Anda di halaman 1dari 32

OSTEOMEYLITI

S
Kelompok 1 :
Annysyah P032114401095
Dilla Dwi Rahmadhani P03211440
Elsa Ade Riani P03211440
Suchika Wulandari Putri P032114401120
What?
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang
mencakup sumsum dan atau kortek tulang dapat berupa
eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen
(infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves,
2001:257).

Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh


bakteri piogenik (Overdoff, 2002:571).
Anatomi dan fisiologi
Osteomielitis hematogen paling sering melibatkan tulang vertebra, tetapi infeksi juga dapat
terjadi
pada metafisis tulang panjang, panggul, dan klavikula. 
Osteomielitis vertebra biasanya melibatkan dua vertebra yang berdekatan dengan diskus
Intervertebralis yang sesuai. Tulang belakang lumbar paling sering terkena, diikuti oleh daerah
toraks dan serviks. Suatu bentuk osteomielitis hematogen yang lebih sering terjadi pada bayi dan
anak-anak dan berkembang di metafisis.
Osteomielitis pascatrauma dimulai di luar korteks tulang dan masuk ke dalam kanal meduler,
Biasanya ditemukan di tibia tetapi dapat terjadi di tulang mana pun. Osteomielitis contiguous
focus sering terjadi pada tulang kaki pada pasien dengan diabetes mellitus dan gangguan
vaskular.
Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar
(1995:463-464) yaitu :

Osteomyelitis piogenik
01 hematogen
02
Osteomyelitis tuberkulosis

Timbulnya secara tersembunyi dan


Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis cenderung mengenai rongga sendi.
piogenik hematogen terutama disebabkan oleh Daerah yang sering kena adalah tulang-
staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh tulang panjang dari ekstremitas dan tulang
bacillus colli. Kecuali samonela, osteomyelitis belakang.
hematogen biasanyabermanisfestasi sebagai
suatu penyakit demam sistemik akut yang
disertai dengan gejala nyeri setempat, perasaan
tak enak, kemerahan dan pembengkakan.
Etiologi
Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%). Organisme
penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus
(Overdoff, 2002:571). Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang
berhubungan dengan keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat
menyebabkan atau memperparah proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus
serta gigi yang berdarah merupakan akibat dari osteomyelitis pada rahang
bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound, prosedur operasi dan luka tusuk
yang dapat melukai tulang pokok sering menyebabkan traumatik osteomyelitis.
Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua karena faktor
penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273).
Adapun penyebab-penyebab osteomielitisini adalah :

1. Bakteri Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik


2. Virus
dari infeksi, bisa mengalamiinfeksi melalui 3
cara:
3. Jamur
1. Aliran darah
4. Mikoroorganisme lain
(Smeltzer, Suzanne C, 2002). 2. Penyebaran langsung
3. Infeksi dari jaringan unak didekatnya
Patofisiologi

Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus. Organisme


penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan pneumococcus. Metafisis tulang
terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri melalui 3
jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau scara langsung selama pembedahan.
Reaksi inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang. Pus
mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan abses
superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk. Pembentukan tulang baru dibawah
perioteum yang terangkan diatas dan disekitar jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-
sinus yang memungkinkan pus keluar (Overdoff, 2002:541, Rose, 1997:90).
Manifestasi klinis
Gejala umum akut seperti demam, toksemia, dehidrasi, pada
tempat tulang yang terkena panas dan nyeri, berdenyut karena nanah
yang tertekan kemudian terdapat tanda-tanda abses dengan
pembengkakan (Overdoff, 2002:572).
Osteomielitis akut dapat muncul secara bertahap dengan onset
selama beberapa hari tetapi biasanya bermanifestasi secara dalam dua
minggu. Gejala lokal yang sering timbul antara lain eritema,
pembengkakan, panas di tempat infeksi, nyeri tumpul dengan atau
tanpa gerakan dan terkadang gejala konstitusional seperti demam atau
kedinginan.
Pada osteomielitis kronis, gejala dapat terjadi dalam jangka
waktu yang lebih lama, biasanya lebih dari dua minggu. Pasien juga
dapat mengalami pembengkakan, nyeri, dan eritema di tempat infeksi,
tetapi gejala konstitusional seperti demam lebih jarang terjadi
Komplikasi

Beberapa komplikasi yang mungkin timbul


dengan osteomielitis yang tidak diobati 5. Amiloidosis
dengan benar : 6. Abses
1. artristis septik 7. Deformitas Tulang
2. fraktur patologis 8. Sistemik
3. karsinoma sel skuamosa 9. Infeksi jaringan lunak yang
4. pembentukan saluran sinus berdekatan
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memeriksa ada atau tidaknya leukositosis,
peningkatan ESR, dan protein C-reaktif (CRP). Tingkat CRP berkorelasi dengan respons
klinis terhadap terapi dan dapat digunakan untuk memantau pengobatan. Kultur darah bisa
positif, terutama pada osteomielitis hematogen yang melibatkan vertebra, klavikula, atau
pubis.
Hitung darah lengkap (CBC) berguna untuk mengevaluasi leukositosis dan anemia.
Leukositosis sering terjadi pada osteomielitis akut sebelum terapi. Jumlah leukosit jarang
melebihi 15.000/µL secara akut dan biasanya normal pada osteomielitis kronis. 
Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) dan tingkat protein C-reaktif (CRP) biasanya
meningkat. Dalam metastatik dan beberapa penyakit tulang metabolik, alkaline phosphatase
(ALP), kalsium, dan fosfat meningkat, tetapi mereka dalam batas normal pada osteomielitis. 
2. Radiografi
Radiografi Konvensional
Radiografi konvensional adalah pemeriksaan pencitraan awal pada presentasi osteomielitis
akut. Hal ini membantu untuk menginterpretasikan radiografi saat ini dan lama bersama-
sama. Temuan radiografi termasuk penebalan atau peninggian periosteal, serta penebalan
kortikal, sklerosis, dan ketidakteraturan. Perubahan lain termasuk hilangnya arsitektur
trabekular, osteolysis, dan pembentukan tulang baru.
Perubahan ini mungkin tidak terlihat sampai 5-7 hari pada anak-anak dan 10-14 hari pada
orang dewasa. Film polos menunjukkan perubahan litik setelah setidaknya 50-75% dari
matriks tulang dihancurkan. Oleh karena itu, pemeriksaan radiografi negatif tidak
menyingkirkan diagnosis osteomielitis akut.
Penyembuhan patah tulang, kanker, dan tumor jinak mungkin tampak serupa pada film biasa.
Perubahan halus dapat menunjukkan fokus yang berdekatan atau osteomielitis kronis. 
3. CT Scan
Computed tomography (CT) berguna untuk memandu biopsi jarum pada infeksi
tertutup dan untuk perencanaan pra operasi untuk mendeteksi kelainan tulang, benda
asing, atau tulang nekrotik dan jaringan lunak. I
CT Scan dapat membantu dalam penilaian integritas tulang, gangguan kortikal,
dan keterlibatan jaringan lunak. Ini juga dapat mengungkapkan edema. Fistula
intraosseous dan defek kortikal yang mengarah ke saluran sinus jaringan lunak juga
ditunjukkan pada CT. Meskipun CT mungkin berperan dalam diagnosis osteomielitis,
fenomena scatter dapat mengakibatkan hilangnya resolusi gambar yang signifikan
ketika logam berada di dekat area peradangan. 
4. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) adalah modalitas yang sangat berguna dalam mendeteksi
osteomielitis dan mengukur keberhasilan terapi karena sensitivitasnya yang tinggi dan resolusi spasial
yang sangat baik. Luas dan lokasi osteomielitis ditunjukkan bersama dengan perubahan patologis
sumsum tulang dan jaringan lunak. 

5. Ultrasonografi
Pada ultrasonografi (US), adanya pengumpulan cairan yang berdekatan dengan tulang tanpa
mengganggu jaringan lunak biasanya menunjukkan osteomielitis. Temuan lain pada USG termasuk
elevasi dan penebalan periosteum. USG mungkin juga berguna dalam kasus dengan perangkat keras
ortopedi atau pada pasien yang tidak dapat menjalani MRI.

6. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
Salmonella.
Penatalaksanaan
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi (Boughman,
2000:389).
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit beberapa kali
sehari.
2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme dan memilih
antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3 bulan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan terapi
antibiotik tambahan.
Penatalaksanaan Osteomieltits dijabarkan sebagai berikut:

 Tujuan utama dari penatalaksanaan osteomyelitis adalah mengendalikan dan menghentikan


proses infeksi. Upaya supportif umum seperti hidrasi, diet tinggi vitamin dan protein,
koreksi anemia harus dilakukan.
 Intervensi bedah diindikasikan jika terapi antibiotik tidak efektif dan tekanan materi
terinfeksi memerlukan dekompresi untuk melepaskan dari abses medula atau subperiosteal.
Penatalaksanaan bedah pada tulang dan sendi yang terinfeksi meliputi pengeluaran materi
terinfeksi dan nekrotik. Pembedahan dapat meliputi debridemen ekstensif untuk
mengendalikan infeksi, irigasi area, fiksasi skeletal, tandur tulang, dan penyelamatan
ekstremitas. Pembedahan dilakukan berdasarkan klasifikasi tipe anatomis dan fisiologis host
ostemielitis:
 Irigasi dilanjutkan selama 3 – 6 minggu sehingga menjadi prosedur yang lama tetapi efektif
PATHWAY
Konsep Asuhan Keperawatan OSTEOMEYLITIS

1. Pengkajian
 Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomorregister, tanggal masuk rumahsakit, dan
diagnosa medis.
Pada umumnya, keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawatdapat menggunakan metode PQRST :
 Provoking incident
 Quality of pain
 Region, radiation, relief
 Severity (scale) of pain
 Time
 Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejalaakut (misalnya : nyeri lokal,
pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhankeluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam sedang.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan sekarang, atau penyakit lain yang
berhubungan tulang, seperti trauma tulang,infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya tidak ada penyakit
Osteomielitis yang diturunkan.
 Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat
eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemikmenunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi,
irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon
1.Persepsi dan Manajemen Kesehatan
2.Nutrisi Metabolik
3.Eliminasi
4.Aktivitas Latihan
5.Istirahat Tidur
6.Kognitif Persepsi
7.Persepsi Diri Konsep Diri
8.Peran Hubungan
9.Seksual Reproduksi
10.Koping Toleransi Stress
11.Nilai Kepercayaan
2. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri Akut b.d terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema
dan cidera pada jaringan, alat traksi, stress dan ansietas. d.d Tampak meringis,
Gelisah, Frekuensi nadi meningkat, Sulit tidur, nafsu makan berubah, Proses
berpikir terganggu, Diaphoresis.
2. Gangguan Integritas kulit/jaringan b.d tekanan, perubahan status metabolik,
kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi d.d oleh terdapat luka / ulserasi,
kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, nyeri, Perdarahan,
Kemerahan, Hematoma.
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d nyeri/ ketidaknyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan
d.d kekuatan otot menurun, rentang gerak rom menurun
4. Risiko infeksi d.d pembentukan abses tulang
5. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan Luaran Intervensi

1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


terputusnya jaringan keperawatan selama …. X 24 jam Observasi
tulang, gerakan fragmen tingkat nyeri menurun dengan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
tulang, edema dan cidera kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri
pada jaringan, alat traksi, - Keluhan Nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
stress dan ansietas. d.d - Meringis menurun - Idenfitikasi respon nyeri non verbal
Tampak meringis, - Gelisah menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan
Gelisah, Frekuensi nadi - Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
meningkat, Sulit tidur, - Frekuensi nadi membaik - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nafsu makan berubah, - Diaforeis menurun nyeri
Proses berpikir - Nafsu makan membaik - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
terganggu, Diaphoresis. - Tekanan darah membaik - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Pola napas membai
Terapeutik
- Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
- Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Diagnosa keperawatan Luaran Intervensi

2. Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan luka


kulit/jaringan b.d tekanan, keperawatan selama…. x24 jam Observasi
perubahan status metabolik, integritas kulit dan jaringan meningkat - Monitor karakteristik luka ( mis : drainase,
kerusakan sirkulasi dan dengan kriteria hasil : warna, ukuran, bau)
penurunan sensasi d.d oleh - Hidrasi meningkat - Monitor tandatanda infeksi
terdapat luka / ulserasi, - Perfusi jaringan menigkat
kelemahan, penurunan berat - Kerusakan jaringan menurun Terapeutik
badan, turgor kulit buruk, - Kerusakan lapisan kulit menurun - Lepaskan balutan dan plester secara
nyeri, Perdarahan, - Nyeri menurun perlahan
Kemerahan, Hematoma. - Perdarahan menurun - Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika
- Kemerahan menurun perlu
- Hematoma menurun - Bersihkan luka dengan cairan NaCl atau
- Pigmentasi abnormal menurun pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
- Jaringan parut menurun - Bersihkan jaringan nekrotik
- Nekrosis menurun - Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika
- Suhu kulit membaik perlu
- Sensasi membaik - Pasang balutan sesuai jenis luka
- Elastis meningkat - Pertahankan tekhnik steril saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai eksudat dan drainase
- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
atau sesuai dengan kondisi pasien.
- Berikan diet dengan kalori 30- 35 kkal/kg
BB/ hari dan protein 1,225- 1,5 g/Kg
BB/hari 10) Berikan suplemen vitamin
dan mineral ( mis vit A, C, Zinc, asam
amino) sesuai indikasi

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri

Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement (mis
enzimatik, biologis, mekanis, autolitik),
jika perlu
Diagnosa keperawatan luaran intervensi
3. Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan dukungan mobilisasi
b.d nyeri/ ketidaknyamanan, keperawatan 3x24 jam, diharapkan Observasi
kerusakan muskuloskletal, mobilitas fisik meningkat dengan KH : - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
terapi pembatasan aktivitas, - Pergerakan ekstremitas meningkat fisik lainnya
dan penurunan - Kekuatan otot meningkat - Identifikasi toleransi fisik melakukan
kekuatan/tahanan d.d - Rentang gerak (ROM) meningkat pergerakan
kekuatan otot menurun, - Nyeri menurun - Monitor frekuensi jantung dan tekanan
rentang gerak rom menurun - Kaku sendi menurun darah sebelum memulai mobilisasi
- Gerakan terbatas menurun - Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi

Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur)
Diagnosa keperawatan luaran intervensi

4. Risiko infeksi d.d Setelah dilakukan tindakan pencegahan infeksi


pembentukan abses tulang keperawatan 3x24 jam, diharapkan
integritas kulit dan jaringan dengan Observasi
KH : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
- Perfusi jaringan meningkat sistemik
- Kerusakan jaringan menurun
- Kerusakan lapisan kulit menurun Terapeutik
- Nyeri menurun - Batasi jumlah pengunjung
- Tekstur membaik - Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
5. Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan reduksi ansietas
pengetahuan tentang kondisi 3x24 jam, diharapkan tingkat ansietas Observasi
penyakit dan pengobatan menurun dengan KH : - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Verbalisasi kebingungan menurun (mis: kondisi, waktu, stresor)
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi - Identifikasi kemampuan mengambil
yang dihadapi menurun keputusan
- Perilaku gelisah menurun - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
- Perilaku tegang menurun nonverbal)
- Konsentrasi membaik
- Pola tidur membaik Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
- mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu
4. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan (implementasi) adalah preskripsi untuk perilaku positif yang diharapkan
dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat sesuai dengan apa yang
direncanakan (Doengoes, 2000, hal 10).
Komponen tahap implementasi :
a. Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter Tindakan keperawatan
mandiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, nyaman,
mengurangi kebisingan lingkungan dan membatasi jumlah pengunjung serta lamanya
waktu yang dirawat (Carpenito, 2000).
b. Tindakan keperawatan kolaboratif Tindakan dilakukan oleh perawat bila perawat bekerja
dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang
bertahan untuk mengatasi masalah klien (Carpenito, 2000).
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan keperawatan.
Dokumentasi merupakan pernyataan kejadian atau aktivitas yang otentik dengan
mempertahankan catatan yang tertulis, dimana dokumen dapat memberikan bukti respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan perubahan-perubahan pada klien (Carpenito, 2000).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi Asuhan Keperawatan sebagai tahap akhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dan seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi ini bersifat sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir dari semua
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan disebut juga evaluasi pencapaian jangka
panjang, Ada dua alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu :
a. Masalah teratasi,
Masalah teratasi apabila klien atau keluarga menunjukkan perubahan
tingkah laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak menunjukkan perubahan
perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbuk masalah baru.

Evaluasi klinik keperawatan yang diharapkan pada klien dengan osteomielitis menurut
Smletzer & Bare (2001) adalah :
-Mengalami peredaan nyeri.
-Peningkatan mobilitas fisik.
-Tidak terjadi infeksi.
-Adanya kepatuhan terhadap regimen terapeutik
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai