Anda di halaman 1dari 56

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

“SISTEM KARDIOVASKULER (ARITMIA)

DI SUSUN OLEH :

NAMA : INDRI YAPLALIN

NPM: 1420117104

KELAS: PAGI (AMBON)

SEMESTER: V (LIMA)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MALUKU HUSADA

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN

AMBON

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis h hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya yang telah memberi penulis kesempatan untuk sama-sama belajar mencapai hidup yang
lebih baik lagi dan juga dengan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menulis makalah ini yang
berjudul “system kardiovaskuler (ARITMIA)” dengan sebaik-baiknya sesuai dengan penulis
yang harapkan.

Makalah sengaja ditulis agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan dan
wawasannya tentang tujuan pembelajaran ini. Penulis pun menyadari banyak hal yang belum
sempurna dalam penyusunan makalah ini, oleh sebab itu kami selaku penyusun mengharapkan
adanya masukan yang berupa kritik dan saran demi kebaikan makalah berikutnya, dan kami
selaku penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang ikut serta membantu dalam
penulisan makalah ini, semoga semua ini berguna bagi kita semua khususnya dalam menunjang
pembelajaran kita di dunia KEPERAWATAN.

Penulis

Ambon, Februari 2020


COVER DEPAN

KATA PENGANTAR

BAB I pendahuluan

A. latar belakang

B. Tujuan

C. Metode

BAB II Tinjauan kasus

A. Pengertian

B. Anatomi fisiologi

C. Manifestasi Klinis

D. Etiologi

E. Klasifikasi

F. Pathway

G. Pemeriksaan Penunjang

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

BAB 4 TERAPI KOMPLEMENTER

BAB 5 MANAJEMEN NYERI

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler serta menuntut
asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia. Sistem
kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran darah dan keadaan darah, yang
merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan pengaturan yang
menyalurkan O2 serta nutrisi ke seluruh tubuh. Bila salah satu organ tersebut mengalami
gangguan terutama jantung, maka akan mengganggu semua sistem tubuh.
Aritmia/disritmia merupakan salah satu gangguan dari sistem kardiovaskuler. Aritmia
adalah tidak teraturnya irama jantung. Aritmia disebabkan karena terganggunya
mekanisme pembentukan impuls dan konduksi. Hal ini termasuk terganggunya sistem
saraf. Perubahan ditandai dengan denyut atau irama yang merupakan retensi dalam
pengobatan. Sebab cardiac output dan miokardiac contractility, dimana penyakit ini dapat
menggunakan alat pacu jantung untuk mengatur ritme jantung.
Alat pacu jantung adalah sebuah sistem yang mengirim impuls listrik ke jantung untuk
mengatur ritme jantung. Alat ini dirancang untuk menghasilkan impuls listrik yang
merangsang otot jantung untuk berkontraksi dan memompa darah. Meskipun ada berbagai
jenis alat pacu jantung buatan, semuanya dirancang untuk mengobati bradikardia, denyut
jantung yang terlalu lambat. Beberapa alat pacu jantung terus-menerus merangsang fungsi
jantung pada tingkat tetap atau pada laju yang meningkat selama latihan. Alat pacu jantung
juga dapat diprogram untuk mendeteksi jeda yang terlalu lama antara detak jantung, dan
kemudian menstimulasi jantung.
B.   Tujuan
Agar para pembaca, mahasiswa keperawatan pada khususnya dapat mengetahui dan
memahami tentang konsep dasar serta asuhan keperawatan  klien dengan aritmia.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang dipakai dalam ASKEP ini adalah metode pustaka yaitu metode
yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka baik berupa
buku yang berhubungan dengan judul ASKEP “Aritmia”.
  BAB II
                                                             TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMBAHASAN SISTEM KARDIOVASKULER

1.    Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri

dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi

memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh

jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh.

Sistem kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi

agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya

adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat

terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di

arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi

memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.

2.     Perkembangan Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler mulai berfungsi pada usia 3 minggu

kehamilan. Dalam sistem kardiovaskuler terdapat pembuluh darah

terbesar yang di sebut Angioblast. Angioblast ini timbul dari :

a.    Mesoderm : splanknikus & chorionic

b.    Merengkim : yolk sac dan tali pusat

c.    Dan dapat juga menimbulkan pembuluh darah dan darah


Dalam awal perkembangannya yaitu pada minggu ketiga, tabung

jantung mulai berkembang di splanknikus yaitu antara bagian pericardial

dan IEC dan atap katup uning telur sekunder(kardiogenik area). Tabung

jantung pasangkan membujur endotel berlapis saluran. Tabung-tabung

membentuk untuk menjadi jantung primordial. Jantung tubular

bergabung dalam pembuluh darah di dalam embrio yang

menghubungkan tangkai, karian dan yolk sac membentuk sistem

kardivaskuler purba. Pada janin, proses peredaran darah melalui

plasenta.

B.    Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler

1.      Anatomi Jantung

Jantung merupakan bagian penting dari sistem kardiovaskuler

yang berfungsi sebagai pompa, mempunyai peranan penting dalam

kehidupan dan sebagai salah satu indikator kehidupan.

Jantung terletak di dalam mediastinum di rongga dada (thoraks)

12-14 cm dari tulang rusuk ke dua. 2/3 nya terletak di bagian kiri, 1/3 nya

terletak di bagian kanan dari garis tengah tubuh. Ukurannya kurang lebih

kepalan tangan orang dewasa. Berat jantung orang dewasa berkisar 250-

300 gr.

Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik

dengan apeks (superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis

( anterior-inferior ICS – V) berada di atas. Pada basis jantung terdapat

aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh
balik. Jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler terletak di sebelah

rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae

tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, kita

dapat memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada

orang dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan jantung dengan alat

sekitarnya yaitu:

a.       Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis

setinggi kosta III-I.

b.      Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.

c.       Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta

pulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.

d.      Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes,

vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.

e.       Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.

Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah

tempat. Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung

dari samping, diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang

keluar masuk dari jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah.

Factor yang mempengaruhi kedudukan jantung adalah:

a.       Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung

agak turun kebawah


b.      Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC)

menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar

dan membulat

c.       Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan

mendorong bagian bawah jantung ke atas

d.      Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh

posisi tubuh.

Ruang-ruang jantung

Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:

1.      Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian

dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.

a.       Muara atrium kanan terdiri dari:

     Vena cava superior

     Vena cava inferior

     Sinus koronarius

     Osteum atrioventrikuler dekstra

b.      Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis

c.       Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum

atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum

pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan

terdiri dari:

          Valvula triskuspidal

          Valvula pulmonalis


2.      Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula

3.      Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum

atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta terdiri

dari:

a.       Valvula mitralis

b.      Valvula semilunaris aorta

Peredaran darah jantung

Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke

atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis

membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru(pulmo).

Antara ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis terdapat katup vlavula

semilunaris arteri pulmonalis. Vena pulmonalis membawa darah dari

paru-paru masuk ke atrium sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar)

membawa darah dari ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup

valvulasemilunaris aorta.

Peredaran darah jantung terdiri dari 3 yaitu:

1.      Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan

kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan cabang-

cabangke atrium dekstra dan ventrikel kanan.

2.      Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra
3.      Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke

atrium kanan melalui sinus koronarius yang terletak dibagian belakang

sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena.

2.      Anatomi Sistem Pembuluh Darah

Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah keseluruh

tubuh. Aliran darah dalam tubuh terdiri dari:

a.       Aliran darah koroner

b.      Aliran darah portal

c.       Aliran darah pulmonal

d.      Aliran darah sistemik

Sistem Pembuluhan Limfe


Sistem pembuluh limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat

cairan dapat mengalir dari ruang interstitial ke dalam darah.pembuluh

limfa dapat mengangkut protein dan zat partikel besar, keluar ruang

jaringan yang tidak  dikeluarkan dengan absorbs secara langsung

kedalam kapiler darah. Sistem pembuluh limfe terdiri dari:

a.         Duktus limfatikus dekstra: Duktus limfatikus jugularis dekstra, subclavia,

dan bronkomediastinalis masing-masing mengalisrkan cairan limfa sisi

kepala dan leher.

b.        Duktus limfatikus sinistra: Mulai terlihat dalam abdomen sebagai

kantong limfe yang memanjang.

c.         Nodus limfatisi: Berbentuk lonjong seperti buah kacang dan terdapat di

sepanjang pembuluh limfe.

d.        Kapiler limfa: sedikit cairan yang kembali ke sirkulasi melalui pembuluh

limfe.

3.      Fisiologi Vaskuler

Sistem vaskuler memiliki peranan penting pada fisiologi

kardiovaskuler karena berhubungan dengan mekanisme pemeliharaan

lingkungan internal. Bagian- bagian yang berperan dalam sirkulasi:

a.       Arteri mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan.

b.      Arteriola, cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi sebagai kendali

ketika darah yang dikeluarkan ke dalam kapiler.

c.       Kapiler , tempat pertukaran cairan, zat makanan dan elektrolit, hormone

dan bahan lainnya antara darah dan cairan interstitial.


d.      Venula yaitu mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap

e.       Vena yaitu saluran penampung pengangkut darah dari jaringan kembali

ke jantung.

Kecepatan aliran darah ditentukan oleh perbedaan tekanan antara

kedua ujung pembuluh darah. Pembuluh darah dan aliran arteri adalah:

a.       Aliran darah dalam pembuluh darah

b.      Tekanan darah arteri : Sistolik, diastolic, nadi, dan darah rata-rata.

c.       Gelombang nadi.

d.      Analisis gelombang nadi: dapat di nilai dari: frekuensi gelombang nadi,

irama denyut nadi, amplitude dan ketajaman gelombang.

e.       Factor yang mempengaruhi tekanan darah arteri.

Sedangkan Pembuluh dan Aliran Vena Yaitu:

a.       Tekanan Vena: biasanya sangat rendah

b.      Gelombang denyut vena: perubahan tekanan dan volume

c.       Kurva denyut nadi: vena jugularis eksterna dengan cara non invasive\

d.      Kecepatan aliran darah vena

e.       Factor yang mempengaruhi kecepatan aliran darah vena

f.       Pengaruh gravitasi pada tekanan darah vena


B. PEMBAHASAN KASUS ARITMIA

1. Definisi Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga
termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
Dari tiga pengertian yang telah di paparkan oleh para ahli maka dapat disimpulkan
bahwa aritmia atau disritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung yang menyebabkan
terjadinya gangguan pada sistem konduksi jantung.

2. Etiologi
Etiologi aritmia pada umumnya disebabkan oleh :
1.        Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena
infeksi).
2.        Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya
iskemia miokard, infark miokard.
3.        Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia
lainnya.
4.        Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5.        Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama
jantung.
6.        Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7.        Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
8.        Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
9.        Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
10.    Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).

3.  Patofisiologi
Apabila terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat otonom atau karena suatu penyakit
di Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia.
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut nodus SA dengan
irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali per menit, yang
kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut purkinje.
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan sentrum yang
memimppin ini disebut pacemaker. Dlam keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah dapat
juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
1.      Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV membentuk pacu lebih
besar.
2.      Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k BIndel HIS akibat
adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh obat.
Aritmia terjasi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal atau gngguan
konduksi). Gangguan dalam pembentukan pcu antara lain:
1.      Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus dan aritmia sinus.
2.      Debar ektopik dan irama ektopik :
a.    Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makana sedang dicerna.
b.    Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti demam,
hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan neurosis jantung.

4.  Manifestasi Klinis


1.      Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;  bunyi
jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2.      Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
3.      Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
4.      Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5.      Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial);
kehilangan tonus otot/kekuatan.

5.  Sifat Sistem Konduksi Jantung


1.      Periode Refrakter
Dari awal depolarisasi hingga awal repolarisasi sel-sel miokard tidak dapat menjawab
stimulus baru yang kuat sekalipun. Periode ini disebut periode refrakter mutlak. Fase
selanjutnya hingga hamper akhir repolarisasi, sel-sel miokard dapat menjawab stimulus yang
lebih kuat. Fase ini disebut fase refrakter relative.
2.      Blok
Yang dimaksud dengan blok ialah perlambatan atau penghentian penghantaran impuls.
3.      Pemacu Ektopik atau Focus Ektopik
Ialah suatu pemacu atau focus di luar sinus. Kompleks QRS yang dipacu dari sinus disebut
kompleks sinus. Kompleks QRS yang dipacu dari focus ektopik disebut kompleks ektopik,
yang bias kompleks atrial, kompleks penghubung –AV atau kompleks ventricular.
4.      Konduksi Tersembunyi
Hal ini terutama berhubungan dengan simpul AV yaitu suatu impuls yang melaluinya tak
berhasil menembusnya hingga ujung yang lain, tetapi perubahan-perubahan akibat konduksi
ini tetap terjadi, yaitu terutama mengenai periode refrakter.
5.      Konduksi Aberan
Konduksi aberan ialah konduksi yang menyimpang dari jalur normal. Hal ini disebabkan
terutama karena perbedaan periode refrakter berbagai bagian jalur konduksi. Konduksi
aberan bias terjadi di atria maupun ventrikel, tetapi yang terpenting ialah konduksi
ventricular aberan, yang ditandai dengan kompleks QRS yang melebar dan konfigurasi yang
berbeda. Konduksi atrial aberan ditandai dengan P yang melebar dan konfigurasi yang
berbeda.
6.      Re-entri
Re-entri ialah suatu keadaan dimana suatu impuls yang sudah keluar dari suatu jalur
konduksi, melalui suatu jalan lingkar masuk kembali ke jalur semula. Dengan demikian
bagian miokard yang bersangkutan mengalami depolarisasi berulang.
7.      Mekanisme Lolos
Suatu kompleks lolos ialah kompleks ektopik yang timbul karena terlambatnya impuls yang
datang dari arah atas. Kompleks lolos paling sering timbul di daerah penghubung AV dan
ventrikel, jarang di atria. Jelas bahwa mekanisme lolos ialah suatu mekanisme penyelamatan
system konduksi jantung agar jantung tetap berdenyut meskipun ada gangguan datangnya
impuls dari atas.

6.    Klasifikasi  
Pada umumnya artimia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1.      Gangguan pembentukan impuls 
a.       Gangguan pembentukan impuls di sinus
Takikardia sinus, bradikardi sinus, artimia sinus, henti sinus.
b.      Gangguan pembentukan impuls di artria (aritmia atrial)
Ekstrasistol atrial, takiakardia atrial, gelepar atria, fibrilasi atrial, pemacu kelana atrial.
c.       Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung)
Ekstrasistole penghubung AV, takikardia penghubung AV, irama lolos penghubung AV.
d.      Pembentukan impuls di ventricular (artimia ventricular) 
Ekstrasistole ventricular, takikardia ventricular, gelepar ventricular, fibrilasi ventricular, henti
ventricular, irama lolos ventricular.
2.      Gangguan penghantaran impuls  
Blok sino atrial, blok atrio-ventrikular, blok intraventrikular.

7.   Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


1.      EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber
disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2.      Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana
disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3.      Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup.
4.      Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5.      Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan
disritmia.
6.      Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
menyebabkan disritmia.
7.      Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8.      Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9.      Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10.  GDA/nadi oksimetri   : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
7. Fathway Aritmia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER : ARITMIA
DI RUANG IGD RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAAN

I. Pengkajian
A. Pengumpulan Data
Data Umum
a. Identitas Klien
Nama : Ny.N
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Kawin
Tanggal/ jam masuk : 06-02-2020 17.00
Tanggal/ jam pengkajian : 06-02-2020 17.10
No. Register : 83134
Diagnosa Medis : SVT
Alamat : Pusdikav

b. Identitas Keluarga
Nama : Tn. M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Muslim
Pendidikan : Akabri
Pekerjaan : TNI
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Pusdikav
TRIAGE
Merah: Gawat Darurat
Survey Primer
A: Airway : Tidak ditemukan masalah yang mengganggu
B: Breathing : klien tampak sesak
C: Circulating : ditemukan nadi cepat ( 136X/menit)
Neurologi: GCS: E:4 M:6 V:5
Kesadaran Kuantitatif: kompos mentis
Pasien datang: diantar keluarga
Tanggal kejadian: 20-03-2015
Tempat kejadian: 20-03-2015
Jam: 16.30
Anamnesis:
1) Keluhan utama: dada berdebar-debar disertai sesak
2) Riwayat penyakit sekarang (PQRST)
Klien datang ke IGD diantar keluarga dengan alasan dada klien terasa
berdebar-debar dan sesak, sesak dirasakan seperti ditindih benda berat,
sesak dirasakan di kedua paru, skala sesak menggunakan skala ATS sesak
berada pada nilai 4 (sesak bila berajalan 100 meter), klien merasa sesak
saat berjalan.
3) Keluhan menyertai : pusing
4) Riwayat kesehatan masa lalu : klien mengatakan tidak ada
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Klien mengatakan orang tuanya dl menderita penyakit jantung

7) Data biologis

a) Keadaan umum: tampak sakit berat


b) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 90/50mmhg
Nadi : 160X/menit
Suhu : 36,1°C/axilla
Pernapasan : 45X/menit
SPO2 : 92%

c. Survey Sekunder
Pemeriksaan Fisik per sistem
1. Sistem Pernapasan
Inspeksi
 Tampak pernapasan cuping hidung.
 Bentuk dada simetris, pengembangan dada simetris, terlihat tidak
maksimal.
 Tampak terdapat otot-otot tambahan saat bernapas.
 Pola irama pernapasan teratur
 Tidak terdapat dyspnea
Palapasi
 Tidak terdapat nyeri pada sinus paranasalis
 Vocal fremitus tampak simetris pada di kedua paru
 Tidak terdapat krepitasi
Perkusi
 Terdengar bunyi sonor
 Batas paru di ICS 1 – 6 kanan dan kiri
Auskultasi
 Tidak terdengar adanya suara napas tambahan
 Suara napas normal
 Vesikular : terdengar hampir diseluruh lapang paru
 Bronchial : terdengar di substernal notch
 Bronchiovesikular: terdengar dipercabangan trakhea
Masalah Keperawatan: inadekuat suplay oksigen ke jaringan
2. Sistem Kardiovaskular
Inspeksi
 Ictus cordis tidak terlihat
 Tampak cyanosis sekitar mulut
Palpasi
 Ictus cordis teraba
 Capillary refil time > 2 detik
 pitting edema di kaki tidak ada
Perkusi
 Terdengar bunyi pekak
Auskultasi
 Bunyi jantung I, terdengar di ICS IV linea sternalis dan ICS V linea
midclavicularis kiri, HR 74 x/menit
 Bunyi jantung II, terdengar di ICS II linea sternalis kanan dan ICS II
liena sternalis kiri.
Masalah keperawatan: resiki tinggi penurunan curah jantung

3. Sistem Pencernaan
Inspeksi
 Mulut: kondisi bibir kering, lidah terlihat bersih
 Gigi: adanya caries gigi
 Abdomen: bentuk abdomen cembung
Auskultasi
 Bunyi peristaltik usus lemah
Palpasi
 Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi
 Terdengar bunyi timpany
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
4. Sistem Perkemihan
Inspeksi
 Warna urine kuning jernih, dalam 3 jam terdapat urine 200 cc.
Palpasi
 Tidak terdapat nyeri pada regio hipogastrika
Perkusi
 Terdengar redup atau tympany pada regio hipogastrika
 Tidak ada nyeri ketuk pada daerah costo vertebral angle kanan dan kiri.
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
5. Sistem Persarafan
Inspeksi
 Bentuk muka simetris, mulut tidak mencong
 Tidak terdapat adanya tremor
 Tidak terdapat hemiparase
 Nilai kesadaran kualitatif klien yaitu compos mentis
 Nilai kesadaran kunatitatif klie, GCS: 15
Perkusi
 Adanya reflek patologis: reflek babinski -/-
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan

6. Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi
 Ekstremitas simetris
 Tidak terdapat atrofi
 Kekuaatan otot tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kanan 5, kaki kiri 5.
 Klien tampak lemas
Palpasi
 Tidak terdapat nyeri tekan
Masalah keperawatan: intoleransi aktivitas

7. Sistem Panca Indra


Inspeksi
 Penglihatan: conjungtiva merah muda, sclera putih, tidak terdapat
benjolan pada palphebrae, tidak terdapat hematom reflek cahaya diameter
2/2
 Pendengaran: bentuk dan kondisi pinna utuh, canalis bersih, reflek
cahaya politser ada, tidak ada pengeluaran cairan otak dari telinga.
Palpasi
 Penglihatan : TIO tidak dilakukan
Masalah keperawatan: tidak ada

8. Sistem Endokrin
Inspeksi
 Bentuk tubuh tidak terdapat gigantisme, kretinisme
 Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
 Tidak terdapat luka ganggrene
Palpasi
 Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan

9. Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
10. Sistem Integumen
Inspeksi
 Rambut: terlihat bersih, warna hitam kecoklatan, distribusi rambut rata,
tidak mudah patah.
 Bentuk kuku cembung,
 Kulit: tampak kering.
Palpasi
 Tekstur bersisik, kering, turgor kulit : kembali lambat saat di tekan. > 2
detik.
Masalah keperawatan: keterbatasan merawat diri.

1) Data psikologis

a) Gambaran diri: tidak terkaji


b) Harga diri: tidak terkaji
c) Ideal diri: tidak terkaji
d) Identitas diri: tidak terkaji
e) Peran: tidak terkaji

1. Pengkajian fisik
a. Aktivitas
Kelelahan umum
b. Sirkulasi
Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit
nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna
dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran
urin menurun bila curah jantung menurun berat.
c. Airway
Apakah ada peningkatan sekret? Adakah suara nafas : krekels?
d. Breathing
Adakah distress pernafasan? Adakah hipoksemia berat? Adakah retraksi otot
interkosta, dispnea, sesak nafas? Apakah ada bunyi whezing? Mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernapasan seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena trombo embolitik pulmonal (hemoptisis
e. Integritas Ego
Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah,
menangis.
f. Makanan/cairan
Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah,
peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.
g. Neurosensori
Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
h. Nyeri/Ketidaknyamanan
Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah.
i. Keamanan
Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

A. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.
3. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat suplay
oksigen ke jaringan.

B. Perencanaan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh
TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status
mental biasa.
b. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
c. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi :
1) Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo
dan simetris. Rasional : Perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi
menunjukkan efek gangguan curah jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.
2) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung
ekstra, penurunan nadi. Rasional : Disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan
pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendengaran terhadap bunyi jantung
ekstra atau penurunan nadi membantu mengidentifikasidisritmia pada pasien tak
terpantau.
3) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
Rasional : Meskipun tidak semua disritmia mengancam hidup, penanganan tepat
untuk mengakhiri disritmia diperlukan pada adanya gangguan curah jantung dan
perfusi jaringan.
4) Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok jantung. Rasional : Berguna dalam menentukan
kebutuhan /tipe intervensi.
5) Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase
akut. Rasional : Penurunan rangsang dan penghilangan stress akibat katekolamin
yang menyebabkan / meningkatkan disritmia dan vasokontriksi dan meningkatkn
kerja miokardia.
6) Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi
nafas dalam, bimbingan imajinasi. Rasional : Meningkatkan partisipasi klien
dalam mengeluarkan beberapa rasa control dalam situasi penuh stress.
7) Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,
menangis, perubahan TD. Rasional : Sebab nyeri dada bermacam-macam dan
tergantung penyebab disritmia. Namun, nyeri dada dapat menunjukkan iskemia
karena penurunan perfusi miokardia
8) Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi. Rasional : Terjadinya
disritmia yang mengancam hidup memerlukan upaya intervensi untuk mencegah
kerusakan iskemia.
9) Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit. Rasional :
Ketidakseimbangan elektrolit seperti kalium, magnesium dan kalsium, secra
merugikan mempengaruhi irama dan kontraktilitas jantung.
10) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : Meningkatkan jumlah
sediaan oksigen untuk miokard, yan menurunkan iritabilitas yang disebabkan
oleh hipoksia.
11) Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmia. Rasional : Disritmia
umumnya diobati secra simtomatik, kecuali untuk ventrikel premature, diman
dapat diobati secara proliferatik pada IM akut
12) Siapkan untuk bantu kardioversi elektif. Rasional : Dapat digunakan pada
fibriasi atrial atau disritmia tidak stabil untuk menyimpan frekuensi jantung
normal/menghilangkan gagal jantung normal.
13) Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung. Rasional : Pacu
sementara mungkin perlu untuk meningkatkan pembentukan impuls dan
maenghambat takidisritmia.
14) Masukkan/pertahankan masukan IV. Rasional : jalan masuk paten diperlukan
untuk pemberian oba darurat.
15) Siapkan untuk prosedur diagnostik invasive. Rasional : Diagnosa banding
berdasarkan penyebab mungkin diperlukan untuk membuat rencana pengobatan
yang tepat.
16) Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator. Rasional :
Alat ini melalui pembedahan ditanam pada pasien dengan disritmia berulang
yang mengancam hidup meskipun diberi obat terapi secara hati-hati.

2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan


Kriteria hasil :
a. Laporkan mulai berkurangnya nyeri dengan segera
b. Tampak nyaman dan bebas nyeri
Intervensi
1) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan factor pemberat dan penurun.
Perhatikan petunjuk nonverbal ketidak nyamanan.
Rasional : Nyeri secara khas terletak subternal dan dapat menyebar keleher dan
punggung. Namun ini berbeda dari iskemia infark miokard. Pada nyeri ini dapat
memburuk pada inspirasi dalam, gerakan atau berbaring dan hilang dengan
duduk tegak/membungkuk.

2) Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan mis: perubahan


posisi, masasage punggung,kompres hangat dingin, dukungan emosional.
Rasional : untuk menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
3) Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
Rasional : mengarahkan perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas
individu.
4) Berikan obat-obatan sesuai indikasi nyeri. Rasional : untuk menghilangkan nyeri
dan respon inflamasi.

3. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat suplay


oksigen ke jaringan.
Kriteria Hasil : Resiko tidak terjadi
Intervensi
1) Selidiki nyeri dada,dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri
pleuritik,sianosis pucat. Rasional : Emboli arteri. Mempengaruhi jantung dapat
terjadi sebagai akibat penyakit katup dan disritmia kronis.
2) Observasi ekstremitas terhadap edema, eroitema. Rasional : Ketidakaktifan/tirah
baring lama mencetuskan stasis vena, meningkatkan resiko pembentukan
trombosis vena.
3) Observasi hematuri. Rasional : Menandakan emboli ginjal
4) Perhatikan nyeri abdomen kiri atas. Rasional : menandakan emboli splenik

4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan


Kriteria Hasil : Dapat memenuhi aktivitas
Intervensi
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas. Rasional : Dapat mempengaruhi aktivitas
curah jantung.
2) Pantau frekuensi jantung,TD, pernapasan setelah aktivitas. Rasional : Membantu
menentukan derajat kompensasi jantung dan pulmonal, penurunan TD,
takikardi,disritmia dan takipneu adalah indikatif dari kerusakan toleransi
terhadap aktivitas.
cc

d. Data Penunjang
 EKG : SVT
 Laboratorium
Tanggal 20/03/2015
Hasil satuan Nilai Rujukan
Hb 13.7 g/ dL 14-17.5
Ht 38.0 % 40-52
Eritrosit 4.60 jutaµL 4.50-5.90
MCV 84 fl 80-96
MCH 31 pg/mL 28-33
MCHC H 36 g/dl 33-36
Jumlah Leukosit 11.560 ribu/µL 3.80-10.6
Jumlah Trombosit 271 ribu/µL 150-450

B. Pengelompokan Data
Data Obyektif Data Subyektif
 Hasil EKG menunjukkan hasil  Klien mengeluh dada terasa
gambaran SVT berdebar-debar
 Tampak cyanosis sekitar mulut  Klien mengeluh dada teresa
 CRT : > 2 detik sesak
 Klien tampak sesak
 Klien tampak lemas
 Tampak pernafasan cuping
hidung
 Tampak otot-otot tambahan saat
bernafas
 Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 90/50 mmHg
Suhu : 36,1 0C
Nadi : 160 x/menit
Pernapasan : 45X/menit

C. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DO : Faktor re-entri impuls pada SA Penurunan
node/atrium curah
 Hasil EKG jantung
menunjukkan hasil Tekanan karotid & manuver
gambaran SVT valsave
 Tampak cyanosis
sekitar mulut Mempercepat denyut jantung
 CRT : > 2 detik
Nadi : 160 Nadi cepat
x/menit
Tekanan Darah :
90/50 mmHg
DS :
 Klien mengeluh
dada terasa
berdebar-debar
DO : Nadi cepat Inadekuat
suplay
 Pernapasan : O2 turun oksigen ke
45X/menit jaringan
 Tampak pernafasan Merangsang hipotalamus
cuping hidung
 Tampak otot-otot Nafas cepat
tambahan saat
bernafas
 Klien tampak sesak
 Klien tampak lemas
DS :
 Klien mengeluh
dada teresa sesak
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D

DIAGNOS PERENCANAAN
N TANG A
O GAL KEPERAW TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
ATAN
1. 06-02- Resiko Tujuan: dalam waktu 1. Raba nadi Perbedaan
2020 tinggi 1 x 2 jam diharapkan (radial, frekuensi,
penurunan resiko penurunan femoral, kesamaan dan
curah curah jantung dorsalis keteraturan nadi
jantung berkurang sampai pedis) catat menunjukkan
berhubunga dengan hilang frekuensi, efek gangguan
n dengan Kriteria: keteraturan, curah jantung
gangguan  Mempertahankan/m amplitudo pada sirkulasi
konduksi eningkatkan curah dan simetris sistemik/perifer.
elektrikal, jantung adekuat
penurunan yang dibuktikan Disritmia khusus
kontraktilita oleh TD/nadi dalam 2. Auskultasi lebih jelas
s miokardia. rentang normal, bunyi jantung, terdeteksi
haluaran urin catat dengan
adekuat, nadi teraba frekuensi, pendengaran dari
sama, status mental irama. Catat pada dengan
biasa adanya denyut palpasi.
 Menunjukkan jantung Pendengaran
penurunan ekstra, terhadap bunyi
frekuensi/tak adanya penurunan jantung ekstra
disritmia nadi atau penurunan
 Berpartisipasi dalam nadi membantu
aktivitas yang mengidentifikasi
menurunkan kerja disritmia pada
miokardia pasien tak
terpantau

3. Pantau tanda Meskipun tidak


vital dan kaji semua disritmia
keadekuatan mengancam
curah hidup,
jantung/perfus penanganan tepat
i jaringan untuk
mengakhiri
disritmia
diperlukan pada
adanya gangguan
curah jantung
4. Tentukan tipe dan perfusi
disritmia dan jaringan
catat irama :
takikardi; Berguna dalam
bradikardi; menentukan
disritmia kebutuhan /tipe
atrial; intervensi.
disritmia
ventrikel;
blok jantung.

5. Berikan
lingkungan Penurunan
tenang. Kaji rangsang dan
alasan untuk penghilangan
membatasi stress akibat
aktivitas katekolamin
selama fase yang
akut. menyebabkan /
meningkatkan
disritmia dan
vasokontriksi
dan meningkatkn
6. Demonstrasik kerja miokardia.
an/dorong
penggunaan Meningkatkan
perilaku partisipasi klien
pengaturan dalam
stres misal mengeluarkan
relaksasi beberapa rasa
nafas dalam control dalam
situasi penuh
7. Berikan stress.
oksigen
tambahan Meningkatkan
sesuai jumlah sediaan
indikasi oksigen untuk
miokard, yan
menurunkan
iritabilitas yang
disebabkan oleh
8. Siapkan/lakuk hipoksia.
an resusitasi
jantung paru Terjadinya
sesuai disritmia yang
indikasi mengancam
hidup
memerlukan
upaya intervensi
untuk mencegah
9. Kolaborasi kerusakan
pemberian iskemia
terapi
Amiodaron Meningkatkan
kontraktilitas
otot jantung
2. 06-02- Risiko Tujuan: dalam waktu 1. Selidiki nyeri Emboli arteri.
2020 terhadap 1 x 2 jam diharapkan dada,dispnea Mempengaruhi
perubahan resiko perubahan tiba-tiba yang jantung dapat
perfusi perfusi oksigen ke disertai terjadi sebagai
jaringan jaringan berkurang dengan akibat penyakit
berhubunga Kriteria: takipnea, katup dan
n dengan  Resiko tidak terjadi nyeri disritmia kronis
inadekuat pleuritik,siano
suplay sis pucat. Ketidakaktifan/ti
oksigen ke rah baring lama
jaringan 2. Observasi mencetuskan
ekstremitas stasis vena,
terhadap meningkatkan
edema, resiko
eroitema pembentukan
trombosis vena.

Menandakan
emboli ginjal
3. Observasi
hematuri menandakan
emboli splenik

4. Perhatikan
nyeri
abdomen kiri
atas.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal Jam No. Implementasi Nama dan


DK TTD
06-02-2020 17.30 I 1. Meraba nadi (radial, femoral, dorsalis
pedis) catat frekuensi, keteraturan,
amplitudo dan simetris
2. Mengauskultasi bunyi jantung, catat
frekuensi, irama. Catat adanya denyut
jantung ekstra, penurunan nadi
3. Memantau tanda vital dan kaji
keadekuatan curah jantung/perfusi
jaringan
4. Menentukan tipe disritmia dan catat irama
dengan rekam jantung : SVT
5. Memberikan lingkungan tenang. Kaji
2 alasan untuk membatasi aktivitas selama
fase akut.
6. Mendemonstrasikan/dorong penggunaan
perilaku pengaturan stres misal relaksasi
nafas dalam
7. Memberikan oksigen tambahan sesuai
indikasi 6 liter/menit via binasal kanul
8. Memberikan manuver valsave
9. Memberian terapi Amiodaron 150 mg
10. Mengobservasi adanya nyeri
dada,dispnea tiba-tiba yang disertai
dengan takipnea, nyeri pleuritik,sianosis
pucat.
11. Mengobservasi ekstremitas terhadap
edema, eroitema
12. Mengobservasi adanya hematuri
13. Mengobservasi adanya nyeri abdomen
kiri atas.
E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal No. DK SOAP Nama dan TTD


06-02-2020 I S : klien mengatakan dada berdebar-debar
sudah berkurang
O : nadi klien masih cepat (120-150X/menit)
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
2
S : klien mengatakan masih merasa sesak
O : klien masih tampak sesak (RR : 25-
40X/menit)
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
BAB 4
TERAPI KOMPLEMENTER

1. PENELITIAN MEMBUKTIKAN TERAPI KOMPLEMENTER

a. Noni juice

Kemampuan Noni dalam mengobati masalah-masalah berkenaan


dengan fungsi jantung atau kardiovaskular telah dibuktikan pada sebuah
penelitian oleh Dr. Neil Solomon, MD.PhD. Beliau menyatakan bahwa Noni
mengandung semacam fitonutrien, yaitu skopoletin yang mampu
memperlebar dan melentukkan saluran pembuluh darah serta
menyingkirkan endapan-endapan penghambat di sepanjang pembuluh
darah.

Jika pembuluh darah sudah lentuk, aliran darah menuju jantung tidak akan
tersendat sehingga membuat detak jantung pun kembali normal. Jantung
juga tidak perlu lagi bekerja keras untuk memompa darah.
Noni juice dapat dikatakan merupakan herbal terbaik untuk obat aritmia
jantung, karena bukan cuman kondisi aritmia saja yang diatasi, tapi juga
berbagai pemicunya. Misalnya, Noni juice bisa mengendalikan tekanan darah
Anda agar tetap berada dalam batas normal karena tekanan darah tinggi
dapat memicu aritmia jantung. Selain itu, senyawa skopoletin dalam Noni
juice sanggup meredakan stres dengan mendongkrak produksi serotonin—
zat pengaturmood Anda. Perlu diingat bahwa stres juga dapat menyebabkan
aritmia jantung.

 Tomat

Tomat merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki dua peranan yaitu dapat dimanfaatkan
sebagai sayuran dan juga bisa di gunakan sebagai buah. Selama ini banyak orang yang
beranggapan bahwa tomat merupakan pilihan yang lebih baik jika dibandingkan dengan sayuran
yang di masak / di olah. Namun, hasil sebuah penelitian terbaru mengabarkan bahwa hal itu tidak
berlaku untuk buah tomat. 

 Kulit Manggis
Manggis memang merupakan salah satu jenis buah yang memiliki rasa buah yang lezat untuk
dimakan, namun selain itu, apakah Anda mengetahui bahwa ada bagian dari buah manggis ini
yang mengandung manfaat lebih besar untuk kesehatan tubuh. Salah satu bagian dari buah
manggis yang mengandung tinggi khasiat itu ialah pada bagian kulitnya, 

yang dimana pada kulit buah manggis ini terkandung senyawa super yang bernama xanthone,
dan senyawa xanthone yang berada dalam kulit manggis ini memiliki banyak kandungan
senyawa polifenol yang berfungsi untuk membersihkan plak yang menjadi salah satu faktor
pemicu tersumbatnya pembuluh darah, untuk membesarkan pembuluh darah supaya peredaran
darah menjadi lancar. Sehingga sangat ampuh digunakan untuk obat alami lemah jantung.

Sedangkan hasil dari sebuah penelitian menunjukkan bahwa senyawa xanthone yang terkandung
didalam kulit buah manggis ini mempunyai sifat sebagai anti-kanker dan juga bermanfaat untuk
kesehatan tubuh lainnya antara lain untuk kesehatan kardiovaskuler, trombosis, hipertensi, dan
juga aterosklerosis. Selain itu, dengan kemampuannya untuk melancarkan aliran darah, sehingga
akan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit lemah jantung.

 Bawangputih

Bawang putih baik bagi kesehatan jantung, terutama dalam hal mencegah penyumbatan pada
pembuluh darah. Ini karena bawang putih mampu mengurangi kadar kolesterol "jahat" dalam
tubuh. Bawang putih juga kaya antioksidan yang melawan radikal bebas penyebab penuaan.

Professor Matthew Budoff MD dan Naser Ahmadi MD dari Los Angeles Biomedical Research
Institute di Harbor-UCLA Medical Center, yang menyimpulkan melalui hasil riset pendahuluan
bahwa ekstrak bawang yang dikombinasi dengan vitamin B-12, asam folat, vitamin B-6 dan L-
arginine mampu menghambat terjadinya aterosklerosis.

Pada risetnya,  Budoff melibatkan 65 partisipan berusia rata-rata 60 tahun dan memiliki risiko
cukup besar mengidap penyakit jantung. Partisipan dibagi dua kelompok yakni yang
mengonsumi pil berisi ekstrak bawang putih plus vitamin, sedangkan sekelompok lainnya diberi
kapsul berisi plasebo.

Partisipan dipantau selama setahun dan pada akhir riset tercatat 58 partisipan masih bertahan. 
Secara rutin setiap bulan, partisipan harus diperiksa kadar kolesterol dan unsur darah lainnya. 
Mereka juga harus melakukan scan jantung pada awal dan akhir penelitian

Penelitian anyar dari para ilmuwan di University of Nottingham, Inggris itu mengungkap
bawang putih dapat mengurangi risiko perkembangan sel kanker tertentu, penyakit
kardiovaskular dan diabetes tipe 2. 

2. JENIS TERAPI KOMPLEMENTER PADA PASIEN ARITMIA YANG BIASA DI


GUNAKAN MASTARAKAT

1. tomat
2. kulit manggis
3. bawang putih

Ke tiga bahan tersebut sangat di percaya masyarakat untuk menyembuhkan penyakit


ARITMIA/JANTUNG

3. PERATURAN KEMENKES MENGENAI TERAPI KOMPLEMENTER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1074, 2017 KEMENKES. Pelayanan


Kesehatan Tradisional Integrasi. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN


2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu
dimanfaatkan berbagai upaya pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan
tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah; b. bahwa untuk
mencapai hasil pelayanan kesehatan yang optimal, salah satunya dilakukan dengan cara
mengintegrasikan pelayanan kesehatan tradisional dan pelayanan kesehatan
konvensional di fasilitas pelayanan kesehatan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014

tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional perlu menetapkan Peraturan Menteri


Kesehatan tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072); 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607); 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1186/MENKES/Per/XI/1996 tentang Pemanfaatan Akupunktur di Sarana Pelayanan
Kesehatan; 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi
dan Perijinan Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
1221); 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676); 8. Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);
MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan
yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan
kesehatan tradisional komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap maupun
pengganti dalam keadaan tertentu.
2. Pelayanan Kesehatan Konvensional adalah suatu sistem pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter dan/atau tenaga kesehatan lainnya berupa mengobati gejala dan
penyakit dengan menggunakan obat, pembedahan, dan/atau radiasi.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat.
4. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
5. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
6. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

7. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara


Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

Pasal 2

Pengaturan Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi bertujuan untuk: a.


terselenggaranya pelayanan kesehatan tradisional komplementer yang terintegrasi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang aman, bermutu, efektif dan sesuai dengan standar;
b. memberikan acuan bagi tenaga kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam
penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi; c. mewujudkan
manajemen yang terpadu dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Integrasi; dan d. terlaksananya pembinaan dan pengawasan secara berjenjang oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
BAB 5
MANAJEMENT NYERI

A. TEORI MANAJEMEN NYERI

1. Definisi Nyeri
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), Nyeri adalah sensori subyektif
dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Teori Specificity “suggest” menyatakan bahwa Nyeri adalah sensori spesifik yang muncul


karena adanya injury, dan informasi ini didapat melalui sistem saraf perifer dan sentral melalui
reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di spinal cord.

Secara umum Kebidanan mendefinisikan Nyeri sebagai apapun yang menyakitkan tubuh,
yang dikatakan individu yang mengalaminya, dan yang ada kapanpun individu mengatakannya.

2.  Sifat Sifat Nyeri


 Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.
 Nyeri bersifat subyektif dan individual.
 Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah.
 Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah
laku dan dari pernyataan klien.
 Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya.
 Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.
 Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan.
 Nyeri mengawali ketidakmampuan.
 Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri tidak optimal.
 Nyeri tidak menyenangkan.
 Nyeri Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi.
 Nyeri bersifat tidak berkesudahan.

3. Mekanisme Nyeri

Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan


dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik, kemudian ditransmisikan melalui serabut
saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus,
dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas
dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat.
Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas
atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamas

4.    Fisiologi Nyeri

Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu
teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap.

Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga)


komponen fisiologis berikut ini:

a.        Resepsi (proses perjalanan nyeri)

Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan


pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut
menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan
timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang
akan membawa impuls  syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf
akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf
tersebut akan
menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini
menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini
memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah
impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek
protekti.

              Contoh: Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan
juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika. Proses ini akan berjalan
jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal.

b.    Persepsi ( kesadaran seseorang terhadap nyeri )

Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar
akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek. Persepsi menyadarkan individu dan
mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat bereaksi.

Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:

Stimulus Nyeri Medula Spinalis Talamus Otak (area limbik) Reaksi emosi Pusat otak, Persepsi
Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut
mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel
yang yang bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam
memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka
individu akan mempersepsikan nyeri.

c.         Reaksi ( respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri )

Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi setelah


mempersepsikan nyeri. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri
yang superfisial menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang merupakan sindrom adaptasi
umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon fisiologis,
apabila nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi.

Secara ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:

Impuls nyeri medula spinalis batang otak & talamus Sistem syaraf otonom Respon fisiologis  &


perilaku Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menutju ke batang otak dan talamus.
Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi, maka akan
timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku.

1.     Respon Tingkah Laku Terhadap Nyeri

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:


Pernyataan verbal seperti Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur. Ekspresi wajah
seperti Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi,
Ketegangan otot, peningkatan gerakan   jari & tangan.Kontak dengan orang
lain .interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang
perhatian, Fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri) Individu yang mengalami nyeri
mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa
menit atau menjadi kronis.

Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau
menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan
terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.

1.    Meinhart & McCaffery Mendiskripsikan 3 Fase Pengalaman Nyeri:

a.    Fase Antisipasi Terjadi Sebelum Nyeri Diterima.

Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi
dua fase lain. Pada fase ini memungkingkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk
menghilangkan nyeri tersebut. Peran bidan dalam fase ini sangat penting, terutama dalam
memberikan informasi pada klien.

              Contoh: Sebelum dilakukan tindakan bedah, bidan menjelaskan tentang nyeri yang
nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi lebih siap
dengan nyeri yang nanti akan dihadapi.

b.    Fase sensasi terjadi saat nyeri terasa.

Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang
dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara
satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri
tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap
nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil.

Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan,
sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya pencegah nyeri,
sebelum nyeri datang.

Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda


merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu
dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin merasakan
nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi
wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan
bidan untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Bidan harus melakukan
pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu
orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu
tentunya membutuhkan bantuan bidan untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara
efektif.

c.    Fase akibat (aftermath) terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti

Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan
kontrol dari bidan, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala
sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat
(aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Bidan berperan dalam membantu
memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

2. Klasifikasi Nyeri.

a.    Berdasarkan sumbernya:

1.      Cutaneus/superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya


bersifat burning (seperti terbakar).

Contoh :  terkena ujung pisau atau gunting.

2.      Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh
darah, tendondan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama dari pada cutaneus.

Contoh : sprain sendi.

3.      Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen,


cranium dan thorak.

            Contoh : Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan.

b.         Berdasarkan penyebab

1.      Fisik

Bisa terjadi karena stimulus fisik.


contoh: fraktur femur

2.      Psycogenic

Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan
biasanya tidak disadari.

Contoh: Orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya) biasanya

nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut.

c.         Berdasarkan lama/durasinya

1.      Nyeri Akut

Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah dan
memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri
ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang. Nyeri
ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area
yang rusak.

Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera
menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu
harus menjadi prioritas bidan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa memanjang
dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.

2.        Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu,


berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri
ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau karena
gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri kronik,
tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan
mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan
meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan
pada penyebabnya.

Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik
yang tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada
depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yang tidak
aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari
3.      Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik

a.    Nyeri akut

1)    Lamanya dalam hitungan menit.

2)    Ditandai peningkatan BP, nadi, dan respirasi.

3)   Respon pasien Fokus pada nyeri, menyetakan nyeri menangis dan mengerang.

4)    Tingkah laku menggosok bagian yang nyeri.

b.   Nyeri kronik

1)    Lamanya sampai hitungan bulan, > 6 bulan.

2)    Fungsi fisiologi bersifat normal.

3)    Tidak ada keluhan nyeri.

4)    Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyeri.

4.   Berdasarkan lokasi/letak

1.      Radiating pain

Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya.

Contoh: cardiac pain.

2.      Referred pain

Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari jaringan penyebab
nyeri.

3.      Intractable pain

Nyeri yg sangat susah dihilangkan.

Contoh: nyeri kanker maligna.

4.      Phantom pain

Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang.

Contoh: Bagian tubuh yang diamputasi atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla
spinalis.
4. Faktor yang mempengaruhi Nyeri.

1. Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga bidan harus mengkaji respon nyeri
pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

2.   Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam


merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya.

                 Contoh: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri.

3.   Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri.

              Contoh : suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima
karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

4. Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan


bagaimana mengatasinya.

5.   Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi


persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

6.    Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri juga bisa menyebabkan seseorang
cemas.

7.    Pengalaman masa lalu


Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang
sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

8.    Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola


koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

9.    Support  keluarga dan social

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman
dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.

2. Jeni-Jenis Managemen Nyeri


1. Distraksi

Distraksi adalah metode pengalihan perhatian dari "persepsi" rasa nyeri. Dengan


mengalihkan perhatian, kita bisa mengurangi fokus terhadap respon nyeri , Distraksi bisa
diterapkan untuk rasa nyeri ringan dan sedang, untuk rasa nyeri berat obat masih menjadi pilihan
paling tepat.

Contoh dari metode distraksi dalam mengurangi rasa nyeri adalah melakukan kegiatan


ringan untuk mengalihkan "persepsi" rasa nyeri, bisa dengan mengobrol, menonton tv, atau
dengan menikmati pemandangan alam.

Dengan menerapkan metode distraksi untuk mengurangi rasa nyeri akan menghindari


dampak negatif dari obat kimia yang di gunakan untuk nyeri pada pasien osteoporosis, seperti
yang dijelaskan di atas, distraksi bisa diterapkan pada nyeri ringan dan sedang, untuk itu pada
kasus rasa nyeri berat harus ditangani dengan obat/tindakan medis.

2 . Relaksasi

Teknik relaksasi  yang dapat mengurangi ketegangan otot dan mengurangi kecemasan.


Membantu klien dengan teknik relaksasi , perawat dapat mengenal nyeri klien
dan ekspresi kebutuhan dibantu dari klien untuk mengurangi distress yang disebabkan oleh
nyerinya. Teknik relaksasi efektif untuk klien dengan nyeri.

Relaksasi  memberikan efek positif untuk klien yang mengalami nyeri,seperti pasien dengan
yaitu:

     1.    Memperbaiki kualitas tidur


     2.    Memperbaiki kemampuan memecahkan masalah
     3.    Mengurangi keletihan / fatigue
     4.    Meningkatkan kepercayaan dan perasaan dapat mengontrol diri dalam mengatasi nyeri
     5.    Mengurangi efek kerusakan fisiologi dari stress yang berlanjut atau berulang karena nyeri
     6.    Pengalihan rasa nyeri/distraksi.
     7.    Meningkatkan keefektifan teknik – teknik pengurangan nyeri yang lain.
     8.    Memperbaiki kemampuan mentoleransi nyeri
     9.    Menurunkan distress atau ketakutan selama antisipasi terhadap nyeri.

Secara umum untuk melakukan teknik relaksasi membutuhkan 4 hal, yaitu:

1.    Berikan posisi yang nyaman

2.   Dilakukan dalam lingkungan yang tenang

3.   Mengulang kata-kata, suara, phrase, doa-doa tertentu

4.   Melakukan sikap yang pasif saat mendistraksi klien.

     5.    Metode yang lain untuk meningkatkan relaksasi dapat berupa  music atau suara alam sambil


santai, memikirkan sesuatu yang merilekskan, atau dengan teknik meditasi seperti yoga, dan
lain-lain.

3.Stimulasi Kutan

Teknik dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengurangi nyeri. Meintz (1995)


menyatakan bahwa massage, salah satu bentuk stimulasi kutan, dapat mengurangi kecemasan 3.
dan persepsi nyeri . Stimulasi kutan, meliputi :

1.    Massage

2.    Kompres hangat atau dingin, atau keduanya bergantian

3.    Accupressure

4.    Stimulasikon trilateral.

5.   Anestesi

Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846

1.      Pengelompokan Anestesi
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok,
yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya
perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.

Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa


nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya
hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.

2.      Tipe Anestesi

a.         Pembiusan total — hilangnya kesadaran total.

b.        Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil
daerah tubuh). Pembiusan lokal atau anestesi lokal merupakan salah satu jenis anestesi yang
hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan
kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai
operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.

c.         Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade
selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

6   Terapi Musik

Terapi musik terdiri dari 2 kata, yaitu kata “terapi” dan “musik”. Terapi (therapi) adalah
penanganan penyakit (Brooker, 2001). Terapi juga diartikan sebagai pengobatan (Laksman,
2000). Sedangkan musik adalah suara atau nada yang mengandung irama. Terapi musik adalah
keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh seseorang terapis untuk meningkatkan,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual.

Dalam kedokteran, terapi musik disebut sebagai terapi pelengkap (Complementary


Medicine), Potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk
penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang
digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik
klasik, instrumentalia, dan slow musik.

Menurut Willougnby (1996), musik adalah bunyi atau nada yang menyenangkan untuk


didengar. Musik dapat keras, ribut, dan lembut yang membuat orang senang mendengarnya.
Orang cenderung untuk mengatakan indah terhadap musik yang disukainya. Musik ialah bunyi
yang diterima oleh individu dan berbeda bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera
seseorang.

2. TERDAPAT 3 MANAJEMENT NYERI YANG DI PAKAI DALAM KASUS (ARITMIA)


1. Teknik relaksasi nafas dalam

2. Teknik guide imagery

3. Teknik relaksasi progresif

4. Manajement lingkungan

BAB 6

PENUTUP

A. KESIMPULAN

- Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh Peradangan jantung

- sirkulasi koroner, Karena obat, Gangguan keseimbangan elektrolit Gangguan pada


pengaturan susunan saraf autonom, Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf
pusat.Gangguan metabolic, Gangguan Gangguan irama jantung karena kardiomiopati
atau tumor jantung,Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi
- Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu :Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi
Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
Nyeri dada ringan sampai berat, Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman
pernafasan; bunyi nafas tambahan. Demam; Palpitasi Pingsan Rasa tidak nyaman di dada
Lemah atau keletihan (perasaan) Detak jantung cepat (tachycardia) Detak jantung lambat
(bradycardia)
- Secara klinis, diagnosa aritmia berdasarkan pada interpretasi Elektrokardiogram (EKG).
- Komplikasi Aritmia tertentu dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi
seperti: Stroke., Gagal jantung, fibrilasi ventrikel., Tekanan darah menurun secara drastis,
dapat merusak organ vital, termasuk otak, yangsangat membutuhkan suplai darah., Dalam
kasus yang parah, irama jantung dapat menjadi begitu kacau sehingga
menyebabkankematian mendadak.
- Penatalaksanaan di lakukan dengan terapi medis dan terapi mekanik
- Konsep keperawatan penyakit arirmia ada beberapa tahap meliputu, pengkajian, diagnose
intervensi dan evaluasi

B. SARAN
Disampaikan kepada seluruh mahasiswa khususnya dari STIKES MW agar mempelajari
askep terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan keperawatan, dan di himbau kepada
pembaca untuk kritik dan saran yang membangun demi kelengkapan isi askep ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/19919108/askep_aritmia

https://id.scribd.com/doc/70644851/askep-aritmia

https://www.scribd.com/doc/296387213/Pathway-Aritmia

https://aritmiajantung.diobatherbal.com/

https://www.google/PMK_No._37_ttg_Pelayanan_Kesehatan_Tradisional_integrasi

https://id.scribd.com/doc/81349746/MANAJEMENT-NYERI

Anda mungkin juga menyukai