Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KANKER SERVIKS
Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Epidemiologi Gizi

Penyakit Degeneratif

Disusun oleh :

Novelin Diya Pasapan

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas penyertaan-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Kanker Serviks ini dengan baik.
Saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi
dalam makalah ini, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen pengampu yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Makassar, 14 Juli 2021

Novelin Diya Pasapan

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................i

Daftar Isi .............................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang .......................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Definisi Kanker Serviks ..........................................................................................4


B. Angka Kejadian Kanker Serviks di Indonesia ........................................................6
C. Etiologi Kanker Serviks ..........................................................................................6
D. Gejala dan Diagnosis Kanker Serviks ....................................................................7
E. Pencegahan dan Pengobatan Kanker Serviks .........................................................9
F. Faktor Risiko Kanker Serviks .................................................................................13
G. Penatalaksanaan Gizi ..............................................................................................15
H. Makanan Yang Boleh dan Tidak Boleh Dikonsumsi Penderita .............................16

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................19
B. Saran .......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area
bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010). Pada tahun
2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius
karena jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker payudara merupakan
jenis kanker kedua di Indonesia yang menyerang kaum wanita setelah kanker serviks (mulut
rahim). Dengan kata lain, kanker serviks adalah urutan pertama terbanyak yang menyerang
kaum wanita di Indonesia. (Azamris, 2006).

Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data
yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun
penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun.
(Emilia, 2010). Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan
perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat
kanker serviks yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum
yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan
sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan
prognosis dari penderita. (Rasjidi, 2007).

Di Indonesia sendiri, diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap
tahunnya, sedangkan angka kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Setiap harinya
diperkirakan terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena
penyakit tersebut. Pada tahun 2009, kasus baru kanker serviks berjumlah 2.429 atau sekitar
25,91% dari seluruh kanker yang ditemukan di Indonesia. Dengan angka kejadian ini, kanker
serviks menduduki urutan kedua setelah kanker payudara pada wanita usia subur 15 – 44
tahun. (Wijaya, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah penyakit kanker di
Indonesia antara lain hampir 70% penderita penyakit ini ditemukan dalam keadaan stadium
yang sudah lanjut.

16
Semua wanita berisiko untuk terserang kanker serviks. Namun beberapa faktor risiko
yang dapat meningkatkan peluang terjadinya kanker serviks antara lain umur, wanita yang
berumur 35 – 50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual rawan terserang kanker serviks.
Umur pertama kali berhubungan seksual juga merupakan faktor risiko terjadinya kanker
serviks, sekitar 20% kanker serviks dijumpai pada wanita yang aktif berhubungan seksual
sebelum umur 16 tahun. Jumlah pasangan seksual turut berkontribusi dalam penyebaran
kanker serviks, semakin banyak jumlah pasangan seksual maka semakin meningkat pula
risiko terjadinya kanker serviks pada wanita tersebut. Frekuensi kehamilan juga
meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks karena memiliki riwayat infeksi di daerah
kelamin. Wanita yang merokok atau perokok pasif juga meningkatkan risiko kanker serviks.
Selain itu penggunaan pil kontrasepsi dalam jangka waktu yang lama juga meningkatkan
risiko terjadinya kanker serviks. (Wijaya, 2010)

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu kanker serviks?


2. Seberapa sering kejadian kanker serviks menimpa perempuan Indonesia?
3. Apa saja penyebab kanker serviks?
4. Bagaimana cara mendiagnosis kanker serviks?
5. Apa saja gejala kanker serviks?
6. Bagaimana pencegahan dan pengobatan terhadap kanker serviks?
7. Apa saja faktor risiko kanker serviks?
8. Bagaimana penatalaksanaan gizi kanker serviks?
9. Apa saja makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh penderita kanker
serviks?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu kanker serviks.


2. Mengetahui angka kasus kejadian kanker serviks di Indonesia.
3. Mengetahui apa saja penyebab terjadinya kanker serviks.
4. Mengetahui cara diagnosis kanker serviks.
5. Mengetahui gejala kanker serviks.
6. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan kanker serviks.

16
7. Mengetahui faktor risiko kanker serviks.
8. Mengetahui penatalaksanaan gizi penderita kanker serviks.
9. Mengetahui apa saja makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh
penderita kanker serviks.

16
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kanker Serviks

Serviks atau leher rahim adalah bagian ujung rahim yang menyempit dengan ujung


inferior (bawah) mengarah ke vagina pada sistem reproduksi wanita. Panjang serviks kira-
kira 2.5-3,5 cm dan berbentuk silinder dan disebut kanalis servikalis. Serviks adalah struktur
yang menghubungkan mulut rahim dengan vagina. Serviks berfungsi sebagai barier fisik
untuk rahim (uterus) yang akan mencegah terjadinya aborsi akibat infeksi dengan cara
mengisolasi janin dari lingkungan eksternal. Mukosa serviks juga menghasilkan mukus yang
akan membentuk lendir untuk menutup kanalis servikalis selama masa subur dan saat proses
persalinan. Mukus ini mengandung lisosim yang akan menghancurkan beberapa jenis bakteri.
Jumlah mukus yang dihasilkan berbeda pada setiap fase di dalam siklus mestruasi, tergantung
kadar hormon yang dihasilkan oleh ovarium. Pada pertengahan siklus menstruasi, mukus
yang dihasilkan oleh serviks dapat meningkat hingga sepuluh kali lipat. Mukus saat itu
biasanya tidak kental dan berfungsi menyediakan lingkungan yang cocok untuk
migrasi sperma. Di saat-saat lain pada siklus menstruasi, sifat mukus serviks sangat kental,
sehingga membatasi pergerakan sperma. Kondisi mukus serviks tersebut turut menentukan
masa subur seorang wanita.
Kanalis servikalis adalah jalur tempat lewatnya sperma saat berhubungan intim dan
lapisan endometrium yang luruh saat proses menstruasi. Selain itu, serviks adalah bagian
rahim yang menjadi parameter majunya pembukaan selama proses persalinan. Pada
saat persalinan, peregangan serviks yang disebabkan oleh desakan janin akan memicu refleks
persarafan dan meningkatkan kontraksi rahim, sehingga dapat membantu proses pergerakan
bayi keluar.
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Umumnya,
kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul saat kanker
sudah mulai menyebar. Dalam banyak kasus, kanker serviks terkait dengan infeksi menular
seksual. Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling mematikan pada wanita,
selain kanker payudara.

16
1. Jenis kanker serviks
Ada 2 jenis kanker serviks, yaitu:

a. Karsinoma sel skuamosa (KSS) → KSS adalah jenis kanker serviks yang paling
sering terjadi. KSS bermula pada sel skuamosa, yaitu sel yang melapisi bagian
luar leher rahim.
b.Adenokarsinoma → Jenis kanker serviks ini bermula pada sel kelenjar pada saluran
leher rahim.

2. Stadium Kanker Serviks

Tahap atau stadium digunakan untuk menjelaskan tingkat penyebaran kanker. Semakin
tinggi stadium kanker, maka semakin luas penyebarannya. Pada tahap awal, kanker serviks
bisa dimulai dari adanya displasia serviks. Berikut ini adalah stadium kanker serviks
berdasarkan penyebarannya:

a. Stadium 1

 Sel kanker tumbuh di permukaan leher rahim, tetapi belum menyebar ke luar
rahim.
 Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di
sekitarnya, namun belum menyerang organ di sekitarnya.
 Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm.

b. Stadium 2

 Kanker sudah menyebar ke rahim, namun belum menyebar hingga ke bagian


bawah vagina atau dinding panggul.
 Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di
sekitarnya, namun belum menyerang organ di sekitarnya.
 Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm.

c. Stadium 3

 Kanker sudah menyebar ke bagian bawah vagina, serta menekan saluran


kemih dan menyebabkan hidronefrosis.
 Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di
sekitarnya, namun belum menyerang organ di sekitarnya.

16
d. Stadium 4

 Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke organ lain, seperti kandung


kemih, hati, paru-paru, usus, atau tulang.

Penelitian mengungkapkan bahwa angka harapan hidup pada penderita kanker


serviks tergantung stadium yang dialami. Meskipun demikian, angka harapan hidup hanya
hitungan persentase penderita yang masih hidup, lima tahun setelah didiagnosis menderita
kanker serviks.
Sebagai contoh, angka harapan hidup 80% berarti 80 dari 100 penderita bertahan
hidup 5 tahun setelah terdiagnosis kanker serviks. Perlu diketahui, banyak penderita yang
hidup lebih dari 5 tahun setelah didiagnosis kanker serviks. Berikut adalah angka harapan
hidup pada penderita kanker serviks berdasarkan stadium yang dialami:

 Stadium 1 – 80-93%
 Stadium 2 – 58-63%
 Stadium 3 – 32-35%
 Stadium 4 – 15-16%

B. Angka Kejadian Kanker Serviks di Indonesia

Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data
yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun
penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun.
(Emilia, 2010)
Berdasarkan penelitian yang dirilis WHO pada tahun 2014, lebih dari 92 ribu kasus
kematian pada wanita di Indonesia disebabkan oleh penyakit kanker. Dari jumlah tersebut,
10% terjadi karena kanker serviks. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, setidaknya
terjadi 15000 kasus kanker serviks setiap tahunnya di Indonesia, sedangkan angka
kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Setiap harinya diperkirakan terjadi 41 kasus
baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Pada tahun
2009, kasus baru kanker serviks berjumlah 2.429 atau sekitar 25,91% dari seluruh kanker
yang ditemukan di Indonesia. Dengan angka kejadian ini, kanker serviks menduduki urutan
kedua setelah kanker payudara pada wanita usia subur 15 – 44 tahun. (Wijaya, 2010). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masalah penyakit kanker di Indonesia antara lain hampir 70%
penderita penyakit ini ditemukan dalam keadaan stadium yang sudah lanjut.

C. Etiologi Kanker Serviks

Etiologi yaitu studi yang mempelajari tentang sebab dan asal muasal. Kata tersebut
berasal dari bahasa Yunani αἰτιολογία, aitiologia, yang berfaedah "menyebabkan". Di bidang
kedokteran, istilah ini mengacu pada penyebab dari suatu penyakit atau gangguan kesehatan.

16
Ketika suatu etiologi suatu penyakit tidak bisa diambil keputusan atau diketahui secara pasti,
penyebab penyakit tersebut dinamakan idiopatik. Dalam bidang epidemiologi, dibutuhkan
sejumlah bukti yang dikumpulkan secara bersama-sama bagi menyimpulkan suatu penyebab.
Selain itu, juga perlu dibedakan selang penyebab dan asosiasi atau korelasi statistis. Bagi
membedakan kedua hal tersebut, perlu diterapkan suatu studi epidemiologi semakin lanjut.

Etiologi kanker serviks mengacu pada penyebab terjadinya penyakit ini. Kanker serviks
terjadi ketika sel-sel yang sehat mengalami perubahan atau mutasi genetik. Mutasi genetik ini
mengubah sel yang normal menjadi abnormal, kemudian berkembang secara tidak terkendali
dan membentuk sel kanker. Sel kanker yang tidak ditangani, akan menyebar ke jaringan di
sekitarnya. Penyebaran terjadi melalui sistem limfatik, yaitu aliran getah bening yang
berfungsi menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi. Bila sudah mencapai sistem
limfatik, sel kanker dapat menyebar ke berbagai organ tubuh, misalnya tulang. Proses ini
disebut dengan metastasis.

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker ini. Faktor utamanya adalah
kelompok virus yang disebut HPV (human papilloma virus) yang menginfeksi leher rahim.
Selain daerah kelamin, HPV juga dapat menginfeksi kulit dan membran mukosa di anus,
mulut, serta tenggorokan.
HPV pada serviks menular melalui hubungan seksual dan penularan ini semakin berisiko bila
memiliki lebih dari satu partner seksual, hubungan seks pada usia dini, individu dengan
kekebalan tubuh lemah (misalnya pada pasien HIV/AIDS), serta penderita infeksi menular
seksual, seperti gonore, klamidia, dan sifilis.
Pada banyak kasus, infeksi HPV sembuh dengan sendirinya. Tetapi pada sebagian wanita,
infeksi HPV memicu perubahan abnormal pada sel di rahim. Perubahan abnormal ini
disebut cervical intraepitheal neoplasia (CIN), yaitu suatu kondisi pra-kanker yang akan
berkembang menjadi kanker bila tidak segera ditangani. Namun demikian, diketahui hanya
5% infeksi HPV yang berkembang menjadi CIN dalam kurun waktu 3 tahun. Sedangkan
perkembangan dari CIN menjadi kanker serviks dapat terjadi dalam 5 hingga 30 tahun.
Penelitian menunjukkan, lebih dari 99% kasus kanker serviks terkait dengan HPV. Meskipun
demikian, tidak semua HPV menyebabkan kanker serviks. Dari 100 lebih tipe virus HPV,
hanya 15 di antaranya yang terkait dengan kanker serviks, terutama HPV 16 dan HPV 18.

D. Gejala dan Diagnosis Kanker Serviks


1. Gejala
Kanker serviks umumnya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal. Gejala baru
muncul saat kanker memasuki stadium lanjut. Pada kondisi tersebut, gejala yang muncul
bisa berupa:

 Perdarahan melalui vagina di luar masa menstruasi, setelah berhubungan intim, atau
setelah menopause.
 Keluar cairan berbau tidak sedap dari vagina, yang kadang bercampur darah.
 Timbul rasa sakit tiap berhubungan seksual.

16
 Nyeri panggul.

Bila kanker semakin menyebar ke jaringan di sekitarnya, beberapa gejala lain yang
dapat muncul meliputi:

 Diare.
 Mual dan muntah.
 Kejang.
 Kehilangan selera makan.
 Penurunan berat badan.
 Perut membengkak (asites).
 Nyeri saat buang air kecil.
 Terdapat darah dalam urine (hematuria).
 Perdarahan pada dubur saat buang air besar.
 Pembengkakan pada kaki.
 Tubuh mudah lelah.

Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami perdarahan pada vagina


setelah menopause. Walaupun umumnya disebabkan oleh kanker serviks, kondisi tersebut
juga dapat disebabkan oleh kondisi lain, seperti polip rahim atau vagina kering.

2. Diagnosis

Deteksi kanker serviks sejak dini, akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan


pengobatan. Karena itu, dokter akan menganjurkan skrining kanker serviks, meliputi:

 Pap smear → Prosedur ini dilakukan dengan membuka vagina menggunakan alat
khusus yang dinamakan spekulum atau cocor bebek, kemudian mengambil sampel
sel dari leher rahim dengan mengikis jaringan serviks dengan sikat khusus untuk
diteliti di laboratorium. Melalui pap smear, keberadaan sel-sel abnormal yang dapat
berkembang menjadi kanker dapat dideteksi.
 Pemeriksaan HPV DNA → Sama seperti pap smear, dokter akan menggunakan
spekulum untuk membuka vagina dan mengambil sampel sel dari leher rahim untuk
diperiksa di laboratorium. Bedanya, tes HPV DNA bertujuan mendeteksi keberadaan
virus HPV yang dapat memicu kanker serviks.

Dokter menganjurkan wanita usia 21-29 tahun menjalani pap smear tiap 3 tahun.


Sedangkan pada wanita usia 30-64 tahun, kombinasi pap smear dan  tes HPV DNA dapat
dilakukan tiap 5 tahun, atau bisa juga dengan menjalani masing-masing tes secara terpisah
tiap 3 tahun. Pada wanita usia 65 tahun ke atas, mintalah saran dokter mengenai perlunya
menjalani pemeriksaan pap smear.
Pasien yang diduga terserang kanker serviks dari hasil skrining akan disarankan
menjalani kolposkopi. Kolposkopi adalah pemeriksaan untuk mencari kelainan sel di leher
rahim. Sama seperti skrining kanker serviks, kolposkopi dilakukan dengan membuka
vagina menggunakan spekulum. Kemudian, dokter akan menggunakan mikroskop kecil
yang dilengkapi lampu di ujungnya (kolposkop) untuk melihat kondisi leher rahim.

16
Bila dokter melihat adanya kelainan saat kolkoskopi dilakukan, sampel sel dari leher
rahim akan diambil melalui biopsi untuk kemudian diperiksa di laboratorium. Biopsi
dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan bius lokal pada pasien. Metode biopsi yang
umumnya digunakan adalah biopsi punch dan biopsi kerucut.
Biopsi punch dilakukan dengan mengambil sampel sel pada permukaan leher rahim.
Sedangkan pada biopsi kerucut, dokter akan mengambil sampel jaringan dengan bentuk
kerucut pada area yang umumnya menjadi awal sel kanker berasal. Area tersebut termasuk
bagian luar leher rahim (eksoserviks), hingga saluran dalam (endoserviks).
Selain digunakan untuk diagnosis sel kanker, biopsi kerucut juga dapat digunakan
untuk menangani kanker serviks stadium awal. Pasien biasanya tidak memerlukan
pengobatan lanjutan bila semua sel kanker berhasil diangkat. Biopsi kerucut juga tidak
akan menyebabkan pasien menjadi mandul. Namun jika jaringan yang diangkat cukup
besar, pasien akan berisiko untuk melahirkan prematur saat hamil.
Selain biopsi, pengambilan sampel sel dapat dilakukan melalui kuret endoserviks.
Dokter akan mengambil sampel sel pada saluran sempit di antara leher rahim dan uterus
untuk diteliti di laboratorium. Sama seperti teknik biopsi, prosedur ini akan menyebabkan
pasien mengalami nyeri atau kram perut dan perdarahan.
Setelah dipastikan terdapat kanker pada serviks pasien, dokter akan menjalankan
sejumlah tes untuk mengetahui tingkat penyebaran (stadium) kanker, meliputi:

 Tes darah → Tes darah dilakukan untuk memeriksa kondisi organ lain, seperti hati,
ginjal, dan sumsum tulang.
 Sistoskopi → Dalam prosedur pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan selang kecil
yang dilengkapi lampu ke kandung kemih melalui uretra. Sebelum
menjalani sistoskopi, pasien akan diberikan bius lokal, atau total jika diperlukan.
 Proktoskopi → Proktoskopi adalah pemeriksaan rektum atau bagian akhir dari usus
besar yang terhubung ke anus. Dokter akan memasukkan selang yang dilengkapi
lampu melalui anus, untuk melihat kemungkinan kanker serviks menyebar ke
rektum.
 Tes pencitraan → Salah satu pemindaian yang dapat dilakukan adalah foto Rontgen
dada untuk mengetahui kemungkinan kanker sudah menyebar ke paru-paru. Selain
itu, dokter juga dapat menjalankan foto Rontgen saluran kemih (IVP) untuk melihat
apakah kanker menyumbat saluran kemih. MRI, CT scan, atau PET scan juga
digunakan untuk melihat ukuran tumor dan mengetahui tingkat penyebaran kanker
dengan lebih jelas.

E. Pencegahan dan Pengobatan Kanker Serviks


1. Pencegahan
Anda dapat melakukan beberapa langkah pencegahan guna mengurangi risiko
terserang kanker serviks, di antaranya:

 Berhubungan seks secara aman → Gunakan kondom dan hindari berhubungan


seksual dengan berganti pasangan.
 Menerima vaksin HPV → Vaksin HPV dapat diberikan pada wanita usia 9-26 tahun.
Vaksin ini akan lebih efektif bila diberikan sebelum aktif secara seksual.

16
 Rutin menjalani pap smear → Menjalani pap smear secara rutin berdasarkan usia
membuat kondisi serviks selalu terpantau. Sehingga bila terdapat kanker, akan lebih
mudah ditangani sebelum berkembang lebih lanjut.
 Tidak merokok.

2. Pengobatan
Pengobatan terhadap kanker serviks meliputi bedah, kemoterapi, radioterapi, atau
kombinasi ketiganya. Metode yang dipilih tergantung kepada beberapa faktor, yaitu
stadium kanker, jenis kanker, serta kondisi kesehatan pasien. Sejumlah pengobatan yang
dapat dilakukan pada kanker serviks meliputi:

a. Bedah
Beberapa metode bedah dapat menangani kanker serviks, terutama pada stadium
awal. Di antaranya adalah:
 Bedah laser → Bedah laser bertujuan menghancurkan sel kanker dengan
menembakkan sinar laser melalui vagina.
 Cryosurgery → Cyrosurgery menggunakan nitrogen cair untuk membekukan dan
menghancurkan sel kanker.
 Konisasi atau biopsi kerucut → Prosedur ini bertujuan mengangkat sel kanker
menggunakan pisau bedah, laser, atau kawat tipis yang dialiri listrik (LEEP). Metode
konisasi yang dipilih tergantung pada lokasi dan jenis kanker.
 Histerektomi → Histerektomi adalah bedah untuk mengangkat rahim (uterus) dan
leher rahim (serviks). Pengangkatan sel kanker dapat dilakukan melalui sayatan di
perut (abdominal hysterectomy), atau dengan laparoskopi (laparoscopic
hysterectomy). Selain dua metode tersebut, kanker juga bisa diangkat melalui vagina
(vaginal hysterectomy). Pada kanker yang sudah menyebar luas, dokter juga akan
mengangkat area vagina, serta ligamen dan jaringan di sekitarnya. Selain itu,
ovarium (indung telur), saluran indung telur, dan kelenjar getah bening di sekitarnya
juga akan diangkat. Prosedur ini disebut histerektomi radikal. Perlu diketahui bahwa
histerektomi akan membuat pasien tidak lagi bisa memiliki anak, dan
mengakibatkan menopause pada wanita yang seharusnya belum mengalaminya.
Selain itu, histerektomi juga dapat menimbulkan komplikasi jangka pendek seperti
infeksi, perdarahan, terbentuknya gumpalan darah, dan cedera pada kandung kemih,
ureter (saluran urine dari ginjal ke kandung kemih), atau rektum. Sedangkan pada
kasus yang jarang, komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi
adalah limfedema (pembengkakan pada lengan dan tungkai akibat penyumbatan
saluran getah bening) dan inkontinensia urine (urine keluar tidak terkontrol).
Kemungkinan komplikasi lainnya dapat berupa timbulnya sumbatan pada usus
akibat terbentuknya jaringan parut, dan nyeri saat berhubungan seks akibat vagina
yang terlalu pendek dan kering.
 Trakelektomi radikal → Bedah trakelektomi bertujuan mengangkat serviks, vagina
bagian atas, serta kelenjar getah bening di area pinggul, melalui laparoskopi. Pada
trakelektomi, rahim tidak ikut diangkat, dan disambungkan ke bagian bawah vagina.
Oleh karena itu, pasien masih memungkinkan memiliki anak.

16
 Bilateral salpingo oophorectomy. Bedah ini digunakan untuk mengangkat kedua
ovarium dan tuba falopi.
 Pelvic exenteration. Pelvic exenterationadalah operasi besar yang hanya disarankan
jika kanker serviks kambuh kembali setelah sempat sembuh. Operasi ini dilakukan
jika kanker kembali ke daerah panggul, tapi belum menyebar ke wilayah lain. Ada
dua tahapan pelvic exenteration yang harus dilewati. Di tahap pertama, kanker dan
vagina akan diangkat. Kandung kemih dan rektum juga mungkin ikut diangkat. Lalu
pada tahap kedua, 1-2 lubang (stoma) akan dibuat di perut sebagai jalan untuk
mengeluarkan urine dan feses. Kotoran yang dibuang dimasukkan ke dalam kantung
penyimpanan yang disebut kantung kolostomi. Setelah prosedur bedah selesai,
dokter akan menggunakan kulit dan jaringan dari bagian tubuh lain untuk membuat
vagina baru.

b. Radioterapi
Radioterapi adalah metode pengobatan kanker yang menggunakan sinar radiasi
tinggi untuk membunuh sel kanker. Untuk kanker serviks stadium awal, radioterapi bisa
dijalankan sebagai pengobatan tunggal atau dikombinasikan dengan bedah. Sedangkan
pada kanker serviks stadium lanjut, radioterapi dapat dikombinasikan bersama kemoterapi
untuk mengendalikan nyeri dan perdarahan. Radioterapi bisa diberikan dengan dua cara,
yaitu:
 Radioterapi eksternal → Radioterapi eksternal atau disebut juga external beam
radiation therapy (EBRT), dilakukan dengan menggunakan mesin radioterapi.
Mesin ini akan menembakkan gelombang energi tinggi ke area panggul pasien untuk
menghancurkan sel kanker. Pada umumnya, pasien menjalani EBRT 5 hari dalam
seminggu, selama 6-7 pekan. EBRT akan dikombinasikan dengan pemberian obat
kemoterapi dalam dosis rendah, seperti cisplatin. Walaupun demikian, EBRT juga
dapat diberikan sebagai pengobatan tunggal, terutama pada pasien yang tidak bisa
menjalani kemoterapi.
 Radioterapi internal → Radioterapi internal atau brakiterapi dilakukan dengan
memasukkan implan radioaktif melalui vagina, dan ditempatkan langsung di sel
kanker atau di dekatnya. Brakiterapi sering dikombinasikan dengan EBRT sebagai
terapi utama kanker serviks. Brakiterapi dapat diberikan dengan dosis rendah selama
beberapa hari. Bisa juga diberikan dalam dosis tinggi selama seminggu. Pada
brakiterapi dosis tinggi, implan radioaktif akan dimasukkan dan didiamkan selama
beberapa menit, lalu dikeluarkan.
Dalam jangka pendek, EBRT dapat menyebabkan efek samping seperti diare, mual
muntah, kram perut, tubuh lemas, iritasi kulit, perdarahan pada vagina atau rektum,
dan inkontinensia urine. Efek samping lainnya meliputi nyeri pada vagina (terutama
saat berkemih), perubahan siklus menstruasi, menopause dini, cystitis, serta
kekurangan sel darah seperti sel darah putih (leukopenia). Sedangkan pada
brakiterapi, efek samping jangka pendek yang umumnya muncul adalah iritasi pada
vagina. Pada beberapa kasus, efek samping di atas dapat bersifat permanen. Tetapi,
kebanyakan efek samping akan hilang dalam 2 bulan setelah menyelesaikan
pengobatan. Dalam jangka panjang, EBRT dan brakiterapi dalam menimbulkan efek
samping seperti vaginal stenosis (kondisi vagina menyempit atau memendek).
Kondisi ini akan menyebabkan nyeri pada vagina saat berhubungan seks. Selain itu,
terapi radiasi pada panggul dapat melemahkan tulang. Bahkan, patah tulang panggul

16
dapat terjadi 2-4 tahun setelah menjalani radioterapi. Efek samping lainnya adalah
limfedema atau pembengkakan pada kaki akibat penyumbatan saluran getah bening.
Untuk mencegah efek samping seperti kemandulan, dokter akan menyarankan
pasien menjalani pengambilan sel telur, sehingga pasien dapat menjalani bayi
tabung di kemudian hari. Sedangkan untuk mencegah menopause dini, ovarium bisa
dipindahkan ke area panggul yang tidak terkena radiasi. Prosedur ini dikenal dengan
istilah ovarian transposition.

c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah metode pengobatan dengan memberikan pasien obat antikanker
dalam bentuk obat minum atau suntik. Obat ini dapat memasuki aliran darah dan
menyebar ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, kemoterapi sangat berguna dalam membunuh
sel kanker berbagai area tubuh.
Umumnya, kemoterapi dikombinasikan dengan radioterapi secara bersamaan untuk
meningkatkan efektivitas radioterapi. Metode ini disebut juga dengan kemoradiasi. Contoh
obat yang digunakan dalam kemoradiasi adalah cisplatin (diberikan 4 jam sebelum pasien
menjalani radioterapi) atau cisplatin dengan 5-fluorouracil (diberikan tiap 4 minggu
selama pasien menjalani radioterapi).
Kemoterapi juga digunakan untuk menangani kanker yang telah menyebar ke organ
dan jaringan lain. Beberapa obat kemoterapi yang digunakan dalam kondisi ini, antara lain
adalah carboplatin, cisplatin, gemcitabine, atau paclitaxel.
Selain dikombinasikan dengan radioterapi, kemoterapi juga dapat diberikan sebagai
pengobatan tunggal pada kanker serviks stadium lanjut. Tujuannya adalah untuk
memperlambat penyebaran sel kanker dan meredakan gejala yang dialami. Metode ini
disebut juga kemoterapi paliatif.
Meskipun ampuh dalam membunuh sel kanker, kemoterapi juga dapat merusak sel
tubuh yang sehat. Oleh karena itu, sejumlah efek samping muncul akibat penggunaan obat
kemoterapi. Efek samping yang muncul tergantung kepada jenis dan dosis obat yang
digunakan, serta lama pengobatan yang dijalani. Efek samping yang paling sering timbul
pada pasien yang menjalani kemoterapi adalah rambut rontok. Walaupun demikian, tidak
semua obat kemoterapi menyebabkan kerontokan rambut, contohnya cisplatin.
Obat kemoterapi dapat merusak sel penghasil darah di tulang sumsum. Kondisi ini
akan menyebabkan tubuh kekurangan sel darah, sehingga pasien rentan mengalami
infeksi, memar dan perdarahan, serta sesak napas.
Beberapa efek samping lain yang dapat muncul akibat kemoterapi adalah:

 Diare
 Kehilangan nafsu makan
 Mual muntah
 Sariawan
 Lemas

16
Perlu diketahui bahwa obat kemoterapi dapat merusak ginjal. Oleh karena itu,
penting bagi pasien yang menjalani kemoterapi untuk rutin melakukan tes darah, agar
kondisi ginjal selalu terpantau.

d. Terapi Target
Terapi target adalah pemberian obat yang menghambat pertumbuhan tumor. Jenis
obat yang digunakan dalam terapi target memiliki fungsi yang berbeda dengan obat
kemoterapi biasa. Salah satu golongan obat terapi target adalah penghambat angiogenesis
(misalnya, bevacizumab). Obat ini bekerja dengan menghambat angiogenesis, yaitu proses
di mana tumor membentuk pembuluh darah baru, guna mendukung perkembangannya.
Efek samping yang mungkin muncul akibat terapi target dapat berupa tekanan darah
tinggi, lemas, dan kehilangan nafsu makan. Pada kasus yang jarang, efek samping yang
lebih serius meliputi perdarahan, terbentuknya gumpalan darah, dan terbentuknya fistula
(saluran abnormal antara vagina dan bagian usus besar).
Setelah kanker berhasil diangkat, sangat penting bagi pasien untuk menjalani
pemeriksaan lanjutan, terutama pada vagina dan leher rahim (jika rahim belum diangkat).
Pemeriksaan bertujuan untuk melihat kemungkinan kanker tumbuh kembali. Bila
pemeriksaan menunjukkan hasil yang mencurigakan, dokter dapat menjalankan biopsi.
Pasien disarankan menjalani pemeriksaan lanjutan tiap 3-6 bulan sekali, selama 2
tahun pertama setelah pengobatan selesai. Lalu dilanjutkan tiap 6-12 bulan untuk 3 tahun
berikutnya.
Bagi pasien yang sedang hamil, pengobatan kanker serviks tergantung stadium dan
umur kehamilan. Pada penderita kanker serviks stadium 1, dokter bisa menjalankan
konisasi atau trakelektomi radikal. Sedangkan pada pasien kanker serviks stadium 2
sampai stadium 4, tidak dibolehkan menjalani radioterapi atau bedah hingga pasien
melahirkan. Sebagai gantinya, dokter dapat memberikan kemoterapi pada trimester kedua
atau ketiga kehamilan.

F. Faktor Risiko Kanker Serviks


Mengingat penyakit ini sangat mematikan, setiap perempuan perlu mengetahui faktor
risiko apa saja yang dapat menyebabkan dirinya lebih rentan terkena kanker serviks. Hal ini
penting untuk mencegah kemunculan kanker serviks. Penyebab kanker serviks belum
diketahui secara pasti. Namun, terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk menderita penyakit ini. Di antaranya adalah:

1. Infeksi human papillomavirus (HPV)
Hampir seluruh kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV. Virus ini
dapat menginfeksi sel-sel di permukaan kulit dan alat kelamin, anus, serta mulut dan
tenggorokan. Seorang wanita dapat terinfeksi HPV dari perilaku seks berisiko. Misalnya
sering berganti pasangan seksual sejak usia muda, atau berhubungan seks tanpa kondom.

16
2. Menderita penyakit menular seksual
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko kanker serviks lebih tinggi dialami
wanita yang pernah menderita penyakit menular seksual, seperti kutil kelamin, klamidia,
gonore, dan sifilis. Wanita yang sedang menderita penyakit menular seksual juga memiliki
risiko tinggi untuk terkena kanker serviks. Hal ini karena infeksi HPV bisa muncul
bersamaan dengan penyakit menular seksual.

3. Pola hidup tidak sehat


Wanita dengan berat badan berlebih serta jarang mengonsumsi buah dan sayuran
diduga berisiko tinggi terkena kanker serviks. Risiko ini akan semakin meningkat jika
wanita tersebut juga memiliki kebiasaan merokok. Zat kimia pada tembakau diyakini
dapat merusak sel DNA dan menyebabkan kanker serviks. Tak hanya itu, merokok juga
membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah, sehingga kurang efektif dalam
melawan infeksi HPV.

4. Sistem kekebalan tubuh yang lemah


Wanita yang daya tahan tubuhnya melemah, misalnya karena HIV/AIDS atau
menjalani pengobatan untuk menekan daya tahan tubuh, seperti pengobatan kanker dan
penyakit autoimun, lebih berisiko untuk terinfeksi HPV yang merupakan penyebab kanker
serviks.

5. Menggunakan pil KB
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral (pil KB)
dalam waktu yang lama dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Sebagai alternatif yang
lebih aman untuk mencegah kanker serviks, pilihlah metode kontrasepsi lain,
seperti IUD atau KB spiral. Untuk memilih jenis kontrasepsi yang tepat dan cocok,
sebaiknya konsultasikan ke dokter kandungan lebih lanjut.

6. Hamil usia muda serta sudah beberapa kali hamil dan melahirkan
Mengandung untuk pertama kali saat berusia kurang dari 17 tahun dapat membuat
seorang wanita lebih rentan terkena kanker serviks. Wanita yang pernah hamil dan
melahirkan lebih dari 3 kali juga diduga lebih berrisiko terkena kanker serviks. Menurut
penelitian, sistem kekebalan tubuh yang melemah dan perubahan hormon selama masa
kehamilan dapat membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi HPV.

7. Pernah mengonsumsi diethylstilbestrol (DES)
DES merupakan obat hormonal yang diberikan pada wanita untuk mencegah
keguguran. Ibu hamil yang mengonsumsi obat ini memiliki risiko lebih besar untuk
terkena kanker serviks. Obat ini juga dapat meningkatkan risiko kanker serviks pada janin
perempuan yang dikandungnya.

16
8. Faktor keturunan
Seorang wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker serviks, jika ada
keluarga perempuannya yang pernah terdiagnosis penyakit serupa. Belum diketahui pasti
apa yang mendasari hal ini, namun diduga berkaitan dengan faktor genetik. Untuk
menekan risiko penyebab kanker serviks, Anda perlu menerapkan pola hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari dan jauhi perilaku seks berisiko. Jangan lupa juga untuk
mendapatkan vaksinasi HPV guna mencegah kanker serviks, serta menjalani skrining atau
deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan pap smear atau tes IVA.
Langkah pencegahan ini bisa dilakukan saat berkonsultasi ke dokter. Semua langkah
pencegahan ini penting dilakukan karena umumnya kanker serviks tidak menimbulkan
gejala pada stadium awal dan baru muncul saat kanker memasuki stadium lanjut.

G. Penatalaksanaan Gizi
Banyak pasien kanker mengalami gangguan pencernaan. Konsultasi dengan ahli gizi
merupakan langkah yang tepat karena tak hanya untuk mengatasi gangguan sistem
pencernaan tapi juga bisa dapat rekomendasi diet yang tepat selama pengobatan. Ahli gizi
akan memantau status gizi dari awal hingga pengobatan selesai, membuat modifikasi yang
diperlukan untuk meminimalisir efek samping dengan mempercepat proses penyembuhan.
Termasuk bagi pasien kanker serviks, setidaknya perlu dipahami penatalaksanaan
gizi pada penderita kanker serviks, yaitu :

1. Makanan dengan indeks glikemik rendah


Pola makan dengan tinggi karbohidrat dan indeks glikemik tinggi telah lama
dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker, termasuk kanker serviks. Makanan dengan
indeks glikemik rendah merupakan dasar dari pola makan anti-kanker. Indeks glikemik ini
adalah ukuran kemampuan makanan terhadap kenaikan kadar gula dalam darah.
Umumnya makanan dengan indeks glikemik rendah itu berupa makanan yang lambat
dicerna seperti sayuran, kacang-kacangan dan buah yang membuat kadar gula dalam darah
lebih stabil.
2. Hindari protein berlebih
Seorang peneliti kanker asal Skotlandia pada abad 20, John Beard mengusulkan
bahwa pertahanan utama tubuh terhadap sel kanker adalah pancreatin. Senyawa ini pada
dasarnya campuran enzim protein yang sudah dicerna. Para ahli menyarankan bahwa
tubuh membutuhkan waktu untuk bebas protein setidaknya 12 jam dalam sehari untuk
memerangi sel kanker. Karenanya, hindari konsumsi protein berlebih agar tubuh mampu
mengolah protein lebih efektif.
3. Konsumsi makanan yang kaya I3C
Sayuran seperti brokoli, kubis, kembang kol dan kale disebut-sebut memiliki
kemampuan untuk mencegah kanker, termasuk kanker serviks. Hal itu disebabkan oleh
kandungan indole-3-carbinol (I3C) yang terbentuk ketika sayuran dicincang atau
dikunyah. Perlu diketahui, I3C ini memiliki sifat detoksifikasi sama seperti antioksidan
yang mampu menangkal radikal bebas.

16
4. Curcumin
Curcumin berupa fitokimia yang ada pada kunyit dan telah terbukti ampuh melawan
semua jenis kanker. Para peneliti dari Institute of Cytology dan Pencegahan Oncology
(ICPO) di New Delhi, India baru-baru ini menemukan fakta bahwa curcumin dapat
melawan kanker serviks sekaligus melindungi tubuh dari Human Papilloma Virus (HPV)
yang jadi penyebab utama kanker serviks dan rahum.
5. Konsumsi makanan dengan asam ellagic
Untuk melawan kanker serviks, asam ellagic berperan penting. Bukti ilmiah telah
menunjukkan bahwa asam ellagic secara efektif bisa menghilangkan penyebab kanker
serviks serta berfungsi sebagai detoks racun. Asam ellagic terdapat pada buah berry merah
seperti raspberry dan kacang-kacangan seperti kenari dan pecan.

H. Makanan Yang Boleh dan Tidak Boleh Dikonsumsi Penderita

1. Makanan yang boleh dikonsumsi penderita kanker serviks

Studi yang diterbitkan oleh Nutrition and Cancer mengatakan bahwa orang-orang
yang banyak mengonsumsi makanan mengandung antioksidan, flavonoid, folat,
karotenoid, vitamin C, vitamin E dan serat tidak mudah terserang virus HPV yang
meningkatkan risiko kanker serviks. Beberapa kandungan tersebut mampu lebih cepat
membersihkan virus HPV sebelum berubah menjadi sel-sel kanker.

Berikut ini beberapa makanan yang bisa kamu konsumsi untuk mencegah maupun
mengurangi pertumbuhan sel kanker dalam tubuh, yaitu:

 Kubis atau Kol

Kubis adalah  makanan yang baik kamu konsumsi untuk mencegah penyakit kanker
serviks. Kubis banyak mengandung kandungan baik untuk melawan virus HPV seperti
fitonutrien, vitamin A, vitamin C, vitamin K, lupeol, dan sinigrin. Sebaiknya jangan
memasak kubis terlalu lama karena bisa mengurangi kandungan gizi yang dibutuhkan.

 Teh Hijau

Konsumsi teh hijau setiap pagi menjauhkan kamu dari penyakit kanker serviks.
Kandungan polifenol dalam teh hijau dapat menghambat dan mematikan tumbuhnya sel
kanker dalam tubuh. Teh hijau baik untuk mengurangi dan mencegah semua jenis kanker.

 Kacang-kacangan

Memenuhi kebutuhan vitamin E tidak hanya berguna untuk kesehatan kulit kamu.
Vitamin E dapat mengurangi beberapa penyakit seperti penyakit pada pencernaan, hati,
maupun kanker. Kamu bisa menjadikan kacang-kacangan seperti kacang tanah atau
kacang almond sebagai camilan sehat. Namun, hindari konsumsi kacang-kacangan
berlebihan jika kamu juga mengidap asam urat.

 Wortel

16
Siapa bilang wortel hanya bagus untuk kesehatan mata? Rutin konsumsi wortel juga
bisa terhindar dari penyakit kanker serviks. Hal ini karena wortel mengandung beta
karoten dan karotenoid.

 Buah Beri

Stroberi, raspberi, dan kranberi memiliki kandungan senyawa fitokimia yang mampu
menghambat adanya proses inflamasi. Proses inflamasi yang tidak segera diatasi
menyebabkan bertumbuhnya sel kanker dalam tubuh. Ini menjadi alasan buah-buahan beri
ampuh mencegah dan mengurangi pertumbuhan sel kanker. Tidak hanya itu, zat lutein
yang terkandung bisa ikut mencegah pertumbuhan sel kanker.

 Daging tanpa Lemak

Pengidap kanker memerlukan banyak asupan protein dalam tubuhnya. Hal ini
berguna untuk memperbaiki jaringan yang rusak dan mencegah adanya infeksi dalam
tubuh. Daging tanpa lemak bisa menjadi salah satu pilihan sumber protein yang cukup
baik dikonsumsi untuk mengurangi dampak dari kanker serviks.

2. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi penderita kanker serviks

Beberapa makanan yang perlu dihindari saat menderita atau menjalani pengobatan
kanker serviks, yaitu :

a. Makanan yang Digoreng

Pengidap kanker serviks sebaiknya menghindari makanan yang diolah dengan cara
digoreng. Minyak yang sudah dipakai secara berulang bisa memperburuk gejala kanker
serviks. Hal ini karena minyak goreng atau margarin mengandung lemak trans yang
bersifat karsinogen.

b. Makanan yang Dipanggang

Selain gorengan, makanan yang diolah dengan cara dipanggang juga sebaiknya
dihindari. Jenis makanan ini bersifat karsinogen yang meningkatkan perkembangan sel-sel
kanker.

c. Makanan yang Diawetkan

Misalnya mi instan serta makanan atau minuman kemasan. Makanan jenis ini
sebaiknya dihindari oleh pengidap kanker serviks karena mengandung zat pengawet.

d. Cabai

Ketika kamu mengonsumsi makanan pedas atau cabai, kadar oksigen dalam tubuh
berkurang dan bisa merangsang aktivitas bawah sadar. Hal ini cenderung tidak baik untuk
pengidap kanker serviks.

16
e. Makanan yang Dihangatkan di Microwave

Mengonsumsi makanan yang dipanaskan dengan microwave perlu dihindari karena


alat ini memiliki lapisan bahan kimia di dalamnya. Makanan seperti popcorn memang
enak sebagai camilan. Namun, kandungan lemak dan bahan kimia di dalamnya dapat
merusak paru-paru dan memicu kanker.

f. Gula

Makanan yang mengandung gula tinggi juga perlu dihindari. Pasalnya, gula
(terutama gula buatan) meningkatkan kadar insulin yang bisa memicu pertumbuhan sel-sel
kanker.

g. Sayuran Tertentu

Beberapa sayuran seperti taoge, kangkung, dan sawi sebaiknya dihindari oleh
pengidap kanker serviks. Sayuran ini mengandung zat yang dapat memicu terbentuknya
kanker atau mengurangi kinerja obat.

h. Buah Tertentu

Meski baik untuk kesehatan, ada beberapa buah yang sebaiknya dihindari oleh
pengidap kanker serviks. Di antaranya buah nanas dan anggur karena mengandung
alkohol.

i. Minuman Berkarbonasi

Minuman ini mengandung zat pengawet dan banyak gula. Minuman berkarbonasi
juga mengandung karsinogen yang bisa memicu perkembangan sel-sel kanker dalam
tubuh.

j. Alkohol

Semua jenis alkohol sebaiknya dihindari oleh pengidap kanker serviks. Alkohol
dapat merusak saraf dan organ tubuh serta memicu perkembangan sel-sel kanker.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Umumnya,
kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul saat kanker
sudah mulai menyebar. Dalam banyak kasus, kanker serviks terkait dengan infeksi menular
seksual. Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling mematikan pada wanita,
selain kanker payudara.
Berdasarkan penelitian yang dirilis WHO pada tahun 2014, lebih dari 92 ribu kasus
kematian pada wanita di Indonesia disebabkan oleh penyakit kanker. Dari jumlah tersebut,
10% terjadi karena kanker serviks. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, setidaknya
terjadi 15000 kasus kanker serviks setiap tahunnya di Indonesia, sedangkan angka
kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Setiap harinya diperkirakan terjadi 41 kasus
baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Pada tahun
2009, kasus baru kanker serviks berjumlah 2.429 atau sekitar 25,91% dari seluruh kanker
yang ditemukan di Indonesia. Dengan angka kejadian ini, kanker serviks menduduki urutan
kedua setelah kanker payudara pada wanita usia subur 15 – 44 tahun. (Wijaya, 2010). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masalah penyakit kanker di Indonesia antara lain hampir 70%
penderita penyakit ini ditemukan dalam keadaan stadium yang sudah lanjut.

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker ini. Faktor utamanya adalah
kelompok virus yang disebut HPV (human papilloma virus) yang menginfeksi leher rahim.
Selain daerah kelamin, HPV juga dapat menginfeksi kulit dan membran mukosa di anus,
mulut, serta tenggorokan.
HPV pada serviks menular melalui hubungan seksual dan penularan ini semakin
berisiko bila memiliki lebih dari satu partner seksual, hubungan seks pada usia dini, individu
dengan kekebalan tubuh lemah (misalnya pada pasien HIV/AIDS), serta penderita infeksi
menular seksual, seperti gonore, klamidia, dan sifilis.
Anda dapat melakukan beberapa langkah pencegahan guna mengurangi risiko terserang
kanker serviks, di antaranya Berhubungan seks secara aman, Menerima vaksin HPV, Rutin
menjalani pap smear, dan Tidak merokok.

16
B. Saran
Setiap wanita berisiko untuk terkena kanker serviks. Namun, Anda yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang lemah, sering bergonta-ganti pasangan seksual, dan
mengonsumsi pil KB dalam jangka panjang, cenderung lebih berisiko. Oleh karena itu,
mengenali ciri-ciri kanker serviks penting untuk dilakukan agar penyakit ini dapat terdeteksi
sedini mungkin
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyakit kanker yang menyerang
leher rahim dan disebabkan oleh human papilloma virus atau HPV. Pada awal diderita,
kanker serviks kerap tidak menimbulkan gejala sehingga sering kali baru terdeteksi setelah
memasuki stadium lanjut. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan rutin untuk mengetahui
apakah seseorang mengidap kanker serviks atau tidak. Selain deteksi dini, sangat perlu untuk
menjaga pola makan untuk mencegah terjadinya kanker serviks.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/kanker-serviks

https://www.alodokter.com/penyebab-kanker-serviks-dan-faktor-risiko-yang-perlu-
diketahui

https://lifestyle.okezone.com/read/2016/12/28/481/1577355/diet-tepat-untuk-pasien-
kanker-serviks

https://www.halodoc.com/artikel/10-pantangan-makanan-bagi-pengidap-kanker-serviks

http://repository.poltekeskupang.ac.id/1651/1/KTI%20INDAH%20YANA%20NISI.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai