Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu system

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah

terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan

dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan

implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes RI, 2008).

Keselamatan pasien ( patient safety) merupakan sistem yang

bertujuan untuk memberikan asuhan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit bagian kelima menjelaskan tentang Keselamatan

Pasien yaitu Pasal 43 ayat (1) rumah sakit wajib menerapkan standar

keselamatan pasien, (2) standar keselamatan pasien sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pelaporan insiden,

menganalisa dan menerapkan pemecahan masalah dalam rangka

menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 1691 tahun 2011

tentang keselamatan pasien, terdapat istilah insiden keselamatan


pasien yaitu setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat

dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),

Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan

Kejadian Potensia lCedera (KPC).

Padatahun 2000, IOM menerbitkan laporan : “To Err is Human”,

Building a Safer Health System. Laporan itu mengemukakan penelitian

di beberapa rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York tentang

KTD. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD sebanyak 2,9%, dan 6,6%

di antaranya menyebabkan kematian, sementara di New York angka

KTD sebesar 3,7% dengan angka kematian mencapai 13,6%. Angka

kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika

berjumlah 33,6 juta per tahun. Dari publikasi WHO pada tahun 2004

yang mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai

negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD

dengan rentang 3,2%-16,6%. (Depkes RI, 2006).

Laporan di atas telah menggerakkan system kesehatan dunia

untuk merubah paradigma pelayanan kesehatan menuju keselamatan

pasien (patient safety). Gerakan ini berdampak juga terhadap

pelayanan kesehatan di Indonesia melalui pembentukan KKPRS

(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit) pada tahun 2004 (Mulyana,

2013).

2
Di Indonesia data tentang KTD apalagi KNC masih langka,

namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “Mal Praktek” yang

belumtentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka

meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan

Rumah Sakit Seluruh Indonesia telah mengambil inisiatif membentuk

Komite Keselamatan Pasien RumahSakit (KKP-RS). Komite tersebut

telah aktif melaksanakan langkah-langkah persiapan pelaksanaan

keselamatan pasien rumah sakit dengan mengembangkan laboratorium

program keselamatan pasien rumah sakit (Mulyana,2013).

Pada tahun 2007 KKP-RS melaporkan insiden keselamatan

pasien sebanyak 145 insiden yang terdiri dari KTD 46%, KNC 48% dan

lain-lain 6%, dan lokasi kejadian tersebut berdasarkan provinsi

ditemukan DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% di ikuti

Jawa Tengah 15,9%, DI Yogyakarta 13,8%, JawaTimur 11,7%,

Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%,Sulawesi Selatan

0,69% dan Aceh 0,68%. Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden

Keselamatan Pasien (Kongres PERSI September 2007), kesalahan

dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24.8%) dari 10

besar insiden yang dilaporkan (Mulyana,2013).

Di wilayah Sulawesi Tenggara, data laporan mengenai KTD,

KNC maupu nKTC masih jarang ditemui.Terlepas dari hal tersebut,

Cahyono (2012) mengungkapkan bahwa Perawat merupakan tenaga

kesehatan dengan jumlah terbanyak dirumah sakit, pelayanan terlama

3
(24 jam secara terus menerus) dan tersering berinteraksi pada pasien

dengan berbagai prosedur dan berbagai tindakan perawat. Kesalahan

factor manusia dapat terjadi karena masalah komunikasi, tekanan

pekerjaan, kesibukan dan kelelahan.

Data yang di peroleh dalam hasil survey awal yang dilakukan

oleh peneliti di Rumah Sakit Umum Santa Anna Kendari, menunjukan

bahwa tenaga operasional perawat berjumlah 52 orang dengan

klasifikasi pendidikan Ners 10 orang,S.Kep 5 orang, D-III Keperawatan

26 orang, dan SPK 11 orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti pada 10 tenaga perawat, semuanya mengakui bahwa pernah

melakukan atau mengalami kejadian yang tidak di harapkan. Hal ini

terjadi dalam proses waktu atau dosis pemberian obat, kurang

pengawasan terhadap cairan intra vena, dan pasien terjatuh.

Menurut Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008),

langkah menuju keselamatan pasien bagi staf rumah sakit dilakukan

dengan tujuh cara yaitu membangun kesadaran akan nilai keselamatan

pasien, memimpin dan mendukung staf, mengintegrasikan aktivitas

pengelolaan risiko, mengembangkan sistem pelaporan, melibatkan dan

berkomunikasi dengan pasien, melakukan kegiatan belajar dan berbagi

pengalaman tentang keselamatan pasien, dan mencegah cedera

melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

Geller dalam Chooper (2000), berpendapat tentang Total Safety

Culture bahwa ada tiga kelompok faktor yang dapat mempengaruhi

4
budaya keselamatan pasien, yaitu faktor personal, factor perilaku

organisasi, dan factor lingkungan. Faktor personal tersebut mencakup

pengetahuan, sikap, motivasi kerja, kompetensi, dan kepribadian.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Berdasarkan

penelitian diperoleh bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Mulyana, 2013).

Teori ini memberikan penjelasan bahwasanya pelaksanaan Patient safety

akan berjalan lebih baik jika seorang perawat memiliki pengetahuan yang

cukup tentang Patient safety.

Terlepas dari masalah pengetahuan perawat yang akan berdampak

pada baik atau buruknya pelaksanaan Patient safety, hal lain yang juga

menjadi penentu dalam pelaksanaan Patient safety adalah sikap. Sikap

merupakan reaksi evaluatif yang disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu

atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan

perilaku seseorang (Zanna & Rempel dalam Sarwono, 2009). Jika perawat

memiliki sikap yang positif maka akan menuntun perawat untuk melakukan

Patient safety begitu pula sebaliknya.

Mengingat pelaksanaan setiap kegiatan pada fasilitas pelayanan

kesehatan bergantung pada setiap individu dari tenaga kesehatan,

maka motivasi menjadi sesuatu yang penting termaksud dalam

pelaksanaan Patient safety. Motivasi adalah suatu kondisi yang

mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau

kegiatan, yang berlangsung secara sadar (Nawawi, 2008).

5
Uraian pada paragraf diatas menunjukan pentingnya

pengetahuan, sikap dan motivasi kerja perawat dalam pelaksanaan

patientsafety. Jika salah satu komponen diatas mengarah kepada

sesuatu yang negatif atau kurang, maka akan berdampak pada

pelaksanaan patien tsafety itu sendiri. Pengetahuan seorang perawat

mengenai pelaksanaan patient safety akan menjadi penentu dalam hal

benar atau tidaknya tindakan yang dilakukan. Begitu pula dengan sikap

seorang perawat yang akan menentukan pelaksanaan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan standar–standar patient safety atau

sebaliknya. Sementara itu, motivasi yang kurang baik dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan, memungkinkan setiap tindakan

dilaksanakan dalam keadaan terpaksa oleh perawat.

Berdasakan uraian latar belakang di atas, peneliti bermaksud

melakukan suatu penelitian dengan judul “Hubungan Antara

Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Kerja Perawat Dengan Pelaksanaan

Patient SafetyDi Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Santa Anna

Kota Kendari”.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di

atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:

1. Adakah hubungan antara pengetahuan perawat dengan

pelaksanaan patient safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Santa Anna Kota Kendari?

6
2. Adakah hubungan antara sikap perawat dengan pelaksanaan patient

safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota

Kendari?

3. Adakah hubungan antara motivasi kerja perawat dengan

pelaksanaan patient safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Santa Anna Kota Kendari?

C. TujuanPenelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan

motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan patient safetydi Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari.

2. Tujuankhusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat

dengan pelaksanaan patient safety di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari.

b. Untuk mengetahui hubungan antara sikap perawat dengan

pelaksanaan patient safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Santa Anna Kota Kendari.

c. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja perawat

dengan pelaksanaan patient safety di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari.

7
D. ManfaatPenelitian

Peneliti berharap setelah melakukan penelitian dapat memperoleh

manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak

Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota sebagai sumber informasi

khususnya tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan

motivasi kerja perawat dengan pencapaian sasaran

kesalamatanpasien.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

memperluas wawasan mahasiswa khususnya bagi peneliti pribadi

tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi kerja

perawat dengan pencapaian sasaran kesalamatanpasien.

2. Manfaat teoritis

a. Dapat dijadikan sumber informasi atau bahan bacaan bagi

mahasiswa Sekolah Tinggin Ilmu Kesehatan Mandala Waluya

Kendari dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi kerja

perawat dengan pencapaian sasaran kesalamatan pasien.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi profesi kesehatan

khususnya keperawatan dalam rangka peningkatan mutu

8
pelayanan kesehatan dan dapat dijadikan panduan bagi para

peneliti selanjutnya.

BAB I

PENDAHULUAN

E. LatarBelakang

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu system

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah

terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan

dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan

implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes RI, 2008).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit bagian kelima menjelaskan tentang Keselamatan

Pasien yaitu Pasal 43 ayat (1) rumah sakit wajib menerapkan standar

keselamatan pasien, (2) standar keselamatan pasien sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pelaporan insiden,

menganalisa dan menerapkan pemecahan masalah dalam rangka

menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.

9
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 1691 tahun 2011

tentang keselamatan pasien, terdapat istilah insiden keselamatan

pasien yaitu setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat

dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),

Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan

Kejadian Potensia lCedera (KPC).

Padatahun 2000, IOM menerbitkan laporan : “To Err is Human”,

Building a Safer Health System. Laporan itu mengemukakan penelitian

di beberapa rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York tentang

KTD. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD sebanyak 2,9%, dan 6,6%

di antaranya menyebabkan kematian, sementara di New York angka

KTD sebesar 3,7% dengan angka kematian mencapai 13,6%. Angka

kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika

berjumlah 33,6 juta per tahun. Dari publikasi WHO pada tahun 2004

yang mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai

negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD

dengan rentang 3,2%-16,6%. (Depkes RI, 2006).

Laporan di atas telah menggerakkan system kesehatan dunia

untuk merubah paradigma pelayanan kesehatan menuju keselamatan

pasien (patient safety). Gerakan ini berdampak juga terhadap

pelayanan kesehatan di Indonesia melalui pembentukan KKPRS

10
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit) pada tahun 2004 (Mulyana,

2013).

Di Indonesia data tentang KTD apalagi KNC masih langka,

namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “Mal Praktek” yang

belumtentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka

meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan

Rumah Sakit Seluruh Indonesia telah mengambil inisiatif membentuk

Komite Keselamatan Pasien RumahSakit (KKP-RS). Komite tersebut

telah aktif melaksanakan langkah-langkah persiapan pelaksanaan

keselamatan pasien rumah sakit dengan mengembangkan laboratorium

program keselamatan pasien rumah sakit (Mulyana,2013).

Pada tahun 2007 KKP-RS melaporkan insiden keselamatan

pasien sebanyak 145 insiden yang terdiri dari KTD 46%, KNC 48% dan

lain-lain 6%, dan lokasi kejadian tersebut berdasarkan provinsi

ditemukan DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% di ikuti

Jawa Tengah 15,9%, DI Yogyakarta 13,8%, JawaTimur 11,7%,

Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%,Sulawesi Selatan

0,69% dan Aceh 0,68%. Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden

Keselamatan Pasien (Kongres PERSI September 2007), kesalahan

dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24.8%) dari 10

besar insiden yang dilaporkan (Mulyana,2013).

Di wilayah Sulawesi Tenggara, data laporan mengenai KTD,

KNC maupu nKTC masih jarang ditemui.Terlepas dari hal tersebut,

11
Cahyono (2012) mengungkapkan bahwa Perawat merupakan tenaga

kesehatan dengan jumlah terbanyak dirumah sakit, pelayanan terlama

(24 jam secara terus menerus) dan tersering berinteraksi pada pasien

dengan berbagai prosedur dan berbagai tindakan perawat. Kesalahan

factor manusia dapat terjadi karena masalah komunikasi, tekanan

pekerjaan, kesibukan dan kelelahan.

Data yang di peroleh dalam hasil survey awal yang dilakukan

oleh peneliti di Rumah Sakit Umum Santa Anna Kendari, menunjukan

bahwa tenaga operasional perawat berjumlah 52 orang dengan

klasifikasi pendidikan Ners 10 orang,S.Kep 5 orang, D-III Keperawatan

26 orang, dan SPK 11 orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti pada 10 tenaga perawat, semuanya mengakui bahwa pernah

melakukan atau mengalami kejadian yang tidak di harapkan. Hal ini

terjadi dalam proses waktu atau dosis pemberian obat, kurang

pengawasan terhadap cairan intra vena, dan pasien terjatuh.

Menurut Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008),

langkah menuju keselamatan pasien bagi staf rumah sakit dilakukan

dengan tujuh cara yaitu membangun kesadaran akan nilai keselamatan

pasien, memimpin dan mendukung staf, mengintegrasikan aktivitas

pengelolaan risiko, mengembangkan sistem pelaporan, melibatkan dan

berkomunikasi dengan pasien, melakukan kegiatan belajar dan berbagi

pengalaman tentang keselamatan pasien, dan mencegah cedera

melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

12
Geller dalam Chooper (2000), berpendapat tentang Total Safety

Culture bahwa ada tiga kelompok faktor yang dapat mempengaruhi

budaya keselamatan pasien, yaitu faktor personal, factor perilaku

organisasi, dan factor lingkungan. Faktor personal tersebut mencakup

pengetahuan, sikap, motivasi kerja, kompetensi, dan kepribadian.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Berdasarkan

penelitian diperoleh bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Mulyana, 2013).

Teori ini memberikan penjelasan bahwasanya pelaksanaan Patient safety

akan berjalan lebih baik jika seorang perawat memiliki pengetahuan yang

cukup tentang Patient safety.

Terlepas dari masalah pengetahuan perawat yang akan berdampak

pada baik atau buruknya pelaksanaan Patient safety, hal lain yang juga

menjadi penentu dalam pelaksanaan Patient safety adalah sikap. Sikap

merupakan reaksi evaluatif yang disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu

atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan

perilaku seseorang (Zanna & Rempel dalam Sarwono, 2009). Jika perawat

memiliki sikap yang positif maka akan menuntun perawat untuk melakukan

Patient safety begitu pula sebaliknya.

Mengingat pelaksanaan setiap kegiatan pada fasilitas pelayanan

kesehatan bergantung pada setiap individu dari tenaga kesehatan,

maka motivasi menjadi sesuatu yang penting termaksud dalam

pelaksanaan Patient safety. Motivasi adalah suatu kondisi yang

13
mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau

kegiatan, yang berlangsung secara sadar (Nawawi, 2008).

Uraian pada paragraf diatas menunjukan pentingnya

pengetahuan, sikap dan motivasi kerja perawat dalam pelaksanaan

patientsafety. Jika salah satu komponen diatas mengarah kepada

sesuatu yang negatif atau kurang, maka akan berdampak pada

pelaksanaan patien tsafety itu sendiri. Pengetahuan seorang perawat

mengenai pelaksanaan patient safety akan menjadi penentu dalam hal

benar atau tidaknya tindakan yang dilakukan. Begitu pula dengan sikap

seorang perawat yang akan menentukan pelaksanaan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan standar–standar patient safety atau

sebaliknya. Sementara itu, motivasi yang kurang baik dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan, memungkinkan setiap tindakan

dilaksanakan dalam keadaan terpaksa oleh perawat.

Berdasakan uraian latar belakang di atas, peneliti bermaksud

melakukan suatu penelitian dengan judul “Hubungan Antara

Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Kerja Perawat Dengan Pelaksanaan

Patient SafetyDi Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Santa Anna

Kota Kendari”.

F. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di

atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:

14
4. Adakah hubungan antara pengetahuan perawat dengan

pelaksanaan patient safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Santa Anna Kota Kendari?

5. Adakah hubungan antara sikap perawat dengan pelaksanaan patient

safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota

Kendari?

6. Adakah hubungan antara motivasi kerja perawat dengan

pelaksanaan patient safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Santa Anna Kota Kendari?

G. TujuanPenelitian

3. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan

motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan patient safetydi Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari.

4. Tujuankhusus

d. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat

dengan pelaksanaan patient safety di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari.

e. Untuk mengetahui hubungan antara sikap perawat dengan

pelaksanaan patient safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Santa Anna Kota Kendari.

15
f. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja perawat

dengan pelaksanaan patient safety di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari.

H. ManfaatPenelitian

Peneliti berharap setelah melakukan penelitian dapat memperoleh

manfaat sebagai berikut :

3. Manfaat praktis

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak

Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota sebagai sumber informasi

khususnya tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan

motivasi kerja perawat dengan pencapaian sasaran

kesalamatanpasien.

d. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

memperluas wawasan mahasiswa khususnya bagi peneliti pribadi

tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi kerja

perawat dengan pencapaian sasaran kesalamatanpasien.

4. Manfaat teoritis

c. Dapat dijadikan sumber informasi atau bahan bacaan bagi

mahasiswa Sekolah Tinggin Ilmu Kesehatan Mandala Waluya

Kendari dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

16
tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi kerja

perawat dengan pencapaian sasaran kesalamatan pasien.

d. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi profesi kesehatan

khususnya keperawatan dalam rangka peningkatan mutu

pelayanan kesehatan dan dapat dijadikan panduan bagi para

peneliti selanjutnya.

17

Anda mungkin juga menyukai