Anda di halaman 1dari 135

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN KANKER KOLON DI RUANGAN IRNA
BEDAH RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

FELIA YOLANDA

NIM : 173110205

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

TAHUN 2020
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PASIEN


DENGAN KANKER KOLON DI RUANGAN IRNA BEDAH
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan

FELIA YOLANDA
NIM : 173110205

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul“ Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Kolon di
Ruangan IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tanhun 2020”.

Selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah peneliti menyadari bahwa terdapat
banyak kesulitan yang dihadapi oleh peneliti, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, belum tentu peneliti bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini. Terutama kepada Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni. M. Kep. Sp.
KMB selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ns. Nova Yanti, M. Kep. Sp. KMB
selaku pembimbing II yang telah mengarahkan, membimbing dan memberikan
masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini. Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada :

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M. Si selaku Direktur Politeknik kesehatan


kementerian Kesehatan RI padang
2. Bapak Dr. Yusirwan, Sp. B, Sp. BA (K), MARS selaku Direktur RSUP. Dr.
M. Djamil Padang beserta staf yang telah mengizinkan untuk melakukan
pengambilan data
3. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni. M. Kep. Sp. KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian RI Padang
4. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep. Sp. Jiwa selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian RI Padang
5. Bapak Ibu Dosen serta Staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan

ii
Poltekkes Kemenkes Padang
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak untuk mencapai kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Padang, Juni 2020

Peneliti

iii
Poltekkes Kemenkes Padang
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Felia Yolanda


NIM 173110205
Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 16 mai 1999
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Orang Tua
Ayah : Rafael Muhammad
Ibu : Opet Mulyani
Alamat : Jln. Singgalang II no 7 Gn.
Pangilun, Kota Padang

Riwayat Pendidikan :
No Riwayat Pendidikan Tahun Ajaran
1. SDN 06 Kp. Lapai Padang 2005 – 2011
2. SMPN 12 Padang 2011 – 2014
3. SMAN 10 Padang 2014 – 2017
4. Prodi D-III Keperawatan Padang, Jurusan 2017 – 2020
Keperawatan, Poltekkes Kemenkes RI Padang

x
Poltekkes Kemenkes
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah


Felia Yolanda

“Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Post Op Ca Colon di Ruang Irna


Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2020”
Isi : xii + 60 halaman, 1 gambar, 4 tabel, 10 lampiran
ABSTRAK

Kanker kolon merupakan salah satu kanker yang umum terjadi bila dibandingkan
dengan kanker usus kecil. Kanker ini mengacu pada malignasi kolon. Kanker
menyebar secara invasif langsung dan melalui sistem limfe serta aliran darah
(Diyono&Mulyanti, 2013). Kanker kolon menempati posisi ke-2 terbanyak pada
pria di Indonesia, berada di bawah kanker paru di urutan pertama.Kanker kolon
menempati urutan ke-3 pada wanita, di bawah kanker payudara dan kanker rahim
(Mulansari, 2018). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Colon di ruang Irna Bedah RSUP Dr.
M Djamil Padang tahun 2020.
Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini
dilakukan dari bulan Desember 2019 sampai bulan Juni 2020. Peneliti melakukan
asuhan keperawatan pada tanggal 26, 28, 29 Februari 2020, 01, 02 Maret 2020.
Cara pengambilan sampel dengan cara teknik simple random sampling sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Didapatkan populasi 4 orang pasien dengan
sampel 3 orang pasien sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Lalu dari 3 orang
sampel tersebut dipilih 1 orang dengan cara lot. Instrumen pengumpulan dan
asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian sampai evaluasi keperawatan.
Hasil penelitian didapatkan diagnosa keperawatan ada 5 masalah diantaranya
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri, ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian, dan
gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi..
Tindakan utama yang diberikan adalah managemen nyeri, pemberian analgetik,
monitor tanda-tanda vital, manajemen nutrisi(input output), monitor pola aktivitas
dan tidur, melakukan perawatan luka kolostomy. . Hasil evaluasi selama 5 hari
dalam bentuk SOAP pada masalah keperawatan nyeri akut, ansietas, gangguan
integritas kulit/jaringan sudah teratasi pada hari kelima, masalah keperawatan
ansietas, gangguan pola tidur teratasi pada hari ke empat.

Melalui pimpinan RSUP Dr. M. Djamil Padang khususnya perawat ruangan agar
lebih sering menggunakan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi cemas
(ansietas) disetiap pemberian asuhan keperawatan pada pasien kanker kolon
sesuai dengan hasil penelitian Sakiyan tentang Tindakan Nafas Dalam Untuk
Mengatasi Rasa Sakit Dan Kecemasan Pada Pasien Kanker Kolon Di RSU
Banyumas Tahun 2018 untuk menjadi salah satu asuhan keperawatan yaitu teknik

x
Poltekkes Kemenkes
non farmakologis yang membantu proses kesembuhan pasien terutama dalam
mengatasi cemas pasien.

Kata Kunci : Ca Colon, Teknik Napas Dalam dan Asuhan Keperawatan


Daftar Pustaka : 18 (2009-2019)

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
LEMBAR ORISINILITAS..............................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................vi
ABSTRAK..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian...................................................................................8

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Kanker Kolon..............................................................................9
1. Pengertian Kanker Kolon...................................................................9
2. Etiologi Kanker Kolon.......................................................................8
3. Manifestasi Klinis Kanker Kolon......................................................10
4. Patofisiologi Kanker Kolon...............................................................11
5. WOC Kanker Kolon..........................................................................15
6. Komplikasi Kanker Kolon.................................................................15
7. Pencegahan Kanker Kolon.................................................................15
8. Penatalaksanaan Kanker Kolon.........................................................16
9. Pemeriksaan Diagnostik Kolon..........................................................17
10. Pemeriksaan Laboratorium Kanker Kolon.........................................17
11. Pemeriksaan Penunjang Kanker Kolon….........................................18
12. Penatalaksanaan Kanker Kolon….....................................................18
13. Stadium Kanker Kolon.......................................................................19

B. Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Kolon..........................................20


1. Pengkajian..........................................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................22
3. Intervensi Keperawatan......................................................................23

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian.....................................................................................31
B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................31
C. Populasi dan Sampel................................................................................31
D. Alat dan Instrument Pengumpulan Data..................................................32
E. Teknik pengumpulan data........................................................................33
F. Analisa Data.............................................................................................34

x
Poltekkes Kemenkes
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat.....................................................................................35
B. Deskripsi Kasus.......................................................................................35
1. Pengkajian.............................................................................................35
2. Diagnosa keperawatan..........................................................................39
3. Intervensi keperawatan.........................................................................41
4. Implementasi keperawatan....................................................................43
5. Evaluasi keperawatan............................................................................46
C. Pembahasan Kasus...................................................................................48
1. Pengkajian.............................................................................................48
2. Diagnosa keperawatan..........................................................................50
3. Intervensi keperawatan.........................................................................54
4. Implementasi keperawatan....................................................................57
5. Evaluasi keperawatan............................................................................60

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................63
B. Saran........................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 WOC

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan

Tabel 4.1 Perencanaan Keperawatan

Tabel 4.2 Implementasi

Keperawatan Tabel 4.3 Evaluasi

Keperawatan

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin penelitian dari RSUP Dr.M.Djamil Padang

Lampiran 2. Surat izin penelitian dari Kemenkes

Lampiran 3. Surat selesai penelitian

Lampiran 4. Surat pengambilan data awal

Lampiran 5. Surat izin penelitian dari Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 6. Daftar hadir penelitian

Lampiran 7. Informed concent

Lampiran 8. Ganchart

Lampiran 9. Format pengkajian

Lampiran 10. Lembar konsultasi

x
Poltekkes Kemenkes
1

BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan
cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri. Selanjutnya, sel
kanker akan menyusup ke jaringan sekitarnya (invasif) dan terus menyebar
melalui jaringan ikat, darah, serta menyerang organ-organ penting (Indah,
Yunita, 2010).

Terdapat enam jenis kanker yang paling banyak didapat di seluruh dunia
salahtaunya adalah kanker kolon yang menyebabkan 608 ribu kematian.
Diperkirakan akan ada 16 juta kasus baru kanker ditemukan setiap tahun.
Inilah yang membuat IARC memperkirakan angka pengidap kanker akan
terus menjulang. Pada tahun 2030 nanti diperkirakan 13,1 juta orang
meninggal karena kanker dan 70 persennya terjadi di negara berkembang
termasuk Indonesia(Siagian, Priska, 2014).

Kanker kolon merupakan salah satu kanker yang umum terjadi bila
dibandingkan dengan kanker usus kecil. Kanker ini mengacu pada
malignasi kolon. Kanker menyebar secara invasif langsung dan melalui
sistem limfe serta aliran darah (Diyono&Mulyanti, 2013). Kanker kolon
merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi pada jaringan kolon atau
usus besar (Indah, Yunita, 2010). Kanker kolon ini paling sering
ditemukan di daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan
kolon sigmoid (Mardalena, 2014).

Berdasarkan laporan terbaru yang dirilis oleh International Agency for


Research on Cancer, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018
meyebutkan kanker kolon menempati posisi ke 2 terbanyak dengan 881
ribu orang didunia yang mengalami kanker kolon. Menurut Globocan
tahun 2018, kanker kolon adalah kanker ke tiga yang paling umum di

Poltekkes Kemenkes
dunia, hampir 50 ribu pria dan wanita telah didiagnosis menderita kanker
kolon di Amerika Serikat.

Menurut data Global Burden Cancer (Globocan) (2012), insiden kanker


kolon di Indonesia sebesar 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa dengan
mortalitas 9,5% dari seluruh kasus kanker (Ardhiansyah, 2018).Kanker
kolon menempati posisi ke-2 terbanyak pada pria di Indonesia, berada di
bawah kanker paru di urutan pertama. Kanker kolon menempati urutan ke-
3 pada wanita, di bawah kanker payudara dan kanker rahim (Mulansari,
2018). Prevelensi kanker berdasarkan diagnosis dokter menurut provinsi
tahun 2013-2018, pada tahun 2013 yang tertinggi adalah pada provinsi
DIY (4,5 %) dan yang terendah adalah Gorontalo (0,1%). Sedangkan pada
tahun 2018 yang teringgi adalah tetap pada provinsi DIY (4,9%) dan yang
terendah adalah NTB (0,9%) (Riskesdas, 2018).

Prevelensi kejadian kanker kolon di Sumatera Barat tahun 2017 sebanyak


62 kasus, tahun 2018 sebanyak 162 kasus dan pada bulan Januari hingga
September 2019 sebanyak 125 kasus (DinkesSumbar, 2019). Kanker kolon
menempati urutan kelima dengan prevelensi 2,5% di Kota Padang
(Riskesdas, 2013), menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI) (2018)
terdapat 1,79 per 1000 penduduk menderita kanker kolon di Kota Padang.
Berdasarkan data rekam medis, penderita kanker kolon di ruangan IRNA
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang terdapat sebanyak 62 orang pasien
pada tahun 2017, menurun menjadi 60 orang pasien pada tahun 2018 dan
meningkat lagi menjadi 66 orang pasien pada Januari sampai November
tahun 2019.

Kenaikan insiden kanker kolon berkaitan erat dengan kebiasaan pola


makan yang terlalu banyak mengonsumsi “lemak hewani” (Ardhiansyah,
2018). Selama ini kekurangan serat masih disebutkan juga sebagai salah
satu alasan yang diduga kuat sebagai penyebab kanker kolon, namun saat
ini mulai berkembang asumsi baru bahwa kanker kolon ini tidak hanya
disebabkan oleh kekurangan serat saja. Masih ada penyebab-penyebab lain
yang menyertai kekurangan serat sebagai penyebab kanker kolon ini, yang

2
Poltekkes Kemenkes
terbaru adalah dugaan yang dikembangkan oleh Martinez et al dar Arizona
Cancer Center yang mencurigai bahwa asam folat, B12, dan B6 juga
memiliki keterkaitan dengan kolon neoplasia. Terbukti bahwa terdapat
1.014 pria dan wanita usia 40-80 tahun yang menderita kanker kolon
karena kekurangan asam folat, B12, dan B6 (Khomsan, Ali, 2009).

Menurut penelitian Astuti tentang Profil dan Kesintasan Penderita Kanker


Kolon tahun 2019 di RSUP Dr. M. Djamil Padang menunjukkan bahwa
penderita kanker kolon paling banyak dengan rentang usia 45-55 tahun.
Jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 17 laki-
laki (81%) dan 4 perempuan (19%) . Hasil ini sesuai dengan teori yang
menyebut bahwa dari 20 responden yang menderita kanker kolon terdapat
14 orang (70%) berjenis kelamin laki-laki (Kuipers, 2015).

Terbukti dalam penelitian Masrul (2018) tentang Pengaruh Konsumsi


Serat Dengan Pengurangan Risiko Kanker Kolon di Negara Barat
mendapatkan bahwa konsumsi serat dapat mengurangi risiko kanker kolon
di negara barat. Sumber serat dari buah, sayuan, kacang-kacangan, sereal
dan biji-bijian. Asupan karotenoid, sayuran hijau muda, sayuran kuning-
oranye, brokoli, jagung,wortel, pisang, bawang putih dan kacang polong
(termasuk produk kedelai) berperan dalam terjadinya kanker kolon. Serat
dan sayuran berperan besar dalam melindungi risiko kanker kolon.

Serta terdapat bukti epidemiologi yang dikumpulkan dari penelitian secara


prospektif dan retrospektif yang mendukung adanya peran asam folat
dalam menurunkan risiko kanker kolon. Setidaknya terdapat lebih dari
tujuh penelitian mengenai hal ini. Dan secara keseluruhannya melaporkan
efek positif folat dalam mencegah kanker kolon. Demikan juga dengan
vitamin B12, dan B6 yang fungsinya memaksimalkan kerja folat dalam
tubuh (Khomsan, Ali, 2009).

Sedangkan faktor-faktor yang menurunkan risiko terjadinya kanker usus


besar/kolon antara lain pengunaan hormon replacement therapy,
penggunaan nonsteroidal anti-inflammatory drugs, penggunaan selenium,

3
Poltekkes Kemenkes
asam folat, vitamin D dan kalsium. Dan salah satu tindakan keperawatan
yang dapat dilakukan bila pasien telah mengalami kanker kolon adalah
teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri dan rasa cemas yang dialami
pasien kanker kolon (Manuaba, 2010).

Terbukti pada penelitian Sakiyan tentang Tindakan Hipnoterapi (Nafas


Dalam) Untuk Mengatasi Rasa Sakit Dan Kecemasan Pada Pasien Kanker
Kolon Di RSU Banyumas Tahun 2018 mengatakan bahwa nyeri dan
kecemasan pada pasien kanker kolon dapat diatasi dengan salah satu cara
adalah teknik nafas dalam.

Gejala yang dirasakan pada penderita kanker kolon pada tahap awal yaitu
ketika polip masih kecil yang berukuran ±1-2 cm biasanya penderita tidak
mengalami keluhan, bila polip sudah berukuran cukup besar dan
bersenggolan dengan kotoran(tinja) yang akan di keluarkan maka pasien
bisa mengalami perdarahan saat Buang Air Besar(BAB). Bila polip sudah
berkembang menjadi kanker, maka pasien akan mengalami sembelit. Bila
sembelit makin parah maka pasien akan mengalami nyeri (Manuaba,
2010).

Setelah gejala yang dirasakan penderita kanker kolon, maka akan


memunculkan dampak bila kanker tidak ditangani secara tepat dan cepat.
Dampak yang terjadi pada penderita kanker kolon antara lain dapat
menyebabkan obstruksi usus parsial (sebagian) atau lengkap, metastase
menuju organ sekitar melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung. Pertumbuhan dan ulserasi pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi, pembentukan abses, serta pembentukan fistula
pada urinari bladder atau vagina (Mardalena, 2014).

Agar tidak terjadinya dampak yang ditimbulkan pada saat seseorang


mengalami kanker kolon, alangkah baiknya kita mencegah penyakit
kanker kolon tersebut dari awal. Salah satu cara mencegah penyakit kanker
kolon adalah deteksi dini. Di Indonesia sendiri banyak penderita yang
datang dalam stadium lanjut karena pengetahuan yang kurang akan gejala

4
Poltekkes Kemenkes
dini pada penyakit kanker kolon ini (Ardhiansyah, 2018). Penemuan kasus
dalam stadium dini membuat terapi dapat dilakukan secara kuratif. Namun,
sebagian besar pasien datang dalam keadaan lanjut sehingga umur dan
harapan hidup rendah walaupun telah diberikan banyak terapi. Tingkat
kelangsungan hidup relatif untuk kanker kolon adalah 65% pada 5 tahun
setelah terdiagnosis dan 58% pada 10 tahun (Alteri, 2017).

Salah satu cara untuk mendeteksi dini penderita kanker kolon adalah
dengan melakukan skrining, baik massal maupun individual karena
ditemukannya kanker ini pada stadium dini, akan menurunkan angka
kematian ±50%. Teknik skrining adalah dengan FOBT (Fecal Occult
Blood Test) dengan persiapan yang baik, colon toucher, dan flecible
sigmoidoscopy(Manuaba, 2010).

Penatalaksanaan pada pasien yang telah terdiagnosis kanker kolon adalah


dengan tindakan pembedahan yang dilakukan berdasarkan pada lokasi
kanker yaitu bagian usus/kolon. Salah satu tindakan pembedahan yang
dilakukan adalah pembentukan kolostomi. Kolostomi adalah pembuatan
stoma di dalam usus besar/kolon yang mana memungkinkan drainase atau
evakuasi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubugkan dengan
penempatan kolostomi, yang ditetuka oleh lokasi kanker dan luasya invasi
pada jaringan sekitar (Manuaba, 2010).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 6 Januari 2020 di


ruangan IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang ditemukan satuorang
dengan diagnosa medis kanker kolon. Ny T berusia 41 tahun dengan
waktu rawatan 7 hari post operasi hari ke 3, keadaan umum pasien tampak
sedikit pucat, lesu dan pasien tampak terpasang kolostomi. Diagnosa
keperawatan utama yang muncul adalah nyeri. Hasil wawacara kepada
pasien didapatkan perawat sudah melakukan managemen nyeri seperti
mangajarkan teknik nafas dalam. Diagnosa yang ditegakkan kepada pasien
hanyalah nyeri saja. Seharusnya terdapat diagnosa lain yang bisa
ditegakkan kepada pasien seperti risiko infeksi, kecemasan(ansietas),
gangguan citra tubuh dan lain sebagainya. Peran perawat disini bisa

5
Poltekkes Kemenkes
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga bagaimana
cara menghindari infeksi, kulit disekitar bekas operasi harus bersih tanpa
ada iritasi. Pasien juga berperan mengidentifikasi tingkat kecemasan
pasien dan memberi dukungan, serta menjelaskan secara lengkap semua
terapi dan prosedur. Peran perawat juga harus memperhatikan masalah
citra tubuh dan psikologis pasien dengan mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan masalah yang dialami tentang pembedahan,
memberikan dukungan emosional dan edukasi yang lengkap mengenai
perawatan luka, serta mengajak keluarga untuk ikut memberikan dukungan
kepada pasien.

Berbagai masalah yang bisa muncul dari penderita kanker kolon serta
jumlah pasien yang cenderung meningkat memerlukan kemampuan tenaga
kesehatan terutama perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang
efektif dan profesional. Hal ini menuntut tenaga perawat memperkaya
informasi dan pengetahuan dengan mecari rujukan yang tepat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan (Nuaris,dkk, 2017).

Dari hasil observasi yang didapatkan diruangan, perawat sudah melakukan


pengkajian dan menegakkan masalah keperawatan yaitu nyeri akut,
gangguan integritas kulit. Tindakan yang sudah dilakukan yaitu kolaborasi
dalam pemberian terapi analgesik, memantau tanda-tanda vital, melakukan
perawatan luka. Namun perawat belum mengajarkan teknik relaksasi
napas yang dapat membantu mengurangi rasa nyeri dan cemas pasien.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti telah melakukan


penelitian tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker kolon di
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2020.

6
Poltekkes Kemenkes
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kanker kolon di ruangan IRNA Bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2020.

Berdasarkan fenomena uraian di atas karna banyaknya masalah pasien


dengan penyakit kanker kolon maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kanker kolondi RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2020.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mengetahui penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Kanker Kolon di ruangan IRNA
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Dideskripsikan hasil pengkajian pasien dengankanker kolon di
ruangan IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2020
b. Dideskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kanker
kolondi ruangan IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2020.
c. Dideskripsikan intervensi keperawatan pada pasien dengan
kanker kolondi ruangan IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2020.
d. Dideskripsikan implementasi keperawatan pada pasien dengan
kanker kolondi ruangan IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2020.
e. Dideskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan kanker
kolondi ruangan IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2020.

7
Poltekkes Kemenkes
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kanker kolon.

2. Bagi Rumah Sakit


Hasil dari penelitian ini diharapkan Direktur Rumah Sakit dapat
meneruskan kepala perawat ruangan untuk meningkatkan pelayanan
rumah sakit dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker kolon.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pembelajaran
di Prodi Keperawatan Padang dalam asuhan keperawatan pada pasien
dengan kanker kolon.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil dari penelitian yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar pada
pembuatan penelitian selanjutnya tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan kanker kolon.

8
Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kanker Kolon


1. Pengertian
Kanker adalah pertumbuhan massa abnormal akibat proliferasi sel-sel
yang beradaptasi tanpa memiliki manfaat dan tujuan. Neoplasma
terbagi atas jinak (tumor) atau ganas (kanker). Kanker kolon atau
dikenal dengan kanker usus besar adalah keganasan tumbuh lambat
yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum,
desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik dimana
tanda dan gejala awal biasanya tidak ada (Mardalena, 2014).

Kanker kolon merupakan salah satu kanker yang umum terjadi bila
dibandingkan dengan kanker usus kecil. Insiden kanker kolon lebih
tinggi di negara Eropa Timur dan rendah di negara-negara Jepang,
India, Afrika dan beberapa negara Amerika Latin (Diyono & Mulyanti,
2013).Kanker kolon mengacu pada malignasi kolon (usus besar).
Kankerkolon hampir selalu adenokarsinoma, dan kanker ini mewakili
kanker paling umum kedua di Amerika Serikat (Diyono & Mulyanti,
2013).

2. Etiologi
Penyebab dari pada kanker kolon belum diketahui secara pasti, namun
ada beberapa faktor risiko yang diduga bisa menyebabkan munculnya
kanker kolon, antara lain (Mardanelna, 2014) :
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Riwayat polip kolon
c. Adanya polip adematosa
d. Riwayat keluarga dengan kanker kolondalam keluarga
e. Riwayat penyakit usus inflamasi klonis
f. Makanan yang mengandung zat-zat kimia
g. Makanan tinggi lemak

9
Poltekkes Kemenkes
Faktor Risiko kanker kolon antara lain (Diyono & Mulyanti, 2013) :
a. Usia lebih 50 tahun
b. Kolitis ulserativa kronis (peningkatan risiko setelah riwayat 10
tahun).
c. Penyakit Chron.
d. Riwayat kanker kolon
e. Diet tinggi lemak dan rendah serat.
f. Predisposisi genetik.
g. Sindrom poliposis.
h. Penyakit imunodefisiensi.

3. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah
perubahan kebiasaan defekasi, pasase darah dalam feses, anemia yang
tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan
keletihan. Gejala paling umum berkaitan dengan lesi sebelah kanan
pada usus adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam,
seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri
adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram,
penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar
dalam feses (Mardalena, 2014).

Gejala umum yang dikeluhkan penderita kanker kolon adalah :


1) Perdarahan Segar Peranal (hematokezia)
Sebagian besar penderita sering mempunyai keluhan buang air
besar berdarah segar. Sumber perdarahan segar yang terbanyak dari
kanker terletak di bagian distal kolon dari kanker, sigmoid,
rektosigmoid, dan kolon descendens.

1
Poltekkes Kemenkes
2) Buang Air Besar Lendir Darah
Seseorang mempunyai keluhan buang air besar darah lendir karena
danya infeksi misal disentri basiler atau amoeba, klitis ulseratif
(peradangan kronis yang terjadi pada usus besar/kolon). Selain itu
juga karena keganasan. Letak karsinoma kolon di bagian proksimal
lebih sering menimblkan buang air besar darah lendir karena darah
yang dikeluarkan oleh kanker tersebut sudah bercampur dengan
tinja.
3) Obstruksi Saluran Cerna
Penderita sering merasakan gangguan dalam kebiasaan buang air
besar, di antaranya tanda obstruksi sebagian (parsial) maupun
obstruksi total sehingga timbul tanda-tanda ileus, buang air besar
berdarah lendir atau obstipasi beberapa hari. Yang menimbulkan
tanda-tanda obstruksi (peyumbatan)umumnya kanker berbentuk
sirkulasi dan anular yang menyebabkan terjadi penyempitan lumen
usus. Bentuk strikutura merupakan tumor yang sering menonjol
dan mengisi seluruh lumen usus sehingga menyebabkan sumbatan
total.
4) Nyeri
Pasien biasanya merasakan nyeri pada saat BAB karna BAB sulit
keluar, nyeri pada kolostomi.
(Ariani. 2015)

4. Patofisiologi
Kanker kolon terutama berjenis histopatologis (95%) di mana
adenokarsinoma muncul dari lapisan epitel dalam usus (endotel).
Munculnya kanker biasanya dimulai sebagai polip jinak yang kemudian
dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak jaringan normal dan
meluas ke dalam struktur sekitarnya. kanker dapat berupa masa polipoid,
besar, tumbuh ke dalam lumen, dengan cepat meluas ke sekitar usus
sebagian dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai
striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada

1
Poltekkes Kemenkes
baian rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi
pada sekum dan kolon asendens (Mardalena, 2014).

kanker yang ganas menyebar dengan ekstensi langsung ke organ terdekat,


seperti dari kolon transversum ke lambung, saluran limfe dan hematogen,
biasanya ke hati dan sel berkembang pada rongga peritonesis kandung
kemih, ureter dan organ repoduksi sering kali terlibat karna ekstensi
langsung, metastasis dari darah sering meluas ke hati, paru, ginjal dan
tulang.

Secara umum, kanker pada usus halus dan kolon kanan cenderung lebih
menyebabkan nyeri abdomen, kram, mual, dan muntah. Oleh karena usus
besar berdistensi. Pada lokasi ini, lesi seringkali mengalami ulserasi,
sehingga terjadi anemia, serta feses yang berwarna gelap dan coklat
kemerahan, perubahan pola defekasi, nyeri abdomen, penrunan berat
badan, anemia dan anoreksia. Bila adenoma tumbuh di dalam lumen luas
(asendens dan transversum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini
dikarenakan feses masih mempunyai konsentrasi air yang cukup dan masih
dapat melewati lumen tersebut dengan mengubah bentuk (Mardalena,
2014).

Bila adenoma tersebut tumbuh dan berkembang didaerah lumen yang


sempit (desenden ataubagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena
isi tidak dapat melewati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun
kejadian obstruksi tersebut dapat menjadi total atau parsial. Tindakan yang
akan dilakukan adalah dengan melakukan tindakan pembedahan.
Pembedahan yang akan dilakukan yaitu dengan pembuatan kolostomi,
prosedur ini melibatkan pembuatan saluran antara kolon dan dinding perut,
dimana feses dapat lewat. Kolostomi dapat dilakukan di kolon asendens,
transvesal, desendens atau sigmoid dan dapat bersifat permanen atau
sementara.

1
Poltekkes Kemenkes
Pasien dengan kolostomi akan mengalami gangguan citra tubuh.
Diperlukan pendidikan kesehatan dan dukungan emosional saat pasien
memulai proses kolostomi. Penting juga untuk memberikan edukasi yang
lengkap mengenai perawatan kolostomi untuk mencegah terjadinya infeksi
pada kolostomi pasien.
(Mardalena, 2014).

1
Poltekkes Kemenkes
5. WOC
Konsumsi makanan rendah serat, banya
Faktor genetik
Usia > 50 tahun
Kolitis Merokok
ulseratif/
penyakit

Pertumbuhan sel-sel karsinogen pada dinding kolon

Kerusakan jaringan vaskuler lokal

Kanker kolon

Inflamasi jaringan dari kompresi kanker di kolon


Anoreksia mual & muntah

Perdarahan
internal feses
Lesi mukosa dinding kolon
Intake nutrisi tidak adekuat
bercampur
darah

Anemia
Defisit nutrisi BAB berdarah

Obstruksi pada colon


Nyeri saat defekasi
Kurang informasi ttg penyakit
Perfusi perifer tidak efektif

BAB ditahan
Defisit penget ahuan Pembedahan laparatomi
Metastase Resi
melalui vena ko
Ansietas infek

Iritasi pada luka paratomi


Metastase Nyeri kronis
ke hati

Kematian Kerusakan jar. hatiPerubahan Kerusakan


fungsi dan jaringan lunak
struktur
Sel tubuh Cairan kantong kolostomi merembes
bertambah
di hati
Gangguan citra

1
Poltekkes Kemenkes
6. Komplikasi
Biasanya kanker menyerang pembuluh darah dan sekitarnya dan
menyebabkan perdarahan. kanker tumbuh kedalam usus besar dan secara
berangsur-angsur membantu usus besar hingga pada akhirnya tidak bisa
sama sekali. Perluasan kanker melebihi perut dan mungkin menekan organ
yang berada disekitarnya. Seperti uterus, kandung kemih, dan ureter.
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu (Mardalena, 2014) :
a. Pertumbuhan kanker dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.
b. Metastase menuju organ sekitar, melelui hematogen, limfogen dan
penyebaran langsung.
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah
sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
f. Pembentukan abses.
g. Pembentukan fistula pada urinari bladderatau vagina.

7. Pencegahan
a. Konsumsi makanan berserat untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan derajat keasaman,konsentrasi asam lemak, asam empedu,
dan besi dalam usus besar.
b. Konsumsi asam lemak omega-3, yang terdapat dalam beberapa jenis
ikan, misalnya tuna.
c. Konsumsi makanan yang mengandung lactobacillus acidophilus.
d. Berolahraga dan banyak bergerak
(Mardalena, 2014)

1
Poltekkes Kemenkes
8. Penatalksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup
bermakna terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan medis
untuk kanker kolon paling umum adalah dalam bentuk pendukung
atau terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan
mencakup kemoterapi, terapi radiasidan atau imunoterapi.
b. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon.
Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas
pada satu sisi dapat ditangkap dengan kolonoskop. Kolostomi
laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru
dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada
beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam
membuat keputusan di kolon, massa kanker kemudian dieksisi. Tujuan
pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila kanker sudah
menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat
dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran kanker.
Kolostomi (pembuatan lubang/stoma pada kolon) dilakukan pada
kurang dari sepertiga pasien kanker kolon. Stoma ini dapat berfungsi
difersi sementara atau permanan yang memungkinkan drainase atau
evakuasi isi kolon keluar tubuh.
(Mardalena, 2014)

c. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Dukungan adaptasi dan kemandirian
2) Meningkatnya kenyamanan
3) Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4) Mencegah komplikasi.
5) Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan.

1
Poltekkes Kemenkes
(Mardalena, 2014)

d. Penatalaksanaan Diet
1) Konsumsi lebih banyak makanan berserat, seperti sayur-sayuran
dan buah-buahan.
2) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik,
karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen/sel kanker.
3) Menghindari minuman beralkohol dan rokok.
4) Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara
teratur. (Mardalena, 2014).

9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sigmoidoskopi atau kolonoskopi serat optik untuk mendeteksi kanker.
b. Feses darah samar sering menunjukkan bukti karsinoma bila pasien
asimptomatik.
c. Pielografi intravena dan kemungkinan sitoskopi, dapat diindikasikan
untuk mengkaji apakah malignasi telah menyebar secara lokal
mengenai ureter atau kandung kemih.
d. Pemindaian CT terhadap hati, paru, dana otak dapat menunjukkan
penyakit metastase.
e. Antigen karsinoembrionik (CEA) peningkatan pada metastase atau
kekambuhan kanker.
(Diyono & Mulyanti, 2013).

10. Pemeriksaan Laboratorium


a. Pemeriksaan marker kanker CEA (Carcino Embryonic Antigen), yang
penting guna kepentingan monitor pascaterapi. Jika pada pemeriksaan
inisial tidak meningkat maka penggunaan CEA untuk follow up
menjadi kurang penting.
b. Pemeriksaan laboratorium lain adalah untuk melihat adanya
peningkatan enzim transaminase sebagai penanda adanya metastasis
pada liver/hati.

1
Poltekkes Kemenkes
c. Pemeriksaan rutin bertujuan sebagai persiapan operasi dan melihat
adanya komorbididtas lain.
(Manuaba, 2010).

11. Pemeriksaan Penunjang


a. Barium Enema
1) Barium enema dapat digunakan pada endoskopi
2) Pada keadaan dimana endoskopi/kolonoskopi tidak tersedia Ba
enema dapat digunakan untuk diagnosis, lokasi, fiksasi dengan
jaringan sekitar, kanker sinkronos, ataupun lesi prakanker, seperti
polips, chronic ulcerative colitis/IBD.
b. CT scan
1) Terutama ditunjukkan untuk melihat adanya metastasis pada hepar,
KGB para-aorta, ataupun infltrasi langsung ke organ sekitar.
c. MRI
1) Digunakan untuk menggantikan CT scan, terutama juka terdapat
kontra indikasi penggunaan kontras (enhancement cntrast material)
d. PET Scan
1) Terutama digunakan untuk melihat adanya metastasis dai kanker
kolon dan tidak untuk mendiagnosis tumor kolon primer.
e. Foto Thoraks & USG Hepar
1) Untuk tujuan mengetahui stadium M pada paru dan hepar, dan
sebagai persiapan operasi.
(Manuaba, 2010).
12. Penatalaksanaan
a. Intervensi terapeutik
1) Terapi radiasi dapat digunakan pada praoperasi untuk memperbaiki
resektabilitas kanker atau pada pascaoperasi sebagai terapi adjuvan
untuk mengatasi penyakit residu.

1
Poltekkes Kemenkes
b. Intervensi Farmakologis
1) Kemoterapi dapat digunakan sebagai terapi adjuvan untuk
memperbaiki masa bertahan hidup.
2) Dapat digunakan untuk penyakit residu, kekambuhan penyakit,
kanker yang tidak dapat direseksi, dan penyakit metastase.

c. Intervensi Pembedahan
1) Reseksi usus segmen luas terhadap kanker, meliputi nodus limfe
regional dan pembuluh darah.
2) anastomosis kolon sembuh, prosedur sekunder untuk membuka
kolostomi.
3) Kolostmi loop sementara untuk mendekompresi usus dan
mengalihkan aliran fekal, diikuti dengan reseksi usus lanjut,
anastomosis, dan membuka kolostomi.
4) Pengalihan kolostomi atau ileustomi sebagai paliasi untuk kanker
yang menyumbat dan tidak dapat direseksi.
5) Proktokolektomi total dan kemungkinan reservoar ileum,
anastomosis anal, untuk pasien dengan adenoma poliposis familial
dan kolitis ulseratif kronis sebelum kanker dipastikan.
6) Pembedahan yang lebih luas meliputi pengangkatan organ lain bila
kanker telah menyebar (kandung kemih, uterus, usus halus).
(Diyono & Mulyanti, 2013).

13. Stadium
a) Stadium 0 : ini adalah tahap terdini yang mungkin terjadi. Kanker
belum bergerak dari tempat bermulanya, dan masih terbatas pada
lapisan terdalam usus besar.
b) Stadium I : kanker telah mulai menyebar, tetapi masih di lapisan dalam
c) Stadium II : sebagian besar dari kanker telah tumbuh menembus
dinding usus besar dan bisa terjangkau ke dalam jaringan terdekat.
Kanker ini belum menyebar ke kelenjar getah bening.

1
Poltekkes Kemenkes
d) Stadium III : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, tetapi
belum diangkut ke bagian yang jauh di tubuh.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Kolon


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas pasien meliputi : nama, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk Rumah Sakit, alamat, diagnosa medis pasien.

b. Identifikasi penanggung jawab pasien


Identifikasi penanggung jawab meliputi : nama, pekerjaan, alamat,
dan hubungan dengan pasien.

c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pada pasien dengan kanker
kolon pasien mengeluh keletihan yang disebabkan oleh
anemia, nyeri abdomen, obstruksi.
b) Keluhan saat di kaji
Pasien mengeluh letih dan lelah serta nyeri abdomen.

2) Riwayat kesehatan dahulu


Pasien pernah atau tidak mengalami masalah kesehatan terkait
dengan keganasan di organ lain. Pasien ada riwayat pernah
dirawat dan dioperasi sebelumnya serta riwayat penyakit yang
berat seperti kanker payudara, kanker ovarium, dan
endometrium.

2
Poltekkes Kemenkes
3) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien yaitu kanker kolon/usus, kolitis ulseratif atau penyakit
kanker lainnya.

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : pasien biasanya sadar (composmentis), TTV
normal.
2) Kepala : biasanya pasien tidak mengalami kelainan pada
kepala.
3) Leher : biasanya ditemukan pembesaran kelenjer getah bening.
4) Mata : biasanya konjungtiva pasien anemis karena anemia.
5) Telinga : biasanya tidak ditemukan masalah pada telinga,
telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi/luka, tidak ada
sekret, membran timpani tidak ada masalah.
6) Hidung : biasanya hidung pasien tidak mengalami
keluhan/kelainan.
7) Thoraks : biasanya tidak ada pergerakan otot intercostae,
gerakan dada biasanya simetris.
8) Abdomen
I : lihat adanya lesi di abdomen/perut, keadaan kulit abdomen,
apakah ada distensi abdominal.
P : apakah ada nyeri tekan, teraba massa.
P : terdengar pekak.
A : apakah ada peningkatan usus.
9) Kulit : kulit tampak pucat
10) Ekstremitas : biasanya pasien tidak mengalami kelainan pada
ekstremitas atas dan bawah.

2
Poltekkes Kemenkes
e. Data psikologis
Pasien biasanya tampak/merasa cemas akan kondisi penyakitnya.

f. Data sosial ekonomi


Pasien dapat berasal dari ekonomi rendah, sedah, ataupun tinggi.

g. Data spritual
Pasien biasanya sering beribadah dan berdoa agar diberi
kesembuhan sesuai kepercayaan yang dianutnya.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan Kanker Kolon berdasarkan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI), 2017 :
A. Pre Op :
1) Nyeri Kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
B. Post Op :
3) Nyeri akut berhubungan dengan berhubugan dengan agen pecedera
fisik (prosedur operasi)
4) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
(proses penyakit)
6) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
7) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian

2
Poltekkes Kemenkes
3. Rencana keperawatan
A. Pre op :
NO Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri kronis a. Tingkat nyeri a. Manajemen nyeri
berhubungan Nyeri 1) Observasi :
dengan infiltrasi berkurang a) Identifikasi
tumor dengan kriteria lokasi,
hasil: karakteristik,
Definisi : 1) Keluhan nyeri durasi,
Pengalaman menurun frekuensi,
sensorik atau 2) Kesulitan tidur kualitas,
emosional yang menurun intensitas nyeri
berkaitan dengan 3) Gelisah b) Identifikasi
kerusakan menurun skala nyeri
jaringan atau 4) Tidak c) Identifikasi
faktual. meringis respon nyeri
non verbal
Gejala dan tanda b. Kontrol nyeri d) Identifiksi
mayor : Nyeri dapat yang
Subjektif : dikontrol dengan memperberat
1. Mengeluh kriteria hasil : dan
nyeri 1) Dapat memperingan
2. Merasa melaporkan nyeri
depresi nyeri e) Identifikasi
Objektif : terkontrol pengetahuan
1. Tampak 2) Memiliki dan keyakinan
meringis kemampuan tentang nyeri
2. Gelisah untuk 2) Terapeutik
3. Tidak mampu mengenali a) Berikan teknik
menuntaskan penyebab nyeri nonfarmakolo
aktivitas 3) Memiliki gis untuk
kemampuan mengurangi
Gejala dan tanda teknik non rasa nyeri
minor : farmakologis (mis. Teknik
Subjektif : penurun nyeri nafas dalam)
1. Merasa takut b) Kontrol
mengalami lingkungan
cedera yang
berulang memperberat
Objektif : rasa nyeri
1. Bersikap c) Fasilitasi
protektif istirahat dan
(mis. Posisis tidur
menghindari 2) Edukasi
nyeri) a) Jelaskan
penyebab,
Kondisi klinis periode, dan
terkait : pemicu nyeri
Tumor/kanker b) Jelaskan
strategi

2
Poltekkes Kemenkes
meredakan
nyeri
c) Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
3) Kolaborasi
a) Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
b) Perlu
2 Defisit a. Tingkat a. Edukasi kesehatan
pengetahuan pengetahuan 1) Observasi
berhubungan Kriteria hasil : a) Identifikasi
dengan kurang 1) Verbalisasi kesiapan dan
terpapar informasi minat dalam kemampuan
belajar baik menerima
Definisi : 2) Mampu informasi
Ketiadaan atau menjelaskan b) Identifikasi
kurangnya pengetahuan faktor-faktor
informasi kognitif tentang suatu yang dapat
yang berkaitan topik meningkatkan
dengan topik 3) Perilaku sesuai dan
tertentu. dengan menurunkan
pengetahuan motvasi
Gejala dan tanda baik perilaku hidup
mayor : bersih dan sehat
Subjektif : 2) Terapeutik
1. Menanyakan a) Sediakan
masalah yang materi dan
dihadapi media
Objektif : pendidikan
1. Menunjukkan kesehatan
perilaku tidak b) Jadwalkan
sesuai anjuran pendidikan
2. Menunjukkan kesehatan
persepsi yang sesuai
keliru kesepakatan
terhadap c) Berikan
masalah kesempatan
untuk
Gejala dan tanda bertanya
minor : 3) Edukasi
Subjektif : a) Jelaskan
- faktor
Objektif : risiko yang
1. Menjalani dapat
pemeriksaan mempenga
yang tidak ruhi
tepat kesehatan
2. Menunjukkan b) Ajarkan
perilaku perilaku

2
Poltekkes Kemenkes
berlebihan hidup
bersih dan
Kondisi klinis sehat
terkait : c) Ajarkan
Penyakit kronis strategi
yang dapat
digunakan
untuk
meningkat
kan
perilaku
hidup
bersih dan
sehat
B. Post op :

3 Nyeri akut a. Tingkat nyeri a. Manajemen nyeri


berhubugan Kriteria nyeri : 1) Observasi
dengan agen 1) Tidak ada a) Identifikasi
pecedera fisik keluhan nyeri lokasi,
(prosedur operasi) 2) Tidak meringis karakteristik,
3) Tidak gelisah durasi,
Definisi : 4) Tidak ada sikap frekuensi,
Pengalaman protektif kualitas,
sensorik atau 5) Tekanan darah intensitas nyeri
emosional yang normal b) Identifikasi
berkaitan dengan b. Kontrol nyeri skala nyeri
kerusakan Kriteria hasil : c) Identifikasi
jaringan aktual 1) Dapat respons nyeri
atau fungsional, melaporkan non verbal
berlangsung nyeri terkontrol d) Identifikasi
kurang dari 3 2) Mengetahui faktor yang
bulan. penyebab nyeri memperberat
3) Mampu dan
Gejala dan tanda menggunakan memperingan
mayor teknik nyeri
Subjektif : nonfarmakologi 2) Terapeutik
1. Mengeluh s (teknik nafas a) Berikan teknik
nyeri dalam) untuk nonfarmakologi
Objektif : mengurangi s untuk
1. Tampak nyeri mengurangi rasa
meringis nyeri
2. Bersikap b) Kontrol
protektif lingkungan yang
3. Gelisah memperberat
rasa nyeri
Gejala dan tanda 3) Edukasi
minor a) Jelaskan
Subjektif : penyebab,
- periode, dan
Objektif : pemicu nyeri
1. Berfokus b) Jelaskan strategi

2
Poltekkes Kemenkes
pada diri meredakan nyeri
sendiri c) Anjurkan
2. Tekanan memonitor nyeri
darah secara mandiri
meningka d) Ajarkan teknik
t nonfarmakologi
(teknik nafas
Kondisi klinis dalam) untuk
terkait : mengurangi rasa
Kondisi nyeri
pembedahan 4) Kolaborasi
a) Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
4 Defisit nutrisi c. Status nutrisi b. Manajemen nutrisi
berhubungan Kriteria hasil : 1) Observasi
dengan 1) Makanan yang a) Identifikasi
ketidakmampuan disediakan status nutrisi
mengabsorbsi dihabiskan b) Identifikasi
nutrien 2) Memiliki kebutuhan kalor
keinginan untuk dan jenis
Definisi : meningkatkan nutrien
Asupan nutrisi nutrisi c) Monitor asupan
tidak cukup untuk 3) Memiliki makanan
memenuhi pengetahuan d) Monitor berat
kebutuhan tentang pilihan badan
metabolisme makanan yang 2) Terapeutik
tepat dan sehat a) Sajikan
Gejala dan tanda 4) Memiliki makanan yang
mayor : pengetahuan tepat dan sesuai
Subjektif : tntang standar b) Berikan
- asupan nutrisi makanan
Objektif : yang tepat berserat untuk
Berat badan mencegah
menurun minimal d. Eliminasi fekal konstipasi
10% di bawah Kriteria hasil : 3) Edukasi
rentang ideal 1) Dapat a) Anjurkan posisi
mengontrol duduk, jika
Gejala dan tanda pengeluaran mampu
minor : feses b) Anjurkan diet
Subjektif : 2) Tidak ada yang
1. Kram/nyeri kluhan defekasi diprogramkan
abdomen lama dan sulit 4) Kolaborasi
2. Nafsu makan 3) Tidak ada nyeri a) Kolaborasi
menurun pada abdomen pemberian
Objektif : medikasi
1. Bising usus e. Fungsi sebelum
hiperaktif gastrointestinal makan
2. Diare Kriteria hasil : b) Kolaborasi
1) Tidak ada mual dengan ahli
Kondisi klinis 2) Tidak ada gizi untuk

2
Poltekkes Kemenkes
terkait : muntah menentukan
kanker 3) Tidak ada jumlah kalori
nyeri abdomen dan jenis
4) Tidak ada nutrien yang
darah pada dibutuhkan,
feses jika perlu

5 Risiko infeksi a. Tingkat infeksi a. Pencegahan infeksi


berhubungan Kriteria hasil : 1) Observasi
dengan efek 1) Tidak ada a) Monitor tanda
prosedur invasif demam dan gejala
2) Tidak ada infeksi lokal
Definisi : kemerahan dan sistemik
Berisiko 3) Tidak ada nteri 2) Terapeutik
mengalami 4) Tidak ada a) Batasi jumlah
peningkatan bengkak pengunjung
terserang 5) Tidak ada b) Berikan
organisme cairan berbau perawatan kulit
patogenik busuk dengan baik
c) Cuci tangan
Faktor risiko : b. Integritas kulit sebelum dan
1. Penyakit dan jaringan sesudah kontak
kronis Kriteria hasil : dengan pasen
1) Elastisitas kulit dan lingkungan
Kondisi klinis baik pasien
terkait : 2) Hidrasi baik d) Pertahankan
kanker 3) Perfusi jaringan teknik aseptik
baik pada pasien
4) Tidak ada berisiko tingg
perdarahan 3) Edukasi
5) Tidak ada a) Jelaskan tanda
nekrosis dan gejala
infeksi
b) Ajarkan cara
cuci tangan
dengan benar
c) Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
atau lka operasi
d) Anjukan
meningkatkan
asupan nutisi

2
Poltekkes Kemenkes
6 Gangguan citra a. Citra tubuh a. Promosi citra tubuh
tubuh Kriteria hasil : 1) Observasi
berhubungan 1) Melihat bagian a) Identifikasi
dengan perubahan tubuh dengan harapan citra
fungsi tubuh persepsi baik tubuh
(proses penyakit) 2) Dapat berdasarkan
menerima tahap
Definisi : kecacatan/kura perkembangan
Perubahan ng baiknya b) Identifikasi
persepsi tentang bagian tubuh budaya, agama,
penampilan, 3) Tidak ada jens kelamin,
struktur dan perasaan dan umur terkait
fungsi fisik negatif tentang citra tubuh
individu. perubahan c) Identifikasi
tubuh perubahan citra
Gejala dan tanda 4) Tidak ada tubuh yang
mayor : kekhawatiran mengakibatkan
Subjektif : pada isolasi sosial
1. Mengungkapk penolakan/reak d) Monitor
an si orang lain frekuensi
kecacatan/keh mengenai pertanyaan
ilangan bentuk tubuh kritik terhadap
bagian tubuh 5) Tidak diri sendiri
Objektif : menyembunyik 2) Terapeutik
1. Fungsi/struktu an bagian a) Diskusikan
r tubuh tubuh peubahan tubuh
berubah/hilan brlebihan dan fungsinya
g b) Diskusikan
perbedaan
Gejala dan tanda penampilan
minor : fisik terhadap
Subjektif : harga diri
1. Mengungkapk c) Diskusikan
an perasaan kondisi stres
negatif yang
tentang mempengaruhi
perubahan/kec citra tubuh
acatan tubuh d) Diskusikan cara
2. Mengungkapk mengembangka
an n harapan citra
kekhawatiran tubuh secara
pada realistis
penolakan/rea 3) Edukasi
ksi orang lain a) Jelaskan kpada
3. Mengungkapk keluarga
an perubahan tentang
gaya hidup perawatan
Objektif : perubahan citra
1. Menyembunyi tubuh
kan/menunjuk b) Anjurkan
kan bagian mengungkapkan
tubuh secara gambaran diri
berlebihan terhadap citra

2
Poltekkes Kemenkes
2. Menghindari tubuh
melihat c) Lihat fungsi
dan/atau tubuh yang
menyentuh dimiliki
bagian tubuh
3. Fokus
berlebihan
pada
perubahan
tubuh
4. Respon
nonverbal
pada
perubahan
dan persepsi
tubuh

Kondisi klinis
terkait :
Luka yang terlihat
7 Ansietas a. Tingkat ansietas a. Reduksi ansietas
berhubungan Kriteria hasil : 1) Observasi
dengan ancaman 1) Tidak khawatir a) Identifikasi saat
terhadap kematian akibat kondisi tingkat ansietas
yang dihadapi berubah
Definisi : 2) Tidak ada b) Identifikasi
Kondisi emosi perilaku kemampuan
dan pengalaman gelisah mengambil
subjektif individu 3) Tidak ada keputusan
terhadap objek perilaku tegang c) Monitor tanda-
yang tidak jelas 4) Tidak ada tanda ansietas
dan spesifik keluhan pusing 2) Terapeutik
akibat antisipasi 5) TTV normal a) Ciptakan
bahaya yang suasana
memungkinkan terapeutik
individu untuk
melakukan menumbuhkan
tindakan untuk kepercayaan
menghadapi b) Temani pasien
ancaman. untuk
mengurangi
Gejala dan tanda kecemasan
mayor : c) Pahami situasi
Subjektif : yang membuat
1. Merasa ansietas
bingung dengarkan
2. Merasa dengan penuh
khawatir perhatian
dengan akibat d) Gunakan
dari kondisi pendekatan
yang dihadapi yang tenang
Objektif : dan

2
Poltekkes Kemenkes
1. Tampak meyakinkan
gelisah 3) Edukasi
a) Jelaskan
Gejala dan tanda prosedur,
minor : termasuk
Subjektif : sensasi yang
1. Merasa tidak mungkin
berdaya dialami
Objektif : b) Informasikan
1. Frekuensi secara faktual
nafas diagnosis,
meningkat pengobatan,
2. Frekuensi dan prognosis
nadi c) Anjurkan
meningkat keluarga untuk
3. Kontak mata tetap bersama
buruk pasien,jika
perlu
Kondisi klinis
terkait :
penyakit kronis
progresif (kanker)

3
Poltekkes Kemenkes
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan pendekatan
Studi Kasus. Studi kasus yaitu pada penelitian dimana analisa data tidak
keluar dari lingkup kasus (Donsu, 2016). Penelitian ini mendeskripsikan
tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Kolon Di Ruang IRNA
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2020.

B. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian akan dilakukan di Ruang IRNA Bedah RSUP.Dr.Djamil
Padang, dimulai dari bulan desember 2019 sampai bulan Juni 2020.
Penelitian telah dilakukan di Ruang RSUP Dr. M. Djamil Padang. Waktu
penelitian tanggal 26, 28, 29 Februari 2020, 01, 02 Maret 2020 dan waktu
pengumpulan data selama 5 hari.

C. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang menjadi kuantitas dan karakter tertentu yang telah
ditentukan peneliti untuk ditarik kesimpulan. Populasi dapat
disimpulkan sebagai objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
yang telah memenuhi syarat penelitian (Donsu, 2016). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien yang di diagnosa medis kanker
kolon post operasi yang dirawat di ruang IRNA Bedah
RSUP.Dr.Djamil Padang. Pasien pada saat penelitian berjumlah 3
orang.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti dapat
berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh
peneliti. Populasi dapat disimpulkan sebagai objek atau subjek yang

3
Poltekkes Kemenkes
berada pada suatu wilayah yang telah memenuhi syarat penelitian
(Donsu, 2016).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diganosis
kanker kolon yang dirawat di Ruang IRNA Bedah RSUP Dr. M.
Djamil Padang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Sampel
penelitian ini adalah 1 orang pasien dengan diagnosis kanker kolon di
ruang Irna Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pemilihan sampel
mengacu pada teknik purposive sampling yang disebut juga dengan
judgemen sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel diantara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga smapel
tersebut bisa mewakili karakteristik populasi yang diinginkan
(Nursalam, 2013).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Pasien setuju berpartisipasi dalam penelitian.
2) Pasien yang kooperatif dan berkomunikasi dengan baik.
3) Pasien kanker kolon post op
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien Ca Colon yang tidak sadar.
2) Pasien pulang dalam hari rawatan kurang dari lima hari.

Besar sampel dalam penelitian adalah satu orang pasien kanker


kolon post operasi. Berdasarkan 3 orang pupulasi yang didapatkan
yaitu pasien yang mempunyai diagnosa kanker kolon (2 orang
pasien post op, 1 orang pre op). Dipilih 2 orang pasien post op
kanker kolon menjadi sampel. Antara 2 orang sampel diambil 1
orang pasien menggunakan teknik simple random sample yang
sesuai kriteria inklusi dan eksklusi secara acak tanpa
memperhatikan strata diantara sampel.

3
Poltekkes Kemenkes
D. Alat atau instrumen pengumpulan data
Alat atau instrumen pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian
adalah format pengkajian keperawatan medical bedah, alat pemeriksaan
fisik yang terdiri dari tensimeter, thermometer, stetoskop, penlight,
timbangan.
Pada penelitian ini instrumen yang dipergunakan adalah format pengkajian
keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan dan alat ukur yang
digunakan adalah tensimeter, stetoskop, reflek harmer, pen light, dan
tongue spatel. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik, observasi dan studi dokumentasi.
1) Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien,
identitas penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar,
pemeriksaan fisik, data psikologis, data ekonomi, data spiritual,
lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium dan program
pengobatan.
2) Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
data masalah dan etiologi.
3) Format diagnosis keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosis keperawatan, tanggal dan paraf masalah yang
ditemukan serta tanggal dan paraf masalah dapat teratasi.
4) Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien,
nomor rekam medik, diagnosis keperawatan, intervensi SLKI dan SIKI
5) Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, hari dan tanggal diagnosis keperawatan, implementasi
keperawatan dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6) Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, hari dan tanggal, diagnosis keperawatan, evaluasi
keperawatan dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

3
Poltekkes Kemenkes
E. Teknik pengumpulan data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
kuisioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil
wawancara peneliti dengan narasumber dan data yang diperoleh
dari data primer harus diolah lagi. Data yang didapat meliputi:
identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-hari
dirumah, dan pemeriksaan fisik.

b. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari Ruangan Irna Bedah dan Rekam Medis RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Data sekunder diperoleh dari sumber kedua dan
dapat berupa bukti riwayat partisipan, data penunjang (hasil labor
dan kdiagnostic), catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

2. Teknik pengumpulan data


a. Wawancara
Wawancara adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menggali data
secara lisan. Hal ini haruslah dilakukan secara mendalam agar kita
mendapatkan data yang valid dan detail (Sujarweni, 2014). Wawancara
ditujukan untuk mendapatkan informasi dari individu yang diwawancarai,
oleh karena itu hubungan asimetris harus tampak antara pewawancara
dengan individu yang diwawancarai (Afiyanti, 2014). Dalam wawancara
ini penelitian digunakan terutama untuk melakukan anamnesa kepada
pasien dan keluarga.

3
Poltekkes Kemenkes
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan penacatatan secara sistematik
terhadapa gejala yang tampak pada objek penetian (Sujarweni,
2014). Observasi dapat dilakukan melalui penciuman, penglihatan,
pendengaran, perabaan dan pengecapan.
c. Pengukuran atau pemeriksaan fisik
Merupakan pemantauan kondisi pasien dengan pengukuran
menggunakan alat pengukuran, berat badan dengan timbangan
berat badan, tensi dengan tensi meter, pengukuran tekanan darah,
menghitung frekuensi napas dan menghitung frekuensi nadi.
d. Dokumentasi
Dokumentasi dapat memberi informasi tentang situasi yang tidak
diperoleh langsung melalui observasi langsung atau wawancara.
Dalam peneltian ini, peneliti menggunakan dokumen dari RS untuk
menunjang penelitian yang akan dilakukan.
Dalam peneltian metode studi dokumentasi digunakan peneliti
untuk melihat catatan perkembangan pasien, dan arsip.

F. Analisa data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisi semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep
dan teori keperawatan pada pasien dengan kanker kolon. Data yang telah
didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
penegakkan diagnosis, merencanakan tindakan akan dinarasikan dan
dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan pasien dengan kanker
kolon. Analisis yang dilakukan untuk menentukan kesesuian teori yang
ada dengan kondisi pasien dan hasil penelitian dari peneliti lain.

3
Poltekkes Kemenkes
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tempat
Pengambilan kasus ini dilakukan di Ruangan Bedah Wanita RSUP Dr. M.
Djamil Padang dengan waktu pengambilan data mulai tanggal 26 Februari
2020 sampai tanggal 02 Maret 2020. Bedah Wanita terdiri dari 4 ruangan
yaitu ruangan 1, ruangan 2, ruangan 3, dan ruangan isolasi. Ruang Bedah
Wanita dikepalai oleh kepala ruangan dan kepala tim untuk ruangan.
Jumlah tenaga keperawatan terdiri dari 1 orang karu dan 12 orang perawat
pelaksana yang dibagi menjadi 3 shift pagi, sore dan malam. Selain
perawat ruangan terdapat juga beberapa orang mahasiswa praktek dari
berbagai institusi juga ikut andil dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien.

B. Deskripsi Kasus
Penelitian telah melibatkan 1 orang pasien yang memiliki kasus asuhan
keperawatan pada pasien dengan kanker kolon. Proses keperawatan yang
dimulai dari pengkajian, menegakkan diagnosis keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui
wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi pada pasien dapat
dilihat pada dibawah ini :
a) Identitas Pasien
Pengkajian yang didapatkan berdasarkan Studi Dokumentasi dan
Wawancara : Pasien Ny. R, berusia 53 tahun, status sudah kawin
dengan 3 orang anak yang berusia 25 tahun, 21 tahun dan 19 tahun.
Pasien beragama islam, pendidikan terakhir SD, sehari-hari pasien
bekerja sebagai petani, alamat pasien Desa Sungai Rengas Muko
Muko,Bengkulu, Dx Medis : Ca Colon

3
Poltekkes Kemenkes
b) Keluhan Utama
Pasien masuk ke RSUP Dr. M Djamil Padang pada 20 Februari
2020 pada pukul 21.00 WIB melalui IGD dengan keluhan BAB
sulit keluar (kostipasi) sejak ±1 bulan yang lalu, nyeri pada perut
kanan bawah (terasa nyeri saat beraktivitas), nyeri berlangsung
lama dan semakin berat saat pasien bergerak. Badan lemas, nafsu
makan menurun.

c) Riwayat Kesehatan Sekarang


Pengkajian dilakukan tanggal 26 Februari 2020, saat dikaji, pasien
mengatakan perutnya terasa nyeri. P : pasien mengatakan nyeri
pada area kolostomi (perut sebelah kanan bawah), nyeri terasa
seperti diiris-iris, Q : pasien mengatakan nyeri terasa terus
menerus, nyeri berkurang saat pasien beristirahat/ tidak melakukan
kegiatan, R : pasien mengatakan nyeri terasa di area kolostomi
(perut sebelah kanan bawah), S : pasien mengatakan nyeri
mengakibatkan sulit beraktivitas, skala nyeri 6, T : pasien
mengatakan durasi nyeri ± 5-10 menit. Pasien mengatakan sudah
selesai melakukan operasi colostomy pada 24 Februari. Pasien
mengatakan gatal-gatal pada area sekitar kolostomy, terdapat
kerusakan jaringan kulit pada area luka operasi, tampak kemerahan
pada area sekitar kolostomy pasien, diameter kolostomy pasien = 4
cm. Pasien juga mengatakan sulit tidur, badan terasa lemah, lesu.
Pasien terlihat pucat, tidak bersemangat, tampak kantong mata dan
kehitaman di area bawah mata pasien. pasien merasa khawatir akan
penyakit yang dideritanya, pasien mengatakan sulit untuk
berkonsentrasi, pasien mengeluh pusing, pasien tampak gelisah,
kontak mata pasien buruk.

3
Poltekkes Kemenkes
d) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak ada riwayat kanker lain sebelumnya. Saat
pengkajian, pasien memiliki kebiasaan makanan siap saji,
pemakaian penyedap rasa pada makanan, tidak suka makan buah
dan sedikit minum air putih.

e) Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga pasien tidak ada mengalami penyakit
keganasan/kanker. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit menular/penyakit keturunan.

f) Pengkajian ADL
Ny. R mengatakan saat sehat tidur kurang lebih 1 jam dan malam
hari tidur lebih kurang 7 jam . semua aktivitas bisa dilakukan
dengan mandiri. Pada saat sakit tidur sering terbangun dan tidur
hanya ±2-3 jam/hari, semua aktivitas di bantu oleh keluarga/
perawat seperti makan, minum, ke kamar mandi.

g) Pemeriksaan Fisik
Saat dilakukan pemeriksaan fisik tanggal 26 Februari 2020 pukul
12.30 WIB didapatkan tinggi/berat badan : 158 cm/40 Kg (BB
menurun saat sakit sebanyak 10 Kg; BB saat sehat 50 Kg, BB saat
sakit 40 Kg). IMT : BB/(TB)² : 40 Kg/(1,58m)² : 16,02 (Kurus).
Keadaan umum pasien lemah, GCS 15. Tekanan darah 130/80
mmHg, suhu 36,8˚C, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit. Wajah
pasien tampak pucat. Rambut sudah mulai memutih sebagian.
Pendengaran kurang jelas. Konjungtiva anemis. Mukosa bibir
kering, terlihat ada karies gigi, bau mulut pasien tidak enak. Turgor
kulit buruk, kering, terdapat stomata (colostomy) pada perut bagian
kanan bawah. Pada tangan sebelah kanan terpasang IVFD RL 20
tetes/menit, CRT > 3 detik, akral dingin. Pada abdomen terdapat
colostomy di bagian abdomen sebelah kanan bawah, ada nyeri

3
Poltekkes Kemenkes
tekan, terdapat massa pada abdomen, bising usus menurun
(4x/menit).

h) Data Psikologis
Ny.R mampu menjawab dengan baik semua pertanyaan yang
diajukan. Ny.R mengatakan merasa cemas dengan kondisi
penyakitnya. Kontak mata Ny.R kurang saat bicara

i) Data Sosial Ekonomi


Interaksi dan hubungan dengan keluarga baik, keluarga saling
mendukung, dapat berkomunikasi dengan orang disekitarnya,
ketika ada masalah diselesaikan secara terbuka. Proses pengobatan
menggunakan kartu BPJS. Pekerjaan sehari-hari yaitu Ibu Rumah
Tangga.

j) Data Spritual
Ny.R mengatakan Tuhan akan memberikan kesembuhan dari
penyait yang dideritanya dan dapat beraktivitas normal kembali
seperti biasa. Selama menjalani perawatan Ny.R selalu berdoa dan
sedih saat tidak bisan beribadah.

k) Karakteristik Lingkungan
Tempat pembuangan kotoran : seperti tank, tempat pembuangan
sampah : tempat sampah, sumber air minum : air bersih (PDAM)
tempat pembuangan air limbah : selokan.

l) Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 26 Februar 2020
Hemoglobin 11,4 g/dl, Leukosit 4.980/mm³, Trombosit
323.000/mm³, Hematokrit 36%. Tanggal 27 Februari 2020 Ureum
Darah 15 mg/dl, kreatinin darah 0,4mg/dl, Natrium 3,3 mmol/L,
Klorida Serum 101 mmol/L

3
Poltekkes Kemenkes
m) Program Terapi
Tutufusin 1 Kolof (IV), RL 1 Kolof (IV), Metoctopramid 1 gr (IV),
Ranitidine 1 amp (IV), Ketorolac 1 gr (IV), Kalnex 500 gr (tab),
Vit.K 1 tab (tab).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan data yang didapatkan berupa data
subjektif dan objektif. Berikut ini merupakan diagnosis keperawatan
yang ditegakkan peneliti pada pasien.
a) Diagnosis Keperawatan I
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dengan
data subjektif klien mangatakan nyeri pada area kolostomi (perut
sebelah kanan bawah), nyeri terasa seperti diiris-iris. pasien
mengatakan nyeri terasa terus menerus, nyeri berkurang saat pasien
beristirahat/tidak melakukan kegiatan. Pasien mengatakan nyeri
mengakibatkan sulit beraktivitas, skala nyeri 6. Pasien mengatakan
durasi nyeri ±5-10 menit. Sedangkan data objektifnya pasien
tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien tampak pucat dan
lemah, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 86x/menit, pernafasan
20x/menit, suhu 36,5°C.
b) Diagnosis Keperawatan II
Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian dengan
data subjektif pasien mengatakan merasa khawatir akan
penyakitnya, pasien mangatakan sulit berkonsentrasi, pasien
mengeluh pusing, pasien mengatakan merasa tidak berdaya.
Sedangkan data objektif pasien tampak gelisah, pasien tampak
pucat, kontak mata pasien buruk.
c) Diagnosis Keperawatan III
Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien dengan data subjektif pasien mengatakan
nafsu makan menurun, pasien mengatakan kram/nyeri pada
abdomen.

4
Poltekkes Kemenkes
Sedangkan data objektif Berat Badan pasien menurun (BB sebelum
sakit 50 Kg, BB saat sakit 40 Kg), IMT = BB/(TB)²= 40
Kg/(1,58m)²= 16,02 (kurus), pasien tampak tidak bertenaga,
rambut pasien tampak rontok, membrane mukosa pasien tampak
pucat, diit : makanan lunak (ml).
d) Diagnosis Keperawatan IV
Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dengan data subjektif pasien mengatakan terasa nyeri
pada area operasi, pasien mengatakan gatal-gatal pada area sekitar
kolostomi. Sedangkan data objektif terdapat kerusakan jaringan
kulit/luka pada area operasi, terdapat kolostomi pada perut bagian
kanan bawah pasien, tampak kemerahan pada area sekitar
kolostomi pasien, diameter kolostomi 4 cm
e) Diagnosis Keperawatan V
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dengan data
subjektif pasien mengeluh sulit tidur karena nyeri di bagian perut
sebelah kanan bawah, pasien mengeluh sering terjaga di malam
hari, pasien mengatakan tidur nyenyak hanya 2-3 jam/hari, pasien
mengeluh pola tidur berubah, pasien mengeluh istirahat tidak
cukup. Sedangkan data objektif pasien tampak lemah, pasien
tampak lesu, pasien tampak pucat, pasien tampak tidak
bersemangat, terdapat kantong mata di bawah mata pasien,
konjungtiva anemis, pasien tampak gelisah.

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada partisipan mengacu pada
SIKI dan SLKI. Berikut adalah rencana asuhan keperawatan
partisipan. Rencana keperawatan yang berkaitan pada Ny.R dengan
diagnosis keperawatan pada klien sebagai berikut :
a) Diagnosis I
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
mempunyai tujuan (SLKI) nyeri terkontrol, dapat mengenali onset

4
Poltekkes Kemenkes
nyeri, dapat mengenali penyebab nyeri, dapat menggunakan teknik
non-farmakologis untuk penghilang nyeri. Rencana tindakan yang
dilakukan (SIKI) yaitu manajemen nyeri ; observasi : identifikasi
lokasi, karakteristik, frekuensi nyeri, Identifikasi skala nyeri,
respon nyeri non verbal, faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri. Terapeutik : berikan teknik non-farmakologis
untuk menghilangkan nyeri (teknik nafas dalam), kontrol
lingkungan, fasilitasi istirahat dan tidur. Edukasi : jelaskan
penyebab pemicu nyeri nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri
(teknik nafas dalam, pemberian obat anti nyeri mis. Ketorolac)

b) Diagnosis II
Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
mempunyai tujuan (SLKI) tidak ada verbalisasi kebingungan, tidak
ada verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi, tidak ada
perilaku gelisah, tidak ada perilaku tegang, tidak ada keluhan
pusing, tidak pucat. Rencana tindakan yang akan dilakukan (SIKI)
yaitu terapi relaksasi ; observasi : identifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang
mangganggu kemampuan kognitif, identifikasi teknik relaksasi
yang pernah efektif digunakan, identifikasi kesediaan, kemampuan,
dan penggunaan teknik sebelumnya. Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu sebelum dan sesudah
latihan. Monitor respons terhadap relaksasi. Terapeutik : ciptakan
lingkungan tenang dan nyaman, berikan informasi tertulis tentang
prosedur teknik relaksasi, gunakan pakaian longgar, gunakan
relaksasi sebagai penunjang dengan anlagetik atau tindakan medis
lain jika sesuai. Edukasi : jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan
teknik non farmakologi (teknik nafas dalam). Jelaskan secara rinci
teknik nafas dalam, anjurkan mengambil posisi nyaman, anjurkan
rileks dan merasakan sensai relaksasi, anjurkan sering mengulangi

4
Poltekkes Kemenkes
dan melatih teknik relaksasi (nafas dalam), demonstrasikan teknik
relaksasi (nafas dalam).

c) Diagnosis III
Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien mempunyai tujuan (SLKI) memiliki
pengetahuan tentang asupan nutrisi yang tepat, tidak ada nyeri
abdomen, berat badan normal/bertambah, frekuensi makan
membaik, nafsu makan baik, tidak ada mual. Rencana tindakan
yang akan dilakukan (SIKI) yaitu manajemen nutrisi ; observasi :
identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan intoleransi
makanan, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien, monitor
asupan makanan, monitor berat badan. Terapeutik : fasilitasi
makanan yang sesuai/ diet sesuai. Edukasi : anjurkan diet yang
diprogramkan. Kolaborasi : kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu.

d) Diagnosis IV
Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
perubahan sirkulasi mempunyai tujuan (SLKI) tidak ada nyeri,
tidak ada perdarahan, tidak ada hematoma, tidak ada pigmentasi
abnormal, tidak ada jaringan parut. Rencana tindakan yang akan
dilakukan (SIKI) yaitu terapi relaksasi ; observasi : monitor
karakteristik luka, monitor tanda-tanda infeksi. Terapeutik : ganti
kantong kolostomi dan bersihkan stomata. Edukasi : jelaskan tanda
dan gejala infeksi, ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri.
Kolaborasi : kolaborasi pemberiat obat (antibiotik) tertentu.

e) Diagnosis V
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri mempunyai
tujuan (SLKI) tidak sulit tidur, tidak sering terjaga, tidur pulas,

4
Poltekkes Kemenkes
pola tidur baik, istirahat adekuat. Rencana tindakan yang akan
dilakukan (SIKI) yaitu dukungan tidur ; observasi : identifikasi
pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor pengganggu tidur
(fisik/psikologis), identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur. Terapeutik : modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan), batasi waktu tidur siang jika perlu, fasilitasi
menghilangkan stress sebelum tidur, tetapkan jadwal tidur rutin,
lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan, sesuaikan
jadwal pemberian obat dan/ atau untuk menunjang siklus tidur.
Edukasi : jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit, anjurkan
menepati kebiasaan waktu tidur, anjurkan mengindari
makanan/minuman yang mengganggu tidur, anjurkan relaksasi.

4. Implementasi Keperawatan
Berikut adalah implementasi yang dilakukan pada pasien :
1) Diagnosis I
Implementasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari pada
Ny.R dengan masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan penyebab. Kaji dampak nyeri terhadap
kualitas hidup, kaji bagaimana pasien mengatasi nyeri.
Mengajarkan penggunaan teknik non-farmakologis (teknik nafas
dalam). Monitor TTV, memberikan obat anti nyeri (Ketorolac 1
gram secara iv).

2) Diagnosis II
Implementasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari pada
Ny.R dengan masalah keperawatan Ansietas berhubungan
dengan ancaman terhadap kematian melakukan mengkaji skala
cemas, mengkaji penyebab cemas pada pasien, mencari teknik
relaksasi untuk mengurangi cemas (teknik nafas dalam), meminta

4
Poltekkes Kemenkes
persetujuan pasien untuk melakukan teknik nafas dalam,
memperagakan teknik nafas dalam dan meminta pasien untuk
menirukan, monitor respons pasien terhadap teknik non
farmakologis (nafas dalam).

3) Diagnosis III
Implementasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari pada
Ny.R dengan masalah keperawatan Defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien melakukan kaji
status nutrisi pasien (kaji porsi makan pasien, frekuensi makan dan
minum), kaji intake dan output pasien, kaji apakah pasien memiliki
alergi atau tidak, monitor asupan makanan, kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien, memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, monitor
adanya penurunan berat badan, monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi, monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah.
Monitor mual muntah. Memberi obat untuk meredakan mual
(metoctropamide 1 gram secara iv).

4) Diagnosis IV
Implementasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari pada
Ny.R dengan masalah keperawatan Gangguan integritas
kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
melakukan mengkaji karakteristik pada luka post op pasien,
memonitor tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi, mengganti
kantong kolostomi dan membersihkan stomata. Memberi obat
untuk mengehentikan perdarahan (Kalnex 500 gram, Vit. K 1 tab).

5) Diagnosis V
Implementasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari pada
Ny.R dengan masalah keperawatan Gangguan pola tidur

4
Poltekkes Kemenkes
berhubungan dengan nyeri melakukan kaji pola aktivitas dan
tidur pasien, kaji faktor pengganggu tidur, kaji makanan/minuman
yang mengganggu tidur, memodifikasi lingkungan untuk membuat
nyaman tidur pasien, meminta pasien untuk membuat jadwal tidur
rutin dan mempraktekkannya. Menjelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit.

5. Evaluasi Keperawatan
1) Setelah dilakukan implementasi, hasil yang didapatkan :
Dianosis I Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis yaitu nyeri akut teratasi sebagian pada hari rawatan ke-4
ditandai dengan data subjektif pasien nyeri pada abdomen sudah
berkurang, nyeri terasa ditusuk-tusuk dan berdenyut denyut, nyeri
hilang timbul, berlangsung selama 2-3 menit dengan skala nyeri 4.
Data objektif pasien tampak tenang, rileks, TD 120/70 mmHg, HR
90x/menit, RR 20x/menit, T 37°C. Masalah teratasi sebagian
dengan kriteria nyeri pasien belum sepenuhnya terkontrol, pasien
sudah melakukan tindakan mengurangi nyeri. Intervensi
dilanjutkan dengan mengkaji nyeri secara komprehensif kembali,
monitor nyeri, dan manajemen nyeri

2) Setelah dilakukan implementasi, hasil yang didapatkan :


Dianosis IV Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap
kematian yaitu ansietas sudah teratasi pada pertemuan ke-4
dtandai dengan data subjektif pasien mengatakan rasa cemasnya
berkurang, pasien mengatakan tidak merasa cemas lagi. Data
objektif pasien tampak tenang, pasien tampak tidak cemas lagi,
TTV pasien normal. Pasien tidak merasakan cemas. Intervensi
dihentikan.

3) Setelah dilakukan implementasi, hasil yang didapatkan :

4
Poltekkes Kemenkes
Dianosis II Defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien yaitu defisit nutrisi
sudah mulai teratasi pada hari rawatan ke-3 ditandai dengan data
subjektif pasien mengatakan sudah mulai nafsu makan, berat badan
naik 3 Kg sejak sakit. Data objektif pasien tampak mulai berisi, Hb
11,4, total protein 52. Masalah defisit nutrisi teratasi sebagian.
Ntevensi dilanjutkan dengan manajemen nutrisi dan monitor nutrisi
(intake & output). Masalah defisit nutrisi telah teratasi pada hari
ke-5.

4) Setelah dilakukan implementasi, hasil yang didapatkan :


Dianosis V Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan
dengan perubahan sirkulasi yaitu luka pada bekas operasi sudah
membaik pada pertemuan ke-5 dtandai dengan data subjektif
pasien mengatakan rasa nyeri pada bekas operasi sudah berkurang,
tidak ada gatal dan kemerahan, tidak ada perdarahan. Data objektif
pasien tampak tenang, pasien tampak tidak merasa begitu nyeri di
bagian luka perasi, stomata tidak ada perdarahan, bersih.

5) Setelah dilakukan implementasi, hasil yang didapatkan :


Dianosis III Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
teratasi pada hari rawat ke 4 pasien sudah menunjukkan kemajuan
ditandai dengan data subjektif pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan sudah berkurang, sudah beradaptasi dengan kondisinya,
suhu lingkungan, bau yang kurang sedap yang membuat tidur tidak
nyaman. Waktu tidur kurang lebih 4-5 jam, terbangun pada malam
hari hanya sekali. Data objektif pasien tampak tidak lemas lagi dan
mulai bersemangat. Masalah teratasi dengan kriteria kualitas tidur
tidak terganggu, tidak ada kelelahan, sudah bisa beradaptasi
dengan kondisi dan lingkungannya. Intervensi dihentikan.

4
Poltekkes Kemenkes
C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas perbandingan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker
kolon pada partisipan. Kegiatan dilakukan pada tanggal 26 Februari 2020,
28 Februari 2020, 29 Februari 2020, 01 Maret 2020, 02 Maret 2020 di
ruang bedah wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang meliputi pengkajian
menegakkan diagnosis keperawatan, membuat rencana tindakan,
melakukan implementasi, dan melakukan evaluasi keperawatan sebagai
berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan menurut Effendy (Dermawan, 2012)
Pasien bernama Ny. R berumur 53 tahun, berjenis kelamin
perempuan, lahir di Bengkulu, masuk dengan diagnosa Medis kanker
kolon. Menurut data Global Burden Cancer (Globocan) (2012),
insiden kanker kolon di Indonesia sebesar 12,8 per 100.000 penduduk
usia dewasa (Ardhiansyah, 2018). Kanker kolon menempati urutan ke-
3 pada wanita, di bawah kanker payudara dan kanker rahim
(Mulansari, 2018). Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Astuti
tentang Profil dan Kesintasan Penderita Kanker Kolon tahun 2019 di
RSUP Dr. M. Djamil Padang menunjukkan bahwa penderita kanker
kolon paling banyak dengan rentang usia 45-55 tahun.

Riwayat kesehatan sekarang pada pasien didapatkan yaitu Pengkajian


dilakukan tanggal 26 Februari 2020, saat dikaji, pasien mengatakan
perutnya terasa nyeri. P : pasien mengatakan nyeri pada area kolostomi
(perut sebelah kanan bawah), nyeri terasa seperti diiris-iris, Q : pasien
mengatakan nyeri terasa terus menerus, nyeri berkurang saat pasien
beristirahat/ tidak melakukan kegiatan, R : pasien mengatakan nyeri
terasa di area kolostomi (perut sebelah kanan bawah), S : pasien

4
Poltekkes Kemenkes
mengatakan nyeri mengakibatkan sulit beraktivitas, skala nyeri 6, T :
pasien mengatakan durasi nyeri ± 5-10 menit. Pasien mengatakan
sudah selesai melakukan operasi colostomy pada 24 Februari. Pasien
mengatakan gatal-gatal pada area sekitar kolostomy, terdapat
kerusakan jaringan kulit pada area luka operasi, tampak kemerahan
pada area sekitar kolostomy pasien, diameter kolostomy pasien = 4 cm.
Pasien juga mengatakan sulit tidur, badan terasa lemah, lesu. Pasien
terlihat pucat, tidak bersemangat, tampak kantong mata dan kehitaman
di area bawah mata pasien. pasien merasa khawatir akan penyakit yang
dideritanya, pasien mengatakan sulit untuk berkonsentrasi, pasien
mengeluh pusing, pasien tampak gelisah, kontak mata pasien buruk.

Hasil pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan Saat dilakukan


pemeriksaan fisik tanggal 26 Februari 2020 pukul 12.30 WIB
didapatkan tinggi/berat badan : 158 cm/40 Kg (BB menurun saat sakit
sebanyak 10 Kg; BB saat sehat 50 Kg, BB saat sakit 40 Kg). IMT :
BB/(TB)² : 40 Kg/(1,58m)² : 16,02 (Kurus). Keadaan umum pasien
lemah, GCS 15. Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 36,8˚C, nadi
80x/menit, pernafasan 20x/menit. Wajah pasien tampak pucat.
Rambut sudah mulai memutih sebagian. Pendengaran kurang jelas.
Konjungtiva anemis. Mukosa bibir kering, terlihat ada karies gigi, bau
mulut pasien tidak enak. Turgor kulit buruk, kering, terdapat stomata
(colostomy) pada perut bagian kanan bawah. Pada tangan sebelah
kanan terpasang IVFD RL 20 tetes/menit, CRT > 3 detik, akral dingin.
Pada abdomen terdapat colostomy di bagian abdomen sebelah kanan
bawah, ada nyeri tekan, terdapat massa pada abdomen, bising usus
menurun (4x/menit).

Data psikologis yang ditemukan pada pasien adalah cemas akan kondisi
kesehatannya saat ini, dan takut untuk di operasi ke dua kalinya, takut
akan perannya sebagai ibu tidak dapat terpenuhi dengan baik, pasrah
kepada tuhan yang maha kuasa, kontak mata kurang, hal ini sejalan
dengan perjalanan penyakit pada kanker kolon yaitu bila adenoma

4
Poltekkes Kemenkes
tersebut tumbuh dan berkembang didaerah lumen yang sempit
(desenden atau bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena isi
tidak dapat meleati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun
kejadian obstruksi tersebut dapat menjadi total atau parsial maka akan
dilakukan tindakan, yang akan dilakukan adalah dengan melakukan
tindakan pembedahan (operasi) yang menyebabkan pasien merasa
cemas dan takut untuk melakukan tindakan tersebut (Mardalena, 2014).

2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan 4
diagnosis keperawatan. Peneliti memprioritaskan diagnosis utama yang
muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis. Nyeri yang terjadi pada pasien disebabkan oleh usus besar
berdistensi. Pada lokasi ini, lesi seringkali mengalami ulserasi,
sehingga terjadi anemia, serta feses yang berwarna gelap dan coklat
kemerahan, perubahan pola defekasi, nyeri abdomen (Mardalena,
2014).

Diagnosis ini peneliti prioritaskan karena Pasien biasanya merasakan


nyeri pada saat BAB karna BAB sulit keluar, nyeri pada kolostomi
(Ariani. 2015).

Diagnosis ini ditegakkan peneliti didukung oleh data subjektif dan


objektif. Data subjektif yang ditemukan yaitu klien mangatakan nyeri
pada perut sebelah kanan bawah. Nyeri terasa di teriris-iris dan
berdenyut-denyut, nyeri bertambah saat beraktivitas, nyeri hilang
timbul dengan frekuensi 5-10 menit, skala nyeri 6 (menggunakan skala
numerik). Sedangkan data objektifnya klien tampak meingis, gelisah,
klien menukar posisi untuk mengurangi rasa nyeri, tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 86x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,5°C.

Data-data yang didapatkan untuk mendukung diagnosis tersebut sesuai


dengan SDKI, 2016 yaitu dengan gejala mayor mengeluh nyeri,
tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat.

5
Poltekkes Kemenkes
Diagnosis kedua peneliti merumuskan diagnosis keperawatan Ansietas
berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.

Adenoma pada penderita kanker kolon yang tumbuh dan berkembang


didaerah lumen yang sempit (desenden atau bagian bawah), maka
obstruksi akan terjadi karena isi tidak dapat meleati lumen yang telah
terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi tersebut dapat menjadi
total atau parsial maka akan dilakukan tindakan, tindakan yang akan
dilakukan adalah dengan melakukan tindakan pembedahan (operasi)
pada daerah abdomen. Pasien sering merasa merasa cemas akan
tindakan pembedahan (operasi), pasien merasa cemas karna takut
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan saat operasi (Mardalena, 2014).

Diagnosis ini ditegakkan peneliti didukung data subjektif klien


mangatakan nyeri pada perut sebelah kanan bawah. Nyeri terasa di
tusuk-tusuk dan berdenyut-denyut, nyeri bertambah saat beraktivitas,
nyeri hilang timbul dengan frekuensi 5-10 menit, skala nyeri 6
(menggunakan skala numerik). Sedangkan data objektifnya klien
tampak meingis, gelisah, klien menukar posisi untuk mengurangi rasa
nyeri, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 86x/menit, pernafasan
20x/menit, suhu 36,5°C.

Data-data yang didapatkan untuk mendukung diagnosis tersebut sesuai


dengan SDKI, 2016 yaitu dengan gejala mayor pasien merasa bingung,
pasien merasa khawatir dengan kondisinya, pasien sulit berkonsentrasi.
Pasien tampak gelisah, pasien tampak tegang, pasien sulit untuk tidur,
muka pasien pucat, kontak mata kurang.

Pada diagnosa ketiga peneliti merumuskan diagnosis keperawatan


Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien. defisit nutrisi pada penderita kanker pada usus
halus dan kolon kanan karna kanker kolon (usus besar) cenderung
lebih menyebabkan nyeri abdomen, kram, mual, dan muntah. Oleh

5
Poltekkes Kemenkes
karena usus besar berdistensi.sehingga menyebabkan penrunan berat
badan, anemia dan anorekia dan terjadi defisit nutrisi pada pasien
karna ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (Mardalena, 2014).

Diagnosis ini ditegakkan peneliti karena didukung data subjektif


pasien mengatakan nafsu makan berkurang, pasien mengatakan badan
terasa lemah lesu, pasien mengatakan nyeri pada perut sebelah kanan
bawah. Sedangkan data objektif BB pasien menurun pada saat sakit
( BB saat sehat 52 Kg, BB saat sakit 48 Kg), pasien tampak tidak
bertenaga.

Data-data yang didapatkan untuk mendukung diagnosis tersebut sesuai


dengan SDKI, 2016 yaitu dengan gejala mayor pasien mengatakan
tidak nafsu makan. Pasien tampak lemah, lesu. Pasien mengatakan
nyeri pada abdomen. Berat badan berkurang 4 Kg( BB saat sakit 48
Kg), pasien tampak tidak bertenaga.

Diagnosis keempat peneliti merumuskan diagnosis keperawatan


Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
perubahan sirkulasi.

Penatalaksanaan pada pasien yang telah terdiagnosis kanker kolon


adalah dengan tindakan pembedahan yang dilakukan berdasarkan pada
lokasi kanker yaitu bagian usus/kolon. Salah satu tindakan
pembedahan yang dilakukan adalah pembentukan kolostomi.
Kolostomi adalah pembuatan stoma di dalam usus besar/kolon yang
mana memungkinkan drainase atau evakuasi kolon keluar tubuh.
Konsistensi drainase dihubugkan dengan penempatan kolostomi, yang
ditetuka oleh lokasi kanker dan luasya invasi pada jaringan sekitar
(Manuaba, 2010).

Diagnosis ini ditegakkan peneliti didukung data subjektif pasien


mengatakan terasa nyeri pada area operasi, pasien mengatakan gatal-
gatal pada area sekitar kolostomi. Sedangkan data objektif terdapat
kerusakan jaringan kulit/luka pada area operasi, terdapat kolostomi

5
Poltekkes Kemenkes
pada perut bagian kanan bawah pasien, tampak kemerahan pada area
sekitar kolostomi pasien, diameter kolostomi 4 cm.

Data-data yang didapatkan untuk mendukung diagnosis tersebut sesuai


dengan SDKI, 2016 yaitu dengan gejala mayor pasien merasa nyeri
pada area lka operasi/colostomi, kolostomi pasien tampak kmerahan.

Diagnosis kelima peneliti merumuskan diagnosis keperawatan


Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Nyeri yang dirasakan pada pasien kanker kolon menyebabkan


terganggunya pola tidur pasien. Biasanya pada penderita kanker kolon
nyeri dapat datang secara tiba-tiba dan menyebabkan pasien sulit untuk
tidur dan terbangun tiba tiba saat tidur karna nyeri yang dirasakan.
Pasien juga sulit untuk memulai tidur karna perasaan tidak nyaman
yang dirasakan pada abdomen, lingkungan rumah sakit saat dirawat
(Nuaris,dkk, 2017).

Diagnosis ini ditegakkan peneliti didukung data subjektif pasien


mengeluh sulit tidur karena nyeri di bagian perut sebelah kanan bawah,
pasien mengeluh sering terjaga di malam hari, pasien mengatakan tidur
nyenyak hanya 2-3 jam/hari, pasien mengeluh pola tidur berubah,
pasien mengeluh istirahat tidak cukup. Sedangkan data objektif pasien
tampak lemah, pasien tampak lesu, pasien tampak pucat, pasien
tampak tidak bersemangat, terdapat kantong mata di bawah mata
pasien, konjungtiva anemis, pasien tampak gelisah.

Data-data yang didapatkan untuk mendukung diagnosis tersebut sesuai


dengan SDKI, 2016 yaitu dengan gejala mayor pasien mengatakan
tidak bisa tidur. Pasien lemah, lesu, tidak bertenaga. Mata pasien hitam
dan cekung.

3. Rencana Keperawatan

5
Poltekkes Kemenkes
perencanaan adalah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi :
meletakkan pusat tujuan pada klien, menetapkan hasil yang ingin
dicapai, dan memilih intervensi keperawatan untuk mencapau tujuan.
Perencanaan keperawatan adalah metode pemberian perawatan
langsung pada klien. Pada pelayanan kesehatan, perencanaan dapat
ditulis menggunakan komputer atau dengan atau dengan formulir
khusus (Februanti, sofia. 2019)

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan


yang ditemukan pada kasus. Rencana yang akan dilakukan mengacu
pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Pada diagnosis keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen


pencedera fisiologis diharapkan pasien dapat melaporkan nyeri
terkontrol, pasien dapat mengenali onset nyeri, pasien dapat mengenali
penyebab nyeri, pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologis
untuk menghilangkan nyeri yaitu teknik nafas dalam sesuai dengan
teori (Sakiyan, 2018).

Intervensi yang menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk


mengetahui pengalaman nyeri pasien. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, dan faktor pencetus, Monitor tanda-tanda vital,
kolaborasi dalam pemberian obat analgesik sehingga menurunkan
skala nyeri pasien. Mengevaluasi nyeri yang dirasakan pasien
berkurang atau tidak.

Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosis kedua Defisit


nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien mempunyai tujuan pasien terpenuhi dengan kriteria hasil :
pasien memiliki pengetahuan tentang asupan nutrisi yang tepat, tidak
ada nyeri abdomen, berat badan pasien normal/bertambah, frekuensi

5
Poltekkes Kemenkes
makan membaik, nafsu makan baik, tidak ada mual. Berdasarkan
tujuan tersebut intervensi yang dilakukan adalah manajemen nutrisi
yaitu dengan mengidentifikasi status nutrisi pasien, identifikasi alergi
dan toleransi, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien, monitor
asupan makanan dan berat badan pasien, anjurkan diet yang
diprogramkan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan.

Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosis keempat


Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
mempunyai tujuan pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : tidak ada
verbalisasi kebingungan, tidak ada verbalisasi khawatir akibat kondisi
yang dihadapi, tidak berperilaku gelisah, tidak ada perilaku tegang,
tidak ada keluhan pusing, tidak pucat. Berdasarkan tujuan tersebut
intervensi yang dilakukan adalah terapi relaksasi yaitu identifikasi
penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu kemampuan kognitif. Identifikasiteknik
relaksasi yang pernah efektif digunakan. Identifikasi kesediaan,
kemampuan dan kegunaan teknik sebelumya. Monitor respons pasien
terhadap relaksasi. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu ruangan yang nyaman bagi pasien,
berikan informasi tentang prosedur dan teknik relaksasi, anjurkan
gunakan pakaian yang longgar agar pasien merasa nyaman saat
melakukan teknik relaksasi. Anjurkan sering mengulangi teknik non
farmakologis (teknik nafas dalam) sesuai dengan teori (Sakiyan, 2018).

Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosis kelima


Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
perubahan sirkulasi mempunyai tujuan pasien terpenuhi dengan
kriteria hasil : tidak ada nyeri, tidak ada perdarahan, tidak ada
hematoma, tidak ada pigmentasi abnormal, tidak ada jaringan parut.
Berdasarkan tujuan tersebut intervensi yang dilakukan adalah monitor
karakteristik luka, monitor tanda-tanda infeksi, ganti kantong

5
Poltekkes Kemenkes
kolostomi dan bersihkan stomata, jelaskan tanda-tanda dan gejala
infeksi, ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri, kolabrasi
pemberian obat(antibiotik) jika perlu.

Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosis ketiga


Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri mempunyai tujuan
pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : pasien memiliki pengetahuan
tentang asupan nutrisi yang tepat, tidak ada nyeri abdomen, berat
badan pasien normal/bertambah, frekuensi makan membaik, nafsu
makan baik, tidak ada mual. Berdasarkan tujuan tersebut intervensi
yang dilakukan adalah dukungan tidur dengan identifikasi pola
aktivitas dan tidur, identifikasi faktor pengganggu tidur
(fisik/psikologis), identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur, modifikasi lingkungan yang nyaman untuk
menunjang tidur pasien, sesuaikan jadwal pemberian obat, jelaskan
pentingnya tidur cukup selama sakit.

4. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan tidak semua tindakan
keperawatan dilaksanakan oleh peneliti karena peneliti tidak merawat
klien 24 jam. Peneliti melakukan studi dokumentasi terhadap tindakan
yang telah dilakukan perawat ruangan umumnya sudah sesuai dengan
intervensi yang ada pada SIKI.

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan nyeri akut


berhubungan dengan agen pencedera fisiologis adalah kaji nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi. Kaji dampak nyeri terhadap kualitas
hidup. Mengkaji pengalaman individu terhadap nyeri. Monitor TTV,
memberikan obat anti nyeri ((Ketorolac 1 gram secara iv).
Mengajarkan teknik non farmakologis (nafas dalam) untuk mengurangi
nyeri sesuai dengan hasil penelitian Sakiyan tentang Tindakan untuk
Mengatasi Rasa Sakit Dan Kecemasan Pada Pasien Kanker Kolon Di

5
Poltekkes Kemenkes
RSU Banyumas Tahun 2018 mengatakan bahwa nyeri dan kecemasan
pada pasien kanker kolon dapat diatasi dengan salah satu cara adalah
teknik nafas dalam.

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan Defisit


nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien adalah kaji status nutrisi pasien (kaji porsi makan pasien,
frekuensi makan dan minum), kaji intake dan output pasien, kaji
apakah pasien memiliki alergi atau tidak. Monitor asupan makanan,
kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien. Memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi. Monitor adanya penurunan berat badan. Monitor kulit kering
dan perubahan pigmentasi. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah. Monitor mual dan muntah. Memberi obat untuk
meredakan mual (metoctropamide 1 gram secara iv).

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan Ansietas


berhubungan dengan ancaman terhadap kematian adalah mengkaji
skala cemas, mengkaji penyebab cemas pada pasien. Meminta
persetujuan pasien untuk melakukan teknik nafas dalam. Monitor
respons pasien terhadap teknik relaksasi. Melakukan teknik relaksasi
untuk mengurangi cemas (teknik nafas dalam) sesuai dengan hasil
penelitian Sakiyan tentang Tindakan untuk Mengatasi Rasa Sakit Dan
Kecemasan Pada Pasien Kanker Kolon Di RSU Banyumas Tahun 2018
mengatakan bahwa nyeri dan kecemasan pada pasien kanker kolon
dapat diatasi dengan salah satu cara adalah teknik nafas dalam. Teknik
non farmakologis nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan yaitu dengan cara yang pertama, cuci tangan. Ke-dua,
jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien. Ke-tiga,
ciptakan lingkungan yang tenang (membersihkan lingkungan sekitar
pasien). Ke-empat, usahakan tetap rileks dan tenang. Ke-lima, menarik
nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3. Ke-enam, perlahan-lahan udara dihembuskan melalui

5
Poltekkes Kemenkes
mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks. Ke-tujuh,
anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali. Ke-delapan, menarik
nafas lagi melalui hidung dan mengehembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan. Ke-sembilan, membiarkan telapak tangan dan kaki
rileks. Ke-sepuluh, usahakan agar tetap konsentrasi/mata sambil
terpejam. Ke-sebelas, pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang
nyeri. Ke-duabelas, anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri
terasa berkurang. Ke-tigabelas, ulangi sampai 3 kali, dengan selingi
istirahat singkat setiap 5 kali. Ke-empatbelas, melakukan evaluasi
( menanyakan perasaan pasien setelah melakukan nafas dalam, apakah
nyeri yang dirasakan berkurang), Ke-limabelas, cici tangan.,
menjelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan Gangguan


integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
adalah mengkaji karakteristik luka pasien, memonitor tanda-tanda
infeksi pada luka operasi, mengganti kantong kolostomi dan
membersihkan stomata. Memberi obat untuk mengehntikan perdarahan
(Kalnex 500 gram, Vit. K 1 tab).

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan Gangguan


pola tidur berhubungan dengan nyeri adalah kaji pola aktivitas dan
tidur pasien, kaji faktor pengganggu tidur, kaji makanan dan minuman
yang mengganggu tidur. Memodifikasi lingkunagn untuk membuat
nyaman tidur pasien. Meminta pasien untuk membuat jadwal tidur
rutin dan mempraktekkannya. Menjelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan secara teori merujuk pada Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI). Evaluasi yang dilakukan pada Ny.R
dengan diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubugan dengan agen
pencedera fisiologis, didapatkan hasil evaluasi teratasi pada hari ke-5.
Dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), tingkat nyeri,

5
Poltekkes Kemenkes
kontrol nyeri. Dengan kriteria hasil dapat melaporkan nyeri terkontrol,
dapat mengenali onset, dapat mengenali penyebab nyeri, dapat
menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
Pasien diberikan analgetik berupa ranitidine, pada hari ke-5, nyeri
pasien sudah mulai berkurang dengan skala nyeri 3, durasi nyeri ±2-3
menit, nyeri berkurang saat pasien beristirahat dan melakukan teknik
nafas dalam.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan pada


Ny.R untuk diagnosa keperawatan Defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien. Berdasarkan SLKI
yaitu manajemen nutrisi. Dengan data hari pertama pasien mengatakan
nafsu makan berkurang, berat badan turun sekitar 11 kg sejak sakit,
klien tampak kurus. Pada hari ke-3 pengkajian pasien sudah mulai
nafsu makan, badannya naik 3 kg, pasien sudah tampak mulai berisi.
Masalah defisit nutrisi telah teratasi pada hari ke-5.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan pada


Ny.R untuk diagnosa keperawatan Gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri. Berdasarkan SLKI yaitu dukungan tidur.
Dengan data hari pertama pasien mengatakan sulit untuk tidur
terbangun pada malam hari.pasien tampak sangat lelah, kulit dibawah
mata pasien tampak hitam dan cekung, pasien tampak lesu dan tidak
bersemangat. Pada hari ke-4 pengkajian pasien mengatakan sudah bisa
untuk tidur, pasien mengatakan jarang terbangun di malam hari, pasien
sudah tampak tidak lesu lagi dan bersemangat, kulit hitam pasien di
bawah mata sudah tidak tampak. Intervensi dilajutkan (kaji pola tidur
pasien dan lanjutkan jadwal tidur rutin yang telah dibuat).

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan pada


Ny.R untuk diagnosa keperawatan keperawatan Ansietas
berhubungan dengan ancaman terhadap kematian. Berdasarkan

5
Poltekkes Kemenkes
SLKI yaitu terapi relaksasi. Dengan data hari pertama pasien
mengatakan cemas atas penyakit yang dideritanya, pasien mengatakan
cemas. Pasien tampak gelisah dan khawatir atas kondisinya. Intervensi
dilanjutkan (teknik nafas dalam). Pada hari ke-4 pengkajian pasien
mengatakan rasa cemasnya berkurang. Pasien mengatakan tidak cemas
lagi, pasien tampak tenang, TTV normal, pasien tidak cemas lagi,
intervensi dihentikan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan pada


Ny.R untuk diagnosa keperawatan Gangguan integritas
kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
Berdasarkan SLKI yaitu mengkaji karakteristik luka pasien,
memonitor tanda-tanda infeksi pada luka operasi, mengganti kantong
kolostmi dan memebrsihkan stomata. Pada hari ke-5 pasien
mengatakan nyeri sudah berkurang, luka operasi tidak tampak
kemerahan dan terasa gatal, keluarga bisa mengganti kantong kolstomi
secara mandiri.

6
Poltekkes Kemenkes
BAB V
PENUTUP

A. Kesimplan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada pasien dengan
kanker kolon di ruangan bedah wanita RSP Dr. M. Djamil Padang tahun
2020, peneliti mengambil keputusan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian keperawatan dilakukan secara umum didapatkan data
bahwa pasien mengeluh nyeri, merasa cemas, tidak nafsu makan, dan
sulit tidur

2. Terdapat 5 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien.


Diagnosis keperawatan yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis, Defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, Ansietas berhubungan dengan
ancaman terhadap kematian, gangguan integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan perubahan sirkulasi, dan Gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri

3. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada kasus kanker kolon


sesuai dengan SLKI SIKI yaitu manajemen nyeri, manajemen nutrisi,
terapi relaksasi (teknik nafas dalam), integritas kulit dan jaringan,
dukungan tidur.

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan merupakan tindakan


keperawatan yang telah disusun dengan harapan hasil sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan. Secara umum rencana
tindakan pada masing-masing masalah keperawatan dapat dilakukan
dan masalah teratasi pada hari rawatan kelima.

5. Tahap evaluasi pada pasien kanker kolon yang didapatkan peneliti


adalah masalah keperawatan nyeri akut, ansietas, gangguan integritas

6
Poltekkes Kemenkes
kulit/jaringan sudah teratasi pada hari kelima, masalah keperawatan
ansietas, gangguan pola tidur teratasi pada hari ke empat.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut
1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini menambah kemampuan dan pengalaman
peneliti dalam keperawatan medikal bedah terutama pada kasus kanker
kolon serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti tentang
penerapan asuhan keperawatan pada pasien kanker kolon.
2. Bagi Rumah Sakit
a. Bagi pempinan rumah sakit
Diharapkan melalui pimpinan RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk
menjadikan teknik relaksasi napas dalam bagian dari SOP ruangan
yang membantu mengatasi masalah nyeri pasien disetiap melakukan
asuhan keperawatan yang diberikan perawat dirumah sakit kepada
pasien untuk menjadi salah satu asuhan keperawatan yaitu teknik non
farmakologis yang membantu proses kesembuhan pasien.
b. Bagi perawat IRNA Bedah
Kepada perawat ruangan IRNA Bedah RSUP Dr. M. Djamil
diharapkan untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan
penggunaan terapi nonfarmakologi dalam memberikan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, terutama pada pasien
dengan kanker kolon.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini, dapat menambah studi kepustakaan dan
menjadi masukan yang berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Padang khususnya jurusan keperawatan.

4. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dan
data dasar pada penelitian selanjutnya tentang kanker kolon.

6
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR PUSTAKA

Alteri, R. 2017. Colorectal Cancer Facts & Figure. Atlanta : American Cancer
Socety
Anwar & Khomsan. 2009. Makan Tepat, Badan Sehat. Jakarta Selatan : Penerbit
Hikmah
Ardhiansyah. 2018. Kanker Kolon. Surabaya : Airlangga University Press
Ariani, Sofi. 2015. Stop Kanker. Yogyakarta : Istana Media
Astuti. 2019. Profil Dan Kesintasan Penderita Kanker Kolon Di RSUP Dr. M.
Djamil Padang, Heme, Vol 1 No 1, Januari 2019
Diyono & Mulyanti. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Sitem
Pencernaan. Jakarta : Kencana
Indah, Yunita. 2010. Stop Kanker. Jakarta Selatan : AgroMedia Pustaka
Khomsan, Ali. 2019. Rahasia Sehat Dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta :
Kompas Media Nusantara
Masrul. 2018. Pengaruh Konsumsi Serat Dengan Pengurangan Risiko Kanker
Kolon di Negara Barat, Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, Vol. 12.
No. 9, Hal 97. 101
Manuaba. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Sold Peraboi 2010. Jakarta :
Sagung Seto
Mardalena. 2014. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Mulansari. 2018. Kanker Kolorektal. Jakarta : Harapan Terpadu
Nuaris, dkk. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Sakiyan. 2018. Tindakan Hipnoterapi Untuk Mengatasi Rasa Sakit Dan
Kecemasan Pada Pasien Kanker Kolon Di RSU Banyumas Tahun 2018,
Muhammadiyah Journal of Nursing
Siagian, Priska. 2014. Kami Berani Melawan Kanker. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Siagian, Priska. 2016. Catatan Hati Pejuang Kanker. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama

63
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 1

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 2

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 3

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 4

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 5

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 6

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7

Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 8

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 9

Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Lampiran 10

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PADANG
JLN. SIMP. PONDOK KOPI SITEBA NANGGALO PADANG TELP. (0751) 7051300 PADANG
25146

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER KOLON

NAMA MAHASISWA : FELIA YOLANDA


NIM 173110215
RUANGAN PRAKTIK : IRNA Bedah (Bedah Wanita/CW)

A. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA


1. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin. : Perempuan
Pendidikan : SD
Alamat : Desa Sungai Rengas Muko Muko,Bengkulu

2. Identifikasi Penanggung jawab


Nama : David
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Desa Sungai Rengas Muko Muko,Bengkulu
Hubungan : Anak
3. Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Waktu Masuk

TanggalMasuk : 27-02-2020

Poltekkes Kemenkes
No. Medical Record : 01.07.53.85

RuangRawat : IRNA Bedah (Bedah Wanita)

Diagnosa Medik : Kanker Kolon

Yang mengirim/merujuk : R.S UNAND

Alasan Masuk : nyeri pada perut bagian kanan bawah

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Keluhan Utama Masuk


Pasien masuk ke RSUP Dr. M Djamil Padang pada 20 Februari 2020 pada
pukul 21.00 WIB melalui IGD dengan keluhan BAB sulit keluar
(konstipasi) sejak ±1 bulan yang lalu, nyeri pada perut kanan bawah
(terasa nyeri saat beraktivitas), nyeri berlangsung lama dan semakin berat
saat pasien bergerak. Badan lemas, nafsu makan menurun.

2) Keluhan Saat Ini (Waktu Pengkajian)


Pengkajian dilakukan tanggal 26 Februari 2020, saat dikaji, pasien
mengatakan perutnya terasa nyeri. P : pasien mengatakan nyeri pada area
kolostomi (perut sebelah kanan bawah), nyeri terasa seperti diiris-iris, Q :
pasien mengatakan nyeri terasa terus menerus, nyeri berkurang saat
pasien beristirahat/ tidak melakukan kegiatan, R : pasien mengatakan
nyeri terasa di area kolostomi (perut sebelah kanan bawah), S : pasien
mengatakan nyeri mengakibatkan sulit beraktivitas, skala nyeri 6, T :
pasien mengatakan durasi nyeri ± 5-10 menit. Pasien mengatakan sudah
selesai melakukan operasi colostomy pada 24 Februari. Pasien
mengatakan gatal-gatal pada area sekitar kolostomy, terdapat kerusakan
jaringan kulit pada area luka operasi, tampak kemerahan pada area sekitar
kolostomy pasien, diameter kolostomy pasien = 4 cm. Pasien juga

Poltekkes Kemenkes
mengatakan sulit tidur, badan terasa lemah, lesu. Pasien terlihat pucat,
tidak bersemangat, tampak kantong mata dan kehitaman di area bawah
mata pasien. pasien merasa khawatir akan penyakit yang dideritanya,
pasien mengatakan sulit untuk berkonsentrasi, pasien mengeluh pusing,
pasien tampak gelisah, kontak mata pasien buruk.

b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Pasien mengatakan tidak ada riwayat kanker lain sebelumnya. Saat
pengkajian, pasien memiliki kebiasaan makanan siap saji, pemakaian
penyedap rasa pada makanan, tidak suka makan buah dan sedikit minum air
putih.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga pasien tidak ada mengalami penyakit keganasan/kanker.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit menular/penyakit
keturunan.

5. Kebutuhan Dasar
a. Makan
Sehat: Pasien makan biasanya 3x hari (pagi,siang,malam). Pasien makan 1
piring nasi setiap makan, tidak ada pantangan.

Sakit: Pasien megatakan nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien hanya menghabiskan ½ porsi diit yang telah diberikan karena tidak
berselera untuk makan.

b. Minum
Sehat : Pasien biasanya minum ±8 gelas/hari

Sakit: Pasien minum ±3 gelas/hari

Poltekkes Kemenkes
c. Tidur
Sehat: Pasien tidur ±7 jam/hari, kualitas tidur baik, tidak sering terbangun di
malam hari

Sakit: Pasien tidur ±3-4 jam/hari, kadang tidak tidur. Pasien sulit tidur
karena nyeri pada perut

d. Mandi
Sehat: Pasien mandi ±2x/hari (pagi dan sore)

Sakit: Pasien mandi ±1x/hari, kadang tidak mandi

e. Eliminasi
Sehat: Pasien BAB ±1x/hari, BAB lancar tidak ada lendir dan darah. BAB
padat, warna kuning. BAK ±4-5x/hari, warna kuning jernih. Tidak ada nyeri
saat BAB ataupun BAK

Sakit: 2 bulan yang lalu BAB pasien kecil seperti kotoran kambing
berwarna kehitaman. Pasien mengatakan BAB berdarah dan berlendir BAB
sulit keluar (konstipasi), pasien BAB tiap 2 jam sekali dengan konsistensi
cair, BAB bercampur bercampur darah dan lendir sebanyak 20cc setiap
pasien BAB. Warna BAB kuning. BAK pasien normal tidak ada keluhan
saat akan BAK ataupun sesudah BAK, dengan warna BAK kekuningan,
frekuensi BAK sekitar 5-6 kali sehari, bau khas.

f. Aktifitas pasien
Sehat: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sendiri (mandiri), tanpa
bantuan orang lain

Sakit: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sendiri, namun kadang


di bantu keluarga/perawat (seperti makan, minum, ke kamar mandi)

Poltekkes Kemenkes
6. Pemeriksaan Fisik

a. Tinggi / Berat Badan: 158 cm/ 40 kg (BB meurun saat sakit sebanyak 10 Kg ;
BB saat sehat 50 Kg, BB saat sakit 40 Kg).
b. IMT : BB/(TB)²
: 40 Kg/(1,58 m)²
: 16,02 (kurus)
c. Keadaan umum : Pasien lemah, GCS 15
d. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
e. Suhu : 36,8°C
f. Nadi : 80x/menit
g. Pernafasan : 20x/menit
h. Wajah : Wajah tampak pucat
i. Rambut : Rambut bersih, rambut sudah mulai memutih
sebagian
j. Telinga : Telinga bersih, tidak ada lesi, pendengaran kurang
jelas
k. Mata : Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik
l. Hidung : Hidung bersih, tidak ada lesi, tidak ada sekret, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada pernafasan cuping hidung
m. Mulut : Mukosa bibir kering, terlihat ada karies gigi,
keadaan gigi utuh, bau mulut pasien tidak enak.
n. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran getah bening
o. Kulit : Turgor kulit buruk, kering, terdapat stomata
(colostomy) pada perut bagian kanan bawah.
p. Ekstremitas
Atas : tidak terdapat oedema, tangan sebelah kanan terpasang IUFD RL 20
tetes/menit. CRT >3 detik, akral dingin
Bawah : tidak terdapat oedema, CRT >3 detik, akral dingin

Poltekkes Kemenkes
q. Sistem pernafasan
I : Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, pergerakan dada sama kiri dan
kanan
P : Tidak teraba massa
P : Sonor
A : Suara vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan

r. Sistem Kardiovaskuler :
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba
P : Batas jantung normal
A : Irama reguler

s. Sistem Pencernaan
I : Terdapat colostomy di bagian abdomen sebelah kanan bawah
P : Ada nyeri tekan, terdapat massa pada abdomen
P : timpani
A : Bising usus menurun (4x/menit)

t. Sistem Persyarafan : GCS 15

u. Sistem Geneturia : Keadaan genetalia bersih, pasien terpasang kateter,


urin biasa, tidak ada masalah

7. Data Psikologis
Status emosional : Tidak banyak bicara
Kecemasan : Pasien mengatakan sangat cemas
dengan kondisinya sekarang
Pola koping : Pasien berdoa agar diberikan kesembuhan dan

Poltekkes Kemenkes
dapat berkumpul serta bercanda lagi dengan
keluarganya

Gaya komunikasi : lebih sering berkomunikasi dengan bahasa


daerah (minang), lebih sering berkomunikasi
dengan keluarga saja

Konsep Diri : Pasien mengatakan menyukai semua bagian


tubuhnya

8. Data Ekonomi Sosial


Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga

9. Data Spiritual
Pasien banyak mengingat Allah SWT,banyak beristighfar dan berdoa kepada Allah
SWT agar diberi kesembuhan.

10. Pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang

Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Pria Wanita
26 feb’20 Hemoglobin 11,4 Gr/dl 14-18 12-16
26 feb’20 Leukosit 4.980 mm³ 5.000 – 10.000
26 feb’20 Trombosit 323.0 mm³ 150.000 – 400.000
00
26 feb’20 Hematokrit 36 % 40-48 37-43
27 feb’20 Ureum darah 15 Mg/dl 10,0-50,0
27 feb’20 Kreatinin 0,4 Mg/dl 0,8-1,3 0,6-1,2
darah
27 feb’20 Natrium 3,3 Mmol/ 3,5-5,1
L

Poltekkes Kemenkes
27 feb’20 Klorida 101 Mmol/ 97-111
serum L
27 feb’20 SGOT 19 u/i u/i <32 u/i
27 feb’20 SGPT 8 u/i u/i <31 u/i

11. Program Terapi Dokter

No Nama Obat Dosis Cara


1. Tutofusin 1 kolof IV
2. RL 1 kolof IV
3. Metoctopramid 1 gr IV
4. Ranitidine 1 amp IV
5. Ketorolac 1 gr IV
6. Kalnex 500 gr Tab
7. Vit. K 1 tab Tab

Mahasiswa

( )

NIM :

ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Ny. R

Poltekkes Kemenkes
NO. MR : 01.07.53.85
No. Data Etiologi Problem
1. Data Sekunder: Agen pencedera Nyeri
a Pasien megeluh nyeri fisiologis
b P : pasien mengatakan
nyeri pada area
kolostomi (perut sebelah
kanan bawah), nyeri
terasa seperti diiris-iris
Q : pasien mengatakan
nyeri terasa terus
menerus, nyeri berkurang
saat pasien beristirahat/
tidak melakukan
kegiatan
R : pasien mengatakan
nyeri terasa di area
kolostomi (perut sebelah
kanan bawah)
S : pasien mengatakan
nyeri mengakibatkan
sulit beraktivitas, skala
nyeri 6
T : pasien mengatakan
durasi nyeri ± 5-10 menit

Data Objektif:
a Pasien tampak meringis
b Pasien bersikap protektif
c Pasien tampak gelisah

Poltekkes Kemenkes
d Pasien tampak pucata
dan lemah
e TD : 130/90 mmHg
N : 86x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5°C

2. Data Subjektif: Nyeri Gangguan pola


a Pasien mengeluh sulit tidur
tidur karena nyeri di
bagian perut sebelah
kanan bawah.
b Pasien mengeluh sering
terjaga di malam hari
c Pasien mengatakan tidur
nyenyak hanya 2-3 jam.
d Pasien mengeluh pola
tidur berubah
e Pasien mengeluh
istirahat tidak cukup

Data Objektif :
a Pasien tampak lemah
b Pasien tampak lesu
c Pasien tampak pucat
d Pasien tampak tidak
bersemangat
e Terdapat kantong mata di
bawah mata pasien
f Terdapat lingkaran hitam
di sekitar mata pasien

Poltekkes Kemenkes
g Konjungtiva anemis
h TD : 130/90 mmHg
N : 86x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5°C
i Pasien tampak bersikap
protektif
j Pasien tampak gelisah

3. Data Subjektif: Ketidakmampuan Defisit nutrisi


a Pasien mengatakan nafsu mengabsorbsi
makan menurun nutrien
b Pasien mengatakan
kram/ nyeri abdomen

Data Objektif:
a Berat Badan menurun
(BB sebelum sakit : 50
Kg, BB saat sakit : 40
KG), TB : 158 cm
b IMT = BB/(TB)² 40
Kg/(1,58 m)² : 16,02
(kurus)
c Pasien tampak tidak
bertenaga
d Rambut pasien tampak
rontok
e Membran mukosa pasien
tampak pucat
f Diit = makanan lunak
(ML)

Poltekkes Kemenkes
4. Data Subjektif: Ancaman terhadap Ansietas
a Pasien mengatakan kematian
merasa khawatir akan
penyakitnya
b Pasien mengatakan
sulit berkonsentrasi
c Pasien mengeluh pusing
d Pasien mengatakan
merasa tidak berdaya

Data Objektif:
a Pasien tampak
gelisah b Pasien tampak
pucat c Kontak mata
pasien
buruk
5. Data Subjektif: Perubahan Gangguan
a Pasien mengatakan sirkulasi integritas kulit
terasa nyeri pada area
operasi
b Pasien mengatakan gatal-
gatal pada area sekitar
kolostomy

Data Objektif:
a Terdapat kerusakan
jaringan kulit/ luka pada
area operasi
b Terdapat kolostomi pada

Poltekkes Kemenkes
perut bagian kanan
bawah pasien
c Tampak kemerahan pada
area sekitar kolostomy
pasien.
d Diameter kolostomy =
4 cm

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. R

Poltekkes Kemenkes
NO. MR : 01.07.53.85

Tanggal No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda Tangan


Muncul Teratasi
1. Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik

2. Defisit nutrisi berhubungan


dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien.

3. Ansietas berhubungan dengan


ancaman terhadap kematian

4. Gangguan integritas
kulit/jaringan berhubungan
dengan perubahan sirkulasi

5. Gangguan pola tidur


berhubungan dengan nyeri

PERENCANAAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. R

Poltekkes Kemenkes
NO. MR : 01.07.53.85
No. Diagnosis Perencanaan
Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Nyeri akut a. Tingkat nyeri Managemen nyeri
berhubungan dengan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 a. Observasi
agen pencedera fisik 1. Identifikasi lokasi,
b. Kontrol nyeri karakteristik,
1) Dapat melaporkan durasi, frekuensi,
nyeri terkontrol kualitas, intensitas
2) Dapat mengenali nyeri
onset nyeri 2. Identifikasi skala
3) Dapat mengenali nyeri
penyebab nyeri 3. Identifikasi
4) Dapat menggunakan respons nyeri non
teknik non- verbal
farmakologis untuk 4. Identifikasi faktor
mengurangi nyeri yang memperberat
dan memperingan
nyeri
b. terapeutik
1. berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri ( teknik
nafas dalam)
2. kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis :
suhu ruangan)
3. fasilitasi istirahat
dan tidur
4. pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dan pemilihan
strategi meredakan
nyeri
c. edukasi
1. jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri

Poltekkes Kemenkes
4. anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
d. kolaborasi
kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Defisit nutrisi a. Status nutrisi Manajemen nutrisi


berhubungan dengan 1) Memiliki a. observasi
ketidakmampuan pengetahuan tentang 1. identifikasi status
mengabsorbsi nutrien. asupan nutrisi yang nutrisi
tepat 2. identifikasi alergi
2) Tidak ada nyeri dan intoleransi
abdomen makanan
3) Berat badan 3. identifikasi
normal/bertambah kebutuhan kalori
4) Frekuensi makan dan jenis nutrien
membaik 4. monitor asupan
5) Nafsu makan baik makanan
b. Fungsi gastrointestinal 5. monitor berat
1) Tidak ada mual badan
2) Tidak ada nyeri b. Terapeutik
abdomen Fasilitasi
makanan
yang sesuai/diet sesuai
c. Edukasi
Anjurkan diet yang
diprogramkan
d. Kolaborasi
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika
perlu
3. Gangguan pola tidur Pola tidur dukungan tidur
berhubungan dengan 1) Tidak sulit tidur a.observasi
nyeri 2) Tidak sering terjaga 1. identifikasi pola
3) Tidur puas aktivitas dan tidur
4) Pola tidur baik 2. identifikasi faktor
5) Istirahat adekuat pengganggu tidur

Poltekkes Kemenkes
(fisik/psikologis)
3. identifikasi
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
b.terapeutik
1. modifikasi
lingkungan (mis.
Pencahayaan)
2. batasi waktu tidur
siang, jika perlu
3. fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum tidur
4. tetapkan jadwal
tidur rutin
5. lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan
6. sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau untuk
menunjang siklus
tidur-terjaga
c.e dukasi
1. jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
2. anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
3. anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
4. ajarkan relaksasi
otot autogenik atau
cara
nonfarmakologi
lainnya

4. Ansietas Tingkat ansietas Terapi relaksasi


berhubungan dengan 1) Tidak ada a. observasi
ancaman terhadap verbalisasi 1. Identifikasi

Poltekkes Kemenkes
kematian kebingungan penurunan tingkat
2) Tidak ada energi,
verbalisasi khawatir ketidakmampuan
akibat kondisi yang berkonsentrasi, atau
dihadapi gejala lain yang
3) Tidak ada perilaku mengganggu
gelisah kemampuan
4) Tidak ada perilaku kognitif
tegang 2. Identifikasi teknik
5) Tidak ada keluhan relaksasi yang
pusing pernah efektif
6) Tidak pucat digunakan
3. Identifikasi
kesediaan,
kemampuan, dan
pengguanaan
teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respons
terhadap relaksasi
b.terapeutik
1. Ciptakan
lingkungan tenang
dan tanpa gangguan
dengan
pencahayaan dan
suhu ruangan
nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
3. Gunakan pakaian
longgar
4. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis
lain, jika sesuai

Poltekkes Kemenkes
c.e dukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi
yang tersedia
(teknik nafas
dalam)
2. Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering
menguangi atau
melatih teknik
relaksasi ( nafas
dalam)
6. Demonstrasikan
teknik relaksasi
(nafas dalam)

5. Gangguan integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan luka


kulit/jaringan a) Tidak ada nyeri a. observasi
berhubungan dengan b) Tidak ada 1. Monitor
perubahan sirkulasi perdarahan karakteristik luka
c) Tidak ada 2. Monitor tanda-
perdarahan tanda infeksi
d) Tidak ada c. Terapeutik
hematoma Ganti kantong
e) Tidak ada kolostomi dan
pigmentasi bersihkan stomata
abnormal d. edukasi
f) Tidak ada jaringan 1. Jelaskan tanda dan
parut gejala infeksi
2. Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
e. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat(antibiotik)
tertentu, jika perlu

Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. R


NO. MR : 01.07.53.85

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan (SOAP) Paraf


Keperawatan

Rabu/26-02- Nyeri akut 1. Kaji nyeri secara komprehensif S:


2020 berhubungan termasuk lokasi, karakteristik,
1. Ny.R mengatakan nyeri pada perut
dengan agen durasi, frekuensi, kualitas dan
P : pasien mengatakan nyeri pada
pencedera fisik faktor presipitasi
area kolostomi (perut sebelah kanan
2. Kaji dampak nyeri terhadap
bawah), nyeri terasa seperti diiris-
kualitas hidup
iris
3. mengkaji pengalaman individu
Q : pasien mengatakan nyeri terasa
terhadap nyeri
terus menerus, nyeri berkurang saat
4. Mengajarkan penggunaan teknik
pasien beristirahat/ tidak melakukan
non-farmakologis seperti teknik
kegiatan
nafas dalam
R : pasien mengatakan nyeri terasa
5. monitor TTV
di area kolostomi (perut sebelah
6. Memberikan obat anti nyeri
kanan bawah)
(Ketorolac 1 gr secara iv)
S : pasien mengatakan nyeri
mengakibatkan sulit beraktivitas,
skala nyeri 6
T : pasien mengatakan durasi nyeri
± 5-10 menit

Poltekkes Kemenkes
2. Ny R mengatakan nyerinya belum
ada berkurang setelah melakukan
teknik nafas dalam
O:

1. KU lemah
2. Ny.R tampak kesakitan
3. Ny.R tampak meringis
4. Ny R tampak gelisah
5. TD : 130/90 mmHg
6. N : 86x/menit
7. RR : 20x/menit
8. T : 36,5°C
A : Masalah nyeri akut belum teratasi

P : Melanjutkan pengkajian nyeri dan


teknik nafas dalam

Defisit nutrisi 1. Kaji status nutrisi pasien (kaji porsi S :


berhubungan makan pasien, frekuensi makan
dengan dan minum) 1. pasien mengatakan nafsu makan
ketidakmampuan 2. Kaji intake & output pasie klien berkurang
mengabsorbsi 3. Kaji apakah pasien memiliki alergi 2. Pasien mengatakan Badannya
nutrien. ata tidak turun sekitar 10 kg sejak sakit
4. Monitor asupan makanan (BB sehat 50 Kg, BB sakit 40 Kg)
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 3. Pasien mengatakan kram/nyeri
menentukan jumlah kalori dan abdomen

Poltekkes Kemenkes
nutrisi yang dibutuhkan pasien O:
6. Memberikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi 1. klien tampak kurus
7. Monitor adanya penurunan berat 2. IMT pasien 16,02 (kurus)
badan 3. Klien mengalami penurunan BB
8. Memonitor kulit kering dan sebanyak 10 kg
perubahan pigmentasi 4. Pasien tampak tidak bertenaga
9. Memonitor kekeringan, rambut 5. Rambut pasien tampak rontok
kusam, dan mudah patah 6. Membran mukosa pasien tampak
10. Memonitor mual dan muntah pucat
11. Memberikan obat meredakan mual 7. Diit : makanan lunak (ml)
dan muntah (Metoctopramide 1 gr
secara iv) A : Masalah defisit nutrisi belum teratasi

P : Intervensi manajemen nutrisi dan


monitor nutrisi

Gangguan pola 1. kaji pola aktifitas dan tidur S :


tidur pasien
berhubungan 2. kaji faktor pengganggu tidur 1. pasien mengeluh sulit tidur karena
dengan nyeri 3. kaji makanan/minuman yang nyeri di bagian perut sebelah
mengganggu tidur kanan bawah
4. memodifikasi lingkungan 2. pasien mengeluh sering terjaga di
untuk membuat nyaman tidur malam hari
pasien 3. pasien mengatakan tidur nyenyak
5. meminta pasien untuk hanya 2-3 jam
membuat jadwal tidur rutin 4. pasien mengeluh pola tidur
dan mempraktekkannya berubah

Poltekkes Kemenkes
6. menjelaskan pentingnya tidur 5. pasien mengeluh istirahat tidak
cukup selama sakit cukup
O:

1. pasien tampak lemah


2. pasien tampak lesu
3. pasien tampak pucat
4. terdapat kantong mata dibawah
mata pasien
5. terdapat lingkaran hitam disekitar
mata pasien
6. konjungtiva anemis

A : pasien masih mangalami sulit tidur

P : kaji pola tidur pasien dan anjurkan


mengikuti jadwal tidur rutin yang telah
dibuat

Ansietas 1. mengkaji skala cemas S:


berhubungan 2. mengkaji peyebab cemas pada
dengan ancaman pasien 1. pasien mengatakan merasa
terhadap 3. mencari teknik relaksasi untuk khawatir akan penyakitnya
kematian mengurangi cemas (teknik 2. pasien mengatakan sulit
nafas dalam) berkonsentrasi
4. meminta persetujuan pasien 3. Pasien mengeluh pusing
untuk melakukan teknik nafas 4. pasien mengatakan merasa tidak
dalam berdaya

Poltekkes Kemenkes
5. memperagakan teknik nafas O:
dalam dan meminta pasien
untuk menirukan 1. pasien tampak pucat
6. Monitor respons pasien 2. pasien tampak gelisah
terhadap teknik relaksasi 3. kontak mata pasien buruk
4. TD: 130/90 mmHg
5. N:86x/menit
6. RR: 20x/menit
7. T: 36,5°C

A : pasien masih mengeluh cemas

P : intervensi dilanjutkan (teknik nafas


dalam)

Gangguan 1. Mengkaji karakteristik luka S :


integritas pasien
kulit/jaringan 2. memonitor tanda-tanda 1. pasien mengatakan terasa nyeri
berhubungan infeksi pada bekas operasi pada area operasi
dengan perubahan 3. mengganti kantong kolostomi 2. pasien mengatakan gatal-gatal
sirkulasi dan membersihkan stomata pada area sekitar colostomy
4. memberikan obat O :
menghentikan perdarahan 1. terdapat kerusakan jaringan
(Kalnex 500 gr, Vit. K) kulit/luka pada area operasi
2. terdapat kolostomy pada perut
bagian kanan bawah pasien
3. tampak kemerahan pada area
sekitar kolostomy

Poltekkes Kemenkes
4. diameter kolostomi 4 cm

A : masalah gangguan integritas kulit


teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan (perawatan luka)

Jum’at/ 28 Nyeri akut 1. kaji nyeri secara S :


Februari 2020 berhubungan komprehensif termasuk
dengan agen lokasi, karakteristik, durasi, 1. Ny.R mengatakan masih neri pada
pencedera fisik frekuensi, kualitas dan faktor perut
presipitasi 2. P : pasien mengatakan nyeri pada
2. kaji dampak nyeri terhadap area kolostomi (perut sebelah
kualitas hidup kanan bawah), nyeri terasa seperti
3. mengkaji pengalaman diiris-iris
individu terhadap nyeri Q : pasien mengatakan nyeri
4. mengajarkan penggunaan terasa terus menerus, nyeri
teknik non-farmakologis berkurang saat pasien beristirahat/
seperti teknik nafas dalam tidak melakukan kegiatan
5. monitor TTV R : pasien mengatakan nyeri
6. memberikan obat anti nyeri terasa di area kolostomi (perut
(Ketorolac 1 gr secara iv) sebelah kanan bawah)
S : pasien mengatakan nyeri
mengakibatkan sulit beraktivitas,
skala nyeri 6
T : pasien mengatakan durasi
nyeri ± 5-10 menit
3. Ny R mengatakan nerinya belum

Poltekkes Kemenkes
ada berkurang setelah melakukan
teknik nafas dalam

O:

1. KU lemah
2. Ny.R tampak masih kesakitan
3. Ny.R tampak meringis
4. Ny R tampak gelisah
5. TD : 120/70 mmHg
6. N : 86 x/menir
7. RR : 20 x/menit
8. T : 36,5 °C
A : masalah nyeri akut belum teratasi

P : melanjutkan pengkajian nyeri dan


teknik nafas dalam

Defisit nutrisi 1. kaji status nutrisi pasien (kaji S :


berhubungan porsi makan pasien, frekuensi
dengan makan dan minum) 1. pasien mengatakan nafsu makan
ketidakmampuan 2. kaji intake & output pasie klien berkurang
mengabsorbsi 3. kaji apakah pasien memiliki 2. Badannya turun sekitar 10 kg
alergi ata tidak sejak sakit

Poltekkes Kemenkes
nutrien. 4. monitor asupan makanan O:
5. kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah 1. klien tampak kurus
kalori dan nutrisi yang 2. IMT pasien 16,02 (kurus)
dibutuhkan pasien 3. Klien mengalami penurunan BB
6. memberikan informasi tentang sebanyak 10 Kg dari saat pasien
kebutuhan nutrisi sehat
7. monitor adanya penurunan 4. Diit : ml
berat badan
8. memonitor kulit kering dan A : masalah defisit nutrisi belum teratasi
perubahan pigmentasi
9. memonitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah P : intervensi manajemen nutrisi dan
10. memonitor mual dan muntah monitor nutrisi
11. memberikan obat meredakan
mual dan muntah
(Metoctopramide 1 gr secara
iv)

Gangguan pola 1. kaji pola aktifitas dan tidur S :


tidur pasien
berhubungan 2. kaji faktor pengganggu tidur 1. pasien mengatakan sulit untuk
dengan nyeri 3. kaji makanan/minuman yang tidur
mengganggu tidur 2. Pasien mengatakan sering
4. memodifikasi lingkungan terbangun di malam hari
untuk membuat nyaman tidur O :
pasien 1. pasien tampak sulit lelah
5. meminta pasien untuk 2. Kulit di bawah mata pasien

Poltekkes Kemenkes
membuat jadwal tidur rutin tampak hitam dan cekung
dan mempraktekkannya 3. Pasien tampak lesu dan tidak
6. menjelaskan pentingnya tidur bersemangat
cukup selama sakit
A : pasien masih mangalami sulit tidur

P : kaji pola tidur pasien dan anjurkan


mengikuti jadwal tidur rutin yang telah
dibuat

Ansietas 1. mengkaji skala cemas S:


berhubungan 2. mengkaji peyebab cemas pada
dengan ancaman pasien 1. pasien mengatakan cemas atas
terhadap 3. mencari teknik relaksasi untuk penyakit yang dideritanya
kematian mengurangi cemas (teknik O :
nafas dalam) 1. pasien mengatakan cemas
4. meminta persetujuan pasien 2. Pasien tampak gelisah
untuk melakukan teknik nafas 3. Pasien tampak khawatir dengan
dalam kondisinya
5. memperagakan teknik nafas 4. TD: 130/90 mmHg
dalam dan meminta pasien 5. N:86x/menit
untuk menirukan 6. RR: 20x/menit
Monitor respons pasien 7. T: 36,5°C
terhadap teknik relaksasi
A : pasien masih mengeluh cemas

Poltekkes Kemenkes
P : intervensi dilanjutkan (teknik nafas
dalam)

Gangguan 1. Mengkaji karakteristik luka S:


integritas pasien
kulit/jaringan 2. memonitor tanda-tanda infeksi 1. pasien mengatakan nyeri pada
berhubungan pada bekas operasi bekas operasi/stomata sudah
dengan perubahan 3. mengganti kantong kolostomi berkurang
sirkulasi dan membersihkan stomata 2. Keluarga pasien mengatakan
4. memberikan obat (Vit. K) sudah bisa untuk mengganti
kantong stomata sendiri
3. Pasien mengatakan tidak terdapat
gatal pada area operasi/stomata

O:

1. stomata pasien tidak tampak tanda


tanda infeksi
2. Tidak ada perdarahan pada
stomata
3. Stomata terlitat tidak adanya
kemerahan

A : masalah gangguan integritas kulit


teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan (perawatan luka)

Poltekkes Kemenkes
Sabtu/ 29 Nyeri akut 1. kaji nyeri secara komprehensif S :
Februari 2020 berhubungan termasuk lokasi, karakteristik,
dengan agen durasi, frekuensi, kualitas dan 1. Ny.R mengatakan masih neri pada
pencedera fisik faktor presipitasi perut
2. kaji dampak nyeri terhadap 2. P : pasien mengatakan nyeri pada
kualitas hidup area kolostomi (perut sebelah
3. mengkaji pengalaman individu kanan bawah), nyeri terasa seperti
terhadap nyeri diiris-iris
4. mengajarkan penggunaan Q : pasien mengatakan nyeri
teknik non-farmakologis terasa terus menerus, nyeri
seperti teknik nafas dalam berkurang saat pasien beristirahat/
5. monitor TTV tidak melakukan kegiatan
6. memberikan obat anti nyeri R : pasien mengatakan nyeri
(Ketorolac 1 gr secara iv) terasa di area kolostomi (perut
sebelah kanan bawah)
S : pasien mengatakan nyeri
mengakibatkan sulit beraktivitas,
skala nyeri 4
T : pasien mengatakan durasi
nyeri ± 5-10 menit
3. Ny R mengatakan nyerinya sudah
mulai berkurang setelah
melakukan teknik nafas dalam
O:

1. KU lemah

Poltekkes Kemenkes
2. Ny. R sudah tidak begitu merasa
kesakitan
3. Ny R masih tampak gelisah
4. TD : 130/70mmHg
5. N : 84x/menit
6. RR : 20x/menit
7. T : 37°C
A : masalah nyeri akut sudah teratasi
sebagian

P : melanjutkan pengkajian nyeri dan


teknik nafas dalam

Defisit nutrisi 1. kaji status nutrisi pasien (kaji S:


berhubungan porsi makan pasien, frekuensi
dengan makan dan minum) 1. pasien mengatakan nafsu makan
ketidakmampuan 2. kaji intake & output pasie klien sudah mulai mebaik
mengabsorbsi 3. kaji apakah pasien memiliki 2. Berat Badan pasien sudah mulai
nutrien. alergi ata tidak bertambah
4. monitor asupan makanan 3. BB saat ini : 42 kg
5. kolaborasi dengan ahli gizi O:
untuk menentukan jumlah 1. klien mulai tampak berisi
kalori dan nutrisi yang 2. Pasien tampak lebih bersemangat
dibutuhkan pasien
6. memberikan informasi tentang A : masalah defisit nutrisi sudah teratasi
kebutuhan nutrisi sebagian
7. monitor adanya penurunan

Poltekkes Kemenkes
berat badan
8. memonitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi P : intervensi manajemen nutrisi dan
9. memonitor kekeringan, rambut monitor nutrisi
kusam, dan mudah patah
10. memonitor mual dan muntah
Gangguan pola 1. kaji pola aktifitas dan tidur S:
tidur pasien
berhubungan 2. kaji faktor pengganggu tidur 1. pasien mengatakan sudah mulai
dengan nyeri 3. kaji makanan/minuman yang bisa untuk memulai tidur
mengganggu tidur 2. Pasien mengatakan jarang
4. memodifikasi lingkungan terbangun saat tidur
untuk membuat nyaman tidur O:
pasien 1. hitam dan cekung di bawah mata
5. meminta pasien untuk mulai sedikit berkurang
membuat jadwal tidur rutin 2. Pasien tampak lebih bersemangat
dan mempraktekkannya
6. menjelaskan pentingnya tidur A : pasien masih mangalami sulit tidur
cukup selama sakit

P : kaji pola tidur pasien dan anjurkan


mengikuti jadwal tidur rutin yang telah
dibuat

Ansietas 1. mengkaji skala cemas S:


berhubungan 2. mengkaji peyebab cemas pada
dengan ancaman pasien 1. pasien mengatakan cemas atas
terhadap 3. mencari teknik relaksasi untuk penyakit yang dideritanya

Poltekkes Kemenkes
kematian mengurangi cemas (teknik
nafas dalam) O:
4. meminta persetujuan pasien
1. pasien mengatakan ccemas
untuk melakukan teknik nafas
2. Pasien tampak gelisah
dalam
5. memperagakan teknik nafas 3. Pasien tampak khawatir dengan
dalam dan meminta pasien kondisinya
untuk menirukan 4. TD : 130/70mmHg
6. Monitor respons pasien 5. N : 84x/menit
terhadap teknik relaksasi 6. RR : 20x/menit
7. T : 37°C

A : pasien masih mengeluh cemas

P : intervensi dilanjutkan (teknik nafas


dalam)

Gangguan 1. Mengkaji karakteristik luka S:


integritas pasien
kulit/jaringan 2. memonitor tanda-tanda infeksi 1. pasien mengatakan masih terasa
berhubungan pada bekas operasi nyeri pada bekas operasi/stomata
dengan perubahan 3. mengganti kantong kolostomi 2. Keluarga pasien mengatakan
sirkulasi dan membersihkan stomata belum berani untuk mengganti
kantong stomata sendiri
3. Pasien mengatakan tidak terdapat

Poltekkes Kemenkes
gatal pada area operasi/stomata

O:

1. stomata pasien tidak tampak tanda


tanda infeksi
2. Tidak ada perdarahan pada
stomata
3. Stomata berwarna kemerahan

A : masalah gangguan integritas kulit


belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan (perawatan luka)

Minggu/ 1 Nyeri akut 1. kaji nyeri secara komprehensif S :


Maret 2020 berhubungan termasuk lokasi, karakteristik,
dengan agen durasi, frekuensi, kualitas dan 1. Ny.R mengatakan nyeri sudah
pencedera fisik faktor presipitasi berkurang
2. kaji dampak nyeri terhadap 2. P : pasien mengatakan nyeri pada
kualitas hidup area kolostomi (perut sebelah
3. mengkaji pengalaman individu kanan bawah), nyeri terasa seperti
terhadap nyeri diiris-iris
4. mengajarkan penggunaan Q : pasien mengatakan nyeri
teknik non-farmakologis terasa terus menerus, nyeri
seperti teknik nafas dalam berkurang saat pasien beristirahat/
5. monitor TTV tidak melakukan kegiatan
R : pasien mengatakan nyeri

Poltekkes Kemenkes
6. memberikan obat anti nyeri terasa di area kolostomi (perut
(ranitidine) sebelah kanan bawah)
S : pasien mengatakan nyeri
mengakibatkan sulit beraktivitas,
skala nyeri 3
T : pasien mengatakan durasi
nyeri ± 3-5 menit
3. Ny R mengatakan nerinya belum
ada berkurang setelah melakukan
teknik nafas dalam
O:

1. KU lemah
2. Pasien sudah terlihat tidak begitu
merasa nyeri

3. Pasien terlihat tidak gelisah

4. Pasien terlihat lebih tenang

5. TD :120/70mmHg

6. N : 90x/menit

7. RR : 20x/menit

8. T : 37°C

A : masalah nyeri akut belum teratasi

P : melanjutkan pengkajian nyeri dan

Poltekkes Kemenkes
teknik nafas dalam

Defisit nutrisi 1. kaji status nutrisi pasien (kaji S:


berhubungan porsi makan pasien, frekuensi
dengan makan dan minum) 1. pasien mengatakan nafsu makan
ketidakmampuan 2. kaji intake & output pasie sudah membaik
mengabsorbsi 3. kaji apakah pasien memiliki 2. Berat badan pasien sudah
nutrien. alergi ata tidak bertambah (BB saat ini 43 Kg)
4. monitor asupan makanan O:
5. kolaborasi dengan ahli gizi 1. klien tampak lebih berisi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
A : masalah defisit nutrisi belum teratasi
dibutuhkan pasien
6. memberikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
7. monitor adanya penurunan P : intervensi manajemen nutrisi dan
berat badan monitor nutrisi
8. memonitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
9. memonitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. memonitor mual dan muntah
Gangguan pola 1. kaji pola aktifitas dan tidur S:
tidur pasien
berhubungan 2. kaji faktor pengganggu tidur 1. pasien mengatakan tidak begitu
dengan nyeri 3. kaji makanan/minuman yang sulit untuk tidur
mengganggu tidur 2. Pasien mengatakan jarang
terbangun saat tidur

Poltekkes Kemenkes
4. memodifikasi lingkungan 3. Pasien mengatakan tidur sudah
untuk membuat nyaman tidur mulai nyenyak
pasien O:
5. meminta pasien untuk
membuat jadwal tidur rutin 1. pasien tampak sulit lelah
dan mempraktekkannya 2. Hitam di bawah mata pasien
6. menjelaskan pentingnya tidur sudah mulai berkurang
cukup selama sakit 3. Pasien tampak lebih segar dan
bersemangat
A : pasien sudah tidak terlalu sulit untuk
tidur

P : kaji pola tidur pasien dan anjurkan


mengikuti jadwal tidur rutin yang telah
dibuat

Ansietas 1. mengkaji skala cemas S:


berhubungan 2. mengkaji peyebab cemas pada
dengan ancaman pasien 1. pasien mengatakan tidak terlalu
terhadap 3. mencari teknik relaksasi untuk cemas akan pemyakitnya
kematian mengurangi cemas (teknik O :
nafas dalam) 1. pasien mengatakan cemas
4. meminta persetujuan pasien 2. Pasien tidak tampak gelisah lagi
untuk melakukan teknik nafas 3. Pasien tampak tidak begitu
dalam khawatir dengan kondisinya
5. memperagakan teknik nafas 4. Pasien tampak lebih tenang
dalam dan meminta pasien 5. TD :120/70mmHg
untuk menirukan 6. N : 90x/menit

Poltekkes Kemenkes
6. Monitor respons pasien 7. RR : 20x/menit
terhadap teknik relaksasi 8. T : 37°C

A : pasien masih mengeluh cemas

P : intervensi dilanjutkan (teknik nafas


dalam)

Gangguan 1. Mengkaji karakteristik luka S:


integritas pasien
kulit/jaringan 2. memonitor tanda-tanda infeksi 1. pasien mengatakan masih terasa
berhubungan pada bekas operasi nyeri pada bekas operasi/stomata
dengan perubahan 3. mengganti kantong kolostomi 2. Keluarga pasien mengatakan
sirkulasi dan membersihkan stomata belum berani untuk mengganti
kantong stomata sendiri
3. Pasien mengatakan tidak terdapat
gatal pada area operasi/stomata

O:

1. stomata pasien tidak tampak tanda


tanda infeksi
2. Tidak ada perdarahan pada
stomata
3. Stomata berwarna kemerahan

A : masalah gangguan integritas kulit


belum teratasi

Poltekkes Kemenkes
P : intervensi dilanjutkan (perawatan luka)

Senin/ 2 Maret Nyeri akut 1. kaji nyeri secara komprehensif S :


2020 berhubungan termasuk lokasi, karakteristik,
dengan agen durasi, frekuensi, kualitas dan 1. Ny.R mengatakan masih nyeri
pencedera fisik faktor presipitasi pada perut
2. kaji dampak nyeri terhadap P : pasien mengatakan nyeri pada
kualitas hidup area kolostomi (perut sebelah
3. mengkaji pengalaman individu kanan bawah), nyeri terasa seperti
terhadap nyeri diiris-iris
4. mengajarkan penggunaan Q : pasien mengatakan nyeri
teknik non-farmakologis terasa terus menerus, nyeri
seperti teknik nafas dalam berkurang saat pasien beristirahat/
5. monitor TTV tidak melakukan kegiatan
6. memberikan obat anti nyeri R : pasien mengatakan nyeri
(ranitidine) terasa di area kolostomi (perut
sebelah kanan bawah)
S : pasien mengatakan nyeri
mengakibatkan sulit beraktivitas,
skala nyeri 3
T : pasien mengatakan durasi
nyeri ± 2-5 menit
2. Ny R mengatakan nyerinya sudah
berkurang setelah melakukan
teknik nafas dalam
O:

1. KU lemah

Poltekkes Kemenkes
2. Ny.R tampak lebih tenang
3. Pasien tidak tampak gelisah lagi
4. TD : 130/60mmHg
5. N : 86x/menit
6. RR : 20x/menit
7. T : 36,6°C
A : masalah nyeri akut sudah teratasi
sebagian

P : melanjutkan pengkajian nyeri dan


teknik nafas dalam

Defisit nutrisi 1. kaji status nutrisi pasien (kaji S:


berhubungan porsi makan pasien, frekuensi
dengan makan dan minum) 1. Pasien mengatakan nafsu makan
ketidakmampuan 2. kaji intake & output pasie sudah membaik
mengabsorbsi 3. kaji apakah pasien memiliki 2. Berat badan pasien sudah
nutrien. alergi ata tidak bertambah (BB saat ini 43 Kg)
4. monitor asupan makanan
5. kolaborasi dengan ahli gizi O:
untuk menentukan jumlah
1. klien tampak lebih berisi
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
A : masalah defisit nutrisi sudah teratasi
6. memberikan informasi tentang
sebagian
kebutuhan nutrisi
7. monitor adanya penurunan
berat badan

Poltekkes Kemenkes
8. memonitor kulit kering dan P : intervensi manajemen nutrisi dan
perubahan pigmentasi monitor nutrisi
9. memonitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. memonitor mual dan munta
Gangguan pola 1. kaji pola aktifitas dan tidur S:
tidur pasien
berhubungan 2. kaji faktor pengganggu tidur 1. pasien mengatakan tidak begitu
dengan nyeri 3. kaji makanan/minuman yang sulit untuk tidur
mengganggu tidur 2. Pasien mengatakan jarang
4. memodifikasi lingkungan terbangun saat tidur
untuk membuat nyaman tidur 3. Pasien mengatakan tidur sudah
pasien mulai nyenyak
5. meminta pasien untuk O:
membuat jadwal tidur rutin
1. pasien tampak sulit lelah
dan mempraktekkannya
2. Hitam di bawah mata pasien
6. menjelaskan pentingnya tidur
sudah mulai berkurang
cukup selama sakit
3. Pasien tampak lebih segar dan
bersemangat

A : pasien sudah tidak terlalu sulit untuk


tidur

P : kaji pola tidur pasien dan anjurkan


mengikuti jadwal tidur rutin yang telah
dibuat

Poltekkes Kemenkes
Ansietas 1. mengkaji skala cemas S:
berhubungan 2. mengkaji peyebab cemas pada
dengan ancaman pasien 1. pasien mengatakan tidak terlalu
terhadap 3. mencari teknik relaksasi untuk cemas akan penyakitnya
kematian mengurangi cemas (teknik O :
nafas dalam) 1. pasien terlihat lebih tenang
4. meminta persetujuan pasien 2. Pasien bisa menerima keadaan
untuk melakukan teknik nafas 3. Pasien tampak tidak terlalu
dalam khawatir dengan kondisinya
5. memperagakan teknik nafas 4. TD: 130/90 mmHg
dalam dan meminta pasien 5. N:86x/menit
untuk menirukan 6. RR: 20x/menit
6. Monitor respons pasien 7. T: 36,5°C
terhadap teknik relaksasi
A : masalah ansietas teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan (teknik nafas


dalam)

Gangguan 1. Mengkaji karakteristik luka S:


integritas pasien
kulit/jaringan 2. memonitor tanda-tanda infeksi 1. pasien mengatakan nyeri pada
berhubungan pada bekas operasi bekas operasi/stomata sudah
dengan perubahan 3. mengganti kantong kolostomi berkurang
sirkulasi dan membersihkan stomata 2. Keluarga pasien mengatakan
sudah bisa untuk mengganti
kantong stomata sendiri
3. Pasien mengatakan tidak terdapat

Poltekkes Kemenkes
gatal pada area operasi/stomata

O:

1. stomata pasien tidak tampak tanda


tanda infeksi
2. Tidak ada perdarahan pada
stomata
3. Stomata terlitat tidak adanya
kemerahan
A : masalah gangguan integritas kulit
teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan (perawatan luka)

Poltekkes Kemenkes
Lampiran 10

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH (KTI)


PRODI KEPERAWATAN PADANG JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

NAMA : Felia Yolanda


NIM 173110205
PEMBIMBING 1 : Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni.M.Kep.Sp.KMB
JUDUL PROPOSAL : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker
Kolon di Ruangan IRNA Bedah RSUP
Dr.M.Djamil Padang

No Tanggal Kegiatan dan Saran Pembimbing Paraf

1
2
3
4
5
6
7
8
Ctt:

1. Lembar konsul harus dibawa setiap kali konsul


2. Lembar konsul diserahkan ke panitia sidang sebagai salah satu
syarat pendaftaran sidang

Mengetahui
Ketua Prodi
Keperawatan Padang

Heppi Sasmita.S.Kep,M.Kep,Sp.Jiwa

Nip. 19701020 199303 2 002

1
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
PRODI KEPERAWATAN PADANG JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
NAMA : Felia Yolanda
NIM 173110205
PEMBIMBING 2 : Ns. Nova Yanti, S.Kep, M.Kep, Sp. KMB
JUDUL PROPOSAL : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker
Kolon di Ruangan IRNA Bedah RSUP
Dr.M.Djamil Padang

No Tanggal Kegiatan dan Saran Pembimbing Paraf

1
2
3
4
5
6
7
8
Ctt:

1. Lembar konsul harus dibawa setiap kali konsul


2. Lembar konsul diserahkan ke panitia sidang sebagai salah satu
syarat pendaftaran sidang

Mengetahui

Ketua Prodi
Keperawatan Padang

Heppi Sasmita.S.Kep,M.Kep,Sp.Jiwa

Nip. 19701020 199303 2 002

Anda mungkin juga menyukai