4i\
I
Di‹v rv n Uleh
?nIt”.41a. ?i.hey
?0?%?108 '
T.4I1L% 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOMIELITIS
A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau proses spesifik
(m.tuberkulosa, jamur).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih
sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis
eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik.
2. Anatomi Fisiologi
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk
pada tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung
dan melindungi lunak organ, terutama dalam tengkorak dan panggul.
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat
untuk melekatkan otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang
juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur dan fosfat.
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatkan otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh.
Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang.
Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan darah. Tulang
banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam- garam
kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku., Tetapi sepertiga dari bahan
tersebut adalah fibrosa yang kuat dan elastis.
Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah kontrol pada
batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang antra
lain: tulang koksa, tulang femur, tibia, fibula, patella, tarsalia, meta tarsalia,
dan falang.
Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran
dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon, ligamen,
bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur
tersebut. Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis
sel antara lain: osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun
tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks
tulang dan jaringan osteoid melalui suatu proses yang di sebut osifikasi.
Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas
mengsekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peran
penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang.
Ostesit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas adalah sel-sel besar
berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat di
absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit, osteklas mengikis tulang. Sel-
sel ini menghsilkan enzim-enzim proteolotik yang memecahkan matriks
dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan
fosfat terlepas ke dalam aliran darah
3. Etiologi
Osteomielitis hematogen akut dapat disebabkan oleh:
a. Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak
90% dan jarang oleh Streptococcus hemolyticus
b. Haemophilus influenzae (5-50%) pada usia di bawah 4 tahun
c. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, Proteus
mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerob yaitu Bacterioides fragilis.
4. Patofisiologi
Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung
pada usia, daya tahan klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman.Infeksi
terjadi melalui saluran darah dari focus ditempat lain dalam tubuh pada fase
bakteremia dan dapat menimbulkan septikimia. Embulus infeksi kemudian
masuk ke dalam juksta empifisis pada daerah metafisis tulang panjang.
Proses selanjutnya adalah tejadi hyperemia dan edema di daerah
metafisis di sertai dengan pembentukan pus. Terbentuknya pus ketika
jaringan tulang tidak dapat bersekpensi,menyebabkan tekanan dalam tulang
meningkat. Peningkatan tekanan dalam tulang menyebabkan terjadinya
sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulng dan akhirnya
menyebabkan nekrosis tulang.disamping proses yang di sebutkan di atas,
pembentukan tulang baru yang ektensif terjadi pada dalam poreosteus
sepanjang deafisis (terutam pada anak-anak) sehingga terbentuk suatu
lingkungan tulang seperti peti mayat dengan jaringan sekuestrum di
dalamnya.proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke dua. Apabila pus
menembus tulang, terjadi pengalian pus (discharge) keluar melalui lubang
yang di sebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada
tahap selanjutnya, penyakit osteomielitis kronis. Pada daerah tulang
kanselus, infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang
membentuk abses tulang kronis.
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis osteomeilitis hematogen bergantung pada stadium
fotogenesis penyakit. Osteomeilitis hematogen berkembang secara
cepat.pada keadaan ini, mungkin dapat ditemukan infeksi bakteri pada kulit
dan saluran nafas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri konstan pada daerah
infeksi atau nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang
bersangkutan. Gejala timbul akibat bakteremia dan septikimia yang berupa
nafas tinggi, malaise, serta nafsu makan yang berkurang. Pada orang
dewasa, lokasi infeksi nya biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal
yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urogolis dan dapat di
temukan riwayat diabetes militus, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau
pengobatan dengan imunosupresif. Oleh karena itu, riwayat tentang hal
tersebut perlu ditanyakan.
6. Pathway Keperawatan
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah; sel darah putih meningkat sampai 30.000 disertai
laju endap darah; pemeriksaan titer antibody anti-stafilokokus;
pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakterinya dan di ikuti
uji sensetivitas. Selain itu, harus diperiksa adanya penyakit anemia sel
sabit yang merupakan jenis osteomeilitis yang jarang terjadi.
Pemeriksaan feces; pemeriksaan feces untuk kultur dilakukan bila
trdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri. Pemeriksaan biopsy;
pemeriksaan di lakukan pada tempat yang di curigai. Pemeriksaan
ultra sound; pemeriksaan ini dapat memperlihatkan efusi pada sendi.
b. Pemeriksaan radiologi; Pada pemeriksaan foto polos sepuluh hari
pertama, tidak di temukan kelainan radiologis yang berarti, dan
mungkin hanya di temukan pembengkakan jaringan lunak. Gambaran
destruksi tulang dapat dilihat setelah sepuluh hari (2 minggu).
Pemeriksaan radioisotope akan memperlihatkan penangkapan isotop
pada daerah lesi.
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan di rumah sakit
b. Pengobatan suportif dengan pemberian infus
c. Pemeriksaan biakan darah
d. Antibiotikspektrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun
gram negatif diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah
secara parenteral selama 3-6 minggu.
e. Imobilisasi anggota gerak yang terkena
f. Tindakan pembedahan
Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah :
1) Adanya abses
2) Rasa sakit yang hebat
3) Adanya sekuester
4) Bila mencurigakan adanya perubahan ke arah keganasan
(karsinoma epedermoid). saat yang terbaik untuk melakukan
tindakan pembedahan adalah bila involukrum telah cukup kuat
untuk mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
9. Komplikasi
Osteomielitis yang tidak ditangani dengan tepat bisa menimbulkan
berbagai komplikasi, antara lain:
a. Kematian tulang atau osteonekrosis. Infeksi pada tulang yang
menghambat sirkulasi darah di dalam tulang. Kondisi ini bisa berujung
pada kematian tulang.
b. Artritis septik. Infeksi di dalam tulang yang bisa menyebar ke sendi
terdekat.
c. Kanker kulit. Kondisi ini dapat menyebabkan luka terbuka dan
mengeluarkan nanah. Kulit di sekitarnya berisiko lebih tinggi terserang
kanker sel skuamosa.
d. Gangguan pertumbuhan. Gangguan pada anak ini bisa terjadi jika
osteomielitis terjadi di daerah yang lebih lunak (lempeng pertumbuhan),
di kedua ujung tulang panjang lengan dan kaki.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (misal: nyeri local,
pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus
disertai nyeri, pembengkakan, dan demam sedang. Pasien dikaji adanya
factor resiko (misal: lansia, diabetes, terapi kostikoroid jangka panjang)
dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien selalu
menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan
perlindungan. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan
umum akaibat reaksi sistemik infeksi.
Pemerikasaan fisik memperlihatkan adanya daerah imflamasi,
pembengkakan nyata, hangat yang disertai nyeri tekan. Cairan purulen
dapat terlihat. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada
osteomielitis kronik, peningkatan suhu tubuh mingkin minimal, yang
terjadi pada sore dan malam hari.
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien
gangguan sistem musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada
lokasi dan adanya komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan
osteomielitis meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
a. Anamnesis.
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:
1) Identitas: nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomer register, tanggal masuk rumah sakit, dan
agnosis medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus
osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperolehpengkajian
yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan
metode PQRST:
Provoking Incident: Hal yang menjadi factor presipitasi
nyeri adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma,
hermatoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan
salah satu factor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut
Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief: Nyeri dapat reda dengan
imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau
menyebar.
Severity (Scale) of Pain: Nyeri yang dirasakan klien secara
subjek antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah bentuk pada malam hari atau siang hari.
2) Riwayat penyakit sekarang. Kaji adanya riwayat trauma faktur
terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema, hematoma, dan
hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur
terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan
pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri
disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada osteomielitis
kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.
3) Riwayat penyakit dahulu. Ada riwayat infeksi tulang, biasanya
pada daerah vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat
torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya
riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan,
pengobatan dengan imunosupresif.
4) Riwayat psikososial spiritual. Perawat mengkaji respons emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
kluarganya serta masyarakat, respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat. Pada kasus osteomielitis akan timbul ketakutan
terjadi kecacatan dank lien harus menjalani penatalaksanaan
kesehatan untuk membantu penyembuhan tulang. Selain itu,
pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti
penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu mtabolisme
kalsium, konsumsi alcohol yang dapat mengganggu
keseimbangan, dan apakah klien melakukan olahraga. Klien
akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat
karena klien menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada
klien ostiomielitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat
prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu
melaksanakan aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan citra diri)
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
Keadaan umum meliputi:
1) Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis
yang bergantung pada keadaan klien).
2) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan
pada kasus osteomielitis biasanya akut).
3) Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan
komplikasi septikimia.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
a. Nyeri yang berhubungan dengan abses tulang, pertumbuhan tulang
baru dan pengeluaran pus
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kemampuan pergerakan
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses
pembentukan tulang baru, pengeluaran pus tirah baring lama dan
penekanan lokal.
d. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit
e. Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi
Muttaqin. 2015. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta (ID): EGC.
Rasjad. 2017. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta (ID): PT.Yarsif Watampone
Dbasaa Okh
SBZYANL,
5.Xcy
202Mt33067
CI Prakte
1b k
N
s
A. PENGKAJIAN
1. DATA DEMOGRAFI
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. H
Umur : 38 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
Alamat : Ds. Lembah Mukti
Diagnosa medis : Post Op Remove
Inplant No. Register : 10-20-56
Tanggal MRS : 26-02-2021
Ruang / Kelas : Teratai/III
Tgl Pengkajian : 09 Maret 2021 (11.00 WITA)
2. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada kaki kanan bekas operasi.
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 26 Februari 2021 dengan keluhan
nyeri pada kaki sebelah kanan. Klien mengatakan akibat tertimpa pohon.
Keluhan di rasakan sejak kurang lebih 8 bulan lalu.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 9 maret 2021 klien mengatakan
nyeri pada bekas luka operasi dibagian fibula sinistra
P: Klien mengatakan nyeri saat digerakan dan pada waktu diganti verban
Q: Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri bekas operasi
S: Skala nyeri 6
T: Klien mengatakan nyeri hilang timbul pada saat digerakan
Pada saat dikaji, klien juga tampak cemas dengan proses penyembuhannya
dan klien tampak kesulitan melakukan melakukan aktifitas. Ekspresi wajah
tampak meringis. Klien mengatakan sulit menggerakan tubuhnya. Terpasang
infus pada tangan kanan dan terpasang pen terbalut verban pada kaki kiri.
C D
Keterangan:
= Laki-laki
=
Perempuan
= Klien
= Tinggal serumah
A = Orang tua dari klien
B = Orang tua dari istri klien
C = Saudara klien
D = Saudara istri klien
E = Anak klien
6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Klien tinggal di tempat yang cukup padat penduduk. Klein mengikuti
kegiatan sosial dilingkunganya
b. Hubungan klien dengan lingkungan sekitar tempat tinggal baik, dan klien
puas dengan keadaan dirinya apa adanya.
c. Klien mengatakan semua biaya dirinya di RS di tanggung oleh BPJS yang
klien miliki.
d. Klien mengatakan bahwa klien menerima keadaan penyakitnya yang
diderita saat ini.
7. RIWAYAT SPIRITUAL
Klien melakukan ibadah atau sholat saat di rumah dan saat dirumah sakit klien
tidak pernah sholat.
8. AKTIVITAS SEHARI-HARI
KEGIATAN ADL DIRUMAH ADL DI RS
Pemenuhan nutrisi :
Makan dan Minum Nasi putih + lauk Makan bubur
Air putih Air putih, susu
Porsi 3x sehari 3-4 sendok makan/hari
1 piring sedang 3-4 gelas sehari
3-4 gelas sehari
Kesukaan Minum teh dan biskuit Tidak ada
Kesulitan Tidak ada Muntah saat makan
Eliminasi
BAK
Frekuensi 2-3 kali/hari 1600cc (terpasang
kateter)
Warna kuning kuning
Bau khas khas
BAB
Frekuensi 1-2 kali sehari
Warna kuning kuning
Bau lunak lunak
Kesulitan Tidak ada Jarang BAB selama
dirawat
Istirahat dan Tidur
Waktu 21.00 - 05.00 23.00- 03.30
Lama tidur 7-8 jam 4-5 jam
Kesulitan Tidak ada Ada kesulitan tidur
karena nyeri yang
dirasakan
Personal Hygine
Mandi 2x sehari Sejak dirawat
Belum pernah mandi
Cuci rambut Tidak menentu Belum pernah cuci
rambut sejak dirawat
Sikat gigi 1x sehari Belum pernah sikat
gigi sejak dirawat
Potong kuku 2x seminggu Sejak dirawat tidak
pernah potong kuku
9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. GCS : E: 4 M: 6 V: 5
d. Tinggi Badan : 160 cm
e. Berat Badan : 68 kg
f. Ekspresi wajah : wajah klien tampak meringis menahan nyeri
g. TTV : S : 36,5 0 C
N : 80 x/Menit
R : 20x/menit
TD : 110/70 mmHg
h. Sistem pernafasan :
Inspeksi :
bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping
hidung, bentuk dada simetris kiri dan kanan,tidak terdapat retraksi dinding
dada tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, dengan frekuensi
pernafasan 20x/menit.
Palpasi :
Vocal fremitus klien teraba saat klien mengatakan satu satu,tidak ada
nyeri tekan,
Perkusi :
Saat diperkusi bunyi paru sonor.
Auskultasi :
Suara nafasa vesiculer , tidak ada bunyi nafas tambahan.
i. Sistem integumen
Inspeksi :
Warana kulit sawo matang ,suhu 36,5oC, rambut beruban keadaan rambut
lepek da berminyak
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan kulit lengket
j. Sistem pengindraan
Inspeksi : mata simetris kiri dan kanan,sclera tidak ikterus, gerakan bola
mata baik, kpnjungtiva tidak anemis, klien rabun jauh, pada hidung klien
dapat membedakan bau, telinga masih bisa mendengar dengan baik
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan/massa pada mata hidumh dan telinga,
k. Sistem kardiovaskuler :
Inspeksi :
tidak terdapat sianosis
Palpasi :
CRT < 2 detik, tidak ada pembesaran arteri karotis, frekuensi nadi 80x/
menit, konjungtiva tiak anemis, akral teraba hangat.
Auskultasi :
Tekan darah 110/70 mmHg , bunyi jantung S1 dan S2 murni.
l. Sistem pencernaan
Inspeksi :
Jumlah gigi tidak lengkap, gigi tampak kotor, tampak luka operasi yang
tertutup verban di bagian peruh bawah sebelah kiri,terpasang drain
Palpasi :
Nyeri tekan pada abdomen dengan sala 6
Auskultasi : bisisng usus 8x/menit
Perkusi : bunyi timpani
m. Sistem Syaraf
1) Funsgi Cerebral
Status mental baik
Kesadaran Composmentis dengan GCS 15
2) Fungsi Cranial
Seluruh fungsi nervus cranial tidak ada kelainan
n. Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas : ekstremitas kiri dan kanan simetris, tidak ada lesi, pada
tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes/menit, tampak lemah untuk
bergerak
Ekstremitas bawah : ekstremitas kiri terdapat luka operasi terbalut verban
dan susah digerakan.
5 5
5 2
10. PENGOBATAN :
a. IVFD RL 0,9 % 20 tetes/menit
b. Cefazolin 1Gr/12 J/IV
c. Gentamicin 1 Amp/12 J/IV
d. Ketorolac 1 Amp /8 J/IV
e. Ranitidin 1 Amp/12 J/IV
5 5
5 2
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri (post operasi)
2. Gangguan mobiltas fisik berhubungan dengan pembatasan pergerakan
3. Kecemasan berhubungan dengan koping individu tidak efektif
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan dalam beraktifitas
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
O:
Wajah klien tampak meringis
Terpasang infus di tangan kanan
Skala nyeri 5
TTV:
TD. 120/80 mmHG
R. 20 X/menit
N. 80 X/Menit
S. 36,5 0C
A: Nyeri Akut
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Pertahankan tirah baring selama fase
akut.
3. Beri tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan nyeri, misalnya:
relaksasi, distraksi, tarik nafas
dalam.
4. Bantu pasien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan
5. Edukasi pasien
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik
2 10-3-2021 S:
Klien mengatakan masih sulit menggerakan
11.45 tubuhnya.
O:
Klien tampak kesulitan melakukan aktifitas
Terpasang pen pada kaki kiri
P: Lanjutkan intervensi
1. Ajarkan dan berikan dorongan pada
klien untuk melakukan program latihan
secara rutin
2. Ajarkan teknik ambulasi dan
perpindahan yang aman kepada klien
dan keluarga.
3. Beri penguatan positif untuk berlatih
mandiri dalam batasan yang aman.
4. Dorong klien melakukan latihan untuk
memperkuat anggota tubuh
3 10-3-2021 S:
Klien masih menanyakan tentang
11.45 penyembuhan luka operasinya.
O:
Klien tampak cemas
A: Kecemasan
P: lanjutkan intervensi
1. Tenangkan klien
2. Berikan informasi tentang
diagnosa prognosis dan tindakan
3. Gunakan pendekatan dan sentuhan
4. Temani pasien untuk mendukung
keamanan dan penurunan rasa takut
5. Intruksikan kemampuan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
4 10-3-2021 S:
Klien sudah membersihkan diri dibantu
11.45 oleh keluarga walaupun hanya
menggunakan lap basah
O:
Keadaan umum masih lemah
Aroma kurang sedap dari pasien sudah
berkurang
A: Defisit Perawatan Diri
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
2. Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
3. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
No Tanggal/
DK Jam Catatan Perkembangan (S.O.A.P) Ttd
1 11-3-2021 S:
10.00 Klien mengatakan masih nyeri pada waktu
digerakan dan ganti verban tapi sudah
berkurang
O:
Terpasang infus di tangan kanan
Skala nyeri 4
TTV:
TD. 120/80 mmHG
R. 20 X/menit
N. 80 X/Menit
S. 36,5 0C
A: Nyeri Akut
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Pertahankan tirah baring selama fase
akut.
3. Beri tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan nyeri, misalnya:
relaksasi, distraksi, tarik nafas
dalam.
4. Bantu pasien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan
5. Edukasi pasien
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik
2 11-3-2021 S:
Klien mengatakan masih sulit menggerakan
10.00 tubuhnya.
O:
Klien tampak kesulitan melakukan aktifitas
Terpasang pen pada kaki kiri
P: Lanjutkan intervensi
1. Ajarkan dan berikan dorongan pada
klien untuk melakukan program latihan
secara rutin
2. Ajarkan teknik ambulasi dan
perpindahan yang aman kepada klien
dan keluarga.
3. Beri penguatan positif untuk berlatih
mandiri dalam batasan yang aman.
4. Dorong klien melakukan latihan untuk
memperkuat anggota tubuh
3 11-3-2021 S:
Klien sudah memahami mengenai proses
10.00 penyembuhan luka operasinya.
O:
P: lanjutkan intervensi
4 11-3-2021 S:
Klien sudah membersihkan diri dibantu
10.00 oleh keluarga walaupun hanya
menggunakan lap basah
O:
Keadaan umum masih lemah
Aroma kurang sedap dari pasien
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
2. Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
3. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
No Tanggal/
DK Jam Catatan Perkembangan (S.O.A.P) Ttd
1 12-3-2021 S:
Klien mengatakan masih nyeri pada waktu
11.00 digerakan dan ganti verban tapi sudah
berkurang dari sebelumnya
O:
Terpasang infus di tangan kanan
Skala nyeri 4
TTV:
TD. 120/80 mmHG
R. 20 X/menit
N. 80 X/Menit
S. 36,5 0C
A: Nyeri Akut
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Pertahankan tirah baring selama fase
akut.
3. Beri tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan nyeri, misalnya:
relaksasi, distraksi, tarik nafas
dalam.
4. Bantu pasien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan
5. Edukasi pasien
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik
2 12-3-2021 S:
Klien mengatakan sudah bisa menggerakan dan
11.00 melakukan aktifitas minimal.
O:
Klien masih tampak kesulitan melakukan
aktifitas
Terpasang pen pada kaki kiri
P: Lanjutkan intervensi
1. Ajarkan dan berikan dorongan pada
klien untuk melakukan program latihan
secara rutin
2. Ajarkan teknik ambulasi dan
perpindahan yang aman kepada klien
dan keluarga.
3. Beri penguatan positif untuk berlatih
mandiri dalam batasan yang aman.
4. Dorong klien melakukan latihan untuk
memperkuat anggota tubuh
4. 12-3-2021 S:
Klien sudah membersihkan diri dibantu oleh
11.00 keluarga walaupun hanya menggunakan lap
basah
O:
Keadaan umum masih lemah
Aroma kurang sedap dari pasien sudah
berkurang
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
2. Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
3. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
TI2LAAH JURNAL
JURNAL KASUS
EFEKTIFITAS PERBANDINGAN KOMBINASI CLINDAMYCIN DAN
EKSTRAK NANNOCHLOROPSIS OCULATA TERHADAP PENINGKATAN
KEPADATAN KOLAGEN
PADA OSTEOMIELITIS
C. Analisis Jurnal
6. Pendahuluan
Osteomielitis merupakan proses peradangan dengan infeksi bakteri yang
terjadi pada tulang dan sumsum tulang. Infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh
infeksi yang disebabkan mikroorganisme odontogenik yang dominan yaitu
Staphilococcus aureus dan fraktur mandibula yang dapat terjadi akut maupun
kronis. Pada manusia, osteomielitis lebih sering terjadi pada mandibula karena lesi
bersifat lebih menyebar, aliran suplai darah pada mandibula kurang dan sering
terjadi pada bagian posterior dari mandibula.
Penanganan osteomielitis masih merupakan masalah dalam bidang orthopedi
karena membutuhkan biaya yang besar, waktu yang lama ,pengalaman yang cukup
dari dokter bedah, dan penanganannya sulit. Osteomielitis sulit untuk didiagnosis
dan belum ada pendekatan prospektif untuk mengidentifikasi sehingga
penyembuhannya cukup sulit, karena sering disertai kekambuhan dan eksaserbasi.
7. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian true experimental laboratories dengan
desain penelitian Post Test Only Control Group Design. Dalam desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Dalam desain ini baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
dibandingkan. Kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan sedangkan kelas
kontrol tidak mendapatkan perlakuan.
8. Hasil
Terdapat perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan antara K1 dengan K2
(p=0,037), K1 dengan K3 (p=0,013), K1 dengan K4 (p=0,002), K1 dengan K5
(p=0,013), dan terdapat perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan antara K2
dan
K5 (p=0,013). Tetapi tidak terdapat perbedaan kepadatan kolagen secara signifikan
antara K2 dan K3 (p=1,000), K2 dan K4 (p=0,288).
9. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan tikus wistar putih (rattus novergicus strain wistar)
jantan dengan berat badan berkisar 150-200 gram dan berusia 3 bulan sebanyak 40
ekor. Pemilihan tikus wistar sebagai model hewan coba karena merupakan mamalia
yang mempunyai tipe metabolisme sama dengan manusia sehingga hasilnya dapat
digeneralisasi pada manusia. Penggunaan hewan coba tikus berjenis kelamin jantan
dengan dasar pertimbangan memiliki metabolisme tubuh seperti manusia
dibandingkan dengan tikus berkelamin betina.
Pada kelompok kontrol negatif terjadi invasi bakteri Staphylococcus aureus
kedalam tulang mandibula menyebabkan kerusakan jaringan secara langsung dan
mempunyai kemampuan untuk tumbuh serta menghindar dari imunitas inang,
sehinga dalam penanganannya dibutuhkan pengobatan yang maksimal.
Perlakuan yang dilakukan pada kelompok kontrol positif menggunakan
antibiotik yang mana merupakan terapi utama pada osteomielitis. Clindamycin
sering digunakan karena merupakan obat yang yang cukup baik untuk bakteri
Staphylococcus aureus dan anaerob. Clindamycin bekerja dengan cara mengikatkan
dirinya pada subunit 30S dari ribosom bakteri yang berperan dalam menghambat
sintesis protein dengan menghalangi perlekatan tRNAaminoasil yang bermuatan,
sehingga clindamycin menghalangi penambahan asam amino baru pada rantai
peptida yang terbentuk.
Hasil dari skoring jumlah kepadatan kolagen antara kelompok kombinasi
clindamycin dan ekstrak Nannochloropsis oculata 50 mg dan 100 mg dibanding
kelompok clindamycin, hanya ekstrak Nannochloropsis oculata dengan dosis 200
mg yang terdapat peningkatan jumlah kepadatan kolagen secara signifikan.
10. Kesimpulan
Kelompok perlakuan clindamycin saja hanya dapat menghambat pertumbuhan
bakteri tetapi tidak dapat meningkatkan jumlah kepadatan kolagen secara
signifikan. Sedangkan kelompok perlakuan clindamycin dengan kelompok
kombinasi clindamycin dengan ekstrak Nannochloropsis oculata 200 mg terjadi
peningkatan kepadatan kolagen secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak
Nannochloropsis
oculata 50 mg dan 100 mg. Hal ini disebabkan pada kelompok kombinasi ekstrak
Nannochloropsis oculata 200 mg terdapat pengobatan tambahan dari efek
clindamycin sebagai antibakteri dan kombinasi clindamycin dengan ekstrak
Nannochloropsis oculata yang mengandung senyawa alkaloid, terpenoid, dan
flavonoid yang mana terdapat daya antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan yang
dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
D. Kelebihan
Hasil penelitian ini cukup baik karena menampilkan perbandingan bahan alami dan
non alami dimana efek dari kandungan bahan-bahan alam sebagai obat yang dapat
membantu dan mempercepat proses penyembuhan luka serta memiliki kandungan
sebagai anti bakteri
E. Kekurangan
Pada hasil penelitian tidak di jelaskan dengan rinci efek samping dari penggunaan
bahan alami dalam proses penyembuhan luka.
G. Lampiran Jurnal
(terlampir)
LAPORAN
ABSTRACT
1
ABSTRAK
Latar Belakang: Osteomielitis merupakan infeksi tulang yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus. Penggunaan clindamycin dalam jangka panjang dapat menyebabkan
resistensi. Senyawa yang ada pada ekstrak Nannochloropsis oculata mengandung antibakteri,
antiinflamasi dan antioksidan yang dapat digunakan sebagai terapi osteomielitis. Tujuan:
Mengetahui efektifitas perbandingan kombinasi clindamycin dan ekstrak Nannoochloropsis
oculata terhadap peningkatan kepadatan kolagen pada osteomielitis mandibula. Bahan dan
Metode: Rancangan penelitian ini adalah post test only control group design,. Dengan
menggunakan 40 tikus wistar jantan model osteomielitis mandibula dibuat dengan menginduksi
bakteri Staphylococcus aureus yang dimasukkan kedalam soket setelah ekstraksi pada gigi insisif
kiri rahang bawah dan ditunggu selama 28 hari. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok: kontrol negatif
(K1), clindamycin (K2), clindamycin dan ekstrak Nannochloropsis oculata 50mg (K3),
clindamycin dan ekstrak Nannochloropsis oculata 100mg (K4), clindamycin dan ekstrak
Nannochloropsis oculata 200mg (K5). Setelah perlakuan selama 7 hari semua kelompok
dikorbankan lalu kepadatan kolagen diukur menggunakan preparat HPA dengan pengecatan
Masson’s Trichom dan pembesaran 100x, kemudian dilakukan analisis kepadatan kolagen
menggunakan Kruskal-Wallis dan Mann- Whitney. Hasil: Terdapat perbedaan kepadatan kolagen
yang signifikan antara K1 dengan K2 (p=0,037), K1 dengan K3 (p=0,013), K1 dengan K4
(p=0,002), K1 dengan K5 (p=0,013), dan terdapat perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan
antara K2 dan K5 (p=0,013). Tetapi tidak terdapat perbedaan kepadatan kolagen secara
signifikan antara K2 dan K3 (p=1,000), K2 dan K4 (p=0,288). Simpulan: kombinasi clindamycin
dan ekstrak Nannochloropsis oculata 200mg memiliki pengaruh terhadap peningkatan jumlah
kepadatan kolagen secara signifikan pada penyembuhan osteomielitis mandibula.
3
operasi yaitu untuk membuang jaringan yang antioksidan. Ekstrak Nannochloropsis oculata
nekrotik, meningkatkan aliran darah, tekanan mengandung senyawa aktif yang salah satunya
vaskularisasi tulang korteks dan penyembuhan berupa terpenoid yang dapat digunakan
pada daerah tulang yang terkena serta sebagai antioksidan. Kandungan lainnya
dilakukan drainase untuk adalah alkaloid dan flavonoid. Kandungan
menghilangkan pus. Pada soket yang terbuka tersebut memiliki daya antiinflamasi,
dilakukan irigasi dengan larutan antiseptik antibakteri, antioksidan dan analgesik yang
atau saline. Apabila tidak dilakukan dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
pengobatan yang lengkap akan menyebabkan Pada penelitian Nuno dkk (2012) dengan
osteomielitis yang persisten. Osteomielitis menggunakan tikus yang dibuat
dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. diabetes, ekstrak
Clindamycin sering digunakan karena Nannochloropsis oculata sebagai antioksidan
merupakan obat yang cukup baik untuk kedua dengan dosis 50 ml menunjukkan adanya
macam bakteri Staphylococcus aureus penurunan glukosa dan kolesterol serta tidak
dan anaerob. Kekurangan dari memiliki efek negatif pada lambung dan
antibiotik bila digunakan dalam saluran pencernaan. 27
jangka waktu yang lama akan Senyawa flavonoid dan alkaloid yang
menyebabkan komplikasi dan resistensi terkandung dalam
bakteri. Faktor penyulit lain adalah Nannochloropsis oculata memiliki salah satu
ketidakmampuan untuk memberikan antibiotik khasiat sebagai analgesik. Alkaloid bekerja
dengan konsentrasi yang efektif ke dalam dengan mengubah persepsi nyeri dengan
lokasi infeksi. 1, 2, 4, 16, meningkatkan ambang nyeri di sistem saraf
17, 23, 26, 28 pusat. Senyawa flavonoid merupakan senyawa
Salah satu biota laut yang dapat fenolik alam yang potensial sebagai
dimanfaatkan sebagai obat alami adalah jenis antioksidan dan mempunyai bioefektifitas
mikro alga Nannochloropsis occulata. sebagai obat. Manfaat flavonoid untuk
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melindungi struktur sel, mencegah keropos
mengetahui efek dari kandungan bahan-bahan tulang dan sebagai antibiotik. Kolagen adalah
alam sebagai obat yang dapat membantu dan protein utama yang menyusun komponen
mempercepat proses penyembuhan luka serta matrik ekstraseluler dan merupakan protein
memiliki kandungan sebagai anti bakteri. Pada yang paling banyak ditemukan di dalam tubuh
penelitian yang telah dilakukan oleh manusia. Flavonoid mampu meningkatkan
Selvendran (2013), ekstrak Nannochloropsis peran TGF-β dalam mempercepat sintesis dan
Oculata memiliki daya antibakteri yang deposit kolagen yang dapat berpengaruh
signifikan terhadap Staphylococcus aureus terhadap peningkatan sintesis kolagen
dengan zona hambat 22 mm. 8, 21 menyebabkan proses penyembuhan luka dapat
Nannochloropsis oculata adalah salah lebih cepat. 8,12
satu alga laut yang memiliki senyawa bahan Efektifitas perbandingan
aktif yang diduga mampu kombinasi clindamycin dan ekstrak
digunakan sebagai Nannochloropsis occulata terhadap
3
peningkatan kepadatan kolagen pada antibiotik clindamycin, ekstrak
osteomielitis mandibula belum pernah diteliti. Nannochloropsis oculata, pakan tikus dan
Maka pada penelitian ini penulis ingin alkohol 70% untuk sterilisasi alat, larutan
mengetahui pada konsentrasi mana yang lebih antiseptik, obat anestesi ketamin hydrochloride
efektif dalam meningkatkan kepadatan kolagen (25 mg/kg BB) dan xylazine hydrochloride (15
pada proses penyembuhan luka osteomielitis mg/kg BB), larutan buffer formalin (larutan
mandibula. formalin 10% dalam phospat buffer saline pada
pH 7,0), dan bahan pengecatan preparat
BAHAN DAN METODE hapusan kolagen dengan menggunakan
Masson’s trichrom.
Penelitian ini tergolong jenis Empat puluh ekor Rattus novergicus
penelitian true experimental strain wistar jantan (3 bulan) berat badan 180-
laboratories dengan desain penelitian Post 200 gram dibagi menjadi 5 kelompok. Pada
Test Only Control Group Design. Lokasi masing-masing kelompok terdapat kelompok
penelitian di: 1) kontrol negatif (pencabutan gigi, induksi
Laboratorium Biokimia Fakultas bakteri Staphylococcus aureus), kelompok
Kedokteran Universitas kontrol positif pencabutan gigi, induksi bakteri
Airlangga– Surabaya; 2) Laboratorium Staphylococcus aureus, diberi terapi
Patologi Anatomi RSUD Dr.Sutomo– clindamycin) dan kelompok perlakuan
Surabaya; 3) Balai Besar (pencabutan gigi, induksi bakteri
Laboratorium Klinik–Surabaya; 4) Staphylococcus aureus, diberi terapi
laboratorium Mikrobiologi Universitas clindamycin 10 mg/kg BB dan ekstrak
Airlangga–Surabaya. Hewan coba Nannochloropsis oculata 50 mg/kg BB),
menggunakan 40 ekor Rattus kelompok perlakuan (pencabutan gigi, induksi
Norvergicus strain Wistar, dengan kriteria bakteri Staphylococcus aureus, diberi terapi
yaitu :kelamin jantan, umur 3 bulan, berat clindamycin 10 mg/kg BB dan ekstrak
badan 150-200 gram, sehat fisik, gigi insisif 1 Nannochloropsis oculata 100mg/kg BB),
sebelah kiri rahang bawah utuh, tidak karies kelompok perlakuan (pencabutan gigi, induksi
dan bakteri Staphylococcus aureus, diberi terapi
tidak fraktur. 25 clindamycin 10mg/kg BB dan ekstrak
Alat yang digunakan dalam penelitian Nannochloropsis oculata 200 mg/kh BB).
ini antara lain: kandang hewan coba, alat dikandangkan tiap 5 ekor (ukuran kandang
pembedahan tikus untuk mengambil bahan uji 60x40x34 cm), Tikus diadaptasi selama 1
(scalpel, pinset,gunting, kapas), syringe, minggu dalam kandang ukuran 40 cm x 30 cm
kateter plastik, bola steril yang terbuat dari x 14 cm dan ditempatkan dalam ruangan yang
serat karbon, jarum jahit, benang nylon untuk cukup udara dan cahaya. Makanan diberikan
jaringan, chamber, glass lab untuk hapusan dengan cara diletakkan dalam wadah kecil dan
dan mikroskop. diberikan tiap pagi. Sedangkan minuman
Bahan yang digunakan dalam penelitian diberikan dalam botol 300
ini antara lain: ekstrak Nannochloropsi
oculata, bakteri Staphylococcus aureus 2x109
(setara
10 mcfarlan) dalam 1 mm cairan suspensi
kalsium klorida 10%,
ml yang dilengkapi pipa kecil dan diisi air diberikan ke Laboratorium Patologi Anatomi
matang. Hewan coba diadaptasi selama 1 RSUD Dr.Sutomo-Surabaya dan ditunggu
minggu untuk mendapatkan kesehatan umum hingga mandibula tadi melunak yang
yang baik dan penyesuain dengan lingkungan. kemudian diproses dan dibuat preparat dengan
Terakhir dilakukan penimbangan hewan coba menggunakan pewarnaan Masson’s Trichrom
untuk memenuhi kriteria sampel. lalu diamati menggunakan mikroskop cahaya
Setelah pembagian kelompok, tikus pembesaran 100x sebanyak 1 lapang pandang.
ditimbang lalu diberi anestesi menggunakan Kepadatan serat kolagen dihitung dengan
kombinasi Ketamine dan Xylazine (4:1) metode skoring dan dianalisis menggunakan
sebanyak 0,1ml tiap tikus. Ditunggu selama 1- uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney.
1,5 jam dari penyuntikan/setengah dari
duration of action, lalu dilakukan pencabutan HASIL
gigi insisif kiri rahang bawah mennggunakan
tang modifikasi dan elevator. Cuci lubang gigi Data yang diperoleh dari hasil
dengan kalsium klorida 10% dengan penelitian ditabulasi dan dianalisis secara
menggunakan jarum suntik dan kateter plastik deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh
tipis sampai perdarahan berhenti. Masukkan gambaran distribusi dan peringkasan data guna
bola steril yang terbuat dari serat karbon memperjelas penyajian hasil, kemudian
kedalam tabung yang berisi S. aureus (strain dilakukan uji hipotesis menggunakan statistik
VT668,2 miliar sel mikroba dalam I milliliter) analitik dengan taraf signifikansi 95%
dengan tujuan agar bakteri menempel pada (p=0,05) dengan menggunakan program SPSS
bola steril. Kemudian masukkan bola tersebut versi 17.
kedalam lubang gigi yang dicabut kemudian
dilakukan irigasi dengan larutan antiseptik
atau saline steril. Pada soket pasca pencabutan
dan ditunggu selama 28 hari untuk terjadinya
Osteomielitis. Setelah dipastikan terjadi
komplikasi tersebut, masing-masing tikus
diberi perlakuan yang berbeda sesuai
kelompoknya.
Pada hari ke 37 setelah perlakuan, tikus
dieuthanasia dan dibiopsi untuk mengambil
rahang bawah kiri, Kemudian organ difiksasi
dalam larutan buffer formalin dan dilunakkan
dengan EDTA. Hewan coba yang telah
dilakukan dekaputasi lalu dikuburkan.
Mandibula yang telah difiksasi dalam
larutan buffer formalin
5
Tabel 1. Hasil uji statistik deskriptif modus Tabel 3. Hasil uji beda dengan Mann- Whitney
kepadatan kolagen kelompok perlakuan irigasi U kombinasi terapi antibiotik dan Clindamycin
Kelompok N Modus dengan pemberian ekstrak Nannochloropsis
K1 8 1 oculata terhadap peningkatan
K2 8 2 kepadatan kolagen
K 8 2 osteomielitis mandibula
3 8 2 Kelom Mod Kelom Mod
K4 8 3 pok us pok us p
K5
40
0,03
K1 1 K2 2 7*
0,01
Kepadatan Kolagen pada K3 2 3*
0,00
Osteomielitis Mandibula K4 2 2*
0,00
K5 3 0*
MOD
1,00
K2 2 K3 2 0
0,28
K4 2 8
Gambar 2. Nilai skoring terbanyak jumlah 0,01
kepadatan kolagen pada masing-masing K5 3 3*
kelompok 0,17
K3 2 K4 2 5
Pada hasil analisis Kruskal- Wallis 0,00
kelompok perlakuan irigasi, diperoleh nilai K5 3 4*
p=0,000* (p<0,05) yang artinya terdapat 0,04
perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan K4 3 K5 3 6*
pada semua kelompok.
Keterangan *p<0,05
periosteum dan fistula. Pus yang menyebar Hasil dari skoring jumlah kepadatan
keseluruh jaringan menurunkan pasokan kolagen antara kelompok kombinasi
vascular, iskemik dan hipoksia, dimana pada clindamycin dan ekstrak Nannochloropsis
saat pembuluh darah kekurangan suplai oculata 50 mg dan
oksigen maka pembentukan fibroblas tidak 100 mg dibanding kelompok clindamycin,
dapat terjadi dan sintesis kolagen menjadi hanya ekstrak
terhambat, tulang kekurangan suplai darah Nannochloropsis oculata dengan dosis
menjadi nekrotik sehingga menyebabkan 200 mg yang terdapat peningkatan jumlah
osteomielitis yang disertai disfungsi saraf kepadatan kolagen secara signifikan. Hal ini
alveolaris inverior. 15, 17,26 karena, pada dosis 50 mg dan 100 mg belum
mencapai dosis terapeutik yang dapat diartikan
bahwa kandungan ektrak
Nannochloropsis oculata dengan dosis tersebut
kurang mampu membunuh
7
bakteri untuk melawan infeksi pada dan menghambat permeabilitas vaskuler.
osteomielitis mandibula. Pada dosis Senyawa flavonoid juga berfungsi untuk
200 mg dapat meningkatkan jumlah kepadatan membatasi pelepasan mediator inflamasi.
kolagen karena dengan dosis ekstrak Aktivitas antiinflamasi flavonoid dilakukan
Nannochloropsis oculata yang lebih besar melalui penghambatan siklooksigenase dan
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan lipoksigenase sehingga terjadi pembatasan
kepadatan kolagen pada osteomielitis jumlah sel inflamasi yang bermigrasi ke
mandibula. Berdasarkan hasil penelitian yang jaringan perlukaan. Selanjutnya reaksi
telah dilakukan diketahui bahwa inflamasi akan berlangsung lebih singkat dan
ekstrak Nannochloropsis kemampuan proliferatif dari TGF-β tidak
oculata mengandung senyawa aktif alkaloid, terhambat, sehingga proses proliferasi dapat
terpenoid dan flavonoid yang memiliki daya segera terjadi. Aktivitas
antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan yang flavonoid dalam
dapat mempercepat proses penyembuhan mempercepat proses penyembuhan luka
luka.8, 27 didukung juga oleh mekanisme antioksidan
Senyawa alkaloid memiliki mekanisme dalam melakukan penghambatan aktivitas
kerja penghambatan dengan cara mengganggu radikal bebas.7, 10
komponen penyusun peptidoglican pada sel Senyawa flavonoid masuk dalam
bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak kelompok polifenol, yang dikenal berpotensi
terbentuk secara utuh dan menyebabkan sebagai antioksidan berhubungan dengan
kematian sel tersebut. Didalam senyawa kemampuannya dalam melawan radikal bebas.
alkaloid juga terdapat gugus basa yang Antioksidan sebagai salah satu komponen
mengandung reaksi nitrogen yang akan utama dalam penyembuhan luka. Antioksidan
bereaksi dengan senyawa asam amino melawan kelebihan protease dan ROS
menyusun dinding sel bakteri dan DNA (reactive oxygen species) yang seringkali
bakteri. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya dihasilkan oleh akumulasi neutrofil di area
perubahan struktur dan susunan asam amino, luka dan melindungi inhibitor protease dari
sehingga akan menimbulkan perubahan kerusakan oksidatif. ROS bertanggung jawab
keseimbangan genetik pada rantai DNA terhadap kerusakan oksidatif dan penuaan dari
kemudian akan mengalami kerusakan yang makromolekul biologis seperti DNA,
akan mendorong terjadinya lisis sel bakteri karbohidrat dan protein. Peran flavonoid
yang akan menyebabkan kematian sel pada sebagai antioksidan dapat melindungi fibroblas
bakteri sehingga reaksi inflamasi akan dari kerusakan oksidatif. Apabila fibroblas
berlangsung singkat yang menjadikan proses terlindungi, maka kolagen akan disintesis
penyembuhan luka menjadi lebih cepat.19 secara optimal. Komponen hidroksil yang
Senyawa terpenoid memiliki potensi dimiliki oleh flavonoid pada reaktivitas yang
anti-inflamasi yang ada pada kandungan tinggi dapat menyebabkan radikal bebas
saponin. Mekanisme antiinflamasi pada menjadi tidak aktif yang berakibat pada
saponin dengan menghambat pembentukan aktivasi mediator
eksudat
inflamasi oleh radikal bebas dapat dihambat.18
yang dapat mempercepat proses penyembuhan
Kandungan lain dari ekstrak
luka.
Nannochloropsis oculata sebagai antioksidan
yang dapat berfungsi dalam proses
DAFTAR PUSTAKA
penyembuhan luka adalah
kandungan Omega
1. Adiwenanto AW and Sutejo. 2007.
eicosapantenoic acid (EPA) dan
Management of Osteomielitic Chronic
docohexaenoic acid (DHA) yang termasuk
Medical Patient at Dr. Kariadi
asam lemak tidak jenuh jenis omega 3 (ω-3)
Semarang in 2001-2005 Periods. Tesis,
(Putri, 2013). Kandungan tersebut berfungsi
Universitas Diponegoro, Semarang.
untuk mempercepat perbaikan jaringan yang
Available from
rusak dan menghalangi pembentukan
http://eprints.undip.ac.id/22318/
prostaglandin penyebab radang tinggi. Omega
2. Bagheri S and Jo C. 2008. Clinical
3 mempengaruhi produksi PGE2, yang dapat Review of Oral and Maxillofacial
meningkatkan regulasi produksi kolagen. Surgery. Georgia: Mosby-Elsevier. P.
Omega 3 menyebabkan peningkatan sintesis 92.
kolagen dengan cara menurunkan faktor PGE2 3. Bayu A. 2009. Hutan mangrove sebagai
(Damaiyanti, 2012). Karotenoid salah satu sumber produk alam laut.
mempengaruhi regulasi pertumbuhan sel, dan Jakarta : Pusat Penelitian Oseanografi-
memodulasi ekspresi gen dan respon LIPI. Oseana, 34(2): 23-15.
kekebalan tubuh. (Daniel, 2008). Phyoocyanin 4. Cawson R and Odell E. 2008.
protein kompleks yang terdapat lebih dari 20% Cawson’s Essentials of Oral Pathology
dalam seluruh berat kering, adalah pigmen and Oral Medicine. Philadelphia:
terpenting dalam spirulina. Pigmen inilah yang Churchill Livingstone–Elsevier. P. 102-
berperan sebagai antioksidan.3,6, 9,10 99.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas 5. Collier M. 2003. Understanding Wound
dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan Inflamation. Boston, 99: 63. Available
clindamycin saja hanya dapat from
menghambat pertumbuhan http://www.nursingtimes.net/home/clini
bakteri tetapi tidak dapat meningkatkan jumlah c al-zones/wound-care/understanding-
kepadatan kolagen secara signifikan. wound-inflammation/205361.article
Sedangkan kelompok perlakuan clindamycin 6. Damaiyanti. 2012. Aplikasi Ektrak Air
dengan kelompok kombinasi clindamycin Teripang Emas (Stichopus hermani)
dengan ekstrak Nannochloropsis oculata 200 Sebagai Akselerator Fibroblas dan
mg terjadi peningkatan kepadatan kolagen Kolagen tipe I Ulkus Traumatikus
secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak Mukosa Rongga Mulut Tikus Wistar.
Nannochloropsis oculata 50 mg dan 100 mg. Tesis, Universitas Airlangga, Surabaya.
Hal ini disebabkan pada kelompok kombinasi 7. Darsana. 2012. Potensi Daun Binahong
ekstrak Nannochloropsis oculata 200 mg (Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis)
terdapat pengobatan tambahan dari efek dalam Menghambat Pertumbuhan
clindamycin sebagai antibakteri dan kombinasi Bakteri Escheria Coli secara In Vitro.
clindamycin dengan ekstrak Nannochloropsis Skripsi, Fakultas Kedokteran Hewan,
oculata yang mengandung senyawa alkaloid, Universitas Udayana, Denpasar. H. 346.
terpenoid, dan flavonoid yang mana terdapat 8. Fadhilah A. 2013. Daya Hambat
daya antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan Ekstrak Nannochloropsis oculata
Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Enterococcus faecalis. Skripsi, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Hang
Tuah, Surabaya.
H. 56
9. Fretes H, Susanto, Prasetyo B, Saunders. P.
Limantara. 2012. Karotenoid dari
Makroalgae dan Mikroalgae: Potensi
Kesehatan Aplikasi dan Bioteknologi.
J.Teknol dan Industri Pangan, 23(2):
223-222.
10. Indraswary R. 2011. Efek Konsentrasi
Ekstrak Konsentrasi Ekstrak Buah
Adas (Foeniculum vulgare Mill)
Topikal Pada Epitalisasi Penyembuhan
Luka Gingiva Labial Sprague Dawley
In Vivo. Majalah Sultan agung, 59(1):
124.
11. Jewets, M, adelsberg’s. 2005.
Mikrobiologi Kedokteran Alih Bahasa
bagian Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
H. 225-224.
12. Kafaie S, Loh SP, Muhtarrudin N.
2012. Acute and Sub-chronic
Toxicological Assessment of
Nannochloropsis oculata in Rats.
African Journal of Agricultural
Research, 7(7): 1220-1225. Available
from
www.academicjournals.org/ajar/pdf/pdf
2 012/19Feb/Kafaieetal.pdf.Diakses 4
April 2013.
13. Konjevic et al. 2011. Prevalence of
Mandibular Osteomyelitis in Roe Deer
(Capreolus Capreolus)in Slovenia.
Journal of wildlife disenses, 47(2): 400-
393. Available from
http://www.torna.do/s/Prevalence-of-
mandibular-osteomyelitis-in-roe-deer-
Capreolus-capreolus-in-Slovenia/
Peterson LJ, 2004. Principles of Oral
and Maxillofacial Surgery. 2nded.,
London: BC Decker Inc. P. 322-313.
14. Kusumawati D. 2004. Biologi Hewan
Coba. Bersahabat Dengan Hewan
Coba. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. H. 20.
15. Novriansyah R. 2008. Perbedaan
Kepadatan Kolagen di Sekitar Luka
Insisi Tikus Wistar yang Dibalut Kasa
Konvensional dan Penutup Oklusif
Hidrokoloid Selama 2 dan 14 hari.
Tesis, Universitas Diponegoro,
Semarang. H. 20-17.
16. Pedlar J, Frame JW. 2001. Oral and
Maxillofacial Surgery. Churchill
Livingstone: Elsevier, p. Topazian RG,
2002. Oral and Maxillofacial
Infections. 4 ed., Philadelphia: W.B
th
226-214.
17. Peterson LJ. 2004. Principles of Oral
and Maxillofacial Surgery. 2nded.,
London: BC Decker Inc. P. 322-313.
18. Raras T M, Dewi D S.L.I, Nugraheny.
2008. Efek Pemberian Ekstrak Daun
Sirih (Piper betle Linn) Terhadap
Optimalisasi Kepadatan Kolagen Luka
Bakar Derajat IIA Pada Tikus Putih
(Rattus novergicus)
19. Strain Wistar. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
Available from
http://webcache.googleusercontent.com
/s earch?
q=cache:RCi9jKJtYocJ:old.fk.ub
.a
c.id/artikel/id/filedownload/keperawata
n/ MAJALAH_Ni%2520Wayan
%2520Septi
%2520Nugraheny_0910720008.pdf+&cd
=1&hl=id&ct=clnk.
20. Rinawati ND. 2011. Daya antibakteri
tumbuhan majapahit (Crescentia cujete
I) terhadap bakteri Vibrio alginolyticus.
Tugas akhir, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya. H. 9.
21. Rizka, Budipramana, Fauziah. 2008.
Kepadatan Kolagen Tipe 1 Pada Luka
Operasi Tikus Wistar Yang Mengalami
Anemia Karena perdarahan Akut. Jurnal.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga, Surabaya.
22. Selvendran, 2013. Studies On
Antimicrobial Compounds From
Selected Marine Phytoplanktons.
4(2):876-888. Available from
http://www.ijpbs.net/cms/php/upload/2
20 0_pdf.pdf. Diakses 15 Augustus
2013.
23. Smeltzer and Gillapsy. 2000. Molecular
Pathogenesis of Staphylococcal
Osteomyelitis. Department of
Microbiology and Immunologi,
University of Arkansas of Medical
Sciences, Little Rock, Arkansas.
24. Spagnolo, Greco F, Ciolli R L, Teti A,
Posteraro P. 1993. Chronic
Stapylococcal osteomyelitis: a new
experimental rat model, 61(12):5225
available from http://iai.asm.org/.
Diakses 4 April 2013.
25. Sucahyo B. 2005. Peranan Terapi
Oksigen Hiperbarik pada
Perkembangan Penanganan Kasus-
kasus Kedokteran Gigi. Majalah
kedokteran gigi. Edisi khusus temu
ilmiah IV 11-13: 388.
26. Sudibyo. 2009. Metodologi Penelitian.
Aplikasi Penelitian Bidang Kesehatan.
Surabaya: Unesa University Press. H.
106-105.
27. Topazian RG. 2002. Oral and
Maxillofacial Infections. 4thed.,
Philadelphia: W.B Saunders. P. 226-
214.
28. Yanuhar U. 2011. Pengaruh Pemberian
Bahan Aktif Ekstrak Nannochloropsis
oculata Terhadap Kadar Radikal Bebas
Pada Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes
altivelis) Yang Terinfeksi Bakteri
Vibrio alginolyticus. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, Vol (1): 2.
Available from
http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/J
IP K/article/download/599/599. Diakses
15