PERSALINAN NORMAL
OLEH :
NPM : 1420117187
KELOMPOK : I (SATU)
RUANG : BERSALIN
MALUKU HUSADA
AMBON
2020
LAPORAN PNDAHULUAN
PERSALINAN NORMAL
A. Defenisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2002).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usiakehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan (inpartu) dimulai sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Sursilah, 2010:4)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pad a kehamilan
cukup bulan (37 -42 minggu ) la hir s ponta n dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun ja nin (Prawirohardjo,
2005).
b.Teori oksitosin Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi oto-otot rahim.
d.Pengaruh janinHipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peranan penting
oleh karena itu anchepaluskelahiran sering lebih lama.
Tanda-Tanda Inpartu
Proses persalinan
Kelelahan (O2 )
Gangguan Respirasi
Tanda-tanda Persalinan
1) Terjadinya his persalinan His persalinan mempunyai sifat:
a)Pinggang terasa sakit, yang menjalar kedepan
b)Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar
c)Kontraksi uterus menghakibatkan perubahan uterus
d)Makin beraktifitas (jalan), kekuatan bertambah besar
3) Pengeluaran cairan
Keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput
ketuban yang robek. sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap
tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam (Asrinah et al,2010: 5).
- Tenaga mengejan
1) Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorng anak keluar
selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut, yang
mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.
2) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar, tapi jauh lebih
kuat lagi.
3) Saat kepala sampai kedasar panggul, timbul reflex yang mengakibatkan ibu menutup
glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perut dan menekan diafragmanya ke bawah.
4) Tenaga mengejan ini hanya dpat berhasil bila pembukaan sudah lengkap, dan paing
efektif sewaktu ada his.
5) Tanpa tenaga mengejan, anak tidak dapat lahir.Misalnya pada penderita yang lumpuh
otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps.
6) Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah terlepas dari dinding rahim.
2. .Faktor Passager
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang meliputi
sikap janin, letak, presentasi, bagian terbawah dan posisi janin.
5. Faktor Penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar
proses persalinan dan mencegah kematian maternal neonatal. Dengan pengetahuan
dan kompetensi yang baik diharapkan kesalahan maupun malpraktek dalam
memberikan asuhan tidak terjadi (Asrinah et al.,2010: 9).
F. Fase persalinan
Menurut Sarwono (2005), persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
1.Kala I (kala pembukaan)
Kala satu persalinan adalah permul aan kontraks i persalinan sejati, yan g ditandai oleh
perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada
primipara kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
2) Fase aktif Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pem bukaan menjadi
komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3 -4 cm
hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian prese ntas i janin
yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan.
Pada kala I tugas penolong adalah mengawasi dan menanamkan semangat kepada
ibu bahwa proses persalinan adalah fisiologis tanamkan rasa percaya diri dan percaya
pada penolong. Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada
indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalan-jalan.
Jika berbaring, sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban sudah pecah,
wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring. Periksa dalam pervaginam
dilarang, kecuali ada indiksi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi, apalagi
jika dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas. Pada kala pembukaan dilarang mengedan
karena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I
berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.
1.Posisi berbaring sambil merangkul merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan
sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada. Mulut dikatup.
2. Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring ke arah terdapatnya punggung janin
dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas. Apabila kepala janin telah
sampai di dasar panggul, vulva mulai terbuka (membuka pintu), rambut kepala kelihatan.
Setiap kali his, kepala lebih maju, anus terbuka, perinium meregang. Penolong harus
menahan perinium dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril
supaya tidak terjadi robekan (ruptur perinei). Pada primigravida, dianjurkan melakukan
episiotomi.
Episiotomi dilakukan jika perinium menipis dan kepala janin tidak masuk lagi ke
dalam vagina, yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perinium. Ada 3 arah irisan,
yaitu medialis, mediolateralis dan lateralis.
4. Kala IV
Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam. Periksa fundus
uteri setiap 15 menit pad jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika
kontraksi tidak kuat massase uterus sampai menjadi keras. Periksa tekanan darah, nadi,
kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
selama jam kedua. Selain itu perawat juga menganjurkan untuk minum agar mencegah
dehidrasi. Higene juga perlu diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu
untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. Sebagai permulaan dengan menyusui bayi
karena menyusui dapat membantu uterus berkontraksi. (Moh. Wildan dan A. Alimul H,
2008).
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG
b. Pemeriksaan Hb
J. PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan
plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35178940/Laporan_Pendahuluan_Asuhan_Persalinan_Normal_N
ERS_Stase_Keperawatan_Maternitas_
http://eprints.stikes-aisyiyah.ac.id/271/5/BAB%20II.pdf
http://repository.unair.ac.id/29448/9/14.%20BAB%202%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf