DI SUSUN OLEH :
NPM: 1420117104
SEMESTER: V (LIMA)
AMBON
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis h hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya yang telah memberi penulis kesempatan untuk sama-sama belajar mencapai hidup yang
lebih baik lagi dan juga dengan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menulis makalah ini yang
berjudul “system kardiovaskuler (ARITMIA)” dengan sebaik-baiknya sesuai dengan penulis
yang harapkan.
Makalah sengaja ditulis agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan dan
wawasannya tentang tujuan pembelajaran ini. Penulis pun menyadari banyak hal yang belum
sempurna dalam penyusunan makalah ini, oleh sebab itu kami selaku penyusun mengharapkan
adanya masukan yang berupa kritik dan saran demi kebaikan makalah berikutnya, dan kami
selaku penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang ikut serta membantu dalam
penulisan makalah ini, semoga semua ini berguna bagi kita semua khususnya dalam menunjang
pembelajaran kita di dunia KEPERAWATAN.
Penulis
KATA PENGANTAR
BAB I pendahuluan
A. latar belakang
B. Tujuan
C. Metode
A. Pengertian
B. Anatomi fisiologi
C. Manifestasi Klinis
D. Etiologi
E. Klasifikasi
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler serta menuntut
asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia. Sistem
kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran darah dan keadaan darah, yang
merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan pengaturan yang
menyalurkan O2 serta nutrisi ke seluruh tubuh. Bila salah satu organ tersebut mengalami
gangguan terutama jantung, maka akan mengganggu semua sistem tubuh.
Aritmia/disritmia merupakan salah satu gangguan dari sistem kardiovaskuler. Aritmia
adalah tidak teraturnya irama jantung. Aritmia disebabkan karena terganggunya
mekanisme pembentukan impuls dan konduksi. Hal ini termasuk terganggunya sistem
saraf. Perubahan ditandai dengan denyut atau irama yang merupakan retensi dalam
pengobatan. Sebab cardiac output dan miokardiac contractility, dimana penyakit ini dapat
menggunakan alat pacu jantung untuk mengatur ritme jantung.
Alat pacu jantung adalah sebuah sistem yang mengirim impuls listrik ke jantung untuk
mengatur ritme jantung. Alat ini dirancang untuk menghasilkan impuls listrik yang
merangsang otot jantung untuk berkontraksi dan memompa darah. Meskipun ada berbagai
jenis alat pacu jantung buatan, semuanya dirancang untuk mengobati bradikardia, denyut
jantung yang terlalu lambat. Beberapa alat pacu jantung terus-menerus merangsang fungsi
jantung pada tingkat tetap atau pada laju yang meningkat selama latihan. Alat pacu jantung
juga dapat diprogram untuk mendeteksi jeda yang terlalu lama antara detak jantung, dan
kemudian menstimulasi jantung.
B. Tujuan
Agar para pembaca, mahasiswa keperawatan pada khususnya dapat mengetahui dan
memahami tentang konsep dasar serta asuhan keperawatan klien dengan aritmia.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang dipakai dalam ASKEP ini adalah metode pustaka yaitu metode
yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka baik berupa
buku yang berhubungan dengan judul ASKEP “Aritmia”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi
dan IEC dan atap katup uning telur sekunder(kardiogenik area). Tabung
plasenta.
12-14 cm dari tulang rusuk ke dua. 2/3 nya terletak di bagian kiri, 1/3 nya
terletak di bagian kanan dari garis tengah tubuh. Ukurannya kurang lebih
kepalan tangan orang dewasa. Berat jantung orang dewasa berkisar 250-
300 gr.
aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh
balik. Jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler terletak di sebelah
rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae
sekitarnya yaitu:
a. Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung
dan membulat
posisi tubuh.
Ruang-ruang jantung
1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian
b. Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan
terdiri dari:
dari:
membawa darah dari ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup
valvulasemilunaris aorta.
1. Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan
2. Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra
3. Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke
limfa dapat mengangkut protein dan zat partikel besar, keluar ruang
c. Nodus limfatisi: Berbentuk lonjong seperti buah kacang dan terdapat di
d. Kapiler limfa: sedikit cairan yang kembali ke sirkulasi melalui pembuluh
limfe.
b. Arteriola, cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi sebagai kendali
c. Kapiler , tempat pertukaran cairan, zat makanan dan elektrolit, hormone
e. Vena yaitu saluran penampung pengangkut darah dari jaringan kembali
ke jantung.
kedua ujung pembuluh darah. Pembuluh darah dan aliran arteri adalah:
b. Tekanan darah arteri : Sistolik, diastolic, nadi, dan darah rata-rata.
d. Analisis gelombang nadi: dapat di nilai dari: frekuensi gelombang nadi,
c. Kurva denyut nadi: vena jugularis eksterna dengan cara non invasive\
1. Definisi Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga
termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
Dari tiga pengertian yang telah di paparkan oleh para ahli maka dapat disimpulkan
bahwa aritmia atau disritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung yang menyebabkan
terjadinya gangguan pada sistem konduksi jantung.
2. Etiologi
Etiologi aritmia pada umumnya disebabkan oleh :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena
infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya
iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia
lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama
jantung.
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).
3. Patofisiologi
Apabila terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat otonom atau karena suatu penyakit
di Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia.
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut nodus SA dengan
irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali per menit, yang
kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut purkinje.
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan sentrum yang
memimppin ini disebut pacemaker. Dlam keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah dapat
juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
1. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV membentuk pacu lebih
besar.
2. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k BIndel HIS akibat
adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh obat.
Aritmia terjasi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal atau gngguan
konduksi). Gangguan dalam pembentukan pcu antara lain:
1. Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus dan aritmia sinus.
2. Debar ektopik dan irama ektopik :
a. Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makana sedang dicerna.
b. Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti demam,
hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan neurosis jantung.
6. Klasifikasi
Pada umumnya artimia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1. Gangguan pembentukan impuls
a. Gangguan pembentukan impuls di sinus
Takikardia sinus, bradikardi sinus, artimia sinus, henti sinus.
b. Gangguan pembentukan impuls di artria (aritmia atrial)
Ekstrasistol atrial, takiakardia atrial, gelepar atria, fibrilasi atrial, pemacu kelana atrial.
c. Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung)
Ekstrasistole penghubung AV, takikardia penghubung AV, irama lolos penghubung AV.
d. Pembentukan impuls di ventricular (artimia ventricular)
Ekstrasistole ventricular, takikardia ventricular, gelepar ventricular, fibrilasi ventricular, henti
ventricular, irama lolos ventricular.
2. Gangguan penghantaran impuls
Blok sino atrial, blok atrio-ventrikular, blok intraventrikular.
I. Pengkajian
A. Pengumpulan Data
Data Umum
a. Identitas Klien
Nama : Ny.N
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Kawin
Tanggal/ jam masuk : 06-02-2020 17.00
Tanggal/ jam pengkajian : 06-02-2020 17.10
No. Register : 83134
Diagnosa Medis : SVT
Alamat : Pusdikav
b. Identitas Keluarga
Nama : Tn. M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Muslim
Pendidikan : Akabri
Pekerjaan : TNI
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Pusdikav
TRIAGE
Merah: Gawat Darurat
Survey Primer
A: Airway : Tidak ditemukan masalah yang mengganggu
B: Breathing : klien tampak sesak
C: Circulating : ditemukan nadi cepat ( 136X/menit)
Neurologi: GCS: E:4 M:6 V:5
Kesadaran Kuantitatif: kompos mentis
Pasien datang: diantar keluarga
Tanggal kejadian: 20-03-2015
Tempat kejadian: 20-03-2015
Jam: 16.30
Anamnesis:
1) Keluhan utama: dada berdebar-debar disertai sesak
2) Riwayat penyakit sekarang (PQRST)
Klien datang ke IGD diantar keluarga dengan alasan dada klien terasa
berdebar-debar dan sesak, sesak dirasakan seperti ditindih benda berat,
sesak dirasakan di kedua paru, skala sesak menggunakan skala ATS sesak
berada pada nilai 4 (sesak bila berajalan 100 meter), klien merasa sesak
saat berjalan.
3) Keluhan menyertai : pusing
4) Riwayat kesehatan masa lalu : klien mengatakan tidak ada
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Klien mengatakan orang tuanya dl menderita penyakit jantung
7) Data biologis
c. Survey Sekunder
Pemeriksaan Fisik per sistem
1. Sistem Pernapasan
Inspeksi
Tampak pernapasan cuping hidung.
Bentuk dada simetris, pengembangan dada simetris, terlihat tidak
maksimal.
Tampak terdapat otot-otot tambahan saat bernapas.
Pola irama pernapasan teratur
Tidak terdapat dyspnea
Palapasi
Tidak terdapat nyeri pada sinus paranasalis
Vocal fremitus tampak simetris pada di kedua paru
Tidak terdapat krepitasi
Perkusi
Terdengar bunyi sonor
Batas paru di ICS 1 – 6 kanan dan kiri
Auskultasi
Tidak terdengar adanya suara napas tambahan
Suara napas normal
Vesikular : terdengar hampir diseluruh lapang paru
Bronchial : terdengar di substernal notch
Bronchiovesikular: terdengar dipercabangan trakhea
Masalah Keperawatan: inadekuat suplay oksigen ke jaringan
2. Sistem Kardiovaskular
Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat
Tampak cyanosis sekitar mulut
Palpasi
Ictus cordis teraba
Capillary refil time > 2 detik
pitting edema di kaki tidak ada
Perkusi
Terdengar bunyi pekak
Auskultasi
Bunyi jantung I, terdengar di ICS IV linea sternalis dan ICS V linea
midclavicularis kiri, HR 74 x/menit
Bunyi jantung II, terdengar di ICS II linea sternalis kanan dan ICS II
liena sternalis kiri.
Masalah keperawatan: resiki tinggi penurunan curah jantung
3. Sistem Pencernaan
Inspeksi
Mulut: kondisi bibir kering, lidah terlihat bersih
Gigi: adanya caries gigi
Abdomen: bentuk abdomen cembung
Auskultasi
Bunyi peristaltik usus lemah
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi
Terdengar bunyi timpany
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
4. Sistem Perkemihan
Inspeksi
Warna urine kuning jernih, dalam 3 jam terdapat urine 200 cc.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri pada regio hipogastrika
Perkusi
Terdengar redup atau tympany pada regio hipogastrika
Tidak ada nyeri ketuk pada daerah costo vertebral angle kanan dan kiri.
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
5. Sistem Persarafan
Inspeksi
Bentuk muka simetris, mulut tidak mencong
Tidak terdapat adanya tremor
Tidak terdapat hemiparase
Nilai kesadaran kualitatif klien yaitu compos mentis
Nilai kesadaran kunatitatif klie, GCS: 15
Perkusi
Adanya reflek patologis: reflek babinski -/-
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
6. Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi
Ekstremitas simetris
Tidak terdapat atrofi
Kekuaatan otot tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kanan 5, kaki kiri 5.
Klien tampak lemas
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan
Masalah keperawatan: intoleransi aktivitas
8. Sistem Endokrin
Inspeksi
Bentuk tubuh tidak terdapat gigantisme, kretinisme
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Tidak terdapat luka ganggrene
Palpasi
Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
9. Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
Masalah keperawatan: tidak ditemukan masalah keperawatan
10. Sistem Integumen
Inspeksi
Rambut: terlihat bersih, warna hitam kecoklatan, distribusi rambut rata,
tidak mudah patah.
Bentuk kuku cembung,
Kulit: tampak kering.
Palpasi
Tekstur bersisik, kering, turgor kulit : kembali lambat saat di tekan. > 2
detik.
Masalah keperawatan: keterbatasan merawat diri.
1) Data psikologis
1. Pengkajian fisik
a. Aktivitas
Kelelahan umum
b. Sirkulasi
Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit
nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna
dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran
urin menurun bila curah jantung menurun berat.
c. Airway
Apakah ada peningkatan sekret? Adakah suara nafas : krekels?
d. Breathing
Adakah distress pernafasan? Adakah hipoksemia berat? Adakah retraksi otot
interkosta, dispnea, sesak nafas? Apakah ada bunyi whezing? Mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernapasan seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena trombo embolitik pulmonal (hemoptisis
e. Integritas Ego
Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah,
menangis.
f. Makanan/cairan
Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah,
peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.
g. Neurosensori
Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
h. Nyeri/Ketidaknyamanan
Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah.
i. Keamanan
Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
A. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.
3. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat suplay
oksigen ke jaringan.
B. Perencanaan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh
TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status
mental biasa.
b. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
c. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi :
1) Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo
dan simetris. Rasional : Perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi
menunjukkan efek gangguan curah jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.
2) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung
ekstra, penurunan nadi. Rasional : Disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan
pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendengaran terhadap bunyi jantung
ekstra atau penurunan nadi membantu mengidentifikasidisritmia pada pasien tak
terpantau.
3) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
Rasional : Meskipun tidak semua disritmia mengancam hidup, penanganan tepat
untuk mengakhiri disritmia diperlukan pada adanya gangguan curah jantung dan
perfusi jaringan.
4) Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok jantung. Rasional : Berguna dalam menentukan
kebutuhan /tipe intervensi.
5) Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase
akut. Rasional : Penurunan rangsang dan penghilangan stress akibat katekolamin
yang menyebabkan / meningkatkan disritmia dan vasokontriksi dan meningkatkn
kerja miokardia.
6) Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi
nafas dalam, bimbingan imajinasi. Rasional : Meningkatkan partisipasi klien
dalam mengeluarkan beberapa rasa control dalam situasi penuh stress.
7) Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,
menangis, perubahan TD. Rasional : Sebab nyeri dada bermacam-macam dan
tergantung penyebab disritmia. Namun, nyeri dada dapat menunjukkan iskemia
karena penurunan perfusi miokardia
8) Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi. Rasional : Terjadinya
disritmia yang mengancam hidup memerlukan upaya intervensi untuk mencegah
kerusakan iskemia.
9) Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit. Rasional :
Ketidakseimbangan elektrolit seperti kalium, magnesium dan kalsium, secra
merugikan mempengaruhi irama dan kontraktilitas jantung.
10) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : Meningkatkan jumlah
sediaan oksigen untuk miokard, yan menurunkan iritabilitas yang disebabkan
oleh hipoksia.
11) Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmia. Rasional : Disritmia
umumnya diobati secra simtomatik, kecuali untuk ventrikel premature, diman
dapat diobati secara proliferatik pada IM akut
12) Siapkan untuk bantu kardioversi elektif. Rasional : Dapat digunakan pada
fibriasi atrial atau disritmia tidak stabil untuk menyimpan frekuensi jantung
normal/menghilangkan gagal jantung normal.
13) Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung. Rasional : Pacu
sementara mungkin perlu untuk meningkatkan pembentukan impuls dan
maenghambat takidisritmia.
14) Masukkan/pertahankan masukan IV. Rasional : jalan masuk paten diperlukan
untuk pemberian oba darurat.
15) Siapkan untuk prosedur diagnostik invasive. Rasional : Diagnosa banding
berdasarkan penyebab mungkin diperlukan untuk membuat rencana pengobatan
yang tepat.
16) Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator. Rasional :
Alat ini melalui pembedahan ditanam pada pasien dengan disritmia berulang
yang mengancam hidup meskipun diberi obat terapi secara hati-hati.
d. Data Penunjang
EKG : SVT
Laboratorium
Tanggal 20/03/2015
Hasil satuan Nilai Rujukan
Hb 13.7 g/ dL 14-17.5
Ht 38.0 % 40-52
Eritrosit 4.60 jutaµL 4.50-5.90
MCV 84 fl 80-96
MCH 31 pg/mL 28-33
MCHC H 36 g/dl 33-36
Jumlah Leukosit 11.560 ribu/µL 3.80-10.6
Jumlah Trombosit 271 ribu/µL 150-450
B. Pengelompokan Data
Data Obyektif Data Subyektif
Hasil EKG menunjukkan hasil Klien mengeluh dada terasa
gambaran SVT berdebar-debar
Tampak cyanosis sekitar mulut Klien mengeluh dada teresa
CRT : > 2 detik sesak
Klien tampak sesak
Klien tampak lemas
Tampak pernafasan cuping
hidung
Tampak otot-otot tambahan saat
bernafas
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 90/50 mmHg
Suhu : 36,1 0C
Nadi : 160 x/menit
Pernapasan : 45X/menit
C. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DO : Faktor re-entri impuls pada SA Penurunan
node/atrium curah
Hasil EKG jantung
menunjukkan hasil Tekanan karotid & manuver
gambaran SVT valsave
Tampak cyanosis
sekitar mulut Mempercepat denyut jantung
CRT : > 2 detik
Nadi : 160 Nadi cepat
x/menit
Tekanan Darah :
90/50 mmHg
DS :
Klien mengeluh
dada terasa
berdebar-debar
DO : Nadi cepat Inadekuat
suplay
Pernapasan : O2 turun oksigen ke
45X/menit jaringan
Tampak pernafasan Merangsang hipotalamus
cuping hidung
Tampak otot-otot Nafas cepat
tambahan saat
bernafas
Klien tampak sesak
Klien tampak lemas
DS :
Klien mengeluh
dada teresa sesak
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D
DIAGNOS PERENCANAAN
N TANG A
O GAL KEPERAW TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
ATAN
1. 06-02- Resiko Tujuan: dalam waktu 1. Raba nadi Perbedaan
2020 tinggi 1 x 2 jam diharapkan (radial, frekuensi,
penurunan resiko penurunan femoral, kesamaan dan
curah curah jantung dorsalis keteraturan nadi
jantung berkurang sampai pedis) catat menunjukkan
berhubunga dengan hilang frekuensi, efek gangguan
n dengan Kriteria: keteraturan, curah jantung
gangguan Mempertahankan/m amplitudo pada sirkulasi
konduksi eningkatkan curah dan simetris sistemik/perifer.
elektrikal, jantung adekuat
penurunan yang dibuktikan Disritmia khusus
kontraktilita oleh TD/nadi dalam 2. Auskultasi lebih jelas
s miokardia. rentang normal, bunyi jantung, terdeteksi
haluaran urin catat dengan
adekuat, nadi teraba frekuensi, pendengaran dari
sama, status mental irama. Catat pada dengan
biasa adanya denyut palpasi.
Menunjukkan jantung Pendengaran
penurunan ekstra, terhadap bunyi
frekuensi/tak adanya penurunan jantung ekstra
disritmia nadi atau penurunan
Berpartisipasi dalam nadi membantu
aktivitas yang mengidentifikasi
menurunkan kerja disritmia pada
miokardia pasien tak
terpantau
5. Berikan
lingkungan Penurunan
tenang. Kaji rangsang dan
alasan untuk penghilangan
membatasi stress akibat
aktivitas katekolamin
selama fase yang
akut. menyebabkan /
meningkatkan
disritmia dan
vasokontriksi
dan meningkatkn
6. Demonstrasik kerja miokardia.
an/dorong
penggunaan Meningkatkan
perilaku partisipasi klien
pengaturan dalam
stres misal mengeluarkan
relaksasi beberapa rasa
nafas dalam control dalam
situasi penuh
7. Berikan stress.
oksigen
tambahan Meningkatkan
sesuai jumlah sediaan
indikasi oksigen untuk
miokard, yan
menurunkan
iritabilitas yang
disebabkan oleh
8. Siapkan/lakuk hipoksia.
an resusitasi
jantung paru Terjadinya
sesuai disritmia yang
indikasi mengancam
hidup
memerlukan
upaya intervensi
untuk mencegah
9. Kolaborasi kerusakan
pemberian iskemia
terapi
Amiodaron Meningkatkan
kontraktilitas
otot jantung
2. 06-02- Risiko Tujuan: dalam waktu 1. Selidiki nyeri Emboli arteri.
2020 terhadap 1 x 2 jam diharapkan dada,dispnea Mempengaruhi
perubahan resiko perubahan tiba-tiba yang jantung dapat
perfusi perfusi oksigen ke disertai terjadi sebagai
jaringan jaringan berkurang dengan akibat penyakit
berhubunga Kriteria: takipnea, katup dan
n dengan Resiko tidak terjadi nyeri disritmia kronis
inadekuat pleuritik,siano
suplay sis pucat. Ketidakaktifan/ti
oksigen ke rah baring lama
jaringan 2. Observasi mencetuskan
ekstremitas stasis vena,
terhadap meningkatkan
edema, resiko
eroitema pembentukan
trombosis vena.
Menandakan
emboli ginjal
3. Observasi
hematuri menandakan
emboli splenik
4. Perhatikan
nyeri
abdomen kiri
atas.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
a. Noni juice
Jika pembuluh darah sudah lentuk, aliran darah menuju jantung tidak akan
tersendat sehingga membuat detak jantung pun kembali normal. Jantung
juga tidak perlu lagi bekerja keras untuk memompa darah.
Noni juice dapat dikatakan merupakan herbal terbaik untuk obat aritmia
jantung, karena bukan cuman kondisi aritmia saja yang diatasi, tapi juga
berbagai pemicunya. Misalnya, Noni juice bisa mengendalikan tekanan darah
Anda agar tetap berada dalam batas normal karena tekanan darah tinggi
dapat memicu aritmia jantung. Selain itu, senyawa skopoletin dalam Noni
juice sanggup meredakan stres dengan mendongkrak produksi serotonin—
zat pengaturmood Anda. Perlu diingat bahwa stres juga dapat menyebabkan
aritmia jantung.
Tomat
Tomat merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki dua peranan yaitu dapat dimanfaatkan
sebagai sayuran dan juga bisa di gunakan sebagai buah. Selama ini banyak orang yang
beranggapan bahwa tomat merupakan pilihan yang lebih baik jika dibandingkan dengan sayuran
yang di masak / di olah. Namun, hasil sebuah penelitian terbaru mengabarkan bahwa hal itu tidak
berlaku untuk buah tomat.
Kulit Manggis
Manggis memang merupakan salah satu jenis buah yang memiliki rasa buah yang lezat untuk
dimakan, namun selain itu, apakah Anda mengetahui bahwa ada bagian dari buah manggis ini
yang mengandung manfaat lebih besar untuk kesehatan tubuh. Salah satu bagian dari buah
manggis yang mengandung tinggi khasiat itu ialah pada bagian kulitnya,
yang dimana pada kulit buah manggis ini terkandung senyawa super yang bernama xanthone,
dan senyawa xanthone yang berada dalam kulit manggis ini memiliki banyak kandungan
senyawa polifenol yang berfungsi untuk membersihkan plak yang menjadi salah satu faktor
pemicu tersumbatnya pembuluh darah, untuk membesarkan pembuluh darah supaya peredaran
darah menjadi lancar. Sehingga sangat ampuh digunakan untuk obat alami lemah jantung.
Sedangkan hasil dari sebuah penelitian menunjukkan bahwa senyawa xanthone yang terkandung
didalam kulit buah manggis ini mempunyai sifat sebagai anti-kanker dan juga bermanfaat untuk
kesehatan tubuh lainnya antara lain untuk kesehatan kardiovaskuler, trombosis, hipertensi, dan
juga aterosklerosis. Selain itu, dengan kemampuannya untuk melancarkan aliran darah, sehingga
akan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit lemah jantung.
Bawangputih
Bawang putih baik bagi kesehatan jantung, terutama dalam hal mencegah penyumbatan pada
pembuluh darah. Ini karena bawang putih mampu mengurangi kadar kolesterol "jahat" dalam
tubuh. Bawang putih juga kaya antioksidan yang melawan radikal bebas penyebab penuaan.
Professor Matthew Budoff MD dan Naser Ahmadi MD dari Los Angeles Biomedical Research
Institute di Harbor-UCLA Medical Center, yang menyimpulkan melalui hasil riset pendahuluan
bahwa ekstrak bawang yang dikombinasi dengan vitamin B-12, asam folat, vitamin B-6 dan L-
arginine mampu menghambat terjadinya aterosklerosis.
Pada risetnya, Budoff melibatkan 65 partisipan berusia rata-rata 60 tahun dan memiliki risiko
cukup besar mengidap penyakit jantung. Partisipan dibagi dua kelompok yakni yang
mengonsumi pil berisi ekstrak bawang putih plus vitamin, sedangkan sekelompok lainnya diberi
kapsul berisi plasebo.
Partisipan dipantau selama setahun dan pada akhir riset tercatat 58 partisipan masih bertahan.
Secara rutin setiap bulan, partisipan harus diperiksa kadar kolesterol dan unsur darah lainnya.
Mereka juga harus melakukan scan jantung pada awal dan akhir penelitian
Penelitian anyar dari para ilmuwan di University of Nottingham, Inggris itu mengungkap
bawang putih dapat mengurangi risiko perkembangan sel kanker tertentu, penyakit
kardiovaskular dan diabetes tipe 2.
1. tomat
2. kulit manggis
3. bawang putih
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
1. Definisi Nyeri
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), Nyeri adalah sensori subyektif
dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Secara umum Kebidanan mendefinisikan Nyeri sebagai apapun yang menyakitkan tubuh,
yang dikatakan individu yang mengalaminya, dan yang ada kapanpun individu mengatakannya.
3. Mekanisme Nyeri
4. Fisiologi Nyeri
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu
teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap.
Contoh: Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan
juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika. Proses ini akan berjalan
jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal.
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar
akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek. Persepsi menyadarkan individu dan
mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat bereaksi.
Stimulus Nyeri Medula Spinalis Talamus Otak (area limbik) Reaksi emosi Pusat otak, Persepsi
Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut
mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel
yang yang bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam
memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka
individu akan mempersepsikan nyeri.
Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau
menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan
terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa mempengaruhi
dua fase lain. Pada fase ini memungkingkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk
menghilangkan nyeri tersebut. Peran bidan dalam fase ini sangat penting, terutama dalam
memberikan informasi pada klien.
Contoh: Sebelum dilakukan tindakan bedah, bidan menjelaskan tentang nyeri yang
nantinya akan dialami oleh klien pasca pembedahan, dengan begitu klien akan menjadi lebih siap
dengan nyeri yang nanti akan dihadapi.
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang
dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara
satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri
tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap
nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil.
Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan,
sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya pencegah nyeri,
sebelum nyeri datang.
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan
kontrol dari bidan, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala
sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat
(aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Bidan berperan dalam membantu
memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.
2. Klasifikasi Nyeri.
a. Berdasarkan sumbernya:
2. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh
darah, tendondan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama dari pada cutaneus.
Contoh : sprain sendi.
b. Berdasarkan penyebab
1. Fisik
2. Psycogenic
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan
biasanya tidak disadari.
Contoh: Orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya) biasanya
c. Berdasarkan lama/durasinya
1. Nyeri Akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah dan
memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri
ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang. Nyeri
ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area
yang rusak.
Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera
menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu
harus menjadi prioritas bidan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa memanjang
dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.
2. Nyeri kronik
Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik
yang tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada
depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yang tidak
aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari
3. Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik
a. Nyeri akut
3) Respon pasien Fokus pada nyeri, menyetakan nyeri menangis dan mengerang.
b. Nyeri kronik
2) Fungsi fisiologi bersifat normal.
4. Berdasarkan lokasi/letak
1. Radiating pain
2. Referred pain
Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari jaringan penyebab
nyeri.
3. Intractable pain
4. Phantom pain
Contoh: Bagian tubuh yang diamputasi atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla
spinalis.
4. Faktor yang mempengaruhi Nyeri.
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga bidan harus mengkaji respon nyeri
pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Contoh: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri.
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri.
Contoh : suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima
karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
5. Perhatian
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri juga bisa menyebabkan seseorang
cemas.
8. Pola koping
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman
dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.
2 . Relaksasi
Relaksasi memberikan efek positif untuk klien yang mengalami nyeri,seperti pasien dengan
yaitu:
3.Stimulasi Kutan
1. Massage
3. Accupressure
4. Stimulasikon trilateral.
5. Anestesi
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846
1. Pengelompokan Anestesi
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok,
yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya
perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
2. Tipe Anestesi
b. Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil
daerah tubuh). Pembiusan lokal atau anestesi lokal merupakan salah satu jenis anestesi yang
hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan
kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai
operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.
c. Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade
selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.
6 Terapi Musik
Terapi musik terdiri dari 2 kata, yaitu kata “terapi” dan “musik”. Terapi (therapi) adalah
penanganan penyakit (Brooker, 2001). Terapi juga diartikan sebagai pengobatan (Laksman,
2000). Sedangkan musik adalah suara atau nada yang mengandung irama. Terapi musik adalah
keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh seseorang terapis untuk meningkatkan,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual.
4. Manajement lingkungan
BAB 6
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh Peradangan jantung
B. SARAN
Disampaikan kepada seluruh mahasiswa khususnya dari STIKES MW agar mempelajari
askep terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan keperawatan, dan di himbau kepada
pembaca untuk kritik dan saran yang membangun demi kelengkapan isi askep ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/19919108/askep_aritmia
https://id.scribd.com/doc/70644851/askep-aritmia
https://www.scribd.com/doc/296387213/Pathway-Aritmia
https://aritmiajantung.diobatherbal.com/
https://www.google/PMK_No._37_ttg_Pelayanan_Kesehatan_Tradisional_integrasi
https://id.scribd.com/doc/81349746/MANAJEMENT-NYERI