Anda di halaman 1dari 29

Makalah Maternitas

“Asuhan Keperawatan Kista Ovarium”

Dosen Pengampu :
Ns. Hj. Elvia Metti, M.Kep, Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Faiz Fadhillah (223110249)
Nabilla Firdausya (223110259)
Nadiyah May Fira (223110260)
Naufal Ramadhona (223110261)

Tingkat 2A

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN PADANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Kista Ovarium ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibuk Ns. Hj. Elvia
Metti, M.Kep, Sp.Kep.Mat pada mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan topik materi
Asuhan Keperawatan Kista Ovarium. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang mata kuliah Keperawatan Maternitas bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang, 16 Februari 2024

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I1
Pendahuluan1
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulis
C. Manfaat Penulisan
Bab II3
Pembahasan3
A. Konsep Kasus Kista Ovarium
1. Pengertian dari Kista Ovarium
2. Penyebab
3. Klasifikasi Histologi Kanker Ovarium
4. Klasifikasi Stadium Kanker Ovarium
5. Tanda dan Gejala Kanker Ovarium
6. Patofisiologi
7. WOC
8. Respon Tubuh terhadap Fisiologis
9. Pemeriksaan Diagnostik
10. Penatalaksanaan
11. Komplikasi
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Kanker Ovarium
1. Pengkajian
2. Diagnosis Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Kista ovarium ialah suatu benjolan yang bisa membengkak layaknya balon yang di dalamnya
ada cairannya. Benjolan kista ovarium biasanya bertumbuh di indung telur. Kista ovarium itu
sendiri bisa disebut sebagai kista fungsional dikarenankan bisa bertumbuh selama wanita
mengalami siklus menstruasi yang normal atau pasca sel telur dilepaskan saat ovulasi. Kista
ovarium pula bisa berubah sebagai keganasan, yang disebut menjadi kanker ovarium
(Widyarni 2020).
Kista Ovarium merupakan sel yang tumbuh secara abnormal yang berada di ovarium,
biasanya berbentuk seperti bola atau balon yang berCaircairan, dan kista ini yang awalnya
kecil lambat laun bisa menjadi besar. Kista ovarium ini berdinding tipis dan licin. Ada juga
suatu jenis kista yang ada di ovarium, kista ini adalah kista dermoid. Isi dari kista dermoid ini
sangat aneh, ada yang berisi gigi, berisi rambut, ada pula yang berisi lemak. Jumlah dari kista
dermoid ini bisa hanya di satu sisi, bisa juga ada di sisi kanan dan kiri. Kista ini juga
dihampiri pada wanita dengan usia subur, tapi jarang terjadi di wanita berumur dibawah 20
tahun dan diatas 50 tahun. Jika terdapat kista di ovarium maka fungsi organ reproduksi juga
akan terganggu seperti menurunnya kesuburan pada wanita, atau dapat juga kesulitan untuk
menjalagi program kehamilan (Kista and Di 2010)
Biasanya kista ovarium akan ditemukan ketika klien melakukan pemeriksaan USG, baik USG
abdominal maupun USG transvaginal dan USG transrectal. Sekitar 18% kasus kista ovarium
yang bersifat jinak ditemukan pada wanita dengan postmenopause, dengan 10% sisanya
merupakan kista ovarium yang mengarah kesifat ganas. Sementara kista ovarium fungsional,
biasanya terjadi pada wanita yang masih dalam usia reproduktif dan jarang terjadi pada
wanita dengan postmenopause. Tidak ada pernyataan umum yang spesifik tentang persebaran
umur mengenai bisa terjadinya penyakit kista ovarium (MUAFIAH 2019). Menurut Data
statistik yang bersumber dari WHO ( World Health Organization ) mengatakan kejadian
wanita dengan kista ovarium hampir terjadi di seluruh negara maju dengan rata-rata
10 :100.000 penduduk, kecuali Jepang dengan rata-rata 6,5 : 100.000 penduduk (Sanglah,
Periode, and Sampai 2020)
Menurut (Widyarni 2020) kasus kista ovarium di Indonesia yang terjadi di tahun 2015
terdapat 23.400 jiwa dengan kasus yang meninggal dunia 13.900 orang. Kasus meninggal
dunia akibat kista ovarium terjadi karena karena penyakit kista ovarium ini pada awalnya
bersifat asimptomatik dan baru akan menimbulkan keluhan ketika sudah terjadi metastasis,
sehingga 60 – 70 % kilen datang saat sudah stadium lanjut. Dari data survey demografi
Kesehatan Indonesia, kasus terjadinya kista ovarium di Indonesia meningkat hingga 37,2 %
dan biasanya sering terjadi pada wanita subur berusia 20 – 40 tahun, atau pada usia pubertas
kurang dari 20 tahun yang sedikit terjadi. Factor pemicu terjadinya kista ovarium seperti
mullipara, kelahiran anak pertama pada usia lebih dari 35 tahun, perempuan dengan Riwayat
keluarga melahirkan berusia kurang dari 25 tahun (Society 2020).
Peran perawat dalam menangani kasus pasien dengan Post Op Kista Ovarium diperlukan
untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, yang difokuskan pada manajemen

1
nyeri, manajemen energi dan pencegahan infeksi. Peran perawat sebagai pendidik Kesehatan
atau health educator adalah memberikan Pendidikan Kesehatan tentang penyakit kista
ovarium, cara perawatannya serta cara pencegahannya, sehingga pasien serta keluarga pasien
mampu merawat pasien dengan benar dan mampu melakukan pencegahan terjadinya penyakit
kista ovarium. Peran perawat sebagai konselor yaitu memberikan edukasi serta motivasi
kepada pasien dengan Post OP Kista Ovarium untuk mengurangi kecemasan, stress dan
persepsi buruk tentang penyakitnya kedepannya

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan serta memaparkan tentang kasus asuhan keperawatan pada Ny. S
dengan diagnose Post Operasi Kista Ovarium
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep permulaan dari Penyakit Kista Ovarium
b. Mengetahui konsep permulaan asuhan keperawatan pada klien dengan
Post OP Kista Ovarium
c. Melakukan tindakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Post OP
Kista Ovarium mulai dari mengkaji, perumusan masalah, menentukan
diagnosa keperawatan, menentukan intervensi, mengimplementasikan
rencana kegiatan serta mengevaluasi hasil intervensi keperawatan.

C. Manfaat Penulisan
1. Pihak Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai acuan meningkatkan keilmuan pelajar/mahasiswa tentang
asuhan keperawatan pada kilen kondisi Post OP kista ovarium.
2. Pihak Profesi Keperawatan
Bermanfaat sebagai penambah wawasan dan sebagai objek atau informasi untuk
mengunakan ilmu keperawatan khususnya pada klien kondisi Post OP kista
ovarium.
3. Pihak Rumah Sakit
Bermanfaat menjadi objek edukasi, masukan serta untuk menambah mutu
pelayanan keperawatan pada klien kondisi Post OP kista ovarium.
4. Bagi Pihak Masyarakat SLA
Dapat digunakan untuk bahan masukan pengetahuan dalam mencegah serta
memberikan perawatan pada pasien dengan kondisi Post OP kista ovarium.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kasus Kista Ovarium
1. Pengertian
Kanker Ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada organ ovarium dan juga
merupakan penyebab kematian tertinggi dari kanker alat genital perempuan (Gea, Loho, and
Wagey 2016).
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab pada umumnya
baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening awal yang terbukti untuk
kanker ovarium. Tidak ada tanda-tanda awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami
ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak (Digiulio, 2014).
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan berbagai histologi
yang menyerang pada semua umur. Tumor sel germinal lebih banyak dijumpai pada
penderita berusia < 20 tahun. sedangkan tumor sel epitel lebih banyak pada wanita usia> 50
tahhun (Manuaba, 2013).
Kista Ovarium ialah suatu penyakit yang menyerang system reproduksi wanita tepatnya di
ovarium dengan bentuk kantung yang berisi cairan. Banyak wanita yang terserang penyakit
kista ovarium ini, tetapi banyak pula dari mereka saat terserang penyakit ini tapi tidak
menimbulkan tanda dan gejala sama sekali. Oleh karena itu, masalah kesehatan karena kista
ovarium ini banyak disebut dengan penyakit silent killer. Bisa disebut menjadi penyakit silent
killer karena memang penyakit ini bisa menyerang secara diam-diam (Lavinia et al. 2020).

Sumber : lintas medan. 2021. “Kanker Ovarium yang Harus Diwaspadai oleh Wanita”.
https://lintasmedan.com/kanker-ovarium-yang-harus-diwaspadai-oleh-wanita/ .
Diakses 01 Maret 2024

3
2. Penyebab
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Faktor resiko terjadinya kanker
ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai berikut.
a. Faktor lingkungan
Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi di negara industry
b. Faktor reproduksi
1) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko
menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel ovarium
2) Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat meningkatkan resiko
dua sampai tiga kali
3) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi resiko
terjadinya kanker
4) Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika dikonsumsi selama
lima tahun atau lebih
5) Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI
c. Faktor genetik
1) 5-10% adalah herediter
2) Angka resiko terbesar 5% pada penderita satu saudara dan meningkat menjadi
7% bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium
3. Klasifikasi Histologi Kanker Ovarium
Menurut Price & Wilson (2012), kanker ovarium belum ada keseragamannya, namun belum
ada perbedaan sifat yang begitu berarti. Kanker ovarium dibagi dalam 3 kelompok besar
sesuai dengan jaringan asal tumor yaitu sebagai berikut:
a. Tumor-tumor Epiteliel
Tumor-tumor epiteliel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium yang
diklarifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas, dan ganas. Keganasan epitel
yang paling sering adalah adenomakarsinoma serosa.
b. Tumor Stroma Gonad
Tumor ovarium stroma berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi
hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan.
c. Tumor-tumor Sel Germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya tumor germinal
adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah
teratoma, disgermioma dan tumor sinus endodermal.
.
4. Klasifikasi Stadium Kanker Ovarium
Menurut Prawirohardjo (2014), Klasifikasi stadium menurut FIGO (Federation International
de Gynecologis Obstetrics) 2014 sebagai berikut.
Stadium FIGO Kategori
Stadium I Tumor terbatas pada ovarium
Ia Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada tumor pada
permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau pada
bilasan peritoneum
4
Ib Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak terdapat tumor
pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau
bilasan peritoneum
Ic Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan satu dari tanda-
tanda sebagai berikut : kapsul pecah, tumor pada permukaan luar
kapsul, sel kanker positif pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Stadium II Tumor mengenai satu atau Dua ovarium dengan perluasan ke pelvis
IIa Perluasan dan implan ke uterus atau tuba fallopii. Tidak ada sel kanker
di cairan asites atau bilasan peritoneum
IIb Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel kanker di cairan
asites atau bilasan peritoneum positi
IIc Tumor pada stadium Ila/ IIb dengan sel kanker positif pada cairan
asites atau bilasan peritoneum
Stadium III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan metastasis ke
peritoneum yang dipastikan secara mikroskopik di luar pelvis atau
metastasis ke kelenjer getah bening regional
IIIa Metastasis peritoneum mikroskopik di luar pervis
IIIb Metastasis peritoneum makroskopik di luar pelvis dengan diameter
terbesar 2 cm atau kurang
IIIc Metastasis peritoneum di luar pelvis dengan diameter terbesar lebih
dari 2 cm atau metastasis kelenjer getah bening regional
Stadium IV Metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila terdapat efusi pleura,
maka cairan pleura mengandung sel kanker positif. Termasuk
metastasis pada parenkim hati
Kategori khusus Kasus yang tidak dieksplorasi, tetapi diduga sebagai karsinoma
ovarium dimasukkan kedalam kategori khusus.

5. Tanda dan Gejala Kanker Ovarium


Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium sebagai berikut.
a. Perut membesar/merasa adanya tekanan
b. Dispareunia
c. Berat badan meningkat karena adanya massa/asites
Menurut Brunner (2015), tanda dan gejala kanker ovarium yaitu
a. Peningkatan lingkar abdomen
b. Tekanan panggul
c. Kembung
d. Nyeri punggung
e. Konstipasi
f. Nyeri abdomen
g. Urgensi kemih
h. Dispepsia
i. Perdarahan abnormal
j. Flatulens
k. Peningkatan ukuran pinggang
l. Nyeri tungkai

5
Menurut ACS 2016 dalam (firmana, 2020) tanda dan gejala kanker ovarium yaitu:
a. Kembung
b. Nyeri panggul atau abdomen
c. Kesulitan makan atau merasa cepat kenyang
d. Gejala kencing, seperti ingin selalu ke kamar mandi untuk buang air kecil (urgensi)
Selain itu beberapa tanda dan gejala umum diatas, kanker ovarium juga dapat menyebabkan
tanda dan gejala lainnya, seperti hal berikut.
a. Kelelahan
b. Sakit punggung
c. Sakit saat berhubungan seks
d. Sembelit
e. Perubahan menstruasi
f. Pembengkakan abdomen dengan penurunan berat badan

6. Patofisiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak ketahui namun multifaktoral. Resiko berkembangnya
kanker ovarium berkaitan dengan faktor lingkungan, reproduksi dan genetik. Faktor-faktor
lingkungan yang berkaitan dengan kanker ovarium epiteliel terus menjadi subjek perdebatan
dan penelitian. Insiden tertinggi terjadi di industri barat. Kebiasaan makan, kopi dan
merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, tidak hamil dan penggunaan bedak talek pada
daerah vagina, semua itu di anggap mungkin menyebabkan kanker.
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah.
Terapi penggantian estrogen pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan
peningkatan kematian akibat kanker ovarium. Gen-gen supresor tumor seperti BRCA-1 dan
BRCA- 2 telah memperlihatkan peranan penting pada beberapa keluarga. Kanker ovarium
herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga
yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila yang menderita kanker ovarium, seorang
perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium.
Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Kanker ovarium dikelompokkan
dalam tiga kategori besar; (1) tumor-tumor epiteliel; (2) tumor stroma gonad; dan (3) tumor-
tumor sel germinal. Keganasan epiteliel yang paling sering adalah adenomakarsinoma serosa.
Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai berkembang dari permukaan epitelium, atau serosa
ovarium.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga
implantasi dan pertumbuhan. Keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan
intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran
sel-sel ganas. Semua kelenjer pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa
gejala atau tanda spesifik.

6
Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis,
sering berkemih, dan disuria, dan perubahan gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak
enak pada perut, cepat kenyang, dan konstipasi.pada beberapa perempuan dapat terjadi
perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor
menghasilkan estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan
virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat
perdarahan dalam tumor, ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering
terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
Pada perempuan pramenopause, kebanyakan massa adneksa yang teraba bukanlah keganasan
tetapi merupakan kista korpus luteum atau folikular. Kista fungsional ini akan hilang dalam
satu sampai tiga siklus menstruasi. Namun pada perempuan menarkhe atau pasca menopause,
dengan massa berukuran berapapun, disarankan untuk evaluasi lanjut secepatnya dan
mungkin juga eksplorasi bedah. Walaupun laparatomi adalaha prosedur primer yang
digunakan untuk menentukan diagnosis, cara-cara kurang invasif) misal CT-Scan, sonografi
abdomen dan pelvis) sering dapat membantu menentukan stadium dan luasnya penyebaran.
Lima persen dari seluruh neoplasma ovarium adalah tumor stroma gonad; 2% dari jumlah ini
menjadi keganasan ovarium. WHO (World Health Organization), mengklarifikasikan
neoplasma ovarium ke dalam lima jenis dengan subbagian yang multipel. Dari semua
neoplasma ovarium, 25% hingga 33% tardiri dari kista dermoid; 1 % kanker ovarium
berkembang dari bagian kista dermoid. Eksisi bedah adalah pengobatan primer untuk semua
tumor ovarium, dengan tindak lanjut yang sesuai, tumor apa pun dapat ditentukan bila ganas.
(Prawirohardjo, 2014)

7. WOC

7
8. Respon Tubuh terhadap Fisiologis
a. Sistem gastrointestinal

8
Pada pasien kanker ovarium untuk stadium lanjut, kanker tersebut menginvasi ke organ
lambung atau pembesaran massa yang disertai asites akan menekan lambung sehingga
menimbulkan gejala gastrointestinal seperti nyeri ulu hati, kembung, anoreksia, dan
intoleransi terhadap makanan
b. Sistem perkemihan
Pada stadium lanjut, kanker ovarium telah bermetastase ke organ lain salah satunya ke
saluran perkemihan. Pembesaran massa terjadi penekanan pada pelvis sehingga terjadi
gangguan pada perkemihan seperti susah buang air kecil atau urgensi kemih
c. Sistem endokrin
Pada sistem endokrin salah satu hati akan terjadi penekanan oleh massa yang semakin
membesar. Awalnya terjadi gangguan metabolisme di hati, netralisir racun di hati terjadi
penurunan, terjadi penumpukan toksik atau racun di tubuh sehingga sistem imun tubuh
menurun sehingga menimbulkan gejala kelelahan. (Reeder, dkk. 2013)

9. Pemeriksaan Diagnostik
Pengetahuan atau kesadaran tentang onset, waktu, pencetus, dan spesifikasi perlu di observasi
secara benar dan baik demi mengetahui keparahan dari kista ovarium. Tidak hanya
melakukan anamnesis yang bersumber pada keluhan dan tanda-gejala fisik, Riwayat keluarga
serta factor resiko amat penting untuk di observasi. Pasien dengan mempunyai Riwayat
keluarga serta Riwayat pasien sendiri yang mempunyai keluhan yang sama juga perlu di
observasi. Riwayat keadaan menstruasi seperti apakah adanya rasa sakit saat menstruasi,
bagaimana volume darah serta lama siklus menstruasi juga perlu di obesevasi pada pasien
yang dicurigai dengan kondisi kista ovarium.
Selain itu, riwayat obsterik masa lalu, serta Riwayat operasi serta pemakaian kontrasepsi juga
perlu di kaji. Jika dicurigai adanya temuan kista ovarium atau ditemukannya massa, maka
diperlukan juga pemeriksaan fisik lebih lanjut seperti Pengecekan tanda – tanda vital,
pemeriksaan pada abdomen dan pemeriksaan lainnya yang lebih lanjut.
Apabila ditemukannya dan dirasakannya massa pada saat melakukan pemeriksaan abdomen
maka data yang perlu dikaji adalah letak, bentuk, ukuran, pergerakan/perpindahan serta
mengkaji ada atau tidaknya sakit Atau nyeri (Suryoadji et al. 2022).
Selain itu, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah :
1. USG
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) transvaginal menjadi pilihan awal, jika
pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Transvaginal tidak bisa dilakukan maka
selanjutnya dilakukan Pemeriksaan Ultrasonografi ( USG ) transabdominal untuk
pilihan alternative.
2. CT-Scan
Jika di dapatkan hasil Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dengan tanda keganasan,
maka pemeriksaan akan dilakukan dengan cara pemeriksaan / pengecekan lainnya.
Pengecekan adanya kista ovarium juga bisa dilakukan dengan cara CT-Scan dilakukan
untuk memeriksa ada nya keadaan metatastis, asites / tumor primer dororgan primer
yang lain.
3. MRI

9
Pengecekan kista ovarium bisa dilakukan melalui MRI, dilakukan guna melihat
kondisi / keadaan yang tepat guna Menentukan diagnose (Suryoadji et al. 2022

10.Penatalaksanaan
Menurut Reeder, dkk (2014), asuhan keperawatan terdiri atas pendidikan kesehatan,
dukungan fisik dan emosi selama prosedur tindakan, dan dukungan emosi untuk mengatasi
kecemasan dan ketakutan. Selama hospitalisasi, perawat melakukan pemantauan fisiologis
dan prosedur teknis, serta memberikan tindakan kenyamanan. Perawat memberikan
dukungan untuk membantu keluarga berkoping dan menyesuaikan diri, memberi kesempatan
untuk menceritakan dan mengatasi rasa takut, serta membantu mengoordinasikan sumber
dukungan bagi keluarga dan proses pemulihan. Selama memberi perawatan, perawat
membantu klien dan keluarga untuk mengklarifikasi nilai dan dukungan spritual serta
menemukan kekuatan pribadi untuk digunakan sebagai koping. Wanita dan keluarga
diharapkan mampu melalui fase berduka dan kehilangan saat menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa.
Apabila pasien menderita penyakit terminal, alternatif asuhan, seperti hospice care,
perawatan di rumah, dan fasilitas asuhan multilevel yang dapat mendukung kualitas
kehidupan dan kematian yang damai mulai digali. Alternatif ini meningkatkan fungsi selama
mungkin, meredakan nyeri, mendorong interaksi dengan orang yang deintai, dan memberikan
dukungan emosional dan spritual.
Beberapa jenis pengobatan untuk pasien dengan kanker epitel ovarium, yaitu sebagai berikut
(firmana,2020).
1. Pembedahan
Sebagian besar pasien dengan kanker ovarium, mengalami pembedahan (operasi)
untuk mengeluarkan jaringan tumor. Terdapat beberapa jenis pembedahan yang
umumnya dilakukan sebagai berikut.
1) Histerektomi
Adalah jenis pembedahan untuk mengankat rahim dan leher rahim dengan
atau organ atau jaringan lain.
2) Salpingo-ooforektomi unilateral
Salpingo ooforektomi adalah jenis prosedur operasi yang digunakan untuk
menghilangkan satu ovarium dan satu tuba fallopi
3) Salpingo-ooforektomi bilateral
Adalah jenis prosedur pembedahan yang digunakan mengangkkat kedua
indung telur dan kedua saluran tuba fallopi
4) Omentektomi
Adalah jenis prosedur pembedahan yang digunakan untuk mengangkat
omentum (jaringan di perotonium yang mengandung pembuluh darah,
saraf, pembuluh getah bening, dan kelenjar getah bening)
2. Kemoterapi
Keoterapi untuk kanker epitel ovarium diberikan selam tiga sampai enam siklus
secara teratur dan diikuti dengan priode istirahat.
3. Terapi target

10
Terapi target adalah jenis pengobatan yang menggunakan obat atau zat lain untuk
mengidentifikasi dan menyerang sel kanker tertentu tanpa membahayakan sel
normal.
4. Terapi radiasi
Terapi radiasi adalah pengobatan kanker yang menggunakan sinar X berenergi
tinggi atau jenis radiasi lainnya untuk membunuh sel kanker atau mencegahnya.
5. Imunoterapi
Adalah pengobatan yang menggunakan sistem kekebalan tubuh pasien untuk
melawan kanker. Zat yang dibuat oleh tubuh atau dibuat dilaboratorium ini
digunakan untuk meningkatkan, mengarahkan, atau mengembalikan pertahanan
alami tubuh terhadap kanker.
6. Pengobatan kanker epitel ovarium berdasarkan stadium
1) Kanker epitel ovarium stadium awal
Jenis pengobatan untuk kanker epitel ovarium stadium awal, seperti
histerektomi, salpingo epitel ovarium. kemoterapi bisa diberikan pada
pasien kanker epitel ovarium yang telah menjalani tindakan operasi.
Salpingo- ooforektomi unilateral dapat dilakukan pada perempuan tertentu
yang ingin memiliki anak.
2) Kanker epitel ovarium stadium lanjut
Pengobatan kanker ovarium stadium lanjut ini dapat meliputi:
histerektomi, salpingo ooforektomi bilateral, dan omentektomi.
7. Pengobatan kanker epitel ovarium berulang (persisten)
1) Kemoterapi menggunakan satu atau lebih obat anti kanker
2) Terapi target (bevacizumab) dengan atau tanpa kemoterapi
3) Uji klinis operasi
4) Uji coba klinis untuk pengobatan baru

11. Komplikasi
Pada sebagian besar kasus, kista ovarium bersifat jinak dan asimptomatik sehingga tidak
memerlukan penanganan lebih lanjut. Namun pada kasus-kasus tertentu, kista ovarium dapat
menimbulkan komplikasi seperti torsi, ruptur, dan perdarahan (Sanglah, Periode, and sampai
2020).
Menurut (Ii, Medis, and Ovarium 2014) Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada
kasus kista ovarium adalah sebagai berikut :
2. Pendarahan Di Dalam Kista, keadaan ini menjadi terus – menerus dan terkadang juga
menjadi jarang /sedikit sehingga terjadi pembesaran pada kista ovarium dan kemudian
menyebabkan kondisi anemia (kekurangan darah) pada penderitanya.
3. Putaran Tangkai, biasanya berlangsung pada tumor yang mempunyai tangkai dengan
ukuran 5cm / lebih. Putaran pada tangkai dapat menimbulkan gangguan sirkulasi akut
dan terjadilah nekrosis.
4. Robekan Dinding Kista, berlangsung pada torsi tangkai namun bisa juga hasil dari
trauma (seperti: jatuh / hantaman di perut)
5. Proses Keganasan maupun infeksi (kemerahan, rasa panas, pembesaran, dan rasa
sakit)
6. Indikasi pendalaman tumor fibroid dapat memicu keluhan konstipasi (sulit BAB)

11
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Kanker Ovarium
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Identitas pasien
meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, dan pekerjaan orang tua. Keganasan
kanker ovarium sering dijumpai pada usia sebelum menarche atau di atas 45 tahun
(Manuaba, 2014).
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya mengalami perdarahan abnormal atau menorrhagia pada wanita usia
subur atau wanita diatas usia 50 tahun / menopause untuk stadium awal
(Hutahaean, 2009). Pada stadium lanjut akan mengalami pembesaran massa
yang disertai asites (Reeder, dkk. 2013).
b) Riwayat kesehatan sekarang menurut Williams (2011) yaitu:
 Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan atau
merasa cepat kenyang dan gejala perkemihan kemungkinan menetap
 Pada stadium lanjut sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan pelvis,
distensi abdomen, penurunan berat badan dan nyeri pada abdomen.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon, kanker payudara
dan kanker endometrium (Reeder, dkk. 2013).
d) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara dan
kanker ovarium yang beresiko 50% (Reeder, dkk. 2013).
e) Riwayat haid/ status ginekologi
Biasanya akan mengalami nyeri hebat pada saat menstruasi dan terjadi
gangguan siklus menstruasi (Hutahaean, 2009).
f) Riwayat obstetri
Biasanya wanita yang tidak memiliki anak karena ketidakseimbangan sistem
hormonal dan wanita yang melahirkan anak pertama di usia 35 tahun (Padila,
2015).
3) Data keluarga berencana
Biasanya wanita tersebut tidak menggunakan kontrasepsi oral sementara karena
kontrasepsi oral bisa menurunkan risiko ke kanker ovarium yang ganas (Reeder,
dkk. 2013).
4) Data psikologis
Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas, putus asa,
menarik diri dan gangguan seksualitas (Reeder, dkk. 2013).
5) Data aktivitas/istirahat
Pasien biasanya mengalami gejala kelelahan dan terganggu aktivitas dan istirahat
karena mengalami nyeri dan ansietas.
6) Data sirkulasi
Pasien biasanya akan mengalami tekanan darah tinggi karena cemas.
7) Data eliminasi

12
Pasien biasanya akan terganggu BAK akibat perbesaran massa yang menekan
pelvis.
8) Data makanan/ cairan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam nutrisi tetapi kalau dibiarkan
maka akan mengalami pembesaran lingkar abdomen sehingga akan mengalami
gangguan gastrointestinal.
9) Data nyeri/ kenyamanan
Pasien biasanya mengalami nyeri karena penekanan pada pelvis.
10) Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran
Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien, biasanya pasien sadar,
tekanan darah meningkat dan nadi meningkat dan pernafasan dyspnea.
b) Kepala dan rambut
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, tidak ada hematom dan
rambut tidak rontok.
c) Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada lesi.
d) Wajah Pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil
+/+, pada hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, pada mulut dan gigi
mukosa tidak pucat dan tidak ada sariawan.
e) Leher
Tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjer tiroid.
f) Thoraks
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris.
g) Paru-paru
a. Inspeksi
Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada.
b. Palpasi
Fremitus kiri dan kanan sama.
c. Perkusi
Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada.
d. Auskultasi
Vesikuler.
h) Jantung
Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami masalah pada saat
pemeriksaan di jantung
a. Inspeksi
Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak terlihat.
b. Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba.
c. Perkusi
Pekak.
d. Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah penutupan
bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung S2 adalah
penutupan katup aorta dan pulmanalis secara bersamaan.

13
i) Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila mamae
menonjol, dan tidak ada pembengkakan.
j) Abdomen
a. Inspeksi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran massa,
sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, akan terlihat adanya
asites dan perbesaran massa di abdomen
b. Palpasi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran massa,
sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, di raba akan terasa
seperti karet atau batu massa di abdomen
c. Perkusi
Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau asites yang
telah bermetastase ke organ lain
d. Auskultasi
Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit
k) Genitalia
Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal akibat hiperplasia
dan hormon siklus menstruasi yang terganggu. Pada stasium lanjut akan
dijumpai tidak ada haid lagi.
l) Ekstremitas
Tidak ada udema, tidak ada luka dan CRT kembali < 2 detik. Pada stadium
lanjut akan ditandai dengan kaki udema. (Reeder, dkk. 2013).

11) Pemeriksaan penunjang


a) Pemeriksaan laboratorium
Menurut Ritu Salani (2011) yang harus dilakukan pada pasien kanker ovarium
yaitu:
a. Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang
abnormal
b. Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma
ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan abnormal
atau menurun yang mengarah ke komplikasi.
b) Pencitraan
USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan ukuran tumor. Pada
stadium awal tumor berada di ovarium, stadium II sudah menyebar ke rongga
panggul, stadium III sudah menyebar ke abdomen, dan stadium IV sudah
menyebar ke organ lain seperti hati, paru-paru, dan gastrointestinal
c) Prosedur diagnostic
Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak khas. Pada stadium III
kanker ovarium cairan asites positif sel kanker.
d) Pemeriksaan lain
Laparatomi eksplorasi, termasuk evaluasi nodus limfe dan reseksi tumor,
dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat dan penetapan stadium berapa kanker
ovarium tersebut.

14
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien kanker ovarium menurut
adalah sebagai berikut: (SDKI, 2016)
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis
2) Konstipasi berhubungan dengan tumor
3) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pelvis
4) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan diafragma
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
6) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
7) Kesiapan peningkatan konsep diri berhubungan dengan keyakinan
8) Kesiapan meningkatkan koping keluarga berhubungan dengan kesembuhan
9) Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
10) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

b. Post operasi:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan cedera kulit
4) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/ pengobatan
6) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit.

3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Op
SDKI SLKI SIKI
Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan keperawatan, maka tingkat Observasi :
agen cidera fisiologis nyeri menurun dengan Kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
(D.0077) Hasil : (L .08066) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
1) Keluhan nyeri menurun nyeri
Definisi: 2) Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
Pengalaman sensorik 3) Sikap protektif 3. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
atau emosional yang menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
berkaitan kerusakan 4) Gelisah menurun dan memperingan nyeri
actual dengan 5) Kesulitan tidur 5. Identifikasi pengetahuan dan
jaringan atau menurun keyakinan tentang nyeri
fungsional, dengan 6) Pola nafas membaik 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
onset mendadak atau 7) Frekuensi nadi respon nyeri
lambat dan membaik 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada

15
berintesitas ringan kualitas hidup
hingga berat yang Terapeutik :
berlangsung kurang 1. Berikan Teknik nonfarmakologis
dari 3 bulan. untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
Batasan biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
karakteristik : Teknik imajinasi terbimbing, kompres
1) Agen pencedera hangat/dingin, terapi bermain)
fisiologis (mis. 2. Kontrol lingkungan yang
inflamasi, memperberat rasa nyeri (mis: suhu
iskemia, ruangan, pencahayaan, kebisingan)
neoplasma) 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik
secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

Konstipasi Setelah dilakukan intervensi Manajemen eliminasi fekal


berhubungan dengan keperawatan, maka Eliminasi Observasi :
tumor (D.0049) Fekal membaik dengan 1. Identifikasi masalah usus dan penggunaan
Kriteria Hasil : (L.04033) obat pencahar
Definisi 1) Kontrol pengeluaran feses 2. Identifikasi pengobatan yang berefek
Penurunan defekasi meningkat pada kondisi gastrointestinal
normal yang disertai 2) Keluahan defekasi lama 3. Monitor buang air besar (misalnya warna,
pengeluaran feses dan sulit menurun frekuensi, konsistensi, volu me)
sulit dan tidak tuntas 3) Mengejan saat defekasi 4. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi
serta fese kering dan menurun atau impaksi
banyak. 4) Distensi abdomen menurun Terapeutik :
5) Teraba massa pada rektal 1. Berikan air hangat setelah makan
Penyebab menurun 2. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
1) Penurunan 6) Urgency menurun 3. Sediakan makanan tinggi serat
motilitas 7) Nyeri abdomen menurun Edukasi :
gastrointestinal 8) Kram abdomen menurun 1. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik
2) Ketidakadekuata 9) Konsistensi feses membaik 2. Anjurkan pengurangan asupan makanan
n pertunbuhan 10) Peristaltic usus membaik. yanga meningkatkan pembentukan gas
gigi Kolaborasi :
3) Ketidakcukupan 1. Kolaborasi pemberian obat supositoria
asupan serat

16
4) Ketidakcukupan
asupan cairan
5) Kelemahan otot
abdomen
Gangguan eliminasi Setelah tindakan dilakukan Manajemen eliminasi urine
urine berhubungan intervensi keperawatan, maka Observasi :
dengan pelvis eliminasi urin dengan Kriteria 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi
penekanan (D.0040) Hasil : (L.04034) inkotinensia urine atau
1) Sensasi berkemih 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan
Definisi: meningkat retensi atau inkotinensia urine
Disfungsi eliminasi 2) Desakan berkemih Terapeutik :
urin menurun 1. Catat waktu-waktu dan haluaran
3) Distensi kandung kemih berkemih
Batasan menurun 2. Batasi asupan cairan jika perlu
karakteristik : 4) Berkemih tidak tuntas 3. Ambil sampel urin tengah atau kultur
1) Penurunan menurun Edukasi :
kapasitas 5) Volume residu urin 1. Ajarkan tanda dan infeksi kemih gejala
kandung kemih menurun saluran
2) Iritasi kandung 6) Urin menurun menetes 2. Anjurkan minum cukup yang
kemih menurun 3. Anjurkan mengurangi minum menjelang
3) Penurunan 7) Mengompol menurun tidur
kemampuan 8) Enuresis menurun
menyadari tanda 9) Dysuria menurun
tanda gangguan 10) Anuria menurun
kandung kemih 11) Frekuensi BAK membaik
4) Efek tindakan 12) Karakteristik urine
medisdan membaik
diagnostic (misal
operasi ginjal,
operasi saluran
kemih, anestesi,
dan obat obatan)
5) Kelemahan otot
pelvis
6) Ketidakmampu
an mengakses
toilet
(imobilisasi)
7) Hambatan
lingkungan
Pola nafas tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan napas (I. 01011)
efektif berhubungan keperawatan, maka pola nafas Observasi :
dengan penekananmembaik dengan Kriteria Hasil 1. monitor pola nafas
diafragma (D.0005) : (L.01004) 2. monitor bunyi nafas
1) ventilasi semenit 3. monitor sputum
Definisi: meningkat Terapeutik :
Inspiasi atau 2) kapasitas vital meningkat 1. pertahankan kepatenan jalan nafas
ekspirasi yang tidak 3) tekanan ekspirasi 2. posisikan semi fowler atau fowler
memberikan ventilasi meningkat 3. lakukan fisioterapi dada
adekuat. 4) tekanan inspirasi 4. lakukan penghisapan lendir kurang dari

17
meningkat 15 detik
Batasan 5) dispnea menurun 5. berikan oksigen
karakteristik : 6) penggunaan otot bantu Edukasi :
1) Depresi nafas menurun 1. anjurkan teknik batuk efektif
pernapasan pusat 7) frekuensi nafas membaik
2) Hambatan upaya 8) kedalaman nafas membaik
nafas
3) Defomitas
dinding dada
4) Deformitas
tulang dada
5) Gangguan
neuromuscular
6) Ganggguan
neurologis
7) Penurunan energi
8) Obesitas
9) Kerusakan
inervasi
diafragma
10) Kecemasan
Defisit nutrisi
Setelah dilakukan internvensi Manajemen nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan keperawatan, status nutrisi Observasi :
peningkatan membaik dengan Kriteria 1. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan Hasil: (L.03030) 2. Identifikasi alergi intoleransi makanan
metabolisme 1) porsi makanan yang dan
(D.0019) dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
2) kekuatan otot pengunyah 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Definisi: meningkat nutrient
Asupan nutrisi tidak 3) kekuatan menelan 5. Monitor asupan makanan
cukup untuk meningkat otot 6. Monitor berat badan
memenuhi kebutuhan 4) verbalisasi keinginan untuk 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
metabolism meningkatkan nutrisi Terapeutik :
meningkat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan
Batasan 5) perasaan cepat kenyang 2. Berikan makanan yang tinggi serat
karakteristik : menurun Edukasi:
1) ketidakmampuan 6) nyeri abdomen menurun 1. Anjurkan posisi duduk,jika mampu
menelan 7) diare menurun
makanan 8) berat badan badan
2) ketidakmampuan membaik
mencerna 9) IMT membaik
makanan 10) Frekuensi makan membaik
3) ketidakmampuan 11) Nafsu makan membaik
mengabsorbsi
nutrient
4) peningkatan
kebutuhan
metabolism
5) faktor ekonomi
6) faktor psikologis

18
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan Ambulasi
fisik berhubungan keperawatan, maka mobilitas Observasi :
dengan penurunan fisik meningkat dengan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
kekuatan otot Kriteria Hasil: (L. 05042) fisik lainnya
(D.0054) 2. Identifikasi toleransi melakukan ambulasi
1) pergerakan ekstermitas fisik
Definisi: meningkat 3. Monitor kondisi umum selama melakukan
Keterbatasan dalam 2) kekuatan otot meningkat ambulasi
Gerakan fisik dari 3) Rentang Gerak (ROM) Terapeutik :
satu atau lebih meningkat 1. Libatkan keluarga untuk membantu
ekstremitas secara 4) Nyeri menurun pasien dalam meningkatkan ambulasi
mandiri 5) Kecemasan menurun Edukasi :
6) Gerakan terbatas menurun 1. Anjurkan melakukan ambulasi dini
Batasan
karakteristik :
1) kerusakan
integritas struktur
tulang
2) perubahan
metabolism
3) ketidakbugaran
fisik
4) penurunan
kendali otot
5) penurunan massa
otot
6) penurunan
kekuatan otot
7) kekakuan sendi
8) kontraktur
9) efek agen
farmakologis
10) nyeri
11) kecemasan
Ansietas Setelah dilakukan internvensi Reduksi Ansietas (I.09314)
berhubungan dengan keperawatan, tingkat ansietas Observasi :
status kesehatan menurun dengan Kriteria 1. identifikasi saat tingkat ansietas berubah
menurun (D,0080) Hasil: (L.09093) 2. identifikasi kemampuan mengambil
1) verbalisasi kebingungan keputusan
Definisi: menurun 3. monitor tanda-tanda ansietas
Kondisi emosi dan 2) verbalisasi khawatir akibat Terapeutik:
pengalaman subjektif kondisi yang dihadapi 1. ciptakan suasana terapeutik untuk
individu terhadap menurun menumbuhkan kepercayaan
objek yang tidak 3) perilaku gelisah menurun 2. temani pasien untuk mengurangi
jelas dan spesifik 4) perilaku tegang menurun kecemasan
akibat antisipasi 5) keluhan pusing menurun 3. pahami yang ansietas situasi mebuat
bahaya yang 6) pola membaik tidur 4. 7. motivasi mengidentifikasi situasinyang
memungkinkan 7) 7. pola berkemih membaik memicu kecemasan
individu melakukan
tindakan untuk

19
menghadapi
ancaman.

Batasan
karakteristik :
1) krisis situasional
2) kebutuhan tidak
terpenuhi
3) krisis
maturasional
4) ancaman
terhadap konsep
diri
5) ancaman
terhadap kurang
terpapar
informasi

b. Post Op
SDKI SLKI SDKI
Resiko infeksi Setelah dilakukan internvensi
dibuktikan dengan keperawatan, tingkat infeksi 1. monitor dan tanda gejala infeksi local dan
tindakan menurun dengan Kriteria sistemik
pembedahan Hasil: (L.14137) Terapeutik:
(D.0142) 1) kebersihan tangan 1. batasi jumlah pengunjung
meningkat 2. berikan perawatan kulit pada area edema
Definisi: 2) kebersihan badan 3. cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Beresiko mengalami meningkat dengan pasien dan lingkungan pasien
peningkatan 3) demam menurun 4. pertahankan teknik pada yang aseptic
terserang organisme 4) nyeri menurun pasien beresiko tinggi
patogenik 5) cairan busuk berbau Edukasi:
menurun 1. jelaskan dan infeksi tanda gejala
Batasan 6) kadar sel darah putih 2. ajarkan cara mencuci tangan yang baik
karakteristik : membaik dan benar
1) penyakit kronis 7) kultur darah membaik 3. anjurkan meningkatkan asupan cairan dan
2) efek prosedur 8) kultur urin nutrisi
invasive 9) membaik
3) malnutrisi 10) kultur area luka membaik
4) peningkatan
paparan
organisme
pathogen
lingkungan
Gangguan integritas Setelah dilakukan internvensi Perawatan integritas kulit (I.11353)
kulit berhubungan keperawatan, integritas kulit Observasi:
dengan cedera kulit dan jaringan meningkat dengan 1. identifikasi penyebab gangguan integritas
(D.0129) Kriteria Hasil: (L.14125) kulit
1) elastisitas meningkat Terapeutik :

20
Definisi: 2) hidrasi meningkat 1. ubah posisi tiap 2 jam sekali
Kerusakan kulit 3) perfusi jaringan meningkat 2. lakukan pemijatan pada area penonjolan
(dermis dan/ atau 4) kerusakan jaringan tulang
epidermis) atau menurun 3. gunakan prodok berbahan ringan/alami
jaringan (membrane 5) kerusakan lapisan kulit dan hipoalergik pada kulit sensitif
mukosa, kornea, menurun Edukasi:
fasia, otot, 6) nyeri menurun 1. anjurkan menggunakan pelembab
tendon,tulang ,kartila 7) kemerahan menurun 2. anjurkan minum air yang cukup
go, kapsul sendi dan/ 8) nekrosis menurun
atau ligamen) 9) suhu kulit membaik
10) sensasi dan tekstur
Batasan membaik
karakteristik :
1) perubahan
sirkulasi
2) perubahan status
nutrisi
3) kekurangan
volume cairan
4) penurunan
mobilitas
5) bahan iritatif
kimia
6) suhu lingkungan
yang ekstrem
Disfungsi seksual Setelah dilakukan internvensi Edukasi seksualitas (I.12447)
berhubungan dengan keperawatan, fungsi seksual Observasi :
perubahan struktur membaik dengan Kriteria 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
tubuh (D.0069) Hasil: (L.07055) menerima infomasi
1) Kepuasan hubungan sesual Terapeutik :
Definisi: 2) meningkat 1. Sediakan materi dan media Pendidikan
Perubahan fungsi 3) Mencari informasi untuk Kesehatan
seksual selama fase mencapai kepuasan seksual 2. Berikan kesempatan untuk bertanya
respon berupa meningkat Edukasi :
seksual Hasrat, 4) Verbalisasi aktivitas 1. Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem
terangsang,or gasme, seksual berubah menurun reproduksi laki laki dan wanita
dan/atau relaksasi 5) Verbalisasi peran seksual 2. elaskan resiko tertular penyakit seksual
yang dirasa tidak berubah menurun
memuaskan tidak 6) Hasrat seksual membaik
bermakna atau tidak 7) Orientasi seksual membaik
adekuat. 8) Ketertarikan pada pasangan
membaik
Batasan
karakteristik :
1) perubahan fungsi
/struktur tubuh
2) perubahan
biopsikososi al
seksualitas
3) ketiadaan model

21
peran.
4) Kurang privasi
5) Ketiadaan
pasangan
6) Kelainan seksual
7) Kurang terpapar
informasi
Gangguan citraSetelah dilakukan internvensi Promosi citra tubuh (I.09305)
tubuh berhubungan keperawatan, citra tubuh Observasi :
dengan efek membaik dengan Kriteria 1. Identifikasi harapan citra tubuh
tindakan /Hasil: (L.09067) berdasarkan tahap perkembangan
pengobatan (D.0083) 1) Melihat bagian tubuh 2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin,
membaik dan umur terkait citra tubuh
Definisi: 2) Menyentuh bagian tubuh 3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang
membaik mengakibatkan isolasi sosial
Perubahan persepsi 3) Verbalisasi kecacatan Terapeutik :
tentang penampilan, bagian tubuh membaik 1. Diskusikan perubahan tubuh dan
struktur 4) Verbalisasi kehilangan fungsinya
bagian tubuh membaik 2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
Batasan 3. Diskusikan kondisi stres yang
karakteristik : mempengaruhi citra tubuh (mis, luka,
penyakit, pembedah
4. Diskusikan cara mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis
5. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga
tentang perubahan citra tubuh
Edukasi :
1. Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
2. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh
3. Anjurkan menggunakan alat bantu (mis,
pakaian, wig, kosmetik)
4. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
(mis, kelompok sebaya)
5. Latih pengungkapan kemampuan diri
kepada orang lain maupun kelompok
Gangguan rasa Setelah dilakukan internvensi Terapi Relaksasi (I.09326)
nyaman keperawatan, status Observasi :
berhubungan dengan kenyamanan meningkat dengan 1. identifikasi penurunan tingkat energi
gejala terkait Kriteria Hasil: (L.08064) 2. identifikasi teknik relaksasi yang efektif
penyakit. (D.0074) 1) Kesejahteraan psikologis pernah digunakan
meningkat 3. periksa ketegangan otot
2) Dukungan sosial dari 4. monitor respon terhadap relaksasi
keluarga meningkat Terapeutik :
3) Perawatan sesuai 1. gunakan relaksasi sebagai strategi
Batasan kebutuhan meningkat penunjang dengan analgetik.
karakteristik : 4) Rileks meningkat Edukasi :
5) Keluhan tidak nyaman 1. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi

22
menurun relaksasi.
6) Gelisah menurun
7) Memori masa lalu
membaik
8) Pola tidur membaik

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan pada pasien kanker
ovarium. Tindakan keperawatan tersebut melipu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan berdasarkan kesimpulan perawat sendiri. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan yang bekerjasama dengan dokter, ahli gizi, dan lain-lain.
Bekerjasama dengan dokter misalnya tindakan medis apa yang akan dilakukan pada pasien
kanker ovarium, seperti pemberian obat dan tindakan pembedahan. Bekerjasama dengan ahli
gizi misalnya menentukan diet pasien kanker ovarium.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yaitu melihat respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
pada pasien kanker ovarium dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi keperawatan memiliki pengetahuan dan kemampuan memahami
respon pasien serta menggambarkan kesimpulan tujuan yang dicapai dalam menghubungkan
tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Ada 2 jenis evaluasi yaitu:
a. Evaluasi formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat melakukan tindakan keperawatan
dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif
Merupakan hasil observasi dan analisis status pasien kanker ovarium berdasarkan
tujuan yang direncanakan. Evaluasi juga sebagai alat ukur apakah tujuan sudah
tercapai, tercapai sebagian atau tidak tercapai.
1) Tujuan tercapai
Tujuan ini dikatakan tercapai apabila pasien kanker ovarium menunjukkan
kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai Sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara
keseluruhan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sehingga masih perlu
dicapai.
3) Tujuan tidak tercapai
Tujuan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan kemajuan kearah kriteria
yang telah ditetapkan.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kista Ovarium ialah suatu penyakit yang menyerang system reproduksi wanita tepatnya di
ovarium dengan bentuk kantung yang berisi cairan. Banyak wanita yang terserang penyakit
kista ovarium ini, tetapi banyak pula dari mereka saat terserang penyakit ini tapi tidak
menimbulkan tanda dan gejala sama sekali. Oleh karena itu, masalah kesehatan karena kista
ovarium ini banyak disebut dengan penyakit silent killer. Bisa disebut menjadi penyakit silent
killer karena memang penyakit ini bisa menyerang secara diam-diam (Lavinia et al. 2020).

B. Saran
Bermanfaat untuk menambah pemahaman, wawasan serta sebagai objek untuk menerapkan
ilmu dalam melakukan asuhan keperawatan klien kondisi pasca operasi Kista ovarium.

24
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Chandranita Manuaba, Ida, dkk. 2013. Gawat-Darurat Obstetri- Ginekologi & Obstetri
Ginekologi-Sosial. Jakarta: EGC.
Brunner. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 12. Jakarta: EGC.
Digiulio, Mary, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha Publishing.
Firmana, Dikcy. 2020.Keperawatan Onkologi Penyakit Kanker pada Perempuan. Jakarta:
Salemba Medika.
Gea, Imanuel T, Maria F. Loho, and Freddy W. Wagey. 2016. “Gambaran Jenis Kanker
Ovarium Di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode Januari 2013-Desember
2015.” E-CliniC 4(2):2-6.
Hutahaean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:
Trans Info Media.
Kista, Menderita, and Ovarium Di. 2010. “HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI
DENGAN MEKANISME KOPING ISTRI YANG MENDERITA KISTA
OVARIUM DI PURWOKERTO Endang Triyanto Jurusan Keperawatan FKIK
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.” 5(1): 1–7.
Padila 2015 Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Salani, Ritu, dkk. 2011. Panduan untuk Penderita Kanker Ovarium. Jakarta : Indeks Permata
Puri Media.
Sanglah, Pusat, Denpasar Periode, and Januari Sampai. 2020. “Karakteristik Penderita Kista
Ovarium Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Periode 1 Januari Sampai
30 Juni 2018 1.” 9(3): 82–86
Society, American Cancer. 2020. “BAB I.” (2015): 1–5
Reeder martin koniak griffin. (2013). keperawatan maternitas (18th ed.). Jakarta : EGC.
Reeder martin koniak griffin. 2014. Keperawatan Maternitas. 18th ed. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaram Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

25
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Widyarni, Ari. 2020. “Faktor Resiko Kejadian Kista Ovarium Di Poliklinik Kandungan Dan
Kebidanan Rumah Sakit Islam Banjarmasin.” Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan
Dan Keperawatan 11(1): 28–36.

26

Anda mungkin juga menyukai