OLEH
ROHANI
NIM: 19113111052
Menurut Kristiyanasari 2010, tanda dan gejala sindrom distres pernapasan antara
lain:
1. Kepala
Pemeriksaan kepala dan leher. Pemeriksaan bagian kepala yang dapat
diperiksa antara lain sebagai berikut:
Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo
terutama pada daerah bahu dan punggung.
Pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat dilihat adanya maulage, yaitu tulang
tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat asimetris atau
tidak. Ada tidaknya caput succedaneum (edema pada kulit kepala, lunak dan
tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, serta menyeberangi sutura dan akan
hilang dalam beberapa hari). Adanya cephal hematom terjadi sesaat setelah
lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput
succedaneum, konsistensinya lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi
hilang tengkorak, tidak menyeberangi sutura,dan apabila menyeberangi sutura
akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang akan hilang sempurna dalam
waktu 2-6 bulan. Adanya perdarahan yang terjadi karena pecahnya vena yang
menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas,
sehingga bentuk kepala tampak asimetris.Selanjutnya diraba untuk menilai
adanya fluktuasi dan edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai
fontanella dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan,
kemudian fontanel posterior dapat dilihat proses penutupannya setelah usia 2
bulan, dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.
2. Mata
Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu
koordinasi gerakan mata yang belum sempurna
Cara memeriksanya adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-
lahan, sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila
ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka
kemungkinan mengalami kebutaan.Apabila ditemukan adanya epicantus
melebar, maka kemungkinan anak mengalami sindrom down.Pada glaukoma
kongenital, dapat terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada
kornea.Katarak kongenital dapat dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna
putih.Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebra,
perdarahan konjungtiva, retina, dan lain-lain.
3. Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan
pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi
refleks terkejut, apabila tidak terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi
gangguan pendengaran.
4. Hidung
Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola
pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi
mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau
fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada
paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukus. Apabila sekret
mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital
dan kemungkinan lain.
5. Mulut
Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang
ada pada mukosa mulut.Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan
kemampuan refleks mengisap.Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar,
dapat dilihat adanya kemungkinan kecacatan kongenital.Adanya bercak pada
mukosa mulut, palatum, dan pipi bisanya disebut sebagai monilia albicans,
gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen pada gigi, apakah
terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.
6. Leher
Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila
terjadi keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi
kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-
lain.
7. Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari .
8. Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada,puting susu,gangguan pernafasan,
auskultasi bunyi jantung dan pernafasan.
9. Abdomen dan punggung
Pemeriksaan abdomen dan punggung.Pemeriksaan pada abdomen ini
meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen,
apabila didapatkan abdomen membuncit dapat diduga kemungkinan
disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. Pada
perabaan, hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di bawah arkus kosta kanan,
limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat
dilakukan dengan pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar
otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat
diraba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut.Bagian-bagian
ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat
disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis.
Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya
adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang
tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida
atau mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medula spinalis dan
selaput otak menonjol).
10. Genetalia
Kelamin laki-laki: panjang penis, testis sudah turun berada dalam skrotum,
orifisium uretrae di ujung penis, kelainan (fimosis, hipospadia/ epispadia).
Kelamin perempuan : labia mayora dan labia minora, klitoris, orifisium vagina,
orifisium uretra, sekret dan lain-lain.
Pemeriksaan genitalia ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang
tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya
terpisah, namun apabila ditemukan sesuatu lubang maka didapatkan
terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang vagina, hal tersebut
karena pengaruh hormon. Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis,
secara normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk
lebaruya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya hipospadia yang
merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang
penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsinn penis.
11. Tungkai dan Kaki
Gerakan, bentuk simetris / tidak, jumlah jari, pergerakan, pes equinovarus
/ pes equinovalgus.
12. Anus
Berlubang atau tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya atresia ani,
meconium plug syndrome, megacolon.
13. Refleks
Moro, rooting (mencari), swallow (menelan), suckling (menghisap),
grasping (menggenggam), babinsky (rangsangan telapak kaki), berkedip,
merangkak, ekstrusi, neck righting, tonic neck.
14. Eliminasi
Kaji kepatenan fungsi ginjal dan saluran gastrointensial bagian bawah.
Bayi baru lahir normal biasanya kencing lebih dari enam kali perhari .bayi
baru lahir normal biasanya BAB cair enam sampai delapan kali perhari.
Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau mengandung
lendir atau darah.Perdarahan vagina pada bayi baru lahir dapat terjadi
selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini di
anggap normal.
Pemeriksaan Urine dan Tinja
Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atau
tidaknya diare serta kelainan pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal
apabila bayi mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali per menit, dapat
dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya lendir atau darah.
Adanya perdarahan per vaginam pada bayi baru lahir dapal terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama kehidupan.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak kefektifan Pola nafas b/d imaturitas organ pernafasan yang ditandai
dengan: Napas abnormal,pernapasan cuping hidung, dispnea, takipnea,
penggunaan otot bantu napas
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas yang ditandai dengan:
Perubahan pola napas, dispnea, perubahan frekuensi napas.
c. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh.
ANALISA DATA
2 Bersihan jalan Goal: Bersihan jalan napas pasien NIC 1: monitor pernapasan
nafas tidak efektif 1. Monitor kecepatan, irama, kedalam,
akan efektif selama dalam dan kesulitan bernapas
b/d obstruksi jalan
nafas yang perawatan. 2. Catat pergerakan dada, catat
ditandai dengan: ketidaksimetrisan, penggunaan otot
Objektif: Pasien akan bantu napas, dan retraksi otot.
Perubahan pola
napas, dispnea, meningkatkan bersihan jalan 3. Monitor suara napas tambahan
perubahan 4. Monitor pola napas
napas yang efektif selama dalam 5. Palpasi kesimetrisanekspansi paru
frekuensi napas.
perawatan. 6. Auskultasi suara napas, catat dimana
ada penururnan atau tidak adanya
Outcomes: Selama dalam ventilasi dan keberadaan suara napas
perawatan pasien pasien akan
menunjukkan tambahan
NOC 1: Status pernapasan: 7. Monitor saturasi oksigenasi pasien
Kepatenan jalan napas:
1. Frekuensi pernapasan (5). NIC 2: Manajemen jalan napas
2. Irama pernapasan (5). 1. Posisikan pasien untuk
3. Kedalaman inspirasi (5). memaksimalkan ventilas
4. Suara napas tambahan (5). 2. Ajarkan pasien untuk bernapas pelan
5. Penggunaan otot bantu dan batuk efektif
napas(5).
6. Saturasi oksigenasi (5)
Ket:
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup berat dari
kisaran normal
3. Deviasi yang sedang dari
kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran
normal.
5. Tidak ada deviasi yang cukup
berat dari kisaran normal.
Menilai apakah kriteria evaluasi dapat tercapai, tercapai sebagian atau tidak tercapai.
5. Pendidikan Kesehatan
Behrman, Nelson dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Ed.5. Penerbit Buku Kedokteran
(EGC): Jakarta.
Herdman, H. T., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification 2018-2020: Thieme.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran (EGC): Jakarta.
Kristiyanasari, W. (2010). Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Cetakan
kedua. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rudolph, Abraham M. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolf Vol 1, Ed.20. Penerbit Buku
Kedokteran (EGC): Jakarta.
Suriadi, Yuliani R. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik Askep Anak. Sagung Setia:
Jakarta.
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol.2, Ed. 6. Penerbit Buku
Kedokteran (EGC): Jakarta.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Ed. 4. EGC: Jakarta.
FAKULTAS ILMU KESEHATANPROGRAM PROFESI NERS
UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG
Jl. Manafe No.17 OebufuKota Kupang
Telp/faks (0380) 834 0255E-mail: citrabangsa@ucb.ac.id
Pembimbing
: Novi Ton, S.Kep,NS TTD :
Institusi
Pembimbing Klinik : Theresia E Hormat, S.Kep,NS TTD :
I. PENGKAJIAN
1. Biodata
a) Nama Bayi (inisial) : By. Ny. H.B
Umur / Tgl Lahir : 5hari/12 November 2019
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke - : 1
Jumlah Saudara : -
b) Orang tua :
Nama ibu : Ny. H.B Nama Ayah : Tn.S.L
Umur / Tgl Lahir : 25 tahun Umur / Tgl : 25 tahun/2/2/1994
/04/11/1994 Lahir
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Agama : Islam Agama : Islam
3. Riwayat Natal
Usia kehamilan : 32 minggu
Cara Persalinan : (√ ) Spontan ( ) SC ( ) Forcep ( )
Lama persalinan : Bayi rujukan dari Soe
Kala I : -
Kala II : -
Kala III : -
Kala IV : -
5. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien rujukan dari soe , pasien lahir spontan, saat lahir
pasien tidak menangis, sedikit fleksi, ada usaha napas.
6. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Keadaan bayi tampak lemah, sesak napas, ada
restraksi dinding dada, RR 60 x/mnt. HR136 x/mnt,
suhu 36,4 ˚C, terpasang O2 nasal kanul 1 ltr/mnt,
terpasang OGT, pasien sementara puasa, terpasang
infus PG ( protein, glukosa) 249 cc/24 jam .
BB saat ini : 1660 gr
Panjang Badan : 43 cm
Kepala : ( - ) caput succedaneum ( - ) cephal haematoma
( - ) hidrosefalus
Lingkar Kepala : 37 cm
Sutura : ( ) terbuka ( √ ) tertutup
(√ ) datar ( ) cembung ( ) cekung
Lain-lain : Tidak ada
Mata
Refleks eyeblink : ( √ ) positif ( ) negative
Pupil : (√ ) isokor ( ) anisokor
Sclera : ( ) kuning ( √ ) putih
Kongjungtiva : Anemis
Lain-lain : Tidak ada
Hidung
Septum : ( √ ) ada ( ) tidak ada
Secret : ( - ) purulen ( - ) mucus ( - ) darah
warna ( - ) putih ( - ) kuning ( - ) coklat
Massa : ( ) ada (√ ) tidak ada
Lain-lain : Terpasang O2 nasal kanul 1 ltr/mnt, sesak,
pernapasan cuping hidung.
Mulut
Bibir & palatum : ( √ ) utuh ( ) labioskisis ( ) palotoskisis
( ) labiopalatoskisis
Saliva : ( ) banyak (√ ) sedikit
Refleks suckling : ( √) positif ( ) negatif ( ) lemah
Refleks swallow : (√) positif ( ) negatif ( ) lemah
Refleks rooting : (√) positif ( ) negatif
Penggunaan OGT (√ ) ya ( ) tidak
Lain-lain : Tidak ada lendir pada mulut dan bayi masih
dipuasakan.
Telinga
Tulang kartilago : ( √ ) lunak ( ) keras
Serumen : ( ) ada (√ ) tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Paru – paru
Pernapasan : ( ) Abdominal ( √ ) thoracoabdominal
Bunyi : ( ) bronchial/vesikuler (√ ) ronki ( ) crackles/rales
( ) wheezing
Respiration rate : 60 x/mnt
Irama : (√ ) teratur ( ) tidak teratur
Penggunaan alat bantu : (√ ) O2, 1 literr/menit, metode: (√ ) nasal ( )
nafas masker
( - ) ETT ( -) CPAP ( - ) ventilator
SaO2 : -
Lain – lain : Pasien tampak sesak, ada penggunaan otot bantu
napas, napas cuping hidung
Jantung
Bunyi Jantung : (√ ) S1 ( √ ) S2 ( ) murmur / bising
Heart rate : 136 x/menit
( - ) takikardi ( - ) bradikardi
CRT : < 3 dtk
Pemasangan infuse : (√ ) ya ( ) tidak
Jenis cairan: Infus Aminosteril , D10%
Kebutuhan caiar 150 x1.660 = 249 cc/ 24 jam.
( Kebutuhan x faktor tetesan )
Waktu 60
249 x 60
24 60
= 10 tts/mnt
Lain – lain : Tidak ada
Abdomen
Inspeksi : (√ ) supel ( ) distensi ( ) asites ( ) hernia
umbilical
Tali pusat : (√ ) ada ( ) terlepas
(√ ) bersih ( ) kotor
( ) basah ( ) layu ( √ ) kering
warna:hitam
( √ ) tidak bau ( ) bau ( ) pus
Bising usus : (√ ) ada, 18 x / mnt ( ) tidak ada
Palpasi : ( - ) hepar membesar ( - ) limpa membesar ( - )
ginjal teraba
Lingkar perut : 24 cm
Lain – Lain : Tidak ada
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium : tanggal 18 November 2019
Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d Hiperventilasi
2. Ketidakefektifan termoregulasi b.d usia yang ekstrem (usia gestasi 32minggu).
3. Resiko infeksi b.d prosedur invasif
ANALISA DATA
Tanggaal Data
No. Data Objektif Etiologi Masalah
Subjektif
1. S: - Bayi tampak lemah, Hiperventilasi Ketidakefektifan
sesak napas, pola napas.
terpasang O2 nasal
kanul 1 liter/mnt, ada
restraksi dinding
dada, RR : 60 x/mnt,
HR 136 x/mnt
Jam 08.30
Mengatur posisi bayi semiektensi.
Memonitor pemberian oksigenasi nasal kanul
sesuai kebutuhan pasien1 ltr/mnt.
Jam 10.00
Mengobservasi TTV: RR: 54x/mnt, HR:
130x/mnt.
E: Pasien tampak lemah, sesak, terpasang
oksigenasi nasal kanul 1 ltr/mnt RR: 54x/mnt,
HR: 130x/mnt, ada retraksi dinding dada,
pernapasan cuping hidung .
2 19-11- . Ketidakefektifan termoregulasi S: -
2019 b.d usia yang ekstrem di tandai O: Pasien tampak lemah, suhu: 36,2 ˚C, akral
dengan suhu: 36,4 ˚C, akral hangat, fluktuasi suhu dibawah kisaran
normal.
dingin, suhu tubuh diatas dan
A: Masalah Ketidakefektifan termoregulasi belum
dibawah kisaran normal teratasi
P: Intervensi dilanjutkan.
I:
Jam 08.00
Mencuci tangan dengan benar
Mengobservasi keadaan umum pasien TTV,
Suhu: : 36, ˚C, RR: 54x /mnt, HR: 130 x/mnt.
Jam 09.00
Mengganti popok dan mengganti lake bayi,
mengatur posisi bayi yang nyaman ( posisi
semiekstensi).
Pasien tampak lemah, sesak, terpasang
oksigenasi nasal kanul 1 ltr/mnt S: 36,5 ˚C,
ada retraksi dinding dada.
Jam 09.30
E: Pasien tampak lemah,sesak napas, RR: 54
x/mnt, S: 36,5˚C, HR: 130x/mnt.
2 20-11- Ketidakefektifan S: -
2019 termoregulasi b.d usia O: Pasien tampak lemah, RR: 54 x/mnt, S: 36,5˚C, HR:
yang ekstrem di tandai 140x/mnt, kulit hangat.
A: Masalah Ketidakefektifan termoregulasi belum teratasi
dengan suhu: 36,4 ˚C,
P: Intervensi dilanjutkan.
akral dingin, suhu I:
tubuh diatas dan Jam 21.15
dibawah kisaran Mencuci tangan dengan benar
normal Mengobservasi keadaan umum bayi, suhu: 36,5˚C, HR: 140
x/mnt, RR: 54 x/mnt.
Jam 22.00
Mengatur posisi bayi semiektensi.
Mengganti popok dan lap kering daerah genitalia, ganti
selimut pasien setiap kali kotor.
Jam 22.20.
E: Pasien tampak tenang, Suhu: 36,7˚C, HR: 145 x/mnt, RR:
54 x/mnt
3 20-11- Resiko infeksi b.d S: -
prosedur invasif O: Pasien tampak lemah, terpasang infus ditangan kiri, tali
2019
ditandai dengan pusar kering, tidak ada pus, tidak berbau, tidak febris,
terpasang infus di RR: 54 x/mnt, S: : 36,5˚C, HR: 140x/mnt.
tangan kiri. A : Masalah resiko infeksi b.d prosedur invasif tidak terjadi.
P: Intervensi dilanjutkan.
I:
Jam 21.15
Mengobservasi keadaan umum pasien.
Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada daerah
pemasangan infus.
Jam 04.00
Mengobservasi TTV: S: 37˚ 6 C, HR: 149x/mnt, RR:
58x/mnt.
Jam 05.00
Memandikan bayi.
Merawat tali pusar.
Mengatur posisi bayi.
Jam 06.00
Mengobservasi TTV, S: 36˚ 7 C, HR: 149x/mnt, RR:
58x/mnt.
E: Pasien tampak lemah, terpasang infus dikaki kiri, tali
pusar kering, tidak ada pus, tidak berbau, , S: 36,7˚C, HR:
149x/mnt RR: 58x/mnt.
2 21-11- Ketidakefektifan S: -
2019 termoregulasi b.d usia O: Pasien tampak lemah, Suhu: , RR: 56 x/mnt , S: 37,˚C,
yang ekstrem di tandai HR: 146 x/mnt, akral hangat.
A: Masalah Ketidakefektifan termoregulasi b.d usia yang
dengan suhu: 36,4 ˚C,
ekstrem teratasi sebagian
akral dingin, suhu P: Intervensi dilanjutkan.
tubuh diatas dan I:
dibawah kisaran Jam 14.20
normal Mengobservasi keadaan umum bayi Suhu: 36˚ 6 C, akral
hangat..
Jam15.00
Mengganti popok dan lap kering daerah genitalia, ganti
selimut pasien setiap kali kotor.
Jam 16.00
E: Pasien tampak lemah, RR: 54 x/mnt, S: 37˚C, HR: 140
x/mnt.
EVALUASI SUMATIF.