Anda di halaman 1dari 4

BASIC LIFE SUPPORT BERBASIS ANDROID

A. Pendahuluan
Pengguna telepon seluler (ponsel) di tanah air mencapai 371,4 juta
pengguna atau 142 persen dari total populasi sebanyak 262 juta jiwa. Artinya,
rata-rata setiap penduduk memakai 1,4 telepon seluler karena satu orang
terkadang menggunakan 2-3 kartu telepon seluler. Sementara kaum urban
Indonesia mencapai 55 persen dari total populasi.
Berdasarkan data wearesocial.sg, pengguna internet di Indonesia mencapai
132,7 juta dengan penetrasi sekitar 51 persen dari populasi. Untuk pengguna
media sosial aktif mencapai 106 juta dengan penetrasi sekitar 40 persen,
dan pengguna media sosial mobile aktif mencapai 92 juta atau sekitar 35 persen
dari populasi.
Dibandingkan dengan posisi Januari 2016, pengguna ponsel Indonesia
meningkat 14 persen. Sementara untuk penetrasi mengguna media sosial aktif
meningkat 34 persen, dan penetrasi pengguna media sosial mobile aktif bertambah
39 persen.
Kegawatdaruratan merupakan salah satu masalah dalam dunia kesehatan.
Keadaan ini dapat terjadi pada kecelakaan, konflik, manusia, maupun bencana.
Kedaruratan dapat terjadi kapan saja, dapat menimpa siapa saja,dapat muncul
dimana saja, tidak mengenal waktu, tempat, atau objek. Kondisi kegawatdaruratan
diantaranya adalah serangan jantung. Angka kejadian kasus yang memerlukan
resusitasi jantung paru (RJP) sebagian besar adalah akibat henti jantung mendadak
(cardiac arrest). Jantung, paru, dan otak merupakan organ-organ vital, gangguan
atau hilangnya fungsi dari salah satu organ ini dapat berakibat kematian. Proses
kematian pada cardiac arrest berlangsung dengan mulai berhentinya jantung dan
yang mengalami henti jantung ada baiknya seorang penolong memang harus
memiliki pengetahuan tentang basic life support.
Henti jantung (cardiac arrest) dan kasus darurat yang mengancam
kematian atau kecacatan permanen (Lami, Nair, & Gadhvi, 2016). Angka kejadian
henti jantung menempati urutan ketiga penyebab kematian di United States of
America (Jones, et al, 2007). Keberhasilan resusitasi jantung paru tergantung pada
cepatnya penilaian awal, segera dan efektif CPR dan defibrilasi cepat mungkin
diperlukan jika itu adalah irama shockable (Jacobs, et al, 2004; Parnell, et al,
2006). Kehadiran penyelamat yang kompeten selama keadaan darurat yang
mengancam jiwa meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dari korban.
Tidak hanya petugas pelayanan kesehatan saja , tetapi orang awam,
termasuk didalamnya adalah siswa sekolah menengah atas, diharapkan untuk
dilatih dalam bantuan hidup dasar (BLS) yang merupakan manuver sederhana
namun sangat efektif karena mereka mungkin saja menghadapi situasi serangan
jantung setiap saat Parnell, et al, 2006; Meissner, Kloppe, & Hanefeld, 2012).
Orang awam yang sudah terlatih dalam melakukan BLS biasanya mempunyai
kecenderungan untuk lebih percaya diri dan mampu melakukan prosedur BLS
apabila menemukan situasi serangan jantung (Tanigawa, et al, 2011). Jones et al
(2007) menemukan bahwa remaja dengan usia antara 13-14 tahun dapat
melakukan kompresi dada seperti yang dilakukan oleh orang dewasa. Untuk
mencapai tujuan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dari serangan jantung,
maka perlu adanya pelatihan untuk masyarakat awam tentang BLS.
Secara garis besar pengetahuan itu ialah merupakan hasil “tahu” seseorang setelah
seseorang tersebut mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Pengetahuan tersebut sangat erat kaitannya dengan pendidikan, oleh
karena itu pengetahuan bisa kita dapat melalui pendidikan yang formal dan non
formal. Sebagai tenaga kesehatan memang disarankan untuk mengetahui
bagaimana melakukan tindakan basic life support agar korban yang mengalami
henti jantung dapat tertangani dengan cepat dan tepat.
Dengan semakin berkemangnya sistem berbasis android beberapa peneliti
dan pengembang mulai mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan yang
berbasis android. Aplikasi yang di buat di rancang untuk memudahkan
masyarakat awam pengguna android agar mudah memahami mengenai BLS.
Aplikasi ini dirancang dan di maksudkan untuk memudahkan masyarakat awam
guna melakukan bantuan hidup dasar atau BHD, ketika menemukan korban
dengan kondisi darurat di lokasi manapun.
B. Rancangan Sistem
Rancangan Aplikasi BLS/BHD ini diperlihatkan dengan diagram konteks
pada gambar 1. Seperti terlihat pada gambar, pemakai dari aplikasi ini adalah
masyarakat awam yang luas yang mana aplikasi ini dapat digunakan sebagai
bahan informasi kesehatan guna penyelamatan pada pasien yang ditemukan gawat
di area manapun.

Aplikasi akan memberi Aplikasi


informasi
BLS / BHD
PENGGUNA
pengguna mengakses
aplikasi

Gambar 1. Diagram Konteks Aplikasi BLS/BHD


Aplikasi BLS/BHD terdiri dari beberapa menu utama, yaitu :
- Menu panggilan Emergency ( berisi nomor panggilan darurat)
- Menu tutorial BLS/BHD
- Menu tutorial Evakuasi

Jadi, ketika masyarakat awam menemukan korban dengan keadaan tidak


sadarkan diri maka dapat dengan cepat terbantu dengan adanya alikasi ini.
Masyarakat hanya perlu mendownload aplikasi ini menggunakan ponsel
pintarnya. Setelah mendownload maka aplikasi dengan mudah akan dijalankan
oleh masyarakat di genggaman tangan mereka. Dengan panduan bahasa dan suara
yang mudah dipahami guna membantu masyarakat dalam menyelamatkan korban.

C. Kesimpulan
Aplikasi berasis Smartphon Android untuk menunjang terjadinya
penyelamatan jiwa pada korban dengan tidak sadarkan diri, baik henti jantung
maupun kecelakaan berkendara. Dengan kemudahan aplikasi ini juga membantu
tim medis guna menindaklanjuti intervensi yang akan diberikan kepada korban.
D. Daftar Referensi

1. http://jurnal.stikeselisabethmedan.ac.id/index.php/elisabeth/issue/download/4
9/32
2. http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/download/664/540/
3. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/3934/441
0
4. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/08/29/pengguna-ponsel-
indonesia-mencapai-142-dari-populasi

Anda mungkin juga menyukai