PENGERTIAN
2. ANATOMI FISIOLOGI
Sendi lutut terdiri dari hubungan antara os femur dan os tibia (tibiofemoral joint), os femur
dan os patella (patella femoralis joint) dan os tibia dan os fibula (tibiofibularis proximalis joint)
(Syatibi, 2002).
1. tulang pembentuk
(Markum, 2007) Femur Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh.
Tulang itu bersendi dengan asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini
menjulur medial ke lutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan
mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Batang femur berbentuk silinder, halus, dan bundar
didepan dan di sisi-sisinya; melengkung ke depan dan dibelakangnya ada belebas yang sangat
jelas, disebut linea aspera, tempat kaitan sejumlah otot, diantaranya adduktor paha. Ujung
bawah berbentuk lebar dan memperlihatkan dua kondil, sebuah lekukan interkondiler, sebuah
permukaan popliteum, dan sebuah permukaan patelaris. Femur mengadakan persendian
dengan tiga tulang; tulang coxa, tulang tibia, dan patela, tetapi tidak bersendi dengan fibula.
Patella Patela atau tumpuan lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang
berkembang didalam tendon otot quadriceps ektensor. Apeks patela meruncing ke bawah.
Permukaan anterior tulang kasar. Permukaan posteriornya halus dan bersendi dengan
permukaan pateler ujung bawah femur. Letaknya didepan sendi lutut, tetapi tidak ikut serta
didalamnya.
Tibia Tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama tungkai bawah dan terletak
medial dari fibula atau tulang betis; tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua
ujung. Ujung atas memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondil-kondil ini
merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang. Permukaan superiornya
memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam formasi sendi lutut.
Permukaan-permukaan tersebut halus dan diatas permukaannya yang datar terdapat tulang
rawan semilunar (setengah bulan) yang membuat permukaan persendian lebih dalam untuk
penerimaan kondil femur.
Fibulla Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah. Merupakan
sebuah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung atas berbentuk kepala dan
bersendi dengan bagian belakang luar tibia, tetapi tidak masuk dalam formasi sendi lutut.
Batangnya ramping dan terbenam dalam otot tungkai dan memberi banyak kaitan. Ujung
bawah di sebelah bawah lebih memanjang menjadi maleolus lateralis. Beberapa struktur
penting berada di dalam sendi lutut. Tulang rawan semilunaris terledak di atas permukaan
persendian yang berupa dataran tinggi tibia guna memperdalamnya untuk penerimaan kondiler
femur. Ligamen bersilang berjalan dari puncak kondil tibial ke arah permukaan kasar diatas
interkondiloid femur.
2. Ligamen
Ligamen merupakan bagian dari stabilitas pasif sendi, yang mana stabilitas sendi lutut
sangat di pengaruhi oleh kekuatan dari ligamen collateral, ligament cruciatum, capsul sendi,
meniscus dan tendon. Ligamen collateral berfumgsi untuk menahan beban baik dari medial
ataupun dari lateral (Syatibi; 2002). Sedangkan arah ligamentum collateral lateral dan medial
akan meberikan gaya yang bersilangan, sehingga akan memperkuat stabilitas sendi lutut
terutama pada posisi extensi. Ligamen cruciatum terdiri dari dua jenis, yaitu ligament cruciatum
anterior yang berfungsi menahan gerakan translasi os tibia terhadap os femur ke arah anterior.
Ligamen cruciatum posterior berfungsi untuk menahan gerak translasi os tibia terhadap os
femur ke arah posterior.
3. Otot Penyusun
Otot disekitar sendi lutut mempunyai fungsi sebagai stabilitas sendi aktif sekaligus
sebagai penggerak dalam aktifitas sendi lutut, otot tersebut antara lain: M. Quadriceps (M.
Vastus Medial, M. Vastus Lateralis, M. Vastus Intermedius dan M. Rectus Femoris). Keempat
otot tersebut sebagai grup otot extensor sedangkan grup fleksor terdiri dari: M. Hamstring (M.
Biceps Femoris, M. Semimembrannosus dan M. Semitendinosus) (Arifin, S, 2013).
3. ETIOLOGI
Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit DM,
angren, cedera, dan tumor ganas. Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi:
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan dua metode:
Amputasi terjadi karena kelainan extremitas yang disebabkan penyakit pembuluh darah,
cedera dan tumor oleh karena penyebab di atas, Amputasi harus dilakukan karena dapat
a. kecepatan metabolism
jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada
fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan
kecepatan metabolisme basal.
b. ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari
anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan
pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang
rendah sehingga menyebabkan oedema. immobilitas menyebabkan sumber stressor
bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke
hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi
peningkatan diuresis.
c. Sistem respirasi
1. Penurunan kapasitas paru
Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta
Relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi
paksa.
2. Perubahan perfusi setempat
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi
dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan
metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.
3. mekanisme batuk tidak efektif
Akibat immobilisasi terjdi penurunan kerja siliaris saluran perna3asan sehingga sekresi
mucus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris
normal.
d. Sistem kardiovaskuler
1. Peningkatan denyut nadi
terjadi sebagai mani3estasi klinik pengaruh 3aktor metabolik, endokrin dan mekanisme
pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering di/umpai pada pasien dengan
immobilisasi.
Post operasi Tindakan operasai /bedah Luka operasi Kehilangan salah satu
angota tubuh/
ekstremitas
Proses Terputusnya kontinuitas
MK:
penyembuha jaringan Kesulitan untuk
Resiko infeksi melakukan aktivitas
swhari-hari / mobilisasi
Tirah baring yang
Tanda dan gejala: MK: MK:
lama
-raum kemerahan Nyeri akut Gangguan citra
tubuh
MK: Ketidak -demam
efektifanperfusi Tanda dan gelaja:
jaringan perifer -perih
-gelisah Tanda dan gejala:
6. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi dan
menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat .
pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang
buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan
dengan penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa
tungkai dengan balutan kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam
perawatan luka untuk menghindari infeksi.
a. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang
dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus
direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan
dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki
buatan. Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang
merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah
kontraktur. kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang
pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut dengan
gips elastic yang ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata.
Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-14
hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar
haruswsegara diganti.
b. balutan lunak
balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Amputasi
bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama
dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis
dan sepsis. luka didebridemen dan dibiarkan mengering. jika dalam beberapa
hari infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil, dilakukan amputasi
definitife dengan penutupan kulit.
c. Protesis
kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera
dapat dimulai. keuntungan menggunakan protesis sementara adalah
membiasakan klien menggunakan protesis sedini mungkin. kadang protesis
darurat baru diberikan setelah satu minggu luka sembuh. Pada amputasi,
untuk penyakit pembuluh darah proteis sementara diberikan setelah 9
minggu. Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang
hilang. Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek
faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat
dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan
dengan tangan miolektrik canggih yang bekerja atas sinyal miolektrik dari
otot biseps dan triseps.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
foto rontgen : mengidentifikasi abnormalitas tulang.
Scan CT : mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan
hematoma
LED : mengindikasikan respons inflamasi
kultur luka : mengidentifikasi adanya luka / infeksi dan organism penyebab.
Biiopsy : mengkonfirmasikan diagnosa masa benigan/maligna.
8. KOMPLIKASI