Oleh :
Ni Kadek Nensi Dwi Pratiwi
NIM. 150070500111009
Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing praktik dan pembimbing
akademik di Poli Obgyn RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
.
Di negara berkembang seperti Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita usia subur
disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan [ersalinan serpta penyakit
sistem reproduksi misalnya mioma uteri. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap
tahunnya lebih dari 585.00 oran gmeninggal karena hal tersebut (DepKes RI, 2011).
Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma
uteri, leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri merupakan
tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadiannya lebih tinggi
pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri
antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan miomauteridengan estrogen.
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang
efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu
sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan
oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan
perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat menyebabkan kesuburan rendah (Bailliere,
2006). Mioma uteri adalah tumor benign untuk traktus genitalia wanita dan tumor otot
polos yang sering terjadi.
Sekitar dua per tiga kasus mioma uteri asimtomatik dan hampir setengah dari kasus
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik. Diperkirakan hanya 20-50%
mioma saja yang menimbulkan gejala klinik seperti menoragia, ketidaknyamanan pelvis,
serta disfungsi reproduksi. Sehingga tidak ada korelasi antara besarnya mioma dengan
keluhan yang muncul.
Peran bidan dalam kasus mioma uteri yaitu dalam hal deteksi dini adanya
keganasan. Selain itu bidan daopat memberikan komunikasi, informasi, edukasi serta
motivasi terhadap pasien yang mengalami mioma uteri.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu dengan myoma uteri
sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan menurut Helen Varney.
1.3 Manfaat
1. Bagi Petugas Kesehatan
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien khususnya pada
kasusmyoma uteri, dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney
dalam upaya deteksi dini dan komplikasi pada myoma uteri.
2. Masyarakat
Meningkatkan keikutsertaan dan peran aktif dalam upaya menjaga kesehatan
reproduksinya terutama pada kasusmyoma uteri, dengan periksa ke tenaga kesehatan
lebih sering agar komplikasi tidak menjadi berat.
3. Mahasiswa Kebidanan
Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kebidanan khususnya asuhan
kebidanan pada kesehatan repdoduksi agar mampu menerapkan teori dalam praktek di
lapangan.
1.4 Sasaran
Semua ibu yang periksa di Poli Obgyn RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
2.1 Definisi
Kesehatan reproduksi adalah “keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh
(tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya”.Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal
dari otot uterus dan jaringan ikat yang meopangnya.
Mioma uteri adalah bungkusan otot rahim yang berubah menjadi timor jinak. Istilah
sederhananya adalah daging tumbuh di rahim. Mioma uteri penyakit yang berbentuk tumor
berbeda denga kanker. Mioma uteri tidak mempunyai kemampuan menyebar keseluruh tubuh
konsistensinya padat dan sering mengalami degenerasi dalam kehamilan dan sering kali
ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun (Setiati, 2012).
2.2 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri. Diduga mioma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik,
adalah estrogen
Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang berubah
menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak daripada otot rahim normal.
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause
dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen
seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%)
dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah
estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang
pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak
daripada miometrium normal.
Faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara
35 – 45 tahun.
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat
ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma
uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri
tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana
mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami
regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi
hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor
pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen.
Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen
lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih
daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah
ooforektomi bilateral pada usia dini.
2.3 Patofisiologi
Myoma awalnya dipengaruhi oleh faktor hormonal. Hormon yang berpengaruh adalah
Estrogen. Estrogen setiap bulannya dikeluarkan oleh GnRH untuk proses ovulasi dan saat
menstruasi. Apabila estrogen dikeluarkan dalam jumlah berlebih dan mengenai sel-se
immatur otot yang ada pada rahim yang terjadi yaitu munculnya Myoma uteri. Maka dari
itu, myoma uteri sering ditemukan pada wanita yang pada masa reproduksi dan sangat
jarang ditemui pada wanita saat sebelum hamil. Selain faktor hormonal, myoma uteri
berkembang karena faktor-faktor lain seperti umur, ras, menarche dini, keturunan, berat
badan.
Rangsangan intermiten estrogen terhadap sel nest, terjadi bentuk bibit kecil sebagai
inti dan selanjutnya berlapis seperti berambang. Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit
yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsul atau simpai semu yang mengelilingi
tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak.
Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak
bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat
menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga
sering menimbulkan keluhan miksi.
Berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor
membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi
jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia.
Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan seseorang mengalami kekkurangan volume cairan.
3) Tindakan Operatif
a. Myomectomi
Myomectomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Myomectomi dilakukan bila masih menginginkan keturunan dan
syaratnya harus dilakukan dilatasi kuretase dulu untuk menghilangkan
kemungkinan keganasan Myomectomi cukup berhasil untuk mengontrol
perdarahan kronik akibat myoma.
Tindakan myomectomi dapat dikerjakan misalnya dengan extirpasi
melalui vagina pada myom geburt. Malah sekarang ini myomectomi dapat
dikerjakan dengan histeroskopi untuk kasus myoma submucosa dan dengan
laparaskopi untuk kasus myoma subserosa. Angka kemungkinan terjadi
kehamilan setelah myomectomi adalah 30-50%.
Perlu diingat untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi segera setelah
dilatasi kuretase dan myomectomi untuk menyingkirkan myosarcoma atau
mixed mesodermal sarcoma.
Kerugian myomectomi adalah:
a. Melemahkan dinding uterus – ruptura uteri pada waktu hamil
b. Menyebabkan perlekatan
b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau per
vaginam. Histerektomi pervaginam sulit karena uterus harus lebih kecil dari telur
angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Histerektomi pervaginam
diperlukan bila ada perbaikan cystocele, rectocele atau enterocele dan akan lebih
mudah bila disertai prolapsus uteri.
Histerektomi secara umum dilakukan pada myoma yang besar dan
multiple. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supra vaginal (sub total) hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus
keseluruhannya dan bila histerektomi supravaginal ini dilakukan maka
pemeriksaan pap smear harus dilakukan 1 tahun sekali.
Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan 1 atau ke-2 ovarium,
maksudnya untuk:
a. Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
b. Menjaga gangguan coronair atau aterosclerosis umum
c. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause dan diharapkan akan menghentikan perdarahan
nantinya.
Syarat-syarat dilakukan radioterapi adalah:
a. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
b. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
c. Bukan jenis submucosa
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
e. Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan menopause
f. Tidak ada keganasan uterus
PENGKAJIAN
Pemeriksa : Untuk mengetahui siapa yang melakukan pemeriksaan atau memberikan
asuhan
Tanggal : Untuk mengetahui tanggal pemeriksaan saat ini dan untuk menentukan
jadwal pemeriksaan berikutnya.
Pukul : Untuk mengetahui waktu pemeriksaan
Tempat : Untuk mengetahui tempat pemeriksaan
No.Register : Untuk mengetahui no. Register pasien sehingga bila suatu saat dibutuhkan
akan memudahkan pencarian
d. Agama Ibu
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan Ibu. Dengan diketahui agama suami pasien akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
e. Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat perekonomian yang terkadang merupakan
faktor resiko suatu komplikasi
f. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mudah dalam
pemberian informasi, serta gaya hidup dan pengetahuan yang berkaitan dengan
deteksi dini dan komplikasi
g. Alamat
Untuk mengetahui apakah suami dan Ibu tinggal satu rumah, serta
mengetahui lingkungan tempat tinggal.
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Untuk mengetahui apakah alasan ibu berkunjung dan apakah sudah pernah
mendapatkan asuhan kebidanan sebelumnya. Apakah ibu termasuk pasien rujukan.
Informasi ini penting untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh ibu.
3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan penyakitnya,
misalnya pada kasus mioma uteri pasien akan mengeluh perdarahan abnormal, nyeri
perut bagian bawah, sulit BAK, bengkak, dan pusing (Ambarwati, 2008).
4. Riwayat menstruasi
Alasan : untuk mengetahui keadaan alat-alat reproduksi serta gangguannya yang
terjadi. Anamnesa haid memberikan kesan pada kita tentang faal alat kandungan
(Sastrawinata, 1983)
DATA OKJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
TD : normalnya 110/70 – 120/80 mmHg
N : normalnya 60 – 100 x/menit
S : 36,5 – 37,5 ºC. jika lebih dari 38oC maka kemungkinan infeksi
RR : 16 – 24 x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bersih, wajah tidak pucat, tidak oedem
b. Mata : Conjuntiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
c. Hidung : tidak ada sekret, bersih, tidak ada polip
d. Mulut : Bersih, tidak ada caries, tidak ada stomatitis, mukosa
bibir lembab
e. Telinga : Bersih/tidak
f. Leher : Adakah pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe,
adakah bendungan vena jugularis
g. Dada : Simetris, biasanya terdapat sesak nafas karena pembesaran mioma
menekan diafragma.
h. Payudara : Simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi pada areola,
apakah ada kolostrum
i. Abdomen : Ada/tidak bekas luka SC, ada tidaknya benjolan/massa abnormal
j. Genetalia : ada tidaknya varises, edema, condiloma, infeksi kelenjar bartolini,
pengeluaran flour albus dan pengeluaran darah.
k. Anus : Adakah hemoroid
l. Ekstrimitas : perhatikan adakah edema dan varises
4. Pemeriksaan penunjang (Dilakukan jika ada indikasi).
a. pemeriksaan dalam: teraba masa pada uterus dan terdapat nyeri tekan
I. Interpretasi diagnosa, Masalah dan kebutuhan
Dx : P............. dengan
DS : Keluhan yang disampaikan oleh klien
DO : Keadaan yang didapatkan dari pemeriksaan secara keseluruhan
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
N : 60 – 100 x/menit
S : 36,5 – 37,5ºC
RR : 18 – 24 x/menit
Masalah :
Kebutuhan :
V. Implementasi
Melaksanakan rencana tindakan secara efisien dan menjamin rasa aman.
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan tim
kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien karena akan mengurangi
waktu perawatan dan biaya serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada klien.
Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan
efisien dan aman sesuai perencanaan.
VI. Evaluasi
Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan.Selain terhadap
permasalahan klien, bidan juga harus mengenal apakah rencana yang telah ditetapkan
dapat dilakukan dengan baik atau mungkin timbul masalah baru (Varney Helen, 2007).
BAB IV
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. U P3003 Ab000 DENGAN MYOMA UTERI
DI POLI OBGYNRSUD NGUDI WALUYO WLINGI
I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
A. Identitas
Nama Ibu : Ny. U Nama : Tn. M
Umur : 49 tahun Umur : 50 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan :- Pekerjan : Tani
Alamat : Tembalang
Alasan kunjungan : Ibu mengatakan ingin kontrol dengan myoma uteri setelah
kuret PA.
Keluhan Utama : nyeri perut bagian bawah.
B. Riwayat Gynecologi
1. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari
Lama haid : 7 hari
Sifat darah : encer
Banyak darah : hari 1-3 darah banyak (2-3x ganti pembalut), hari
ke 4 darah mulai berkurang
Dismenorrhoe : tidak pernah
Fluor albus : kadang saat akan dan setelah menstruasi
2. Riwayat pernikahan : ibu mengatakan menikah 1 kali. Usia pertama kali menikah yaitu 32
tahun.
3. Riwayat Kontrasepsi:
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik dan spiral, tapi sekarang sudah tidak
menggunakan KB.
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Ibu mengatakan pernah hamil 3 kali, ketiga anak lahir usia kehamilan 9 bulan dan jumlah
anak hidup 3 orang. Usia anak terkecil 7 tahun. Selama hamil dan bersalin dulu tidak pernah
ada masalah dan biasanya periksa ke bidan.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
serta tidak pernah menderita penyakit menurun seperti jantung, tekanan darah tinggi maupun
kencing manis, akan tetapi setiap mens ibu merasa sakit dan darahnya banyak
2. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak pernah mengalami penyakit hipertensi, TBC, Hepatitis, malaria, DM,
penyakit jantung, anemia, maupun PMS.
DATA OBEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Cukup
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 74x/menit
Suhu : 36,7 ˚C
Pernafasan : 21x/menit
B. Pemeriksaan Fisik
1. Muka : bersih dan tidak odem, tidak pucat
2. Mata : simetris, bersih, kongjungtiva merah muda (tidak anemis) dan
sclera putih (tidak ikterus)
3. Telinga : bersih, tidak ada serumen
4. Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada napas cuping hidung
5. Mulut dan gigi : bersih, simetris, bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada
stomatitis.
6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid serta tidak ada
bendungan vena jugularis
7. Dada/Payudara :simetris, tidak ada benjolan/massa.
8. Abdomen : tidak ada luka bekas jahitan SC, rata, teraba benjolan/massa
dengan ukuran ± 6x8 cm, TFU pertengahan pusat simpisis.
9. Genetalia luar : bersih, tidak berbau, tidak ada pengeluaran pervaginam,
tidak ada bekas luka, tidak ada varises, tidak ada masa
abnormal, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini
10. Anus : tidak ada hemoroid
11. Ekskremitas atas dan bawah: simetris, pergerakan otot bebas, tidak ada
oedem dan tidak ada varises, kuku jari merah muda.
D. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Dalam
VT oleh dokter PPDS SpOG
Flux (-), fluor (-), portio tertutup licin, CUAF 14-16 mg, permukan rata, berbatas
tegas, nyeri (-), whole (+)
b. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan tgl 23 september 2015
a. makroskopik : jaringan kerokan sebanyak 0,5cc, kecoklatan
b. mikroskopik : didapatkan potongan potongan jaringan endoservic tak terlihat jaringan
endometrium. Tidak didapatkan keganasan dalam sediaan ini.
c. kesimpulan uterus, kerokan: dengan jaringan endoservic radang mehanun, tidak
didapatkan endometrium
d. diagnosa klinik AUB-L
c. Pemeriksaan USG
hasil pemeriksaan tanggal 23 september 2012
tampak uterus dengan gambar massa seperti pusaran air ukuran 6,7 x 8,8 cm
V. INTERVENSI
Tanggal : 2 Oktober 2015
Jam : 11.45 WIB
Diagnosa : myoma uteri.
Tujuan : setelah diberikan asuhan kebidanan selama 30 menit, diharapkan ibu
dapat mengerti dan menerima keadaannya.
Kriteria hasil :
KU baik, kesadaran composmentis
TD 100/70-120/80
RR 16-24x /menit
Nadi 60-100x /menit
Suhu 36,5-37,5C
Intervensi:
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien.
R/ dengan pendekatan terapeutik akan terjalin kerjasama yang kooperatif antara
klien dan petugas kesehatan sehingga hal tersebut akan mempermudah petugas dalam
melakukan anamnesis maupun tindakan.
2. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
R/ ibu mempunyai hak untuk mengetahui kondisinya saat ini dan petugas
memiliki kewajiban untuk menyampaikan kondisi pada klien.
3. Siapkan inform consent
R/ sebagai dasar dalam melakukan tindakan bahwa ibu sudah menyetujui tindakan
tersebut.
4. Beri dukungan mental kepada pasien
R/ ibu memerlukan dukungan dalam menghadapi penyakit dan operasi yang akan
dilakukan sehingga ibu bisa lebih tentang.
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian tindakan selanjutnya yaitu advice
dokter ibu MRS untuk dilakukan pembedahan total abdominal histerektomi.
R/ dokter akan memberikan advise untuk pasien sehingga pasien mendapatkan
perlakuan yang tepat dan kita bisa memberi dukungan mental sehingga ibu bisa lebih
tenang dalam memahami keadaannya.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 2 Oktober 2015
Pukul : 10.45 WIB
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien sehingga terjalin kerjasama yang kooperatif
antara klien dan petugas kesehatan.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien bahwa hasilnya ibu mengalami myoma uteri
yaitu terjadi pertumbuhan jaringan berlebih di dalam rahimnya sehingga diperlukan tindakan
pembedahan (operasi) untuk mengurangi pertumbuhan jaringan tersebut.
3. Mempersiapkan inform consent untuk meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
pada ibu.
4. Memberikan dukungan mental kepada pasien dengan menjawab semua pertanyaan yang
diajukan oleh pasien sehingga bisa membuatnya lebih mengerti tentang sakitnya tersebut.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi selanjutnya yaitu ibu disarakan
MRS untuk pembedahan total abdominal histerektomi.
VII. EVALUASI
Tanggal : 2 Oktober 2015
Pukul : 11.55 WIB
S : Ibu mengatakan masih pikir-pikir dulu untuk MRS dan dilakukan operasi.
O :
- KU: Cukup - Kesadaran: composmentis
- TD: 90/60mmHg - N: 74 x/menit
A : P3003 Ab000 dengan myoma uteri
P :
1. Meminta ibu untuk menandatangani surat penolakan tindakan operasi.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Pada kasus Ny. “U” P3003 Ab000, didapatkan dari hasil keadaan umum: cukup,
kesadaran:composmentis, TD: 90/60mmHg, N: 74 x/menit, Suhu: 36˚C, RR: 20x /menit, palasi
abdomen, teraba benjolan massa dibagian bawah perut dengan ukuran ± 6 x8 cm dengan TFU
pertengahan pusat simpisis. VT oleh dokter PPDS SpOG: Flux (-), fluor (-), portio tertutup licin,
CUAF 14-16 mg, permukaan rata, berbatas tegas, nyeri (-), whole (+). Pemeriksaan laboratorium
ibu didiagnosa AUB-L dan dari pemeriksaan USG didapatkan hasil tampak uterus dengan
gambar massa seperti pusaran air ukuran 6,7 x 8,8 cm.
Berdasarkan data tersebut klien didiagnosa P3003 Ab000 dengan myoma uteri.
Penanganan yang dilakukan antara lain: melakukan pemeriksaan umum dan fisik ibu,
menjelaskan pada ibu tentang keadaannya, menjelaskan tindak lanjut yang dilakukan sebagai
penatalaksanaannya.
1.2 Saran
1.2.1 Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan reproduksi dalam
upaya deteksi dini dan komplikasi yang mungkin terjadi.
1.2.2 Masyarakat
Diharapkan dapat meningkatkan keikutsertaan dan peran aktif dalam upaya
menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi dengan cara tanggap dalam
memberikan nasihat dan melaporkan ke tenaga kesehatan agar komplikasi tidak menjadi
berat.
1.2.3 Mahasiswa dan Profesi Bidan
Diharapkan mampu mengidentifikasi penyimpangan kesehatan reproduksi dan
melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan tepat,
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang asuhan kesehatan reproduksi khususnya
deteksi dini masalah kesehatan reproduksi serta mampu menerapkan teori dalam praktik
di lapangan sesuai dengan wewenang bidan dalam Kepmenkes RI Nomor
369/MENKES/SK/III/2007.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A., & Hall, J.E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Kehamilan dan Laktasi.
Jakarta: EGC, 1080.
Hadibroto, Budi R. 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara, Volume 38, No. 3,
September
Manuaba IBG. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta, Penerbit: EGC
Morgan, Geri & Carole Hamilton. 2009. Obstetric dan Ginekologi Panduan Praktis Ed 2.
Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo