Anda di halaman 1dari 155

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.K DAN AN.G DENGAN


LEUKEMIA DI RUANGAN KRONIS IRNA KEBIDANAN
DAN ANAK RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
YOSI OKTAVIA NINGSIH
NIM : 143110237

PRODI D-III KEPERAWATAN


PADANG POTEKKES KEMENKES
PADANG TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGANLEUKEMIA DI


RUANGAN KRONIS IRNA KEBIDANAN DAN ANAK
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya


Keperawatan diPendidikan Diploma III Politeknik
KesehatanKemenkesPadang

Oleh :
YOSI OKTAVIA NINGSIH
NIM : 143110237

PRODI D-III KEPERAWATAN


PADANG POTEKKES KEMENKES
PADANG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukurpeneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tentang
“Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Leukemia di Ruangan Kronis
IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”.
PenulisanKarya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untukmemperoleh gelarAhli Madya Keperawatan pada Program Studi D-III
Keperawatan Padang, Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.Kep, M.Kep
selaku dosen pembimbing I dan Ibu Hj. Tisnawati, S.St, M.Kesselaku dosen
pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tanpa bantuan
dari Ibu sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahini
dan peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. H. Sunardi, SKM. M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian


Kesehatan RI Padang.
β. Bapak Direktur RSUP Dr. M. DJamil Padang beserta staf yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian
γ. Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang .
4. Ns. Idrawati Bahar, S.Kep,M.Kep selaku Ka. Prodi D-III Keperawatan
Padang Poltekkes Kemenkes Padang yang telah membantu dalam usaha
memperoleh data yang peneliti perlukan.
5. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu
dalam pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
6. Kedua orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan semangat dan
dukungan serta doa yang di berikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan lancar.
7. Rekan-rekan seperjuangan BP β014 keperawatan yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti menyelesaikan
proposal ini.

Akhir kata, peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan bagi pihak yang membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Semoga dapat membawa manfaat bagi pegembangan ilmu keperawatan
nantinya. Amin.

Padang, β017

Peneliti
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yosi Oktavia Ningsih


NIM : 14γ110βγ7
Tempat/ Tanggal Lahir : Pakandangan/ 0β Oktober 1996
Suku : Minang
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Zakaria
Ibu : Zuraida
Kondisi Kesehatan : Baik
Tinggi Badan : 15γ cm
Berat Badan : 48 kg
Golongan Darah : O
Alamat : Simpang 4 Sungai Asam, Kecamatan
βx11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang
Pariaman.

Riwayat Pendidikan
No Pendidikan Tahun Ajaran

1 SD N 1β βx11 Enam Lingkung β00β-β008

β SMPN 01 βx11 Enam Lingkung β008-β011

γ SMAN 01 βx11 Enam Lingkung β011-β014

4 Poltekkes Kemenkes Padang β014-β017


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, 15 Juni β017
Yosi Oktavia Ningsih
“Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Leukemia di Ruang Kronis IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”

ii + 70 halaman, 1 bagan, 7 tabel, 1β lampiran

ABSTRAK
Leukemia pada anak dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan
tubuh sehingga anak mudah terkena infeksi. Kasus leukemia dibawah umur 15
tahun terjadi di indonesia γ0-40% kasus. Kasus rawatan anak dengan ALL di
RSUP Dr. M. Djamil Padang empat bulan terakhir (Oktober β016 sampai Januari
β017) pasien yang dirawat dengan ALL sebanyak ββ0 kunjungan. Tujuan
penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak leukemia.
Penelitian dimulai pada bulan April sampai Juni β017 di ruang kronis
IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. Populasi penelitian,
semua anak dengan leukemia. Sampel sebanyak β orang dengan teknik purposive
sampling. Instrumen pengumpulan data digunakan format pengkajian anak dan
alat pemeriksaan fisik. Cara pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan
studi dokumentasi. Analisis dilakukan dengan menganalisis semua data pada
tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan .
Hasil penelitian pada pengkajian didapatkan pada An.K batuk dan flu dan
pada An.G orang tua mengeluh anak pucat dan tidak ada nafsu makan. Setelah
selesai kemoterapi An.K mengeluh mual dan muntah serta sariawan pada bibir
dan mulut sehingga nafsu makan An.K berkurang, sedangkan An.G mengeluh
muntah, kurang nafsu makan dan terdapat luka pada bekas infus. Didapatkan
diagnosa keperawatan utama yang muncul pada kedua partisipan yaitu risiko
infeksi, intervensi keperawatan untuk masalah utama adalah kontrol infeksi,
monitor nutrisi, dan pengecekan kulit. Implementasi dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Evaluasi pada kedua partisipan masalah belum
teratasi.
Disarankan kepada perawat ruangan melalui Direktur RSUP Dr. M.
Djamil Padang agar melakukan pengkajian lebih dalam sehingga dapat menggali
masalah baru. Pada penatalaksanaan kemoterapi diharapkan penyediaan ruangan
khusus kemoterapi pada anak.

Kata Kunci :leukemia limfoblastik akut (ALL), kemoterapi


Daftar Pustaka : βγ (β006- β016)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
HALAMAN ORISINILITAS...............................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................viii
DAFTAR BAGAN...............................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A...Latar Belakang.....................................................................................1
B...Rumusan Masalah................................................................................5
C...Tujuan Penelitian.................................................................................5
D...Manfaat Penelitian...............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................7
A...Konsep Kasus Leukemia.....................................................................7
1....Pengertian......................................................................................7
β....Penyebab........................................................................................7
γ....Klasifikasi......................................................................................7
4....Manifestasi Klinis..........................................................................9
5....Patofisiologi...................................................................................11
6....WOC..............................................................................................14
7....Respon Tubuh................................................................................16
8....Pemeriksaan Diagnostik................................................................17
9....Penatalaksanaan.............................................................................18
B...Konsep Asuhan Keperawatan Pada Leukemia....................................βγ
1....Pengkajian................................................................................βγ
β....Kemungkinan Diagnosa Keperawatan..........................................β5
γ....Rencana Keperawatan...................................................................β6
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................37
A...Desain Penelitian.................................................................................γ7
B... Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................γ7
C... Populasi dan Sampel...........................................................................γ7
D...Alat dan Instrumen Penelitian..............................................................γ8
E... Jenis dan Cara Pengumpulan Data......................................................γ8
F... Rencana Analisis.................................................................................41
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS......................................42
A...DeskripsiKasus...........................................................................................4β
1....HasilPengkajian...................................................................................4β
β....DiagnosaKeperawatan..........................................................................45
γ....IntervensiKeperawatan.........................................................................47
4....ImplementasiKeperawatan...................................................................49
5....EvaluasiKeperawatan...........................................................................51
B...PembahasanKasus......................................................................................5β
1....PengkajianKeperawatan.......................................................................5γ
β....DiagnosaKeperawatan.........................................................................56
γ....IntervensiKeperawatan.........................................................................60
4....ImplementasiKeperawatan..................................................................6β
5....EvaluasiKeperawatan...........................................................................65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................68


A...Kesimpulan.................................................................................................68
B...Saran...........................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN

Bagan β.1. WOC......................................................................................14


DAFTAR TABEL

Tabel β.1. Patologi dan manifestasi klinis yang terkait pada leukemia..............1γ

Tabel β.β. Intervensi keperawatan leukemia.......................................................β6


Tabel 4.1. Pengkajian deskripsi kasus................................................................4β
Tabel 4.β. Masalah keperawatan deskripsi kasus...............................................45

Tabel 4.γ. Intervensi keperawatan deskripsi kasus.............................................47

Tabel 4.4. Implementasi keperawatan deskripsi kasus.......................................49

Tabel 4.5. Evaluasi keperawatan deskripsi kasus...............................................51


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah


Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1
Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing β
Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1
Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing β
Lampiran Format PengkajianPenelitian Partisipan 1
Lampiran Format PengkajianPenelitian Partisipan β
Lampiran PersetujuanMenjadiResponden (Infonmed Consent) Partisipan 1
Lampiran PersetujuanMenjadiResponden (Infonmed Consent) Partisipan β
Lampiran SuratIzinPenelitiandariInstitusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran SuratIzinPenelitian dari Kepala Instalansi Kebidanan dan Anak
Lampiran SuratKeteranganSelesaiPenelitian
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan penyakit ganas progresif pada jaringan pembentuk
darah. Leukemia terjadi karena adanya kerusakan pada pabrik pembuatan
sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering terjadi pada anak yang
berusia diatas 1 tahun, dan puncaknya antara usia β sampai 6 tahun.
(Apriany, β016).

Sulastriana, dkk (β01β) mengatakan bahwa di Indonesia γ0-40% kasus


leukemia terjadi pada anak dengan umur di bawah 15 tahun. Sedangkan
hasil penelitian Eunike Pinontoan, dkk (β01γ) ditinjau dari usia, jumlah
penderita yang berusia 6 bulan sampai 6 tahun sama jumlahnya dengan
penderita yang berusia 7 tahun sampai 1γ tahun sebanyak ββ orang (50%).
Jumlah penderita perempuan sebanyak 17 orang (γ9%) dan penderita laki-
laki berjumlah β7 orang (61%).

Data penyakit keganasan di Amerika Serikat melaporkan bahwa terdapat


γ.β50 anak yang memiliki diagnosis leukemia setiap tahun. Penyakit
leukemia di Amerika Serikat pada tahun β01γ yaitu 48.610 kasus dan
kematian akibat leukemia sebesar βγ.7β0 kasus. Di Jepang, Singapura, dan
Filipina kejadian leukimia per tahun pada anak di bawah 14 tahun adalah
γ5-49 / 1000.000 anak

Wolley, dkk (β016), menyatakan bahwa di Indonesia insiden leukemia β,5-


4,0 per 100.000 anak dengan β000-γβ00 kasus LLA tiap tahunnya. Di
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado sepanjang tahun β008-β01β jumlah
anak yang menderita LLA sekitar 60 anak yang rawat inap. Di RSK
Dharmais tahun β004-β008 kasus LLA sebanyak γ4 kasus dan LMA 10
kasus. Pada tahun β007-β009 di Departemen Kesehatan Anak
FKUI/RSCM telah dirawat pasien baru LLA sebanyak 198 kasus
(Sulastriana, dkk, β01β).

Poltekkes Kemenkes Padang


Leukemia termasuk 10 penyakit terbanyak yang dirawat diruang rawat
inap RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun β014, anak yang dirawat berjumlah
γ85 orang. Pada empat bulan terakhir (Oktober, November, Desember,
Januari) tahun β017 pasien yang dirawat dengan ALL sebanyak ββ0
kunjungan.

Leukemia dibagi menjadi dua tipe yaitu leukemia akut dan leukemia
kronis. Leukemia akut sel – sel darah mengalami kondisi yang abnormal
sehingga tidak dapat mngerjakan pekerjaan normal. Jumlah sel- sel
abnormal meningkat secara cepat, singga leukemia akut memburuk secara
cepat. Sedangkan pada leukemia kronis sel – sel darah yang abnormal
masih dapat mengerjakan pekerjaan mereka (Maharani, β009).

Leukemia akut memilki dua jenis yaitu lympoblastic leukemia akut (ALL)
dan leukemia myeloblastic akut (AML). Leukemia kronis juga memilki
dua jenis yaitu leukemia limfosotik kronis (LLK) dan leukemia mielositik
kronis (LMK). Tidak seperti leukemia pada orang dewasa, pada anak
biasanya adalah jenis akut dan limfoblastik. Jenis ALL meliputi kira –
kira 80% leukimia akut pada anak dan sisanya adalah leukemia mieloid
akut (AML) (Apriany, β016).

Anak yang menderita leukemia akan menunjukkan gejala demam, terdapat


petekie atau memar tanpa sebab. Leukemia dapat menyebabkan
perdarahan, infeksi sekunder maupun gagal organ. Gagal organ dapat
terjadi karena sel – sel leukemia dapat menginvasi testis, ginjal, prostat,
ovarium, saluran gastro intestinal, dan paru – paru. Lokasi invasi yang
paling berbahaya adalah Sistem Saraf Pusat (SSP) karena mengakibatkan
tekanan intrakranial sehingga dapat menyebabkan kematian (Wong, β009).
Perlu dilakukan asuhan keperawatan secara tepat dan benar sehingga tidak
terjadi infeksi dan perdarahan pada anak.

Perdarahan juga merupakan penyebab kematian yang utama pada pasien


leukemia. Sebagian besar perdarahan dapat dicegah atau dikendalikan

Poltekkes Kemenkes
dengan pemberian konsentrat trombosit atau plasma kaya trombosit,
karena infeksi meningkatkan kecenderungan perdarahan (Apriany, β016).

Perdarahan dapat terjadi akibat dari trauma atau cedera, untuk menghindari
perdarahan, anak dianjurkan menghindari aktivitas yang dapat
menimbulkan trauma atau cedera perdarahan seperti bersepeda, dan
bermain ayunan. Perawatan mulut anak seperti gosok gigi harus
diperhatikan karena sering terjadi perdarahan pada gusi. Komplikasi lain
timbul yaitu mual, muntah, anoreksia atau penurunan nafsu makan (Wong,
β009).

Leukemia memerlukan terapi untuk meningkatkan angka keberhasilan


hidup. Salah satu terapi leukemia pada anak adalah dengan melakukan
kemoterapi. Tujuan dari kemoterapi adalah mengobati atau memperlambat
pertumbuhan kanker atau mengurangi gejalanya (Apriany, β016). Terdapat
tiga fase pelaksanaan kemoterapi yaitu fase induksi, fase profilaksis, dan
fase konsolidasi (Suriadi, dkk, β010).

Kemoterapi yang agresif pada kanker di masa kanak – kanak telah


menghasilkan perbaikan yang dramatis pada angka keberhasilan hidup
anak, namum terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai efek lanjutnya
(Wong, β009). Komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi kanker
dimasa kanak – kanak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena
neutropenia. Kondisi ini akan meningkatkan risiko infeksi yang berat
akibat penurunan fungsi utama neutrofil sebagai pertahanan terhadap
mikroorganisme asing (Apriany, β016).

Pertahanan pertama melawan infeksi adalah pencegahan. Apabila anak


dirawat di Rumah Sakit, perawat harus menggunakan segala cara untuk
mengendalikan penularan infeksi. Cara ini secara khas meliputi pemakaian
ruang rawat pribadi, membatasi semua pengunjung dan mengajarkan
teknik mencuci tangan. Pencegahan infeksi tetap menjadi prioritas sesudah

Poltekkes Kemenkes
anak pulang dari Rumah Sakit dengan cara semua anggota keluarga
dianjurkan mencuci tangannya sampai bersih untuk mencegah penyebaran
kuman patogen kedalam rumah (Wong, β009).

Komplikasi yang lebih berbahaya adalah dalam penelitian Nugroho (β010)


mengatakan kemoterapi induksi remisi pada anak dengan LLA
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kalium dan fosfat serum, serta
penurunan kadar kalsium serum sehingga dapat berdampak terhadap
timbulnya hiperkalamia, hiperfosfatemia, dan hipokalsemia. Gangguan
keseimbangan elektrolit tersebut berpotensi menimbulkan efek
kardiotoksik (chemotheraphy-related cardiotoxic) dan nefropati yang
dapat berlanjut menjadi gagal ginjal akut.

Asuhan keperawatan anak yang menderita leukemia secara langsung


terkait dengan pendidikan kesehatan, dukungan fisik dan emosi untuk
mengatasi kecemasan dan ketakutan. Perawat bekerjasama dengan
keluarga memiliki peranan suportif yang signifikan dalam membantu
keluarga dan anak memahami berbagai macam terapi, mencegah atau
mengatasi efek samping yang telah diperkirakan, mengamati timbulnya
efek terapi dimasa mendatang dan membantu anak serta keluarga agar
dapat hidup normal dan mampu mengatasi aspek –aspek emosional akibat
penyakit. Memberikan penyuluhan merupakan peranan perawat yang
utama, terutama dalam pemeriksaan klinis dan perawatan dirumah.
Diagnosis leukimia cenderung menimbulkan rasa cemas pada keluarga dan
pasien. Perawat memberikan dukungan dan menentramkan perasaan cemas,
selain memberi penjelasan yang akurat mengenai pemeriksaan diagnostik,
prosedur dan rencana terapi (Apriany, β016). Tahapan asuhan keperawatan
pada anak yang menderita leukemia tidak berbeda dengan asuhan
keperawatan dengan kasus lain, tahapan asuhan keperawatan dimulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Poltekkes Kemenkes
Berdasarkan survei awal yang dilakukan tanggal 10 Januari β017
ditemukan 8 orang anak dengan kasus ALL di ruang Kronik IRNA
kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Djamil Padang. Hasil wawancara penulis
dan perawat diruangan kronis, asuhan keperawatan pada anak dengan
leukemia dimulai dari pengkajian. Pengkajian yang dilakukan perawat
sudah lengkap meliputi identitas anak dan orang tua, alamat, riwayat
kesehatan, data pemeriksaan fisik serta diagnostik, pada dokumentasi
pemeriksaan fisik hanya dibuat tidak ada keluhan (TAK). Diagnosa yang
ditegakkan perawat ruangan sudah sesuai dengan teori asuhan keperawatan
tetapi diagnosa yang ditegakkan hanya satu diagnosa utama untuk
beberapa hari, biasanya diagnosa yang muncul adalah risiko infeksi, resiko
perdarahan, dan ketidakseimbangan nutrisi. Intervensi yang diterapkan
oleh perawat ruangan sudah sesuai dengan teori, tetapi intervensi yang
dibuat hanaya γ buah. Implementasi keperawatan pada anak dengan
leukemia banyak dilakukan dengan berkolaborasi dengan dokter dalam hal
terapinya seperti pemberianinfus, BMP dan obat kemoterapi. Evaluasi
keperawatan yang dibuat perawat ruangan menggunakan SOAP.
Dokumetasi dilakukan perawat sudah sistematis dan lengkap dibuku status
dan laporan pasien.

Berdasarkan latar belakang diatas penelitimelakukan penelitian tentang


Leukemia pada anak diruangan Ruang Rawat Anak IRNA Kebidanan dan
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun β017.

B. Rumusan masalah
Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada anak dengan kasus
Leukimia di Ruang Rawat Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun β017 ?

Poltekkes Kemenkes
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada anak dengan
kasus Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak di RSUP
Dr.M. Djamil Padang pada Tahun β017.

β. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada anak dengan kasus
Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang pada Tahun β017.
b. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan pada anak dengan
kasus Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Tahun β017.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada anakdengan
kasus Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Tahun β017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anakdengan
kasus Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Tahun β017.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan
kasus Leukimia di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada Tahun β017.

D. Manfaat
1. Institusi pelayanan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
dalam menerapkan asuhan keperawatan pada anak Leukemia .
β. Pengembangan keilmuan
a. Peneliti
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta kemmpuan peneliti dalam menerapkan

Poltekkes Kemenkes
asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia yang telah
dipelajari.
b. Institusi pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi bahan
rujukan atau perbandingan, khusunya mengenai penerapan asuhan
keperawatan pada anak dengan leukemia.

Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAN

A. KONSEP KASUS
1. Pengertian
Leukemia proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembekuan darah ( Suriadi & Yuliani, β010). Leukemia adalah kanker
jaringan yang menghasilkan sel darah putih (leukosit), dihasilkan
leukosit yang imatur atau abnormal dalam jumlah berlebihan, dan
leukosit – leukosit tersebut melakukan invasi ke berbagai organ tubuh
(Betz & Sowden, β009).
Leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan, jumlah
leukosit dalam bentuk seringkali rendah, sel – sel imatur ini tidak
sengaja menyerang dan menghacurkan sel darah normal atau jaringan
vaskuler (Apriany, β016).

2. Penyebab
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (T cell leukemia lymphoma virus/HTLV).
b. Tingkat radiasi yang sangat tinggi
c. Obat – obatan imunosupresif, obat – obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome (Suriadi &
Yuliani, β010).

3. Klasifikasi
Dalam istilah yang paling luas leukemia pada anak dapat
diklasifikasikan sebagai akut, kronik, kongenital. Leukemia akut

Poltekkes Kemenkes
menunjukkan proliferasi maligna sel immatur (blastik). Jika proliferasi
itu sebagian melibatkan jenis sel yang lebih matur (berdiferensiasi),
leukemia itu diklasifikasikan kronik. Leukemia kongenital atau
neonatal adalah leukemia yang terdiagnosis dalam 4 minggu pertama
kehidupan bayi. Leukemia pada anak biasanya jenis limfoblastik akut
(ALL) (Apriany, β016).
a. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)
Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak – anak di
bawah umur 15 tahun. Manifestasi berupa poliferasi limfoblas
abnormal dalam sum – sum tulang dan tempat – tempat
ekstramedular.
b. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia
(ANLL)
Merupakan neoplasma uniklonal yang berasal dari trasformasi
suatu atau beberapa sel hematopoitek. Sifat sebenarnya dari lesi
molekular yang bertanggung jawab atas sifat – sifat neoplasmik
dari sel yang berubah bentuknya tidak jelas, tapi defek krisis
adanya instrinsik dan dapat diturunkan oleh keturunan sel tersebut.
c. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)
Chronic Mielogenosa Leukemia (CML) adalah penyakit klonal sel
induk pluripoten dan digolongkan sebagai salah satu penyakit
mieloproliferatif.
CML merupakan neoplasma pada sel tunas hematopoietik yang
berpotensi menimbulkan proliferasi progenitor granulositik.
Definisi lain menyebutkan CML merupakan suatu penyakit yang
dicirikan oleh elevasi yang cukup besar dari jumlah leukosit darah,
tanpa akumulasi dari segala bentuk dan belum menghasilkan
granulosit matang.
d. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)
Usia rerata paisen saat didiagnosis berusia 65 tahun, hanya 10-15%
kurang dari 50 tahun. Risiko terjadinya LLK meningkat seiring

Poltekkes Kemenkes
usia. Perbandingan risiko relatif pada pria tua adalah β, 8:1
perempuan tua.

e. Leukemia Kongenital
Leukemia kongenital sangat jarang terjadi, terdapat kurang 100
kasus yang tercatat dengan baik, dengan sebagian besar adalah
AML. Leukemia ini biasanya ditandai oleh hiperleukositosis,
hepatosplenomegeli, infiltrat kulit nodular, dan gawat napas
sekunder akibat leukositasis pulmonal. Leukemia kongenital telah
dihubungkan dengan sindromdown, sindrom turner, trisomi 9,
monosomi 7 mosaik, penyakit jantung kongenital (Apriany, β016).
Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada anak –
anak adalah leukemia limfoid akut (ALL) dan leukemia nonlimfoid
akut (ANLL/AML) (Wong, β009).

4. Manifestasi Klinis
a. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)
Gambaran klinis ALL cukup bervariasi, dan gejalanya dapat
tampak tersembunyi atau akut. Manifestasi klinisnyaantara lain
pucat, mudah memar, letargi, anoreksia, malaise, nyeri tulang,
nyeri perut dan perdarahan. Pada pemeriksaan fisik akan
ditemukan hal – hal sebagai berikut : demam, keletihan, anoreksia,
pucat, petekie dan ekimosis pada kulit atau membran mukosa,
perdarahan retina, pembesaran dan fibrosis organ – organ sistem
retikuloendotelial seperti hati, limpa, dan limfonodus, berat badan
turun, nyeri abdomen yang tidak jelas, nyeri sendi dan nyeri tekan
pada tulang (Betz & Sowden β009).

b. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia


(ANLL)
Leukemia mieloblastik akut merupakan suatu kelompok penyakit
yang heterogen yang memberikan prognosis buruk. Gejala dan

Poltekkes Kemenkes
tanda AML yang muncul meliputi pucat, demam, nyeri tulang, dan
perdarahan kulit serta mukosa.
Meskipun ALL dan AML tidak dapat dibedakan berdasarkan
temuan klinis sekarang, beberapa subtipe dari AML memiliki
manifestasi yang berbeda. Leukemia promielositik akut sering kali
berhubungan dengan koagulasi intravaskuler diseminata (DIC) dan
perdarahan yang serius, sedangkan leukemia monoblastik atau
mielomonoblastik akut dapat memperlihatkan hipertrofi gusi dan
nodul kulit. Koagulasi intravaskuler diseminata terjadi lebih sering
dan lebih serius pada AML (Apriany, β016).

c. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)


CML terutama terjadi pada orang dewasa yang berusia antara β5
dan 60 tahun, insiden puncaknya terletak pada usia antara γ0 dan
50 tahun. Walaupun demikian, penyakit ini dapat terjadi pada anak,
neonatus, dan orang yang sangat tua. Gejala klinik CML
tergantung pada fase yang kita jumpai pada penyakit tersebut,
yaitu :
1) Fase kronik, terdiri atas :
a) Gejala – gejala yang berhubungan dengan
hipermetabolisme, misalnya penutrunan berat badan, badan
kelelahan, anoreksia, atau keringat malam.
b) Splenomegali hampir selalu ada dan sering kali bersifat
masif. Pada beberapa pasien, pembesaran limpa disertai
dengan rasa tidak nyaman, nyeri, atau gangguan
pencernaan.
c) Gambaran anemia meliputi pucat, dispnea, dan takikardi.
d) Memar, epistaksis, menorhagia, atau perdarahan di
tempat – tempat lain akibat fungsi trombosit yang abnormal.
e) Gout atau gangguan ginjal yang disebabkan oleh
hiperurikemia akibat pemecahan purin yang berlebihan
dapat menimbulkan masalah.

Poltekkes Kemenkes
f) Gejala yang jarang dijumpai meliputi gangguan penglihatan
dan priapismus (Apriany, β016).
β) Fase transformasi akut, terdiri atas :
a) Perubahan terjadi pelan – pelan dengan prodomal selama 6
bulan, disebut sebagai fase akselerasi. Timbul keluhan baru
yaitu demam, lelah, nyeri tulang (sternum) yang semakin
progresif. Respon terhadap kemoterapi menurun,
leukositosis meningkat dan trombosit menurun dan
akhirnya menjadi gambaran leukemia akut.
b) Pada sekitar sepertiga penderita, perubahan terjadi secara
mendadak, tanpa didahului masa prodomal, keadaan ini
disebut kritis bastik(blast crisis). Tanpa pengobatan adekuat
penderita sering meninggal dalam 1 sampai β bulan
(Apriany, β016).

d. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)


Pada awal diagnosis, kebanyakan pasien LLK tidak menimbulkan
gejala. Pada pasien dengan gejala, paling sering ditemukan
limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan.
Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan dan penurunan
kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan
infeksi jarang terjadi pada awalnya, tetapi semakin mencolok
sejalan dengan perjalanan penyakitnya, dan juga limfadenopati
massifdapat menimbulkan obstruksi lumen termasuk ikterus
obstruktif, disfagia uropati obstuktif, edema ekstremitas bawah.
Infeksi bakteri dan jamur sering ditemukan pada stadium lanjut
karena defisiensi imun dan neutropenia (akibat infiltrasi sum – sum
tulang, kemoterapi, atau hipersplenisme) (Apriany, β016).

5. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi tanpa batas sel – sel darah putih yang
imatur dalam jaringan tubuh yang membentuk darah. Sel – sel imatur

Poltekkes Kemenkes
ini tidak sengaja menyerang dan menghansurkan sel darah normal atau
jaringan vaskular (Betz & Sowden , β009).

Walaupun bukan suatu tumor, sel – sel leukemia memperlihatkan sifat


neoplastik yang sama seperti sel – sel kanker yang solid. Oleh karena
itu, keadaan patologi dan menifestasi klinisnya disebabkan oleh
infiltrasi dan penggantian setiap jaringan tubuh dengan sel – sel
leukemia nonfungsional. Organ – organ yang terdiri banyak pembuluh
darah, seperti limpa dan hati, merupakan organ yang terkena paling
berat (Wong, β009).

Sel – sel leukemia berinfiltrasi kedalam sum – sum tulang,


menggantikan unsur – unsur sel yang normal, sehingga mengakibatkan
timbulnya anemia dan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah
yang tidak mencukupi bagi tubuh (Betz & Sowden , β009). Invasi sel –
sel leukemia kedalam sum – sum tulang secara perlahan akan
melemahkan tulang dan cenderung mengakibatkan fraktur. Karena
sel – sel leukemia menginvasi periosteum, peningkatan tekanan
menyebabkan nyeri yang hebat (Wong, β009).

Timbul perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit yang


bersirkulasi. Infeksi juga lebih sering terjadi karena berkurangnya
jumlah leukosit normal. Invasi sel – sel leukemik kedalam organ –
organ vital menimbulkan hepatomegali, splenomegali, dan
limfadenopati (Betz & Sowden , β009).

Leukemia nonlimfoid akut mencakup beberapa jenis leukemia berikut


leukemia mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, dan leukemia
mielositik akut. Timbul disfungsi sum – sum tulang, yang
menyebabkan menurunnya jumlah sel darah merah, neutrofil, dan
trombosit. Sel – sel leukemik menginfiltrasi limfonodus, limpa, hati.
Tulang, dan sistem saraf pusat (SSP), juga organ – organ reproduksi

Poltekkes Kemenkes
seperti testis. Lokasi invasi yang paling penting adalah SSP yang
terjadi sekunder karena infiltrasi leukemik dapat menyebabkan tekanan
intrakranial (Betz & Sowden , β009).
Tabel β.1
Patologi dan manifestasi klinis yang terkait pada leukemia

Organ atau Jaringan Akibat Manifestasi


Disfungsi sum – 1. Penurunan jumlah Pucat, letih
sum tulang eritrosit
mengakibatkan Demam
anemia
β. Penurunan jumlah
neutropenia Perdarahan (petekie)
mengakibatkan
infeksi
γ. Penurunan jumlah
trombosit Kecenderungan
mengakibatkan mengalami fraktur,
kencenderungan nyeri
perdarahan
4. Invasi sum – sum
tulang mengakibatkan
kelemahan tulang,
invasi periosteum

Hati Infiltrasi, pembesaran Hepatomegali


dan akhirnya fibrosis

Limpa Splenomegali
Kelenjar limfe Limfadenopati
Sistem saraf pusat, 1. Peningkatan tekanan Sakit kepala hebat
meninges intrakranial, Muntah
pelebaran ventrikulus Iritabilitas, letargi
β. Iritasi meninges Papiledema
Akhirnya koma
Nyeri
Kaku kuduk dan
punggung kaku

Poltekkes Kemenkes
Hipermetabolisme Sel – sel normal Pelisutan (atrofi)
mengalami kekurangan otot
zat gizi karena dirampas Penurunan berat
oleh sel – sel yang badan
menginvasinya Anoreksia
Keletihan

Sumber: Wong, dkk. (β009)

Poltekkes Kemenkes
6. WOC Leukemia
Faktor pencetus:
- genetik -radiasi
kelainan kromosom - infeksi virus proliferasi sel kanker
paparan bahan kimia- obat-obatan

Infiltrasi susum tulang penyebaran ekstramedular sel onkogen

Sel normal digantikan melalui sirkulasi darah melalui sistem limfatik sistem pertumbuhan
berlebihan
Oleh sel kanker saraf pusat
proliferasi limfosit
Depresi produksi nodus limpe peningkatan kebutuhan
nutrisi
Sumsum tulang pembesaran hati dan limpa tekanan meningkat
limfadenopati intrakranial
Hepatosplenomegali
hipermetabolisme
Penurunan eritrosit sakit kepala, muntah
Penekanan ruang abdomen Kaku kuduk
ketidakseimbangan
peningkatan nutrisi
kurang dari
Penurunan trombosit pucat,mudah lelah anemia suplai oksigen kejaringan tekanan intra kebutuhan
Inadekuat abdomen
trombositopenia ketidakseimbangan

Poltekkes Kemenkes
penurunan fungsi perfusi jaringan perifer nyeri kronis risiko
ketidak-
leukosit demam resiko infeksi efektifan
perfusi
kecenderungan perdarahan petekie, memar jaringan ke
otak
infiltrasi periosteal Kelemahan tulang gusi berdarah
risiko
perdarahan
Tulang lunak dan lemah stimulasi saraf C (nociceptor) nyeri kronis
Fraktur fisiologis hambatan mobilitas fisik

Leukemia akut leukemia kronis

Proliferasi maligna sel imatur (blastik) proliferasi maligna sel yang lebih matur (berdiferensiasi)

Perjalanan penyakit cepat perjalanan penyakit lambat (selama β-5 tahun)

Terapi leukemia transplantasi sumsum tulang

Terapi leukemia

Kemoterapi terapi radiasi

Obat kemoterapi tidak menimbulkan efek

hanya menghancurkan sel samping

Poltekkes Kemenkes
sel kanker, melainkan
juga sel normal saluran pencernaan

menyebabkan luka pada


Sel – sel darah pada akar rambut mulut, dan bibir, mual, muntah diare
Penurunan nafsu makan Kulit menjadi merah

Hb terjadi kerontokan Kering, dan peka

Leukosit rambut ketidakseimbangan


Trombosit nutrisi kurang dari Kekurangan volume cairan
Kebutuhan tubuh kerusakan integritas kulit
Anemia gangguan citra tubuh
Resiko infeksi Bagan β.1 kerusakan
membran
Resiko perdarahan Web of Caucion Leukemia mukosa oral
sumber NANDA NIC NOC jilid β (β01γ); Apriany (β016); Maharani (β009); Handayani & Haribowo (β008)

Poltekkes Kemenkes
7. Respon tubuh terhadap fisiologis
Sistem persarafan
Sel – sel leukemia menginvasi sistem saraf pusat yang menyebabkan
peningkatan intrakranial. Akibatnya terjadi desakan pada otak dan
selaput sehingga aliran darah ke serebral menurun , perfusi tidak
adekuat, PCOβ meningkat dan POβ menurun, karena POβ menurun
otak mengalami kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dapat
mengakibatkan penurunan kesadaran pada anak.
Sistem endokrin
Adanya infiltrasi pada ektra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati dan limpa, kemudian terjadi penekanan pada ruang
abdomen sehingga tekanan intra abdomen meningkat, menimbulkan
nyeri pada pada abdomen. Nyeri abdomen dapat menghilangkan nafsu
makan pada anak.
Sistem ekstremitas
Infiltrasi pada ektra medular juga mengakibatkan nyeri pada sendi dan
tulang akibat dari susum tulang didesak oleh sel darah putih, sehingga
terjadi kelemahan tulang akibatnya tulang lunak dan lemah dapat
terjadi fraktur fisiologis.
Sistem integumen
Proliferasi sel kanker menginvasi sumsum tulang, sel normal
digantikan oleh sel kanker sehingga terjadi depresi produksi sumsum
tulang mengakibatkan penurunan trombosit. Terjadi penurunan
trombosit terjadinya trombositopenia yang dapat terjadi perdarahan
pada tubuh, salah satu perdrahan secara tidak langsung adalah terdapat
petekie pada kulit dan ruam kemerahan tanpa sebab.
Sistem penecernaan
Pencegahan sel leukemia menginvasi keorgan lain dilakukan terapi,
salah satunya kemoterapi. Obat – obat emoterapi tidak hanya
menghancurkan sel – sel kanker tetapi juga pada sel normal, sehingga

Poltekkes Kemenkes
menimbulkan berbagai efek samping salah satunya meyebabakan luka
pada mulut, bibir, mual dan muntah, penurunan nafsu makan.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat pada darah tepi
berdasarkan pada kelainan sumsum tulang berupa adanya
pansitopenia, limfositosis yang kadang – kadang menyebabkan
gambaran tepi monoton dan terdapat sel blas. Terdapat sel blas
dalam darah tepi merupakan gejala patognomik untuk leukemia.
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoietik patologis
sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder).
Anak dengan sel darah putih lebih dari 50.000/mm γ adalah tanda
prognosis kurang baik. Kadar hematokrit dan hemoglobin rendah
mengindikasikan anemia. Trombosit rendah mengindikasikan
potensial perdarahan.
b. Aspirasi sumsum tulang (BMP), hiperseluler terutama banyak
terdapat sel muda
c. Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit
normal, RES, granulosit.
d. Cairan serebrospinalis atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS)
Bila terdapat jumlah patologis dan protein, berarti suatu leukemia
meningeal. Untuk mencegahnya diberikan metotreksat (MTX)
secara intratekal secara rutin pada setiap pasien yang menunjukkan
gejala tekanan intrakranial meninggi.

Poltekkes Kemenkes
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan
perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila
terdapat tanda – tanda DIC dapat diberikan heparin (Ngastiyah,
β01β).
β) Terapi leukemia meliputi pemakaian agens kemoterapeutik,
tujuannya untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan
sel kanker, kemoterapi dapat membunuh sel kanker yang telah
lepas dari sel kanker induk atau bermetastase melalui darah dan
limfe ke bagian tubuh lain. Prose kemoterapi terbagi dalam
empat fase, yaitu :
a) Terapi induksi
Yang menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang
dari 5% sel – sel leukemia dalam sum – sum tulang.
Hampir segera setelah diagnosis ditegakkan, trrapi induksi
dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu.
Obat – obatan utama yang dipakai untuk induksi pada
ALL adalah kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin,
dan L-asparaginase, dengan atau tanpa doksorubisin.
Terapi obat pada AML meliputi doksorubisin atau
daunorubisin (daunomisin) dan sitosin arabinosida.
b) Terapi profilaksis SSP
Yang mencegah agar sel – sel leukemia tidak menginvasi
SSP. Penanganan SSP terdiri atas terapi profilaksis
melalui kemoterapi intratekal dengan metotreksat,
sitarabin, dan hidrokortison. Karena adanya kekhawatiran
terhadap terhadap efek samping iradiasi kranial, terapi ini
hanya dialakukan pada pasien – pasien yang beresiko
tinggi dan yang memiliki penyakit SSP.

Poltekkes Kemenkes
c) Terapi intensifikasi (konsolidasi)
Yang menghilangkan sel – sel leukemia yang masih tersisa,
diikuti dengan terapi intensifikasi lambat (delayed
intensification), yang mencegah timbulnya klon leukemik
yang resisten. Penyuntikan intratekal yang menyertai
kemoterapi sistemik meliputi pemberian Lasparaginase,
metotreksat dosis tinggi atau sedang, sitarabin, vinkristin
dan merkaptopurin.
d) Terapi rumatan
Yang berfungsi untuk mempertahankan fase remisi. Terapi
rumatan dimulai sesudah terapi induksi dan konsolidasi
selesai dan berhasil dengan baik untuk memelihara remisi
selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia. Regimen
terapi obat kombinasi yang meliputi pemberian
merkaptopurin setiap hari, metotreksat seminggu sekali,
dan terapi intratekal secara periodik diberikan selama β
tahun kemudian. Demikian juga selama terapi rumatan,
harus dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap untuk
mengevaluasi respons sum – sum tulang terhadap obat –
obatan yang dilakukan.
e) Reinduksi sesudah relaps
Adanya sel – sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau
testis menunjukkan terjadinya relaps atau kekambuhan
penyakit. Terapi pada anak – anak yang mengalami relaps
mengalami relaps meliputi terapi reinduksi dengan
prednison dan vinkristin, disertai pemberian kombinasi
obat lain yang belum digunakan. Terapi preventif SSP dan
terapi rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah
diuraikan sebelumnya dan dilaksanakan setelah remisi.

Efek samping kemoterapi disebabkan dari efek non-spesifik


dari obat – obat sitotoksik sehingga menghambat proliferasi

Poltekkes Kemenkes
tidak hanya sel – sel kanker melainkan juga sel normal. Efek
samping obat kemoterapi atau obat sitotoksik dapat berupa :
a) Sel – sel darah
Sel – sel ini melawan infeksi, membantu darah membeku,
dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika sel – sel
terpengaruh, penderita leukemia lebih mudah mengalami
infeksi, memar, perdarahan, dan rasa lemah serta lelah.
b) Sel – sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menimbulkan kerontokan rambut.
c) Sel – sel yang melapisi pencernaan
Kemoterapi dapat menyebabkan luka mulut dan bibir, mual
dan muntah, diare, serta penurunan nafsu makan (Maharani,
β009).
γ) Terapi radiasi
Terapi radiasi (radiotherapy) dilakukan dengan menggunakan
sinar – sinar bertenaga tinggi untuk membunuh sel – sel
leukemia.pada terapiini, radiasi diarahkan pada limpa, otak,
atau bagian – bagian dari tubuh yang menjadi tempat
berkumpulnya sel – sel leukemia. Radiasi ini biasanya
diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang. Ketika pasien
menerima terapi radiasi umumnya kulit menjadi kemerahan,
kering, dan peka pada area yang dirawat (Maharani, β009).
4) Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang sudah dilakukan untuk
penanganan anak – anak yang menderita ALL dan AML
dengan hasil yang baik. Mengingat prognosis ank-anak yang
menderita AML lebih buruk, transplantasi sumsum tulang
alogenik bisa dipertimbangkan selama remisi pertama.
Transplantasi sumsum tulang alogenik meliputi tindakan
memperoleh sumsum tulang dari donor anggota keluarga yang
histokompatibel dan cocok (Wong, β008).

Poltekkes Kemenkes
Meskipun terapi yang agresif pada kanker dimasa kanak – kanak
telah menghasilkan perbaikan yang dramatis pada angka
keberhasilan hidup, namun terdapat peningkatan kekhawatiran
mengenai efek lanjutnya. Efek lanjut yang paling menghancurkan
adalah terjadinya kelainan keganasan sekunder. Anak – anak yang
mendapatkan iradiasi kranial pada usia 5 tahun atau kurang
merupakan kelompok yang paling rentan terkena tumor otak
(Wong, β008).

b. Penatalaksanaan keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan
pasien lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis
pasien pada umumnya kurang baik, maka pendekatan psikologis
harus diutamakan. Diagnosis leukemia cenderung menimbulkan
rasa cemas pada keluarga dan pasien. Perawat merupakan sarana
untuk memberikan dukungan dan menentramkan perasaan cemas,
selain memberi penjelasan yang akurat mengenai pemeriksaan
diagnostik, prosedur dan rencana terapi.
1) Mempersiapkan anak dan keluarganya dalam menghadapi
prosedur diagnostik dan terapeutik. Anak memerlukan
penjelasan mengenai prosedur dan hasil yang diharapkan dari
prosedur tersebut.
Mencegah komplikasi mielosupresi, proses leukemia sebagian
besar agens kemoterapi menyebabkan supresi sumsum tulang
(mielosupresi). Jumlah sel darah merah yang menurun
menimbulkan permasalahan sekunder berupa infeksi,
kecenderungan perdarahan dan anemia.
Komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi kanker dimasa
anak – anak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder
karena neutropenia. Pencegahan infeksi dapat dilakukan
dengan cara mengendalikan penularan infeksi. Cara ini
meliputi pemakaian ruang rawat pribadi, membatasi

Poltekkes Kemenkes
pengunjung dan petugas kesehatan yang menderita infeksi aktif
dan mencuci tangan dengan larutan antiseptik. Keadaan anak
perlu dievaluasi untuk menemukan lokasi yang berpotensi
menjadi tempat infeksi dan dipantau setiap kenaikan suhu
tubuh anak.
Komplisai lain yang sering ditemukan adalah perdarahan.
Perdarahan dapat dicegah dengan pemberian transfusi
trombosit. Kemudian perawatan mulut yang seksama
merupakan tindakan esensial karena karena sering terjadi
perdarahan gusi. Anak – anak dianjurkan untuk menghindari
aktivitas yang menibulkan trauma seperti bersepeda, memanjat
pohon, dan bermain sepatu roda.
β) Melaksanakan tindakan kewaspadaan dalam memberi dan
menangani agens kemoterapi. Banyak agens kemoterapi
bersifat vesikan (menimbulkan sklerosis) yang dapat
menimbulkan kerusakan sel yang berat. Untuk mengatasi
ektravasasi dengan cara obat – obatan kemoterapi harus
diberikan melalui slang infus. Pemberian dihentikan apabila
terlihat tanda – tanda infiltrasi seperti nyeri, rasa tersengat,
pembengkakan atau kemerahan pada tempat pemasangan
kanula infus.
γ) Memberikan perawatan fisik dan dukungan emosional secara
berkesinambungan (Apriany, β016).

Poltekkes Kemenkes
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS LEUKEMIA
1. Pengkajian
a) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal
lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Biasanya leukemia
banyak diderita oleh anak yang berusia β sampai 5 tahun,
diamana penderita laki – laki lebih banyak dibandingkan
penderita perempuan.
b) Keluhan utama
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan anak demam, nafas
sesak, anak tampak bernafas cepat, terdapat petekie pada
tubuh anak, anak tampak letih. Anak meneguluh nyeri pada
ekstremitas, berkeringat pada malam hari, penurunan selera
makan, sakit kepala dan perasaan tidak enak badan.
β) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu juga mencakup riwayat
kesehatan keluarga yaitu keluarga juga mengalami
leukemia.
γ) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat kesehatan ibu saat hamil adanya pemaparan sinar-
X saat hamil muda, riwayat keluarga dengan Sindrom
down karena kelainan kromosom salah satu penyebab
terjadinya leukemia.
4) Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena keletihan, nyeri pada ekstremitas,
anak mudah terserang infeksi.

Poltekkes Kemenkes
5) Riwayat psikososial dan perkembangan
Kelainan juga dapat membuat anak mengalami gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan
karena aktivitas bermain anak dibatasi.
c) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran composmentis sampai koma
Tekanan darah hipotensi
Nadi takikardi
Suhu tubuh tinggi
Pernapasan takipnea sesak napas
β) Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang
ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening.
γ) Mata
Biasanya pada pasien dengan leukemia konjungtiva anemis,
perdarahan retina.
4) Hidung
Biasanya pada hidung terjadi epistaksis.
5) Mulut
Biasanya pada wajah klien leukemiasering terjadi
perdarahan pada gusi
6) Thorax
Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura.
7) Abdomen
Biasanya pasien mengalami hepatomegali, spenomegali,
limfadenopati, nyeri abdomen
8) Kulit
Biasanya pada klien leukemia terdapat petekie pada tubuh
akibat perdarahan.

Poltekkes Kemenkes
9) Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas terasa nyeri terutama pada
persendian apabila digerakkan
d) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
Didapatkan Hb dan eritrosit menurun, leukosit rendah,
trombosit rendah.
β) Pemeriksaan sumsum tulang
Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan blastosit
abnormal dan sistem hemopoitik normal terdesak.
Aspirasi sumsum tulang (BMP) didapatkan hiperseluler
terutama banyak terdapat sel muda.
γ) Lumbal punksi
Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi
4) Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel yang berasal
dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal,
RES, granulosit (Wijaya & putri, β01γ).

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akan muncul


a. Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
b. Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulasi inheren
c. Nyeri kronis berhubungan dengan pasca trauma karena gangguan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubugan dengan kurang asupan makanan
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi
h. Hipertermi berhubungan dengan sepsis
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan

Poltekkes Kemenkes
j. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
(NANDA, β015).

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai
tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarakan diagnosa yang ada
maka dapat disusun rencana tindakan sebagai berikut :

Tabel β.β
Intervensi Keperawatan Leukemia
No Nanda NOC NIC
1 Risiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan a. Status imunitas a. Kontrol infeksi
dengan Kriteria hasil: 1. Bersihkan lingkungan
imunosupresi 1. Fungsi dengan baik setelah
gastrointestinal digunakan setiap pasien
2. Fungsi respirasi β. Batasi pengunjung
3. Suhu tubuh γ. Tempatkan isolasi
4. Integritas kulit sesuai tindakan
5. Jumlah sel darah pencegahan yang sesuai
putih absolut 4. Ajarkan cara cuci
6. Jumlah sel darah tangan bagi tenaga
putih diferensial kesehatan
5. Anjurjan pasien dan
b. Respon pengobatan pengunjung untuk
Kriteria hasil: mencuci tangan
1. Perubahan gejala 6. Jaga lingkungan aseptik
yang diharapkan yang optimal
β. Pemeliharaan 7. Tingkatkan intake
kadar darah yang nutrisi
diharapkan 8. Berikan terapi
γ. Respon perilaku antibiotik yang sesuai
yang diharapkan 9.Ajarkan pasien dan
4. Reaksi alergi anggota keluarga
5. Interaksi mengenai bagaiman
pengobatan menghindari infeksi

c. Status nutrisi b. Manajemen nutrisi


Kriteria Hasil: 1. Identifikasi adanya
1. Asupan gizi alergi atau intoleransi
β. Asupan makanan makanan yang dimilki
γ. Asupan cairan pasien
4. Energi β. Instruksikan pasien

Poltekkes Kemenkes
5. Rasio berat mengenai kebutuhan
badan/tinggi badan nutrisi
6. Hidrasi γ. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada saat
mengkonsumsi makanan

c. Monitot tanda-tanda
vital
1. Monitot tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan
β. Pemantauan suhu tubuh
secara terus – menerus
dengan tepat
γ. Monitor dan laporkan
tanda dan gejala
hipertermia

β. Risiko perdarahan NOC Pencegahan perdarahan


berhubungan a. Koagulasi darah 1. Monitor dengan ketat
dengan koagulasi Kriteria hasil: tejadinya perdarahan
inheren 1. Pembentukan β. Monitor tanda dan gejal
bekuan perdarahan menetap
β. hemoglobin γ. Monitor komponen
γ. hitung koagulasi darah
platelet/platelet 4. Monitor tanda – tanda
count vital
4. perdarahan 5. Berikan produk –
5. memar produk penggantian
6. petekie darah
7. BAB berdarah 6. Lindungi pasien dari
8. Gusi berdarah trauma yang dapat
menyebabkan
perdarahan
7. Gunakan sikat gigi yang
berbulu lembut untuk
perawatan rongga mulut
8. Berikan obat-obatan
9. Instruksikan pasien
untuk meningkatkan
makanan yang kaya
vitamin K

Manajemen kemoterapi
1. Monitor pemeriksaan
dan skrinning sebelum
pemberian kemoterapi
β. Monitor efek samping

Poltekkes Kemenkes
dan efek toksik dari
pengobatan
γ. Berikan informasi
kepada pasien dan
keluarga tentang efek
obat – obatan
kemoterapi pada sel
kanker
4. Instruksikan pasien dan
keluarga cara –
carauntuk mencegah
infeksi
5. Instruksikan pasien agar
segera melaporkan
gejala demam,
menggigil, perdarahan
hidung, memar tang
sanagt besar, BAB
berdarah
6. Instruksikan pasien dan
keluarga untuk
menghindari konsumsi
konsumsi produk yang
mengandung aspirin
7. Lakukan pencegahan
terjadinya neutropenia
dan perdarahan
8. Monitor status nutrisi
dan berat badan

γ Nyeri kronis NOC: NIC


berhubungan Pengetahuan : Pemberian analgesik
dengan pasca manajemen nyeri 1. Tentukan lokasi,
trauma karena Kriteria hasil: karakteristik, kualitas
gangguan 1. Tanda dan gejala dan keparahan nyeri
nyeri β. Cek perintah pengobatan
β. Strategi untuk meliputi obat, dosis, dan
mengontrol nyeri frekuensi obat analgesik
γ. Strategi untuk yang diresepkan
mengelola nyeri γ. Cek adanya alergi obat
kronis 4. Monitor tanda – tanda
4. Rejimen obat yang vital
diresepkan 5. Berikan analgesik sesuai
5. Penggunaan yang waktu
benar dari obat 6. Tentukan analgesik
yang diresepkan sebelumnya, rute
6. Pembatasan pemberian, dan dosis
aktivitas untuk mnecapai hasil

Poltekkes Kemenkes
7. Tindakan – pengurangan nyeri
tindakan optimal
pencegahan 7. Evaluasi keefektifan
8. Teknik relaksasi analgesik
yang efektif
Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif
β. Gunakan komunikasi
terapeutik
γ. Gali pegetahuan dan
kepercayaan pasien
mengenai nyeri
4. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
pasien
5. Berikan informasi
mengenai nyeri
6. Kendalikan faktor
lingkunganyang dapat
mempengaruhi nyeri
7. Ajarkan penggunaan
teknik nofarmakologi
8. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat

4 Ketidakseimbang NOC: NIC:


an nutrisi kurang a. Nutritional status Nutrition Management
dari kebutuhan Kriteria hasil: 1. Kaji adanya alergi
tubuh berhubugan 1. Asupan nutrisi makan
dengan kurang β. Asupan makanan β. Tanyakan makanan
asupan makanan γ. Asupan cairan yang disukai pasien
4. Energy γ. Kolaborasi dengan ahli
5. Berat/ tinggi badan gizi untuk menentukan
6. Hematokrit jumlah kalori dan
7. Bentuk otot nutrisi yang
8. Hidrasi dibutuhkan pasien
4. Anjurkan pasien untuk
b. Nutritional status: meningkatkan intake
food and fluid Fe
intake 5. Anjurkan pasien untuk
Kriteria hasil: meningkatkan protein
1. Asupan makanan dan vitamin C
oral 6. Berikan substansi gula
β. Asupan cairan 7. Yakinkan diet yang
slang (NGT/ OGT) diberikan mengandung
γ. Asupan cairan oral tinggi serat untuk

Poltekkes Kemenkes
4. Asupan cairan mencegah konstipasi
intravena (IV) 8. Berikan makan yang
Asupan nutrisi terpilih (sudah
parenteral dikonsultasikan dengan
ahli gizi
9. Monitor jumlah nutrisi
c. Nutritional status: dan kandungan kalori
nutrient intake 10. Berikan informasi
Kriteria hasil: mengenai kebutuhan
1. Asupan kalori nutrisi anak
β. Asupan protein
γ. Asupan lemak Nutrition Monitoring
4. Asupan 1. BB pasien dalam batas
karbohidrat normal
5. Asupan serat β. Monitor adanya
6. Asupan vitamin penurunan berat badan
7. Asupan mineral γ. Monitor interaksi anak
8. Asupan besi selama makan
9. Asupan kalsium 4. Monitor lingkungan
10. Asupan sodium selama makan
5. Monitor perubahan
d. Weight: body mess kulit dan monitoring
Kriteria hasil: pigmentasi
1. Berat badan 6. Monitor turgor kulit
β. Ketebalan lipatan 7. Monitor mual muntah
kulit trisep 8. Monitor kadar
γ. Ketebalan lipatan albumin, total protein,
kulit subskapularis Hb dan kadar Ht
4. Persentase lamak 9. Monitor pertumbuhan
tubuh dan perkembangan
5. Lingkar kepala 10. Monitor pucat,
(cm) kemerahan dan
6. Tinggi badan (cm) kekeringan pada
7. Berat badan (kg) konjungtiva
5 Ketidakefektifan NOC: NIC
perfusi jaringan a. Circulation Status a. manajemen hipovolemi
perifer Kriteria hasil : 1. Timbang berat badan
berhubungan β. Monitor adanya
dengan kurang 1. Systolic blood tanda – tanda dehidrasi
pengetahuan pressure dalam γ. Monitor adanya pusing
tentang proses rentang saat berdiri
penyakit normal 4. Monitor adanya
sumber – sumber
β. Diastolic blood
kehilangan cairan
pressure dalam
5. Monitor asupan dan
rentang normal
pengeluaran
γ. Pulse pressure
6. Monitor hasil
dalam rentang
laboratorium
normal
4. CVP dalam retang

Poltekkes Kemenkes
normal 7. Jaga kepatenan akses
5. MAP dalam IV
rentang normal
6. Saturasi Oβ dalam b. Monitor neurologi
rentang normal 1. Monitor tingkat
7. Tidak asites kesadaran
b. Tissue Perfusion : β. Monitor tanda – tanda
Peripheral vital
Kriteria hasil : γ. Monitor status
1. CRT (jari tangan pernapasan
dan kaki) dalam 4. Catat keluhan sakit
batas normal kepala
β. Suhu kulit 5. Pantau ukuran pupil,
ekstremitas dalam bentuk, kesimetrisan
rentang normal 6. Monitor reflek korna
γ. Kekuatan denyut 7. Monitor paresthesia :
nadi (karotis kanan mati rasa dan
dan kiri;brachial kesemutan
kanan dan kiri;
femur kanan dan c. Terapi oksigen
kiri, radialis kanan 1. Pertahankan kepatenan
dan kiri) dalam jalan napas
rentang normal β. Siapkan peralatan
4. Blood pressure dan oksigen
MAP dalam γ. Berikan oksigen
rentang normal 4. Monitor aliran oksigen
5. Monitor kerusakan
kulit terhadap adanya
gesekan perangkat
oksigen

d. Vital Sign Monitoring


1. Monitor TD, Nadi,
Suhu, dan RR
β. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
γ. Monitor kualitas nadi
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola
pernapasan yang
banormal
6. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit

6 Hambatan NOC NIC


mobilitas fisik Exercise Therapy:
berhubungan 1. Klien meningkat ambulation

Poltekkes Kemenkes
dengan kerusakan dalam aktivitas fisik 1. Monitoring vital sign
integritas struktur β. Mengerti tujuan dari sebelum dan sesudah
tulang peningkatan latihan dan lihat respon
mobilitas pasien saat latihan
γ. Memverbalisasikan β. Konsultasikan dengan
perasaan dalam terapi fisik tentang
meningkatkan rencana ambulasi sesuai
kekuatan dan dengan kebutuhan
kemampuan γ. Kaji kemapuan pasien
berpindah dalam mobilisasi
4. Latih pasien dalam
pemenuhan kbeutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
pasien
5. Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
6. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
7. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
7. Kerusakan NOC NIC
integritas kulit Tissue integrity : Skin Pressure Management
berhubungan and Mucous
dengan Membranes 1. Anjurkan pasien untuk
imunodefisiensi menggunakan
Kriteria hasil : pakaianyang longgar
β. Hindari kerutan pada
1) Integritas kulit tempat tidur
yang baik bisa γ. Jaga kebersihan kulit
dipertahankan agar tetap bersih dan
( sensasi, elastic kering
sitas, temperature, 4. Mobilisasi pasien (ubah
hidrasi, posisi pasien setiap dua
pigmentasi ) jam sekali)
β) Tidak ada luka / 5. Monitor kulit akan
lesi pada kulit danya kemerahan
γ) Perfusi jaringan 6. Oleskan lotion atau
baik minyak baby/baby oil
4) Menunjukkan pada daerah yang
pemahaman dalam tertekan
proses perbaikan 7. Monitor aktivitas dan
kulit dan mencegah mobilisasi pasien
terjadinya cedera 8. Monitor status nutrisi
berulang pasien
5) Mampu melindungi Memandikan pasien dengan

Poltekkes Kemenkes
kulit dan sabun dan air hangat
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami

8. Hipertermi NOC NIC


berhubungan Thermoregulation Fever treatment
dengan dehidrasi 1. Berkeringat saat 1. Monitor suhu sesering
panas mungkin
β. Menggigil saat β. Monitor IWL
dingin γ. Monitor warna kulit
γ. Denyut jantung dan suhu kulit
apical 4. Monitor TD, nadi dan
4. Denyut nadi apical RR
5. Pernafasan 5. monitor penurunan
6. Melaporkan suhu kesadaran
tubuh 6. monitor Intake dan
7. Peningkatan suhu output
tubuh 7. monitor WBC, HB dan
Ht
Vital sign 8. berikan antipiretik
Kriteria hasil: 9. selimuti pasien
10. berikan cairan
1. Suhu tubuh intravena
β. Seperti mendengkur 11. tingkatkan sirkulasi
γ. Denyut jantung udara
4. Irama jantung
5. Tekanan darah temperature regulation
sistolik 1. monitor suhu minimal
6. Tekanan darah tiap β jam
diastolic β. rencanakan monitoring
7. Tekanan nadi suhu secara kontinyu
8. Kedalaman inspirasi γ. monitor TD, Nadi, dan
RR
4. monitor warna kulit
dan suhu kulit
5. monitor tanda- tanda
hipertermi
6. tingkatkan intake dan
output
7. diskusikan dengan
keluarga pentingnya
pengaturan suhu tubuh
dan kemungkinan efek
negative dari
kedinginan
8. ajarkan cara kompres

Poltekkes Kemenkes
vital sign monitoring
1. monitor TD, Nadi,
suhu dan RR
β. catat adanya fluktuasi
tekanan darah
γ. monitor kualitas nadi
4. monitor frekuensi dan
irama pernafasan
5. monitor suara paru.
6. Monitor pola nafas
abnormal
9. Gangguan citra NOC NIC
tubuh Adaptasi terhadap
berhubungan Disabilitas Fisik Peningkatan harga diri
dengan program 1. Monitor pernyataan
pengobatan Kriteria Hasil : pasien mengenai harga
diri
1. Menyampaikan β. Tentukan kepercayaan
secara lisan diri pasien dalam hal
kemampuan untuk penilaian diri
menyesuaikan γ. Bantu pasien
terhadap disabilitas mengidentifikasi
β. Menyampaikan respon positif dari
secara lisan orang lain
penyesuaian 4. Eksplorasi alasan-
terhadap disabilitas alasan untuk
γ. Beradaptasi mengkritik diri atau
terhadap rasa bersalah
keterbatasan secara 5. Fasilitasi lingkungan
fungsional dan aktivitas-aktivitas
4. Mengidentifikasi yang akan
cara-cara untuk meningkatkan harga
beradaptasi dengan diri
perubahan hidup 6. Sampaikan atau
ungkapkan
kepercayaan diri pasien
dalam mengatasi
situasi

10. Kekurangan NOC NIC


volume cairan a. Fluid Balance a. fluid management
berhubungan (keseimbangan (manajemen cairan)
dengan cairan) 1. pantau kadar serum
kehilangan cairan Kriteria hasil: elektrolit yang
aktif. 1. Tekanan darah abnormal
β. Denyut nadi radial β. pemberian cairan
γ. Tekanan nadi γ. ambil specimen

Poltekkes Kemenkes
4. Tekanan vena laboratorium untuk
central (CVP) memantau perubahan
5. Tekanan perifer tingkat cairan dan
6. Keseimbangan elektrolit (hematokrit,
masukan dan BUN, protein, sodium,
pengeluaran dalam tingkat kalium)
β4 jam 4. timbang BB setiap hari
7. Berat badan (bb) dan pantau
stabil perubahannya
8. Turgor kulit 5. promosikan intake oral
9. Hematokrit misalnya memberikan
10. Membran mukosa cairan lewat mulut
lembab pasien
11. Elektrolit serum 6. monitor vital sign
7. menjaga catatan yang
b. Hydration akurat dari intake dan
Kriteria hasil: output
1. Turgor kulit 8. monitor respon pasien
β. Kelembaban terhadap terapi
membrane mukosa elektrolit yang
γ. Asupan cairan ditentukan
4. Pengeluaran urine 9. memonitor tanda dan
5. Natrium serum gejala
6. Perfusi jaringan ketidakseimbangan
7. Fungsi kognitif elektrolit
10. monitor tanda dan
c. Nutritional status: gejala retensi cairan
food and Fluid
Intake b. fluid monitoring
Kriteria Hasil: (monitoring cairan)
1. Asupan makanan 1. menentukan catatan
oral dari jumlah dan jenis
β. Asupan cairan intake cairan dan
slang (NGT/ OGT) kebiasaan eliminasi
γ. Asupan cairan oral β. monitor berat badan
4. Asupan cairan γ. monitor intake dan
intravena (IV) output
5. Asupan nutrisi 4. monitor nilai serum
parenteral dan elektrolit urin
5. monitor serum albumin
dan total protein
6. monitor TD, nadi,
pernafasan
7. monitor tekanan darah
ortostatik dan
perubahan irama
jantung
8. monitor parameter

Poltekkes Kemenkes
hemodinamik invasif
9. menjaga cataatan
akurat intake dan
output
10. monitor kelembaban
mukosa, turgor kulit
dan haus
11. monitor warna,
qualitas dan berat jenis
urine
1β. mengelola terapi
farmakologi untuk
output cairan

c. fluid
resuscitation(resusitasi
cairan)
1. memberi dan
mempertahankan IV
β. kolaborasi dengan
dokter dalam
memberikan cairan
baik kristaloid ( RL)
dan koloid
γ. mengelola cairan IV
4. mengambil specimen
darah untuk cross
metch
5. monitor respon
hemodinamik
6. monitor status oksigen
7. monitor pengeluaran
berbagai cairan tubuh
8. monitor Bun, kratinin,
total protein, dan tinkat
albumin
9. monitor oedema
pulmonary dan
kehausan

Poltekkes Kemenkes
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kualitatif, dan jenis penelitian ini deskriptif
yaitumendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi pada masa kini, dengan rancangan penelitian studi kasus yaitu
rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara
intensif misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau
institusi (Nursalam, β015). Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah
melihat asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia di ruang kronik
IRNA Kebidanan dan Anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang tahun β017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan April– Juni β017. Pengambilan kasus
atau melakukan asuhan keperawatan pada tanggal β4 Mei – 0γ Juni β017.
Studi kasus penerapan asuhan keperawatan dilakukan di Ruang Kronis
IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.

C. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak dengan kasus
leukemia yang dirawat di Ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun β017.
2. Sampel
Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat,
β01β). Sampel penelitian ini adalah anak yang mengalami leukemia
dengan kemoterapi tanpa ada penyakit penyerta lainnya, jumlah
sampel β orang. Sampel diteliti dengan teknik purposive sampling
disebut juga judgement samplingadalah suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel di antarapopulasi sesuai dengan

Poltekkes Kemenkes
yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam
penelitian),sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik
populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, β015).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Pasien dan orangtua bersedia menjadi responden
β) Pasien dengan diagnosis leukemia

D. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data


Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format
pengkajian anak, alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari thermometer,
timbangan, penlight, stetosko.

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari
responden dan keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan
keperawatan anak. Data primer dari penelitian berikut didapatkan
dari hasil wawancara observasi langsung dan pemeriksaan fisik
langsung pada responden. Data primer yang diperoleh masing-
masing akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Hasil wawancara sesuai dengan format pengkajian asuhan
keperawatan yang telah disediakan sebelumnya meliputi:
identitas pasien dan orang tua, riwayat kesehatan, riwayat
imuisasi dan perkembangan, kebiasaan sehari- hari
β) Hasil observasi langsung berupa: pasien tampak malas
makan, pasien tampak kelelahan, pasien tampak mengalami
penurunan kesadaran, pasien tampak pucat dan lain- lain
γ) Pemeriksaan fisik berupa: keadaan umum, pemeriksaan
tanda- tanda vital, pemeriksaan fisik head to toe

Poltekkes Kemenkes
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien. Informasi
yang diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam
merumuskan diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh
biasanya berupa: data penunjang dari laboratorium, terapi
pengobatan yang diberikan dokter.

2. Cara pengumpulan data


Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara
observasi, pengukuran, wawancara mendalamatau anamnesa
(pengkajian dengan wawancara langsung dengan pasien atau
keluarga), pemeriksaan fisik, dan dokumentasi untuk sumber data
yang sama secara serempak (Sugiyono, β014).
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat
kondisi dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan
pasien, selain itu juga mengobservasi hasil tindakan yang telah
dilakukan pada pasien, misalnya reaksi pasien setelah dan
sesudah dilakukantindakan keperawatan pemberian infus,
pemberian tranfusi darah, dan pemberian obat kemoterapi.
β. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien
dengan metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur
pemeriksaan, seperti melakukan pemeriksaantanda-tanda vital
(nadi, suhu, pernapasan, dan tekanan darah),menghitung intake
dan output pasien.
γ. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,
β014).

Poltekkes Kemenkes
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk
mengumpulkan data identitas, keluhan pasien, riwayat
kesehatan, dan aktivitas sehari-hari pasien.
4. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini mengunakan
data yang didapatkan dari studi dokumentasi adalah hasil
laboratorium (darah lengkap), pemeriksaan BMP, biopsi limpa,
dan pemeriksaan LCS.

Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti


adalah:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian
yaitu Poltekkes Kemenkes Padang.
b. Meminta surat rekomendari ke RSUP DR. M. Djamil Padang
c. Meminta izin ke Kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang
d. Meminta izin ke Kepala Instalansi Kebidanan dan Anak
e. Meminta izin ke KSF Anak dan Kepala Keperawatan Ruang
kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang
f. Melakukan pemilihan sampel sebanyak β orang pasien anak
leukemia. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling disebut adalah suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti.
g. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan
tentang tujuan penelitian
h. Responden dan keluarga memberikan persetujuan utntuk
dijadikan responden dalam penelitian
i. Responden dan keluarga di berikan kesempatan untuk
bertanya

Poltekkes Kemenkes
j. Responden/ orang tua menandatanggani informed consent.
Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan asuhan
keperawatan dan pamit.

Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:


a. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden/ keluarga
menggunakan metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik
b. Peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada
responden
c. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan
diberikan kepada responden
d. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden
e. Peneliti mengevalusai tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada responden
f. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang
telah diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian
sampai pada evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
F. Analisis Data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep
dan teori keperawatan pada anak dengan leukemia. Data yang ditemukan
saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjektif
dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan,
kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi
dan evaluasi keperawatan pada anak dengan leukemia. Analisis
selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien kelolaan dengan teori dan penelitian terdahulu.

Poltekkes Kemenkes
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada dua orang partisipan yaitu An.K (partisipan 1)
dan An.G (partisipan β). An.K perempuan berusia 5 tahun masuk ke
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal βγ Mai β017 dengan diagnosa
medis Akut Limfoblastik Leukemia (ALL). An.G perempuan berusia 8
tahun datang dibawa ibunya ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal
γ0 Mei β017 dengan diagnosa medis Akut Limfoblastik Leukemia (ALL).

Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan β

Orang tua mengeluhkan anak demam ibu pasien mengatakan bahwa


dan pucat sejak β hari sebelum masuk anaknya pucat dan tidak ada nafsu
rumah sakit. An. K dirawat di ruang makan sebelum masuk rumah sakit.
Kronis IRNA Kebidanan & Anak

Pada riwayat kesehatan sekarang


didapatkan pasien dengan rawatan hari
ke-β sedang menjalankan kemoterapi
minggu ke-1β fase konsolidasi. Ibu
mengatakan pasien sudah tidak
mengalami demam lagi. Saat diraba Pada riwayat kesehatan sekarang
akral teraba hangat. Ibu mengatakan didapatkan
saat ini anak sedang batuk berdahak dan
pasien dengan rawatan hari ke-1
flu. tampak pucat, orang tua pasien
cemas melihat kondisi anaknya.
Karna pasien akan menjalankan
An.K sudah didiagnosa menderita ALL kemoterapi minggu ke-10 fase
pada bulan Januari β017 dan sudah konsolidasi. Saat ini ibu
menjalani kemoterapi. Ibu mengatkan mengatakan pasien tidak ada
imunisasi An.K lengkap keluhan lain.

An.G sudah pernah dirawat


sebelumnya dengan diagnosa yang

Poltekkes Kemenkes
sama yaitu ALL. An.G sudah
didiagnosa sejak Januari β017. Ibu
mengatakan imunisasi An.G tidak
lengkap

Poltekkes Kemenkes
Pada pengkajian keluarga didapatkan Pada pengkajian keluarga
ada keluarga yang mempunyai riwayat didapatkan bahwa ibu dan keluarga
kanker yaitu kakak dari orang tua Ny.E. lainnya tidak ada yang mengalami
Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sam dengan An. G.
penyakit keturunan seperti DM, Dan juga tidak ada penyakit
Hipertensi dan Jantung. keturunan seperti hipertensi, DM
dan jantung.

Untuk kegiatan aktivitas sehari – hari Untuk kegiatan aktivitas sehari –


didapatkan data An.K susah makan hari didapatkan data An. G
makan dan sebelum masuk rumah sakit memiliki kebiasaan makan γ kali
nafsu makan An.K menurun, Saat sehat sehari, makanan biasa dengan nasi
An. K diberikan makanan biasa yaitu + lauk dan sayur, tetapi porsi tidak
nasi, sayur dan lauk, pola makan yang habis, ibu mengatakan An.G lebih
tidak teratur. selama di rumah sakit An.suka makan – makanan siap saji
K di beri makan biasa TKTP 1500 kkal. seperti mie dan makanan ringan.
Porsi tidak habis kadang hanya Selama di rumah sakit An. G diberi
menghabiskan sayuran saja. makan biasa TKTP 1600 kkal. ibu
pasien mengatakan An.G tidak
Pola tidur siang teratur dengan lama nafsu makan.
tidur ± γ jam, pola tidur malam teratur
dengan jumlah jam tidur 9 jam. Selama
dirumah sakit ibu pasien mengatakan
Pola tidur siang teratur dengan
tidur An.K Sama seperti biasanya, tidak
lama tidur lebih kurang β jam, pola
ada masalah.
tidur malam teratur dengan jumlah
jam tidur 10 jam, selama di rumah
sakit ibu pasien mengatakan tidur
Kebiasaan BAK lebih dari γ kali sehari,
An. G sama seperti biasanya, tidak
dengan jumlah lebih kurang 400 cc,
ada masalah.
warna normal, tidak ada masalah BAK,
sedangkan kebiasaan BAB 1 kali sehari,
jumlah tidak dapat ditentukan, warna
kuning dengan konsistensi padat. Kebiasaan BAKlebih dari γ kali,
warna normal, tidak ada masalah
Kebiasaan mandi β kali sehari, selama BAK, sedangkan kebiasaan BAB
di rumah sakit ibu mengatakan An. K lebih kurang 1-β kali sehari warna
mandi 1 kali sehari, hanya di lap. kuning, konsistensi padat. Tidak
ada keluhan.
Hasil pemeriksaan fisik yaitu keadaan Kebiasaan mandi β kali sehari,
umum sedang, kesadaran kompos selama di rumah sakit ibu
mentis, berat badan sebelum sakit β0 mengatakan An. G mandi hanya di
kg, berat badan sekarang 19 kg, tinggi lap.
badan 109 cm, hasil pengukuran : suhu
γ6,γº C, nadi 90 kali permenit,
pernafasan β0 kali permenit.
Hasil pemeriksaan fisik yaitu,
keadaan umum pasien sedang, berat

Poltekkes Kemenkes Padang


badan ββ Kg, tinggi badan 110 cm,
hasil pengukuran: suhu γ6,8 ºC,
nadi 100 kali permenit, pernafasan
ββ kali permenit.

Pada pemeriksaan kepala ditemukan


bentuk kepala normal. Mata simetris
kiri dan kanan, konjungtiva tidak
Pada pemeriksaan kepala
anemis, sklera tidak ikterik. Pada
ditemukan bentuk kepala normal,
hidung tidak ditemukan masalah, tidak
mata simetris kiri dan kanan,
ada perdarahan melalui hidung. Mukosa
konjungtiva sub anemis pada mata
bibir tampak lembab , bersih dan tidak
kiri dan kanan, sklera tidak ikterik
ada perdarahan gusi. Telinga simetris
pada mata kiri dan kanan, reflek
kiri dan kanan, serta tidak ditemukan
pupil sama pada mata kiri dan
adanya pembengkakan kelenjar getah
kanan. Pada inspeksi bibir tampak
bening.
pucat, lidah tampak bersih, tidak
ada perdarahan gusi, pada telinga
tampak bersih, tidak teraba
Pada pemeriksaaan toraks, pada
pembesaran kelenjar getah bening.
inspeksi ditemukan toraks simetris kiri
kanan, tidak ada retraksi dinding dada.
Pada perkusi terdengar sonor. Pada saat
palpasi ditemukan troraks fremitus kiri
dan kanan. Pada auskultasi terdengar
vesikuler. Pada pemeriksaaan toraks, pada
inspeksi ditemukan toraks simetris
Pada pemeriksaan jantung, pada kiri kanan, tidak ada retraksi
inspeksi ditemukan iktus cordis tidak dinding dada. Pada perkusi
terlihat, pada saat palpasi ditemukan terdengar sonor. Pada saat palpasi
ictus cordis teraba di RIC 4 ditemukan troraks fremitus kiri dan
midklafikula, pada saat auskultasi kanan. Pada auskultasi terdengar
terdengar irama jantung teratur/regular. vesikuler.

Pada pemeriksaan abdomen, pada


inspeksi tidak tampak tonjolan dan, Pada pemeriksaan jantung, pada
tidak ada asites, pada saat palapasi inspeksi ditemukan iktus cordis
hepar tidak teraba dan tidak ada tidak terlihat, pada saat palpasi
pembesaran hepar dan limpa, pada saat ditemukan ictus cordis teraba di
perkusi terdengar tympani, pada RIC 4 midklafikula, pada saat
auskultasi terdengar bising usus normal. auskultasi terdengar irama jantung
teratur/regular

Pada pemeriksaan abdomen, pada


Pada pemeriksaan kulit ditemukan
inspeksi tidak tampak tonjolan dan,
turgor kulit kembali cepat, tidak ada

Poltekkes Kemenkes
edema, akral teraba hangat, capillary tidak ada asites, pada saat palapasi
refil kembali dalam dua detik, terpasang hepar tidak teraba, pada saat
infus pada lengan sebelah kiri , pada perkusi terdengar tympani, pada
kaki kiri terpasang alat kemoterapi, auskultasi terdengar bising usus
reflek babynski kiri dan kanan normal. normal.
Genitalia bersih dan tidak ada
mengalami kelainan.
Pada pemeriksaan kulit ditemukan
Pemeriksaan penunjang pada tanggal βγ turgor kulit kembali cepat, tidak
Mai β017 didapatkan data: Hb 1β,6 ada edema, akral teraba hangat,
gr/dl (1β-15 gr/dl), leukosit γ.870/mmγ capillary refil kembali dalam dua
(normal 5.000 – 17.000/mmγ), trombosit detik, akral teraba hangat.
β51.000/mmγ (150.000-400.000/mmγ) Pemeriksaan genitalia ditemukan
bentuk normal dan lengkap. Pada
Pada An.K program pengobatan adalah
pemeriksaan ekstremitas kiri atas
terapi MTX IT 1β mg + dexametason
ditemukan bekas luka infus yang
1mg, MTX HD 650 mg IV, Leucovenn
mengakibatkan gatal – gatal dan
8 x 10 mg IV, Mesna 1γ0 mg dalam
kulit sekitarnya kemarahan. Pada
D5% 50 cc, Mesna 5β0 mg dalam 19β0
ekstremitas bawah tidak ada
cc D5 ¼ NS, CPA 650 mg dalam 500
masalah.
cc Nacl 0,9%, Ambroxol, Enystatin 4 x
β,5cc, Betadine obat kumur, IVFD D5¼
NS, ondansntron
Pemeriksaan penunjang pada
tanggal β9 Mai β017 didapatkan
data: Hb 10,4 gr/dl (1β-15 gr/dl),
leukosit γ.6γ0/mmγ (normal 5.000 –
17.000/mmγ), trombosit
ββ5.000/mmγ (150.000-
400.000/mmγ)

Pada An. G program pengobatan


adalah terapi MTX IT 1β gr, MTX
HD 17 gr IV, Leucovin 8x1β gr IV,
ondansentron

Poltekkes Kemenkes
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terhadap An.K dan An.G
didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

Tabel 4.β
Diagnosa Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan β

Berdasarkan analisa data yang peneliti Berdasarkan analisa data yang


lakukan maka masalah keperawatan peneliti lakukan maka masalah
yang muncul pada An.K yaitu yang keperawatan yang muncul pada
pertama risiko infeksi berhubungan An.G yaitu pertama risiko infeksi
dengan imunosupresi, diagnosa yang berhubungan dengan imunosupresi,
kedua ketidakseimbangan nutrisi kurang diagnosa yang kedua
dari kebutuhan tubuh berhubungan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dengan kurang asupan makanan, dari kebutuhan tubuh berhubungan
kerusakan membran mukosa oral dengan kurang asupan makanan,
berhubungan dengan program diagnosa ketiga kerusakan
pengobatan. integritas kulit berhubungan dengan
imunodefisiensi.

Partisipan 1
Partisipan β

Poltekkes Kemenkes
Pada diagnosa pertama adalah risiko
infeksi berhubungan dengan Pada diagnosa pertama adalah
imunosupresi dengan data subjektif ibu risiko infeksi berhubungan dengan
mengatakan anak tidak ada demam, imunosupresi dengan data subjektif
anak batuk dan flu. Ibu mengatakan ibu pasien mengatakan An.G akan
An.K tidak nafsu makan. sedangkan melakukan kemoterapi, sedangkan
data objektif yang ditemukan leukosit: data objektif yang ditemukan
γ.870/mmγ (5.000 – 17.000/mmγ), suhu rendahnya leukosit An. G yaitu
γ6,γºC, RR: β0 kali permenit, HR:90 γ.6γ0/mmγ, terdapat bintik hitam
kali per menit. dan kemerahan pada ekstemitas kiri
atas.
Pada diagnosa kedua yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Diagnosa kedua yaitu
kurang asupan makanan dengan data ketidakseimbangan nutrisi kurang
subjektif ibu mengatakan nafsu makan dari kebutuhan tubuh berhubungan
anaknya berkurang, setelah selesai dengan kurang asupan makanan
kemoterapi ibu mengatakan anak dengan data subjektif ibu
muntah dan sariawan pada bibir dan mengatakan setelah selesai
mulut anak. Sedangkan data objektif kemoterapi anak muntah dan nafsu
anak tidak menghabiskan porsimakan anaknya berkurang, dan diit
makannya. Berat badan anak sebelum yang dihabiskan hanya γ sendok
sakit β0 kg, berat badan anak sekarang makan. sedangkan data objektif
19 kg. ditemukan anak tampak muntah
setelah diberi makan oleh orang
Pada diagnosa ketiga yaitu kerusakan tua, porsi makan tidak habis.
membran mukosa oral berhubungan
dengan program pengobatan dengan
data subjektif ibu mengatakan setelah
selesai kemoterapi pada hari ke-4 anak Diagnosa ketiga yaitu kerusakan
sariawan pada bibir dan mulut, anak integritas kulit berhubungan dengan
kesulitan makan dan nyeri pada mulut. imunodefisiensi dengan data
Sedangkan data objektif anak tampak subjektif ibu mengatakan pada
sulit bicara dan makan, anak hanya tangan kiri anak terdapat bekas luka
minum air putih dan teh saja. infus yang menyebabkan gatal –
gatal pada anak. Sedangkan data
objektif ditemukan tampak
menggaruk tangan kiri, tampak
luka bekas infus dan kulit
sekitarnya kemerahan.

Poltekkes Kemenkes
3. Intervensi keperawatan
Setelah didapatkan beberapa diagnosa keperawatan seperti yang ada pada
tabel diatas, maka peneliti dapat merumuskan tindakan yang akan
dilakukan terhadap diagnosa An.K dan An.G sebagai berikut :

Tabel 4.γ
Intervensi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan β

Untuk masing-masing diagnosa Untuk masing-masing diagnosa


keperawatan diatas, maka dibuat keperawatan diatas, maka dibuat
intervensi keperawatan. Pada diagnosa intervensi keperawatan. Pada
keperawatan 1) risiko infeksi, kriteria diagnosa keperawatan 1) risiko
hasil berdasarkan NOC: diharapkan infeksi, kriteria hasil berdasarkan
mengidentifikasi faktor risiko infeksi NOC: diharapkan mengidentifikasi
pada klien, mengidentifikasi tanda dan faktor risiko infeksi pada klien,
gejala infeksi pada klien, Asupan gizi mengidentifikasi tanda dan gejala
klien adekuat, Ratio berat badan/tinggi infeksi pada klien, Asupan gizi
badan ideal, status hidrasi adekuat. klien adekuat, Ratio berat
badan/tinggi badan ideal, status
hidrasi adekuat.
Intervensi yang direncanakan
berdasarkan NIC adalah: 1) kontrol
infeksi, aktivitas keperawatannya Intervensi yang direncanakan
seperti batasi jumlah pengunjung, berdasarkan NIC adalah: 1) kontrol
anjurkan pasien mengenai teknik cuci infeksi, aktivitas keperawatannya
tangan yang benar, anjurkan seperti batasi jumlah pengunjung,
pengunjung untuk mencuci tangan saat anjurkan pasien mengenai teknik
memasuki dan meninggalkan ruangan cuci tangan yang benar, anjurkan
pasien, monitor selama pemberian pengunjung untuk mencuci tangan
obat kemoterapi, menganjurkan pasien saat memasuki dan meninggalkan
memakai masker apabila keluar ruangan pasien, monitor selama
ruanganβ) monitor nutrisi, aktivitas pemberian obat kemoterapi,
keperawatannya seperti timbang berat menganjurkan pasien memakai
badan pasien, monitor kecenderungan masker apabila keluar ruanganβ)
naik dan turunnya berat badan anak, monitor nutrisi, aktivitas
identifikasi perubahan berat badan keperawatannya seperti timbang
terakhir, γ) pengecekan kulit, aktivitas berat badan pasien, lakukan
keperawatannya seperti amati warna, pengukuran antropometri pada
kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, komposisi tubuh, monitor
edema dan ulserasi pada ekstremitas, kecenderungan naik dan turunnya
monitor warna dan suhu kulit, monitor berat badan anak, identifikasi
warna kulit untuk memeriksa adanya perubahan berat badan terakhir, γ)
ruam atau lecet, monitor kulit untuk pengecekan kulit, aktivitas

Poltekkes Kemenkes
adanya kekeringan atau kelembaban, keperawatannya seperti amati
monitor infeksi warna, kehangatan, bengkak,
pulsasi, tekstur, edema dan ulserasi
Pada diagnosa keperawatan β) pada ekstremitas, monitor warna
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari dan suhu kulit, monitor warna kulit
kebutuhan tubuh, kriteria hasil untuk memeriksa adanya ruam
berdasarkan NOC adalah tidak ada ataulecet, monitor kulit untuk
tanda-tanda malnutrisi, status nutrisi, adanya kekeringan atau
tidak terjadi penurunan berat badan kelembaban, monitor infeksi.
yang berarti.

Pada diagnosa keperawatan β)


Intervensi yang direncanakan ketidakseimbangan nutrisi kurang
berdasarkan NIC diantaranya 1) dari kebutuhan tubuh, kriteria hasil
manajemen nutrisi, aktivitas berdasarkan NOC adalah tidak ada
keperawatannya identifikasi adanya tanda-tanda malnutrisi, status
alergi makanan, kolaborasi dengan nutrisi,tidak terjadi penurunan berat
ahli gizi untuk menentukan jumlah badan yang berarti.
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
seperti menentukan diit pasien,
anjurkan keluarga untuk membawa
makanan favorit pasien sementara Intervensi yang direncanakan
berada dirumah sakit, yang sesuai, berdasarkan NIC diantaranya 1)
monitor kecenderungan penurunan manajemen nutrisi, aktivitas
berat badan. β) manajemen keperawatannya identifikasi
kemoterapi, aktivitas keperawatannya adanya alergi makanan, kolaborasi
adalah telusuri pengalaman pasien dengan ahli gizi untuk menentukan
sehubungan dengan mual dan muntah jumlah kalori dan nutrisi yang
terkait kemoterapi, berikan obat- dibutuhkan seperti menentukan diit
obatan untuk mengontrol efek pasien, anjurkan keluarga untuk
samping kemoterapi, berikan pasien membawa makanan favorit pasien
diet yang lunak dan mudah dicerna, sementara berada dirumah sakit,
anjurkan pasien untuk makan sedikit yang sesuai, monitor
tapi sering. kecenderungan penurunan berat
badan. β) manajemen kemoterapi,
aktivitas keperawatannya adalah
telusuri pengalaman pasien
Pada diagnosa keperawatan γ) sehubungan dengan mual dan
kerusakan membran mukosa oral muntah terkait kemoterapi, berikan
berhubungan dengan program obat-obatan untuk mengontrol efek
pengobatan, kriteria hasil berdasarkan samping kemoterapi, berikan
NOC adalah tingkat nyeri, fungsi pasien diet yang lunak dan mudah
sensori pengecapan dan pembau, dan dicerna, anjurkan pasien untuk
satatus menelan: oral. makan sedikit tapi sering.
Rencana intervensi berdasarkan NIC
diantaranya: (1) manajemen cairan,
tindakan keperawatannya adalah Pada diagnosa keperawatan γ)
tingkatkan asupan oral seperti sering kerusakan integritas kulit, kriteria

Poltekkes Kemenkes
meberikan anak minum,distribusikan hasil berdasarkan NOC adalah
asupan cairan selama β4 jam, dukung integritas kulit yang baik bisa
pasien dan keluarga untuk membantu dipertahankan, tidak ada luka/lesi,
pemberian makanan dengan baik, perfusi jaringan baik. Rencana
monitor satus hidrasi misalnya intervensi berdasarkan NIC
membran mukosa lembab, denyut nadi diantaranya 1) pengecekan kulit,
adekuat, (β) pemeliharaan kesehatan aktivita keperawatnnya periksa
mulut tindakan keperawatannya kulit adanya kemerahan, amati
lakukan perawatn mulut secara rutin, warna, tekstur, monitor kulit
dorong dan bantu pasien untuk adanya ruam dan lecet, monitor
berkumur-kumur, instruksikan pasien kulit adanya kekeringan yang
dan bantu pasien membersihkan mulut berlebihan dan kelembaban,
setelah makan, kolaborasi dalam
pemberian terapi (γ) manajemen
kemoterapi tindakan keperawatannya
monitor tanda-tanda infeksi dirongga
mulut, anjurkan pasien untuk
melakukan perawatan rongga mulut
dengan menggunakan pembersih yang
tepat, anjurkan pasien untuk
menggunakan nistatin obat kumur
untuk mengontrol infeksi jamur.

4. Implementasi keperawatan
Setelah dirumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap An.K
dan An.G implementasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4
Implementasi keperawatan

Partisipan 1 Partisipan β
Tindakan keperawatan yang Tindakan keperawatan yang
dilakukan peneliti selama dilakukan peneliti selama
pengelolaan kasus 5 hari untuk pengelolaan kasus 5 hari untuk
diagnosa keperawatan 1) risiko diagnosa keperawatan 1) risiko
infeksi berhubungan dengan infeksi berhubungan dengan
imunosupresi yaitu a) mengajarkan imunosupresi yaitu a) mengajarkan
pasien dan keluarga cara mencuci pasien dan keluarga cara mencuci
tangan dengan benar, b) melakukan tangan dengan benar, b) melakukan
pengecekan kulit hasilnya tidak ada pengecekan kulit hasilnya tidak ada
kulit yang memar, c) memberikan kulit yang memar, c) memberikan

Poltekkes Kemenkes
diit sesuai kebutuhan pasien yaitu diit sesuai kebutuhan pasien yaitu
diit makanan biasa TKTP 1500 kkal, diit makanan biasa TKTP 1600 kkal,
e) melakukan pengukuran suhu e) melakukan pengukuran suhu
didapatkan suhu anak γ6,5oC, f) didapatkan suhu anak γ6,γoC, f)
memantau adanya peningkatan atau memantau adanya peningkatan atau
penurunan berat badan didapatkan penurunan berat badan didapatkan
adanya penurunan berat badan antara berat badan anak tidak mengalami
sebelum sakit berat badan anak β0 kg penurunan g) memantau adanya
dan sekarang berat badan anak 19 kg, tanda gejala infeksi, tidak ada gejala
g) memantau adanya tanda gejala infeksi, h) monitor selama pemberian
infeksi, didapatkan anak batuk dan obat kemoterapi, i) menajurkan
flu, h) anak diberikan ambroxol dan pasien memakai masker apabila
enystatin, i) monitor selama keluar ruangan.
pemberian obat kemoterapi, j)
menajurkan pasien memakai masker
apabila keluar ruangan.
Selanjutnya, implementasi
keperawatan yang dilakukan peneliti
selama pengelolaan kasus 5 hari
untuk diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang
Selanjutnya, implementasi dari kebutuhan tubuh yaitu : (1)
keperawatan yang dilakukan peneliti mengkaji adanya alergi makanan,
selama pengelolaan kasus 5 hari anak tidak ada pantangan atau alergi
untuk diagnosa keperawatan makanan (β) berkolaborasi dengan
ketidakseimbangan nutrisi kurang ahli gizi untuk menentukan jumlah
dari kebutuhan tubuh yaitu : (1) kalori dan nutrisi yang dibutuhkan,
mengkaji adanya alergi makanan, (γ)menganjurkan orang tua
anak tidak ada pantangan atau alergi memberikan makanan hangat, (4)
makanan (β) berkolaborasi dengan memantau adanya peningkatan atau
ahli gizi untuk menentukan jumlah penurunan berat badan didapatkan
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan, tidak ada penurunan berat badan
(γ)menganjurkan orang tua
memberikan makanan hangat, (4)
memantau adanya peningkatan atau
penurunan berat badan didapatkan
adanya penurunan berat badan antara Selanjutnya, implementasi
sebelum sakit berat badan anak β0 kg keperawatan yang dilakukan peneliti
dan sekarang berat badan anak 19 kg. selama pengelolaan kasus 5 hari
untuk diagnosa keperawatan
kerusakan integritas kulit yaitu:1)
Selanjutnya, implementasi pengecekan kulit, aktivitas
keperawatan yang dilakukan peneliti keperawatnnya periksa kulit adanya
selama pengelolaan kasus 5 hari kemerahan didapatkan adanya warna
untuk diagnosa keperawatan kemrahan pada tangan kiri anak,
kerusakan membran mukosa oral amati warna, monitor kulit adanya
yaitu : (1) memanajemen cairan, ruam dan lecet didapatkan data
tindakan keperawatannya adalah terdapat luka bekas pemasangan

Poltekkes Kemenkes
meningkatkan asupan oral seperti infus pada tnagan kiri anak, monitor
sering memberikan anak minum, kulit adanya kekeringan yang
didapatkan anak malas dan susah berlebihan dan kelembaban
untuk disuruh minum , mendukung didapatkan data kulit anak tamapak
pasien dan keluarga untuk membantu kering
pemberian makanan dengan baik,
tampak orang tua anak menemani
anak selama makan, memonitor
satus hidrasi didapatkan membran
mukosa bibir anak kering, denyut
nadi adekuat, (β) memelihara
kesehatan mulut tindakan
keperawatannya melakukan
perawatan mulut secara rutin, anak
sering gosok gigi sesudah mandi
pagi, menganjurkan pasien untuk
berkumur-kumur setelah makan, (γ)
manajemen kemoterapi tindakan
keperawatannya menganjurkan
pasien untuk melakukan perawatan
rongga mulut dengan menggunakan
pembersih yang tepat,menganjurkan
pasien untuk menggunakan nistatin
obat kumur untuk mengontrol infeksi
jamur, didapatkan anak
menggunakan nistatin dan betadine
obat kumur.

5. Evaluasi keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan terhadap An.K dan An.G,
didapatkan perkembangan pasien yaitu :

Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan β
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 5 hari pada keperawatan selama 5 hari pada
masalah keperawatan risiko infeksi masalah keperawatan risiko infeksi
berhubungan dengan imunosupresi, berhubungan dengan imunosupresi,
dari hasil tersebut S: Ibu pasien dari hasil tersebut S: Ibu pasien
mengatakan batuk dan flu mulai mengatakan anak tidak ada demam
berkurang, O: anak tampak batuk setelah selesai kemoterapi, pada
dan flu, anak tidak ada demam, A: tangan kiri terdapat luka bekas
masalah belum terjadi, P: intervensi pemasangan infus dan kemerahan
dilanjutkan dan didelegasikan kepada pada kulit sekitarnya. O: anak

Poltekkes Kemenkes
perawat ruangan. tampak pucat, kulit tampak
kemerahan pada tangan kiri, A:
Setelah dilakukan tindakan masalah belum terjadi, P: intervensi
keperawatan selama 5 hari pada dilanjutkan dan didelegasikan kepada
masalah keperawatan perawat ruangan
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan kurang asupan makan, dari keperawatan selama 5 hari pada
hasil tersebut S: Ibu pasien masalah keperawatan
mengatakan anak tidak nafsu makan, ketidakseimbangan nutrisi kurang
ibu mengatakan setelah menjalani dari kebutuhan tubuh berhubungan
kemoterapi anak muntah sudah dengan kurang asupan makan, dari
diberi ondansentron dan sariawan, hasil tersebut S: Ibu pasien
ibu mengatakan anak sulit makan mengatakan anak mulai nafsu
karna sariawan dan hanya minum teh makan, ibu mengatakan setelah
dan air putih, O: anak tampak menjalani kemoterapi anak muntah,
muntah setelah disuapi orang tua O: anak tampak makan tetapi porsi
makan, tampak sariawan dibibir dan tidak habis A: masalah belum
mulut anak, A: masalah belum teratasi, P: intervensi keperawatan
teratasi, P: intervensi keperawatan dilanjutkan dan didelegasikan kepada
dilanjutkan dan didelegasikan kepada perawat ruangan
perawat ruangan

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 5 hari pada
masalah keperawatan kerusakan
membran mukosa oral berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan program pengobatan, dari keperawatan selama 5 hari pada
hasil tersebut didapatkan data, S: ibu masalah keperawatan kerusakan
pasien mengatakan anak masih integritas kulit berhubungan dengan
sariawan pada bibir dan mulut, anak imunodefisiensi, dari hasil tersebut
susah makan dan bicara, O: tampak S: Ibu pasien mengatakan tangan kiri
sariawan pada bibir dan mulut anak, anak masih gatal, ibu mengatakan
anak tampak susah bicara dan luka bekas pemakian infus pada
minum, anak sudah diberi obat tangan masih ada O: tampak luka
nistatin dan betadine obat kumur, A: bekas pemakaian infus dan
masalah belum teratasi, P: intervensi kemerahan pada tangan kiri anak,
dilanjutkan dan didelegasikan kepada tampak anak sesekali menggaruk
perawat ruangan. tangan kirinya, anak belum diberi
obat dan baru akan dikonsulkan ke
spesialis kulit, A: masalah belum
teratasi, P: intervensi keperawatan
tetap dilanjutkan dan didelegasikan
kepada perawat ruangan

Poltekkes Kemenkes
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini akan membahas koherasi antara teori dengan
laporan kasus asuhan keperawatan pada An.K dan An.G dengan penyakit
leukemia yang telah dilakukan sejak β4 Mei sampai γ Juni β017 di ruang
Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang. Kegiatan yang
dilakukan meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat
rencana intervensi keperawatan, melakukan implementasi, dan melakukan
evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian keperawatan

Hasil pengkajian pada An.K ditemukan data keluhan utama An.K demam,
batuk, dan flu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan utama pada An.G ibu
mengatakan anaknya pucat, dan tidak ada nafsu makan sebelum masuk
rumah sakit. Pada hasil labor An.G ditemukan jumlah hemoglobin dan
eritrosit rendah.

Yenni (β014) mengatakan manifestasi klinis leukemia dapat berupa


kelelahan dan kelemahan, kulit pucat, infeksi, dan demam yang tidak
sembuh dengan antibiotik, mudah berdarah atau memar, nyeri sendi atau
tulang, hilangnya nafsu makan dan turunnya berat badan, pembesaran
kelenjar limfe, batuk atau kesulitan pernafasan, pembesaran hati atau
limpa, pembengkakan muka dan tangan, sakit kepala, dan muntah.Wong
(β009) mengatakan anak yang menderita leukemia akan menunjukkan
gejala demam, terdapat petekie atau memar tanpa sebab. Leukemia dapat
menyebabkan perdarahan, infeksi sekunder maupun gagal organ.

Menurut ansumsi peneliti keluhan yang dialami An.K dan An.G sama
dengan teori. Anak – anak dengan leukemia umumnya mengalami anemia
dengan ciri-ciri muka pucat, tak bertenaga atau lemas. Ditandai dengan
rendahnya eritrosit dan hemoglobin, karena pertumbuhan leukosit yang
tidak wajar dan menyebabkan pertumbuhan sel darah putih yang tidak

Poltekkes Kemenkes
terkendali sehingga menekan produksi eritrosit. Pertumbuhan leukosit
yang tidak terkendali mengakibatkan banyaknya jumlah leukosit yang
abnormal atau belum matang dan kuman yang masuk jadi tidak bisa
melawan sel darah putih. Sel darah putih yang seharusnya yang bertugas
melindungi tidak berfungsi. Akibatnya anak jadi rentan terkena infeksi dan
sering demam.

Hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga ditemukan An.Kmempunyai


keluarga yang menderita kanker, sedangkan pada An.G tidak ada anggota
keluarga yang menderita kanker ataupun mempunyai penyakit yang sama
dengan An.G. Pada riwayat imunisasi, An.K mendapatkan yang lengkap
sedangkan pada An.G imunisasinya tidak lengkap. Pada kebiasaan sehari-
hari An.G sering makan – makanan cepat saji seperti mie dan makanan
ringan, An.G jarang makan nasi dirumah.

Surriadi dan Yulianni (β010), penyebab leukemia yang pasti belum


diketahui tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan
leukemia yaitu faktor genetik, tingkat radiasi yang tinggi, oat-obatan
imunosupresif, faktor herediter dan kalinan kromosom.

Yenni (β014) mengatakan etiologi spesifik LLA belum diketahui, tetapi


berhubungan dengan proses multifaktorial yang berkaitan dengan genetik,
imunologi, lingkungan, toksik, paparan virus, ionization radiation.

Sebagian kanker disebabkan oleh paparan zat kimia tertentu dalam


pekerjaan sehari-hari, paparan zat asing dari lingkungan tidak mungkin
dihindari secara sempurna karena berbagai alasan, termasuk keberadaan
beberapa karsinogen dalam makanan. Walaupun keberadaan karsinogenik
dalam makanan merupakan suatu faktor, asupan dari komponen tertentu
dalam makanan dapat mengubah metabolisme dan pengeluaran dari
karsinogen, serta mempengaruhi perkembangan sel-sel normal dan kanker
dalam tubuh. Dan juga perubahan pola makan dan gaya hidup seseorang
maupun latar belakang faktor genetik bisa mempengaruhi timbulnya
kanker (Silalahi, β006).

Poltekkes Kemenkes
Analisa peneliti, faktor penyebab yang dikemukakan teori diatas dimliki
oleh An.K, sedangkan pada An.G belum diketahui pasti penyebabnya.
Pada kasus leukemia karena genetik ini biasa terjadi karena adanya virus
tertentu menyebabkan terjadinya perubahan gen (T cell leukemia
lymphoma virus/HTLV). Sedangkankasus leukemia yang terjadi An.G
kemungkinan terjadi karena pengaruh makanan yang suka makanan
berpengawet ditambah imunisasi An.G tidak lengkap.Sebagian makanan
ringan kemasan, seperti keripik kentang, mengandung bahan yang
kemungkinan dapat memicu kanker, yaitu akrilamida. Bahan ini dapat
terbentuk saat makanan yang kaya karbohidrat (mengandung tepung dan
gula) dipanggang atau digoreng. Selain itu kemasan vinil klorida juga
merupakan bahan yang bersifat karsinogenik atau memicu kanker. Dalam
makanan dan minuman kemasan terdapat beberapa bahan yang memicu kanker di
antaranya adalah: pemanis buatan, bahan pengawet,sodium nitrat.
Diharapkan orang tua bisa mengawasi anak agar tidak jajan sembarangan.
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efisien dalam mencegah
penyakit dan juga untuk melindungi tubuh anak dari penyakit berbahaya
dengan cara memberi vaksin kedalam tubuh sehingga merangsang sistem
kekebalan tubuh terhadap jenis antigen itu dimasa yang akan datang,
apabila anak tidak diimunisasi anak akan mudah terserang penyakit
berbahaya karena lemahnya sistem kekebalan tubuh anak. Dianjurkan
kepada orang tua untuk memberi anak imunisasi sesuai dengan jadwal.

Hasil pengkajian lain ditemukan An.K dan An.G sudah menjalani


kemoterapi fase konsolidasi. Setelah menjalani kemoterapi An.K dan
An.G mengeluh mual dan muntah, pada An.K keluhan ditambah sariawan
pada bibir dan mulut sehingga anak susah makan dan nafsu makan
berkurang. Pada pemeriksaan kepala tampak rambut An.K dan An.G tipis
dan rontok.

Penatalaksaan yang dilakukan adalah transfusi darah dan terapi leukemia


meliputi kemoterapi untuk membunuh dan memperlambat pertumbuhan
sel kanker. Proses kemoterapi terbagi dalam empat fase, yaitu : terapi

Poltekkes Kemenkes
induksi, terapi profilaksis SSP, terapi intensifikasi (konsolidasi), terapi
rumatan, dan reinduksi sesudah relaps (Maharani, β009).

Menurut Maharani (β009), efek samping kemoterapi dapat menimbulkan


infeksi, memar, perdarahan, rasa lemah, kerontokan rambut, luka pada
bibir dan mulut, mual dan muntah, diare, serta penurunan nafsu makan.

Pada kasus ini, penatalaksanaan yang dikemukan teori diatas sedang


dilakukan oleh An.K dan An.G. kedua partisipan melakukan kemoterapi,
Tujuan dilakukan kemoterapi adalah untuk membunuh atau
memperlambat pertumbuhan sel kanker, kemoterapi dapat membunuh sel
kanker yang telah lepas dari sel kanker induk atau bermetastase melalui
darah dan limfe ke bagian tubuh lain. Fase konsolidasi kemoterapi
biasanya berlangsung sekitar 1 sampai β bulan. Fase ini mengurangi
jumlah sel – sel leukemia yang masih ada dalam tubuh.

Asumsi peneliti pada kasus An.K ditemui gejala mual dan muntah,
penurunan nafsu makan karena An.K dan An.G selesai menjalani
kemoterapi. Efek samping kemoterapi disebabkan dari efek non-spesifik
dari obat-obat sitotoksik sehingga menghambat proliferasi tidak hanya sel-
sel kanker melainkan juga sel normal.

β. Diagnosa keperawatan
Hasil penelitian pada An.K ditemukan γ diagnosa keperawatan yaitu risiko
infeksi berhubungan dengan imunosupresi, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makan,
kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan program
pengobatan. Sedangkan pada An.G ditemukan γ diagnosa keperawatan
yaitu risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
makan, kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi.

Menurut Surriadi dan Yulianni (β010) diagnosa yang mungkin muncul


pada penyakit Leukemia yaitu risiko infeksi b.d imunosupresi, risiko

Poltekkes Kemenkes
perdarahan b.d koagulasi inheren, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan, kerusakan integritas kulit
b.d imunodefisiensi, hipertermi b.d dehidrasi, gangguan citra tubuh b.d
program pengobatan.

Menurut analisa peneliti, tegaknya diagnosa utama pada An.K dan An.G
yaitu risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi sama dengan teori.
Imunosupresi adalah faktor resiko terjadinya risiko infeksi. Ditandai oleh
rendahnya nilai leukosit karena efek dari kemoterapi dimana terjadi
supresi pada sumsum tulang belakang, beberapa jenis obat yang digunakan
pada kemoterapi bisa merusak sum-sum tulang, sehingga produksi sel
darah putih menurun. Dan juga terjadi pertumbuhan abnormal leukosit
sehingga fungsinya sebagai melawan infeksi yang masuk ke tubuh jadi
tidak berfungsi, maka anak akan mudah terserang infeksi, anak
sebelumnya sudah dikemoterapi. sehingga diagnosa ini perlu ditegakkan.

Apriany (β016), komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi kanker


dimasa kanak-kanak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena
neutropenia. Kondisi ini akan meningkatkan risiko infeksi yang berat
akibat penurunan fungsi utama neutrofil sebagai pertahanan terhadap
mikroorganisme asing.

Dari hasil pengkajian ditemukan ibu An.K dan An.G mengatakan anaknya
sudah dilakukan kemoterapi, hasil pengkajian ibu mengatakan setelah
kemoterapi anak muntah, ini menyebabkan nafsu makan anak berkurang,
sedangkan pada An.G hanya mual dan muntah sehingga nafsu makan
An.G berkurang tidak disertai sariawan pada bibir dan mulut.

Wong (β009) selain perdarahan, komplikasi lain yang timbul akibat


kemoterapai adalah mual, muntah , anoreksia, atau peurunan nafsu makan.
Menurut analisa peneliti, diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan dapat

Poltekkes Kemenkes
ditegakkan pada An.K dan An.G. Kurangnya asupan makanan anak karena
efek samping kemoterapi dimana obat kemoterapi bekerja tidak hanya
membunuh sel-sel kanker yang sedang membelah diri, tetapi semua sel
yang membelah diri termasuk sel-sel sehat. Obat-obatan yang tadinya
bertujuan untuk meracuni sel-sel kanker menyebabkan rasa sakit pada
anak. Racun (dari obat-obat kemoterapi) menyerang sel darah dan
menyebabkan keracunan darah. Sistem pencernaan menjadi shock tidak
terkontrol dan menyebabkan anak mual, tidak nafsu makan dan badan
anak berangsur melemah.

Dari hasil pengkajian pada hari ke-4 timbul masalah keperawatan baru
pada An.K yang selesai menjalani kemoterapi yaitu kerusakan membran
mukosa oral berhubugan dengan program pengobatan. Berdasarkan data
subjektif ibu mengatakan anak sariawan pada bibir dan mulut setelah
selesai kemoterapi pada hari ke-4, anak tampak susah bicara dan makan,
anak hanya minum air putih.

Menurut analisa peneliti diagnosa kerusakan membran mukosa oral


berhubungan dengan program pengobatan dapat ditegakkan pada An.K.
Dimana efek samping kemoterapi muncul karena obat-obatan tersebut
tidak memilki kemampuan membedakan sel kanker yang berkembang
pesat dengan sel sehat yang secara normal juga berkembang pesat. Jenis
sel yang ada dimulut dan tenggorokan atau kerongkongan adalah jenis sel
yang tumbuh, berkembang, dan berganti dengan cepat, dan obat-obat
kemoterapi mudah merusak sel-sel jenis ini, maka daerah mulut dan
tenggorokan menjadi mudah luka atau kering, menyebabkan terjadinya
iritasi pada tenggorokan dan jaringan mulut yang pada akhirnya menjadi
penyebab sariawan.

Santoso (β010) mengatakan kemoterapi fase konsolidasi lebih


berpengaruh terhadap derajat keparahan mukositis dibandingkan dengan
fase induksi dan tidak ada perbedaan jumlah mikroorganisme pada fase

Poltekkes Kemenkes
induksi dan konsolidasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa derajat
mukositis pada fase konsolidasi lebih berat daripada fase induksi. Hasil
analisis pemeriksaan mikroorganisme Streptococcus-α, Streptococcus y,
dan Candida albicans didapatkan tidak ada perbedaan jumlah yang
bermakna pada fase induksi dibandingkan dengan fase konsolidasi.
Strepococcus β dan Staphylococcus aureus tidak ditemukan pada lesi
mukositis fase induksi dan konsolidasi.

Obat yang digunakan dalam kemoterapi cepat mengenali sel – sel target,
namun obat tersebut juga mempengaruhi sel – sel normal, seperti sel – sel
rambut, kulit, dan sel – sel sumsum tulang. Penelitian terakhir, obat
kemoterapi juga dapat mempengaruhi sel – sel yang bertanggung jawab
dalam pembuatan sel sel – sel darah. Sehingga efek samping dalam
pengobatan kemoterapi antara lain rambut rontok, kulit kering, perubahan
jumlah sel darah, dan mual – mual. Semuanya berkaitan dengan teknik
kemoterapi dalam mempengaruhi sel – sel normal (Nugroho & Rahayu,
β017).

Menurut analisa peneliti diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan


dengan imunodefisiensi seharusnya dapat ditegakkan pada An.G, dari hasil
pengkajian ditemukan ibu An.G mengatakan terdapat luka bekas
pemasangan infus pada tangan kiri dan kulit sekitarnya kemerahan. Luka
tersebut menyebabkan gatal terlihat dari An.G sesekali menggaruk – garuk
tangan kirinya. Beberapa jenis obat kemoterapi dapat bersifat menghambat
proses pembelahan dan pembentukan sel-sel baru pada kulit. Jika
kondisinya terus berlanjut dapat mengakibatkan kulit kehilangan tingkat
kelembaban dan kulit akan menjadi kering.

Menurut analisa peneliti pada kasus, diagnosa hipertermi tidak ditegakkan


karena ibu An.K dan An.G mengatakan anaknya tidak demam dan tampak
pada pemeriksaan fisik suhu An.K dan An.G dalam batas normal,
sehingga diagnosa ini tidak dapat ditegakkan. Biasanya pada anak yang

Poltekkes Kemenkes
menderita leukemia terjadi demam karena sel darah putihnya abnormal, sel
darah putih yang seharusnya bertugas melindungi tidak berfungsi,
akibatnya anak jadi rentan terkena infeksi dan mudah demam.

Perdarahan dapat terjadi akibat dari trauma atau cedera, untuk menghindari
perdarahan, anak dianjurkan menghindari aktivitas yang dapat
menimbulkan trauma atau cedera perdarahan seperti bersepeda, dan
bermain ayunan. Perawatan mulut anak seperti gosok gigi harus
diperhatikan karena sering terjadi perdarahan pada gusi (Wong, β009).

Menurut analisa peneliti pada kasus, diagnosa risiko perdarahan tidak


dapat ditegakkan karena ibu An.K dan An.G mengatakan anaknya tidak
ada mengalami perdarahan dihidung, dan memar dikulit, pada pada hasil
labor trombosit An.K dan An.G dalam batas normal sehingga diagnosa ini
tidak dapat ditegakan. Pada anak dengan leukemia biasanya mudah
berdarah dan memar merupakan tanda tingkat pembekuan darahnya
rendah. Terjadinya supresi sumsum tulang akibat kemoterapi dapat
membuat jumlah trombosit berkurang. Trombosit adalah fragmen sel atau
sel yang membantu darah untuk membeku yang diproduksi oleh sumsum
tulang. Rendahnya tingkat trombosit dalam tubuh mengakibatkan
keterlambatan dalam pembekuan darah.

Menurut analisa peneliti pada kasus, diagnosa gangguan citra tubuh tidak
ditegakkan karena ibu An.K dan An.G mengatakan rambut anaknya rontok
dan mulai menipis tetapi An.K dan An.G tidak malu, An.K dan An.G
tampak bermain bersama orang tuanya tanpa memperhatikan
penampilannya, sehingga diagnosa ini tidak dapat ditegakkan. Biasanya
pada anak yang menjalani kemoterapi akan menyebabkan rambut rontok
karena sel-sel folikel rambut adalah satu sel yang menbelah dengan cepat
dalam tubuh, dimana obat kemoterapi tidak dapat membedakan sel yang
normal dengan sel yang berbahaya sehingga obat kemoterapi juga
menghancurkan sel-sel folikel rambut yang menyebabkan rambut rontok.

Poltekkes Kemenkes
γ. Intervensi keperawatan
Hasil penelitian tentang perencanaan keperawatan yang dibuat berdasarkan
kepada diagnosa keperawatan yang muncul pada An.K dan An.G yang
dilakukan selama 5 hari sesuai dengan intervensi yang telah peneliti susun.
Pada diagnosa risiko infeksi intervensi yang akan dilakukan tujuannya
untuk mengidentifikasi faktor risiko infeksi, mengidentifikasi tanda dan
gejala infeksi, asupan gizi pasien adekuat, berat badan ideal, dan status
hidrasi adekuat. Intervensinya adalah 1) kontrol infeksi, aktivitas
keperawatannya seperti batasi jumlah pengunjung, anjurkan pasien
mengenai teknik cuci tangan yang benar, anjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien. β)untuk
monitor nutrisi, aktivitas keperawatannya seperti timbang berat badan
pasien, lakukan pengukuran antropometri pada komposisi tubuh, monitor
kecenderungan naik dan turunnya berat badan anak, identifikasi perubahan
berat badan terakhir, γ)untuk pengecekan kulit, aktivitas keperawatannya
seperti amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema dan
ulserasi pada ekstremitas, monitor warna dan suhu kulit, monitor warna
kulit untuk memeriksa adanya ruam atau lecet, monitor kulit untuk adanya
kekeringan atau kelembaban, monitor infeksi.

Rencana tindakan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, tujuannya
tidak ada tanda-tanda malnutrisi, dan tidak terjadi penurunan berat badan.
Rencana keperawatannya adalah 1) manajemen nutrisi, aktivitas
keperawatannya identifikasi adanya alergi makanan, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
seperti menentukan diit pasien, anjurkan keluarga untuk membawa
makanan favorit pasien sementara berada dirumah sakit, yang sesuai,
monitor kecenderungan penurunan berat badan. β) manajemen kemoterapi,
aktivitas keperawatannya adalah telusuri pengalaman pasien sehubungan
dengan mual dan muntah terkait kemoterapi, berikan obat-obatan untuk

Poltekkes Kemenkes
mengontrol efek samping kemoterapi, berikan pasien diet yang lunak dan
mudah dicerna, anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.

Rencana tindakan untuk diagnosa kerusakan membran mukosa oral


berhubungan dengan program pengobatan, tujuannya tingkat nyeri
berkurang, fungsi sensori pengecapan dan pembau, dan satatus menelan.
Rencana keperawatannya adalah 1) manajemen cairan, tindakan
keperawatannya adalah tingkatkan asupan oral seperti sering meberikan
anak minum, distribusikan asupan cairan selama β4 jam, dukung pasien
dan keluarga untuk membantu pemberian makanan dengan baik, monitor
satus hidrasi misalnya membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat. β)
pemeliharaan kesehatan mulut tindakan keperawatannya lakukan perawatn
mulut secara rutin, dorong dan bantu pasien untuk berkumur-kumur,
instruksikan pasien dan bantu pasien membersihkan mulut setelah makan,
kolaborasi dalam pemberian terapi. γ) manajemen kemoterapi tindakan
keperawatannya monitor tanda-tanda infeksi dirongga mulut, anjurkan
pasien untuk melakukan perawatan rongga mulut dengan menggunakan
pembersih yang tepat, anjurkan pasien untuk menggunakan nistatin obat
kumur untuk mengontrol infeksi jamur.

Rencana tindakan untuk diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan


dengan imunodefisiensi, tujuannya integritas kulit baik, tidak ada luka atau
lesi, perfusi jaringan baik. Rencana keperawatannya adalah pengecekan
kulit, aktivitas keperawatnnya periksa kulit adanya kemerahan, amati
warna, tekstur, monitor kulit adanya ruam dan lecet, monitor kulit adanya
kekeringan yang berlebihan dan kelembaban.

Menurut Wong (β009) pertahanan pertama melawan infeksi adalah


pencegahan. Apabila anak dirawat di rumah sakit, perawat harus
menggunakan segala cara untuk mengendalikan penularan infeksi. Cara ini
secara khas meliputi pemakaian ruang rawat pribadi, membatasi semua
pengunjung, dan mengajarkan teknik mencuci tangan. Pencegahan infeksi

Poltekkes Kemenkes
tetap menjadi prioritas sesudah anak pulang dari rumah sakit dengan cara
semua anggota keluarga dianjurkan mencuci tangannya sampai bersih
untuk mencegah penyebaran kuman patogen kedalam rumah.

Berdasarkan analisa peneliti tindakan keperawatan yang sudah dibuat


sesuai dengan kondisi pasien. Intervensi untuk risiko infeksi sangat perlu
dilakukan terutama pada kontrol infeksi perlu dianjurkan pasien memakai
masker apabila keluar ruangan terutama apabila anak mengalami
neutropenik berat (leukosit kurang dari 1000/mmγ), bagi keluarga yang
sakit dianjurkan juga memakai masker. Tujuannya untuk mengendalikan
risiko infeksi agar anak tidak mudah terinfeksi. Karena anak yang
menderita leukemia daya tahan tubuh lemah sehingga sangat rentan
terkena infeksi.

4. Implementasi Keperawatan
Hasil penelitian implementasi untuk mengatasi masalah risiko infeksiyaitu
membatasi jumlah pengunjung, menganjurkan pasien dan keluarga
mengenai teknik cuci tangan yang benar, menganjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien,
mengamati warna, kehangatan, tekstur, pada ekstremitas, memonitor
warna dan suhu kulit, memonitor warna kulit untuk memeriksa adanya
ruam atau lecet, memonitor kulit untuk adanya kekeringan atau
kelembaban.

Menurut Wong (β009) pertahanan pertama melawan infeksi adalah


pencegahan. Apabila anak dirawat di rumah sakit, perawat harus
menggunakan segala cara untuk mengendalikan penularan infeksi. Cara ini
secara khas meliputi pemakaian ruang rawat pribadi, membatasi semua
pengunjung, dan mengajarkan teknik mencuci tangan.

Berdasarkan analisa peneliti, pelaksanaanintervensipada diagnosa


risikoinfeksisudah sesuai dengan teori yang ada. Pasien dengan leukemia

Poltekkes Kemenkes
perlu dilakukan kontrol infeksi terutama pada cuci tangan, orang tua sering
lupa mengingatkan anaknya mencuci tangan saat makan. apabila ini terjadi
anak akan mudah terkena infeksi. Anak memakai masker apabila keluar
ruangan, anak diberi tambahan buah oleh orang tua untuk meningkatkan
intake nutrisi anak.

Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi


berhubungan dengan kurang asupan makanan adalah mengidentifikasi
adanya alergi makanan, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan seperti menentukan diit pasien,
anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara
berada dirumah sakit, yang sesuai, mengkaji pengalaman pasien
sehubungan dengan mual dan muntah terkait kemoterapi, memberikan
obat-obatan untuk mengontrol efek samping kemoterapi seperti, anak
diberi ondansentron, memberikan pasien diet yang lunak dan mudah
dicerna, menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.

Menurut analisa peneliti tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk


mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh sudah sesuai dengan teori. Pemberian obat Ondansentron (Zofran)
telah memperbaiki kualitas hidup banyak pasien kanker dengan
mengendalikan rasa mual yang sering kali menyertai kemoterapi. Zofran
terkenal karena kemampuannya untuk mengatur reaksi serotonin, suatu zat
kimia otak.

Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa kerusakan menbran mukosa


oral berhubungan dengan program pengobatan adalah 1) manajemen
cairan, tindakan keperawatannya adalah meningkatkan asupan oral seperti
sering meberikan anak minum, mendukung pasien dan keluarga untuk
membantu pemberian makanan dengan baik, memonitor satus hidrasi
misalnya membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat. β) memelihara
kesehatan mulut tindakan keperawatannya melakukan perawatn mulut

Poltekkes Kemenkes
secara rutin, menganjurkan pasien membersihkan mulut setelah makan,
kolaborasi dalam pemberian terapi. γ) manajemen kemoterapi tindakan
keperawatannya memonitor tanda-tanda infeksi dirongga mulut,
menganjurkan pasien untuk melakukan perawatan rongga mulut dengan
menggunakan pembersih yang tepat, pasien menggunakan nistatin obat
kumur.
Menurut analisa peneliti tindakan untuk mengatasi masalah kerusakan
membran mukosa oral sudah sesuai dengan teori, dimana anak diberi
nistatin untuk mengontrol infeksi jamur pada bibir dan mulut.

Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan imunodefisiensi, rencana keperawatannya adalah
mengecek kulit, aktivitas keperawatnnya memeriksa kulit adanya
kemerahan, mengamati warna, tekstur, memonitor kulit adanya ruam dan
lecet, memonitor kulit adanya kekeringan yang berlebihan dan
kelembaban.
Menurut analisa peneliti tindakan untuk mengatasi masalah kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi sudah sama dengan
teori.

5. Evaluasi Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 5 hari evaluasi pada An.K dan An.G dengan masalah
risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi sudah ada kemajuan
ditandai dengan S: ibu mengatakan anaknya sudah tidak ada demam,
setelah kemoterapi An.K mengalami sariawan pada bibir dan mulut O:
tampak sariawan pada bibir dan mulut An.K, A: masalah belum terjadi
dengan kriteria hasil mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi, faktor
resiko infeksi, asupan gizi adekuat, P: intervensi yang dilanjutkan yaitu a)
tingkatkan istirahat, b) batasi pengunjung, c) anjurkan cuci tangan.
Sedangkan pada An.G ditemukan data S: ibu mengatakan anak tidak

Poltekkes Kemenkes
demam O: anak memakai masker apabila keluar ruangan, anak tidak mau
mencuci tangan sebelum makan A: masalah belum terjadi dengan kriteria
hasil mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi, faktor resiko infeksi,
asupan gizi adekuat, P: intervensi yang dilanjutkan yaitu a) pantau TTV, b)
tingkatkan istirahat, c) anjurkan cuci tangan.

Menurut asumsi peneliti, risiko infeksi sangat besar terjadi pada An.K dan
An.G karena ditandai dengan setelah dilakukan intevensi sariawan An.K
belum hilang, An.K susah makan dan hanya minum air putih. Sedangkan
pada An.G tampak luka bekas pemasangan infus, setelah hari ke-4 baru
akan dikonsultasikan ke dokter kulit. Menurut analisa peneliti, masalah ini
muncul karena efek samping dari kemoterapi karena obat – obat yang
diapakai pada kemoterapi menghambat proliferasi tidak hanya sel-sel
kanker melainkan sel normal. Pada sel-sel darah, apabila terpengaruh
penderita leukemia akan lebih mudah mengalami infeksi, memar,
perdarahan, dan rasa lemah serta lelah.

Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada


An.K belum dapat teratasi, didapatkan hasil S: ibu mengatakan anak susah
diajak makan, pada hari ke-4 setelah selesai kemoterapi anak mengalami
sariawan membuat anak tidak mau makan, O: anak tampak susah makan,
anak hanya minum air putih saja, berat badan menurun dai β0kg menadi
19 kg, A: masalah belum teratasi dengan kriteria hasil tidak ada tanda-
tanda malnutri, tidak terjadi penurunan berat badan, P: intervensi
dilanjutkan. Sedangkan pada An.G sudah ada kemajuan didapatkan hasil S:
ibu mengatakan anak mulai ada nafsu makan, tetapi dalam porsi sedikit, O:
anak tampak makan sedikit, porsi makan tidak habis, A: masalah teratasi
sebagian, P: intervensi dilanjutkan. Wong (β009) selain perdarahan,
komplikasi lain yang timbul akibat kemoterapai adalah mual, muntah ,
anoreksia, atau penurunan nafsu makan.

Poltekkes Kemenkes
Masalah kerusakan membran mukosa oral pada An.K belum dapat teratasi
didapatkan hasil S: ibu mengatakan anak masih sariawan dan membuat
anak susah makan, O: tampak sariawan pada bibir dan mulut anak, anak
sudah diberi nistatyn dan obat kumur, anak tamapak susah bicara, A:
masalah belum teratasi, P: intervensi dilanjutkan.

Menururt asumsi peneliti masalah ini muncul karena obat-obat kemoterapi


mudah merusak sel-sel jenis ini, maka daerah mulut dan tenggorokan
menjadi mudah luka atau kering, menyebabkan terjadinya iritasi pada
tenggorokan dan jaringan mulut yang pada akhirnya menjadi penyebab
sariawan.

Masalah kerusakan integritas kulit pada An.G belum dapat teratasi,


didapatkan hasil S: ibu mengatakan tangan kiri anak masih terasa gatal dan
terdapat luka bekas pemasangan infus, O: masih tampak luka pada tangan
kiri anak, kulit sekitarnya kemerahan, pada hari ke-4 An.G dikonsulkan
kedokter spesialis kulit oleh perawat rungan, A: maslah belum terasi, P:
intervensi dilanjutkan.

Menurut analisa peneliti, masalah ini muncul karena efek samping dari
kemoterapi karena obat – obat yang diapakai pada kemoterapi
menghambat proliferasi tidak hanya sel-sel kanker melainkan sel normal.
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat bersifat menghambat proses
pembelahan dan pembentukan sel-sel baru pada kulit. Karena kondisinya
terus berlanjut mengakibatkan kulit kehilangan tingkat kelembaban dan
kulit menjadi kering.

Poltekkes Kemenkes
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia
diruang kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang,
peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada An.K dan An.G didapatkan hasil yang sama
dengan teori yaitu peneliti menemukan keluhan An.K dan An.Gsetelah
selesai kemoterapi mual dan muntah, yang menyebabkan anak malas
makan dan nafsu makan berkurang. Pada An.K efek samping kemoterapi
disertai sariawan pada bibir dan mulut sedangkan pada An.G tidak terjadi.
Pada hasil pemeriksaan penunjang yaitu pada hasil laboratorium pasien
leukemia mengalami penurunan leukosit yang menyebabkan daya than
tubuh pasien menurun. Hasil pemeriksaan laboratorium An.K di dapatkan
leukosit γ.870/mmγ (5.000 – 17.000/mmγ). Pada An.G didapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium leukosit γ.6γ0/mmγ (5.000 – 17.000/mmγ).
β. Diagnosa Keperawatan
Dalam teori, diagnosa keperawatan yang muncul adalah 10 diagnosa
keperawatan. Pada An. K dan An.G ditemukan β diagnosa yang sama
yaitu a) risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi, b)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan. Diagnosa lain yang muncul pada An.G
adalah kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi.
γ. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada An.K dan An.G yang direncanakan
tergantung kepada masalah keperawatan yang ditemukan. Pada masalah
risiko infeksi berhubungan imunosupresi, intervensi yang direncanakan
sama dengan teori yang telah dikemukakan, pada masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan kerusakan
integritas kulit sama dengan yang telah direncanakan.

Poltekkes Kemenkes
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan pada risiko infeksi, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, dan kerusakan integritas kulit disesuaikan
dengan rencana tindakan yang telah peneliti susun. Implementasi
keperawatan dilakukan pada tanggal β4 Mei - 0γ Juni β017 terhadap
An.K dan An.G.
5. Evaluasi keperawatan
Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari dalam bentuk SOAP.
Evaluasi yang dilakukan dari tanggal β4 Mei - 0γ Juni β017 dengan
metode SOAP untuk mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan
yang dilakukan. Pada An.K dan An.G masalah risiko infeksi, masalah
belum terjadi dan intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan.Hasil
evaluasi pada masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, masalah belum teratasi dan intervensi dilanjutkan oleh perawat
ruangan. Pada An.G masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi dan
intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Rumah Sakit
Saran peneliti kepada pihak rumah sakit lebih menyediakan fasilitas
dalam melakukan tindakan keperawatan dalam ruangan khususnya
fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh pasien leukemia yang menjalani
kemoterapi.
β. Perawat ruang kronis IRNA Kebidanan dan Anak
Saran peneliti bagi perawat ruangan diharapakan melakukan pengkajian
lebih dalam agar dapat menggali masalah baru, dan pada masalah
keperawatan yang diangkat tidak hanya masalah utama saja, perawat
diharapkan lebih memperhatikan rencana yang sudah dilakukan dan
mempertahankan agar intervensi berjalan secara optimal dan
berkesinambungan.

Poltekkes Kemenkes
γ. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan peneliti melakukan pengkajian komprehensif dan
mengambil diagnosa keperawatan pada pasien leukemia secara tepat
menurut pengkajian yang didapatkan, melaksanakan tindakan
keperawatan dengan lebih dahulu memahami masalah dengan baik,
dan mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan
berdasarkan kepeda teori.
b. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan leukemia.

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR PUSTAKA

Apriany, Dyna. β016. Asuhan Keperawatan Anak dengan Keganasan. Bandung :


PT Refika Aditama.
Betz & Sowden. β009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Bulechek, G, M. Butcher, H, K. Dochterman, J, M. Wagner, C, M. (β01γ).
Nursing Intervention Classificasion (NIC) (6th ed). Mosby: Lowa City

Hari. Soetaryo. Kusuma. (β009). The Risk Factor of Urinary tract infection in
patient with leukimia. Berkala Ilmu Kedokteran, Volume 41, nomor 4.
Diakses dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=1γ19β7&val=5016&titl e=The%β0risk%β0factor%β0of
%β0urinarytract%β0infection%β0in%β0pati ent%β0with%β0leukemia
diakses tanggal 9 Januari.
Herdman. H.T & Kamitsuru. S. (β015). NANDA Internasional, Inc: Nursing
Diagnoses, Definitions & Classification 2015- 2017 (10th ed). Jakarta : EGC

Hidayat, A.Aziz. β01β. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah edisi 2.
Jakarta : Salemba medika
Hidayat. Gatot. Djer. (β01β). Validasi Sistem Skoring Rondinelli Untuk
Mendeteksi Komplikasi Infeksi Berat Pada Pasien Leukemia Limfoblastik
Akut L1 Dengan Demam Neutropenia Selama Kemoterapi Fase Induksi.
Diakses dalam : http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/15-5-10.pdf tanggal 11
Januari β017
Maharani, Sabrina. β009. Mengenal 13 jenis kanker dan pengobatannya.
Jogjakarta : Katahati
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M, L. Swanson, E. (β01γ). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed). Mosby: Lowa City

Ngastiyah. β01β. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC


Nugroho, Susanto. (β010). Gangguan Keseimbangan Elektrolit Sesudah
Kemoterapi Induksi Remisi pada Anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut.
Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang. Diakses dalam
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=404864&val=4γ87&titl
e=Gangguan%β0Keseimbangan%β0Elektrolit%β0%β0Sesudah%β0Kemote
rapi%β0Induksi%β0Remisi%β0pada%β0Anak%β0dengan%β0%β0Leukem ia
%β0Limfoblastik%β0Akut, diakses tanggal 11 Januari β017
Nugroho, E, D & Rahayu, D, A. Pengantar Bioteknologi (Teori dan aplikasi).
Yogyakarta : CV Budi utama.

Poltekkes Kemenkes
Nurarif, A, H & Kusuma, H. (β01γ). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis: NANDA NIC- NOC 2015- 2017 (Jilid β) . Yogyakarta:
Media Action
Nursalam. (β015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(edisi 4). Jakarta: Salemba Medika. Diakses dalam:
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/γ-βMetodologi_Nursalam_EDISI%β04-
β1%β0NOV.pdf, diakses tanggal 18 Januari β017

Profil RSUP Dr. M. Djamil Padang diakses dalam


file:///D:/bahan%β0leukimia/10%β0Penyakit%β0Terbanyak%β0Rawat%β0
Inap%β0Tahun%β0β014.html, diakses tanggal 10 Januari β017
Pinontoan, Eunike, dkk. (β01γ). Pengaruh Kemoterapi Terhadap Profil
Hematologi Pada Penderita Leukemia Limfoblastik Akut, jurnal Ilmu
Kesehatan Anak FK UNSRAT Manado. Diakses dalam :
file:///C:/Users/Userβ7-040715/Downloads/γβ77-61γ6-1-SM.pdf diakses
tanggal 6 Januari β017.
Santoso, Monika. (β010). Pengaruh kemoterapi fase induksi dan konsolidasi
terhadap mukositis dan mikroorganisme rongga mulut pada pasien anak
leukemia limfoblastik akut, Kajian di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Diakses dalam http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=Pene
litianDetail&act=view&typ=html&buku_id=487β0 diakses tanggal 17 Juni
β017.

Silalahi, Jansen. β006. Akanan Fungsional. Yogyakarta : Kanisius


Sulastriana. Muda. Jemadi. (β01β). Karakteristik Anak Yang Menderita Leukemia
Akut Rawat Inap Di Rsup H. Adam Malik Medan Tahun β011-β01β.
Diakses dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?
Article=154γ1β&val=4108&tit le=KARAKTERISTIK%β0ANAK
%β0YANG%β0MENDERITA%β0LEU KEMIA%β0AKUT%β0RAWAT
%β0INAP%β0DI%β0RSUP%β0H.%β0A
DAM%β0MALIK%β0MEDAN%β0TAHUN%β0β011-β01β diakses
tanggal 10 Januari β017
Suriadi & Yuliani. β010. Buku Pegangan Praktek Klinik. Asuhan Keperawatan
Pada Anak Edisi 2. Jakarta : CV.Sagung Seto.
Sugiyono. β014. MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung :Alfabeta.
Yenni. (β014). Rehabilitasi medik pada anak dengan leukemia limfoblastik akut.
Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-7. Diakses
tanggal 6 Juni β017.
Wolley. Gunawan. Warouw. (β016). Perubahan status gizi pada anak
dengan leukemia limfoblastik akut selama pengobatan. Jurnal e-Clinic
(eCl), Volume 4, nomor 1 diakses dalam

Poltekkes Kemenkes
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4γβ0γ1&val=1001&titl
e=Perubahan%β0status%β0gizi%β0pada%β0anak%β0dengan%β0leukemia
%β0limfoblastik%β0akut%β0selama%β0pengobatan, diakses tanggal
9 Januari β017.
Wong, D, L. Eaton, M, H. Wilson, D. Winkelstein, M, L. Schwartz. β009. Buku
ajar keperawatan pediatrik. Jakarta. EGC

Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengumpulan data
a. Identifikasi klien

Nama : An. K
Umur : 5 tahun
Tanggal lahir : 15 Desember β011
Jenis kelamin : perempuan
Status kawin : belum kawin
Agama : Islam
Pendidikan : TK
Anak Ke- : Ke-1
Alamat : Jln. Kalung Tapi Kelurahan Koto
Tangah Kecamatan Tilatang Kamang
Kabupaten Agam
Tanggal masuk RS : βγ Mei β017 pukul 11.15 WIB
Tanggal pengkajian : β4 Mei β017 pukul 1γ.00 WIB
Diagnos medis : ALL
No.MR : 96944γ
Ruang rawat : Ruang Rawat Kronis IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang

b. Identifikasi penanggung jawab

Tabel. 4.1
Identitas Penanggung Jawab

Identitas Ibu Ayah


Nama Ny.E Tn.A
Umur γ0 tahun γ0 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SLTA SLTA

Poltekkes Kemenkes
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat Jln. Kalung Tapi Kelurahan Koto Tangah
Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam

c. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang


a) Keluhan utama
An. K dibawa ke RSUP Dr. M.Djamil Padang melalui
Poliklinik pada tanggal βγ Mei β017 pukul 11.15 WIB dengan
keluhan anak demam dan pucat sejak β hari sebelum masuk
rumah sakit
b) Keluhan saat di kaji
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal β4 Mei β017
pukul 1γ.00 WIB, Ibu E mengatakan anak batuk berdahak dan
flu, nafsu makan berkurang. Ibu mengatakan anak sudah tidak
mengalami demam lagi. Anak sekarang menjalankan
kemoterapi minggu ke-1β fase konsolidasi.

β. Riwayat kesehatan dahulu


Ibu E mengatakan anaknya sudah didiagnosis menderita ALL pada
bulan Januari β017 dan sudah menjalani kemoterapi.

γ. Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan anak, ibu E mengatakan kakak dari orang tua ibu E
mengalami kanker.

Poltekkes Kemenkes
Genogram :

Keterangan :

= laki-laki = perempuan pasien


= tinggal serumah = menikah = saudara

4. Riwayat imunisasi
a) BCG : ada
b) DPT : lengkap
c) Polio : lengkap
d) Hepatitis B : ada
e) Campak : ada

Kesimpulan : imunisasi anak lengkap

5. Riwayat perkembangan
anak Usia anak saat :
a) Berguling : γ bulan
b) Duduk : 7 bulan
c) Merangkak : 8 bulan
d) Berdiri : 11 bulan
e) Berjalan : 1β bulan
f) Tersenyum pertama kali : 4 bulan
g) Bicara pertama kali : 8 bulan, kata “maa”, “paa”
h) Berpakaian tanpa bantuan: γ6 bulan

Poltekkes Kemenkes
Kesimpulannya : An. R tidak mengalami keterlambatan
perkembangan

d. Lingkungan
Rumah : permanen, lantai keramik
Sampah : dibuang di TPA dan diangkut setiap pagi oleh petugas
Jamban : di dalam rumah
Pekarangan : luas dan masih
bertanah Sumber air minum : PDAM
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun: selalu
Kesimpulan: hygiene baik dan sanitasi lingkungan baik
β. Pengkajian khusus
a. Pemeriksaan fisik

Tabel. 4.β
Pemeriksaan Fisik

No Pemeriksaan fisik Hasil


1) Kesadaran Kompos mentis
GCS = E4 M6 V5
β) Tanda-tanda vital Nadi =90 x/i
Suhu = γ6,γ0C
RR = β0 x/i
γ) Posture BB sebelum sakit = β0 kg
BB sekarang = 19 kg
TB = 109 cm
5) Kepala Bentuk normal, bersih
Benjolan tidak ada
Rambut jarang dan rontok

6) Mata Simetris,
Sklera tidak ikterik
Reflek cahaya ada

Poltekkes Kemenkes
Konjungtiva tidak anemis

7) Hidung Simetris
Hidung bersih
Pernafasan cuping hidung (-)
8) Mulut Mukosa bibir kering dan pucat
Rongga mulut bersih, ada karies gigi
9) Telinga Simetris
Bersih, pendengaran baik
Posisi puncak pina sejajar dengan kontus
mata
10) Leher Tidak ada pembesaran pada kelenjer getah
bening
11) Thorak I = simetris ki= ka, tidak adanya
pergerakan dinding dada kedalam saat
bernafas
Pa = fremitis ki=ka
Pe = sonor
A = bronkovesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
1β) Jantung I = iktus cordis tidak terlihat
Pa = iktus kordis teraba 1 jari medial
IMCS RIC V
Pe = tidak dilakukan
A = irama jantung reguler
1γ) Abdomen I = distensi (-), simetris
A = bissing usus (+)
Pa = nyeri (-)
Pe = thympani
14) Kulit Turgor kembali cepat
Oedema tidak ada

Poltekkes Kemenkes
15) Ekstremitas atas Capillary reffil < β detik
Akral hangat
16) Ekstremitas bawah Capillary reffil < β detik
Akral hangat
Tidak ada oedema
17) Genitalia Bentuk normal
Genitalia bersih

γ. Kebiasaan sehari-hari

Tabel. 4.β
Pola Kebiasaan
No Pola Kebiasaan
a Nutrisi Sehat:
dan cairan Makanan biasa dengan nasi lauk dan sayuran. Porsi tidak
habis.
Minum air putih ± 500 cc
Sakit:
Diet: makanan biasa TKTP 1500 kkal
Porsi tidah habis, kadang hanya menghabiskan sayur

b Istirahat Siang Malam


dan tidur Sehat: Sehat:
Pola tidur teratur Pola tidur teratur
Tidur β-γ jam Tidur 8-9 jam
c Eliminasi BAK BAB
Sehat: Sehat:
5- kali sehari, bau khas, 1-β kali sehari, warna
warna kuning bening, lebih kuning, bau khas,
kurang 400 cc/ kali konsistensi padat
Sakit: Sakit:
BAK lebih dari γ kali, 100 1 kali sehari,

Poltekkes Kemenkes
cc, warna kuning pekat bau Konsistensi padat,
khas, Menggunakan Warna kuning
pampers.
d Personal Sehat:
hygiene An. K mandi di kamar mandi, β x sehari pagi dan sore.
Keramas setiap pagi, gosok gigi setelah mandi pagi
Sakit:
An. K hanya dilap diata tempat tidur oleh ibu β kali sehari
mengunakan washlap, gosok gigi pagi hari.
e Aktivitas Sehat:
bermain Anak bermain di lantai rumah, kadang bermain sendiri dan
kadang dengan orang tuadan adiknya.
Sakit:
An.K bermain diatas tempat tidur bersama orang tuanya
f Rekreasi Sehat: ada

4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel. 4.γ
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hemoglobin 1β,6 g/dl 10,β – 15,7 g/dl

Leukosit γ.870/mmγ 5.000 – 17.000/mmγ


Eritrosit 4,1β juta 4,0 – 5,β juta

Trombosit β51.000/mmγ 150.000 –


50.000/mmγ
Hematroklit 40% γ7 - 4γ%

Retikulosit 0,86% 0,5 – β%


Hitung jenis :
Basofil 0% 0 - β%

Poltekkes Kemenkes
Eosinofil 4% 1 – 4%
N.Batang γ% 0 – 5%
N.Segmen β9% β9 – 65%
Limfosit 6β% β9 – 65%
Monosit 1% β – 11%
Sel patologis Blast 1%

5. Terapi medis
a. MTX IT 1β mg = dexametason 1mg
b. MTX HD 650 mg IV
c. Leucovenn 8 x 10 mg IV
d. Mesna 1γ0 mg dalam D5% 50 cc
e. Mesna 5β0 mg dalam 19β0 cc D5 ¼ NS
f. CPA 650 mg dalam 500 cc Nacl 0,9%
g. Ambroxol
h. Enystatin 4 x β,5cc
i. Betadine obat kumur
j. IVFD D5¼ NS

Poltekkes Kemenkes
2. Analisa Data

NO. DATA PENYEBAB MASALAH


1. DS: imunosupresi Resiko infeksi
1. Ibu mengatakan anaknya demam sebelum masuk rumah sakit
β. Ibu mengatakan anaknya batuk dan flu
DO:
1. Anak tampak batuk diserta flu
β. Nadi: 90 x/ menit
γ. Suhu: γ6,γ0C, pernafasan β0 x/menit
4. Leukosit γ.870/mmγ

β. DS: Kurangnya asupan Ketidak seimbangan


1. Ibu mengatakan nafsu makan anaknya berkurang makan nutrisi kurang dari
β. Ibu mengatakan berat badan anaknya berkurang kebutuhan
DO:
1. Anak tampak malas makan
β. Diet yang diberikan tidak tampak tidak dimakan
γ. BB: 19 kg, BB sehat β0 kg
4. Membrane mukosa bibir An. K tampak kering
γ DS: Program pengobatan Kerusakan membran
1. Ibu mengatakan setelah selesai kemoterapi anak mengalami sariawan mukosa oral
pada bibir dan mulut
β. Ibu mengatakan anak susah makan dan minum
γ. Ibu menagtakan anak hanya minum air putih
DO:
1. Tampak sariawan pada bibir dan mulut anak
β. Anak tampak susah bicara, makan dan minum

Poltekkes Kemenkes
B. Diagnosa keperawatan

Ditemukan masalah Dipecahkan masalah


No Diagnosa keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi β4 Mei β017 β9 Mei β017
β. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan β4 Mei β017 β9 Mei β017
berhubungan dengan kurangnya asupan makan
γ. Kerusakan membran mukosa oral β7 Mei β017 β9 Mei β017

C. Intervensi keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


keperawatan
1. Risiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan d. Status imunitas d. Kontrol infeksi
dengan Kriteria hasil: 10. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan
imunosupresi 7. Fungsi gastrointestinal setiap pasien
8. Fungsi respirasi 11. Batasi pengunjung
9. Suhu tubuh 1β. Tempatkan isolasi sesuai tindakan pencegahan yang
10. Integritas kulit sesuai
11. Jumlah sel darah putih absolut 1γ. Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
12. Jumlah sel darah putih diferensial 14. Anjurkan pasien dan pengunjung untuk mencuci tangan
15. Jaga lingkungan aseptik yang optimal
e. Respon pengobatan 16. Tingkatkan intake nutrisi
Kriteria hasil: 17. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
6. Perubahan gejala yang diharapkan 18. Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai
7. Pemeliharaan kadar darah yang bagaimana menghindari infeksi
diharapkan

Poltekkes Kemenkes
8. Respon perilaku yang diharapkan e. Manajemen nutrisi
9. Reaksi alergi 4. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang
10. Interaksi pengobatan dimilki pasien
5. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
f. Status nutrisi 6. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
Kriteria Hasil: makanan
7. Asupan gizi
8. Asupan makanan f. Monitot tanda-tanda vital
9. Asupan cairan 4. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan
10. Energi 5. Pemantauan suhu tubuh secara terus – menerus dengan tepat
11. Rasio berat badan/tinggi 6. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermia
badan 1β. Hidrasi

β. Ketidakseimbang NOC Nutrition Management


an nutrisi kurang e. Nutritional status 10. Kaji adanya alergi makan
dari kebutuhan Kriteria hasil: 11. Tanyakan makanan yang disukai pasien
berhubungan 9. Asupan nutrisi 1β. Kola
dengan 10. Asupan makanan 1γ. borasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
ketidakmampuan 11. Asupan cairan nutrisi yang dibutuhkan pasien
untul 1β. Energy 14. Berikan makan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan
mengabsorbsi 1γ. Berat/ tinggi badan ahli gizi
makanan 14. Bentuk otot 15. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
15. Hidrasi 16. Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi anak

f. Nutritional status: food and fluid Nutrition Monitoring


intake 9. BB pasien dalam batas normal
Kriteria hasil: 10. Monitor adanya penurunan berat badan
5. Asupan makanan oral 11. Monitor interaksi anak selama makan
6. Asupan cairan slang (NGT/ OGT) 1β. Monitor lingkungan selama makan
7. Asupan cairan oral 1γ. Monitor perubahan kulit dan monitoring pigmentasi

Poltekkes Kemenkes
8. Asupan nutrisi parenteral 14. Monitor turgor kulit
15. Monitor mual muntah
g. Nutritional status: nutrient intake 16. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Kriteria hasil: 17. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan pada konjungtiva
11. Asupan kalori
1β. Asupan protein
1γ. Asupan lemak
14. Asupan karbohidrat
15. Asupan serat
16. Asupan vitamin
17. Asupan mineral
18. Asupan besi
19. Asupan kalsium
β0. Asupan sodium

h. Weight: body mess


KH:
8. Berat badan
9. Ketebalan lipatan kulit subskapularis
10. Persentase lamak tubuh
11. Lingkar kepala
(cm) 1β. Tinggi badan/
cm 1γ. Berat badan
percm
γ. Kerusakan 1. tingkat nyeri manajemen cairan
membran mukosa β. fungsi sensori pengecapan dan 1. tingkatkan asupan oral seperti sering meberikan anak minum
oral berhubungan pembau β. distribusikan asupan cairan selama β4 jam
dengan program γ. dukung pasien dan keluarga untuk membantu pemberian
γ. dan satatus menelan: oral.
pengobatan makanan dengan baik
4. monitor satus hidrasi misalnya membran mukosa lembab,
denyut nadi adekuat

Poltekkes Kemenkes
pemeliharaan kesehatan mulut
1. lakukan perawatn mulut secara rutin
β. dorong dan bantu pasien untuk berkumur-kumur
γ. instruksikan pasien dan bantu pasien membersihkan mulut
setelah makan
4. kolaborasi dalam pemberian terapi

manajemen kemoterapi
1. monitor tanda-tanda infeksi dirongga mulut
β. anjurkan pasien untuk melakukan perawatan rongga mulut
dengan menggunakan pembersih yang tepat
γ. anjurkan pasien untuk menggunakan nistatin obat kumur
untuk mengontrol infeksi jamur.

D. Implementasi keperawatan

Tabel. 4.7
Implementasi keperawatan

No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


tanggal keperawatan
1. Rabu/ β4 Risiko infeksi 1. Membersihkan lingkungan dengan S: - Ibu E mengatakan An. K
Mei β017 berhubungan baik tidak demam lagi
dengan β. Membatasi pengunjung - Ibu mengatakan An. K
imunosupresi γ. Mengajarkan pasien dan keluarga cuci batuk dan flu
tangan O:
4. Meningkatkan intake nutrisi dengan - Pasien tampak batuk dan flu
cara perbanyak makan buah - Pasien diberi obat ambroxol
5. Memberikan terapi sesuai dengan - Suhu γ6,βoC, nadi 8γx/i,

Poltekkes Kemenkes
order dokter pernapasan ββx/i
6. Memonitor tanda – tanda vital seperti - Pasien tampak menjalani
suhu, nadi dan pernapasan kemoterapi
7. Memantau suhu secara terus menerus
8. Menganjurkan pasien memakai A: Masalah belum teratasi
masker apabila keluar ruangan P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai
8

Ketidakseimban 1. Mengkaji anak mempunyai alergi S:


gan nutrisi terhadap makanan - Ibu E mengatakan An. K
kurang dari β. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk masih kurang nafsu makan
kebutuhan menentukan jumlah kalori dan nutrisi O:
berhubungan yang dibutuhkan anak - BB: 19 kg
dengan γ. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan - Kulit tampak pucat
kurangnya aspan kalori yang dibutuhkan anak - Diet makanan biasa TKTP
makan 4. Memberikan informasi kepada orang 1500 kkal
tua mengenai kebutuhan anak - Porsi diet tidak habis
terhadap nutrisi. A: Masalah belum teratasi
5. Memantau interaksi anak selama P: intervensi dilanjutkan
makan
6. Mencatat jumlah makanan yang
dihabiskan oleh anak setiap kali
makan
7. mempersiapkan lingkungan yang
aman pada saat anak makan seperti
menghilangkan bau- bau yang dapat
menghilangkan nafsu makan anak
8. Memantau anak mual muntah selama
makan

Poltekkes Kemenkes
9. Menganjurkan ibu untuk terus
memberikan air putih

β. Kamis / β5 Risiko infeksi 1. Membersihkan lingkungan dengan baik S: - Ibu E mengatakan An. K
Mei β017 berhubungan β. Membatasi pengunjung masih batuk dan flu
dengan γ. Meningkatkan intake nutrisi dengan - Ibu mengatakan An.K
imunosupresi cara perbanyak makan buah tidak demam lagi
4. Memberikan terapi sesuai dengan order O:
dokter - Pasien tampak batuk dan flu
5. Memonitor tanda – tanda vital seperti - Pasien diberi obat ambroxol
suhu, nadi dan pernapasan - Suhu γ6,5oC, nadi 91x/i,
6. Memantau suhu secara terus menerus pernapasan β0x/i
7. Menganjurkan pasien memakai masker - Pasien sudah selesai
apabila keluar ruangan menjalani kemoterapi

A: Masalah belum teratasi


P: ntervensi dilanjutkan 1 sampai
7
Ketidakseimban 1. Mengkaji anak mempunyai alergi S:
gan nutrisi terhadap makanan - Ibu E mengatakan An. R
kurang dari β. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk masih kurang nafsu makan
kebutuhan menentukan jumlah kalori dan nutrisi - Ibu E mengatakan An. R
berhubungan yang dibutuhkan anak menghabiskan ¼ makanan
dengan kurang γ. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan yang diberikan
asupan makan kalori yang dibutuhkan anak - Ibu E mengatakan anaknya

Poltekkes Kemenkes
4. Memberikan informasi kepada orang muntah setelah menjalani
tua mengenai kebutuhan anak kemoterapi
terhadap nutrisi.
5. Memantau interaksi anak selama makan O:
6. Mencatat jumlah makanan yang - BB: 19 kg
dihabiskan oleh anak setiap kali makan - Kulit pucat
7. mempersiapkan lingkungan yang aman - An. K menghabiskan dari ¼
pada saat anak makan seperti makanan yang di berikan
menghilangkan bau- bau yang dapat A: Masalah belum teratasi
menghilangkan nafsu makan anak P: intervensi dilanjutkan
8. Memantau anak mual muntah selama
makan
9. Menganjurkan ibu untuk terus
memberikan air putih

γ. Jumat/ β6 Risiko infeksi 1. Membersihkan lingkungan dengan baik S: - Ibu E mengatakan An. K
Mei β017 berhubungan β. Membatasi pengunjung masih batuk dan flu
dengan γ. Meningkatkan intake nutrisi dengan - Ibu mengatakan An.K
imunosupresi cara perbanyak makan buah pusing
4. Memberikan terapi sesuai dengan order O:
dokter - Pasien tampak batuk dan flu
5. Memonitor tanda – tanda vital seperti - Pasien diberi obat ambroxol
suhu, nadi dan pernapasan - Suhu γ6,5oC, nadi 90x/i,
6. Memantau suhu secara terus menerus pernapasan βγx/i
7. Menganjurkan pasien memakai masker - Pasien banyak istirahat
apabila keluar ruangan

Poltekkes Kemenkes
A: Masalah belum teratasi
P: ntervensi dilanjutkan 1 sampai
7

Ketidakseimban 1. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan S:


gan nutrisi kalori yang dibutuhkan anak - Ibu E mengatakan An. K
kurang dari β. Memberikan informasi kepada orang masih muntah
kebutuhan tua mengenai kebutuhan anak - Ibu E mengatakan An. K tidak
berhubungan terhadap nutrisi. menghabiskan makanan yang
dengan kurang γ. Memantau interaksi anak selama makan diberikan
asupan makan 4. Mencatat jumlah makanan yang O:
dihabiskan oleh anak setiap kali makan - BB: 19 kg
5. mempersiapkan lingkungan yang aman - An. K tampak muntah setelah
pada saat anak makan seperti diberi makan oleh Ibu. E
menghilangkan bau- bau yang dapat - An. K tidak menghabiskan
menghilangkan nafsu makan anak makanan yang di berikan
6. Memantau anak mual muntah selama - An. K hanya minum teh air
makan putih
7. Menganjurkan ibu untuk terus A: Masalah belum teratasi
memberikan air putih P: Intervensi dilanjutkan

4. Sabtu/ Risiko infeksi 1. Membersihkan lingkungan dengan baik S: - ibu mengatakan batuk dan
β7 Mei berhubungan β. Membatasi pengunjung flu pada anaknya mulai
β017 dengan γ. Meningkatkan intake nutrisi dengan berkurang
imunosupresi cara perbanyak makan buah - Ibu mengatakan anak
4. Memberikan terapi sesuai dengan order sariawan
dokter

Poltekkes Kemenkes
5. Memonitor tanda – tanda vital seperti O:
suhu, nadi dan pernapasan - Suhu : γ6,10C
6. Memantau suhu secara terus menerus - Nadi : 91x/ menit
7. Menganjurkan pasien memakai masker - P: β0x/ menit
apabila keluar ruangan - Tampak sariawan di bibir
dan mulut pasien

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
Ketidakseimban 1. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan S:
gan nutrisi kalori yang dibutuhkan anak - Ibu mengatakan An. K tidak
kurang dari β. Memberikan informasi kepada orang mau makan karna sariawan
kebutuhan tua mengenai kebutuhan anak - Ibu mengatakan An. K hanya
berhubungan terhadap nutrisi. minum teh
dengan kurang γ. Memantau interaksi anak selama makan - Ibu mengatakan muntah
asupan makan 4. Mencatat jumlah makanan yang berkurang
dihabiskan oleh anak setiap kali makan O:
5. mempersiapkan lingkungan yang aman - Tampak An. K tidak mau
pada saat anak makan seperti makan dan hanya minum teh
menghilangkan bau- bau yang dapat dan air putih
menghilangkan nafsu makan anak - Porsi makan tidak dihabiskan
6. Memantau anak mual muntah selama A: masalah belum teratasi
makan P: intervensi dilanjutkan
7. Menganjurkan ibu untuk terus
memberikan air putih

Kerusakan 1. meningkatkan asupan oral seperti S:


membran sering meberikan anak minum - Ibu E mengatakan anak
mukosa oral β. mendukung pasien dan keluarga untuk sariawan setelah kemoterapi
membantu pemberian makanan dengan - Ibu E mengatakan nyeri

Poltekkes Kemenkes
baik dirasakan anak apabila anak
γ. memonitor satus hidrasi misalnya banyak bicara
membran mukosa lembab, denyut nadi - Ibu E mengatakan anak susah
adekuat makan dan minum
4. menganjurkan pasien untuk berkumur- O:
kumur setelah makan - Anak tampak susah bicara
5. menganjurkan pasien untuk melakukan - Tampak sariawan pada bibir
perawatan rongga mulut dengan dan mulut
menggunakan pembersih yang tepat - Anak susah makan dan minum
6. menganjurkan pasien untuk - Anak sudah diberi nistatin
menggunakan nistatin obat kumur 4xβ,5 cc
untuk mengontrol infeksi jamur. A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

5. Minggu/ Risiko infeksi 1. Membersihkan lingkungan dengan baik S: - ibu mengatakan batuk dan
β8 Mei berhubungan β. Membatasi pengunjung flu pada anaknya mulai
β017 dengan γ. Meningkatkan intake nutrisi dengan berkurang
imunosupresi cara perbanyak makan buah - Ibu mengatakan anak masih
4. Memberikan terapi sesuai dengan order sariawan
dokter - Ibu mnegatakan sariawan
5. Memonitor tanda – tanda vital seperti berdarah apabila anak
suhu, nadi dan pernapasan banyak bicara
6. Memantau suhu secara terus menerus O:
7. Menganjurkan pasien memakai masker - Suhu : γ6,70C
apabila keluar ruangan - Nadi : 9x/ menit
- P: β1x/ menit
- Anak memakai masker
apabila keluar ruangan

A: Masalah belum teratasi

Poltekkes Kemenkes
P: Intervensi dilanjutkan
Ketidakseimban 1. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan S:
gan nutrisi kalori yang dibutuhkan anak - Ibu mengatakan An. K tidak
kurang dari β. Memberikan informasi kepada orang mau makan karna sariawan
kebutuhan tua mengenai kebutuhan anak - Ibu mengatakan An. K hanya
berhubungan terhadap nutrisi. minum teh
dengan kurang γ. Memantau interaksi anak selama makan - Ibu mengatakan anak sudah
asupan makan 4. Mencatat jumlah makanan yang tidak ada mutah
dihabiskan oleh anak setiap kali makan O:
5. mempersiapkan lingkungan yang aman - Tampak An. K tidak mau
pada saat anak makan seperti makan dan hanya minum teh
menghilangkan bau- bau yang dapat dan air putih
menghilangkan nafsu makan anak - Porsi makan tidak dihabiskan
6. Memantau anak mual muntah selama A: masalah belum teratasi
makan P: intervensi dilanjutkan
7. Menganjurkan ibu untuk terus
memberikan air putih

Kerusakan 1. meningkatkan asupan oral seperti S:


membran sering meberikan anak minum - Ibu E mengatakan anak masih
mukosa oral β. mendukung pasien dan keluarga untuk sariawan
membantu pemberian makanan dengan - Ibu E mengatakan anak masih
baik susah makan dan minum
γ. memonitor satus hidrasi misalnya O:
membran mukosa lembab, denyut nadi - Masih tampak sariawan pada
adekuat bibir dan mulut
4. menganjurkan pasien untuk berkumur- - Anak tampak susah bicara
kumur setelah makan - Mukosa bibir anak tampak
5. menganjurkan pasien untuk melakukan kering
perawatan rongga mulut dengan - Anak diberi nistatin 4xβ,5 cc

Poltekkes Kemenkes
menggunakan pembersih yang tepat A: Masalah belum teratasi
6. menganjurkan pasien untuk P: Intervensi dilanjutkan
menggunakan nistatin obat kumur
untuk mengontrol infeksi jamur.
5. Minggu/ Risiko infeksi 1. Membersihkan lingkungan dengan baik S:
β8 Mei berhubungan β. Membatasi pengunjung - ibu mengatakan batuk dan
β017 dengan γ. Meningkatkan intake nutrisi dengan flu pada anaknya mulai
imunosupresi cara perbanyak makan buah berkurang
4. Memberikan terapi sesuai dengan order - Ibu mengatakan anak masih
dokter sariawan
5. Memonitor tanda – tanda vital seperti - Ibu mnegatakan sariawan
suhu, nadi dan pernapasan berdarah apabila anak
6. Memantau suhu secara terus menerus banyak bicara
7. Menganjurkan pasien memakai masker O:
apabila keluar ruangan - Suhu : γ6,70C
- Nadi : 9x/ menit
- P: β1x/ menit
- Tampak sariawan di bibir
dan mulut pasien

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
Ketidakseimban 8. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan S:
gan nutrisi kalori yang dibutuhkan anak - Ibu mengatakan An. K tidak
kurang dari 9. Memberikan informasi kepada orang mau makan karna sariawan
kebutuhan tua mengenai kebutuhan anak - Ibu mengatakan An. K hanya
berhubungan terhadap nutrisi. minum teh
dengan kurang 10. Memantau interaksi anak selama makan - Ibu mengatakan anak sudah
asupan makan 11. Mencatat jumlah makanan yang tidak ada mutah
dihabiskan oleh anak setiap kali makan O:

Poltekkes Kemenkes
1β. mempersiapkan lingkungan yang aman - Tampak An. K tidak mau
pada saat anak makan seperti makan dan hanya minum teh
menghilangkan bau- bau yang dapat dan air putih
menghilangkan nafsu makan anak - Porsi makan tidak dihabiskan
1γ. Memantau anak mual muntah selama A: masalah belum teratasi
makan P: intervensi dilanjutkan
14. Menganjurkan ibu untuk terus
memberikan air putih

Kerusakan 1. meningkatkan asupan oral seperti S:


membran sering meberikan anak minum - Ibu E mengatakan anak masih
mukosa oral β. mendukung pasien dan keluarga untuk sariawan
membantu pemberian makanan dengan - Ibu E mengatakan anak sudah
baik bisa makan tetapi hanya
γ. memonitor satus hidrasi misalnya sedikit
membran mukosa lembab, denyut nadi - Ibu E mengatakan sariawan
adekuat mulai mengering
4. menganjurkan pasien untuk berkumur- O:
kumur setelah makan - Masih tampak sariawan pada
5. menganjurkan pasien untuk melakukan bibir dan mulut anak
perawatan rongga mulut dengan - Anak sudah mulai makan
menggunakan pembersih yang tepat dengan porsi sedikit
6. menganjurkan pasien untuk - Anak diberi nistatin 4xβ,5
menggunakan nistatin obat kumur cc A: Masalah belum teratasi
untuk mengontrol infeksi jamur. P: Intervensi dilanjutkan
5. Senin/ Risiko infeksi 1. Membersihkan lingkungan dengan baik S:
β9 Mei berhubungan β. Membatasi pengunjung - ibu mengatakan batuk dan
β017 dengan γ. Meningkatkan intake nutrisi dengan flu pada anaknya mulai
imunosupresi cara perbanyak makan buah berkurang
4. Memberikan terapi sesuai dengan order - Ibu mengatakan sariawan

Poltekkes Kemenkes
dokter mulai mengering
5. Memonitor tanda – tanda vital seperti
suhu, nadi dan pernapasan O:
6. Memantau suhu secara terus menerus - Suhu : γ6,5oC
7. Menganjurkan pasien memakai masker - Nadi : 95x/ menit
apabila keluar ruangan - P: ββx/ menit
- Tampak sariawan di bibir
dan mulut pasien
- Sariawan mulai tampak
mengering

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
Ketidakseimban 1. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan S:
gan nutrisi kalori yang dibutuhkan anak - Ibu mengatakan An. K sudah
kurang dari β. Memberikan informasi kepada orang mau makan
kebutuhan tua mengenai kebutuhan anak - Ibu mengatakan An. K makan
berhubungan terhadap nutrisi. sedikit
dengan kurang γ. Memantau interaksi anak selama makan - Ibu mengatakan anak sudah
asupan makan 4. Mencatat jumlah makanan yang tidak ada mutah
dihabiskan oleh anak setiap kali makan O:
5. mempersiapkan lingkungan yang aman - Tampak An. K makan sedikit
pada saat anak makan seperti - Porsi makan tidak dihabiskan
menghilangkan bau- bau yang dapat A: masalah belum teratasi
menghilangkan nafsu makan anak P: intervensi dilanjutkan
6. Memantau anak mual muntah selama
makan
7. Menganjurkan ibu untuk terus
memberikan air putih

Poltekkes Kemenkes
Kerusakan 1. meningkatkan asupan oral seperti S:
membran sering meberikan anak minum - Ibu E mengatakan anak masih
mukosa oral β. mendukung pasien dan keluarga untuk sariawan
membantu pemberian makanan dengan - Ibu E mengatakan anak sudah
baik bisa makan tetapi hanya
γ. memonitor satus hidrasi misalnya sedikit
membran mukosa lembab, denyut nadi - Ibu E mengatakan sariawan
adekuat mulai mengering
4. menganjurkan pasien untuk berkumur- O:
kumur setelah makan - Masih tampak sariawan pada
5. menganjurkan pasien untuk melakukan bibir dan mulut anak
perawatan rongga mulut dengan - Anak sudah mulai makan
menggunakan pembersih yang tepat dengan porsi sedikit
6. menganjurkan pasien untuk - Anak diberi nistatin 4xβ,5
menggunakan nistatin obat kumur cc A: Masalah belum teratasi
untuk mengontrol infeksi jamur. P: Intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes
.FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

E. Pengkajian Keperawatan
γ. Pengumpulan data
b. Identifikasi klien

Nama : An. G
Umur : 8 tahun
Tanggal lahir : 16 Agustus β008
Jenis kelamin : perempuan
Status kawin : belum kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Anak Ke- : Ke-β
Alamat : Pasa lama, pasar lama muaro air haji,
linggo sari baganti, kabupaten pesisir
selatan
Tanggal masuk RS : γ0 Mei β017
Tanggal pengkajian : γ0 Mei β017
Diagnos medis : ALL
No.MR : 97709β
Ruang rawat : Ruang Rawat Kronis IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang

b. Identifikasi penanggung jawab

Tabel. 4.1
Identitas Penanggung Jawab

Identitas Ibu Ayah


Nama Ny.F Tn.S
Umur 4β tahun 41 tahun
Agama Islam Islam

Poltekkes Kemenkes
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan IRT Petani
Alamat Pasa lama, pasar lama muaro air haji, linggo sari
baganti, kabupaten pesisir selatan

c. Riwayat kesehatan

6. Riwayat kesehatan sekarang


c) Keluhan utama
An. G dibawa ke RSUP Dr. M.Djamil Padang melalui
Poliklinik pada tanggal γ0 Mei β017 dengan keluhan anak
tampak pucat dan nafsu makan berkurang sebelum masuk
rumah sakit
d) Keluhan saat di kaji
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal γ0 Mei β017, Ibu
F mengatakan anak tampak pucat dan nafsu makan berkurang.
Ibu mengatakan anak tidak ada demam. Anak sekarang
menjalankan kemoterapi minggu ke-10 fase konsolidasi.

7. Riwayat kesehatan dahulu


Ibu F mengatakan anaknya sudah didiagnosis menderita ALL pada
bulan Januari β017 dan sudah menjalani kemoterapi.

8. Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan anak, penyakit infeksi lainnya.

Poltekkes Kemenkes
Genogram :

Keterangan :

= laki-laki = perempuan pasien


= tinggal serumah = menikah = saudara

9. Riwayat imunisasi

Kesimpulan : imunisasi anak tidak lengkap

10. Riwayat perkembangan


anak Usia anak saat :
i) Berguling : γ bulan
j) Duduk : 7 bulan
k) Merangkak : 8 bulan
l) Berdiri : 11 bulan
m) Berjalan : 1β bulan
n) Tersenyum pertama kali : 4 bulan
o) Bicara pertama kali : 8 bulan, kata “maa”, “paa”
p) Berpakaian tanpa bantuan: γ6 bulan

Kesimpulannya : An. G tidak mengalami keterlambatan


perkembangan

Poltekkes Kemenkes
e. Lingkungan
Rumah : permanen, lantai keramik
Sampah : dibuang di TPA dan diangkut setiap pagi oleh petugas
Jamban : di dalam rumah
Pekarangan : luas dan masih
bertanah Sumber air minum : air
galon
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun: kadang-kadang
Kesimpulan: hygiene kurang dan sanitasi lingkungan baik
γ. Pengkajian khusus
b. Pemeriksaan fisik

Tabel. 4.β
Pemeriksaan Fisik

No Pemeriksaan fisik Hasil


1) Kesadaran Kompos mentis
GCS = E4 M6 V5
β) Tanda-tanda vital Nadi =94 x/i
Suhu = γ6,γ0C
RR = β1 x/i
γ) Posture BB sekarang = ββ kg
TB = 110 cm
5) Kepala Bentuk normal, bersih
Benjolan tidak ada
Rambut jarang dan rontok

6) Mata Simetris, konjungtiva subanemis


Sklera tidak ikterik
Reflek cahaya ada
Konjungtiva tidak anemis

7) Hidung Simetris

Poltekkes Kemenkes
Hidung bersih
Pernafasan cuping hidung (-)
8) Mulut Mukosa bibir kering dan pucat
Rongga mulut bersih
9) Telinga Simetris
Bersih, pendengaran baik
Posisi puncak pina sejajar dengan kontus
mata
10) Leher Tidak ada pembesaran pada kelenjer getah
bening
11) Thorak I = simetris ki= ka, tidak adanya
pergerakan dinding dada kedalam saat
bernafas
Pa = fremitis ki=ka
Pe = sonor
A = bronkovesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
1β) Jantung I = iktus cordis tidak terlihat
Pa = iktus kordis teraba 1 jari medial
IMCS RIC V
Pe = tidak dilakukan
A = irama jantung reguler
1γ) Abdomen I = distensi (-), simetris
A = bissing usus (+)
Pa = nyeri (-)
Pe = thympani
14) Kulit Turgor kembali cepat
Oedema tidak ada

15) Ekstremitas atas Capillary reffil <β detik

Poltekkes Kemenkes
Akral hangat
Pada ekstremitas kiri tampak luka bekas
pemasangan infus yang menyebabkan
gatal- gatal dan kulit sekitarnya kemerahan
16) Ekstremitas bawah Capillary reffil < β detik
Akral hangat
Tidak ada oedema
17) Genitalia Bentuk normal
Genitalia bersih

6. Kebiasaan sehari-hari

Tabel. 4.β
Pola Kebiasaan
No Pola Kebiasaan
a Nutrisi Sehat:
dan cairan Makanan biasa dengan nasi lauk dan sayuran. Porsi tidak
habis.
Minum air putih ± 500 cc
Sakit:
Diet: makanan biasa TKTP 1600 kkal
Porsi tidah habis

b Istirahat Siang Malam


dan tidur Sehat: Sehat:
Pola tidur teratur Pola tidur teratur
Tidur β-γ jam Tidur 8-9 jam
Sakit: Sakit:
Pola tidur teratur, tidak ada Pola tidur teratur, tidak ada
gangguan gangguan

Poltekkes Kemenkes
c Eliminasi BAK BAB
Sehat: Sehat:
5- kali sehari, warna kuning 1-β kali sehari, warna
bening, lebih kurang 400 kuning, konsistensi padat
cc/ kali Sakit:
Sakit: 1 kali sehari,
BAK lebih dari γ kali, 100 Konsistensi padat,
cc, warna Warna kuning
kuning,Menggunakan
pampers.
d Personal Sehat:
hygiene An. Gmandi di kamar mandi, β x sehari pagi dan sore.
Keramas setiap pagi, gosok gigi setelah mandi pagi dan
sore
Sakit:
An. Ghanya dilap diatas tempat tidur oleh ibu β kali sehari
mengunakan washlap, gosok gigi pagi hari.
e Aktivitas Sehat:
bermain Anak bermain di lantai rumah, kadang bermain sendiri dan
kadang dengan orang tuadan teman-temannya.
Sakit:
An.K bermain diatas tempat tidur bersama orang tuanya
f Rekreasi Sehat: ada

7. Pemeriksaan penunjang
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal β9 Mei β017

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Poltekkes Kemenkes
Hemoglobin 10,4 g/dl 10,β – 15,7 g/dl
Leukosit γ.6γ0/mmγ 5.000 – 17.000/mmγ

Eritrosit γ,7 juta 4,0 – 5,β juta


Trombosit ββ5.000/mmγ 150.000 –
50.000/mmγ
Hematroklit γ4% γ7 - 4γ%
Retikulosit γ,1% 0,5 – β%

Hitung jenis :
Basofil 0% 0 - β%
Eosinofil 1% 1 – 4%
N.Batang 1% 0 – 5%
N.Segmen γ9% β9 – 65%
Limfosit 59% β9 – 65%
Monosit 0% β – 11%
Sel patologis Tidak ditemukan

8. Terapi medis
a. MTX IT 1β gr
b. MTX HD 17 gr IV
c. Leucovenn 8 x 1β gr IV
d. Ondansentron

Poltekkes Kemenkes
4. Analisa Data
Tabel. 4.4
Analisa Data

NO. DATA PENYEBAB MASALAH


1. DS: imunosupresi Resiko infeksi
1. Ibu mengatakan anaknya pucat sebelum masuk rumah sakit
β. Ibu mengatakan anaknya akan menjalani kemoterapi
DO:
1. Anak tampak pucat
β. Nadi: 94 x/ menit
γ. Suhu: γ6,γ0C, pernafasan β1 x/menit
4. Leukosit γ.6γ0/mmγ

β. DS: Kurangnya asupan Ketidak seimbangan


γ. Ibu mengatakan nafsu makan anaknya berkurang makan nutrisi kurang dari
4. Ibu mengatakan anaktidak menghabiskan porsi kebutuhan
makanan DO:
5. Anak tampak malas makan
6. Diet yang diberikan tidak tampak tidak dimakan
7. BB ββ kg
8. Membrane mukosa bibir An. K tampak kering dan pucat
γ. DS: imunodefisiensi Kerusakan integritas
1. Ibu mengatakan pada tangan kiri anak terdapat bintik bintik dan kulit
kemrahan
β. An.G mengatakan tangan kiri terasagatal
γ. Ibu mengatakan tangan kiri anak terdapat luka bekas pemasangan
infus sebelumnya

Poltekkes Kemenkes
DO:
1. Anak tampak menggaruk tangan kiri
β. Pada ekstremitas kiri tampak luka bekas pemasangan infus yang
menyebabkan gatal- gatal dan kulit sekitarnya kemerahan

F. Diagnosa keperawatan

Tabel. 4.5
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Ditemukan masalah Dipecahkan masalah


No Diagnosa keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi γ0 Mei β017 0γ Juni β017
β. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan γ0 Mei β017 0γ Juni β017
berhubungan dengan kurangnya asupan makan
γ. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan γ0 Mei β017 0γ Juni β017
imunodefisiensi

Poltekkes Kemenkes
G. Intervensi keperawatan

Tabel. 4.6
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


keperawatan
β. Risiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan g. Status imunitas g. Kontrol infeksi
dengan Kriteria hasil: 19. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan
imunosupresi 13. Fungsi gastrointestinal setiap pasien
14. Fungsi respirasi β0. Batasi pengunjung
15. Suhu tubuh β1. Tempatkan isolasi sesuai tindakan pencegahan yang
16. Integritas kulit sesuai
17. Jumlah sel darah putih absolut ββ. Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
18. Jumlah sel darah putih diferensial βγ. Anjurkan pasien dan pengunjung untuk mencuci tangan
β4. Jaga lingkungan aseptik yang optimal
h. Respon pengobatan β5. Tingkatkan intake nutrisi
Kriteria hasil: β6. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
11. Perubahan gejala yang diharapkan β7. Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai
1β. Pemeliharaan kadar darah yang bagaimana menghindari infeksi
diharapkan
1γ. Respon perilaku yang diharapkan h. Manajemen nutrisi
14. Reaksi alergi 7. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang
15. Interaksi pengobatan dimilki pasien
8. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
i. Status nutrisi 9. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
Kriteria Hasil: makanan

Poltekkes Kemenkes
1γ. Asupan gizi
14. Asupan makanan i. Monitot tanda-tanda vital
15. Asupan cairan 7. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan
16. Energi 8. Pemantauan suhu tubuh secara terus – menerus dengan tepat
17. Rasio berat badan/tinggi badan 9. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermia
18. Hidrasi

β. Ketidakseimbang NOC Nutrition Management


an nutrisi kurang i. Nutritional status 17. Kaji adanya alergi makan
dari kebutuhan Kriteria hasil: 18. Tanyakan makanan yang disukai pasien
berhubungan 16. Asupan nutrisi 19. Kola
dengan 17. Asupan makanan β0. borasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
ketidakmampuan 18. Asupan cairan nutrisi yang dibutuhkan pasien
untul 19. Energy β1. Berikan makan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan
mengabsorbsi β0. Berat/ tinggi badan ahli gizi
makanan β1. Bentuk otot ββ. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
ββ. Hidrasi βγ. Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi anak

j. Nutritional status: food and fluid Nutrition Monitoring


intake 18. BB pasien dalam batas normal
Kriteria hasil: 19. Monitor adanya penurunan berat badan
9. Asupan makanan oral β0. Monitor interaksi anak selama makan
10. Asupan cairan slang (NGT/ OGT) β1. Monitor lingkungan selama makan
11. Asupan cairan oral ββ. Monitor perubahan kulit dan monitoring pigmentasi
1β. Asupan nutrisi parenteral βγ. Monitor turgor kulit
β4. Monitor mual muntah
k. Nutritional status: nutrient intake β5. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Kriteria hasil: β6. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan pada konjungtiva

Poltekkes Kemenkes
β1. Asupan kalori
ββ. Asupan protein
βγ. Asupan lemak
β4. Asupan karbohidrat
β5. Asupan serat
β6. Asupan vitamin
β7. Asupan mineral
β8. Asupan besi
β9. Asupan kalsium
γ0. Asupan sodium

l. Weight: body mess


Kriteria Hasil:
14. Berat badan
15. Ketebalan lipatan kulit subskapularis
16. Persentase lamak tubuh
17. Lingkar kepala (cm)
18. Tinggi badan/ cm
19. Berat badan percm
γ. Nyeri akut NOC NIC
Tissue integrity : Skin and Mucous Pressure Management
Membranes
9. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaianyang longgar
Kriteria hasil : 10. Hindari kerutan pada tempat tidur
11. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
1. Integritas kulit yang baik bisa 1β. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien setiap dua jam sekali)
dipertahankan ( sensasi, elastic sitas, 1γ. Monitor kulit akan danya kemerahan
temperature, hidrasi, pigmentasi ) 14. Oleskan lotion atau minyak baby/baby oil pada daerah yang

Poltekkes Kemenkes
β. Tidak ada luka / lesi pada kulit tertekan
γ. Perfusi jaringan baik 15. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
4. Menunjukkan pemahaman dalam 16. Monitor status nutrisi pasien
proses perbaikan kulit dan mencegah 17. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
terjadinya cedera berulang
5. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami

H. Implementasi keperawatan

Tabel. 4.7
Implementasi keperawatan

No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


tanggal keperawatan
1. Selasa/ γ0 Risiko infeksi 9. Membersihkan lingkungan dengan S: - Ibu F mengatakan An.
Mei β017 berhubungan baik Gtampak pucat
dengan 10. Membatasi pengunjung - Ibu mengatakan An. Gakan
imunosupresi 11. Mengajarkan pasien dan keluarga cuci menjalani kemoterapi
tangan minggu ke-10
1β. Meningkatkan intake nutrisi dengan O:
cara perbanyak makan buah - Anak tampak pucat
1γ. Memberikan terapi sesuai dengan - Anak akan menjalani
order dokter kemoterapi
14. Memonitor tanda – tanda vital seperti - Suhu γ6,6oC, nadi 100x/i,
suhu, nadi dan pernapasan pernapasan ββx/i
15. Memantau suhu secara terus menerus

Poltekkes Kemenkes
16. Menganjurkan pasien memakai A: Masalah belum teratasi
masker apabila keluar ruangan P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai
8

Ketidakseimban 10. Mengkaji anak mempunyai alergi S:


gan nutrisi terhadap makanan - Ibu F mengatakan An. G
kurang dari 11. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk kurang nafsu makan dan tidak
kebutuhan menentukan jumlah kalori dan nutrisi menghabiskan makanannya
berhubungan yang dibutuhkan anak O:
dengan 1β. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan - BB: ββ kg
kurangnya kalori yang dibutuhkan anak - Kulit tampak pucat
asupan makan 1γ. Memberikan informasi kepada orang - Diet makanan biasa TKTP
tua mengenai kebutuhan anak 1600 kkal
terhadap nutrisi. - Porsi diet tidak habis
14. Memantau interaksi anak selama A: Masalah belum teratasi
makan P: intervensi dilanjutkan
15. Mencatat jumlah makanan yang
dihabiskan oleh anak setiap kali
makan
16. mempersiapkan lingkungan yang
aman pada saat anak makan seperti
menghilangkan bau- bau yang dapat
menghilangkan nafsu makan anak
17. Memantau anak mual muntah selama
makan
18. Menganjurkan ibu untuk terus
memberikan air putih

Poltekkes Kemenkes
Kerusakan 1. menjaga kebersihan kulit agar tetap S:
integritas kulit bersih dan kering - Ibu F mengatakan tangan kiri
berhubungan β. memonitor kulit akan danya kemerahan An. G gatal-gatal
dengan γ. mengoleskan lotion atau minyak - Ibu F mengatakan terdapat
imunodefisiensi baby/baby oil pada daerah yang luka bekas pemasangan infus
tertekan O:
4. memonitor aktivitas dan mobilisasi - Pada ekstremitas kiri tampak
pasien luka bekas pemasangan infus
5. memonitor status nutrisi pasien yang menyebabkan gatal- gatal
6. menganjurkan keluarga memandikan dan kulit sekitarnya kemerahan
pasien dengan sabun dan air hangat - An.G tidak ada alergi makanan
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

β. Rabu / γ1 Risiko infeksi 8. Membersihkan lingkungan dengan baik S: - Ibu F mengatakan An. K
Mei β017 berhubungan 9. Membatasi pengunjung sedang menjalani
dengan 10. Meningkatkan intake nutrisi dengan kemoterapi
imunosupresi cara perbanyak makan buah - Ibu mengatakan An.G
11. Memberikan terapi sesuai dengan order masih tampak pucat
dokter O:
1β. Memonitor tanda – tanda vital seperti - Anak tampak pucat
suhu, nadi dan pernapasan - Suhu γ6,4oC, nadi 98x/i,
1γ. Memantau suhu secara terus menerus pernapasan βγx/i
14. Menganjurkan pasien memakai masker - Pasien sedang menjalani

Poltekkes Kemenkes
apabila keluar ruangan kemoterapi

A: Masalah belum teratasi


P: ntervensi dilanjutkan 1 sampai
7
Ketidakseimban 10. Mengkaji anak mempunyai alergi S:
gan nutrisi terhadap makanan - Ibu F mengatakan An. G
kurang dari 11. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk masih kurang nafsu makan
kebutuhan menentukan jumlah kalori dan nutrisi - Ibu F mengatakan An. Gtidak
berhubungan yang dibutuhkan anak menghabiskan makanan yang
dengan kurang 1β. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan diberikan
asupan makan kalori yang dibutuhkan anak - Ibu F mengatakan anaknya
1γ. Memberikan informasi kepada orang muntah setelah menjalani
tua mengenai kebutuhan anak kemoterapi
terhadap nutrisi.
14. Memantau interaksi anak selama makan O:
15. Mencatat jumlah makanan yang - BB: ββ kg
dihabiskan oleh anak setiap kali makan - Kulit pucat
16. mempersiapkan lingkungan yang aman - An. K tidak menghabiskan
pada saat anak makan seperti makanan yang di berikan
menghilangkan bau- bau yang dapat A: Masalah belum teratasi
menghilangkan nafsu makan anak P: intervensi dilanjutkan
17. Memantau anak mual muntah selama
makan
18. Menganjurkan ibu untuk terus
memberikan air putih

Poltekkes Kemenkes
Kerusakan 1. menjaga kebersihan kulit agar tetap S:
integritas kulit bersih dan kering - Ibu F mengatakan tangan kiri
berhubungan β. memonitor kulit akan danya kemerahan An. G gatal-gatal
dengan γ. mengoleskan lotion atau minyak - Ibu F mengatakan terdapat
imunodefisiensi baby/baby oil pada daerah yang luka bekas pemasangan infus
tertekan O:
4. memonitor aktivitas dan mobilisasi - Pada ekstremitas kiri tampak
pasien luka bekas pemasangan infus
5. memonitor status nutrisi pasien yang menyebabkan gatal- gatal
6. menganjurkan keluarga memandikan dan kulit sekitarnya kemerahan
pasien dengan sabun dan air hangat - An.G tidak ada alergi makanan
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

γ. Kamis / 01 Risiko infeksi 8. Membersihkan lingkungan dengan baik S: - Ibu F mengatakan An.
Juni β017 berhubungan 9. Membatasi pengunjung Gtidak ada demam setelah
dengan 10. Meningkatkan intake nutrisi dengan selesai kemoterapi
imunosupresi cara perbanyak makan buah - Ibu mengatakan An.G
11. Memberikan terapi sesuai dengan order masih tampak pucat
dokter O:
1β. Memonitor tanda – tanda vital seperti - Anak tampak pucat
suhu, nadi dan pernapasan - Suhu γ6,6oC, nadi 99x/i,
1γ. Memantau suhu secara terus menerus pernapasan β1x/i
14. Menganjurkan pasien memakai masker - Pasien banyak istirahat
apabila keluar ruangan

Poltekkes Kemenkes
A: Masalah belum teratasi
P: ntervensi dilanjutkan 1 sampai
7

Ketidakseimban 8. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan S:


gan nutrisi kalori yang dibutuhkan anak - Ibu E mengatakan An. Kmasih
kurang dari 9. Memberikan informasi kepada orang mual
kebutuhan tua mengenai kebutuhan anak - Ibu E mengatakan An. K tidak
berhubungan terhadap nutrisi. menghabiskan makanan yang
dengan kurang 10. Memantau interaksi anak selama makan diberikan
asupan makan 11. Mencatat jumlah makanan yang O:
dihabiskan oleh anak setiap kali makan - BB: ββ kg
1β. mempersiapkan lingkungan yang aman - An. K tidak menghabiskan
pada saat anak makan seperti makanan yang di berikan
menghilangkan bau- bau yang dapat - An. K hanya makan cemilan
menghilangkan nafsu makan anak yang diberikan oleh rumah
1γ. Memantau anak mual muntah selama sakit
makan A: Masalah belum teratasi
14. Menganjurkan ibu untuk terus P: Intervensi dilanjutkan
memberikan air putih

Kerusakan 1. menjaga kebersihan kulit agar tetap S:


integritas kulit bersih dan kering - Ibu F mengatakan tangan kiri
berhubungan β. memonitor kulit akan danya kemerahan An. G gatal-gatal
dengan γ. mengoleskan lotion atau minyak - Ibu F mengatakan terdapat
imunodefisiensi baby/baby oil pada daerah yang luka bekas pemasangan infus
tertekan O:

Poltekkes Kemenkes
4. memonitor aktivitas dan mobilisasi - Pada ekstremitas kiri tampak
pasien luka bekas pemasangan infus
5. memonitor status nutrisi pasien yang menyebabkan gatal- gatal
6. menganjurkan keluarga memandikan dan kulit sekitarnya kemerahan
pasien dengan sabun dan air hangat - An.G tidak ada alergi makanan
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

4. Jumat/ Risiko infeksi 8. Membersihkan lingkungan dengan baik S: - ibu mengatakan anaknya
0β Juni berhubungan 9. Membatasi pengunjung tidak ada demam
β017 dengan 10. Meningkatkan intake nutrisi dengan - Ibu mengatakan anak
imunosupresi cara perbanyak makan buah masihtampak pucat
11. Memberikan terapi sesuai dengan order O:
dokter - Suhu : γ6,50C
1β. Memonitor tanda – tanda vital seperti - Nadi : 91x/ menit
suhu, nadi dan pernapasan - P: β0x/ menit
1γ. Memantau suhu secara terus menerus - Anak tampak pucat
14. Menganjurkan pasien memakai masker
apabila keluar ruangan A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Ketidakseimban 8. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan S:


gan nutrisi kalori yang dibutuhkan anak - Ibu mengatakan nafsu
kurang dari 9. Memberikan informasi kepada orang makanAn. Gmasih berkurang
kebutuhan tua mengenai kebutuhan anak - Ibu mengatakan muntah

Poltekkes Kemenkes
berhubungan terhadap nutrisi. berkurang
dengan kurang 10. Memantau interaksi anak selama makan
asupan makan 11. Mencatat jumlah makanan yang O:
dihabiskan oleh anak setiap kali makan - Tampak An.Gmakan tetapi
1β. mempersiapkan lingkungan yang aman hanya sedikit
pada saat anak makan seperti - Porsi makan tidak dihabiskan
menghilangkan bau- bau yang dapat A: masalah belum teratasi
menghilangkan nafsu makan anak P: intervensi dilanjutkan
1γ. Memantau anak mual muntah selama
makan
14. Menganjurkan ibu untuk terus
memberikan air putih

Kerusakan 1. menjaga kebersihan kulit agar tetap S:


integritas kulit bersih dan kering - Ibu F mengatakan tangan kiri
berhubungan β. memonitor kulit akan danya kemerahan An. G gatal-gatal
dengan γ. mengoleskan lotion atau minyak - Ibu F mengatakan terdapat
imunodefisiensi baby/baby oil pada daerah yang luka bekas pemasangan infus
tertekan O:
4. memonitor aktivitas dan mobilisasi - Pada ekstremitas kiri tampak
pasien luka bekas pemasangan infus
5. memonitor status nutrisi pasien yang menyebabkan gatal- gatal
6. menganjurkan keluarga memandikan dan kulit sekitarnya kemerahan
pasien dengan sabun dan air hangat - An.G tidak ada alergi makanan
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes
5. Sabtu/ Risiko infeksi 1. Membersihkan lingkungan dengan baik S: - ibu mengatakan anaknya
0γ Juni berhubungan β. Membatasi pengunjung tidak ada demam
β017 dengan γ. Meningkatkan intake nutrisi dengan - Ibu mengatakan anak
imunosupresi cara perbanyak makan buah masihtampak pucat
4. Memberikan terapi sesuai dengan order O:
dokter - Suhu : γ6,γ0C
5. Memonitor tanda – tanda vital seperti - Nadi : 95x/ menit
suhu, nadi dan pernapasan - P: β1x/ menit
6. Memantau suhu secara terus menerus - Anak tampak pucat
7. Menganjurkan pasien memakai masker
apabila keluar ruangan A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan dan
didelegasikan kepada perawat
ruangan

Ketidakseimban 1. Menilai jumlah nutrisi dan kandungan S:


gan nutrisi kalori yang dibutuhkan anak - Ibu mengatakan nafsu
kurang dari β. Memberikan informasi kepada orang makanAn. Gmasih berkurang
kebutuhan tua mengenai kebutuhan anak - Ibu mengatakan muntah
berhubungan terhadap nutrisi. berkurang
dengan kurang γ. Memantau interaksi anak selama makan
asupan makan 4. Mencatat jumlah makanan yang O:
dihabiskan oleh anak setiap kali makan - Tampak An.G makan tetapi
5. mempersiapkan lingkungan yang aman hanya sedikit
pada saat anak makan seperti - Porsi makan tidak dihabiskan
menghilangkan bau- bau yang dapat A: masalah belum teratasi
menghilangkan nafsu makan anak P: intervensi dilanjutkan dan

Poltekkes Kemenkes
6. Memantau anak mual muntah selama didelegasikan kepda perawat
makan ruangan
7. Menganjurkan ibu untuk terus
memberikan air putih

Kerusakan 1. menjaga kebersihan kulit agar tetap S:


integritas kulit bersih dan kering - Ibu F mengatakan tangan kiri
berhubungan β. memonitor kulit akan danya kemerahan An. G gatal-gatal
dengan γ. mengoleskan lotion atau minyak - Ibu F mengatakan terdapat
imunodefisiensi baby/baby oil pada daerah yang luka bekas pemasangan infus
tertekan O:
4. memonitor aktivitas dan mobilisasi - Pada ekstremitas kiri tampak
pasien luka bekas pemasangan infus
5. memonitor status nutrisi pasien yang menyebabkan gatal- gatal
6. menganjurkan keluarga memandikan dan kulit sekitarnya kemerahan
pasien dengan sabun dan air hangat - An.G tidak ada alergi makanan
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai