Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN NEOPLASMA OVARIUM


KISTIK DI RUANG ASSALAM B RSIA SITI KHADIJAH 1 MAKASSAR

Disusun guna memenuhi tugas praktik klinik keperawatan Maternitas

NURLIANA
A1C120001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2020
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di
mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi
cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur
atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang
terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium
yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang
dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk.
2005).
Neoplasma Ovarium Kistik adalah bentuk padat atau kista yang dapat tumbuh secara
alami. Tumor ovarium biasanya asimtomatis sampai mereka besar yang dapat
menyebabkan tekanan pada pelvic ini merupakan deteksi dini dari keganasan.

2. JENIS - JENIS KISTA OVARIUM


Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progresterone diantaranya adalah :
 Kista non fungsional.
 Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di
dalam korteks.
 Kista fungsional.
 Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
 Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah
ovulasi.
 Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa.
 Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.

b. Kista neoplasma

 Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
 Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal
dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang
lain
 Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
 Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid
 Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
3. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,tipe folikuler
merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh
karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga
cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi
sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun
pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian
yang nantinya akan menjadi kista.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibatdari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil
ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh
seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.

4. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari
2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-
tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis
dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-
mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan
HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau
sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal
dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal
dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista
jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah
tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal
embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista
berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium
biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti
terlihat dalam sonogram.Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan
diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
5. PATHWAY

Degenerasi Infeksi
ovarium ovarium

Histerektomi Kistoma pembesaran Ruptur


ovari ovarium ovarium

Kurang Oovorektomi Resiko


informasi
perdarahan
Luka operasi
Kurang Gangguan
pengetahuan Diskontinuitas perfusi
jaringan jaringan

cemas
Port d’entry

anestesi Resti injuri


Pembatasan
Resiko
Komplikasi nutrisi
infeksi
peritonia Peristaltic Nervus
Metabolisme usus vagus
menurun menurun
Peritonitis
Reflex
Hipolisis Absorbsi air menelan
Resiko Nyeri di kolon
perdarahan
Asam laktat Resiko
Resiko aspirasi
konstipasi
keletihan

Gangguan metabolisme

Self care
defisit

6. KOMPLIKASI
a. Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum
jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan
skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
b. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
a. Ultrasonografi (USG)Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer)
digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi
(ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim
dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter
untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih
jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan
kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau
mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
c. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau
fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
b. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan
abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan
kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi
ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

9. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan
menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala
saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang
panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh
untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila
anda mempunyai kista ovarium :
a. Perut terasa penuh, berat, kembung
b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
c. Haid tidak teratur
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha.
e. Nyeri sanggama
f. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan
segera:
a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
b. Nyeri bersamaan dengan demam
c. Rasa ingin muntah

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengakajian Keperawatan
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta
data penanggung jawab
b. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah
abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan
muntah.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
4) Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista
ovarium.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista  ovarium.
6) Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan
sampai amenorhea.
d. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
1) Kepala
a) Hygiene rambut
b) Keadaan rambut
2) Mata
a) Sklera                  : ikterik/tidak
b) Konjungtiva        : anemis/tidak
c) Mata                    : simetris/tidak
3) Leher
a) pembengkakan kelenjer tyroid
b) Tekanan vena jugolaris.
4) Dada
5) Pernapasan
a) Jenis pernapasan
b) Bunyi napas
c) Penarikan sela iga
6) Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
7) Ekstremitas
a) Nyeri panggul saat beraktivitas.
b) Tidak ada kelemahan.
8) Eliminasi, urinasi
a) Adanya konstipasi
b) Susah BAK
c) Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat
umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
e. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
f. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai
penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien
dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi
mental klien yang ingin hamil/punya keturunan.
g. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri
h. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
1) Pemeriksaan Hb
2) Ultrasonografi untuk mengetahui letak batas kista.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2) Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
3) Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
3. RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
No Diangosa Keperawatan Tujuan (Noc) Intervensi (Nic)

1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan Pain Management
fisik keperawatan selama  Lakukan pengkajian nyeri secara
3x24 jam diharapkan komprehensif termasuk lokasi,
nyeri pasien berkurang karakteristik, durasi, frekuensi,
NOC : kualitas dan faktor presipitasi
 Pain Level,  Observasi reaksi nonverbal dari
 Pain control, ketidaknyamanan
 Comfort level  Gunakan teknik komunikasi
Kriteria Hasil : terapeutik untuk mengetahui
 Mampu mengontrol pengalaman nyeri pasien
nyeri (tahu penyebab  Kaji kultur yang mempengaruhi
nyeri, mampu respon nyeri
menggunakan tehnik  Evaluasi pengalaman nyeri masa
nonfarmakologi untuk lampau
mengurangi nyeri,  Evaluasi bersama pasien dan tim
mencari bantuan) kesehatan lain tentang
 Melaporkan bahwa ketidakefektifan kontrol nyeri masa
nyeri berkurang lampau
dengan menggunakan  Bantu pasien dan keluarga untuk
manajemen nyeri mencari dan menemukan dukungan
 Mampu mengenali  Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri (skala, mempengaruhi nyeri seperti suhu
intensitas, frekuensi ruangan, pencahayaan dan
dan tanda nyeri) kebisingan
 Menyatakan rasa  Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyaman setelah nyeri  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
berkurang (farmakologi, non farmakologi dan
 Tanda vital dalam inter personal)
rentang normal  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol infeksi)
penurunan pertahanan keperawatan selama 3x  Bersihkan lingkungan setelah
primer 24 jam diharapakan dipakai pasien lain
infeksi terkontrol  Pertahankan teknik isolasi
NOC :  Batasi pengunjung bila perlu
 Immune Status  Instruksikan pada pengunjung untuk
 Knowledge : mencuci tangan saat berkunjung dan
Infection control setelah berkunjung meninggalkan
 Risk control pasien
Kriteria Hasil :  Gunakan sabun antimikrobia untuk
 Klien bebas dari cuci tangan
tanda dan gejala  Cuci tangan setiap sebelum dan
infeksi sesudah tindakan kperawtan
 Mendeskripsikan  Gunakan baju, sarung tangan
proses penularan sebagai alat pelindung
penyakit, factor yang  Pertahankan lingkungan aseptik
mempengaruhi selama pemasangan alat
penularan serta  Ganti letak IV perifer dan line
penatalaksanaannya, central dan dressing sesuai dengan
 Menunjukkan petunjuk umum
kemampuan untuk  Gunakan kateter intermiten untuk
mencegah timbulnya menurunkan infeksi kandung
infeksi kencing
 Jumlah leukosit  Tingktkan intake nutrisi
dalam batas normal  Berikan terapi antibiotik bila perlu
 Menunjukkan
perilaku hidup sehat
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
3. Deficit personal hyegene Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene managemen
b.d imobilitas (nyeri keperawatan selama  Kaji keterbatasan pasien dalam
pembedahan) 3x24 jam diharapakan perawatan diri
pasien menunjukkan  Berikan kenyamanan pada pasien
kebersihan diri dengan membersihkan tubuh pasien
NOC : (oral,tubuh,genital)
 Kowlwdge : disease  Ajarkan kepada pasien pentingnya
process menjaga kebersihan diri
 Kowledge : health  Ajarkan kepada keluarga pasien
Behavior dalam menjaga kebersihan pasien
Kriteria Hasil :
 Pasien bebas dari bau
 Pasien tampak
menunjukkan
kebersihan
 Pasien nyaman

DAFTAR PUSTAKA
A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta:EGC.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and


Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-
ovarium.html#.VA3JO0B6PMw

PENGKAJIAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (GSR)

Nama Mahasiswa : Nurliana Tanggal pengkajian: 16-03-2021


Nim : A1CI20001 Ruangan / RS : Assalam B

I. Data umum klien

No. Reg : 115640

Initial : Ny.S

Alamat : Bungidusun

Tgl masuk RS : 12-03-2021

Tgl pengkajian : 16-03-2021

Tindakan medis : Neoplasma Ovarium Kistik

II. Masalah utama

Keluhan utama : Nyeri luka operasi

Riwayat keluhan utama

Mulai timbulnya : klien mengatakan nyeri timbul pada saat bergerak

Sifat keluhan : skala nyeri 3

Lokasi keluhan : pada bekas luka oprasi

Faktor pencetus : pada saat bergerak

Keluhan lain : Tidak ada

Pengaruh keluhan terhadap aktivitas / fungsi tubuh : ada

Usaha klien untuk mengatasinya

III. Pengkajian

Seksualitas

Subyektif

Usia manarche : 14 Tahun

Siklus haid : 28 Hari

Durasi haid : 7 – 8 Hari

Klien mengatakan pada saat haid mengalami nyeri (Dismonorea)


Rabas pervagina : Tidak ada

Metode kontrasepsi terakhir : Tidak ada

Status obstetri : G: 3 P: 3 A: 0

Riwayat persalinan

Term penuh: Ya prematur : Tidak

Multiple : Tidak

Riwayat persalinan terakhir :

Tahun : 2008 Tempat: Praktek Bidan

Lama gestasi: 9 bulan

Jenis persalinan: Normal

Berat badan bayi: 3100 gr

Komplikasi maternal / bayi: Tidak ada

Obyektif :

PAP smear terakhir (tgl dan hasil): Tidak ada

Tes serologi (tgl dan hasil): Tidak ada

Makanan dan cairan

Subyektif :

Masukan oral 4 jam terakhir: Nasi

Mual / muntah : tidak ada

hilang nafsu makan masalah mengunyah: tidak ada

Pola makan: baik

Frekuensi : 3x/hari

Konsumsi cairan :1,5 cc/hari

BB: 54 kg

TB: 157 cm
Turgor kulit: elastic

Membran mukosa mulut: lembab

Nyeri :

Subyektif

Lokasi : bekas luka oprasi perut bagian bawah

Intensitas (skala 0 – 10): 3

Frekuensi : ± 5 x

Durasi : hilang timbul

Faktor pencetus: saat klien banyak bergerak

Cara mengatasi : mengelus-elus daerah abdomen

Obyektif :

 Wajah meringis : Ya

 Melindungi area yang sakit : Ya

 Fokus menyempit: Ya

Pernapasan

Subyektif :

Dispnoe ; batuk / sputum : tidak ada

riwayat bronkhitis : tidak ada

Asma : tidak ada

Tuberkulosis : tidak ada

Emfisema : tidak ada

Pneumonia berulang : tidak ada

Perokok, lamanya: Tidak pernah Tahun

Penggunaan alat bantu pernapasan (O2): tidak ada L/menit

Obyektif:
Frekuensi : 20 x/menit

Irama : Teratur (eupnoe)

Bunyi nafaas: vesikuler

Karakteristik sputum : tidak ada

Hasil rontgen: Tidak ada

IV. Analisa Data

Hari/tanggal Data sign/sistom Etiologi Problem


Selasa DS: Adanya Luka Post Gangguan Rasa

16/03/2021 - Klien mengatakan nyeri pada Operasi Nyaman : Nyeri

bagian abdomen

- Klien mengatakan nyeri

hilang timbul

- Klien mengatakan nyeri

muncul saat bergerak

DO:

- Keadan umumnya lemah

- Klien tampak meringis

- Klien tampak melindungi

area yang sakit.

- Skala nyeri 3

- Adanya bekas operasi

- TTV

TD: 120/80 mmHg

N : 80 x/m

S : 36,2 °C

P : 20 x/m
V. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Berhubungan Dengan Luka Bekas Operasi.

VI. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan ktiteria Intervensi Rasional

keperawatan hasil
1. Gangguan rasa Setelah di lakukan - Kaji skala nyeri (0-10) - Dengan mengkaji

nyaman nyeri tindakan tingkat nyeri dapat

berhubungan dengan keperawatan 1x12 mengetahui tingkat nyeri

luka bekas operasi jam di harapkan yang di rasakan

DS: nyeri teratasi,

- Klien dengan kriteria - Observasi TTV

mengatakan hasil : - Mengetahui keadaan

nyeri pada - Ku : baik - Ajarkan klien umum klien dan

bagian - Klien tampak latihan mobilisasi perkembngan kesehatan

abdomen tenang secara bertahap pasien sehingga mampu

- Klien - Skala nyeri 1 mengidentifikasi

mengatakan - Bekas lukanya (-) - Ajarkan tehnik kesehatan pasien.

nyeri hilang - TTV : Normal relaksasi napas

timbul dalam - membantu proses

- Klien penyembuhan luka

mengatakan - Libatkan keluarga

nyeri muncul dalam pemenuhan -meningkatkan relaksasi

saat bergerak kebutuhan klien. dan membantu

DO: memfokuskan kembali

- Keadan - Kolaborasi dengan perhatian sehingga


umumnya tim medis dalam membantu meningkatkan

lemah pemberian obat. kenyamanan pasien dan

- Klien tampak mngurangi nyeri

meringis

- Klien tampak - membantu pasien

melindungi mengtasi untuk

area yang mengurangi rasa nyeri

sakit.

- Skala nyeri 3 - Membantu proses

- Adanya penyembuhan

bekas operasi penyakit

- TTV

TD: 120/80

mmHg

N : 80 x/m

S : 36,2 °C

- P : 20 x/m

VII. Implementasi

No Tgl / jam Diagnosa Implementasi Tgl/jam Evaluasi


1. 16/03/202 Gangguan rasa - mengkaji skala nyeri 16/03/202 S:

1 nyaman nyeri Skala nyeri 3 1 Klien mengatakan masi

14.30 berhubungan - Mengukur TTV terasa nyeri dan kulai


dengan luka bekas TD: 120/80 mmHg terasa pada saat bergerak

operasi N : 80 x/m O:

DS: S : 36,2 °C - Ku: Lemah

- Klien P : 20 x/m - Klien tmpk

mengataka - Mengajarkan klien meringis

n nyeri mobilisasi secara - Skala nyeri 3

pada bagian bertahap (posisi sim - Adanya luka

abdomen kanan/kiri) bekas operasi

- Klien - Mengajarkan teknik - TTV:

mengataka relaksasi napas dalam TD: 120/80

n nyeri - Melibatkan kelurga mmHg

hilang dalam pemenuhan N : 80 x/m

timbul kebutuhan klien S : 36,2 °C

- Klien - Memberi obat injeksi P : 20 x/m

mengataka Cefodrixil A:

n nyeri Asam mefenamat Masalah belum teratasi

muncul saat

bergerak P:

DO: intervensi di lanjutkan

- Keadan

umumnya

lemah

- Klien

tampak

meringis
- Klien

tampak

melindungi

area yang

sakit.

- Skala nyeri

- Adanya

bekas

operasi

- TTV

TD: 120/80

mmHg

N : 80 x/m

S : 36,2

°C

P : 20 x/m
2. 17/03/202 Gangguan rasa - Mengkaji skala nyeri : skla 17/03/202 S:

1 nyaman nyeri nyeri 3 1 Klien mengatakan nyeri

berhubungan - Mengukur TTV: semakin berkurang

dengan luka bekas TD: 120/80 O:

operasi N : 80 x/m - Ku: Baik

DS: S : 36,6 °C - Klien tampak

- Klien P : 20 x/m tenang

mengataka - Mengajarkan sklien latihan - Klien tampak

n nyeri mobilisasi secara bertahap bergerak dan


pada bagian ( berjalan) berdiri tanpa

abdomen - mengajarkan tehnik relaksasi bantuan

- Klien napas dalam - Skala nyeri 2

mengataka - melibatkan keluarga dalam - Adanya luka

n nyeri pemenuhan kebutuhan klien bekas operasi

hilang - TTV:

timbul TD: 120/80

- Klien mmHg

mengataka N : 80 x/m

n nyeri S : 36,6 °C

muncul saat P : 20 x/m

bergerak A:

DO: Masalah sebagian

- Keadan teratasi

umumnya

lemah P:

- Klien intervensi di hentikan

tampak

meringis

- Klien

tampak

melindungi

area yang

sakit.

- Skala nyeri
3

- Adanya

bekas

operasi

- TTV

TD: 120/80

mmHg

N : 80 x/m

S : 36,6

°C

P : 20 x/m

Anda mungkin juga menyukai