Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.

U P3003 Ab000 DENGAN MIOMA UTERI DI


POLI OBGYN RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan


diRSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Oleh :
Ni Kadek Nensi Dwi Pratiwi
NIM. 150070500111009

PROGRAM STUDI S1 PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing praktik dan pembimbing
akademik di Poli Obgyn RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
.

Wlingi, Oktober 2015


Mahasiswa,

Ni Kadek Nensi Dwi Pratiwi


NIM. 150070500111009

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan/Klinik

Nurul Hidayah, S.ST., M.Kes. Suti’ah, AMK

NIK. 130887608 NIP. 19620829 198303 2 009


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di negara berkembang seperti Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita usia subur
disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan [ersalinan serpta penyakit
sistem reproduksi misalnya mioma uteri. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap
tahunnya lebih dari 585.00 oran gmeninggal karena hal tersebut (DepKes RI, 2011).
Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma
uteri, leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri merupakan
tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadiannya lebih tinggi
pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri
antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan miomauteridengan estrogen.
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang
efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu
sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan
oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan
perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat menyebabkan kesuburan rendah (Bailliere,
2006). Mioma uteri adalah tumor benign untuk traktus genitalia wanita dan tumor otot
polos yang sering terjadi.
Sekitar dua per tiga kasus mioma uteri asimtomatik dan hampir setengah dari kasus
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik. Diperkirakan hanya 20-50%
mioma saja yang menimbulkan gejala klinik seperti menoragia, ketidaknyamanan pelvis,
serta disfungsi reproduksi. Sehingga tidak ada korelasi antara besarnya mioma dengan
keluhan yang muncul.
Peran bidan dalam kasus mioma uteri yaitu dalam hal deteksi dini adanya
keganasan. Selain itu bidan daopat memberikan komunikasi, informasi, edukasi serta
motivasi terhadap pasien yang mengalami mioma uteri.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu dengan myoma uteri
sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan menurut Helen Varney.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada ibu dengan
myoma uteri
b. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada ibu dengan myoma uteri.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial yang mungkin
muncul pada ibu dengan myoma uteri.
d. Mampu megidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada ibu dengan myoma uteri.
e. Mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada
ibu dengan myoma uteri.
f. Mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang menyeluruh sesuai
kebutuhan pada ibu dengan myoma uteri.
g. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada ibu dengan myoma
uteri.

1.3 Manfaat
1. Bagi Petugas Kesehatan
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien khususnya pada
kasusmyoma uteri, dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney
dalam upaya deteksi dini dan komplikasi pada myoma uteri.
2. Masyarakat
Meningkatkan keikutsertaan dan peran aktif dalam upaya menjaga kesehatan
reproduksinya terutama pada kasusmyoma uteri, dengan periksa ke tenaga kesehatan
lebih sering agar komplikasi tidak menjadi berat.
3. Mahasiswa Kebidanan
Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kebidanan khususnya asuhan
kebidanan pada kesehatan repdoduksi agar mampu menerapkan teori dalam praktek di
lapangan.

1.4 Sasaran
Semua ibu yang periksa di Poli Obgyn RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam laporan pendahuluan ini susunan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Bagian ini menerangkan keternalaran (kerasionalan) mengapa topik yang dinyatakan
pada judul laporan pendahuluan itu dikaji.
2. Tinjauan Pustaka
Bagian ini berisi kajian teori dari topik kasus yang dinyatakan pada judul laporan
pendahuluan itu dikaji
3. Kerangka konsep Asuhan Kebidanan
Bagian ini berisi pola pikir penulis dalam melakukan asuhan kebidanan, yaitu asuhan
kebidanan teoritis
4. Asuhan kebidanan pada wanita dengan myoma uteri
Bagian ini berisi data-data dari keseluruhan manajemen asuhan kebidanan melingkupi 7
langkah Varney yang didokumentasikan dengan7 langkah Varney.
5. Pembahasan
Bagian ini berisi analisa dan pembahasan keterkaitan faktor-faktor dari data yang
diperoleh dari kasus di lahan, penyelesaian masalah dari kasus, dan hasil penyelesaian
masalah pada kasus
6. Kesimpulandan Saran
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap masalah pada kasus yang
dinyatakan pada laporan pendahuluan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kesehatan reproduksi adalah “keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh
(tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya”.Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal
dari otot uterus dan jaringan ikat yang meopangnya.
Mioma uteri adalah bungkusan otot rahim yang berubah menjadi timor jinak. Istilah
sederhananya adalah daging tumbuh di rahim. Mioma uteri penyakit yang berbentuk tumor
berbeda denga kanker. Mioma uteri tidak mempunyai kemampuan menyebar keseluruh tubuh
konsistensinya padat dan sering mengalami degenerasi dalam kehamilan dan sering kali
ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun (Setiati, 2012).

2.2 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri. Diduga mioma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik,
adalah estrogen
Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang berubah
menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak daripada otot rahim normal.
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause
dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen
seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%)
dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah
estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang
pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak
daripada miometrium normal.
Faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara
35 – 45 tahun.

2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat
ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma
uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri
tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana
mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami
regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi
hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor
pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen.
Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen
lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih
daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah
ooforektomi bilateral pada usia dini.
2.3 Patofisiologi
Myoma awalnya dipengaruhi oleh faktor hormonal. Hormon yang berpengaruh adalah
Estrogen. Estrogen setiap bulannya dikeluarkan oleh GnRH untuk proses ovulasi dan saat
menstruasi. Apabila estrogen dikeluarkan dalam jumlah berlebih dan mengenai sel-se
immatur otot yang ada pada rahim yang terjadi yaitu munculnya Myoma uteri. Maka dari
itu, myoma uteri sering ditemukan pada wanita yang pada masa reproduksi dan sangat
jarang ditemui pada wanita saat sebelum hamil. Selain faktor hormonal, myoma uteri
berkembang karena faktor-faktor lain seperti umur, ras, menarche dini, keturunan, berat
badan.
Rangsangan intermiten estrogen terhadap sel nest, terjadi bentuk bibit kecil sebagai
inti dan selanjutnya berlapis seperti berambang. Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit
yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsul atau simpai semu yang mengelilingi
tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak.
Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak
bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat
menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga
sering menimbulkan keluhan miksi.
Berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor
membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi
jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia.
Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan seseorang mengalami kekkurangan volume cairan.

2.4 Klasifikasi mioma uteri


Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
a. Mioma Uteri Subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat
pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut
sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari
uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini
dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
b. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih kecil,
tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-
benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa
tumor di daerah perut sebelah bawah.
c. Mioma Uteri Submukosum
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dantumbuh
kearah cavum uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar
kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan
masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma submukosum walaupun
hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit
dihentikan, sehingga sebagai terapinyamdilakukan histerektomi.

2.5 Tanda Dan Gejala Mioma Uteri


Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya tanda dan gejala adalah besarnya
mioma uteri, lokasi dari mioma uteri dan perubahan terjadi pada mioma uteri (Manuaba,
2007).
Berikut ini tanda dan gejalanya, yaitu :
1) Perdarahan yang lama selama masa menstruasi ataupun di luar masa menstruasi,
darah menstruasi lebih banyak.
Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis submukosa sebagai akibat
pecahnya pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan anemia yang
berat.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara lain:
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia. Endometrium sampai Adeno
Karsinoma Endometrim.
b. Permukaan Endometrium yang lebih luas dari biasa
c. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik (Saifuddin, 1999).
2) Nyeri
Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan. Selain itu, penyebab timbulnya nyeri pada kasus
mioma uteri adalah proses degenerasi ganas. Penekanan pada visera oleh ukuran
mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri. Dengan
bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga menimbulkan rasa tidak nyaman
pada regio pelvis (Proverawati, 2009)
3) Gejala dan Tanda Penekanan
Gejala ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Sehingga dapat
menyebabkan:
a. Penekan VU sehingga terjadi poliuri
b. Retensio urin pada uretra
c. Edema tungkai dan nyeri panggul pada pembuluh darah dan limfe di pinggul
d. Konstipasi
4) Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstitialis submukosum, juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus (Prawiroharjo,1996)
5) Gejala-Gejala Sekunder
a. Anemia karena perdarahan (Hb < 10,8 gr %)
b. Lemah
c. Pusing-pusing
b. Sesak nafas (RR >24x/menit)
c. Asites (penimbunan cairan dirongga perut)
d. Polisitemia (peningkatan sel darah merah)
2.6 Diagnosis Mioma Uteri
Secara sederhana bidan dapat memberikan emungkinan mioma uteri dengan
memperhatikan gejala klinis yaitu perdarahan menstruasi yang tidak normal, terdapat
gangguan miksi atau defeksi, dan terasa nyeri terutama saat menstruasi. Pada pemeriksaan
dalam, bidan dapat menjumpai teraba tumor padat pada abdomen bagian bawah dan
pergerakan tumor terbatas. Pada pemeriksaan dalam bidan dapat meraba tumor yang berasal
dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas. Penanganan mioma uteri
memerlukan tindakan spesialistis sehingga bidan perlu menetapkan kemungkinan mioma
uteri dan melakukan rujukan ke puskesmas, dokter ahli, atau ke rumah sakit (Manuaba,
2009)
Diagnosis terhadap kejadian mioma uteri dapat dilakukan dengan beberapa langkah
diantaranya sebagai berikut (Joseph, 2010).
a. anamnesis
1. Perdarahan uterus abnormal: menorhagia, metrorhagia, premenstrual spooting.
2. Terdapat benjolan pada perut bagian bawah
3. Nyeri, terutama jika terjadi torsi pada mioma bertungkai
4. Efek penekanan: konstipasi, retensi uri, dan edema tungkai dan varises.
5. Bila tumor berada di serviks, bisa mnyebabkan disparenia dan infertilitas
6. abortus spontan (risiko dua kali lipat pada wanita dengan mioma)
b. Pemeriksaan Fisik
1. palpasi abdomen: teraba masa di daerah pubis atau abdomen bagian bawah dengan
konsistensi padat kenyal, bulat, berbatas tegas, sering berbenjol atau bertangkai,
mudah digerakkan, tidak nyeri.
2. pemeriksaan bimanual: didadpatkan tumor tersebut menyatu atau berhubungan
dengan uterus, ikut bergerak pada pergerakan serviks.
c. Pemeriksaan Patologi
1. biasanya multipel dan memiliki ukuran serta lokasi yang beraneka ragam
2. secara mikroskopis terdapat tumor konsistensi keras dengan penampakan seperti
lingaran dengan trabelkula dan terdapat lapisan pseudokapsular tipis.
2.7 Diagnosa Banding
Dilihat dari pembesaran atau ketidakteraturan uterus yang disebabkan oleh miometrium juga
dapat disebabkan oleh kehamilan, adenomiosis atau neoplasma ovarii yang salah didiagnosis.
Keadaan lain yang perlu dipertimbangkan adalah subinvolusi, kelaian kongenital, perlekatan
adneksa, usus besar, hipertrofi jinak dan sarkoma atau karsinoma (Benson, 2013).

2.6 Penatalaksanaan Mioma Uteri


Pilihan pengobatan myoma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan,
keinginan untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi
serta jenis myoma uteri itu sendiri.
1) Konservatif dengan Pemeriksaan Periodik
Tidak semua myoma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa
terutama bila myoma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.
Walaupun demikian myoma uteri memerlukan pengamatan 3-6 bulan, maksudnya setiap 3-6
bulan pemeriksaan pelvic dan atau USG pelvic seharusnya diulang.
Pada wanita menopause, myoma biasanya tidak memberikan keluhan. Bahkan
pertumbuhan myoma dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Estrogen harus
digunakan dengan dosis yang terkecil-kecilnya pada wanita post menopause dengan myoma
atau mengontrol gejala-gejala dan ukuran myoma harus diperiksa dengan pemerikaan pelvic
dan USG pelvic setiap 6 bulan. Perlu diingat bahwa penderita myoma uteri sering
mengalami menopause yang terlambat. Bila didapatkan pembesaran myoma pada masa post
menopause, harus dicurigai kemungkinan keganasan dan pilihan terapi dalam hal ini adalah
histerektomi total.

2) Pengobatan Medikamentosa dengan GnRH


Pada umumnya, pengobatan mioma uterus dilakukan secara operatif (miomektomi
atau histerektomi), karena dahulu memang belum ditemukan pengobatan medikamentosa
yang efektif untuk mioma uterus. Seperti diketahui bahwa pertumbuhan mioma dapat dipicu
oleh estrogen, sehingga dewasa ini telah tersedia jenis obat yang dapat menekan
pertumbuhan serta mengurangi pembesaran mioma. Obat tersebut adalah analog GnRH.
Perlu ditekankan bahwa pemberian GnRH bukan untuk menghilangkan mioma melainkan
untuk mepermudah tindakan operatif dan mengurangi histerektomi. Oleh karena itu GnRH
diberikan sebelum tindakan operatif. Penelitian multisenter dilakukan pada 114 pasien
dengan mioma uterus yang diberikan GnRH leuprolein asetat selama 6 bulan, didapatkan
data sebagai berikut: selama penggunaan analog GnRH ditemukan pengurangan volume
uterus rata-rata 67% , pada 90 wanita didapatkan pengurangan volume mioma uterus
sebanyak 80%. Bila dilihat secara keseluruhan, maka rata-rata pengecilan mioma uterus
terjadi sebanyak 44%.
Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan
berikutnya tidak terjadi pengurangan yang berarti. Setiap mioma memberikan hasil yang
berbeda-beda terhadap pemberian analog GnRH. Ada mioma uterus yang sama sekali tidak
memberikan respon terhadap analog GnRH. Makin tinggi kadar reseptor estrogen suatu
mioma, makin tinggi pula respon terhadap analog GnRH. Pemberian analog GnRH
menyebabkan perubahan degeneratif dari mioma, sehingga sensitivitas steroid menurun.
Setelah selesai pemberian analog GnRH, maka sintesis steroid yang tadinya terhambat, akan
muncul kembali, sehingga 4 bulan setelah pengobatan, mioma membesar kembali seperti
semula.
Mioma submukosum merupakan mioma uterus yang paling responsif terhadap
pemberian analog GnRH. Mioma uterus yang kromosomnya menunjukkan penyimpangan
dari yang normal merupakan mioma yang paling tidak responsif terhadap pemberian GnRH
analog. Mioma subserosum merupakan mioma yang paling banyak mengalami
penyimpangan, sehingga mioma jenis ini paling tidak responsif terhadap pemberian analog
GnRH. Mioma submukosum dan intramural tidak banyak mengalami aberasi kromosom

Keuntungan pemberian analog GnRH preoperasi adalah untuk:


a. Memudahkan pelepasan perlekatan dengan jaringan sekitar
b. Pada pascaoperasi jarang ditemukan perlekatan usus
c. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uterus
d. Mengurangi anemia akibat perdarahan
e. Mengurangi perdarahan pada saat operasi
f.Dengan mengecilnya mioma maka dapat dilakukan tindakan laparoskopi, atau bila tidak
mungkin melakukan tindakan laparoskopi, maka laparotomi dapat dilakukan dengan
sayatan pfannenstiel
g. Pada pengangkatan mioma uterus tidak diperlukan insisi yang luas sehingga kerusakan
miometrium menjadi minimal
h. Mempermudah pengangkatan mioma submukosum dengan histeroskopi
i. Mempermudah melakukan vaginal histerektomi. Analog GnRH sebaiknya diberikan pada
mioma yang besarnya sesuai usia kehamilan 14 sampai 18 minggu. Bila besarnya
melampaui 18 minggu, maka pemberian GnRH tidak relevan lagi
j. Bila situasi pasien yang ada tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operatif, maka
dapat dicoba lakukan pemberian analog GnRH jangka panjang untuk sekedar menekan
pertumbuhan mioma uterus lebih jauh. Perlah dilakukan publikasi pemberian analog
GnRH selama 2 tahun pada 51 wanita premenopause dengan mioma uterus yang menolak
dilakukan tindakan operatif. Untuk mengatasi efek samping dari jangka panjang
pemberian analog GnRH berupa hipoestrogen, maka diberikan estrogen-progesteron
sebagai addback theraphy. Untuk mencegah osteoporosis dapat juga diberikan kalsium
atau bifosfonat.

3) Tindakan Operatif
a. Myomectomi
Myomectomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Myomectomi dilakukan bila masih menginginkan keturunan dan
syaratnya harus dilakukan dilatasi kuretase dulu untuk menghilangkan
kemungkinan keganasan Myomectomi cukup berhasil untuk mengontrol
perdarahan kronik akibat myoma.
Tindakan myomectomi dapat dikerjakan misalnya dengan extirpasi
melalui vagina pada myom geburt. Malah sekarang ini myomectomi dapat
dikerjakan dengan histeroskopi untuk kasus myoma submucosa dan dengan
laparaskopi untuk kasus myoma subserosa. Angka kemungkinan terjadi
kehamilan setelah myomectomi adalah 30-50%.
Perlu diingat untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi segera setelah
dilatasi kuretase dan myomectomi untuk menyingkirkan myosarcoma atau
mixed mesodermal sarcoma.
Kerugian myomectomi adalah:
a. Melemahkan dinding uterus – ruptura uteri pada waktu hamil
b. Menyebabkan perlekatan
b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau per
vaginam. Histerektomi pervaginam sulit karena uterus harus lebih kecil dari telur
angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Histerektomi pervaginam
diperlukan bila ada perbaikan cystocele, rectocele atau enterocele dan akan lebih
mudah bila disertai prolapsus uteri.
Histerektomi secara umum dilakukan pada myoma yang besar dan
multiple. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supra vaginal (sub total) hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus
keseluruhannya dan bila histerektomi supravaginal ini dilakukan maka
pemeriksaan pap smear harus dilakukan 1 tahun sekali.
Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan 1 atau ke-2 ovarium,
maksudnya untuk:
a. Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
b. Menjaga gangguan coronair atau aterosclerosis umum

c. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause dan diharapkan akan menghentikan perdarahan
nantinya.
Syarat-syarat dilakukan radioterapi adalah:
a. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
b. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
c. Bukan jenis submucosa
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
e. Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan menopause
f. Tidak ada keganasan uterus

d.Uteri Fibroid Embolization


Sinonim dari uterine artery embolization dilakukan oleh ahli radiologi.
Terapi ini dilakukan dalam keadaan pasien sadar tetapi diberi sedatif dan anti
nyeri. Terapi ini tidak memerlukan anestesi umum. Dilakukan dengan
memasukan kateter ke dalam arteri femoralis. Dengan gambaran imaging
radiologis memasukan kateter ke dalam artery dan melepaskan partikel ke dalam
arteri yang memberi suplai darah kepada mioma uteri tersebut. Hal tersebut
dapat membuat mioma menjadi mengecil dan akhirnya mati.

2.7 .Komplikasi Mioma Uteri


1) Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 – 70 % dari semua
sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun tidak
membesar, tiba-tiba menjadi besar, apalagi jika hal itu terjadi sesudah menopause.
2) Torsi (Putaran Tungkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau
proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan
nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik dari abdomen akut.
3) Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada kemungkinan
gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
4) Menimbulkan kondisi kurang darah (anemia) yang disebabkan oleh perdarahan
pervaginam yang berat.
2.8Prognosis Mioma Uteri
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi yang
extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau menembus endometrium,
maka diharuskan SC (Sectio Caesarea) pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh
kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya
memerlukan tindakan lebih lanjut.
BAB III
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

PENGKAJIAN
Pemeriksa : Untuk mengetahui siapa yang melakukan pemeriksaan atau memberikan
asuhan
Tanggal : Untuk mengetahui tanggal pemeriksaan saat ini dan untuk menentukan
jadwal pemeriksaan berikutnya.
Pukul : Untuk mengetahui waktu pemeriksaan
Tempat : Untuk mengetahui tempat pemeriksaan
No.Register : Untuk mengetahui no. Register pasien sehingga bila suatu saat dibutuhkan
akan memudahkan pencarian

I. IDENTIFIKASI DATA DASAR


DATA SUBJEKTIF
Data Subjektif adalah data yang didapat berdasarkan persepsi klien tentang
masalah kesehatan mereka (Haryanto, 2007). Sumber data pengkajian dapat berasal dari
anamnesa klien, keluarga dan orang terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan
medis, dan catatan lainnya.
1. Identitas
 Ibu :
a. Nama Ibu
Nama Ibu ditanyakan untuk mengenal dan memanggil penderita dan
mengantisipasi kesalahan pemberian asuhan jika nama Ibu sama.
b. Umur Ibu
Perlu diketahui untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan
yang dilakukan. Serta untuk mengetahui apakah ibu termasuk kelompok risiko
tinggi atau tidak.
c. Suku/ ras / bangsa Ibu
Untuk mengetahui budaya dan kebiasaan untuk menentukan asuhan yang akan
diberikan.
d. Agama Ibu
Untuk memberikan asuhan yang berkaitan dengan kebiasaan yang
dilakukan ibu sesuai dengan agama. Dan berkaitan dengan pemberian
dukungan spiritual pada ibu.
e. Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam hal gizi pasien tersebut (Ambarwati, 2008)
f. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mempermudah dalam
pemberian informasi pada saat pemberian asuhan.
g. Alamat
Untuk mengetahui Ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan
kunjungan rumah (home care/home visit) ke Ibu, mengetahui
lingkungan/tempat tinggal Ibu yang juga berpengaruh dengan kesehatan, dan
juga sebagai data pendukung identitas Ibu sehingga asuhan kebidanan yang
dilakukan dapat tepat sasaran.
 Suami
a. Nama Suami
Nama Suami ditanyakan untuk mengenal dan mengetahui suami yang
bertanggung jawab atas Ibu, dan untuk memudahkan dalam pemanggilan pada
keperluan konseling dan persetujuan tindakan medis
b. Umur Suami
Untuk mengetahui rentang usia Ibu dan suami sebagai gambaran latar
belakang sosial ekonomi Ibu.
c. Suku/ ras / bangsa Ibu
Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi
dukungan suami.

d. Agama Ibu
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan Ibu. Dengan diketahui agama suami pasien akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
e. Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat perekonomian yang terkadang merupakan
faktor resiko suatu komplikasi
f. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mudah dalam
pemberian informasi, serta gaya hidup dan pengetahuan yang berkaitan dengan
deteksi dini dan komplikasi
g. Alamat
Untuk mengetahui apakah suami dan Ibu tinggal satu rumah, serta
mengetahui lingkungan tempat tinggal.
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Untuk mengetahui apakah alasan ibu berkunjung dan apakah sudah pernah
mendapatkan asuhan kebidanan sebelumnya. Apakah ibu termasuk pasien rujukan.
Informasi ini penting untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh ibu.
3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan penyakitnya,
misalnya pada kasus mioma uteri pasien akan mengeluh perdarahan abnormal, nyeri
perut bagian bawah, sulit BAK, bengkak, dan pusing (Ambarwati, 2008).
4. Riwayat menstruasi
Alasan : untuk mengetahui keadaan alat-alat reproduksi serta gangguannya yang
terjadi. Anamnesa haid memberikan kesan pada kita tentang faal alat kandungan
(Sastrawinata, 1983)

5. Riwayat Obstetri Lalu


Untuk mengetahui ada tidaknya riwayat obstetri yang buruk pada Ibu
sebelumnya.
6. Riwayat KB Terakhir
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi (Ambarwati, 2008).
7. Riwayat Kesehatan Ibu
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit yang diderita pasien pada saat ini yang ada hubungannya dengan mioma uteri
(Ambarwati, 2008).
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan adanya penyakit genetik yang diderita ibu yang dapat ditularkan
atau diturunkan sehingga dapat memperburuk kondisi ibu. Kondisi tertentu dapat karena
genetik, sedangkan yang lainnya bersifat familial atau berkaitan dengan etnisitas, dan
beberapa berkaitan dengan lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga tersebut
bertempat tinggal (Salmah, 2006).
9. Riwayat Sosial
a. Perkawinan :Status perkawinan umur pertama kali menikah .... tahun Kawin ...
kali Lamanya .... tahun
b. Respon keluarga: untuk mengetahui dukungan yang akan diberikan kepada ibu
terhadap penyakitnya
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Untuk mengetahui apakah nutrisi sudah mencukupi atau belum, dan adakah
pantangan makanan atau tidak normalnya porsi makan 3 x sehari, dengan menu
yang sesuai. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
Bidan sangat perlu untuk memasukkan promosi nutrisi yang sehat dalam
praktik mereka dan mengadakan kunjungan kesehatan dalam rangka pencegahan,
juga rencana perawatan untuk penyakit-penyakit yang mempunyai faktor diet
(Varney, 2007).
Sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan makanan yang diawetkan
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan mioma uteri. (Saifuddin, 2006)
b. Pola Eliminasi
BAK : sering BAK disebabkan oleh penekanan pada VU karena pembesaran
mioma
BAB : pembesaran mioma yang menekan rectum akan berefek konstipasi pada
ibu
c. Pola Istirahat Tidur
Bidan perlu menggali informasi mengenai kebiasaan istirahat pada Ibu supaya
bidan mengetahui hambatan yang mungkin muncul
Tidur siang normalnya 1 – 2 jam/hari.
Tidur malam normalnya 6-8 jam/hari.
Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
d. Pola Personal Hygiene
Pentingnya personal hygiene pada ibu dengan masalah kesehatan reproduksi.
Terutama genetalia. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Ibu harus tau bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa Ia mengerti
untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dan depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar. Kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari
atau diseterika.Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Pola Kebiasaan
Normalnya Ibu tidak merokok, mengkonsumsi alkohol, jamu dan narkoba.Ibu
tidak memelihara hewan peliharaan yang bisa memicu mioma uteri.
g. Pola seksual
Normalnya ibu melakukan hubungan seksual seminggu 2 kali tetapi
tergantung dari keinginan setiap suami istri, dan mengetahui masalah yang timbul
seperti dispareunia.

13. Keadaan Psikososial dan Budaya


a. Respon ibu terhadap kesehatan reproduksi termasuk emosi, dukungan keluarga,
hal ini digunakan untuk menentukan rencana asuhan yang akan dilakukan.
b. Kebiasaan yang menguntungkan/ merugikan:
(Semua poin yang dikaji di atas berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan
klien dan merencanaknnya dalam asuhan yang diberikan)

DATA OKJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
TD : normalnya 110/70 – 120/80 mmHg
N : normalnya 60 – 100 x/menit
S : 36,5 – 37,5 ºC. jika lebih dari 38oC maka kemungkinan infeksi
RR : 16 – 24 x/menit

3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bersih, wajah tidak pucat, tidak oedem
b. Mata : Conjuntiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
c. Hidung : tidak ada sekret, bersih, tidak ada polip
d. Mulut : Bersih, tidak ada caries, tidak ada stomatitis, mukosa
bibir lembab
e. Telinga : Bersih/tidak
f. Leher : Adakah pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe,
adakah bendungan vena jugularis
g. Dada : Simetris, biasanya terdapat sesak nafas karena pembesaran mioma
menekan diafragma.
h. Payudara : Simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi pada areola,
apakah ada kolostrum
i. Abdomen : Ada/tidak bekas luka SC, ada tidaknya benjolan/massa abnormal
j. Genetalia : ada tidaknya varises, edema, condiloma, infeksi kelenjar bartolini,
pengeluaran flour albus dan pengeluaran darah.
k. Anus : Adakah hemoroid
l. Ekstrimitas : perhatikan adakah edema dan varises
4. Pemeriksaan penunjang (Dilakukan jika ada indikasi).
a. pemeriksaan dalam: teraba masa pada uterus dan terdapat nyeri tekan
I. Interpretasi diagnosa, Masalah dan kebutuhan
Dx : P............. dengan
DS : Keluhan yang disampaikan oleh klien
DO : Keadaan yang didapatkan dari pemeriksaan secara keseluruhan
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
N : 60 – 100 x/menit
S : 36,5 – 37,5ºC
RR : 18 – 24 x/menit
Masalah :
Kebutuhan :

II. Identifikasi masalah dan diagnosa potensial


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan
berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.
Identifikasi adanya diagnosa atau masalah potensial yang dapat muncul dan
diagnosa atau masalah yang sudah ada sebelumnya dalam hal ini sikap waspada dan
antisipasi bidan sangat diperlukan bahkan jika bisa mencegah lebih dahulu serta siap untuk
menghadapi kemungkinan yang dapat timbul.
III. Identifikasi kebutuhan dan tindakan segera
Menggambarkan sifat asuhan kebidanan yang bersifat terus - menerus, dimana
diagnosa atau masalah aktual dan potensial yang telah di tetapkan sebelumnya, data - data
yang di peroleh perlu dievaluasi kembali untuk memastikan kemungkinan pemberian
tindakan dalam situasi emergency (tindakan segera) dalam rangka upaya menyelamatkan
klien atas indikasi - indikasi tertentu.
Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/ masalah potensial
yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.
IV. Intervensi
Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi diagnosa dan
masalah serta meliputi data - data tambahan setelah data dasar.Rencana tindakan harus
disetujui oleh klien, karena itu harus didiskusikan dengan klien.Semua tindakan yang
diambil harus berdasarkan rasional dan diakui kebenarannya serta harus dianalisa secara
teoritis.
Tanggal Jam
Dx : P......Ab......... dengan.................
Tujuan Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama beberapa menit diharapkan
Kriteria hasil :
KU baik, kesadaran komposmentis
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
RR : 16 – 24 x/menit
N: 60 – 100 x/menit
S : 36,5 – 37,5 °C
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien.
R/ dengan pendekatan terapeutik akan terjalin kerjasama yang kooperatif antara
klien dan petugas kesehatan.
2. Jelaskan pada klien tentang keadaan reproduksinya saat ini.
R/ klien bisa lebih tenang dengan keadaannya dan benar – benar menjaga
kesehatan reproduksi.
3. Jelaskan pada klien tentang tanda bahaya yang bisa muncul dari masalah kesehatan
repduksinya.
R/ klien bisa lebih mengerti dan lebih waspada dengan deteksi dini adanya
kelainan.
4. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang rendah kadar lemak, pengawet dan
penyedap makan.
R/ lemak mengandung kadar estrogen, pada etiologi dijelaskan bahwa penyebab
dari mioma adalah kadar estrogen yang berlebih sehingga diharapkan ibu mengurangi
konsumsi makanan dengan kadar lemak yang tinggi. Hal ini mungkin berhubungan
dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim aromatease di
jaringan lemak (Djuwantono, 2004). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah esterogen
tubuh yang mampu meningkatkan prevalensi mioma uteri (Parker, 2007). Selain itu
kandungan pengawet maupun penyedap yang biasanya mengandung MSG dapat
memicu munculnya kanker meskipun tidak secara langsung. Hal tersebut pasti akan
mempengaruhi kondisi tubuh ibu.
5. Jelaskan pada ibu bahwa perlu tindakan lebih lanjut terhadap masahalah yang terjadi
pada kesehatan reproduksinya
R/ ibu mengetahui tindak lanjut yang akan dilakukan pada masalahnya.

V. Implementasi
Melaksanakan rencana tindakan secara efisien dan menjamin rasa aman.
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan tim
kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien karena akan mengurangi
waktu perawatan dan biaya serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada klien.
Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan
efisien dan aman sesuai perencanaan.

VI. Evaluasi
Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan.Selain terhadap
permasalahan klien, bidan juga harus mengenal apakah rencana yang telah ditetapkan
dapat dilakukan dengan baik atau mungkin timbul masalah baru (Varney Helen, 2007).
BAB IV
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. U P3003 Ab000 DENGAN MYOMA UTERI
DI POLI OBGYNRSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Tgl. Pengkajian : 2 Oktober 2015


Jam : 11.15 WIB
No. Register : 08193X

I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
A. Identitas
Nama Ibu : Ny. U Nama : Tn. M
Umur : 49 tahun Umur : 50 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan :- Pekerjan : Tani
Alamat : Tembalang
Alasan kunjungan : Ibu mengatakan ingin kontrol dengan myoma uteri setelah
kuret PA.
Keluhan Utama : nyeri perut bagian bawah.

B. Riwayat Gynecologi
1. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari
Lama haid : 7 hari
Sifat darah : encer
Banyak darah : hari 1-3 darah banyak (2-3x ganti pembalut), hari
ke 4 darah mulai berkurang
Dismenorrhoe : tidak pernah
Fluor albus : kadang saat akan dan setelah menstruasi
2. Riwayat pernikahan : ibu mengatakan menikah 1 kali. Usia pertama kali menikah yaitu 32
tahun.
3. Riwayat Kontrasepsi:
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik dan spiral, tapi sekarang sudah tidak
menggunakan KB.
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Ibu mengatakan pernah hamil 3 kali, ketiga anak lahir usia kehamilan 9 bulan dan jumlah
anak hidup 3 orang. Usia anak terkecil 7 tahun. Selama hamil dan bersalin dulu tidak pernah
ada masalah dan biasanya periksa ke bidan.

C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
serta tidak pernah menderita penyakit menurun seperti jantung, tekanan darah tinggi maupun
kencing manis, akan tetapi setiap mens ibu merasa sakit dan darahnya banyak
2. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak pernah mengalami penyakit hipertensi, TBC, Hepatitis, malaria, DM,
penyakit jantung, anemia, maupun PMS.

D. Pola Kehidupan Sehari - hari


1. Pola Nutrisi dan cairan:
Makan 2-3x/hari, lauk, buah, sayur, nasi
Minum ± 6-7 gelas/ hari, air putih
2. Pola eliminasi
BAB 1x/ hari, konsistensi lembek, warna kuning
BAK 5-6x/ hari
3. Pola aktivitas
Ibu sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah.
4. Pola istarahat
Istirahat siang 30 menit-1 jam
Istirahat malam 6-7 jam
5. Pola personal hygiene
Mandi 2x/hari, ganti baju dan pakaian dalam 2x/hari
6. Pola hubungan seksual
1-2x/minggu, tidak ada keluhan/gangguan
7. Riwayat psikososial dan budaya
a. psikologi: ibu merasa cemas dengan kesehatannya
b. sosial : suami sebagai pengambil keputusan
c. budaya : dalam keluarga tidak ada pantangan pada makan tertentu

DATA OBEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Cukup
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 74x/menit
Suhu : 36,7 ˚C
Pernafasan : 21x/menit

B. Pemeriksaan Fisik
1. Muka : bersih dan tidak odem, tidak pucat
2. Mata : simetris, bersih, kongjungtiva merah muda (tidak anemis) dan
sclera putih (tidak ikterus)
3. Telinga : bersih, tidak ada serumen
4. Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada napas cuping hidung
5. Mulut dan gigi : bersih, simetris, bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada
stomatitis.
6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid serta tidak ada
bendungan vena jugularis
7. Dada/Payudara :simetris, tidak ada benjolan/massa.
8. Abdomen : tidak ada luka bekas jahitan SC, rata, teraba benjolan/massa
dengan ukuran ± 6x8 cm, TFU pertengahan pusat simpisis.
9. Genetalia luar : bersih, tidak berbau, tidak ada pengeluaran pervaginam,
tidak ada bekas luka, tidak ada varises, tidak ada masa
abnormal, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini
10. Anus : tidak ada hemoroid
11. Ekskremitas atas dan bawah: simetris, pergerakan otot bebas, tidak ada
oedem dan tidak ada varises, kuku jari merah muda.

D. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Dalam
VT oleh dokter PPDS SpOG
Flux (-), fluor (-), portio tertutup licin, CUAF 14-16 mg, permukan rata, berbatas
tegas, nyeri (-), whole (+)
b. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan tgl 23 september 2015
a. makroskopik : jaringan kerokan sebanyak 0,5cc, kecoklatan
b. mikroskopik : didapatkan potongan potongan jaringan endoservic tak terlihat jaringan
endometrium. Tidak didapatkan keganasan dalam sediaan ini.
c. kesimpulan uterus, kerokan: dengan jaringan endoservic radang mehanun, tidak
didapatkan endometrium
d. diagnosa klinik AUB-L
c. Pemeriksaan USG
hasil pemeriksaan tanggal 23 september 2012
tampak uterus dengan gambar massa seperti pusaran air ukuran 6,7 x 8,8 cm

II. INTERPRESTASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN


A. Diagnosa : myoma uteri
Dasar :
Data Subjektif : ibu mengatakan kontrol myoma uteri setelah kuret PA, ibu mengeluh
nyeri perut bagian bawah
Data Objektif :
- KU:Cukup - Kesadaran: composmentis
- TD: 90/60mmHg - N: 74 x/menit
- Suhu: 36˚C - RR: 20x /menit
VT oleh dokter PPDS SpOG
Flux (-), fluor (-), portio tertutup licin, CUAF 14-16 g, permukaan rata, berbatas
tegas, nyeri (-), whole (+)
Patologi anatomi:
a. makroskopik : jaringan kerokan sebanyak 0,5cc, kecoklatan
b. mikroskopik : didapatkan potongan potongan jaringan endoservic tak terlihat
jaringan endometrium. Tidak didapatkan keganasan dalam sediaan ini.
c. kesimpulan uterus, kerokan: dengan jaringan endoservic radang mehanun, tidak
didapatkan endometrium
d. diagnosa klinik AUB-L
Pemeriksaan USG
tampak uterus dengan gambar massa seperti pusaran air ukuran 6,7 x 8,8 cm
B. Masalah : nyeri perut bagian bawah
C. Kebutuhan : operasi pengangkatan myoma uteri

III. ANTISIPASI MASALAH/DIAGNOSA POTENSIAL


Pembesaran myoma uteri

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Operasi pengangkatan myoma uteri

V. INTERVENSI
Tanggal : 2 Oktober 2015
Jam : 11.45 WIB
Diagnosa : myoma uteri.
Tujuan : setelah diberikan asuhan kebidanan selama 30 menit, diharapkan ibu
dapat mengerti dan menerima keadaannya.
Kriteria hasil :
 KU baik, kesadaran composmentis
 TD 100/70-120/80
 RR 16-24x /menit
 Nadi 60-100x /menit
 Suhu 36,5-37,5C

Intervensi:
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien.
R/ dengan pendekatan terapeutik akan terjalin kerjasama yang kooperatif antara
klien dan petugas kesehatan sehingga hal tersebut akan mempermudah petugas dalam
melakukan anamnesis maupun tindakan.
2. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
R/ ibu mempunyai hak untuk mengetahui kondisinya saat ini dan petugas
memiliki kewajiban untuk menyampaikan kondisi pada klien.
3. Siapkan inform consent
R/ sebagai dasar dalam melakukan tindakan bahwa ibu sudah menyetujui tindakan
tersebut.
4. Beri dukungan mental kepada pasien
R/ ibu memerlukan dukungan dalam menghadapi penyakit dan operasi yang akan
dilakukan sehingga ibu bisa lebih tentang.
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian tindakan selanjutnya yaitu advice
dokter ibu MRS untuk dilakukan pembedahan total abdominal histerektomi.
R/ dokter akan memberikan advise untuk pasien sehingga pasien mendapatkan
perlakuan yang tepat dan kita bisa memberi dukungan mental sehingga ibu bisa lebih
tenang dalam memahami keadaannya.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 2 Oktober 2015
Pukul : 10.45 WIB
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien sehingga terjalin kerjasama yang kooperatif
antara klien dan petugas kesehatan.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien bahwa hasilnya ibu mengalami myoma uteri
yaitu terjadi pertumbuhan jaringan berlebih di dalam rahimnya sehingga diperlukan tindakan
pembedahan (operasi) untuk mengurangi pertumbuhan jaringan tersebut.
3. Mempersiapkan inform consent untuk meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
pada ibu.
4. Memberikan dukungan mental kepada pasien dengan menjawab semua pertanyaan yang
diajukan oleh pasien sehingga bisa membuatnya lebih mengerti tentang sakitnya tersebut.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi selanjutnya yaitu ibu disarakan
MRS untuk pembedahan total abdominal histerektomi.

VII. EVALUASI
Tanggal : 2 Oktober 2015
Pukul : 11.55 WIB
S : Ibu mengatakan masih pikir-pikir dulu untuk MRS dan dilakukan operasi.
O :
- KU: Cukup - Kesadaran: composmentis
- TD: 90/60mmHg - N: 74 x/menit
A : P3003 Ab000 dengan myoma uteri
P :
1. Meminta ibu untuk menandatangani surat penolakan tindakan operasi.
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Pada kasus Ny. “U” P3003 Ab000, didapatkan dari hasil keadaan umum: cukup,
kesadaran:composmentis, TD: 90/60mmHg, N: 74 x/menit, Suhu: 36˚C, RR: 20x /menit, palasi
abdomen, teraba benjolan massa dibagian bawah perut dengan ukuran ± 6 x8 cm dengan TFU
pertengahan pusat simpisis. VT oleh dokter PPDS SpOG: Flux (-), fluor (-), portio tertutup licin,
CUAF 14-16 mg, permukaan rata, berbatas tegas, nyeri (-), whole (+). Pemeriksaan laboratorium
ibu didiagnosa AUB-L dan dari pemeriksaan USG didapatkan hasil tampak uterus dengan
gambar massa seperti pusaran air ukuran 6,7 x 8,8 cm.
Berdasarkan data tersebut klien didiagnosa P3003 Ab000 dengan myoma uteri.
Penanganan yang dilakukan antara lain: melakukan pemeriksaan umum dan fisik ibu,
menjelaskan pada ibu tentang keadaannya, menjelaskan tindak lanjut yang dilakukan sebagai
penatalaksanaannya.
1.2 Saran
1.2.1 Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan reproduksi dalam
upaya deteksi dini dan komplikasi yang mungkin terjadi.
1.2.2 Masyarakat
Diharapkan dapat meningkatkan keikutsertaan dan peran aktif dalam upaya
menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi dengan cara tanggap dalam
memberikan nasihat dan melaporkan ke tenaga kesehatan agar komplikasi tidak menjadi
berat.
1.2.3 Mahasiswa dan Profesi Bidan
Diharapkan mampu mengidentifikasi penyimpangan kesehatan reproduksi dan
melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan tepat,
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang asuhan kesehatan reproduksi khususnya
deteksi dini masalah kesehatan reproduksi serta mampu menerapkan teori dalam praktik
di lapangan sesuai dengan wewenang bidan dalam Kepmenkes RI Nomor
369/MENKES/SK/III/2007.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.Obstetri


Fisiologi. 1983. Eleman:Bandung

Ferrer, Hellen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Guyton, A., & Hall, J.E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Kehamilan dan Laktasi.
Jakarta: EGC, 1080.

Hadibroto, Budi R. 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara, Volume 38, No. 3,
September

Manuaba IBG. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta, Penerbit: EGC

Morgan, Geri & Carole Hamilton. 2009. Obstetric dan Ginekologi Panduan Praktis Ed 2.
Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Varney, Helen.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai