Anda di halaman 1dari 10

1.

PENGERTIAN

Amputasi merupakan pengangkatan anggota tubuh yang melibatkan pemotongan sebagian


atau seluruh anggota badan (menurut Wilkinnso, Judith.M 2006). Masalah yang muncul akibat
amputasi di antaranya nyeri luka operasi, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan
otot, dan penurunan kemampuan fungsional. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
intervensi fisioterapi pada kasus post amputasi transtibial sinistra akibat chronic limb ischemia.
Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di RSPAD Gatot Subroto pada bulan
Februari-Maret tahun 2018. Data diperoleh dari wawancara, pengamatan, pengkajian, dan
penatalaksanaan fisioterapi. Dalam studi kasus ini batasan permasalahan yang akan dibahas
yaitu nyeri, kekakuan, spasme, keterbatasan lingkup gerak sendi dan penurunan kekuatan otot.
Modalitas yang akan diterapkan yaitu Trans Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi
latihan berupa latihan gerak aktif, peregangan, penguatan, dan latihan core stability. Hasil studi
kasus ini menunjukkan modalitas TENS mampu menurunkan nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri
gerak pada penderita amputasi. Latihan gerak aktif, peregangan, penguatan, dan latihan core
stability mampu mengurangi kekakuan, spasme, dan meningkatkan lingkup gerak sendi serta
meningkatkan kekuatan otot sehingga mampu mempersiapkan pasien untuk berjalan dengan
menggunakan alat bantu.

2. ANATOMI FISIOLOGI
Sendi lutut terdiri dari hubungan antara os femur dan os tibia (tibiofemoral joint), os femur
dan os patella (patella femoralis joint) dan os tibia dan os fibula (tibiofibularis proximalis joint)
(Syatibi, 2002).

1. tulang pembentuk

(Markum, 2007) Femur Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh.
Tulang itu bersendi dengan asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini
menjulur medial ke lutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan
mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Batang femur berbentuk silinder, halus, dan bundar
didepan dan di sisi-sisinya; melengkung ke depan dan dibelakangnya ada belebas yang sangat
jelas, disebut linea aspera, tempat kaitan sejumlah otot, diantaranya adduktor paha. Ujung
bawah berbentuk lebar dan memperlihatkan dua kondil, sebuah lekukan interkondiler, sebuah
permukaan popliteum, dan sebuah permukaan patelaris. Femur mengadakan persendian
dengan tiga tulang; tulang coxa, tulang tibia, dan patela, tetapi tidak bersendi dengan fibula.

Patella Patela atau tumpuan lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang
berkembang didalam tendon otot quadriceps ektensor. Apeks patela meruncing ke bawah.
Permukaan anterior tulang kasar. Permukaan posteriornya halus dan bersendi dengan
permukaan pateler ujung bawah femur. Letaknya didepan sendi lutut, tetapi tidak ikut serta
didalamnya.

Tibia Tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama tungkai bawah dan terletak
medial dari fibula atau tulang betis; tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua
ujung. Ujung atas memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondil-kondil ini
merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang. Permukaan superiornya
memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam formasi sendi lutut.
Permukaan-permukaan tersebut halus dan diatas permukaannya yang datar terdapat tulang
rawan semilunar (setengah bulan) yang membuat permukaan persendian lebih dalam untuk
penerimaan kondil femur.

Fibulla Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah. Merupakan
sebuah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung atas berbentuk kepala dan
bersendi dengan bagian belakang luar tibia, tetapi tidak masuk dalam formasi sendi lutut.
Batangnya ramping dan terbenam dalam otot tungkai dan memberi banyak kaitan. Ujung
bawah di sebelah bawah lebih memanjang menjadi maleolus lateralis. Beberapa struktur
penting berada di dalam sendi lutut. Tulang rawan semilunaris terledak di atas permukaan
persendian yang berupa dataran tinggi tibia guna memperdalamnya untuk penerimaan kondiler
femur. Ligamen bersilang berjalan dari puncak kondil tibial ke arah permukaan kasar diatas
interkondiloid femur.

2. Ligamen

Ligamen merupakan bagian dari stabilitas pasif sendi, yang mana stabilitas sendi lutut
sangat di pengaruhi oleh kekuatan dari ligamen collateral, ligament cruciatum, capsul sendi,
meniscus dan tendon. Ligamen collateral berfumgsi untuk menahan beban baik dari medial
ataupun dari lateral (Syatibi; 2002). Sedangkan arah ligamentum collateral lateral dan medial
akan meberikan gaya yang bersilangan, sehingga akan memperkuat stabilitas sendi lutut
terutama pada posisi extensi. Ligamen cruciatum terdiri dari dua jenis, yaitu ligament cruciatum
anterior yang berfungsi menahan gerakan translasi os tibia terhadap os femur ke arah anterior.
Ligamen cruciatum posterior berfungsi untuk menahan gerak translasi os tibia terhadap os
femur ke arah posterior.

3. Otot Penyusun

Otot disekitar sendi lutut mempunyai fungsi sebagai stabilitas sendi aktif sekaligus
sebagai penggerak dalam aktifitas sendi lutut, otot tersebut antara lain: M. Quadriceps (M.
Vastus Medial, M. Vastus Lateralis, M. Vastus Intermedius dan M. Rectus Femoris). Keempat
otot tersebut sebagai grup otot extensor sedangkan grup fleksor terdiri dari: M. Hamstring (M.
Biceps Femoris, M. Semimembrannosus dan M. Semitendinosus) (Arifin, S, 2013).

3. ETIOLOGI

Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit DM,

angren, cedera, dan tumor ganas. Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi:

 Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.


 kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
 Gangguan vaskuler /sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
 Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
 Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
4. PATOFISIOLOGI

Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan dua metode:

1. Metode terbuka (guillotine)


Metode ini digunakan pada klien dengan in3eksi yang mengembang. 4entuknya benar'
benar terbuka dan di pasang drainase agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah
tidak terinfeksi.
2. metode tertutup (flap amputasi)
Pada metode ini kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang di
amputasi, tidak semua amputasi di operasi dengan terencana, klasi3ikasi yang ada
karena trauma amputasi.

Amputasi terjadi karena kelainan extremitas yang disebabkan penyakit pembuluh darah,

cedera dan tumor oleh karena penyebab di atas, Amputasi harus dilakukan karena dapat

mengancam jiwa manusia. Adapun pengaruhnya meliputi:

a. kecepatan metabolism
jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada
fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan
kecepatan metabolisme basal.
b. ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari
anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan
pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang
rendah sehingga menyebabkan oedema. immobilitas menyebabkan sumber stressor
bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke
hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi
peningkatan diuresis.
c. Sistem respirasi
1. Penurunan kapasitas paru
Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta
Relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi
paksa.
2. Perubahan perfusi setempat
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi
dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan
metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.
3. mekanisme batuk tidak efektif

Akibat immobilisasi terjdi penurunan kerja siliaris saluran perna3asan sehingga sekresi
mucus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris
normal.

d. Sistem kardiovaskuler
1. Peningkatan denyut nadi

terjadi sebagai mani3estasi klinik pengaruh 3aktor metabolik, endokrin dan mekanisme

pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering di/umpai pada pasien dengan
immobilisasi.

2. Penurunan cardiac reserve


Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu
pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.
3. Orthostastik Hipotens
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana arteriol dan
venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada
vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah
yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk
memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan
pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.
e. Sistem vuskuloskeletal
1. Penurnan kekuatan otot
Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2
dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa
metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
2. Atropi otot
karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi
persarafan. hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.
3. kontraktur sendi
ombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan
gerak.
4. Osteoporosis
terjadi penurunan metabolisme kalsium. hal ini menurunkan persenyawaan organik dan
anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.
f. Sistem Pencernaan
1. Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori
yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.
2. Konstipasi
jeningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus
menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces
lebih keras dan orang sulit buang air besar.
g. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada
dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya grafitasi dan pelvis
renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan:
1. Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.
2. Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan
dapa menyebabkan ISK.
h. Sistem integument
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong
akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke
jaringan. jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali
jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

Amputasi bedah merupakan pengangkatan anggota tubuh yang melibatkan


pemotongan sebagian atau seluruh anggota badan

Post operasi Tindakan operasai /bedah Luka operasi Kehilangan salah satu
angota tubuh/
ekstremitas
Proses Terputusnya kontinuitas
MK:
penyembuha jaringan Kesulitan untuk
Resiko infeksi melakukan aktivitas
swhari-hari / mobilisasi
Tirah baring yang
Tanda dan gejala: MK: MK:
lama
-raum kemerahan Nyeri akut Gangguan citra
tubuh
MK: Ketidak -demam
efektifanperfusi Tanda dan gelaja:
jaringan perifer -perih
-gelisah Tanda dan gejala:

-frekuensi nadi -gangguan fungsi


Tanda dan gejala: NOC LABEL: control resiko tubuh
meningkat
 Edema -mengunakan fasilitas
NOC LABEL: control -gangguan
 Nyeri ekstremutas kesehatan yang sesuai
nyeri pandangan
 Penurunan nadi dengan kebutuhan tentang tubuh
perifer -memberikan analgesic
-monitori perubahan status NOC LABEL: citra
-gangguan
kesehatan -monitor gejala nyeri struktur tubuh
-gambaran
NIC lABEL: control infeksi NIC lABEL: manajemen internal diri
NOC LABEL: perfusui
nyeri
jaringan perifer -batasi jumlah pengunjung -kepuasan dengan
-mengkaji faktor-faktor penampilan tubuh
- Kekuatan denyut -ajurkan pasien dan keluarga
yang dapat
nadi karotis mengenai teknik mencuci NIC lABEL:
memperberat nyeri
- Pengisian kapiler jari tanggan yang benar peningkatan citra
- Pengisian kapiler jari -ajarkan pasien prinsip- tubuh
kaki -pastikan teknik prinsip manajemen nyeri
perawatan luka yang -tentuka harapan
NIC lABEL: manajemen -ajarkan pengunaan citra diri pasien
tepat
sensasi perifer teknik non farmakologi
-gunakan
-anjurkan pasien untuk
-mengatur posisi pasien bimbingan
minum antibiotok seperti
antisipasi
-pencegahan luka tekanan yang diresepkan
-identifikasi
-manajemen syok -ajarkan pasien dan dampak dari
keluarga mengenai tanda budaya pasien
-monitor TTV
dan gejala infeksi
-manajemen pengobatan
-ajarkan pasien dan
-Manajemen nyeri keluarga mengenai bagai
mana menghindari infeksi
5. MANIFESTASI KLINIS
a. kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
b. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf yang
dekat dengan permukaan.
c. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa
dengankeronitis.
d. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
e. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
f. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
g. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan

6. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi dan
menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat .
pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang
buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan
dengan penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa
tungkai dengan balutan kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam
perawatan luka untuk menghindari infeksi.
a. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang
dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus
direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan
dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki
buatan. Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang
merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah
kontraktur. kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang
pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut dengan
gips elastic yang ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata.
Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-14
hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar
haruswsegara diganti.
b. balutan lunak 
balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Amputasi
bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama
dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis
dan sepsis. luka didebridemen dan dibiarkan mengering. jika dalam beberapa
hari infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil, dilakukan amputasi
definitife dengan penutupan kulit.
c. Protesis
kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera
dapat dimulai. keuntungan menggunakan protesis sementara adalah
membiasakan klien menggunakan protesis sedini mungkin. kadang protesis
darurat baru diberikan setelah satu minggu luka sembuh. Pada amputasi,
untuk penyakit pembuluh darah proteis sementara diberikan setelah 9
minggu. Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang
hilang. Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek
faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat
dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan
dengan tangan miolektrik canggih yang bekerja atas sinyal miolektrik dari
otot biseps dan triseps.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 foto rontgen : mengidentifikasi abnormalitas tulang.
 Scan CT : mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan
hematoma
 LED : mengindikasikan respons inflamasi
 kultur luka : mengidentifikasi adanya luka / infeksi dan organism penyebab.
 Biiopsy : mengkonfirmasikan diagnosa masa benigan/maligna.
8. KOMPLIKASI

Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit.


Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi
masif. infeksi dapat terjadi pada semua pembejahan dengan peredaran darah yang
buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan
luka yang buruk dan iritasi penggunaan protesis.
9. DISCHARGE PLANNING

Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan bagian terpenting dari program


keperawatan pasien yang dimulai segera setelah pasien masuk rumah sakit. Hal ini
menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga, pasien, dan orang yang
penting bagi pasien. Discharge planning terdapat program pendidikan kesehatan yang
sangat bermanfaat untuk proses pemulihan kesehatan serta tindakan pencegahan
munculnya komplikasi pada pasien (Nursalam, 2014).

1. Memberikan Pemahaman bahwa penyakit ini merupakan penyakit kronis yang


berlangsung seumur hidup dan membutuhkan kontrol gaya hidup dan makanan
secara ketat untuk mencegah terjadinya komplikasi
2. Memberikan harapan kepada pasien dan keluarga bahwa walau penyakit ini
berlangsung seumur hidup, tetapi bila ditangani dengan benar maka prognosis akan
baik
3. Cara menyuntikkan insulin sendiri di rumah serta tanda dan gejala hipoglikemia
akibat suntikan insulin, dan cara mengatasinya.
4. Untuk pasien dengan DM memberikan penjelasan untuk keluarga agar dapat
mengontrol dari segi makannya pasien dan di sarankan untuk diet.
5. Jika ada luka segera terus menerus melakukan pembersihan luka sesuai dengan yang
sudah diaajarkan oleh perawat di rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai