DISUSUN OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Ca serviks”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
Latar Belakang.....................................................................................................4
Rumusan masalah.................................................................................................5
Manfaat.................................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
KONSEP DASAR...................................................................................................6
Pengertian.............................................................................................................6
Anatomi fisiologi..................................................................................................6
C. ETIOLOGI...................................................................................................11
D. PATOFISIOLOGI........................................................................................13
E. MANIFESTASI KLINIK.............................................................................14
F. PENATALAKSANAAN..............................................................................14
G. STADIUM KARSINOMA SERVIKS.........................................................16
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.................................................................17
Konsep Asuhan Keperawatan................................................................................20
a. Pengkajian Keperawatan................................................................................20
b. Diagnosa keperawatan....................................................................................26
c. Intervensi keperawatan...................................................................................27
BAB III..................................................................................................................33
PENUTUP..............................................................................................................33
Kesimpulan.........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks
(kanalis servikalis dan atau porsio).Setengah juta kasus dilaporkan setiap
tahunnya dan insidensinya lebih tinggi di negara sedang berkembang. Hal ini
kemungkinan besar diakibatkan belum rutinnya program skrining pap smear yang
dilakukan. Di Amerika latin, gurun Sahara Afrika dan Asia tenggara termasuk
Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua setelah kanker payudara.
Di Indonesia dilaporkan jumlah kanker serviks baru adalah 100 per
100.000 penduduk per tahun atau 180.000 kasus baru dengan usia antara 45-54
tahun dan menempati urutan teratas dari 10 kanker yang terbanyak pada wanita.
Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah satu model
karsinogenesis yang melalui tahapan atau multistep, dimulai dari karsinogenesis
yang awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga menjadi kanker
invasif.Studi-studi epidemiologi menunjukkan 90% lebih kanker serviks
dihubungkan dengan jenis human papilomma virus (HPV).Beberapa bukti
menunjukkan kanker dengan HPV negatif ditemukan pada wanita yang lebih tua
dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk.
Kesehatan reproduksi adalah suatu cara untuk pencegahan dan
penyelesaian masalah kesehatan reproduksi meliputi kesehatan fisik, mental,
sosial, dan bukan sekedar tidak hanya konsultasi dan keperawatan yang berkaitan
dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks (Hariyati,
2014).
2. Rumusan masalah
4
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian CA Servik?
2. Bagaimana Anatomi fisologi?
3. Bagaimana klasifikasi CA Servik?
4. Bagaimana Etiologinya?
5. Bagaimana patofisiologinya?
6. Bagaimana pathwaynya?
7. Bagaimana manifestasinya?
8. Bagaimana pencegahannya?
9. Bagaimana penatalaksanaan medisnya?
3. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti
5
BAB II
KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina.
( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang
wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh ahli penulis dapat menyimpulkan
bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel abnormal yang terdapat pada organ
reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari Rahim yang menempel pada
puncak vagina.
2. Anatomi fisiologi
Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna dan
genetalia interna ( Sobatta,2006).
1. Genetalia eksterna
a) Monsveneris Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari
jaringan lemak,daerah ini di tutup bulu pada masa pubertas.
6
b) Vulva Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu
dan membentuk kommisura posterior dan pereniam. Di bawah kulitnya
terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c) Labia mayora Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang
membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar
sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi
lateral.
d) Labia minora Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara
labia mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora
adalah vestibulum.
e) Vestibulum Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir
kecil (labia minora), maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium,
dalam vestibulum terdapat muara – muara dari liang senggama (introetus
vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f) Himen (selaput dara) Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang
senggama ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat
mengalir keluar, letaknya mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya
berbedabeda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan
yang lunak, lubangnya ada seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu jari.
g) Perenium Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar
panggul yang ditutupi oleh kulit perenium.
7
2. Genetalia interna.
a) Vagina Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari
vestibulum sampai uterus 71/2. Merupakan penghubung antara introitus
vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih
pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-
lipat disebut rugae.
b) Uterus Organ yang tebal,berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam
pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat
dan ligament. Panjang uterus 71/2 cm, lebar ±5 cm, tebal ±2 cm. Berat 59
gr, dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim ) Bagian uterus yang terletak antara
pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan kahamilan, perabaan
fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri Bagian uterus yang terbesar pada
kehamilan,bagian ini berfungsi sebagai tempat janin
berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri di sebut
kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servik uteri Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut
porsio,hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis
disebut ostium uteri internum. Lapisan-lapisan uterus,
meliputi :
1) Endometrium
8
2) Myometrium
3) Parametium
4) Ovarium Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri
dan kanan uterus di bawah merupakan tuba uterine dan terikat
di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
5 ) Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam
banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke
dalam uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa
yang memberikan nutrisi pada ovum.Tuba fallopi disebut
juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan.
Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada
ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat
ovulasi agar masuk kedalam tuba. (Tambayong,2002)
9
3. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus
membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut
tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut
ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak
diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
a. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma
Akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang
diinduksi dengan virus papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya
perkembangan menjadi karsinoma pada
kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada
kejadian kanker dilandasi oleh beberapa faktor
yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan
angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi
Intraepitel Serviks )
b. Merokok
10
c. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari
18 tahun).
d. Berganti - ganti pasangan seksual.
e. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual
pertama pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan
pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
f. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk
mencegah keguguran.
g. Pemakaian Pil KB.
h. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih
dari lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali.
WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian kontrasepsi
oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya
pemakaian.
i. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
j. Golongan ekonomi lemah.
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap
smear secara rutin dan pendidikan yang rendah.
( Dr imam Rasjidi, 2010 )
4. Patofisiologi
11
dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala
dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang
menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah
keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami
beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi
saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan,
penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ).
Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit
yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul
masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua
tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan
atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury
pun akan muncul.Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker
leher rahim ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.
Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa
kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.
(Price, syivia Anderson, 2005)
5. Manifestasi klinik
1) Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2) Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3) Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4) Perdarahan spontan saat defekasi.
5) Perdarahan diantara haid.
6) Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7) Anemia akibat pendarahan berulang.
8) Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
12
6. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
2. Penatalaksanaan Keperawatan
13
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam
perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas,
sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan
untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang
kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan
pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi
perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan
posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral
sampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan post
pengobatan antara lain menghindari komplikasi post pengobatan
( tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ), monitor intake dan
output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)
Tingkat kriteria
14
6) Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina,
parametrium masih bebas dari infiltrate tumor.
7) TahapIIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral
tetapi belum sampai pada dinding panggul.
8) Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina
atau telah meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul.
Penyakit
9) nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding panggul.
Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat
oleh tumor.
10) Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian
distal vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
11) Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding
panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor
dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada
tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
12) Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul
kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih
(dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar
paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
13) Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil,
atau sudah menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung
kemih.
14) Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Sitologi
15
sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya
melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining
sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian
diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
b. Kolposkopi
c. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya
atau hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak
dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi
harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam sehingga harus
diawetkan dalam larutan formalin 10%.
d. Konisasi
16
daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna oleh larutan
lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai
berikut :
17
B. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
18
serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
anemia.
19
(Diananda, 2008).
4. Keadaan psikososial
pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi
wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang
5. Data khusus
1) Keluhan haid
serviks.
20
serviks terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin
Gejala :
malam hari.
c. Integritas ego
d. Eliminasi
21
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak,
f. Neurosensori
h. Keamanan
(Mitayani, 2009).
i. Seksualitas
j. Integritas sosial
k. Pemeriksaan penunjang
22
2015). Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan hematologi
l. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
2) Wajah
3) Leher
lanjut.
4) Abdomen
5) Ekstermitas
6) Genitalia
23
(Brunner, 2013). Pada pasien kanker serviks post
24
b. Diagnosa keperawatan
25
c.Intervensi keperawatan
Kriteria :
1. pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0-3.
2. Ekspresi wajah rileks.
3. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan skala
nyeri.
Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, distraksi, imajinasi,
message.
Awasi dan pantau TTV.
Berikan posisi yang nyaman.
Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional :
1. Mengetahui tingkat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
2. Mengurangi rasa nyeri.
3. Mengetahui tanda kegawatan.
4. Memberikan rasa nyaman dan membantu mengurangi nyeri.
5. Mengontrol nyeri maksimum.
26
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah karena proses eksternal Radiologi .
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional :
Untuk mengetahui status nutrisi
Memantau peningkatan BB.
Kebutuhan jaringan metabolik adequat oleh nutrisi.
Identifikasi defisiensi nutrisi.
Agar nutrisi terpenuhi
27
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervaginam
( darah, keputihan ).
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional :
28
Mencegah terjadinya infeksi.
Kriterial hasil :
Intervensi :
Rasional :
29
Meningkatkan kemampuan kontrol cemas.
Mengurangi kecemasan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional :
30
Membantu menghindari trauma kulit.
Efek kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi.
Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit.
Kriteria hasil :
Intervensi :
o Intruksikan dan bantu dalam mobilitas secara tepat.
o Anjurkan untuk berpegangan tangan atau minta bantuan
pada keluarga dalam melakukan suatu kegiatan.
o Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan alat bantuan.
Rasional :
31
7. Gangguan pola seksual berhubungan dengan metaplasia penyakit.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional :
32
b. Untuk memberikan pandangan bahwa keterbatasan kondisi/
lingkungan akan berpengaruh pada kemampuan seksual tetapi
mereka takut untuk menanyakan secara lansung.
33
8. Resti terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
pervaginam.
Kriterial hasi :
Intervensi :
Rasional :
34
Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
(Doengoes, 2005)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan
serviks (organ yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa tipe
kanker serviks. Tipe yang paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma
(SCC), yang merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks.
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV).
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (IVA merupakan pemeriksaan
leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher
rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%
35
DAFTAR PUSTAKA
Frumovitz, M., Charlotte C.S., Leslie R.S., Mark F.M, Anuja J.J., Taylor, W.,
Patricia, E., Therese B.B., Charles F.L., David M.G., & Diane C.B. (2005).
Quality of Life and Sexual Functioning in Cervical Cancer Survivors. Journal of
Clinical Oncology Vol. 23 Number 30, 23:7428-7436.
Indrayani, D. (2007). Pengalaman Hidup Klien Kanker Serviks di Bandung.
Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran.
Mardjikoen, P. (2007). Tumor ganas alat genital. dalam: Wiknjosastro H,
Saifuddin AB,Rachimhadi T. Ilmu kandungan. Edisi kedua, Cetakan kelima.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapiu
Prawiharjo, sarwono. 1998. Ilmu Kebidanan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
36
37