Anda di halaman 1dari 15

SEMINAR KASUS MATERNITAS

Ny.S Post SC dengan Indikasi PEB

Di Ruang Rawat Inap A


Rumah Sakit Wava Husada

IKA YULIANI
NIM. 18.30.021

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


STIKES KEPANJEN
TA 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Premature Rupture Of Membrane (PROM) atau Ketuban Pecah Dini
(KPD) di Ruang Rawat Inap A Rumah Sakit Wava Husada yang Dilakukan Oleh :

Nama : Imelda Liena Vianita

NIM : 18.30.023

Prodi : Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Maternitas, yang dilaksanakan pada tanggal 04 Februari 2019 – 09 Februari 2019,
yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Malang, Februari 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE (PROM) atau
KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada
sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William, 2010).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi
pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm
(Saifudin, 2010).

B. KLASIFIKASI
1. Premature Rupture Of The Membrane (PROM) : Pecahnya selaput ketuban sebelum
onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya ≥ 37 minggu.
2. Preterm Premature Rupture Of The Membrane (PPROM) : Pecahnya selaput
ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya < 37
minggu.
3. Prolonged Premature Rupture Of The Membrane : Pecahnya selaput ketuban selama
≥ 24 jam dan belum terjadi onset persalinan
4. Periode Laten : Interval waktu antara pecahnya selaput ketuban dengan persalinan.
Bervariasi dari 1 – 12 jam tergantung umur kehamilannya (semakin kurang bulan,
periode laten semakin lama ; 85 % kehamilan cukup bulan dengan KPD memiliki
periode laten < 24 jam sedangkan 57 % kehamilan < 37 minggu dengan KPD
memiliki periode laten > 24 jam) (Prawirohardjo, 2010).

C. ETIOLOGI
Penyebab KPD maasih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungna erat dengan KPD,
namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisinya adalah :
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati
sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat
misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis
menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
5. ISK (infeksi saluran kencing)
6. Faktor lain
a. Faktor golongan darah
b. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan
kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
c. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
d. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
e. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
7. Beberapa faktor risiko dari KPD:
a. Polohidramnion (cairan ketuban berlebih)
b. Riwayat KPD sebelumnya
c. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
d. Kehamilan kembar
e. Trauma
f. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25 mm) pada usia kehamilan 23 minggu
g. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis (Manuaba, 2012)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan sedikit/banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah teraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo, tampak air ketuban mengalir/selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
ketuban sudah kering
6. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya “menganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara (Manuaba,
2012)

E. PATOFISIOLOGI
Kantong amnion yang utuh berfungsi sebagai suatu mekanik terhadap. infeksi
tetapi selain itu cairan amnion mempunyai beberapa sifat bakteri ostatik yang dapat
memainkan peran dalam pencegahan kario amnionitis dan infeksi janin. Membran yang
utuh bukan merupakan sawar mutlak terhadap infeksi karena kolonisasibakteri terjadi
10% pasien dalam persalinan cukup bulan, dengan membrane yang utuh sampai 25%
pasien dalam persalinan kurang bulan. Janin kurang bulan dengan ketuban pecah dini,
resiko infeksi dan sepsis yang keberadaannya di dalam rahim ahkan dapat menjadi
problematik, bagi ibu resikonya bukan saja terjadi kariomnitis tetapi juga bisa terjadi
kegagalan induksi, maka harus dilakukan operasi section caesaria (Prawirohardjo,
2010).
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Leukosid darah > 15000/ul bila terjadi infeksi
2. Test lakmus merah berubah menjadi biru
3. Amnio sentetis
4. Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmu merah berubah menjadi biru
menunjukan adanya air ketuban (alklis). pH air ketuban 7-7,5 , darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes positif yang palsu.
5. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan gambaran daun pakis.
6. Pemeriksaan untrasonografi (USG)
a. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri.
b. Pada kasusn KDP terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita olighidramnion.
(Manuaba, 2012).

H. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
a) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
b) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
c) Umur kehamilan kurang 37 minggu.
d) Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
e) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid
untuk mematangkan fungsi paru janin.
f) Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
g) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
h) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus
maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus,
lakukan terminasi kehamilan.
2. Medis
a) Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi
kehamilan.
b) Induksi atau akselerasi persalinan.
c) Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami
kegagalan.
d) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan
(Prawirohardjo, 2010).

I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi ;
a. mudah terjadinya infeksi intra uterin,
b. partus prematur,
c. prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009).
Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu:
a. peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas,
b. komplikasi selama persalinan dan kelahiran,
c. resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena ketuban
yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi
(Prawirohardjo, 2010).

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
1) Biodata klien
Biodata klien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2) Keluhan utama
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan
sedikit/banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir/selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.
3) Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus.
4) Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah
atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua?
5) Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium: USG, darah,
urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
6) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang–ulang.
7) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetik seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh
keluarga.
8) Kebiasaan sehari –hari
a. Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan
nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
b. Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah
pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa takut
luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi,
konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan
toilet.
d. Personal hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan
wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD
di anjurkan untuk bedresh total
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.
9) pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB/TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu.
b. Head To Toe
1. Rambut: warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet
2. Mata: skleranya apakah ihterik/tidak, konjungtiva anemis/tidak, apakah
palpebra oedema/tidak, bagaimana fungsi penglihatannya baik/tidak,
apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan/tidak. Pada umumnya
ibu hamil konjungtiva anemis.
3. Telinga: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat
serumen/tidak, apakah klien menggunakan alat bantu
pendengaran/tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien baik/tidak.
4. Hidung: apakah klien bernafas dengan cuping hidung/tidak, apakah
terdapat serumen/tidak, apakah fungsi penciuman klien baik/tidak.
5. Mulut dan gigi: bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab
atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan
pendarahan, apakah ada karies gigi/tidak, keadaan lidah klien
bersih/tidak, apakah keadaan mulut klien berbau/tidak. Pada ibu hamil
pada umumnya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil
mengalami penurunan kalsium.
6. Leher: apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
7. Paru–paru
- Inspeksi : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri
dan kanan, apakah ada terdapat luka memar/lecet, frekuensi
pernafasan nya.
- Palpasi : apakah ada teraba massa/tidak , apakah ada teraba
pembengkakan/tidak, getaran dinding dada apakah simetris/tidak
antara kiri dan kanan.
- Perkusi : bunyi Paru-
- Auskultasi : suara nafas
8. Jantung
- Inspeksi : warna kulit, apakah ada luka lesi/lecet, ictus cordis apakah
terlihat/tidak.
- Palpasi : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada
ICS% Midclavikula.
- Perkusi : bunyi jantung
- Auskultasi : apakah ada suara tambahan/tidak pada jantung klien
9. Abdomen
- Inspeksi : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi dan
lecet
- Palpasi : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah
sudah masuk PAP/belum
- Perkusi : bunyi abdomen
- Auskultasi : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar/tidak
10. Payudara: puting susu klien apakah menonjol/tidak,warna aerola,
kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan
ASI/belum
11. Ekstremitas
- Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada
oedema/tidak
- Bawah : apakah ada luka memar/tidak, apakah oedema/tidak
12. Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema/tidak pada
daerah genitalia klien
13. Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik/tidak

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adanya pelindung dunia luar dengan
daerah rahim
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan rasa mulas ingin mengejan
d. Ansietas berhubungan dengan banyaknya pengeluaran air ketuban
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan teknik komunikasi
berhubungan keperawatan selama 1x24 terapeutik untuk mengetahui
dengan jam, diharapkan skala nyeri pengalaman nyeri pasien
peningkatan berkurang dengan kriteria 2. Lakukan pengkajian nyeri
kontraksi hasil : secara komprehensif
a. Mampu mengontrol nyeri meliputi lokasi,
b. Melaporkan bahwa nyeri karakteristik, durasi,
berkurang frekuensi, kualitas dan
c. Menyatakan rasa nyaman faktor presipitasi
setelah nyeri berkurang 3. Observasi reaksi non verbal
d. TTV dalam batas normal dari ketidak nyamanan
(TD : 120-140/60-80 4. Kontrol lingkungan yang
mmHg, N : 60-100, RR : dapat mempengaruhi nyeri
16-24 x/menit, T : 36,5- seperti suhu ruangan,
37,5°C) pencahayaan dan kebisingan
5. Tingkatkan istirahat
6. Ajarkan terapi non
farmakologis seperti teknik
distraksi dan relaksasi
7. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
analgesik
8. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Bersihkan lingkungan
berhubungan keperawatan selama 3x24 setelah dipakai pasien lain.
dengan tidak jam diharapkan tidak ada 2. Gunakan sabun antimikroba
adanya pelindung tanda-tanda infeksi. Dengan untuk cuci tangan
dunia luar dengan kriteria hasil : 3. Cuci tangan setiap sebelum
daerah rahim a. Klien bebas dari tanda dan sesudah tindakan
dan gejala infeksi. keperawatan
b. Klien menunjukkan 4. Gunakan baju, sarung
kemampuan untuk tangan sebagai alat
mencegah timbulnya pelindung
infeksi. 5. Monitor tanda dan gejala
c. Jumlah leukosit alam infeksi sistemik dan local
batas normal 6. Monitor granulosit dan
WBC
7. Pertahankan teknik asepsis
pada pasien yang beresiko
8. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
9. Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan yang
nyaman keperawatan selama 1x24 menenangkan
berhubungan jam Aktivitas dapat
dengan rasa terpenuhi selama perawatan 2. Jelaskan semua prosedur
mulas ingin dengan kriteria hasil : dan apa yang dilakukan
mengejan a. Mampu mengontrol selama prosedur
kecemasan 3. Temani pasien untuk
b. Kualitas tidur dan memberikan keamanan dan
istirahat adekuat mengurangi takut
c. Status kenyamanan 4. Dengarkan dengan penuh
meningkat perhatian
5. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
6. Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan yang
berhubungan keperawatan selama 2 jam menenangkan
dengan diharapkan kecemasan 2. Jelaskan semua prosedur
banyaknya menurun dengan kriteria dan apa yang dirasakan
pengeluaran air hasil : selama prosedur
ketuban a. Pasien mampu 3. Pahami perspektif pasien
mengidentifikasi dan terhadap situasi stress
mengungkapkan gejala 4. Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan dan
b. Vital sign dalam batas mengurangi takut
normal 5. Dengarkan dengan penuh
c. Postur tubuh, ekspresi perhatian
wajah, bahasa tubuh dan 6. Identifikasi tingkat
tingkat aktivitas kecemasan
menunjukkan 7. Instruksikan pasien
berkurangnya menggunakan teknik
kecemasan relaksasi
8. Kolaborasi dalam
pemberian obat untuk
mengurangi kecemasan
5. Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Gambarkan proses penyakit,
pengetahuan keperawatan selama 1 x 24 dengan cara yang tepat
berhubungan jam diharapkan pasien dan 2. Gambarkan tanda dan gejala
dengan keluarga menunjukkan yang biasa muncul pada
kurangnya pemahaman tentang kondisi penyakit, dengan cara yang
informasi dan perawatan dengan tepat
kriteria hasil : 3. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat
a. Menunjukkan 4. Sediakan informasipada
pemahaman tentang pasien tentang kondisi,
kondisi dan perawatan dengan cara yang tepat
b. Mengembangkan 5. Diskusikan perubahan gaya
rencana untuk perawatan hidup yang mungkin
diri, termasuk modifikasi diperlukan untuk mencegah
gaya hidup yang komplikasi di masa yang
konsisten dengan akan datang dan atau proses
mobilitas atau pengontrolan penyakit
pembatasan aktivitas. 6. Diskusikan pilihan terapi
dan penanganan
7. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat

4. Implementai Keperawatan
Implementasi adalah serangkai kegiatan yang di lakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari status masalah kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di harapkan (Carpenito,
2009).

5. Implementasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai pengukuran
dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan. Hasil evaluasi dapat berupa :
a. Tujuan tercapai, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari
standart yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali bahkan timbul masalah baru (Carpenito, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi Ke 10 (Alih Bahasa Yasmi
Asih). Jakarta : EGC

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 2000. Alih bahasa: Kariasa,I.M.
Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Manuaba. 2012. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction

Prawiroharjo, Sarwono 2010. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka

Saifuddin, Bari Abdullah. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wilian, R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta :
Yayasan Essential Medica

Anda mungkin juga menyukai