Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

PADA Ny.S DENGAN CISTOMA OVARII


DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik Keperawatan II Prodi DIV
Keperawatan Semester Empat.

Dosen Pembimbing: Surantono, APP., M.Kes.

Disusun oleh
Mahasiswa
Praktik:
Andri Susilowati
NIM.
P07120213009
Heryuni Prastiwi
NIM.
P07120213019

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ny.A DENGAN KISTA OVARII


DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD KARTINI KARANGANYAR
OLEH ANS EFI IRAWATI SST.NIP.197809112011012008
DALAM RANGKA MELENGKAPI SEBAGIAN PEMENUHAN
PERSYARATAN KENAIKAN PANGKAT

Mengesahkan Mengetahui
Timpenilai angka kredit Direktur RSUDKabKaranganyar

Sriyanto,Skp.Ns dr.Wahyu Purwadi Rahmat,M.kes


NIP.197204031994031005 NIP.197204142002121007
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan Asuhan Keperawatan Perioperatif pada
Ny.S dengan Kistoma Ovari di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
tanpa halangan apapun.
Penulisan asuhan keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Keperawatan II DIV Keperawatan semester empat. Penulis menyadari bahwa penulisan
asuhan keperawatan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Suprapto,SST selaku pembimbing lapangan di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro
2. Surantono, APP., M.Kes.. selaku pembimbing akademik
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
penyempurnaan asuhan keperawatan ini. Semoga penulisan asuhan keperawatan ini
bermanfaat bagi pembaca.

Klaten, Juni 2015

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ovarium mempunyai fungsi dan peranan yang penting sebagai organ
reproduksi khususnya bagi wanita , namun dalam fungsi dan peranannya
terdapat masalah yang patut untuk diperhatikan. Masalah tersebut adalah kista
ovarium, potensinya dapat menyerang kaum wanita pada umumnya. Namun
pada hegemoni sekarang ini kaum wanita kurang atau bahkan tidak
memperhatikan hal-hal yang berkaitan sehingga resiko timbul kista ovarium
menjadi tinggi. Demikian juga etiologi dari kista ovarium juga sangat erat
dengan aktifitas sehari-hari menjadi faktor pendukung kerentanan individu
terkena kista ovarium.
Tahun 2008 WHO (World Health Organization) telah memaparkan bahwa
kista ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasa
ginekologi. Kista ovarium juga merupakan kanker kelima yang sering menjadi
penyebab kematian pada wanita setelah setelah kanker paru-paru, kolorental,
payudara dan pankreas. Angka insiden pada wanita di bawah 50 tahun sebanyak
5,3/100.000 dan meningkat menjadi 41,4/100 pada wanita di atas 50 tahun.
Resiko yang paling ditakuti dari kista ovarium yaitu mengalami degenerasi
keganasan, disamping itu bisa juga mengalami torsi atau terpuntir sehingga
menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan
atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan
untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi
yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah
jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif
setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan
perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian.Penurunan
tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat
dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
Begitu tingginya resiko terjadi kista ovarium mengharuskan setiap kaum
wanita meningkatkan perhatian dan kewaspadaan terhadap segala yang berkaitan
mengenai kista ovarium. Sehingga peran perawat dalam health educator sangat
diperlukan yaitu menjelaskan, mengajarkan, memberi arahan serta memberi
asuhan keperawatan yang sesuai terhadap penanganan klien dengan kista
ovarium.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan kistoma
ovari
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguasai konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif
pada pasien dengan kistoma ovari
b. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, dan membuat intervensi keperawatan.
c. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan
dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
d. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan
keperawatan yang diberikan.
e. Mampu memberikan solusi kepada pasien melalui pemberian asuhan
keperawatan sesuai permasalahan yang muncul

C. Manfaat
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktek pelayanan keperawatan khususnya asuhan keperawatan perioperatif
pasien dengan fraktur tibia
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan dan proses belajar mengajar tentang
asuhan keperawatan perioperatif pasien dengan kistoma ovari yang dapat
digunakan sebagai acuan praktek mahasiswa keperawatan
3. Bagi Pembaca
Sebagai sarana untuk memperoleh dan menambah pengetahuan tentang
masalah pasien dengan kistoma ovari beserta penatalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh
di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).

Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis,
berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung
telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput
yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008).

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium


yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista
yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi.
(Lowdermilk, dkk. 2005)

B. Etiologi

Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang
bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpus luteum. Tetapi
di samping itu ditemukan pula jenis yang merupakan neoplasma. Oleh karena itu
menurut Wiknjosastro (2005), kista ovarium dibagi dalam 2 golongan :

1. Non-neoplastik (fungsional)

a. Kista folikel

Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia
foliculi. Setiap bulan, sejumlah besar folikel menjadi mati, disertai
kematian ovum disusul dengan degenerasi dari epitel folikel. Pada masa
ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan folikel diisi
dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang
dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Tidak jarang terjadi perdarahan
yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu haematoma
folikuler.

b. Kista lutein

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum
haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa
vascularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah
corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna kekuning-
kuningan. Secara perlahan-lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah,
sehingga akhirnya tinggalah cairan yang jernih atau sedikit bercampur
darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian
dalam lapisan lutein sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel
lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.

2. Neoplastik

a. Cystadenoma mucinosum

Jenis ini dapat mencapai ukuran yang besar. Ukuran yang terbesar yang
pernah dilaporkan adalah 328 pound. Tumor ini mempunyai bentuk bulat,
ovoid atau bentuk tidak teratur, dengan permukaan yang rata dan berwarna
putih atau putih kebiru-biruan.

b. Cystadenoma serosum

Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan mucinosum, tetapi
ukurannya jarang sampai besar sekali. Dinding luarnya dapat menyerupai
kista mucinosum. Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal ephitelium).

c. Kista dermoid
Tumor ini merupakan bagian dari teratoma ovary bedanya ialah bahwa
tumor ini bersifat kistik, jinak dan elemen yang menonjol ialah eksodermal.
Sel-selnya pada tumor ini sudah matang. Kista ini jarang mencapai ukuran
yang besar. Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada
salah satu pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko
yaitu :

 Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium


dan payudara.

 Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)

 Gaya hidup yang tidak sehat

 Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya


akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat
pelangsing tubuh yang bersifat diuretik.

 Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina

C. Anatomi Fisiologi

1. Genetalia Eksterna

a. Mons veneris/pubis

Bagian yang menonjol diatas symfisis dan terdiri dari jaringan lemak.

b. Labia mayora

Berbentuk lonjong dan menonjol, terdiri dari jaringan lemak ke bawah dan
ke belakang kedua labia mayora bertemu membantuk komisura posterior.

c. Labia minora

Lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayora.


d. Klitoris

Tertutup oleh preputium klitoris, sebesar kacang ijo.

e. Vulva

Membentuk lonjong, dibatasi di depan klitoris, kanan kiri oleh labia


minora, dibelakang oleh perineum.

f. Hymen

Berupa lapisan tipis dan menutupi sebagian besar introitus vagina.


Bentuknya berbeda-beda dari bulan sabit sampai berbulan-bulan.

2. Genetalia Interna

a. Vagina

Suatu saluran maskula-membranosa yang menghubungkan uterus dengan


vulva. Terletak antara kandung kencing dan rektum.

b. Uterus

Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam, terdiri dari 1) fundus
uteri, 2) korpus uteri, 3) serviks uteri merupakan bagian uterus terbesar
dan sebagai tempat janin berkembang.

c. Tuba fallopi

Berjalan ke arah lateral, mulai dari kornu uteri kanan kiri. Terdiri dari 4
bagian :

1. Pars interstisialis, bagian dalam dinding uterus.

2. Pars ismika, bagian tengah tuba yang sempit.


3. Pars ampularis : bagian yang terlebar dan sebagai tempat konsepsi
terjadi.

4. Infundibulum, bagian ujung tuba yang mempunyai fimbria, tuba


fallopi berfungsi membawa ovum ke kavum uteri.

d. Ovarium

Ada 2 kiri dan kanan. Terdiri dari bagian luar (korteks) yang mengandung
folikel-folikel dan bagian dalam (medulla) yang berisi pembuluh darah,
serabut saraf, dari pembuluh limfe ovarium berhubungan dengan uterus
dengan ligamentum ovari prepium. Pembuluh darah ke ovarium adalah
untuk produksi hormon dan ovulasi atau ikut serta mengatur haid.

D. Patofisiologi

Kista menerima darah melalui suatu tungkai. Kadang-kadang dapat terjadi torsi
yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
pendarahan dalam kista dan perubahan degeneratif yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum. Usus-usus dan peritonium parietal. Pada
pemeriksaan mikroskopis tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi
dengan inti dasar sel, terdapat diantaranya sel-sel yang membundar karena
tersilinder. Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk
tumbuh seperti struktur kelenjar-kelenjar. Kelenjar dapat menjadi kista baru yang
menyebabkan permukaan peritonium rongga perut dan dengan sekresinya
menyebabkan pseudomikroma peritonii.

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan oleh kista ovarium berkaitan dengan
adanya benjolan/massa Intra Abdomen. Gejala yang ditimbulkan akibat pendesakan
tumor ke organ sekitarnya.aktivitas hormonal tumor/kista itu sendiri dan komplikasi
yang terjadi pada tumor tersebut paling sering penderita mengeluh adanya benjolan
pada perut bagian bawah yang semakin lama dirasakan semakin membesar. Tumor
dapat menekan organ seluruhnya seperti rectum, vesika urinaria sehingga penderita
mempunyai ganggun BAB dan BAK. Infeksi kandung kemih pada tumor yang
mendesak ureter akan terjadi penyumbatan aliran urine dari ginjal ke kandung
kemih. (Mansjoer, 2000)

E. Manifestasi Klinis

Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala. Namun
kadang – kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti :

1. Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit

2. Nyeri selama hubungan seksual

3. Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ tubuh lainnya
sudah terkena.

4. Perut terasa penuh, berat, kembung

5. Haid tidak teratur

6. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke


punggung bawah dan paha.

7. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.

8. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi

9. Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau
diare, obstruksi usus dan asietas. (Wiknjosastro,2005)

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor


berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang
bebas dan yang tidak.

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,


pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.

4. Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu
diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari cavum peritonei dengan
isi kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro, 2005)

G. Penatalaksanaan

1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan


bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.

2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan


menghilangkan kista.

3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium


adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.

4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan


pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan
seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi,
perawatan insisi luka operasi. (Lowdermilk.dkk. 2005).

H. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang


dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan
keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya
meliputi :

a. Biodata

Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.

b. Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,


riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial
ekonomi.

c. Status Obstetrikus, meliputi :

1) Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau

2) Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan

3) Riwayat persalinan

4) Riwayat KB

d. Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)

1) Kaji tingkat kesadaran

2) Ukur tanda-tanda vital


3) Auskultasi bunyi nafas

4) Kaji turgor kulit

5) Pengkajian abdomen

 Inspeksi ukuran dan kontur abdomen

 Auskultasi bising usus

 Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa

 Tanyakan tentang perubahan pola defekasi

 Kaji status balutan

6) Kaji terhadap nyeri atau mual

7) Kaji status alat intrusif

8) Palpasi nadi pedalis secara bilateral

9) Evaluasi kembalinya reflek gag

10) Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan
lamanya waktu di bawah anestesi.

11) Kaji status psikologis pasien setelah operasi

e. Data penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap (NB, HT,


SDP)

2) Terapi: terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun
peroral

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul

Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis : Kista ovari

2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Intra Operasi

1. PK Perdarahan berhubungan dengan luka insisi

2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan pembedahan

Post Operasi

Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari/tanggal : Rabu, 24 Juni 2015
Jam : 10.00 WIB
Tempat: IBS RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumen
Sumber data : Klien, tim kesehatan, status kesehatan klien
Oleh : Andri Susilowati, Heryuni Prastiwi
Rencana tindakan : Salpingooforektomi

Identitas Pasien :
Nama : Ny. S
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Tegal Duwur, Wadung Getas, Wonosari Klaten
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Diagnosa medis : Cistoma ovarii
Tanggal masuk : 18 Juni 2015
No. Rekam Medis : 85xxxx

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.P
Umur : 35 Th
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sorotakan, Segaran, Delanggu, Klaten
Hub dengan klien :Anak Kandung
Tahap Pre Operasi

1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri perut terasa seperti diiris-iris
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk rumah sakit pada hari Kamis, 18 Juni 2015 dengan keluhan
utama nyeri perut bagian bawah selama 4 hari. Klien mengatakan nyeri
hilang timbul seperti diiris-iris, tidak ada penjalaran nyeri ke daerah lain.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit sperti yang
dialaminya sekarang. Beberapa bulan yang lalu klien sering merasakan
sakit perut namun dianggap seperti sakit perut biasa sampai akhirnya
klien periksa ke rumah sakit.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami
penyakit serupa dengannya. Tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit menular dan keturunan seperti TBC, asma, diabetes
mellitus, dll
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Klien nampak gelisah
b. Kesadaran : Compos mentis (E4,V5,M6)
c. Tanda Vital :
TD: 130/80 mmHg; N: 84 x/mnt; RR 20 x/mnt; S: 36, 70C,
d. Skor nyeri :
P: Nyeri meningkat ketika beraktivitas berat
Q: Nyeri seperti diiris-iris
R: Nyeri perut bagian bawah (kuadran 3,4) tidak ada penjalaran
S: Skala 5
T: Nyeri hilang dan timbul kurang dari 1 jam
e. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala mechochepal, kulit kepala nampak bersih,
tidak adalesi, rambut beruban
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Mata
Inspeksi : konjungtiva kemerahan, sclera putih, tidak bengkak,
pergerakan bola mata simetris
g. Telinga
Inspeksi : bentuk simestris, tidak ada gangguan fungsi
pendengaran
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
h. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Mulut
Inspeksi : bibir tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis.
j. Wajah
Inspeksi : tidak ada lesi
k. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
l. Kulit
Inspeksi : tidak kering
Palpasi : turgor kulit baik
m. Dada
1) Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada penggunaan otot
pernafasan tambahan
Palpasi : ekspansi dada maksimal, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara resonan
Auskultasi: suara vesikuler
2) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak pada ICS ke-5 medial linea
midclavicularis sinistra
Palpasi : tidak ada pergeseran ictus cordis
Perkusi : tidak ada pelebaran batas jantung, suara redup
Auskultasi: suara jantung S1, S2, regular tidak ada suara tambahan
n. Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltic 20 x/menit
Perkusi : kuadran 1 redup,kuadran 2 timpani, kuadran 3
redup, kuadran 4 timpani
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, nyeri tekan kuadran
3,4
o. Genitalia
Tidak terpasang kateter, bulu kemaluan sudah dicukur
p. Ekstremitas
1) Atas
Inspeksi : terpasang infus NaCl 20 tpm sejak 18 Juni 2015, tidak ada
edema, tidak ada kelainan jari
Palpasi : tidak adanyeri tekan
2) Bawah
Inspeksi : tidak ada edema, tidak ada lesi, tidak ada kelainan jari.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
q. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium tanggal 23 Juni 2015
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
PAKET DARAH RUTIN
Hb 11,4 g/dL 12,0-16,0
Eritrosit 5,32 10^6/uL 4,20-5,50
Leukosit 10,4 10^3/uL 4,8-10,8
Trombosit 468 10^3/Ul 150-450
Hematokrit 38,5 % 35-47
MCV 72,4 Fl 81-99
MCH 21,4 fL 27-31
MCHC 29,6 g/dl 33-37
DIEF COUNT
Neutrofil 69,9 % % 50-70%
Limfosit 25,2 % % 25-40%
MXD 4,9 % % 1,0-12,0 %
RDW 62,7 % fL 35,0-45,0 %
2) Pemeriksaan tanda tumor 19 juni 2015
Hasil12.97 U/ml
Nilai rujukan <= 35
Metode ELFA
Keterangan : hasil pemeriksaan dengan metrode yang berbeda, tidak
dapat dibandingkan satu sama lain. Hasil pemeriksaan tidak dapat
digunakan sebagai acuan utama ada atau tidaknya keganasan.
3) USG Abdomen tanggal 23 Juni 2015
Mild hidronefrosis bilateral, kistoma ovary bilateral, vesika urinaria
normal, liennormal, pancreas normal, v.felleanormal, hepar dalam
batas normal, tidak tampak acites.
r. Catatan pra operatif
Pasien datang pukul 09.00 WIB, pasien mengganti baju dengan baju
operasi, pasien melepas semua pakaian dibantu keluarga, pasien
mengatakan bahwa sudah puasa sejak pukul 12 malam, pasien terlihat
gelisah.

Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS: Nyeri akut Agen cidera biologis
1. Klien
mengatakan
nyeri perut
bagian bawah
selama 4 hari
tidak sembuh
2. Klien
mengatakan
nyeri timbul
hilang rasanya
seperti diiris-iris
DO:
1. P:Nyeri
meningkat ketika
beraktivitas berat
2. Q: Nyeri seperti
diiris-iris
3. R: Nyeri perut
bagian bawah
(kuadran 3,4)
tidak ada
penjalaran
4. S: Skala 5
5. T: Nyeri hilang
dan timbul
kurang dari 1
jam

DS: Ansietas Kurang pengetahuan


1. Klien tentang
mengatakan penatalaksanaan
semalam tidak tindakan operasi
bisa tidur/sering
terbangun
membayangkan
operasi.
2. Klien
menanyakan
berapa lama saya
dioperasi
3. Klien
mengatakan deg-
degan sebelum
operasi
DO :
1. Ekspresi wajah
nampak tegang
2. Nadi 86 x/menit
3. Jantung
berdebar-debar

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan
DS:
1) Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah selama 4 hari tidak
sembuh
2) Klien mengatakan nyeri timbul hilang rasanya seperti diiris-iris
DO:
1) P:Nyeri meningkat ketika beraktivitas berat
2) Q: Nyeri seperti diiris-iris
3) R: Nyeri perut bagian bawah (kuadran 3,4) tidak ada penjalaran
4) S: Skala 5
5) T: Nyeri hilang dan timbul kurang dari 1 jam
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan
tindakann operasi ditandai dengan
DS:
1) Klien mengatakan semalam tidak bisa tidur/sering terbangun
membayangkan operasi.
2) Klien menanyakan berapa lama saya dioperasi
3) Klien mengatakan deg-degan sebelum operasi
DO :
1) Ekspresi wajah nampak tegang
2) Nadi 86 x/menit
3) Jantung berdebar-debar
4. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui kesadaran dan
berhubungan dengan keperawatan selama secara komprehenfif kondisi tubuh dalam batas
agen cidera biologis pasien di ruangan pre termasuk lokasi, noral atau tidak
operasi, diharapkan rasa karakteristik, durasi, 2. Tindakan nonfarmakologi
nyaman pasien meningkat. frekuensi, kualitas nyeri untuk menurunkan nyeri
2. Latih klien teknik relaksasi 3. Posisi nyaman mampu
Kriteria hasil : nyeri engurangi nyeri
a. Klien mampu 3. Berikan posisi yang nyaman 4. Mengetahui keefektivan
mengenali nyeri 4. Evaluasi keefektivan teknik manajemen nyeri
(skala, intensitas, control nyeri
frekuensi)
b. Klien mampu
mengontrol nyeri
dengan tekhnik non
farmakologi
c. Klien mengatakan
merasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya
dengan kurang keperawatan selama percaya mampu menciptakan suasana
pengetahuan tentang pasien di ruangan pre 2. Jelaskan tentang tindakan yang kooperatif
penatalaksanaan operasi, diharapkan dan efek anestesi yang 2. Klien lebih siap menghadapi
tindakan operasi kecemasan klien akan dilakukan tindakan apa yang akan
berkurang. 3. Instruksikan pada pasien dilakukan sehingga klien
untuk menggunakan mampu menerimanya
Kriteria hasil : tehnik relaksasi 3. Teknik relaksasi seperti
1. Klien tidak tampak 4. Dorong pasien untuk pengalihan perhatian
tegang mengungkapkan perasaan mengurangi kecemasan klien
2. Klien mampu dan persepsi 4. Pasien menyampaikan apa
mengungkapkan yang dirasakan untuk
penyebab kecemasan mengurangi beban
3. Klien mengetahui psikologis
tentang
penatalaksanaan
tindakanoperasi

5. Implementasi Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Nyeri akut berhubungan Rabu, 24 Juni 2015 Rabu, 24 Juni 2015
dengan agen cidera 10.15 WIB 10.15 WIB
biologis ⁻ Mengajarkan pasien teknik relaksasi nyeri DS:
⁻ Menjelaskan manfaat relaksasi nafas dalam 1. Klien mengatakan nyeri sedikit
⁻ Membantu klien untuk mengatur posisi berkurang
tidur yang nyaman 2. Klien mengatakanmengalihkan rasa
⁻ Mengobservasi nyeri klien nyeri dengan berdoa
3. Klien mengatakan sudah nyaman tidur
dengan posisi tidur terlentang
DO :
1. P:Nyeri meningkat ketika beraktivitas
berat
Q: Nyeri seperti diiris-iris
R: Nyeri perut bagian bawah (kuadran
3,4) tidak ada penjalaran
S: Skala 4
T: Nyeri hilang dan timbul
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P: Anjurkan klien melakukan nafas dalam bila
terasa nyeri

Ansietas berhubungan Rabu, 24 Juni 2015 Rabu, 24 Juni 2015


dengan kurang 11.30 WIB 11.30 WIB
pengetahuan tentang 1. Memberi informasi tentang tindakan dan DS :
penatalaksanaan tindakan efek anestesi yang akan dilakukan 1. Klien mengatakan merasa lebih tenang
operasi 2. Dorong pasien untuk mengungkapkan setelah diberikan informasi
perasaan dan persepsi 2. Klien mengatakan akan selalu berdoa
3. Menganjurkan untuk menggunakan demi kelancaran operasi hari ini
tehnik relaksasi pengalihan perhatian 3. Klien mengatakan berusaha mengalihkan
perhatian untuk mengurangi rasa
cemasnya
DO :
1. Klien nampak lebih tenang
2. Klien nampak rileks
A : Ansietas teratasi
P: Dampingi klien menuju ruang operasi
Tahap Intra Operasi

1. Laporan Intra Operasi


Tanggal operasi : 24 Juni 2015
Jam mulai : 11.15 WIB
Jam selesai operasi : 13.15 WIB
Lama operasi : 2 jam
Jenis anestesi : General anestesi
Nama tindakan : Bisalpingooforektomi parsial
Jumlah darah yang keluar : 600 cc
Persiapan Instrumen :
- Gunting kasa 1
- Jas operasi 4
- Gunting jaringan 1
- Handschoen steril 4
- Klem arteri 10
- Duk besar 3
- Pinset anatomis (besar dan kecil) 2
- Duk lubang 1
- Pinset cirurgis (besar dan kecil) 2
- Canul suction 1
- Kocher 4
- Selang suction 1
- Duk klem 6
- Kassa 6
- Nail holder Cutter 1
- Scuple (no 3 dan 4) 2
- Bisturi no.22 1
- Bengkok 2
- Benang : plain2/0, chromic 0, cide 2/0, chromic 3/0, side 3/0 2
- Big hak 2
- Klem ovarium 2Klem arteri 2
- Big kassa 1
- Elis 4
Laporan operasi :
- Dalam stadium narkose dilakukan insisi linea mediana sampai dengan 3 cm
diatas umbilicus
- Insisi diperdalam lapis demi lapis
- Tampak uterus ukuran dan bentuk normal
- Tampak tuba kanan membesar dan berkelok-kelokdengan diameter 3 cm
terdapat perlengketan dengan ovarium kanan dan dinding posterior uterus
- Ovarium kanan membesar ukuran 9x8x7 cm mengadakan perlengketan di
dinding posterior uterus, dilakukan adhesiolisis, keluar pus
- Ditegakkan diagnosis TOA bilateral
- Dilakukan Bisalpingevoforektomi parsial
- Cavum abdominal dicuci dengan NaCl
- Dipasang drain
- Dipasang spongostan 2 buah
- Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
- Kulit dijahit satu persatu dengan side no. 2.0
- Tindakan operasi selesai
Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS : - PK perdarahan Insisi bedah
DO :
1. Pasien dilakukan
insisi pada bagian
abdomen
2. Terdapat
perdarahan pada
area insisi
3. Darah yang keluar
600 cc

DS : - Ketidakefektivan Produksi secret berlebih


DO: bersihan jalan nafas
1. Klien dianestesi
secara general
2. Klien dipasang
intubasi selama 2
jam
3. Suara nafas
ronchi setelah
diekstubasi
DS: - Hipotermi Pemajanan lingkungan
DO: yang dingin
1. Suhu ruangan
20oC
2. Suhu klien
berada dalam
rentang 24-25 oC
DS: - Resiko syok Perdarahan
DO: hipovolemik
1. Klien mengalami
perdarahan pada
lokasi insisi
2. Jumlah
darahyang keluar
600 cc
3. Tekanan darah
mengalami
penurunan dari
133/92 mmHg
menjadi 127/77
mmHg
kemudian 77/38
mmHg dalam
jam pertama
operasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. PK perdarahan berhubungan dengan insisi bedah ditandai dengan
DS : -
DO :
1) Pasien dilakukan insisi pada bagian abdomen
2) Terdapat perdarahan pada area insisi
3) Darah yang keluar 600 cc
b. Ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi secret
berlebih ditandai dengan
DS: -
DO:
1) Klien dianestesi secara general
2) Klien dipasang intubasi selama 2 jam
3) Suara nafas ronchi setelah diekstubasi
c. Hipotermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin ditandai
dengan
DS: -
DO:
1) Suhu ruangan 20oC
2) Suhu klien berada dalam rentang 24-25 oC
d. Resiko syok hipovolemi berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan
DS: -
DO:
1) Klien mengalami perdarahan pada lokasi insisi
2) Jumlah darahyang keluar 600 cc
3) Tekanan darah mengalami penurunan dari 133/92 mmHg menjadi 127/77
mmHg kemudian 77/38 mmHg dalam jam pertama operasi
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. PK perdarahan Setelah dilakukan 1. Pantau jumlah 1. Mengetahui banyaknya
berhubungan asuhan keperawatan perdarahan yang keluar darah yang keluar saat
dengan insisi selama pasien dioperasi, melalui daerah proses pembedahan melalui
bedah komplikasi perdarahan pembedahan tabung suction
tidak terjadi. 2. Pantau TTV klien secara 2. Mengetahui tanda-tanda
Kriteria hasil: berkala komplikasi perdarahan,
1. TTV klien dalam 3. Kolaborasi pemberian apakah nadi dan tekanan
batas normal hemostatik dalam batas normal atau
2. Tidak terjadi tidak
komplikasi 3. Penatalaksanaan secara
perdarahan farmakologi

2. Ketidakefektivan Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien untuk 1. Posisi kepala ekstensi


bersihan jalan asuhan keperawatan memaksimalkan membantu memaksimalkan
nafas berhubungan selama pasien dioperasi, ventilasi jalan nafas
dengan produksi bersihan jalan nafas 2. Buka jalan nafas 2. Membantu mmbuka jalan
secret berlebih klien efektif. menggunakan teknik nafas pada pasien karena efek
Kriteria hasil : chin lift atau jaw trust anestesi
1. Suara nafas bila perlu 3. Menghindari tertutupnya
vesikuler 3. Pasang mayo jalan nafas karena lidah
2. Sekret mampu 4. Lakukan suction 4. Mengeluarkan secret yang
dikeluarkan berada di jalan nafas
3. Frekuensi nafas
dalam batas normal

3. Hipotermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu secara 1. Mengetahui perkembangan


berhubungan asuhan keperawatan kontinyu suhu klien
dengan pemajanan selama pasien dioperasi, 2. Selimuti klien 2. Mencegah hilangnya panas
lingkungan yang klien tidak mengalami tubuh
dingin hipotermi

Kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam
batas normal (36,5 –
37,5 oC)
2. Nadi (60-100
x/menit) dan RR
dalam batas normal

4. Resiko syok Setelah dilakukan 1. Monitor nadi, 1. Mengetahui tanda awal syok
hipovolemi asuhan keperawatan pernafasan, suhu, dan 2. Memberikan oksigenasi
berhubungan selama pasien dioperasi, irama jantung adekuat pada jaringan
dengan perdarahan syok tidak terjadi 2. Pelihara kepatenan jalan 3. Memberikan intake cairan
nafas secara parenteral
Kriteria hasil: 3. Kolaborasi pemberian
1. Nadi dalam batas cairan intra vena
normal (60-100
x/menit)
2. Irama jantung
teratur
3. Frekuensi nafas
dalam batas normal
4. Irama nafas dalam
batas normal
4. Implementasi Evaluasi
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
PK perdarahan Rabu, 25 Juni 2015 Rabu, 25 Juni 2015
berhubungan dengan 11. 45 WIB 13.15 WIB
inssi bedah - Memantau jumlah perdarahan DS: -
yang keluar melalui pembedahan/ DO :
yang disuction 1. Jumlah darah yang keluar 600 cc
- Memantau TTV secara teratur 2. Nadi
11.00 = 92 x/menit
11.30 =90 x/menit
12.00 = 86 x/menit
12.30 = 84 x/menit
13.00 = 78 x/menit
3. Tekanan darah
11.00 = 133/92 mmHg
11.30 = 127/77 mmHg
12.00 = 77/38 mmHg
12.30 = 116/78 mmHg
13.00 = 102/62 mmHg
A: Komplikasi perdarahan tidak terjadi
P:
- Monitoring TTV dan tanda perdarahan di
ruang pemulihan
- Monitoring hasil pemeriksaan laboratorium
post operasi
- Kolaborasi pemberian anti perdarahan
2 Ketidakefektivan Rabu, 25 Juni 2015 Rabu, 25 Juni 2015
bersihan jalan nafas 13.00 WIB 13.15 WIB
berhubungan dengan - Kemposisikan kepala ekstensi DS: -
produksi secret berlebih - Memasang mayo DO:
- Melakukan suction 1. Suara nafas vesikuler
2. Secret telah dikeluarkan melalui suction
berwarna bening
A : Ketidakefektivan bersihan jalan nafas teratasi
sebagian
P : Pasang canule nasal di recovery room

3 Hipotermi berhubungan Rabu, 25 Juni 2015 Rabu, 25 Juni 2015


dengan pemajanan 11.30 WIB 13.15 WIB
lingkungan yang dingin - Memonitor suhu klien secara berkala DS : -
- Melindungi tubuh klien di luar DO:
wilayah operasi dengan kain 1. Suhu klien
11.00 = 24,6 oC
11.30 = 24,5 oC
12.00 = 24,9 oC
12.30 = 25,1 oC
13.00 = 24,9 oC
2. Seluruh bagian tubuh klien tertutup kain kecuali
area yang dioperasi
A: Hipotermi teratasi sebagian
P : Monitor suhu klien di recovery room
4 Resiko syok hipovolemi Rabu, 25 Juni 2015 Rabu, 25 Juni 2015
berhubungan dengan 12.00 13.15 WIB
perdarahan - Memonitor jumlah perdarahan yang DS : -
keluar DO :
- Mengganti cairan 1. Jumlah perdarahan 600 cc
2. Cairan infus RL 60 tpm
3. TD : 102/62 mmHg
N : 78 x/menit
S : 24,9 oC
RR : 20 x/menit
A : Resiko syok teratasi
P : Monitoring vital sign
Di Ruang Pemulihan (Recovery Room)

1. Data

Pasien tiba di RR pukul 13.20 WIB, pasien sudah sadar, klien mampu
menggerakkan tangan,GCS: E3V4M3, pasien terpasang O2 3 lpm, TD : 127/82
mmHg, N: 72 x/mnt, R: 18 x/mnt, SaO2 : 96%,

Analisa Data

No Data Masalah Penyebab


1 DS : Klien mengatakan merasa pusing Risiko jatuh Gangguan
persepsi sensori
DO : karena anestesi
1. Pasien masih dibawah pengaruh
general anestesi
2. Keadaan umum lemah
3. Pasien berbaring ditempat tidur

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi
ditandai dengan
DS : Klien mengatakan merasa pusing
DO :
1. Pasien masih dibawah pengaruh general anestesi
2. Keadaan umum lemah
3. Pasien berbaring ditempat tidur
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Resiko jatuh Selama dirawat di Ruang 1. Posisikan pasien dengan 1. Posisi yang nyaman
berhubungan dengan pemulihan, diharapkan nyaman mencegah pasien bergerak-
gangguan persepsi resiko jatuh tidak terjadi. 2. Pasang restrain di sisi kanan gerak
sensori karena anestesi kiri klien untuk menjaga 2. Restrain meminimalkan
Kriteria hasil : keamanan klien. pasien terjatuh dari
- Rasa nyaman pasien 3. Berikan informasi pada brankar.
terpenuhi klien bahwa dirinya masih 3. Klien mampu
- Pasien terhindar dari berada dibawah pengaruh meminimalkan pergerakan
cidera anestesi yang bisa mencederainya

4. Implementasi Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Resiko jatuh berhubungan Rabu, 25 Juni 2015 Rabu, 25 Juni 2015
dengan gangguan persepsi 13.20 WIB 13.20 WIB
sensori karena anestesi - Memposisikan klien di brankar DS: Klien mengatakan akan meminimalkan
- Memasang restrain di sisi kanan dan pergerakan yang dapat membahayakan dirinya di
kiri brankar
- Memberikan informasi pada klien DO:
bahwa dirinya masih berada dibawah - Pasien masih dibawah pengaruh general anestesi
pengaruh anestesi - Keadaan umum lemah
- Pasien berbaring ditempat tidur
- Restrain sudah terpasang
A : Risiko jatuh teratasi
P : Lanjutkan pemantauan pasien sampai pengaruh
anestesi hilang
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik
Edisi 6. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2000.

Ganong, F. William. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius. 2000.

Marrilyn, E. Doengus. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 . Jakarta : EGC.

Smelster, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2 . Jakarta :


EGC.

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai