Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

”S” USIA 30 TAHUN P1001 Ab000


DENGAN CYSTOMA OVARI DI RSUD DR SAIFUL ANWAR KOTA
MALANG

Tanggal : 5 Januari 2020

Asuhan Kebidanan Ini disusun untuk Memenuhi Tugas


Praktek Klinik Kebidanan III Semester V

Disusun Oleh
Nama : Zanatun Fatimah
NIM : BOB0171737

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Karunia dan
Hidayah-Nya asuhan kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.“S”
Usia 30 Tahun P101 Ab000 Dengan Cystoma Ovari Di RSUD Dr Saiful Anwar Kota
Malang” ini dapat terselesaikan.
Asuhan Kebidanan ini berisi tentang pengkajian data, identifikasi
diagnosa/masalah , identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segeera,
intervensi, implementasi, evaluasi.
Penulis dalam hal ini banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. dr. Mulyohadi Sungkono, Sp.OG (K), selaku Pembina Yayasan Ken
Dedes Malang.
2. drg. Suharwati, selaku Ketua Yayasan Ken Dedes Malang.
3. dr. Endah Puspitorini, MScIH, DTMPH, selaku PLH Ketua Yayasan
Ken Dedes Malang
4. Dr. Edi Murwani, AMd.Keb.,S.Pd.,M.MRS, Selaku Ketua STIKes
Kendedes Malang
5. Lilik Winarsih, SST., M.Keb, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan
STIKes Kendedes Malang
6. Ulfa Nur Hidayati SKM., M.Kes, Selaku Pembimbing Institusi
7. Riski Akbarani, SKM., M.Kes, Selaku Pembimbing Akademik
8. Rita Dwi Permanasari AMd.,Keb, Selaku Pembimbing Klinik
Demikian, semoga asuhan kebidanan ini bisa memberikan manfaat bagi
diri sendiri dan pihak lain yang menggunakan.

Malang, Januari 2020

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista ovarium berarti kantung berisi
cairan, biasanya berukuran kecil yang berada diindung telur (ovarium). Kista
indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada periode masa subur sampai
monepouse, juga selama masa kehamilan (Nugroho, 2012).
Sebagian besar kelainan ovarium tidak menimbulkan gejala dan tanda,
terutama pada tumor yang kecil. Tanda dan gejala yang biasanya timbul
disebabkan oleh efek massa yang menekan organ-organ abdomen, aktifitas
endrokin, atau akibat dari komplikasi yang terjadi, misalnya perdarahan, infeksi,
dan putaran tangkai tumor.(Rasjidi dkk, 2010).
Kista ovarium adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan wanita masa
reproduksi. Dengan perkataan lain apabila seorang wanita masih terjadi proses
ovulasi berarti masih terjadi produksi telur tiap bulan, maka wanita tersebut masih
mungkin menderita kista ovarium. Insidensi kista ovarium antara 5-15%, sedang
berdasarkan statistic, sebanyak 18% wanita pasca menopause masih dapat
ditemukan kista ovarium. Kejadian ini merupakan suatu hal yang mengejutkan
oleh karena kista ovarium biasanya terjadi apabila tidak ditemukan kehamilan
pada setiap siklus yang terjadi, dan apabila folikel ataupun telur tidak hilang
setelah proses ovulasi. Pada wanita pasca menopause jelas tidak terjadi ovulasi,
sehingga tidak akan terjadi kehamilan ataupun hilangnya telur, akan tetapi wanita
tersebut tetap berisiko terjadinya kista ovarium.
Pada kenyataannya, pencatatan jumlah kasus kista ovarium pasca
menopause telah dimonitor beberapa tahun lamanya, dan telah dicatat dengan data
keluarga secara jelas. Akan tetapi penelitian akhir-akhir ini menemukan bahwa
kejadian ini lebih sering terjadi dibandingkan praduga pada masa lalu.
Perlu dijelaskan bahwa berdasarkan statistik mengenai kista ovarium, pada
masa premenopause maupun pasca menopause tidak akan pernah akurat karena
kebanyakan kasus tanpa disertai dengan keluhan. Hal ini merupakan masalah
karena apabila wanita pasca monepause tersebut tidak disertai keluhan maka

5
umumnya wanita tersebut tidak akan memeriksakan diri untuk mendapatkan
pengobatan (Djuantono, Permadi, Ritinga, 2011).
Dampak yang ditimbulkan antara lain fungsi reproduksi wanita penderita
kista ovarium akan mengalami gangguan berakibat kesuburan yang terganggu
bahkan bisa pula kesulitan untuk hamil. Dampak berikutnya secara psikologis
adalah hambatan untuk memiliki keturunan hal ini menimbulkan stress pada
wanita penderita kista ovarium karena tekanan dari keluarga.(Tritanto, 2009).
1.2 Tujuan

1.1.1 Tujuan Umum


Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan
secara nyata pada klien dengan myoma uteri menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan varney.
1.1.2 Tujuan Kusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
1. Melakukan Pengkajian baik secara subyektif maupun obyektif
kepada Ny.“S” P1001 Ab000 Dengan Cystoma Ovari
2. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan diagnosa kebidanan
pada ibu
3. Mengantisipasi masalah potensial pada ibu
4. Menentukan tindakan segera pada ibu
5. Membuat rencana asuhan kebidanan pada pada ibu
6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan
pada ibu.
7. Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan
pada ibu
1.3 Manfaat
1.1.3 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat melakukan konseling, memperluas wawasan dan
meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada klien
dengan kasus Cystoma Ovari
1.1.4 Bagi Pasien

6
Dapat mengetahui keadaan dan kesejahteraan dirinya dan
mengetahui jika terjadi kelainan yang menyertai kesehatannya.
1.1.5 Bagi Petugas Kesehatan
Dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga mampu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
1.1.6 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah refrensi baru dalam masalah asuhan kebidanan
yang nantinya dapat dijadikan suatu pembahasan dalam kegiatan belajar
mengajar.
1.4 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, tujuan , manfaat, metode penulisan, dan
sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang konsep Cystoma Ovari dan konsep Manajemen
Asuhan Kebidanan Varney.
BAB III TINJAUAN KASUS
Berisi tentang pengkajian, identifikasi masalah dan diagnos,
antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera,
pengembangan rencana/intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Defini Cystoma Ovari


Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat
gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul.
(Andang, 2013) Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat
kanker yang berisi material cairan atau setengah cair. (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)
berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung
telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja. (Setyorini, 2014)
Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang mengandung cairan.
Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai besarnya memenuhi rongga
perut, sehingga menimbulkan sesak nafas. (Manuaba, 2009)
Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan
abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa udara,
nanah, dan cairan kental.
2.3 Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. (Setyorini, 2014). Faktor penyebab
terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan
karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik dan
pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan
kemudian akan membantu tumbuhnya kista
Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang
mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme
sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Andang,
2013).
Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat
mungkin terjadi, yaitu:
a. Faktor internal

8
1) Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang disebut
gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang
bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
2) Gangguan hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron
akan memicu terjadinya penyakit kista.
3) Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko terjadinya
penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke bagian
alat reproduksi lainnya.
b. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila jarang
olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan akan menumpuk
di sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan
lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik.
2) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat
yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok
dan mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia
terganggu, terjadi kanker, peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin,
dan lain-lain.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya
hidup yang tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang
tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang berbahaya
untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia, terhambatnya saluran
pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat
mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga akan
terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah

9
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista,
walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena penyakit
kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi
risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.
5) Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress
manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti merokok,
seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain.
2.4 Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat
sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan
hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang
normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium
tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan
hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat
menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel
telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam
ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).

2.5 Klasifikasi
Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum dan
bersifat non-neoplastik.

10
Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor kista dari ovarium yang
jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan non-neoplastik dan neoplastik.
Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non neoplatik, kista
dapat didapati sebagai :
a. Kista OvariumNon-neoplastik
1) Kista Folikel
Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal dari
kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang secara sempurna.
Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap bulannya sehingga sejumlah
folikel tersebut dapat mati dengan disertai kematian ovum. Kista folikel dapat
terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi. Diameter kista berkisar 2cm
(Yatim, 2008).
Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang dalam waktu 60
hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar menstruasi yang
sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk kista  4 cm adalah pemeriksaan
ultrasonografi awal, dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan
pada kista  4 cm atau kista menetap dapat diberikan pemberian kontrasepsi oral
selama 4-8 minggu yang akan menyebabkan kista menghilang sendiri (Yatim,
2008).
2) Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar kehamilan.Kista luteum
yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum hematoma. Perdarahan
kedalam ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini
sangat banyak jumlahnya, terjadilah korpus leteum hematoma yang berdinding
tipis dan berwarna kekuning - kuningan. Biasanya gejala-gejala yang di timbulkan
sering menyerupai kehamilan ektopik (Yatim, 2008).
3) Kista stain levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata,
berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan
tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak folikel dalam
bermacam-macam stadium, tetapi tidak di temukan korpus luteum. Secara klinis

11
memberikan gejala yang disebut stain – leventhal syndrome dan kelainan ini
merupakan penyakit herediter yang autosomaldominant (Yatim, 2008).
4) Kista Korpus Luteum
Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang terjadi. Kista korpus
luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar 10 cm. Kista tersebut dapat
timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan dan bisa pecah yang
sering kali perlu tindakan operasi (kistektomi ovarii) untuk mengatasinya.
Keluhan yang biasa dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di
rongga panggul terjadi selama 14-60 hari setelah periode menstruasi terakhir
(Yatim, 2008).
b. Kista Ovarium Neoplastik
1) Kistoma Ovarium Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista
jernih, dan berwarna putih. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium, akan tetapi jaringan yang di keluarkan harus segera di periksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak (Setiati, 2009).
2) Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak dimana stuktur-
stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epital kulit, rambut, gigi
dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak
lebih menonjol dari pada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.Tidak ada ciri-
ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan,
dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dan dibagian lain padat.
Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu (Setiati, 2009).
3) Kista Endometriois
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar
rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium
setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan
infertilitas.(Setyorini, 2014).
4) Kista denoma Ovarium Musinosum

12
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Namun, kista tersebut bisa berasal
dari suatu teroma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen menghalangkan
elemen–elemen lain. Selain itu, kista tersebut juga berasal dari lapisan
germinativum (Rasjidi, 2010).
Penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup
besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di
lakukan pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo – ooforektomi) (Rasjidi,
2010).
5) Kista denoma Ovarium Serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, kista serosum
pun dapat berbentuk multilokuler meskipun lazimnya berongga satu. Terapi pada
umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya berhubung dengan
lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu di lakukan pemeriksaan yang teliti
terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu di periksa sediaan
yang di bekukan pada saat operasi untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi (Rasjidi, 2010).
2.6 Tanda Gejala
Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau
keluhan. Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan mengganggu
organ tubuh yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran kemih, usus, saraf,
atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan
keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan,
kesemutan atau bengkak pada kaki (Andang, 2013).
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat
menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus
menstruasi tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar.
Gejalanya tidak menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut
bagian bawah. Pasien akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan gejala
perut terasa penuh dan sering sesak nafas karena perut tertekan oleh besarnya
kista (Manuaba, 2009)
2.7 Diagnosa

13
a. Anamnesis
Anamesa / Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara pasien dan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-
keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien.
b. Pemeriksaan fisik
Pemerisaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan
kondisi fisik dari pasien. Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat/memperhatikan keseluruhan tubuh pasien secara rinci dan sistematis.
2) Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang
terlihat tidak normal.
3) Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian
tubuh dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonansinya dan
meneliti resistensinya.
4) Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang
terjadi karena proses fisiologi atau patoligis di dalam tubuh, biasanya
menggunakan alat bantu stetoskop
c. Pemeriksaan penunjang/tambahan
Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas
indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovarii antara lain :
1) Laparaskopi : Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor tersebut berasal
dari ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk jinak atau
ganas.
2) Ultrasonografi (USG) :Menentukanletak, batas, dan permukaan tumor melalui
abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari ovarium, uterus, atau kandung
kemih, dan apakah tumor kistik atau solid.
3) Foto rontgen : Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada terdapat
cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam tumor.
4) Pemeriksaan darah : Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125 adalah suatu
protein yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya pada kanker

14
ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai respon terhadap
keganasan.
2.8 Komplikasi
Menurut Yatim (2008), komplikasi – komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium adalah :
a. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-
sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi
kurang darah (anemia).
b. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis.
c. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu
persetubuhan.
d. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
e. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).
2.9 Pengobatan
Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan :
a. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan nyeri
dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat pada abdomen,
dan teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011).
b. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan
kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri (Manuaba,
2009)
c. Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi semakin
membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera mengangkatnya.
Ada 2 tindakan pembedahan yang utama yaitu : laparaskopi dan laparatomi
(Yatim, 2008).
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut:

15
1) Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan, biasanya dokter melakukan
operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan
kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut,
yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan (Yatim, 2008).
2) Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan kista
dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami
proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan operasi
sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta
kelenjar limfe (Yatim, 2008).
3) Perawatan luka insisi / pasca operasi
Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain:
a) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi.
b) Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
c) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama masa pasca
operasi sampai ibu diperolehkan pulang atau rujuk.
d) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan harus yang sesuai dan
tidak lengket.
e) Pembalutan dilakukan dengan tehnik aseptic.
2.10 Pencegahan
Menurut Nugroho (2014), adapaun cara pencegahan penyakit kista yaitu:
a. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina tubuh.
b. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering olahraga.
c.Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari infeksi
mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area kewanitaan.
d. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap individu
mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan hormon kortisol pemicu
stress dan dapat pula terjadi obesitas.

16
e. Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena mampu
mencegah produksi sel telur.
2.11 Konsep Asuhan Kebidanan
I. Pengkajian
Hari/tanggal : untuk mengetahui kapan dilakukan pengkajian
Jam : untuk mengetahui jam berapa pengkajian
Tempat : untuk mengetahui dimana tempat pengkajian
A. Data Subyektif
a) Biodata
Nama : Untuk membedakan antara klien yang satu dengan
yang lainnya
Umur : Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko
tinggi atau tidak
Suku/bangsa:Untuk mengetahui apakah ibu WNI atau WNA
dan    untuk    mengetahui adat istiadat yang berlaku.
Agama : Untuk menentukan bagaimana kita memberikan
dukungan   pada ibu sesuai dengan kepercayaannya.
Pendidikan : tingkat penyampaian / komunikasi tergantung pada
tingkat pengetahuan dan sebagai dasar dalam
pemberian asuhan.
Pekerjaan : Untuk mengetahui status sosial ekonomi. Dan
bagaimana tarap hidup klien agar nasehat yang
diberikan nanti sesuai.
Penghasilan: untuk mengetahui status ekonomi klien dan
mengetahui pola kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan klien.
Alamat : Untuk mengetahui dimana ibu tinggal dan untuk
memudahkan menghubungi keluarga ibu.
b) Alasan Datang
Untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas kesehatan.
c) Keluhan Utama

17
Merupakan keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan
pengkajian.
d) Riwayat kesehatan yang lalu
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita
penyakit menular yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
seperti IMS, HIV/AIDS, myoma uteri, cystoma ovarii, abnormal
uterine bleeding, kanker serviks, tumor vagina.
e) Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun
penyakit keturunan seperti: jantung, darah tinggi, ginjal, kencing
manis, juga apakah ibu sedang menderita kanker ataupun tumor.
f) Riwayat kesehatan keluarga
Ditanyakan untuk mengetahui apakah keluarga ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria
ataupun penyakit keturunan seperti: jantung, darah tinggi, ginjal,
kencing manis, juga apakah ibu sedang menderita kanker ataupun
tumor dan memiliki riayat kehamilan kembar.
g) Riwayat haid
Untuk mengetahui keadaan alat reproduksi normal atau tidak.
- Menarche

- Siklus

- Lama

- Jumlah

- Disminore
h) Riwayat perkawinan
Meliputi berapa kali menikah ,berapa lama menikah dan berapa
usia pertama kali ibu menikah dan apakah ibu berganti-ganti
pasangan atau tidak.
i) Riayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

18
Untuk mengetahui komplikasi atau masalah yang pernah timbul
waktu hamil, melahirkan seperti perdarahan, kelainan letak juga
riwayat preeklamsi. Selain itu ditanyakan juga tempat melahirkan,
cara melahirkan ( spontan atau dengan tindakan) begitu juga
dengan kelahiran anak meliputi BB, PB< jenis kelamin dan
sekarang ( hidup atau mati).
j) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu menjadi akseptor KB< jenis KB
yang digunakan, berapa lama penggunaanya, adakah efek
samping yang timbul.
k) Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui pola nutrisi ibu , eliminasi, istirahat, aktivitas,
personal hygiene,rekreasi dan kebiasaan yang dilakukan.
l) Riwayat psikososial dan budaya
a. Psikologi
Untuk mengetahui kondisi kejiwaan atau psikologis ibu
tentang keadaanya saat ini.
b. Social
Untuk mengetahui ibu tinggal bersama siapa, bagaimana
hubungan ibu dengan keluarga serta masyarakat sekitar.
c. Budaya
Untuk mengetahui kebiasaan dan tradisi yang dilakukan ibu
dan keluarga berhubungan dengan kesehatan ibu.
m) Spiritual
Untuk mengetahui agama dan kepercayaan ibu serta pelaksanaan
ibadah
B. Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui bagaimana kesehatan umum ibu
- Keadaan Umum : Baik/cukup/lemah

- Kesadaran : Composmentis/apatis/samnolen/koma

19
- Tanda-tanda vital menurut Hidayat, Alimul Aziz. A. 2008:

- Tekanan darah : ( 100/70-120/80 ) mmHg

- Denyut nadi : ( 60-100 ) kali / menit

- Suhu badan : (36,50-370)c

- Pernafasan : ( 16-24) kali/menit


b) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
- Kepala : Simetris atau tidak, tampak benjolan
abnormal atau tidak, ada lesi atau tidak,
kulit kepala besih atau tidak
- Rambut : Hitam atau tidak, rontok atau tidak
- Wajah : Pucat atau tidak, simetris atau tidak, muka
odema atau tidak
- Mata : simetris atau tidak, Konjugtiva pucat atau
tidak, sklera ikhterus atau tidak
- Hidung : Simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada
sekret atau tidak, ada polip atau tidak.
- Mulut : Stomatitis atau tidak, lidah kotor atau tidak,
ada caries atau tidak
- Leher : Tampak pembesaran kelenjar tiroid, vena
jugularis, dan kelenjar limfe atau tidak
- Payudara : simetris atau tidak, payudara tegang atau
tidak , puting susu menonjol atau tidak
- Abdomen : Tampak pembesran abnormal atau tidak,
Tampak bekas operasi atau tidak
- Genetalia : Apa yang keluar bersih atau tidak, varises
atau tidak, odema atau tidak, tampak flour
albus atau tidak, tampak tanda-tanda
penyakit kelamin atau tidak.
- Anus : bersih atau tidak, tampak hemoroid atau
tidak.

20
- Ektremitas : Atas : Simetris atau tidak
Bawah : Simetris atau tidak, odema atau
tidak. Varises atau tidak
b. Palpasi
- Kepala : Teraba benjolan yang abnomal atau tidak
- Leher : Teraba pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis atau tidak.
- Payudara : Teraba benjolan abnormal atau tidak, ada
nyeri tkan atau tidak.
- Abdomen : Teraba benjolan abnormal atau tidak.
- Ekstremitas : atas : ada oedema atau tidak
Bawah : ada oedema atau tidak.
c. Auskultasi
- Dada : terdengar wheezing dan ronchi atau tidak
- Abdomen : terdengar bising usus atau tidak
d. Perkusi
- Abdomen kembung atau tidak
- Reflek Patella : Positif / negatif
c) Pemeriksaan Penunjang menurut Uliyah, Musrifatul 2009:
HB: pria ( 13,5-18,0 gr%), wanita ( 12,0-16,0 gr %)
Leukosit : 5000-10000/µl
Eristrosit : pria ( 4,5-6,0 juta/ µl), wanita ( 4,0 – 5,0 juta/ µl)
Trombosit : (150.000-400.000)
Gula darah : 70-120 mg/dl
II. Identifikasi Masalah atau Diagnosa
Dx : P4004 Ab100 Dengan Cystoma Ovari
Ds : Data yang berasal dari klien atau pasien yang mendukung diagnosa
ibu.
Do : Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital menurut Hidayat, Alimul Aziz. A. 2008:
Tekanan darah : (100/70 – 120/80 ) mmHg

21
Nadi : ( 60 – 100 ) kali/menit
Suhu : ( 36,5-37)0C
Pernafasan : (16-24) kali/menit
Inspeksi:
Mata : anemis/tidak, mata cekung/tidak
Wajah : oedema/tidak
Vagina : bersih/tidak, ada varises/tidak, ada perdarahan/tidak
Ekstremitas :
Atas : ada oedema/tidak
Bawah : ada oedema/tidak
Palpasi:
Abdomen : ada benjolan abnormal/tidak
Auskultasi :
Dada : ada suara tambahan / tidak
Abdomen : ada bising usus / tidak
Perkusi :
Refleks : +/-

III. Antisipasi Masalah Potensial


Mengetahui masalah yang bisa terjadi sesuai dengan data yang telah ada
baik dari data subjektif maupun data objektif.
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Menentukan tindakan segera yang akan dilakukan berdasarkan pada
masalah potensial yang terjadi.
V. Intervensi
Dx : P4004 Ab100 Dengan Cystoma Ovari
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu tidak
terlalu kesakitan
Kriteria hasil :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital menurut Hidayat, Alimul Aziz. A. 2008:

22
Tekanan darah : (100/70 – 120/80 ) mmHg
Nadi : ( 60 – 100 ) kali/menit
Suhu : ( 36,5-37)0C
Pernafasan : (16-24) kali/menit
Intervensi sesuai kebutuhan pasien
VI. Implementasi
Implementasi mengacu pada intervensi
VII. Evaluasi
Evaluasi sesudah diberikan asuhan

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : Kamis, 2 Januari 2020
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Poli Gynekologi
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny “S”
Umur : 30 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Ahmad Yani No. 50 Kota Malang
2. Keluhan Sekarang
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah, susah untuk BAB serta
terasa benjolan pada daerah perut sejak 4 hari yang lalu dan
mengeluarkan bercak darah.
4. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Lalu:
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit
menahun seperti jantung, ginjal penyakit menular seperti
HIV/AIDS, hepatitis penyakit menurun seperti DM, hipertensi.
Riwayat kesehatan keluarga:
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menahun seperti jantung, ginjal penyakit menular seperti
HIV/AIDS, hepatitis penyakit menurun seperti DM, hipertensi.
5. Riwayat Haid
Ibu mengatakan pertama kali haid saat berusia 15 tahun, siklus 1
bulan sekali lamanya 4-7 hari dengan banyaknya 2-3x ganti

24
pembalut/hari dan mengalami nyeri saat menstruasi. Ibu
mengatakan sudah tidak haid selama 1 tahun.
3. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1x
Lama : 10 atahun
Umur pertama menikah : 20 tahun
Jumlah anak :1
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu
NO Kehamilan Persalinan Anak

suami Hamil U Penolong cara penyulit JK BBL H/P/ Mati Hidup


ke K I/A Usia

1 1 1 9 Bidan Normal - LK 2900 H - 9 th


bln

5. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah berKB sebelumnya.
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Dirumah Di rumah sakit


- Nutrisi : makan 1-2x Nutrisi : pada saat
sehari dengan porsi sedang, ibu pengkajian ibu mengatakan terakhir
sering mengkonsumsi mie instan makan pukul 12.00 WIB porsi
kurang lebih 3x/minggu dan ibu TKTP-B
mengatakan tidak mengalami
penurunan berat badan. Eliminasi : ibu mengatakan
Minum 6-8 gelas/hari
sudah BAB 1x/hari dan BAK
- Eliminasi : BAB 1x/2hari
terakhir jam 14.00 WIB
BAK 5-6 x/hari
ibu BAK 5-6 x/hari
Istirahat : ibu mengatakan tidur 7-8
Istirahat : ibu mengatakan susah
jam/hari
tidur
Aktivitas : Ibu mengerjakan

25
pekerjaan rumah ringan seperti Aktivitas : ibu mengatakan bisa
menyapu beraktivitas sendiri
Personal Hygiene: Mandi 2x/hari, Personal Hygiene: ibu mengatakan
ganti baju 2x/hari, ganti celana ganti pembalut 1x/hari serta mandi
dalam Setiap kotor dan basah. masih di bantu
Sex : ibu mengatakan berhubungan
seksual 3-4x/minggu dan jika tidak
haid

7. Riwayat Psikososial dan Budaya


a. Psikologi
Ibu mengatakan merasa cemas akan keadaannya
b. Sosial
Ibu mengatakan hubungan antara ibu dengan keluarga sangat
baik.
c. Budaya
Ibu mengatakan tidak menganut budaya yang mempengaruhi
kondisi kesehatannya seperti tarak makan dan ibu mengatakan
selalu memeriksaan dirinya ke petugas kesehatan jika sakit
d. Spiritual
Ibu mengatakan beragama islam dan menjalankan ibadah
sesuai keyakinannya

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 98 x/menit

26
Suhu : 36,6 oC
RR : 21x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : bentuk normal, rambut bersih
Wajah : tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva merah muda +/+
Hidung : simetris, bersih, tidak tampak polip,
Mulut : bibir lembab, tidak tampak stomatitis, tidak tampak
caries gigi
Telinga : simetris, bersih tidak tampak serumen
Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, vena
jugularis, dan kelenjar limfe
Abdomen : simetris, tidak tampak luka bekas operasi
Genetalia : simetris, bersih, tidak tampak pengeluaran spotting
Palpasi
Payudara : simetris, tidak teraba pembesaran abnormal
Abdomen : TFU: pertengahan pusat-sympsis, konsistensi
padat, permukaan rata, nyeri (+)
Ekstremitas: pada ektermitas bawah (kaki) tidak oedema dan
tidak nyeri tekan,
3. Pemeriksaan Dalam
Serviks : tertutup dan tidak ada nyeri goyang
Ori fisum uteri eksternum : tidak ada tanda-tanda infeksi
Korpus uteri : tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Laboratorium (tanggal 02-01-2020)
HB : 12 gr/dl
Leukosit : 7,5 103/µl
Trombosit : 4,4 103/µl
Eritrosit : 4,46 UL
Hematrokit: 34 %

27
Golda : B+
Albumin : 4,74 g/dL
b. Hasil Pap Smear (tanggal 02-01-2020)
(-), tidak ada sel-sel serviks yang abnormal
c. Hasil USG Gyn (tanggal 02-01-2020)
Tampak uterus emerufungsi dengan ukuran membesar 11,1
x 6,96 cm dengan EL menebal
Kesimpulan : cystoma ovari
II. IDENTIFIKASI MASALAH/ DIAGNOSA
Dx : Ny.“S” usia 30 tahun P1001 Ab000 Dengan Cystoma Ovari
Ds : Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah, susah untuk BAB serta
terasa benjolan pada daerah perut sejak 4 hari yang lalu dan
mengeluarkan bercak darah
Do : Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 36,6 oC
RR : 21 x/menit
Mata : simetris, konjungtiva tampak pucat
Abdomen : TFU: pertengahan pusat-sympsis, konsistensi
padat, permukaan rata, nyeri (+)
Genetalia : flux (-) , flour (-)
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (tanggal 02-01-2020)
HB : 12 gr/dl
Leukosit : 7,5 103/µl
Trombosit : 4,4 103/µl
Eritrosit : 4,46 UL
Hematrokit: 34 %
Golda : B+

28
Albumin : 4,74 g/Dl
Hasil Pap Smear (tanggal 02-01-2020)
(-), tidak ada sel-sel serviks yang abnormal
Hasil USG Gyn (tanggal 02-01-2020)
Tampak uterus emerufungsi dengan ukuran membesar 11,1
x 6,96 cm dengan EL menebal
Kesimpulan : cystoma ovari

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadi kanker ovarium
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG
V. INTERVENSI
Dx : Ny.“S” usia 30 tahun P1001 Ab000 Dengan Cystoma Ovari
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan proses pemulihan
ibu dapat berjalan dengan lancar
Kriteria hasil : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan Ny “S”
keadaanya lebih baik
Keadaan Umum : Baik
TTV :
Tekanan darah : 90/60 – 130/90 mmHg
Nadi : 60 – 90 x/menit
Pernafasan : 16 – 24 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5oC
Intervensi
Intervensi :
1. Melakukan pendekatan teurapetik pada Ny “S” dan keluarga
R/ Agar klien dan keluarga kooperatif
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada Ny “S” dan keluarga
R/ Agar ibu mengetahui kondisinya saat ini
3. Memberikan informed consent pada keluarga untuk tindakan operasi
R/ Untuk terapi pengobatan

29
4. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi
R/ pemberian terapi dan tindakan operasi dilakukan oleh dokter
VI. IMPLEMENTASI
Hari/ Tanggal : Kamis, 2 Januari 2020
Jam : 10.30 WIB
Dx : Ny.“S” usia 30 tahun P1001 Ab000 Dengan Cystoma Ovari

1. Melakukan pendekatan teurapetik pada Ny “S” dan keluarga


2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada Ny “S” dan keluarga
3. Memberikan informed consent pada keluarga untuk tindakan
operasi
4. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi
- Injeksi Ceftriaxone 1 gram/12 jam
- Injeksi Ketorolac 1 amp/8 jam
- Metrodinazol 500 mg/8 jam
- Asam tranexamat 500mg/8 jam
Untuk tindakan operasi dilakukan oleh dokter
VII. EVALUASI
Hari/tanggal : Kamis, 2 Januari 2020
Jam : 11.00 WIB

1. Ibu dan keluarga mengerti tentang kondisi yang dialami ibu


2. Ibu dan keluarga bersedia untuk rawat inap
3. Ibu dan keluarga setuju untuk tindakan operasi
4. Telah dilakukan tindakan kolaborasi dengan dokter
5. Pasien sudah dipindahkan ke Ruang 10 Rawat Inap

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista ovarium berarti kantung
berisi cairan, biasanya berukuran kecil yang berada diindung telur (ovarium).
Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada periode masa subur sampai
monepouse, juga selama masa kehamilan (Nugroho, 2012).
Sebagian besar kelainan ovarium tidak menimbulkan gejala dan tanda,
terutama pada tumor yang kecil. Tanda dan gejala yang biasanya timbul
disebabkan oleh efek massa yang menekan organ-organ abdomen, aktifitas
endrokin, atau akibat dari komplikasi yang terjadi, misalnya perdarahan, infeksi,
dan putaran tangkai tumor.(Rasjidi, Cahyono, Muljadi2010).
Kista ovarium adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan wanita
masa reproduksi. Dengan perkataan lain apabila seorang wanita masih terjadi
proses ovulasi berarti masih terjadi produksi telur tiap bulan, maka wanita tersebut
masih mungkin menderita kista ovarium. Insidensi kista ovarium antara 5-15%,
sedang berdasarkan statistic, sebanyak 18% wanita pasca menopause masih dapat
ditemukan kista ovarium. Kejadian ini merupakan suatu hal yang mengejutkan
oleh karena kista ovarium biasanya terjadi apabila tidak ditemukan kehamilan
pada setiap siklus yang terjadi, dan apabila folikel ataupun telur tidak hilang
setelah proses ovulasi. Pada wanita pasca menopause jelas tidak terjadi ovulasi,
sehingga tidak akan terjadi kehamilan ataupun hilangnya telur, akan tetapi wanita
tersebut tetap berisiko terjadinya kista ovarium.
Pembahasan merupakan analisa penulis mengenai ada tidaknya
kesenjangan antara teori yang ada di dalam media pustaka dengan pengamatan
secara langsung terhadap suatu kasus yang dialami oleh seorang klien. Setelah
dilakukan Asuhan Kebidanan Pada Asuhan Kebidanan Pada Ny S usia 30 tahun
P1001 Ab000 Dengan Cystoma Ovari Di RSUD Dr Saiful Anwar Kota Malang,
penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus
di lapangan.
Berdasarkan teori Varney penulis juga melakukan pengumpulan data
dengan cara melakukan anamnesa atau pengkajian dilanjutkan dengan identifikasi
masalah/diagnosa, masalah potensial yang memerlukan penanganan khusus

31
(segera) yang diterapkan seperti intervensi, implementasi dan evaluasi baik dari
tindakan yang telah dilaksanakan.

32
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista ovarium berarti kantung berisi
cairan, biasanya berukuran kecil yang berada diindung telur (ovarium). Kista
indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada periode masa subur sampai
monepouse, juga selama masa kehamilan (Nugroho, 2012).
Sebagian besar kelainan ovarium tidak menimbulkan gejala dan tanda,
terutama pada tumor yang kecil. Tanda dan gejala yang biasanya timbul
disebabkan oleh efek massa yang menekan organ-organ abdomen, aktifitas
endrokin, atau akibat dari komplikasi yang terjadi, misalnya perdarahan, infeksi,
dan putaran tangkai tumor.(Rasjidi, Cahyono, Muljadi2010). Setelah melakukan
asuhan kebidanan, penulis dapat menyimpulkan :
- Pada pengkajian didapatkan diagnose Asuhan Kebidanan Pada Ny S usia
30 tahun P1001 Ab000 Dengan Cystoma Ovari Di RSUD Dr Saiful Anwar
Kota Malang. Dan antara teori dan kasus tidak ditemukan kesenjangan
yang berarti.
- Pada intervensi dan implementasi yang telah dilakukan antara teori dan
kasus tidak ada kesenjangan.
- Dalam melakukan asuhan kebidanan yang komprehensif memerlukan
langkah-langkah pengkajian, identifikasi diagnosa/masalah, identifikasi
masalah potensial, pemenuhan kebutuhan segera, intervensi,
implementasi, dan evaluasi asuhan yang telah diberikan.
- Dari keseluruhan pelaksanaan asuhan kebidanan ini, klien sangat
kooperatif dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat
evaluasi hasil pelaksanaan klien bisa menjawab dan dapat menerima
penjelasan tenaga kesehatan.
5.2 Saran
Diharapkan agar setiap individu lebih memperhatikan pola hidup sehat dan
makanan yang dikonsumsi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Baziad,Ali dkk.1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius


Jones. Derek Llewellyn.2001. Dasar-dasar obstetric dan
ginekologi.jakarta.hipokrates
Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.Hipokrates
Rayburn, F. William.2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. Widya medika
Wiknjosastro, hanifa.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta.yayasan bina pustaka

34

Anda mungkin juga menyukai