. Moewardi Surakarta, menyatakan bahwa penelitian
dilakukan terhadap 38 responden sebelum diberikan terapi oksigen
didapatkan nilai saturasi oksigen semua responden yaitu sebanyak 38 (100%)
mengalami hipoksia ringan. Sedangkan dari hasil penelitian saturasi oksigen
sesudah pemberian terapi oksigen binasal kanul pada pasien infark miokard
yang telah dilakukan penelitian diketahui bahwa 38 responden yang
mendapatkan terapi oksigen didapatkan sebanyak 32 (84,2%). Meningkatnya
volume oksigen dalam hal ini FiO2 yang masuk kedalam paru-paru maka
secara tidak langsung juga menambaha kapasitas difusi paru dan meningkat
tekanan parsial O2 (PO2) akan semakin banyak oksigen yang dapat diikat oleh
hemoglobin untuk dihantarkan ke jaringan diseluruh tubuh sehingga dpaat
mengembalikan saturasi oksigen ke nilai normal. Responden yang mengalami
peningkatan saturasi oksigen dari hipoksia ringan menjadi normal dan
sebanyak 6 orang (15,8%) responden tetap pada hipoksia ringan.
Gangguan oksigenasi dapat terjadi pada semua kelompok usia yaitu usia bayi,
balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Anak yang dirawat diruang
rawat anak, diantaranya berada dalam kondisi kritis dan sebagian besar
mengalami masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Pada usia anak-anak penyakit yang sering mengalami masalah gangguan
oksigenasi yaitu penyakit bronkhopneumonia, infeksi saluran nafas atas,
tuberkulosis, asma, bronkitis, emfisema dan kanker paru. Salah satu penyakit
pada anak yang sering dirawat di rumah sakit yang mengalami masalah
gangguan oksigenasi yaitu bronkhopneumonia (Rahajoe, N Nastiti, dkk,
2008).
Pada saat peneliti melakukan survai awal pada tanggal 20 bulan Januari tahun
2017 di ruangan rawat inap HCU Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
ditemukan adanya pasien bronkopneumonia yang sedang menjalankan
perawatan sebanyak 2 orang berjenis kelamin laki-laki dan berusia 5 tahun,
dari hasil survai diagnosa keperawatan utama yaitu ketidakefektifan pola
nafas dengan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan pasien sudah
dilakukan seperti pemberian oksigen, kompres saat pasien demam,
melakukan pengeluaran sekret, pemberian cairan parenteral sesuai dengan
berat badan, pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kalori yang cukup serta
tindakan kolaborasi lainnya. Dari hasil survei didapatkan dalam melakukan
pengkajian perawat sudah melakukan pengkajian melalui hasil pemeriksaan
fisik, wawancara, dan observasi, sehingga keluhan pasien sudah
terdokumentasi dengan baik, diagnosa yang diteggakan yaitu ketidakefektifan
pola napas. Pasien diberikan tindakan terapi oksigen nasal kanul 2 liter/ menit
dengan pernapasan > 30 kali/ menit. Dalam pemberian terapi oksigen sudah
diberikan dengan benar susuai dengan prosedur pemberian dan sudah
dilakukan pemeriksaan analisa gas darah.Respon pasien pada saat peneliti
melakukan survei di hari rawatan ke tiga dari hasil observasi peneliti
menemukan pasien masih tampak terlihat sesak dibuktikan dari adanya
retraksi dinding dada. Peneliti melihat bahwa perawat masih belum maksimal
dalam mengevaluasi tindakan pemberian terapi oksigen seperti pemantauan
terapi oksigen.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dideskripsikan hasil asuhan keperawatan dengan gangguan oksigenasi
pada pasien bronkopneumonia di ruangan HCU anak IRNA kebidanan
dan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Dideskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan dengan
gangguan oksigenasi pada pasien bronkopneumonia di ruangan HCU
anak IRNA kebidanan dan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2017.
b. Dideskripsikan hasil rumusan diagnosa keperawatan dengan gangguan
oksigenasi pada pasien bronkopneumonia di ruangan HCU anak
IRNA kebidanan dan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
c. Dideskripsikan hasil rencana keperawatan dengan gangguan
oksigenasi pada pasien bronkopneumonia di ruangan HCU anak
IRNA kebidanan dan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
d. Dideskripsikan hasil tindakan keperawatan dengan gangguan
oksigenasi pada pasien bronkopneumonia di ruangan HCU anak
IRNA kebidanan dan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
e. Dideskripsikan hasil evaluasi keperawatan dengan gangguan
oksigenasi pada pasien bronkopneumonia di ruangan HCU anak
IRNA kebidanan dan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Pengembangan Keilmuan
a. Peneliti
Diharapkan menambah wawasan dan pengalaman nyata bagi peneliti
dalam memberikan asuhan keperawatan oksigenasi pada pasien dengan
bronkopneumonia.
b. Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh
mahasiswa prodi D III Keperawatan Padang untuk peneliti selanjutnya.
2. Institusi Pelayanan
a. RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan masukan
bagidirektur RSUP. Dr. M. Djamil beserta petugas pelayanan
keperawatan dalam meningkatkan kualitas penerapan asuhan
keperawatan nyeri pada pasien fraktur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Jenis pernapasan
a) Pernapasan internal, adalah proses dimana terjadi pertukaran
gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering
melibatkan proses metabolisme tubuh.
b) Pernapasan eksternal, adalah proses dimana masunya oksigen
dan keluarnya dari tubuh.
(Ernawati, 2012).
2) Mekanika pernapasan
Selama inspirasi volume rongga toraks meningkat dan udara
tertarik kedalam paru. Peningkatan volume ini disebabkan
sebagian oleh kontraksi diafragma, yang menyebabkan diafragma
mendatar, dan sebagian lagi disebabkan oleh kerja otot interkostal
yang mengangkat iga sehingga terjadi perluasan daerah potongan
melintang thoraks. Udara inspirasi mengalir kebawah sampai
sekitar bronkiolus terminalis dengan aliran yang besar. Setelah
titik tersebut, daerah potongan melintang kombinasi pada jalan
napas menjadi sangat luas, sedemikian rupa sehingga kecepatan
maju gas menjadi kecil. Difusi gas di dalam jalan napas kemudian
mengambil alih sabagai mekanisme ventilasi yang dominan di
dalam zona respirasi.
Paru bersifat elastis dan selama pernapasan saat istirahat,
ekspirasi terjadi ketika paru secara pasif kembali ke volume
sebelum inspirasi.
Olahraga berat, dispnea, dan faktor-faktor lainnya dapat
mengakibatkan penggunaan otor respirasi tambahan. Otot-otot ini
termasuk otot abdomen, sternokleidomastoid, dan pektoral
(Francis, Caia, 2011).
b. Sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler juga berperan dalam proses oksigenasi ke
jaringan tubuh, yaitu berperan dalam proses transportasi oksigen.
Oksigen ditransportasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Aliran darah yang adekuat hanya dapat terjadi apabila fungsi jantung
normal. Dengan demikian, kemampuan oksigenasi pada jaringan
sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung
yang adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah
dan perubahan tekanan darah (Tarwoto & Wartonah ,2011).
c. Sistem hematologi
Sel darah yang sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah
merah, karena di dalamnya terdapat hemoglobin yang mampu
mengikat oksigen. Hemoglobin merupakan molekul yang
mengandung empat subunit protein globular dan unit heme. Setiap
molekul hemoglobin dapat mengikat empat molekul oksigen dan
membentuk ikatan oxy-hemoglobin (HbO2) dengan reaksi: Hb + O 2
HbO2 (Tarwoto & Wartonah ,2011).
3. Proses pernapasan
Proses pernapasan terdiri dari tiga tahapan yaitu ventilasi, difusi dan
transportasi.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses pertukaran uadara antara atmosfir dengan
alveoli. Masuknya oksigen atmosfir ke dalam alveoli dan keluarnya
karbon dioksida dari alveoli ke atmosfir yang terjadi saat respirasi
(inspirasi-ekspirasi). Proses ventilasi terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara atmosfir dan alveolus paru. Ventilasi membutuhkan
koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan persarafan. Otot
pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi
oleh saraf frenik yang keluar dari medulla spinalis pada vetebrata
keempat. Otot inspirasi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Otot inspirasi utama : diafragma dan muskulus intekostalis
externus.
2) Otot inspirasi tambahan : muskulus skalenus, sterno kleido
mastoideus, pektoralis minor, levator kostarum dan sratus postikus
superior.
b. Difusi gas
Difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dengan
karbondioksida antara alveoli dengan darah pada membran kapiler
alveolar paru. Membran kapiler alveolus sangat tipis dengan ketebalan
rata-rata 0,5 mikron. Dalam membran kapiler alveolus terdapat jalan
kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Terdapat
sekitar 300 juta alveoli. Proses difusi ini terjadi karena perbedaan
tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Kapasitas difusi adalah volume gas yang berdifusi melalui membran
respirasi per menit untuk setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg.
Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/ menit.
Saat aktivitas kapasitas difusi akan meningkat karena jumlah kapiler
aktif yang berdilatasi meningkat sehingga luas permukaan membran
difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida saat istirahat adalah
400-450 ml/menit dan saat bekerja 1200-1500 ml/menit.
Pertukaran antara oksigen dan karbondioksida alveoli dengan kapiler
paru dipengaruhi oleh :
1) Ketebalan membran respirasi. Membran respirasi yang akan dilalui
udara terdiri dari: lapisan epitel alveoli, interstitial alveoli dan
lapisan endotel kapiler paru. Ketebalan membran respirasi dapat
meningkat pada: edema paru, radang akut parenkim paru,
hipoalbumenia, sindoma neprotik, dan proses keganasan.
2) Luas permukaan membran. Kecepatan difusi berbanding terbalik
dengan tebalnya membran. Berkurangnya luas permukaan
membran (seperti pada radang paru akut, TBC, pegangkatan
sebagian lobus paru) akan mengganggu pertukaran gas.
3) Koefisien difusi : koefisien difusi tiap gas dalam membran respirasi
tergantung pada daya larutnya di dalam membran itu. Kecepatan
difusi karbondioksida 20 kali lebih cepat dari oksigen, sehingga
kekurangan oksigen belum tentu disertai kelebihan karbondioksida,
oksigen berdifusi 2 kali lebih cepat dari pada nitrogen (N).
c. Transportasi gas
Transportasi gas terdiri dari :
1) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksternal)
dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan (respirasi internal).
2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya
dengan distriubusi udara dalam alveolus.
3) Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan
darah.
b. Nasal kanul
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen
kontinyu dengan aliran 1-6 liter/ menit dengan konsentrasi oksigen
sama dengan kateter nasal.
Rata-rata aliran udara pada nasal kanul sebagai
berikut : 1 liter/menit = 24%
2 liter/menit = 28%
3 liter/menit = 32%
4 liter/menit = 36%
5 liter/menit = 40%
6 liter/menit = 44%
Keuntungan jenis nasal kanul :
1) Pasien bebas makan, bergerak, berbicara.
2) Lebih mudah ditolerir pasien dan terasa nyaman.
d. Masker rebreathing
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-
80% dengan aliran 8-12 liter/ menit bag harus dipertahankan
mengembang.
Keuntungan jenis masker rebreathing :
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir.
2. Etiologi bronkopneumonia
Penyebab tersering bronkopmeumia pada anak adalah pneumokokus
sedang penyebab lainnya antara lain : streptococcus, pneumoniae,
stapilococus aureus, haemophillus influenzae, jamur (seperti candida
albicans), dan virus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus
aureus sebagai penyebab yang berat, serius dan sangat progresif dengan
mortalitas tinggi (Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009).
Akan tetapi bila proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik
maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka
membran dari alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat
mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis oksigen pada alveolus.
Perubahan tersebut akan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang
dibawa oleh darah. Penurunan itu yang secra klinis penderita mengalami
pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada alveolus juga
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan pada paru, selain dapat
berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga
megakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha
melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot-otot bantu
pernafasan (otot interkosta) yang dapat menimbulkan peningkatan retarksi
dada.
5) Pemeriksaan fisik
a) Status penampilan kesehatan : biasanya pasien terlihat dan
merasa lemah pada tubuh.
b) Tingkat kesadaran kesehatan : biasanya tingkat kesadaran
normal, letargi, strupor, koma, apatis tergantung tingkat
penyebaran penyakit.
c) Tanda-tanda vital
(1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : denyut nadi biasanya
meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh.
(2) Frekuensi pernapasan
Frekuensi napas meningkat dari batas normal, takipnoe,
dispnoe progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot
bantu pernapasan, pelebaran nasal.
(3) Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme
yang direspon oleh hipotalamus. Biasanya didapatkan
peningkatan suhu lebih dari 40 derajat celcius.
d) Berat badan dan tinggi badan
Kecendrungan berat badan anak mengalami penurunan.
e) Integumen
Kulit
Warna : bisanya warna kuluit tampak pucat sampai
sianosis.
Suhu : Pada saat hipertermi kulit terbakar panas akan
tetapi setelah hipertermi teratasi kulit anak akan teraba
dingin.
Turgor : bisanya menurun pada dehidrasi.
f) Kepala
Kepala
(1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
(2) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan
yang nyata .
(3) Periksa higiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan
rambut, perubahan warna.
g) Mata
Dengan pasien yang mengalami kekurangan nutrisi dan
cairan akan tampak konjungtiva anemis.
h) Hidung
Bisanya nafas cuping hidung, sianosis.
i) Mulut
Bisanya mulut tampak pucat, sianosis, membran mukosa
kering, bibir kering dan pucat.
j) Telinga
Lihat kebersihan, adanya lesi, dan sekret.
k) Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjer getah bening dan
kelenjar tiroid.
l) Jantung
Pada kasus komplikasi pada endokarditis, terjadi bunyi
tambahan.
m) Paru-paru
Saat diinspeksi bisanya terlihat adanya tarikan dinding dada
kedalam, Infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup),
ronchi (+), wheezing (+), sesak nafas istirahat, dan tambahan
saat beraktifitas.
n) Abdomen
Bisanya bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya
tidak ada.
o) Genitalia
Tidak ada gangguan.
p) Ekstremitas
Kelemahan, penurunan aktifitas, sianosis ujung jari dan kaki.
q) Neurologis
Terdapat kelemahan otot, tanda refleks spesifik tidak ada.
Data paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada thorax dan
paru-paru.
1) Inspeksi : frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernapas
antara lain: takipneu, dispnea, dispnea progresif, pernapasan
dangkal, pektus ekskavatum (dada corong), paktus karinatum
(dada burung), barrel chest.
2) Palpasi : adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vokal
fremitus pada daerah yang terkena.
3) Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan pada paru,
normalnya timpany (terisi udara) resonansi.
4) Auskultasi : suara pernapasan yang meningkat intensitasnya :
a) Suara bronkovaskuler atau bronkhial pada daerah yang
terkena.
b) Suara pernapasan tambahan ronkhi inspiratoir pada sepertiga
akhir inspirasi.
(Ruyadi, Sujono & Sukarmin, 2009).
6) Pemeriksaan penunjang
a. Foto rontgen dada (chest x-ray) : teridentifikasi penyebaran,
misalnya lobus, bronkhial, dapat juga menunjukkan
multipel abses/ infiltrat, empiema (Staphylococcus),
penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakterial), atau
penyebaran ekstensif nodul infiltrat (sering kali viral), pada
pneumonia mycoplasma, gambaran chest x-ray mungkin
bersih.
b. ABGs/pulse oximetry : abnormalitas mungkin timbul
bergantung pada luasnya kerusakan paru.
c. Kultur sputum dan darah/gram stain, didapatkan dengan
needle biopsy, transtracheal aspiration, fiberoptic
bronchoscopy atau biopsi paru terbuka untuk mengeluarkan
organisme penyebab. Akan didapatkan lebih dari satu jenis
kuman, seperti diplococcus pneumoniae, staphylococcus
aureus, A hemolytic streptococcus, dan haemophilus
influenza.
d. Hitung darah lengkap/ complete blood count (CBC),
leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai SDP rendah
pada infeksi virus.
e. Tes serologik : membantu membedakan diagnosis pada
organisme secara spesifik.
f. Laju endap darah (LED) : meningkat.
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun
(kongesti dan kolaps alveolar), tekanan saluran udara
meningkat, complience menurun, dan akhirnya dapat terjadi
hipoksemia.
h. Elektrolit : sodium dan klorida mungkin rendah.
i. Bilirubin : mungkin meningkat.
(Somantri Irman, 2009).
7) Analisa data
3. Perencanaan keperawatan
Tabel 2.3 Diagnosa Keperawatan NANDA, NIC-NOC 2016.
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektif Status Fasilitasi kepatenan
an bersihan pernapasan: jalan napas :
jalan napas kepatenan jalan manajemen jalan napas
napas 1. Posisikan pasien
Kriteria hasil: untuk
1. Kemampuan memaksimalkan
untuk ventilasi dan
mengeluarkan mengurangi dispnea
sekret tidak ada 2. Auskultasi bunyi
deviasi dari napas, catat adanya
kisaran normal suara tambahan
2. Suara napas 3. Monitor pernapasan
tambahan tidak dan status oksigenasi
ada yang sesuai
3. Penggunaan otot 4. Instruksikan
bantu napas bagaimana agar bisa
tidak ada agar bisa melakukan
4. Batuk tidak ada batu efektif
5. Akumulasi
sputum tidak ada Terapi oksigen:
1. Pertahankan jalan
Tanda-tanda vital napas yang paten
1. Suhu tubuh 2. Atur peralatan
tidak ada oksigenasi
deviasi dari 3. Monitor aliran
kisaran normal oksigen
2. Tingkat 4. Pertahankan posisi
pernapasan pasien
tidak ada 5. Observasi tanda-
deviasi dari tanda hipoventilasi
kisaran normal 6. Monitor adanya
3. Irama kecemasan pasien
pernapasan terhadap oksigenasi
tidak ada
deviasi dari Monitoring respirasi:
kisaran normal 1. Monitor frekuensi,
4. Tekanan nadi irama, kedalaman
tidak ada dan kekuatan
deviasi dari respirasi
kisaran normal 2. Perhatikan gerakan
5. Tekanan sitilk dan kesimetrisan,
dan diastolk menggunakan otot
tidak deviasi bantu, dan adanya
dari kisaran retraksi otot
normal interkostal dan
supraklavikular
3. Auskultasi bunyi
napas, catat adanya
suara tambahan
4. Monitor pola napas
5. Monitor adanya
dispnea dan hal
yang meningkatkan
atau memperburuk
Monitoring tanda-
tanda vital:
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu,
dan pernapasan
2. Monitor kualitas
dari nadi
3. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
4. Monitor pola
pernapasan
abnormal
5. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
6. Monitor sianosis
perifer
7. Identifikasi
penyebab dari
perubahan tanda-
tanda vital.
2 Ketidakefektif Status Terapi oksigen:
an pola napas pernapasan: 1. Pertahankan jalan
ventilasi status napas yang paten
1. Frekuensi 2. Atur peralatan
napas tidak ada oksigenasi
deviasi dari 3. Monitor aliran
kisaran normal oksigen
2. Irama 4. Pertahankan posisi
pernapasan pasien
tidak ada 5. Observasi tanda-
deviasi dari tanda hipoventilasi
kisaran normal 6. Monitor adanya
3. Kadalaman kecemasan pasien
inspirasi tidak terhadap oksigenasi
ada deviasi dari
kisaran normal Monitoring respirasi:
4. Suara napasa 1. Monitor frekuensi,
tambahan tidak irama, kedalaman
ada dan kekuatan
5. Penggunaan respirasi
otot bantu 2. Perhatikan gerakan
napas tidak ada dan kesimetrisan,
menggunakan otot
Keparahan bantu, dan adanya
respirasi asidosis retraksi otot
akut interkostal dan
Kriteria hasil: supraklavikular
1. Penurunan pH Auskultasi bunyi
plasma darah napas, catat adanya
tidak ada suara tambahan
2. Peningkatan 3. Monitor pola napas
ion serum 4. Monitor adanya
hidrogen tidak dispnea dan hal
ada yang meningkatkan
3. Peningkatan atau memperburuk
tekanan parsial
serum karbon Monitoring tanda-
dioksida arteri tanda vital:
tidak ada 1. Monitor tekanan
4. Penurunan darah, nadi, suhu,
tekanan serum dan pernapasan
karbon dioksia 2. Monitor kualitas
arteri parsial dari nadi
tidak ada 3. Monitor frekuensi
5. Hipoksia tidak dan irama
ada pernapasan
6. Peningkatan 4. Monitor pola
frekuensi pernapasan
pernapasan abnormal
tidak ada 5. Monitor suhu,
penuruana warna, dan
level kesadaran kelembaban kulit
tidak ada 6. Monitor sianosis
perifer
7. Identifikasi
penyebab dari
perubahan tanda-
Keparahan tanda vital
respirasi alkalosis
akut
Kriteria hasil:
1. Peningkatan
pH plasma
darah tidak ada
2. Penurunan ion
serum hidrogen
tidak ada
3. Penurunan
serum
bikarbonat
tidak ada
4. Penururnan
tekan parsial
karbon
dioksida dalm
arteri (PaCO3)
tidak ada
5. Penurunan
tekanan parsial
oksigen dalam
darah arteri
(PaO2) tidak
ada
3 Gangguan Status Terapi oksigen:
pertukaran pernapasan: 1. Pertahankan jalan
gas pertukaran gas napas yang paten
Kriteria hasil : 2. Atur peralatan
1. Saturasi oksigenasi
oksigen tidak 3. Monitor aliran
ada deviasi dari oksigen
kisaran normal 4. Pertahankan posisi
2. Tekanan pasien
parsial oksigen 5. Observasi tanda-
di darah arteri tanda hipoventilasi
(PaO2) tidak 6. Monitor adanya
ada deviasi dari kecemasan pasien
kisaran normal terhadap oksigenasi
3. Tekanan
parsial karbon Monitoring respirasi:
dioksida di 1. Monitor frekuensi,
darah arteri irama, kedalaman
(PaCO2) tidak dan kekuatan
ada deviasi dari respirasi
kisaran normal 2. Perhatikan gerakan
4. Keseimbangan dan kesimetrisan,
ventilasi dan menggunakan otot
perfusi tidak bantu, dan adanya
ada deviasi dari retraksi otot
kisaran normal interkostal dan
5. pH arteri tidak supraklavikular
ada deviasi dari 3. Auskultasi bunyi
kisaran normal napas, catat adanya
6. Dispnea saat suara tambahan
istirahat tidak 4. Monitor pola napas
ada 5. Monitor adanya
7. Dispnea saat dispnea dan hal
aktivitas tidak yang meningkatkan
ada atau memperburuk
8. Sianosis tidak 6. Monitor perubahan
ada PaO2 dan SaO2
Perfusi jaringan:
pulmonari
Kriteria hasil :
1. Pindaian
perfusi
ventilasi tidak
ada deviasi dari
kisaran normal
2. Sesak napas
tidak ada
3. Suara napas
abnormal pada
pelura tidak
ada
4. Nyeri dada
tidak ada
5. Irama
pernapasan
tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, skualitas,
intensitas dan faktor
pencetus.
2. Ajarkan teknik non
farmakologi ( seperti
biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipatif,
terapi musik,
akupressur, dan
kompres
panas/dingin).
3. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri.
9 Gangguan Toleransi Peningkatan tidur
pola tidur terhadap aktifitas 1. Monitor/ catat pola
Kriteria hasil: tidur pasien dan
1. Saturasi oksigen jumlah jam tidur
saat beraktifitas 2. Monitor pola tidur
tidak terganggu pasien dan catat
2. Frekuensi nadi kondisi fisik
ketika (misalnya, apnea
beraktifitas tidak tidur, sumbatan
terganggu jalan nafas, nyeri/
3. Frekuensi ketidaknyamanan,
pernapasan dan frekuensi buang
ketika kecil) dan/atau
beraktifitas tidak psikologis
terganggu (misalnya,
4. Kemudahan ketakutan atau
bernapas ketika kecemasan) keadaan
beraktifitas tidak yang mengganggu
terganggu tidur
5. Tekanan darah 3. Sesuaikan
ketika lingkungan
beraktifitas tidak (misalnya, cahaya,
terganggu kebisingan, suhu
ruangan, dan
kebisingan) untuk
meningkatkan tidur
Terapi relaksasi
1. Gambarkan
rasionalisasi dan
manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi
yang tersedia
2. Minta klien untuk
rileks
3. Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada klien
Manajemen
lingkungan:
kenyamanan
1. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan
mendukung
2. Hindari gangguan
yang tidak perlu dan
berikan untuk waktu
yang istirahat
3. Posisikan pasien
untuk memfasilitasi
kenyamanan
( misalnya, gunakan
prinsip – prinsip
keselarasan tubuh,
sokong dengan
bantal, dan
imobilisasi bagian
tubuh yang nyeri )
Sumber: Diagnosa Keperawatan NANDA, NIC-NOC 2016.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dalam bentuk studi
kasus. Hasil yang didapatkan oleh peneliti adalah menggambarkan asuhan
keperawatan dengan gangguan oksigenasi pada pasien bronkopneumonia di
ruangan HCU anak IRNA kebidanan dan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2017.
C. Subjek penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gangguan oksigenasi
dengan penyakit bronkopneumonia di ruangan HCU anak IRNA
kebidanan dan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017. Jumlah
populasi pada saat penelitian yaitu sebanyak 4 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah dua pasien dengan gangguan oksigenasi pada
pasien bronkopneumonia diruangan HCU Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2017. Sampel diambil sebanyak 2 orang secara purposive
sampling.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien bronkopneumonia minimal hari rawatan kedua.
b. Pasien bronkopneumonia yang berusia < 12 tahun
c. Pasien yang diawat dengan keadaan sadar.
d. Pasien yang dirawat dengan keadaan kooperatif.
2. Kriteria Ekslusi
a. Pasien dengan gangguan oksigenasi pada kasus bronkopneumonia
yang mengalami perubahan kondisi (penurunan kesadaran).
Sampel yang diambil pada saat penelitian sesuai dengan kriteria inklusi
maupun ekslusi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada suatu masalah dengan memperhatikan
tanda-tanda verbal dan nonverbal, secara umum mencakup lima hal, yaitu
pemicu terjadinya masalah, kualitas, lokasi, intensitas, waktu serangan.
Pengkajian pada karya tulis ilmiah ini meliputi pengkajian identitas
pasien, riwayat kesehatan, riwayat imunisasi, riwayat perkembangan,
data lingkungan, pemeriksaan fisik, kebiasaan sehari-hari, data penunjang,
dan terapi pengobatan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada
dianalisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
a) Analisa data
Data subjektif dalam karya tulis ilmiah ini yaitu data yang didapat
dari perkataan keluarga, biasanya apa yang dikeluhkan.
Data objektif dalam karya tulis ilmiah ini yaitu data yang diperoleh
berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan fisik perawat
ruangan.
b) Menegakkan diagnosa
Diagnosa yang ditegakkan dalam karya tulis ilmiah ini yaitu diagnosa
yang menyangkut gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada
kedua partisipan yang berdasarkan anlisis dari peneliti.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien atau tindakan yang harus dilakukan perawat.
Intervensi dilakukan untuk membantu pasien mencapai hasil yang
diharapkan. Tahap perencanaan berfokus pada memprioritas masalah,
merumuskan tujuan dan kriteria hasil, membuat intruksi keperawatan, dan
mendokumentasi rencana asuhan keperawatan (Suara, Mahyar, dkk,
2010).
Rencana keperawatan terdiri dalam beberapa komponen sebagai berikut :
a) Diagnosa yang diprioritaskan
b) Tujuan dan kriteria hasil
c) Intervensi
Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA NIC-NOC 2016
(format terlampir).
(Suara, Mahyar, dkk, 2010).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dalam karya tulis ilmiah ini yaitu
implementasi yang telah dilakukan oleh perawat ruangan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi
dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi
mengacu pada penilaian, tahapan, dan pernaikan. Pada tahap evaluasi,
perawat dapat menemukan reaksi pasien terhadap intervensi keperawatan
yang telah diberikan dan menempatkan apakah sasaran dari rencana
keperawatan telah dapat diterima (Suara, Mahyar, dkk, 2010).
3. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data penelitian melalui pertanyaan
yang diajukan secara lisan (tatap muka) kapada keluarga responden untuk
menjawabnya.
Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan
kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin.
Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara
tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini, mempunyai ciri yang
felksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya, pewawancara
diberi kebebasan untuk mengolah sendiri pertanyaan sehingga
memperoleh jawaban yang diharapkan dan responden secara bebas dapat
memberikan informasi selengkap mungkin.
4. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan pada karya tulis ilmiah ini yaitu rekam
medik dari rumah sakit dan laporan status pasien.
2. Data sekunder
Data sekunder dalam karya tulis ilmiah ini diperoleh langsung dari rekam
medis dan ruang HCU Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data
sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
G. Hasil analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep dan teori keperawatan pada gangguan oksigenasi. Data yang telah
didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
penegakkan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai
mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori
asuhan keperawatan gangguan kebutuhan oksigenasi pada kasus
bronkopneumonia. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah
ada kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tempat
Penelitian dilakukan di RSUP DR.M.Djamil Padang tepatnya di Ruangan
HCU Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. IRNA
penyakit dalam dibagi menjadi 3 lantai yaitu HCU, Perina dan Akut Kronis.
Penelitian dilakukan peneliti di ruangan HCU dan HCU kelas. Ruangan HCU
dipimpin oleh seorang Ka. Ruamgan, dan dibantu oleh Ka. Tim di masing-
masing HCU. Terdapat sekitar 25 orang perawat yang terdiri atas Ka. Tim
dan perawat pelaksana yang dibagi menjadi 3 shift, pagi, siang, dan malam.
Selain perawat ruangan beberapa mahasiswa praktik dari berbagai instiusi
pendidikan juga ikut andil dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien.
69
B. Kasus
Tabel 2.4 Deskripsi Asuhan Keperawatan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2
Asuhan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
keperawatan
Waktu pengkajian Pengkajian dilakukan pada Pengkajian dilakukan
sabtu, 27 Mei 2017 Pukul pada Sabtu, 27 Mei 2017
09.00 WIB. pukul 10.30 WIB.
Identitas Klien Partisipan 1 berumur 7 Partisipan 2 berumur 2
dan Keluarga bulan lahir pada tanggal 06 tahun, tanggal lahir 28
November 2016, berjenis Mei 2015, laki-laki,
kelamin laki-laki, agama islam, anak pertama,
islam, anak pertama, diagnosa Medis
diagnosa medis Bronkopneumonia.
Bronkopneumonia. Partisipan 2 merupakan
anak sulung dari Ny. N
Partisipan 1 merupakan dengan usia 29 tahun,
anak sulung dari Ny.T beragama islam, suku
dengan usia 22 tahun, bangsa Indonesia,
beragama islam, suku Pendidikan SMK,
bangsa Indonesia, pekerjaan IRT, Alamat
pendidikan SMA, jln. Pasar karupuak .
pekerjaan IRT, alamat
kampung jua lubeg.
Riwayat Partisipan 1 masuk RSUP Partisipan 2 masuk
Kesehatan Dr. M. Djamil Padang RSUP Dr. M. Djamil
Keluhan utama pada tanggal 25 Mei 2017 Padang pada tanggal 26
pukul 21.50 WIB rujukan Mei 2017 pukul 15. 30
dari RS Ibnu Sina Padang. WIB rujukan dari RSUD
Partisipan datang dengan Rasyidin padang. Pasien
keluhan sesak napas sejak datang dengan keluhan
2 hari sebelum masuk sesak nafas sejak 4 jam
rumah sakit, demam sejak sebelum masuk rumah
3 hari dan anak membiru sakit ,muntah-muntah
sejak 3 bulan yang lalu. sejak 4 jam yang lalu
frekuensi 2x jumlah 3-4
sendok makan. Demam
sejak 1 hari yang lalu,
batuk-batuk sejak 8 hari
yang lalu dan nafsu
makan menurun.
Riwayat Pada saat dilakukan Pada saat dilakukan
kesehatan pengkajian pada tanggal pengkajian pada tanggal
sekarang 27 Mei 2017 pikul 09.00 27 Mei 2017 Pukul 10.30
WIB, pasien tampak sesak WIB, ibu partisipan 2
dan rewel, Ny. T mengatakan nafas
mengatakan napas partisipan 2 sesak, batu-
Partisipan 1 tampak sesak, batuk berdahak, nafsu
napas sesak akan makan menurun, badan
bertambah jika Partisipan teraba panas.
1 menangis, ibu
mengatakan anak rewel
dan sering menangis,
badan teraba panas.
Riwayat 1. Prenatal 1. Prenatal
Kesehatan Dahulu Riwayat gestasi G1 P1 Riwayat gestasi G1 P1
A0 H1, pemeriksaan A0 H1, HPHT 3 Juni
kehamilan ke bidan 2x 2014, pemeriksaan
dalam sebulan, tidak ada kehamilan 2x sebulan
imunisasi saat hamil, ke bidan, imunisasi TT
obat2 yang digunakan 2x, masalah waktu
vitamin dan tablet Fe. kehamilan pada umur
kandungan 2 bulan ibu
muntah-muntah, tidak
nafsu makan, badan
terasa lemah, dan pada
saat umur kehamilan 9
2. Intranatal bulan ibu menderita
Tanggal persalinan 06 vertigo.
November 2016,
BBL/PBL 2,7 kg/49 cm,
usia gestasi saat lahir 9 2. Intranatal
bulan, tempat persalinan Tanggal persalinan 28
di RSUP Dr M Djamil Mei 2015, BBL/PBL 3
padang, penolong kg/47cm, usia gestasi
persalinan Dr.spesialis saat lahir 9 bulan 2
kandungan, jenis minggu, tempat
persalinan cesar. persalinan RS
Bayangkyara, penolong
persalinan Dr. spesialis
3. Post natal (24 jam) kandungan, jenis
Tidak ada IMD, tidak persalinan sesar.
ada kelainan kongenital.
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas apakah ada kesesuaian
antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada pasien
bronkopneumonia dengan gangguan oksigenasi pada partisipan 1 dan
partisipan 2 yang telah dilakukan mulai tanggal 27-31 Mei 2017 di ruangan
HCU Anak RSUP DR. M. Djamil Padang. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat intervensi
keperawatan, melakukan implementasi, dan melakukan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
a. Identitas Anak
Berdasarkan identitas yang telah didapatkan antara kedua partisipan
yaitu berjenis kelamin laki-laki. Anak laki-laki lebih rentan terkena
penyakit pneumonia. Ini sesuai dengan hasil penelitian Osharinanda,
dkk tahun 2012 didapatkan data karakteristik dasar pasien pneumonia
pada anak adalah berjenis kelamin laki-laki. Dari hasil penelian
tersebut didapatkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan
yaitu 1,25:1.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Berdasarkan keluhan utama kedua partisipan pada saat masuk
rumah sakit yaitu sesak nafas, batuk-batuk, demam. Keluhan
utama yang dirasakan pada kasus sesuai dengan teori Rahajoe,
Nastiti N, dkk (2008) bahwa gambaran klinis penumonia pada
bayi dan anak bergantung pada berat ringannya infeksi, tetapi
secara umum dapat dilihat berdasarkan 2 gejala yaitu, gejala
infeksi umum dan gejala gangguan respiratori, salah satu dari
gejala gangguan respiratori pada pasien bronkopneumonia yaitu
anak mengeluh sesak saat bernapas. Analisa peneliti sesak nafas
terjadi karena proses inflamasi pada jaringan bronkus yang
mengakibatkan peningkatan tekanan pada paru, selain itu juga
dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari
luar sehingga berkurangnya kapasitas paru, maka dari itu tubuh
akan berusaha untuk mencukupi kebutuhan oksigen dengan cara
peningkatan upaya untuk bernapas.
c. Data lingkungan
Data lingkungan didapatkan antara kedua partisipan menyatakan
bahwa rumah kurang ventilasi dan sempit. Hal ini didukung oleh
penelitian Anwar Athena, Ika Dharmayanti tahun 2014 mengatakan
bahwa adanya risiko bronkopneumonia pada balita yang tinggal
dirumah dengan ventilasi yang tidak memenuhi syrat kesehatan dan
atau tidak ada atau tidak biasa membuka jendela disebabkan karena
ventilasi dan jendela mempunyai fungsi sangat penting untuk
menjamin kualitas dan kecukupan sirkulasi udara yang keluar dan
masuk ruangan rumah. Analisa peneliti ventilasi rumah yang kurang
dapat menyebabkan terhambatnya sirkulasi udara dengan baik,
sehinga kurangnya pertukaran oksigen didalam rumah, dan kurangnya
terpapar pencahayaan sinar matahari kedalam rumah yang juga dapat
berperan dalam menghambat perkembangan bakteri didalam rumah.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik area paru saat inspeksi ditemukan adanya retraksi
dinding dada pada kedua kasus. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa tanda bronkopneumonia pada anak berupa retraksi
(penarikan dinding dada bagian bawah saat bernapas bersama dengan
peningkatan frekuensi napas), fremitus melemah suara napas melemah
dan ronkhi ( Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009).
f. Data penunjang
Pada hasil rontgen didaptkan bercak-bercak infiltrat di area paru pada
partisipan 1 dan partisipan 2. Hal ini didukung oleh teori Somantri
Irman, tahun 2009 mengatakan bahwa foto rontgen dada (chest x-ray):
teridentifikasi penyebaran, misalnya lobus, bronkhial, dapat juga
menunjukkan multipel abses/ infiltrat, empiema (Staphylococcus),
penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakterial), atau penyebaran ekstensif
nodul infiltrat (sering kali viral), pada pneumonia mycoplasma,
gambaran chest x-ray mungkin bersih.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil observasi peneliti menemukan diagnosa yang muncul diruangan
hanya 1 diagnosa yaitu ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
adanya gangguan ventilasi.
Analisa peneliti sesuai dengan observasi dan dokumentasi, diagnosa yang
ditemukan peneliti yaitu :
Partisipan 1 : Ketidakefektifan pola nafas b/d dengan ventilasi adanya
gangguan ventilasi, Gangguan pertukaran gas b/d hiperventilasi,
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari
Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classification (NOC). Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus
pasien didasarkan pada tujuan intervensi masalah keperawatan yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan sekret di jalan
nafas, ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi, gangguan pertukaran
gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, Gangguan pola tidur
berhubungan dengan ketidaknyamanan.
4. Implementasi Keperawatan
Hasil observasi peneliti implementasi yang dilakukan diruangan yaitu
Implementasi pada diagnosa yaitu monitor vital sign, intake out put cairan,
intake cairan per NGT, memberikan terapi obat. Analisa peneliti
berdasarkan hasil observasi bahwa pada partisipan perlu dilakukan
pengaturan posisi semifowler sesuai dan dilakukan auskultasi bunyi nafas
untuk mengetahui area penurunan ventilasi dan memaksimalkan ventilasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Partisipan 1
Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan adanya gangguan ventilasi, didapatkan evaluasi keperawatan
teratasi pada hari ke 5, dengan kriteria hasil Ny.T mengatakan nafas An.G
sudah tidak sesak, An.G tampak tenang, frekuensi nafas 35 kali permenit,
pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 liter, dan bisa melepaskan bantuan
oksigen tanpa disertai sesak nafas.
Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
ventilasi yang tidak adekuat teratasi sebagian, Intervensi dihentikan karena
pasien pulang.
.
Partisipan 2
Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan adanya gangguan ventilasi, didapatkan evaluasi keperawatan
teratasi pada hari ke 5, dengan kriteria hasil Ny.N mengatakan nafas An.F
sudah tidak sesak, An.F tampak tenang, frekuensi nafas 30x permenit,
pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 liter, dan bisa melepaskan bantuan
oksigen tanpa disertai sesak nafas.
Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
ventilasi yang tidak adekuat sudah teratasi, intervensi dihentikan karena
pasien pulang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran
sebagai berikut
1. Bagi Perawat HCU Anak
Diharapkan lebih memperhatikan kebutuhan dasar gangguan oksigenasi
pada pasien bronkopneumonia karena penyembuhan atau perkembangan
penyakit bronkopneumonia tergantung pada kebutuhan oksigenasi dan
meningkatkan perencanaan pulang (discharge planning) pada pasien
bronkopneumonia supaya anak tidak berulang ke rumah sakit dengan
penyakit yang sama.
2. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan hasil karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman serta dapat menerapkan asuhan keperawatan gangguan
oksigenasi dalam praktik keperawatan serta dapat mengaplikasikan ilmu
yang didapat selama perkuliahan dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya gangguan oksigenasi pada pasien bronkopneumonia.
3. Bagi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang
Dapat meningkatkan mutu pendidikan mutu pendidikan sehingga
tercapainya lulusan perawat yang profesional, dan bermutu yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode
etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Athena & Dharmayanti, Ika.2014. Kejadian Pneumonia pada Anak Balita
di Indonesia. Jakarta: Percetakan Negara No. 29 Diakses
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/405
Bakta, I Made, Prof. DR. Dr. SpPD (KHOM) & Suastika, I Ketut, dr. SpPD (KE).
2015. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Dinas Pelayanan Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan tahun 2013. Padang.
Ernawati, S.Kep.Ns. 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan Dalam
pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Francis, Caia, MSc, CBiol, MIBiol, BSc (Hons), AKC, RGN, PGCE, Asthma
Diploma. 2011. Perawatan Respirasi. Jakarta: Erlangga.
Hendrizal, Saanin Syaiful & Bachtiar Hafni. 2014. Pengaruh Terapi Oksigen
Menggunakan Non-Rebeathing Mask terhadap Tekanan Parsial CO2 Darah
pada Pasien Cedera Kepala Sedang. Jakarta: Jurnal Kesehatan Andalas
diakseshttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=300125&val=7
288&title=Pengaruh%20Terapi%20Oksigen%20Menggunakan%20Non-
Rebreathing%20Mask%20Terhadap%20Tekanan%20Parsial%20CO2%20D
arah%20pada%20Pasien%20Cedera%20Kepala%20Sedang
Mariyam. 2013. Aplikasi Teori Konservasi Levine pada Anak dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di ruang Perawatan Anak. Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang diakses
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=137421&val=5091&titl
e=APLIKASI%20TEORI%20KONSERVASI%20LEVINE%20PADA%20
ANAK%20DENGAN%20GANGGUAN%20PEMENUHAN%20KEBUTU
HAN%20OKSIGENASI%20DI%20RUANG%20PERAWATAN%20ANA
K pada tanggal 01 Februari 2017.
Masela R. Hesty dkk, 2015. Hubungan Antara Pemberian ASI Ekslusif Dengan
Riwayat Penyakit Infeksi Pada Anak Umur 1- 3 Tahun di Desa Mopusi
Kecamatan L Olayan Kabupate Bolaang Mongondow Induk. Diakses
Tanggal 3 April 2017, Pukul 10.30. Http://Download.Portalgaruda.Org.
Potter & Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson & Lorraine Mecarty Wilson, RN. PhD. 2012.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.
Profil Kesehatan Indonesia (2014). Jumlah kasus pneumonia pada balita Menurut
provinsi dan kelompok umur tahun 2014. Diakses
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatanindon
esia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf pada tanggal 23 Februari 2017.
Profil RSUP Dr. M. Djamil Padang. (2014). 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap
Tahun 2014. Diakses http://www.rsdjamil.co.id/pages/10penyakitterbanyak-
rawatinaptahun2014 tanggal 03 Februari 2017 pada tanggal 03 Februari
2017.
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
Graha Ilmu.
Saputra, Dr. Lyndon. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia.
Tanggerang Selatan: Binarupa Askara.
Supardi, Sudibyo & Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta: CV Trans Info Media.
Tarwoto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Empat. Jakarta: Salemba Medika.
Genogram
Ket:
: laki- laki : perempuan
Data objektif :
- Napas pasien tampak
sesak
- Terdapat retraksi
dinding dada
- Frekuensi napas yaitu
52 x/i, bunyi napas
bronkovaskuler
- Terpasang oksigen
nasal canul 2 liter/menit
- Pemeriksaan radiologi
ditemukan corakan
bronkovaskuler
bertambah, tampak
infiltrat di parakardial
kanan, tampak
gambaran opak nodular
di perihiler kanan.
Data subjektif : Gangguan pertukaran gas Ketidakseimbangan
Ny.T mengatakan bahwa perfusi ventilasi
anaknya masih terlihat
sesak saat bernapas dan
sesak bertambah apabila
pasien rewel dan gelisah.
Data objektif :
- Pasien tampak sesak
napas.
- Pasien terpasang
oksigen dengan
binasal 2 l/i.
- Akral tampak
membiru dan teraba
dingin.
- Hasil AGD yaitu, PH
7,28, PCO2 55 mmHg,
PO2 28 mmHg,
HCO3- 25,7 mmol/L,
BE: -2.5, SO2 rendah
yaitu 85%.
- Pemeriksaan radiologi
ditemukan corakan
bronkovaskuler
bertambah, tampak
infiltrat di parakardial
kanan, tampak
gambaran opak
nodular di perihiler
kanan.
Data subjektif : Gangguan pola tidur sesak saat bernapas dan
Ny.T mengatakan An.G ketidaknyamanan
bangun lebih awal dan
tidur kurang karena sesak
saat bernafas.
Data objektif :
Jumlah tidur kurangdari
normal sesuai usia yaitu
tidur siang An.G 1-2 jam
kuantitas kurang nyenyak
dikarenakan sesak saat
bernapas, tidur malam
sedikit frekuensi tidur
lebih kurang 4-6 jam/hari
dikarenakan anak sesak
dan rewel.
Terapi Oksigen
1) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
2) Monitor aliran
oksigen
3) Amati tanda-tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
Terapi relaksasi
4. Gambarkan
rasionalisasi dan
manfaat relaksasi
serta jenis
relaksasi yang
tersedia
5. Minta klien untuk
rileks
6. Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada
klien.
XI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TGL/ DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
HARI KEPERAWATAN
27-05- Ketidakefektifan - Monitor vital sign S : Ny.T mengatakan
2017 Pola Nafas - Intake out put cairan An.G masih terasa
berhubungan dengan - Intake cairan per sesak saat bernapas,
adanya gangguan NGT sesak bertambah bila
ventilasi - Memberikan terapi menangis.
obat.
O : Pasien masih
tampak lemah dan
sesak napas, terdapat
retraksi dinding dada,
akral tampak sianosis,
TTV pasien yaitu HR:
112 x/i, RR: 56 x/i, S:
38,8 0C, terpasang
oksigen nasal kanul 2
liter/menit.
A:
Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan adanya
gangguan ventilasi
belum teratasi sesuai
dengsn kriteria hasil
frekuensi pernapasan
dalam rentang
normal, irama
pernapasan normal,
suara auskultasi
pernapasan normal,
kepatenan jalan
napas, retraksi
dinding dada tidak
ada, suara napas
tambahan tidak ada.
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan terapi
oksigen, intake out
put cairan, intake
cairan per NGT, dan
monitor tanda-tanda
vital.
XVI. LINGKUNGAN
Rumah : Ny.N mengatakann vetilasi rumah kurang, halaman perkarangan tidak
dekat jalan, wc ada, sumber air minum air galon, tembat pembuangan sampah di
depan rumah dan dibakar.
Data objektif :
An.F tampak batuk-
batuk, pasien tampak
gelisah, pasien tampak
rewel. terdapat retraksi
dinding dada, frekuensi
napas yaitu 46 x/i, bunyi
napas bronkovaskuler
dan terpasang oksigen
nasal canul 2 liter/menit.
Tampak bercak infiltrat
di perihiler dan
perikardial kedua paru.
Data subjektif : Ketidakefektifan pola adanya gangguan
Ny.N mengatakan An.F nafas ventilasi
masih terlihat sesak dan
gelisah.
Data objektif :
Pasien tampak sesak,
terdapat retraksi dinding
dada, frekuensi napas
yaitu 46 x/i, bunyi napas
bronkovaskuler dan
terpasang oksigen nasal
canul 2 liter/menit
Data subjektif : Gangguan pertukaran gas Ketidakseimbangan
Ny.T mengatakan bahwa perfusi ventilasi
anaknya masih terlihat
sesak.
Data objektif:
Pasien terpasang oksigen
dengan binasal 2 l/i,
pasien tampak sesak
napas, hasil AGD yaitu,
pH 7.55 (7,38-7,42),
pCO2 26 mmHg (38-42
mmHg), pO2 117 mmHg
(75-100 mmHg), SO2
99% (94-100%)
XX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Terapi Oksigen
4) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
5) Monitor aliran
oksigen
6) Amati tanda-tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
TGL/ DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
HARI KEPERAWATAN
27-05- Ketidakefektifan - Monitor vital sign S: Ny.N mengatakan
2017 Pola Nafas - Intake out put cairan nafas An.F masih
berhubungan dengan - Intake cairan per sesak dan gelisah.
adanya gangguan NGT
ventilasi - Memberikan terapi O: Pasien tampak
obat. sesak, terdapat
retraksi dinding dada,
frekuensi napas yaitu
54 x/i, bunyi napas
bronkovaskuler dan
terpasang oksigen
nasal canul 2
liter/menit.
A:
Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan adanya
gangguan ventilasi
belum teratasi sesuai
dengsn kriteria hasil
frekuensi pernapasan
dalam rentang
normal, irama
pernapasan normal,
suara auskultasi
pernapasan normal,
kepatenan jalan
napas, retraksi
dinding dada tidak
ada, suara napas
tambahan tidak ada.
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan terapi
oksigen, intake out
put cairan, intake
cairan per NGT, dan
monitor tanda-tanda
vital.
28-05- - Monitor vital sign S : Ny.N mengatakan
2017 - Intake out put cairan nafas An.F masih
- Intake cairan per sesak dan gelisah.
NGT
- Memberikan terapi O: Pasien tampak
obat. sesak, terdapat
retraksi dinding dada,
frekuensi napas yaitu
55 x/i, bunyi napas
bronkovaskuler dan
terpasang oksigen
nasal canul 2
liter/menit.
A:
Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan adanya
gangguan ventilasi
belum teratasi sesuai
dengsn kriteria hasil
frekuensi pernapasan
dalam rentang
normal, irama
pernapasan normal,
suara auskultasi
pernapasan normal,
kepatenan jalan
napas, retraksi
dinding dada tidak
ada, suara napas
tambahan tidak ada.
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan terapi
oksigen, intake out
put cairan, intake
cairan per NGT, dan
monitor tanda-tanda
vital.
29/05/ - Monitor vital sign S: Ny.N mengatakan
2017 - Intake out put cairan nafas An.F masih
- Intake cairan per sesak dan gelisah.
NGT
- Memberikan terapi O: Pasien tampak
obat. sesak, terdapat
retraksi dinding dada,
frekuensi napas yaitu
52 x/i, bunyi napas
bronkovaskuler dan
terpasang oksigen
nasal canul 2
liter/menit.
A:
Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan ventilasi yang
tidak adekuat belum
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan terapi
oksigen, manajemen
jalan napas dan
monitor tanda-tanda
vital.
30/05/ - Monitor vital sign S: Ny.N mengatakan
2017 - Intake out put cairan nafas An.F sesak
- Intake cairan per sudah berkurang.
NGT O : Pasien tampak
- Memberikan terapi sesak pasien sudah
obat. berkurang, tidak
terdapat retraksi
dinding dada,
frekuensi napas yaitu
49 x/i, bunyi napas
bronkovaskuler dan
terpasang oksigen
nasal canul 2
liter/menit.
A:
Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan adanya
gangguan ventilasi
belum teratasi sesuai
dengsn kriteria hasil
frekuensi pernapasan
dalam rentang
normal, irama
pernapasan normal,
suara auskultasi
pernapasan normal,
kepatenan jalan
napas, retraksi
dinding dada tidak
ada, suara napas
tambahan tidak ada.
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan terapi
oksigen, intake out
put cairan, intake
cairan per NGT, dan
monitor tanda-tanda
vital.
31/05/ - Monitor vital sign S:
2017 - Intake out put cairan Ny.N mengatakan
- Intake cairan per nafas An.F sudah
NGT tidak sesak.
- Memberikan terapi O : tampak sesak
obat. pasien sudah
berkurang, tidak
terdapat retraksi
dinding dada,
frekuensi napas yaitu
39 x/i, bunyi napas
bronkovaskuler dan
terpasang oksigen
nasal canul 2
liter/menit.
A:
Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan ventilasi yang
tidak adekuat sudah
teratasi sebagian
sesuai dengan kriteria
hasil frekuensi
pernapasan dalam
rentang normal,
irama pernapasan
normal, suara
auskultasi pernapasan
normal, kepatenan
jalan napas, retraksi
dinding dada tidak
ada, suara napas
tambahan tidak ada.
P:
Intervensi dihentikan
karena pasien pulang.