Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA NEONATORUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Depertemen Keperawatan Anak di


Ruangan NICU Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

IKHWAL RAMADHAN

201920461011092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA NEONATORUM

Di Ruang NICU
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

OLEH :
IKHWAL RAMADHAN
201920461011092

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(.....................................) (...................................)
BAB I

KONSEP TEORI

1. Pengertian

Penyakit asfiksia banyak dialami oleh bayi baru lahir dengan salah satu penyebabnya yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Asfiksia neonatorum merupakan penyebab kemarian bayi yang
sering terjadi di negara berkembang yaitu 21,1% salah satunya disebabkan karena tidakmampuan bayi
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini dapat disertai dengan adanya hipoksia,
hiperkapnue dan asidosis yang merupakan campuran dari proses pembentukan asam laktat dan
penumpukan karbon dioksida yang selanjutnya dapat meningkatkan pemakaian sumber energi dan
menganggu sirkulasi bayi (Drew dkk, 2009). Asfiksia dapat terjadi karena kurangnya kemampuan
organ pernapasan bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti mengembangkan paru (Sudarti dan
fauzizah, 2013).

2. Klasifikasi

Asfiksia terbagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu :

1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)


Didapatkan frekuensi jantung <100 x/menit, tonus otot buruk, sianosis, keadaan bayi dengan
asfiksia berat memerlukan resusitasi segera secara tepat dan pemebrian oksigen secara
terkendali, apabila bayi dengan asfiksia berat maka berikan terapi oksigen 2-4 ml per kg berat
badan karena pada bayi asfiksia berat badan disertai asidosis.
2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada bayi asfiksia sedang memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat
bernafas normal.
3. Bayi normal atau asfiksia ringan (nilai APGAR 7-9)
4. Bayi normal (nilai APGAR 10)
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda :
a. Denyut jantung janin lebih dari 100x/menit atau dari 100 menit tidak teratur.
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala.
c. Apnea.
d. Pucat.
e. Sianosis.
f. Penurunan terhadap stimulus

Sedangkan penanganan dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam merawat klien
asfiksia adalah dengan cara resusitasi.Resusitasi adalah tindakan untuk memulihkan kembali
kesadaran seseorang yang tampak mati akibat berhentinya fungsi jantung dan paru yang
berorientasi pada otak.

3. Etiologi

Asfiksia terjadi karena beberapa faktor yaitu :

1. Faktor ibu
Terdapat gangguan pada aliran darah uterus sehingga menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering dijumpai pada gangguan kontraksi uterus
misalnya preeklamsia dan eklamsi, perdarahan abnormal (plasenra previa dan solusio
plasenta), partus lama atau partus macet, demam selama kehamilan, infeksi berat (malaria,
sifilis, TBC, HIV), kehamilan postmatur (setelah usia kehamilan 42 minggu), penyakit ibu.
2. Faktor plasenta
Faktor yang dapat menyebabka penurunan pasokan oksigen ke bayi sehingga dapat
menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir anatar lain lilitan tali pusat, tali pusat pendek,
simpul tali pusat, prolapsus tali pusat.
3. Faktor fetus
Gangguan ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbang, tali pusat melilit leher,
meconium kental, prematuritas dan persalinan ganda.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi dikarenakan oleh pemakaian obat
seperti anestesi atau analgetika yang berebihan pada ibu yang secara langsung dapat
menimbulkan depresi pada pusat pernapasan janin. Asfiksia yang dapat terjadi tanpa
didahului dengan tanda gejala gawat janin antara lain bayi prematur (sebelum 37 minggu
kehamilan), persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distoria bahu), kelainan
kongenital, air ketuban bercampur mekonium.
4. Tanda Gejala

Tanda dan gejala asfiksia neonatorum yaitu :

1. Pernafasan megap-megap dan dalam.


2. Pernafasan tidak teratur.
3. Tangisan lambat atau merintih.
4. Warna kulit pucat atau biru.
5. Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah.
6. Nadi cepat.
7. Denyut jantung lambat (brakikardi kurang dari 100 x/menit).
8. Menurunnya O2.
9. Meningginya CO2.
10. Penurunan PH pada umumnya.

Pada umumnya. Asfiksia neonatorum dengan masalah kekurangan O2 menunjukan pernafasan


yang cepat dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan berhenti dan
denyut jantung menurun. Seangkan tonus neuromuskular berkurang secara berangsur-angsur dan
memasukan periode apnue primer. Adapun gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara
lain pernapasan cepat, pernapasan cuping hidung dan nadi berdenyut cepat, anak terlihat lemas,
menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2), meningginya tekanan CO 2 darah (PaO2), menurunnya Ph
(akibat asidosis respiratorik dan metabolik), yang digunakan sebagai sumber glikogen bagi tubuh anak
dan metabolisme anaerob, serta terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler.

Pada asfiksia tingkat selanjutnya, juga akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh beberapa
keadaan. Diantaranya adalah hilangnya sumber glikogen dalam jantung sehingga memeprngaruhi
fungsi jantung, terjadinya asidosis metabolik yang mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk
otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus kurang adekuat
sehingga darag mengalami gangguan.

5. Patofisiologi

Proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara, proses ini perlu
untuk merangsang kemoreseptor pusat penafasan primary gasping yang kemudian berlanjut
pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak berpengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat
mengatasinya. Kegagalan pernafasan mengakibatkan berkurangnya oksigen dan meningkatkan
kerbondioksida diikuti oleh asidosis respiratorik apabila proses ini berlanjut maka metabolisme sel
akan berlangsung yang berupa glikolisis glikogen sehingga sumber utama glikogen pada jantung dan
hati akan berkurang dan akan menyebabkan asidosis metabolik.

Sehubungan dengan proses tersebut maka fase awal asfiksia ditandai dengan pernafasan cepat
dan dalam selama tiga menit (periode hiperapnue) diikuti dengan apnea primer kira-kira satu menit
dimana denyut jantung dan tekanan darah menurun. Kemudian bayai akan memulai bernafas
10v/menit selama beberapa menit, gasping ini semakin melemah sehingga akan timbul apnue
sekunder. Pada keadaan ini tidak terlihat jelas setelah dilakukannya pemebersihan jalan nafas maka
bayi akan bernafas dan menangis kuat.

Pemakaian sumber gliogen untuk energi dalam waktu singkat dapat menyebabkan hipoglikemi
pada bayi, pada asfiksia berat dapat menyebabkan kerusakan membran sel utama sususnan sel saraf
pusat sehingga mengakibatkan gangguan elektrolit hiperkelrmi dan pembengkakan sel. Kerusakan
pada sel otak berlangsung setelah asfiksia terjadi 8-10 menit. Manifestasi kerusakan sel otak setelah
terjadi pada 24 jam pertama didapatkan gejala seperti kejang subtel, fokal klonik manifestasi ini dapat
muncul sampai hari ke tujuh maka perlu dilakukannya pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi
kepala dan rekaman elektroensefaografi.

6. Pathway

Pemakaian anastesi Persalinan lama, partus Perdarahan abnormal


atau analgesik yang macet, lilitan tali pusat, palsenta previadan
berlebihan pada ibu tali pusat menumbang solisio plasenta

Penurunan pasukan O2 Gangguan kontraksi


dan CO2 ke bayi uterus preeklamsia dan
eklamsia
Gangguan pertukaran
gas

Persalinan dengan
Asfiksia tindakan sungsang, bayi
kembar, distoriabahu

Meconium kental Air ketuban bercampur


mekonium

Paru-paru terisi cairan

Bersihan jalan napas


tidak efektif
7. Manifestasi Klinis
1. Pada kehamilan
Menurut penelitian sebelumnya oleh Dwi Ari (2017), denyut jantung lebih cepat dari 100
x/menit atau kurang dari 100 x/menit, halus dan ireguler serta adanya penegluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/menit ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/menit ke bawah ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha benafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik dan respiratorik
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
Dilakukan dengan memebrikan rangsangan nyeri dengen memukul kedua telapak kaki bayi.
1. Asfiksia berat
Memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memeberikan O2 secara tekanan langsung dan
berulang dengan cara melakukan intubasi endotrakeal setelag kateter dimasukan kedalam
trakea, O2 diberikan dengan tekanan yang tidak lebih dari 30 ml. Tekanan posifit dikerjakan
dengan meniup udara yang telag diperkaya dengan O2 melalui kateter apabila pernafasan
tidak segera timbul makan segera dilakukan massege jantung yaitu dilakukan dengan
penekanan 80-100 x/menit.
2. Asfiksia ringan-sedang
Melakukan rangsangan untuk menimbulkan refleks pernafasan yang dilakukan selama 30=60
detik setelag penelaian menurut APGAR 1, bial pernafasan tidak timbul segera lakukan
pernafasan kodok (frog breathing) dengan cara memasukan pipa kedalam hidung dan O2
dialirkan dengan keceoatan 1-2 liter dalam satu menit.
8. APGAR Scor

0 1 2
Activity Bayi tidak bergerak Bayi hanya melaukan Bayi menggerakan
(aktivitas otot) sama sekali sedikit gerakan kedua kaki secara
spontan
Pulse Jantung bayi tidak Jantung bayi Jantung bayi
(denyut jantung) berdenyut berdenyut kutang dari berdenyut setidaknya
100 x/menit 100 x/menit
Appearance Seluruh kulit bayi Kulit tubuh bayi Seluruh kulit ditubuh
(warna kulit) bewarna kebiruan, bewarna kemerahan, bewarna kemerahan
keabu-abuan atau tetapi tangan dan kaki
pucat bewarna kebiruan
Grimace Bayi tidak menangis Bayi meringis, Bayi menangis, batuk
(reflek gerak) dan saat diberikan menangis lemah atau bersin
rangsangan
Respiration Bayi tidak menangis Bayi hanya merintih Bayi langsung
(pernafasan) sama sekali menangis dengan
kencang dan kuat
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas atau biodata klien
1. Pasien
Nama : Bayi Ny. U
Umur : 1 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : Belum sekolah
Agama : Islam
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Pasuruan
Golongan Darah :O
Status : Belum
No. Register : 35-95-xx
Dianosa Medis : Asfiksia
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SLTA
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pasuruan
Jenis Persalinan : Sectio Caesare
Hubungan dengan Klien : Ibu

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluarga klien mengatakan sesak nafas.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga Klien mengatakan pada hari sabtu pagi tanggal 31 maret 2018 ibu bayi
mengeluarkan lendir pada usia kehamila 32 minggu, kemudian dibawa ke Bidan
setempat untuk melakukan pemeriksaan setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ibu
sudah pembukaan 2 dan salah satu letak bayi sungsang kemudian oleh Bidan dirujuk
ke RSUD Bangil untuk mendapatkan pertolongan segera dan melakukan Sectioccesaria
(SC), setelah kesepakatan bersama akhirnya keluarga setuju untuk dirujuk ke RSUD
Bangil, setelah sampai pasien dibawa menuju maternal IGD dan dirawat inap di kamar
bersalin janin.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit yang pernah diderita : ibu klien mengatakan tidak mempunyai penyakit
menular atau kronik
b. Operasi : ibu klien mengatakan tidak mempunyai riwayat operasi sebelumnya.
c. Alergi : ibu klien mengatakan tidak mempunyai alergi selama kehamilanhamil.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa didalam anggota keluarga dari bapak dan ibu tidak
ada yang mempunyai penyakit menular atau kronik.
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. ANC ( prenatal ) : tiap kurang lebih 1 bulan
b. Jenis Persalinan : operasi
c. BB Lahir : 1900 gram
d. Kelainan Kongenital : tidak ada
e. Post Natal : bayi lahir mengalami asfiksia dan tidak berpenyakit menular
C. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Bayi tampak lemah, tangisan merintih
2. Kesadaran : Compos mentis, CRT > 2 detik
3. Mukosa bibir lembab, raut wajah pucat
4. GCS 4-5-6
5. APGAR scor 5
6. Tanda-tanda Vital
Suhu : 35,6 C
Nadi : 133 x/menit
RR : 58 x/menit
SPO2 : 93%
7. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Inspeksi : rambut tebal, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, wajah simetris,tidak ada
masa pada leher Palpasi : tidak ada benjolan kelenjar tiroid dan tidak ada
bendungan vena jugularis.
b. Mata
Inspeksi : Mata tidak strambismus (juling). Alis, mata simetris, tidak ada edema,
pupil isokor, reflek cahaya kanan dan kiri positif.
c. Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, terpasang O2nasal kanul
Palpasi : tidak ada nyeri
Auskultasi : adanya pernafasan cuping hidung.
d. Mulut dan Faring
Inspeksi : mukosa bibir lembab
Palpasi : tidak ada faringitis.
e. Thorax
Inspeksi : bentuk dada simetris Palpasi : sesak nafas Auskultasi : adanya
pernafasan cuping hidung, frekuensi pernafasan 58 x/ meni.
f. Jantung
Perkusi : tidak ada nyeri dada Auskultasi : irama jantung teratur, CRT > 2 detik
g. Abdomen
Inspeksi : tidak ada jejas, luka Perkusi : tidak ada nyeri tekan Palpasi : tidak
terdapat pembesaran hepar, OGT
h. Ekstremitas dan Persendian
Inspeksi : pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstremitas, tidak ada luka
Palpasi : akral hangat

2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d benda asing dalam jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi

No Diagnosa Rencana Tindakan Intervensi


1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
tidak efektif keperawatan 1 x 24 jam maka - Mengidentifikasi dan
bersihan jalan napas meningkat mengelolah kepatenan
dengan kriteria hasil : jalan napas
- Produksi sputum menurun - Monitor pola napas
- Mengi menurun (frekuensi, kedalaman,
- Wheezing menurun usaha napas)
- Mekonium menurun - Monitor bunyi napas
- Dispnea membaik tambahan (gurgling,
- Ortopnea membaik mengi, wheezing, ronki
- Sianosis membaik kering)
- Gelisah membaik - Pertahankan kepatenan
- Fekuensi napas membaik jalan napas dengan
- Pola napas membaik head-tilt dan chin-lift
- Posisikan semi=fowler
atau fowler
- Lakukan fisioterapi
dada
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
- Keluarkan sumbatan
benda padat
- Berikan oksigen
- Kolaborasikan
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran dan
mukolitik

2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi


gas keperawatan 1 x 24 jam maka - monitor frekuensi,
pertukaran gas meningkat dengan irama, kedalaman dan
kriteria : upaya napas
- Tingkat kesadaran meningkat - monitor pola napas
- Dispnea menurun (bradipnea, takipnea,
- Bunyi napas tambahan hiperventilasi)
menurun - monitor adanya
- Diaforesis menurun produksi sputum
- Gelisah menurun - monitor adanya
- Napas cuping hidung menurun sumbatan jalan napas
- PCO2 membaik - auskultasi bunyi napas
- PO2 membaik - atur interval
- Takikardi membaik pemantauan respirasi
- pH ateri membaik sesuai dengan kondisi
- sianosis membaik pasien
- pola napas membaik
- warna kulit membaik
DAFTAR PUSTAKA

Drew, David. 2009. Asuhan Resusitasi Bayi Baru Lahir Seri Praktek Kebidanan. Jakarta : EGC.

Inatrti WD, Puspitasari L, Pradani RI. 2016. Efektifitas Muscle Pumping Dalam Meningkatkan Score
APGAR Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia. Jurnal Kebidanan 08 (01) 1-126. http : //www.
journal.stikeseub.ac.id.

Kristiyanasari, weni. 2013. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.

Latifah L, Anggraeni MD. 2013. Hubungan Kehamilan Pada Usia Remaja Dengan Kejadian
Prematuritas, Berat Bayi Lahir Rendah dan Asfiksia. Jurnal Kesmasindo. Volume 6, (1)
Januari 2013, Hal. 23-26.

Ma’rifah & Novelia. 2011.Hubungan Antara Berat Badan Lahir Bayi dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Mojokerto : Medika.

Mansyah M. 2013. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini dan Kejadian Asfiksia Pada Bayi
Baru Lahir. JURNAL EDUHEALTH, VOL. 3 NO. 2.

Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus Byi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.

Nurarif & kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa & NANDA NIC-
NOC. Yogyakarta : Mediaction.

Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika. Edisi 2.

Nursalam. 2014. Metodologi Penelitin Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta Selatan :
Salemba Medika. Edisi 3.

Nugroho PMC, Dewiyanti L, Rohmani A. 2015. Tingkat Keparahan Asfiksia Neonatorium


Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Volume 2
Nomor 1.

Prawirohardjo. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Buku Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rahma AS, Armah M. 2013. Analisis Faktor Risiko Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di
RSUD Syek Yusuf Gowa dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makasar.

Romauli. 2011. Buku Ajar Askeb I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Saifudin. 2000. Buku Asuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : yayasan Buku Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Suryono. 2013. Metodiologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam bidang Kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Wahyuni. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Penuntun Belajar Praktek Klinik. Jakarta : EGC.

Wikjosastro. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : yayasan Buku Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wulandari, P. 2015. Asuhan Bayi Baru Lahir. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada.
Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai