Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ONKOLOGI

NAMA : ANANDA PUTRI IRZA


NIM : P032114401087

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

( ) ( )

POLTEKKES KEMENKES RIAU


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya Laporan Pendahuluan yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Ginekologi Onkologi” ini dapat diselesaikan dengan baik serta
tepat waktu. Shalawat beriringkan salam tidak lupa pula penulis haturkan
kepada junjungan alam, yakni Nabi besar Muhammad SAW dengan lafadz
Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad Wa’ala ali Muhammad.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas individu pada mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Maternitas
Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Laporan ini dapat penulis selesaikan berkat
adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah
sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis menyampakan ucapan terima
kasih kepada semua pihak.
Penulis menyadari, bahwa laporan ini belum sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita
semua.

Pekanbaru, 05 Februari 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
A. Konsep Medik.....................................................................................
1. Definisi............................................................................................
2. Anatomi dan Fisiologi....................................................................
3. Etiologi............................................................................................
4. Patofisiologi....................................................................................
5. Patoflowdiagram.............................................................................
6. Manifestasi Klinik...........................................................................
7. Komplikasi......................................................................................
8. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................
9. Penatalaksanaan Medis...................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................
1. Pengkajian.......................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................
3. Intervensi Keperawatan..................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

II
KONSEP MEDIK

1. Definisi
Kanker merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-
sel epitelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan
menimbulkan metastasis. (Dorland, 1998: 185).
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat
pada seluruh lapisan epitel pada daerah serviks uteri. (Wilson and Price,
1995: 1137).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah
mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang
tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. (FKUI, 1990;
FKKP, 1997).

2. Anatomi dan Fisiologi

Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher


rahim adalah sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular
serviks memanjang hingga ke bawah ke bagian atas vagina. Serviks
mengelilingi pembukaan disebut lubang serviks, rahim berbentuk
silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan uterus. Serviks
terbuat dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan
tebalnya sekitar 1 inci. Ada dua bagian utama dari serviks, yaitu
ektoserviks dan endiserviks.

Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan


ginekologi di kenal sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks,
dikenal sebagai os eksternal, membuka untuk memisahkan bagian
antara uterys dan vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks, adala
sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal ke dalam uterus.

Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks


(Langhorne, Fulton, dan Otto, 2011). Pembatasan tumpang tindih antara
endosrviks dan ektoserviks di sebut zona transformasi. Serviks
menghasilkan lendir serviks yang konsistensi atau kekentalannya

1
berubah selama siklus menstruasi untuk mencgah atau mempromosikan
kehamilan

3. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah kehamilan dan partus.
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
4. Infeksi virus.
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.
5. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah
umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari

2
adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang
yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker
serviks.

4. Patofisiologi
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan
endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan
oleh Sambungan Squamosa Kolumner (SSK) / Squamosa Columner Junction
(SCJ)
Pada awalnya metaplasia (proses pergantian epitel kolumner dan
squamosa) berlangsung fisiologis. Namun dengan adanya mutagen dari agen
yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti sperma, virus herpes
simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah menjadi displasia.
Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi untuk
menjadi ganas.
Hampir semua ca serviks didahului dengan derajat pertumbuhan
prakanker yaitu displasia dan karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi
dimulai di daerah Squamosa Columner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput
lendir portio. Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan
tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio
yang erosive (metaplasia squamosa) yang fisiologik atau patologik.
Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:
1. Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks
dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang
luas.
Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial (CIN).
CIN ada tiga tingkatan yaitu:
a. CIN I : displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan ketiga,
perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga.

3
b. CIN II : displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel yang
lebih rendah dan pertengahan, perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel
epitel ketiga.
c. CIN III : displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada
semua lapis sel epitel, diferensiasi sel minimal dan karsinoma insitu.

5. Patoflowdiagram

4
6. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala stadium awal Ca. Serviks jarang terdeteksi. Pada tahap
lanjut, tanda dan gejalanya lebih jelas terlihat, diantaranya adalah:
1. Perdarahan spontan

5
2. Perdarahan saat defekasi keluhan
3. Perdarahan berbau busuk yang khas
4. Nyeri diatas pubis dan sekitar panggul
5. Perdarahan yang dialami segera setelah coitus.
6. Keputihan yang purulen, berbau.
7. Anemia.
8. Cepat lelah.
9. Kehilangan berat badan.

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat kanker serviks bisa terjadi karena
kanker yang makin berkembang atau akibat efek samping pengobatan
kanker serviks itu sendiri. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat
kanker serviks adalah:

 Limfedema, yaitu pembengkakan tungkai akibat penyumbatan


pembuluh getah bening oleh kanker
 Penggumpalan darah akibat kanker yang menekan pembuluh
darah di panggul
 Perdarahan akibat kanker yang menyebar ke vagina, usus, dan
kandung kemih
 Fistula (saluran yang terhubung secara tidak normal) antara
vagina dan kandung kemih atau vagina dan rektum
 Nyeri hebat akibat kanker yang menyebar ke tulang, otot, dan
ujung saraf
 Kejang akibat kanker yang menyebar ke otak
 Penumpukan urine di ginjal (hidronefrosis) yang bisa
memicu gagal ginjal

Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi akibat pengobatan kanker


serviks antara lain:

6
 Penyempitan vagina, mandul (infertilitas), dan menopause dini
akibat radioterapi
 Diare, rambut rontok, dan kerusakan ginjal akibat kemoterapi
 Vagina kering, inkontinensia urine, dan tidak bisa memiliki
anak, akibat histerektomi

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sitologi / Pap Smear.
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak
terlihat.
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
b. Schillentest.
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel
karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
terkena karsinoma tidak berwarna.
c. Koloskopi.
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks
dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
d. Kolpomikroskopi.
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai
200 kali.
e. Biopsi.
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis
karsinomanya.
f. Konisasi.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir
serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila

7
hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-
kelainan yang jelas.

9. Penatalaksanaan Medis
1. Irradiasi.
 Dapat dipakai untuk semua stadium.
 Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk.
 Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
Dosis :
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks.
Komplikasi Irradiasi :
 Kerentanan kandungan kencing.
 Diare.
 Perdarahan rectal.
 Fistula vesico atau rectovaginalis.
2. Operasi.
 Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II.
 Operasi histerektomi vagina yang radikal.
3. Kombinasi.
Irradiasi dan pembedahan.
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,
disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.
4. Cytostatika.
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 %
dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap
resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

8
1. Pengkajian
1) Identitas klien.
2) Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan.
3) Riwayat penyakit sekarang.
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan
yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau
keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala
dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga
untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan
segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
4) Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah
pasien pernah menderita penyakit infeksi.
5) Riwayat penyakit keluarga.
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
6) Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di
rumah dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit
kanker serviks.

Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi.
- perdarahan.
- keputihan
2. Palpasi.
- nyeri abdomen.
- nyeri punggung bawah.

2. Diagnosa Keperawatan

9
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra abdomen.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi.

3. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra abdomen.
Tujuan : nyeri berkurang.
Kriteria hasil : klien tidak gelisah dan ekspresi wajah tidak tegang.
Intervensi :
 Kaji skala nyeri dan intensitas nyeri.
Rasional : untuk menentukan tindakan selanjutnya.
 Awasi dan pantau tanda-tanda vital.
Rasional : klien mengetahui penyebab nyeri.
 Ajarkan klien relaksasi nafas dalam dan masase daerah sekitar
nyeri.
Rasional : mengurangi rasa nyeri.
 Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : untuk meningkatkan kenyamanan klien dan
mengurangi nyeri.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia.
Tujuan : agar kebutuhan klien terpenuhi.
Kriteria hasil : nafsu makan meningkat, pasien tidak lemah dan
pucat.
Intervensi :
 Jelaskan nutrisi untuk penyembuhan pasien.
Rasional : meningkatkan motivasi klien untuk menghabiskan
makan.

10
 Anjurkan porsi makan dengan porsi kecil tapi sering dan
menarik.
Rasional : dapat meningkatkan selera makan dan kebutuhan
terpenuhi.
 Anjurkan pasien untuk mengurangi minum disela-sela makan.
Rasional : minum dapat mengakibatkan cepat kenyang, stok
nutrisi yang masuk kurang.
 Temani dan bantu klien makan.
Rasional : dapat meningkatkan motivasi klien untuk
menghabiskan makan.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi.
Tujuan : agar integritas kulit dapat dipertahankan.
Kriteria hasil : kulit tampak utuh atau bersih.
Intervensi :
 Jaga kebersihan kulit.
Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.
 Pertahankan hidrasi adekuat.
Rasional : elastisasi kulit tetap terjaga.
 Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker.
Rasional : efek merah, gatal-gatal dapat terjadi pada area
radiasi.
 Jelaskan pada pasien untuk menghindari menggaruk.
Rasional : mencegah iritasi.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. (2000). Obstetri Fisiology.


Bandung : Elemen.
Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :
Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2.
Jakarta : EGC.
G.W Garland and Joan M.E, 1999, Quickly Obstetric and ginekology of Nurses,
English University Press, London

Anda mungkin juga menyukai