NURLIANA
A1C120001
b. Kista neoplasma
Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal
dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang
lain
Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid
Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
3. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,tipe folikuler
merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh
karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga
cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi
sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun
pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian
yang nantinya akan menjadi kista.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibatdari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil
ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh
seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
4. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari
2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-
tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis
dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-
mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan
HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau
sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal
dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal
dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista
jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah
tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal
embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista
berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium
biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti
terlihat dalam sonogram.Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan
diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
5. PATHWAY
Degenerasi Infeksi
ovarium ovarium
cemas
Port d’entry
Gangguan metabolisme
Self care
defisit
6. KOMPLIKASI
a. Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum
jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan
skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
b. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
a. Ultrasonografi (USG)Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer)
digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi
(ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim
dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter
untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih
jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan
kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau
mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
c. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau
fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
b. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan
abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan
kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi
ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
9. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan
menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala
saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang
panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh
untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila
anda mempunyai kista ovarium :
a. Perut terasa penuh, berat, kembung
b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
c. Haid tidak teratur
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha.
e. Nyeri sanggama
f. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan
segera:
a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
b. Nyeri bersamaan dengan demam
c. Rasa ingin muntah
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2) Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
3) Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
3. RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
No Diangosa Keperawatan Tujuan (Noc) Intervensi (Nic)
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan Pain Management
fisik keperawatan selama Lakukan pengkajian nyeri secara
3x24 jam diharapkan komprehensif termasuk lokasi,
nyeri pasien berkurang karakteristik, durasi, frekuensi,
NOC : kualitas dan faktor presipitasi
Pain Level, Observasi reaksi nonverbal dari
Pain control, ketidaknyamanan
Comfort level Gunakan teknik komunikasi
Kriteria Hasil : terapeutik untuk mengetahui
Mampu mengontrol pengalaman nyeri pasien
nyeri (tahu penyebab Kaji kultur yang mempengaruhi
nyeri, mampu respon nyeri
menggunakan tehnik Evaluasi pengalaman nyeri masa
nonfarmakologi untuk lampau
mengurangi nyeri, Evaluasi bersama pasien dan tim
mencari bantuan) kesehatan lain tentang
Melaporkan bahwa ketidakefektifan kontrol nyeri masa
nyeri berkurang lampau
dengan menggunakan Bantu pasien dan keluarga untuk
manajemen nyeri mencari dan menemukan dukungan
Mampu mengenali Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri (skala, mempengaruhi nyeri seperti suhu
intensitas, frekuensi ruangan, pencahayaan dan
dan tanda nyeri) kebisingan
Menyatakan rasa Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyaman setelah nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri
berkurang (farmakologi, non farmakologi dan
Tanda vital dalam inter personal)
rentang normal Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol infeksi)
penurunan pertahanan keperawatan selama 3x Bersihkan lingkungan setelah
primer 24 jam diharapakan dipakai pasien lain
infeksi terkontrol Pertahankan teknik isolasi
NOC : Batasi pengunjung bila perlu
Immune Status Instruksikan pada pengunjung untuk
Knowledge : mencuci tangan saat berkunjung dan
Infection control setelah berkunjung meninggalkan
Risk control pasien
Kriteria Hasil : Gunakan sabun antimikrobia untuk
Klien bebas dari cuci tangan
tanda dan gejala Cuci tangan setiap sebelum dan
infeksi sesudah tindakan kperawtan
Mendeskripsikan Gunakan baju, sarung tangan
proses penularan sebagai alat pelindung
penyakit, factor yang Pertahankan lingkungan aseptik
mempengaruhi selama pemasangan alat
penularan serta Ganti letak IV perifer dan line
penatalaksanaannya, central dan dressing sesuai dengan
Menunjukkan petunjuk umum
kemampuan untuk Gunakan kateter intermiten untuk
mencegah timbulnya menurunkan infeksi kandung
infeksi kencing
Jumlah leukosit Tingktkan intake nutrisi
dalam batas normal Berikan terapi antibiotik bila perlu
Menunjukkan
perilaku hidup sehat
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
3. Deficit personal hyegene Setelah dilakukan asuhan Personal hyegene managemen
b.d imobilitas (nyeri keperawatan selama Kaji keterbatasan pasien dalam
pembedahan) 3x24 jam diharapakan perawatan diri
pasien menunjukkan Berikan kenyamanan pada pasien
kebersihan diri dengan membersihkan tubuh pasien
NOC : (oral,tubuh,genital)
Kowlwdge : disease Ajarkan kepada pasien pentingnya
process menjaga kebersihan diri
Kowledge : health Ajarkan kepada keluarga pasien
Behavior dalam menjaga kebersihan pasien
Kriteria Hasil :
Pasien bebas dari bau
Pasien tampak
menunjukkan
kebersihan
Pasien nyaman
DAFTAR PUSTAKA
A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista-
ovarium.html#.VA3JO0B6PMw
Initial : Ny.S
Alamat : Bungidusun
III. Pengkajian
Seksualitas
Subyektif
Status obstetri : G: 3 P: 3 A: 0
Riwayat persalinan
Multiple : Tidak
Obyektif :
Subyektif :
Frekuensi : 3x/hari
BB: 54 kg
TB: 157 cm
Turgor kulit: elastic
Nyeri :
Subyektif
Frekuensi : ± 5 x
Obyektif :
Wajah meringis : Ya
Fokus menyempit: Ya
Pernapasan
Subyektif :
Obyektif:
Frekuensi : 20 x/menit
bagian abdomen
hilang timbul
DO:
- Skala nyeri 3
- TTV
N : 80 x/m
S : 36,2 °C
P : 20 x/m
V. Diagnosa Keperawatan
VI. Intervensi
keperawatan hasil
1. Gangguan rasa Setelah di lakukan - Kaji skala nyeri (0-10) - Dengan mengkaji
meringis
sakit.
- Adanya penyembuhan
- TTV
TD: 120/80
mmHg
N : 80 x/m
S : 36,2 °C
- P : 20 x/m
VII. Implementasi
operasi N : 80 x/m O:
mengataka Cefodrixil A:
muncul saat
bergerak P:
- Keadan
umumnya
lemah
- Klien
tampak
meringis
- Klien
tampak
melindungi
area yang
sakit.
- Skala nyeri
- Adanya
bekas
operasi
- TTV
TD: 120/80
mmHg
N : 80 x/m
S : 36,2
°C
P : 20 x/m
2. 17/03/202 Gangguan rasa - Mengkaji skala nyeri : skla 17/03/202 S:
hilang - TTV:
- Klien mmHg
mengataka N : 80 x/m
n nyeri S : 36,6 °C
bergerak A:
- Keadan teratasi
umumnya
lemah P:
tampak
meringis
- Klien
tampak
melindungi
area yang
sakit.
- Skala nyeri
3
- Adanya
bekas
operasi
- TTV
TD: 120/80
mmHg
N : 80 x/m
S : 36,6
°C
P : 20 x/m