Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN Ny.S DENGAN


DIAGNOSA MEDIS KISTA OVARIUM
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD SLEMAN

Dosen Pembimbing :
Sapta Rahayu, S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:
Novia Kharisma Putri (P07120218008)
Anisa Nurjannah (P07120218009)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN Ny.S DENGAN


DIAGNOSA MEDIS KISTA OVARIUM
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD SLEMAN

Disusun oleh :
Novia Kharisma Putri (P07120218008)
Anisa Nurjannah (P07120218009)

Diajukan untuk disetujui pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat :

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Sapta Rahayu, S.Kep.Ns.,M.Kep Riani Tyas Utami, AMK


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan dengan
judul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Ny.S Dengan Diagnosa Medis
Kista Ovarium Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Sleman”. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Medikal Bedah.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Bondan palestin, SKM., M.Kep. Sp.Kom selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
2. Ns. Maryana, S.Psi, S.Kep., M.Kep selaku Kepala Prodi Sarjana Terapan Keperawatan
Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
3. Sapta Rahayu, S.Kep. Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan demi terselesainya laporan ini.
4. Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dalam proses menyelesaikan penyusunan
laporan ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat membantu pembaca untuk lebih mengetahui
tentang Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Ny.S Dengan Diagnosa Medis Kista
Ovarium Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Sleman. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini, masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih sempurna.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi menjadi cukup serius sepanjang hidup, terutama bagian
perempuan selain rawan terpapar penyakit juga berhubungan dengan kehidupan
sosialnya, misalnya kurang pendidikan yang cukup, menikah muda, kematian ibu,
masalah kesehatan reproduksi perempuan, masalah kesehatan kerja, menopause dan
masalah gizi. Masalah reproduksi wanita sudah menjadi agenda besar dalam dunia
keseatan. Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yaitu adanya penyakit
kewanitaan atau ginekologi.
Perempuan mempunyai dua buah ovarium yang berfungsi memproduksi sel
telur dan mengeluarkan hormon. Tumor merupakan gangguan yang paling umum
yang terjadi pada ovarium. Tumor tersebut dapat berupa solid atau berisi cairan.
Sebagian besar tumor pada indung telur adalah tumor jinak. Salah satu bentuk
penyakit reproduksi yang banyak menyerang wanita adalah kista ovarium.
Kista ovarium cukup popular di telinga wanita khususnya jika menyangkut
kesehatan reproduksi. Karena kista ovarium banyak jenisnya dan tak selalu
berbahaya. Namun kista tetap perlu diwaspadai karena tanda dan gejalanya tidak
disadari dan baru terdeteksi saat seseorang memeriksakan diri atau konsultasi kepada
dokter.
Kista ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasan
ginekologi saat ini. Kista ovarium merupakan kanker yang menyebabkan kematian
wanita. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya
bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastesis
sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut. Di Indonesia kanker kista
ovarium menduduki urutan ke tujuh berbahaya dari gangguan sistem reproduksi pada
wanita setelah kanker serviks. sehingga kista ovarium memerlukan penanganan yang
professional dan multi disiplin. Pada dasarnya penyakit kista terbagi menjadi dua
bagian, penggolongannya didasarkan pada bentuk dan proses penyembuhannya.
Untuk itulah, diperlukan pemahaman dan pengetahuan tentang gejala-gejala kista dan
peningkata upaya mencegah secara dini penyakit kista. Karena semakin dini
terdeteksi maka semakin besar pula kesempatan untuk sembuh.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui, memahami, dan menerapkan tentang apa itu Kista ovarium
dan bagaimana proses keperawatannya.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami definisi dari Kista ovarium
b. Mampu memahami Etiologi dari Kista ovarium
c. Mampu memahami Patofisiologi dari Kista ovarium
d. Mampu memahami Pathway dari Kista ovarium
e. Mampu memahami Faktor yang mempengaruhi Kista ovarium
f. Mampu memahami Manifestasi klinis dari Kista ovarium
g. Mampu memahami Komplikasi dari Kista ovarium
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh
di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007). Kista adalah suatu
bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan
setengah cair (Soemadi, 2006). Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan
yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus
oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly,
2008). Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah
kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi.
(Lowdermilk, dkk. 2005)
Kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium
ovarium. Dan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
diantaranya adalah:
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di
dalam korteks
b. Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur
atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara
siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang
dari 12 tahun.
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatisoda
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium
2. Kista neoplasma
a. Kista ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistadenoma ovarii musimosum
Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu terutama yang
pertumbuhannya I elemen mengalahkan elemen yang lain
c. Kistadenoma ovarii serosum, berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal Ovarium)
d. Kista endometreid: belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid
e. Kista dermoid: tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
Pada kehamilan yang dijumpai dengan kista ovarium memerlukan tindakan
operasi untuk mengangkat kista tersebut (pada kehamilan 16 minggu) karena
dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan
abortus, kematian dalam rahim.

B. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya
akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,tipe folikuler
merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh
karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu
rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Padakeadaan normal, folikel yang
berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasiuntuk melepaskan sel telur.
Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan
bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.Cairan yang mengisi kista
sebagian besar berupa darah yang keluar akibatdari perlukaan yang terjadi pada
pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh
jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista
Dermoid.

C. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista
ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling
sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik
parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa
dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk
jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.

D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Kebayakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi
tumor tersebut.Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan
gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
 Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
 Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
 Nyeri saat bersenggama.
 Perdarahan.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
 Gangguan haid. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
 Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit diperut.
 Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut :
 Asites: Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam
rongga perut
 Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
 Gangguan buang air besar dan kecil.
 Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari kista ovarium yaitu :
1. Perdarahan intra tumor: Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen
mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat.
2. Perputaran tangkai: Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen
3. Infeksi pada tumor: Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen,
mengganggu aktifitas sehari-hari.
4. Robekan dinding kista: Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan
sehingga isi kista tumpah kedalam rungan abdomen.
5. Keganasan kista ovarium: Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan
pada usia diatas 45 tahun.
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih
belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk
melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama
yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia
subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada
siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas
kemungkinan terjadinya kanker ovarium.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan
untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound)
yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan
ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh
dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya
dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan
cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan
melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.

H. PENATALAKSANAAN KLINIS
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan
atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat,
komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
I. KONSEP PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN PRE OPERASI
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, serta hubungan
dengan pasien
3) Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
4) Riwayat Kesehatan
o Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah
abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi
yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
o Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien punya riwayat DM, Asma, hepatitis, jantung,
atau HIV.
o Riwayat psikososial/spiritual
Status emosional, tingkat kecemasan, skala cemas, skala nyeri.
5) Pemeriksaan fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis:
Kepala, Leher, Dada, abdomen, genitalia, integumen, dan ekstermitas, apakah
normal atau tidak.
6) Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium, Pemeriksaan Hb, Ultrasonografi. Untuk
mengetahui letak batas kista.

2. INTRA OPERASI
Pada tahap intra operasi, yang harus di kaji adalah:
a. Waktu mulai sampai berhentinya anestesi
b. Waktu mulai sampai berhentinya pembedahan
c. Jenis anestesi
d. Posisi operasi
e. Catatan anestesi
f. Pemasangan alat-alat
g. TTV
h. Survey sekunder from head to toe, kepala, leher, dada, abdomen,
genitalia, integumen, dan ekstermitas, apakah normal atau tidak.
i. Total cairan masuk dan keluar
j. Balance cairan.

3. POST OPERASI
Dimulai dari pasien meninggalkan ruang operasi dan dibawa keruang
pemulihan, sampai pasien kembali ke bangsal. Yang dikaji antara lain:
b. Waktu pindah ke ruang pemulihan (RR)
c. Keluhan saat di RR
d. Keadaan umum
e. TTV
f. Kesadaran
g. Survey sekunder from head to toe kepala, leher, dada, abdomen, genitalia,
integumen, dan ekstermitas, apakah normal atau tidak.
h. Skala nyeri

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi: Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
2. Intra operasi: Resiko perdarahan b.d tindakan pembedahan
3. Post Operasi: Intoleransi aktivitasb.d tirah baring

5. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI KEPERAWATAN


DIAGNOSA
NO. TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera fisiologis keperawatan selama 1x20 frekuensi, kualitas,intensitas nyeri
2. Berikan
menit, diharapkan nyeri
teknik nonfarmakologis untuk
akut menurun dengan
mengurangi nyeri
kriteria hasil: 3. Jelaskan
penyebab, periode, dan pemicu
1. Frekuensi nadi dalm
nyeri
batas normal (60-
4. Kolaborasi
100x/menit) pemberian analgetik, jika perlu
2. Tekanan
darah dalam batas
normal (120/80mmHg)
3. Respiratory
Rate dalam batas
normal (16-20x/menit)
2. Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor
b.d tindakan keperawatan selama 1x45 tanda dan gejala perdarahan
pembedahan menit, diharapkan resiko 2. Pertahank
perdarahan menurun an bedrest selama perdarahan
dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan
1. Tekanan darah dalam meningkatkan asupan cairan
batas normal sistol dan untuk menghindari
diastole (120/80mmHg) konstipasi
2. Hemoglobin dan 4. Kolaborasi pemberian obat
hematokrit dalam batas pengontrol perdarahan, jika
normal perlu
-Hb Normal: Pria 14-18
g/dL, Wanita 12-16 g/dL
- Hematokrit normal Pria
dewasa: 40–54%.
Wanita dewasa: 38–46%

3.Tidak ada perdarahan


pervagina
3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Ide
aktivitasb.d tirah keperawatan selama 1x45 ntfikasi gangguan fungsi tubuh
baring menit, diharapkan yang mengakibatkan kelelahan
intoleransi aktivitas 2. Se
meningkat dengan kriteria diakan lingkungan yang
hasil: nyaman da rendah stimulus
3. An
1.Saturasi oksigen ketika
jurkan tirah baring
beraktifitas dalam batas
4. Ko
normal (95-100%)
laborasi dengan ahli gizi
2. Frekuensi nadi ketika tentang cara meningkatkan
beraktifitas dalam batas asupan makanan
normal(60-100x/menit)

3.Frekuensi pernafasan
ketika beraktivitas dalam
btas normal(16-20x/menit)
DAFTAR PUSTAKA

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-
ovarium.html#.XlZCo5MzbIU

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Amin, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan
Nanda. Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2. Jogja: MediAction

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi
1. Jakarta:DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi
1. Cetakan II. Jakarta:DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai