Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

R DENGAN
DIAGNOSA MEDIS HERNIAS NUCLEUS PULPOSUS (HNP) DAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN DI RUANG
NUSA INDAH RSUD dr DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH
NAMA :
SUSED 2018.C.10a.0986

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Maternitas II ini.

Adapun Laporan Pendahuluan yang sederhana ini membahas tentang “LAPORAN


PENDAULUAN ASUHAN KEPERAWATAN HERNIAS NUCLEUS PULPOSUS
(HNP)”  makalah ini saya susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Asuhan
Keperawatan Hernias Nucleus Pulposus (HNP), yang saya sajikan dengan berdasarkan
pengamatan  dari berbagai sumber, walau sedikit ada rintangan namun dengan penuh kesabaran
dan pertolongan dari Tuhan akhirnya Laporan Pendahuluan ini dapat terselesaikan.

          Semoga laporan saya dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada para pembaca .Demi perbaikan laporan ini, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat saya harapkan.

Palangkaraya, 5 Mei 2020

   
                                                                       Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL ………………………………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………..

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………………………


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………..…
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………………
1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………………………………………………..

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA …………………………………………………………………………...

2.1 Laporan Pendahuluan Gangguan Rasa Aman Dan Nyaman (Nyeri) ……………………….
2.2 Konsep Dasar Penyakit Hernias Nucleus Pulposus (HNP) …………………………………
2.2.1 Definisi …………………………………………………………………………………
2.2.2 Anatomi fisiologi ………………………………………………………………………
2.2.3 Etiologi ………………………………………………………………………………..
2.2.4 Klasifikasi …………………………………………………………………………….
2.2.5 Patofiologi ( Pathway) ………………………………………………………………..
2.2.6 Manifestasi klinis (tanda dan gejala) …………………………………………………
2.2.7 Komplikasi ……………………………………………………………………………
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………………………
2.2.9 Penatalaksanaan Medis ………………………………………………………………..
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan …………………………………………………………
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ……………………………………………………………..
2.3.2 Diagnosa keperawatan ………………………………………………………………..
2.3.3 Intervensi keperawatan ……………………………………………………………….
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat  mengganggu aktivitas sehari-
hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah
hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri
punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat.
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis
kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu
episode nyeri punggung  bawah selama hidupnya. Kelompok studi  nyeri (pokdi nyeri)
PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei
2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung
bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani.
Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang terpenting
adalah mengetahui factor penyebabnya  agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Pada
dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang.
Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka dari
itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses penyembuhan klien
dengan HNP  dapat maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan ,rumusan masalah dari laporan
ini,adalah: Bagaimana asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan gangguan
Hernias Nucleus Pulposus (HNP) ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien
dengan gangguan Hernias Nucleus Pulposus (HNP)
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami  pengertian dari hernia nucleus pulsosus (HNP) ?

2. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi dari hernia nucleus pulsosus (HNP) ?


3. Mahasiswa mampu memahami penyebab hernia nucleus pulsosus (HNP) ? 
4. Mahasiswa mampu memahami Apakah tanda dan gejala atau manifestasi klinis yang
ditimbulkan dari hernia nucleus pulsosus (HNP) ?
5. Mahasiswa mampu memahami Bagaimana patofisiologi hernia nucleus pulsosus
(HNP) ?
6. Mahasiswa mampu memahami Apakah komplikasi dari hernia nucleus pulsosus
(HNP)?
7. Mahasiswa mampu memahami Bagaimana penatalaksanaan dari hernia nucleus
pulsosus (HNP) ?
8. Mahasiswa mampu memahami Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari hernia
nucleus pulsosus (HNP) ?
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Untuk Mahasiswa
Mengedukasi pembaca agar lebih memahami materi pentingnya pengetahuan tentang
asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan gangguan Hernias Nucleus Pulposus
(HNP)
1.4.2 Untuk Klien Dan Keluarga
Dapat memberikan informasi yang benar pada pasien dan keluarga yang menderita
penyakit Hernia Nucleus Pulposus (HNP) tidak mudah, keluarga harus mampu mengelola pola
hidup sehat seperti mengatur pola makan yang sehat, berolahraga, mengurangi aktivitas berat,
dan mengingatkan pasien untuk mengkonsumsi obat secara rutin.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Manfaat penelitian bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
yang ada khususnya mengenai asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan
gangguan Hernias Nucleus Pulposus (HNP)
1.4.4 Untuk IPTEK
Hasil dari laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagii ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya dalam bidang kesehatan terutama untuk fisioterapi
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Dasar Manusia Gangguan Rasa Aman Dan Nyaman (Nyeri)
2.1.1 Definisi
Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh stimulus
spesifik seperti mekanik, termal, kimia atau elektrik pada ujung – ujung syaraf serta dapat
diserahterimakan kepada orang lain. Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenagkan dari
suatu pengalaman emosional disertai kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial atau
kerusakan jaringan secara menyeluruh.
2.1.2 Etiologi
1) Faktor fisiologis
- Efek opium yang diproduksi tubuh menghasilkan zat kimia yang berfungsi sebagai
regulator dalam beradaptasi terhadap nyeri.
2) Faktor psikososial
- Kebudayaan
- Lingkungan ; seseorang mempengaruhi persepsi dan respon sakit
- Emosi : mempengaruhi persepsi sakit
- Harapan ; adanya orang lain
- Sistem nilai : individu berpengaruh terhadap persepsi dan respon nyeri
- Pengalaman terdahulu : pengalaman terdahulu tentang rasa sakit mempengaruhi persepsi
rasa sakit.
- Usia : usia sering mempengaruhi persepsi sakit individual
2.1.3 Klasifikasi
1. Nyeri akut Selang waktunya lebih singkat dengan tanda – tanda klinis antara laina
berkeringat banyak, tekanan darah naik, nadi naik, pucat dan dengan respon pasien, umunya
menaggis, teriak atau mengusap daerah yang nyeri.
2. Nyeri kronik Mempunyai selang waktu yang lebik lama dan dapat berlangsung lebih dari
enam bulan.
3. Nyeri intensitasnya
- nyeri berat ( 7 – 10 )
- nyeri sedang ( 3 – 6 )
- nyeri ringan ( 0 – 3 )
4. Nyeri berdasarkan tempatnya
a. Pheriperal pain, yakni nyeri yang terasa pada permukaan tubuh,misalnya pada kulit,
mukosa
b. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada
organ-organ tubuh visceral.
c. Refered pain, yakni nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam
tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal
nyeri.
d. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat,
spinal cord, batang otak, talamus dan lain-lain.
5. Nyeri berdasarkan sifatnya
a. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
b. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu lama.
c. Proxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri
tersebut biasanya ± 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
2.1.4 Patofisiologi
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut
nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya samapai didalam massa berwarna abu – abu di medula spinalis. Terdapat tesan nyeri
dapat berinteraksi dengan inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak
atau ditransmisi tanpa hambatan kekorteks cerebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks
cerebral, maka otak menginterprestasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosoasi kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri. Semua kerusakan seluler disebabkan oleh stimulus termal, mekanik,
kimiawi atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang mengahasilkan.
2.1.5 Pathway
Chemic, thermik, mekanik

Jejas

Kerusakan nesoseptor
( reseptor )

Nyeri kronik/akut

G3 susah tidur G3 imobilisasi G3 ancietas

2.2 Konsep Dasar Penyakit Hernias Nucleus Pulposus (HNP)


2.2.1 Definisi
Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau jaringan melalui lubang
yang abnormal. Nukleus pulposus adalah massa setengah cair yang terbuat dari serat elastis putih
yang membentuk bagian tengah dari diskus intervertebralis (Company, 2000).

Hernia Nukleus Pulposus(HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur annulus
fibrosus sehingga nukleus pulposis menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis
(Autio, 2006). HNP mempunyai banyak sinonim antara lain : Hernia Diskus Intervertebralis,
Ruptur Disc, Slipped Disc, Prolapsed Disc dan sebagainya (Lucas, 2003).

Menurut Muttaqin (2008), Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan
annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus
fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf.
Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada
level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan
menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan
penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi.

2.2.2 Anatomi Dan Fisiologi


Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antara korpus vertebra yang
berdekatan, sendi antara arkus vertebra, sendi kostovertebralis dan sendi sakroiliaka.
Ligamentum longitudinal dan diskus intervertebralis menghubungkan vertebra yang berdekatan.
Ligamentum longitudinal anterior, suatu pita tebal dan lebar, berjalan memanjang pada
bagian depan korpus vertebra dan diskus intervertebralis, dan bersatu dengan periosteum dan
annulus fibrosus. Ligamentum longitudinalis anterior berfungsi untuk menahan gaya ekstensi,
sedangkan dalam kanalis vertebralis pada bagian posterior korpus vertebra dan diskus
intervertebralis terletak ligamentum longitudinal posterior, ligamentum longitudinalis posterior
berperan dalam 5 menahan gaya fleksi. Ligamentum anterior lebih kuat dari pada posterior,
sehingga prolaps diskus lebih sering kearah posterior. Pada bagian posterior terdapat struktur
saraf yang sangat sensitif terhadap penekanan yaitu radiks saraf spinalis, ganglion radiks
dorsalis.
Diantara korpus vertebra mulai dari vertebra servikalis kedua sampai vertebra sakralis
terdapat diskus intervertebralis. Diskus ini membentuk sendi fibrokartilago yang lentur antara
korpus vertebra.
Gambar 2.1 Pembagian Regio dari Columna Vertebralis
Diskus Intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok; nukleus pulposus ditengah dan anulus
fibrosus di sekelilingnya. Diskus dipisahkan dari tulang yang di atas dan dibawahnya oleh dua
lempengan tulang rawan yang tipis.
Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigelatin, nukleus ini
mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan.
Zat ini berfungsi sebagai peredam benturan antara korpus vertebra yang berdekatan. Selain itu.
juga memainkan peranan penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan pembuluh-pembuluh
darah kapiler.
Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang mengelilingi nukleus
pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk 6 memungkinkan gerakan antara korpus vertebra
(disebabkan oleh struktur spiral dari serabut-serabut); untuk menopang nukleus pulposus; dan
meredam benturan. Jadi anulus berfungsi mirip dengan simpail di sekeliling tong air atau seperti
gulungan pegas, yang menarik korpus vertebra bersatu melawan resistensi elastis nukleus
pulposus, sedangkan nukleus pulposus bertindak sebagai bola penunjang antara korpus vertebra.
Diskus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat panjang kolumna vertebralis. Diskus
paling tipis terdapat pada daerah torakal sedangkan yang paling tebal tedapat di daerah lumbal.
Bersamaan dengan bertambahnya usia, kandungan air diskus berkurang dan menjadi lebih tipis.
2.2.3 Etiologi
Radiculopathy merujuk pada setiap penyakit yang mengenai pusat syaraf tulang belakang.
Herniated disk adalah salah satu penyebab radiculopathy (sciatica). Kebanyakan hernia terjadi di
bagian punggung bawah (daerah lumbar) pada punggung. Lebih dari 80% piringan yang hernia
terjadi di punggung bagian bawah. Paling sering terjadi pada orang berusia 30 sampai 50 tahun.
diantara usia ini, pelindung tersebut melemah. Bagian dalam, yang dibawah tekanan tinggi, bisa
menekan melalui sebuah sobekan atau bintik yang melemahkan pada penutup dan menonjol
keluar. Setelah usia 50 tahun, bagian dalam piringan tersebut mulai mengeras, membuat hernia
sedikit mungkin. Sebuah piringan bisa sobek secara tiba-tiba, luka trauma atau luka berulang.
Obesitas ataupun mengangkat benda berat, terutama mengangkat beban dengan posisi yang tidak
semestinya dapat meningkatkan resiko tersebut.
Lumbar disk herniation terjadi 15 kali lebih sering dibandingkan cervical  disk herniation,
dan ini adalah salah satu penyebab yang paling umum pada nyeri punggung belakang. Cervical
disk mengenai 8% setiap kali dan upper-to-mid-back disk (thoracic) hanya 1-2 % setiap
kali.Faktor Risiko
a. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah
1.  Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
2.  Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3.  Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
b. Faktor risiko yang dapat dirubah
1.  Pekerjaan dan aktivitas : duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-barang
berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat,
paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2.  Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat
dalam jangka waktu yang lama.
3.  Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan strain pada
punggung bawah.
5.  Batuk lama dan berulang
Penyebab lain dari HNP secara umum:
• Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra
• Spinal stenosis
• Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat,dll
• Pembentukan osteophyte
• Degenerasi dan dehidrasi dari kandungan tulang rawan dan nukleus yang mengakibatkan
berkurang
2.2.4 Klasifikasi
Hernia dibedakan berdasarkan letak hernia di segman vertebra:
a. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi
perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Proses
penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat
diam di tempat atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering
kambuh.
Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong
ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus
menonjol keluar sampai anulus atau menjadi “extruded” dan melintang sebagai potongan bebas
pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada
celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka
mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat
menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler.
b. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis
servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik,
kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara
tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol
keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri
radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
c. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari
nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota
tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan
paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5
% dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thoracal paling bawah atau
tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah
faktor penyebab yang paling utama.
2.2.5 Patofisiologi (Pathway)
2.2.6 Tanda dan Gejala

Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar
lesi dan nyeri tekan. Hal ini desebabkan oleh spasme otot-otot tersebut dan spasme menyebabkan
penekanan pada saraf, neuron saraf menjadi terjepit lalu timbul reaksi zat kimia/bioaktif
(serotonin , bradikinin dan prostaglandin). Zat-zat tersebut merupakan reseptor nyeri sehingga
timbul rasa nyeri pada diri pasien.
Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung dimana piringan tersebut mengalami herniasi dan
dimana pusat syaraf tulang punggung terkena. Nyeri tersebut terasa sepanjang lintasan syaraf
yang tertekan oleh piringan yang turun berok. Misal, piring hernia umumya menyebabkan
sciatica. Nyeri tersebut bervariasi dari ringan sampai melumpuhkan, dan gerakan memperhebat
nyeri tersebut. kaku dan kelemahan otot bisa juga terjadi. Jika tekanan pada pusat syaraf besar,
kaki kemungkinan lumpuh. Jika cauda equina (berkas syaraf melebar dari bagian bawah tali
tersebut) terkena, pengendalian kantung kemih dan isi perut bisa hilang. Jika gejala-gejala serius
ini terjadi, perawatan medis diperlukan dengan segera.
Pusat syaraf (syaraf besar yang bercabang keluar dari tali tulang belakang) bisa menjadi
tertekan mengakibatkan gejala-gejala neurological, seperti perubahan sensor atau gerak.
Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang lesi. Gejala klinis yang paling sering
adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya
bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik
yang besar (A beta) terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan
dermatomnya. Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patela
(KPR) dan Achills (APR). Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi,
defekasi dan fungsi seksual.
Sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga menyebabkan nyeri kaki
bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus), paralisis kandung kemih, dan kelemahan sfingter ani.
Sakit pinggang yang diderita pun akan semakin parah jika duduk, membungkuk, mengangkat
beban, batuk, meregangkan badan, dan bergerak. Istirahat dan penggunaan analgetik akan
menghilangkan sakit yang diderita.
Henia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan periodik kemudian
menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu, ketegangan hawa dingin dan
lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik
adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan
disertai nyeri menjalar kedalam gluteus dan tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri yang
menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap
tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.
Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri :
1. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
2. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
3. Kombinasi paresthesiasi,  lemah, dan kelemahan refleks.
Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
1. Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan tungkai yang
sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2. Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
3. Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan Bragard yang positif.
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan bawah.
Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus ekstensor kuadriseps
dan muskulus ekstensor ibu jari.
Hernia servicalis
1. Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)
2. Atrofi di daerah biceps dan triceps
3. Refleks biceps yang menurun atau menghilang
4. Otot-otot leher spastik dan kaku kuduk.
Hernia thorakalis
1. Nyeri radikal
2. Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis
3. Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
2.2.7 Komplikasi
- Kelemahan dan atropi otot
- Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
- Kehilangan kontrol otot sphinter
- Paralis / ketidakmampuan pergerakan
- Perdarahan
- Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
a. X-Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat. Nucleus pulposus
tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat mengkonfirmasikan herniasi diskus maupun
jebakan akar saraf. Namun, X-Ray dapat memperlihatkan kelainan pada diskus dengan gambaran
penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra.
b. Mylogram
Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque dalam columna spinalis.
Kontras masuk dalam columna spinalis sehingga pada X-ray dapat nampak adanya penyumbatan
atau hambatan kanalis spinalis.
c. MRI
Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur columna vertebra
dengan jelas dan mengidentifikasi letak herniasi. d. Elektromyografi 34 Untuk melihat konduksi
dari nervus, dilakukan untuk mengidentifikasi kerusakan nervus.
2.2.9 Pemeriksaan Medis
Setelah sekitar 2 minggu, kebanyakan orang sembuh tanpa pengobatan apapun.
Memberikan kompres dingin (seperti ice pack) untuk nyeri yang akut dan panas (seperti heating
pad) untuk nyeri yang kronik. Dapat pula menggunakan analgesik OTC bisa membantu
meringankan nyeri tersebut. kadangkala operasi untuk mengangkat bagian atau seluruh piringan
dan bagian tulang belakang diperlukan. Pada 10 % sampai 20% orang yang mengalami operasi
untuk sciatica disebabkan piringan hernia, piringan lain pecah. 
Penatalaksanaan pada klien dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah :
1. Pemberian obat-obatan seperti analgetik, sedatif (untuk mengontrol kecemasan yang
sering ditimbulkan oleh penyakit diskus vertebra servikal), relaksan otot, anti inlamasi
atau kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi yang biasanya terjadi pada jaringan
penyokong dan radiks saraf yang terkena, antibiotik diberikan pasca operasi untuk
mengurangi resiko infeksi pada insisi pembedahan (Smeltzer, 2001).
2.   Prosedur pembedahan.
a. Laminektomi, adalah eksisi pembedahan untuk mengangkat lamina dan memungkinkan ahli
bedah spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medulla
dan radiks, laminektomi juga berarti eksisi vertebra posterior dan umumnya dilakukan untuk
menghilangkan tekanan atau nyeri akibat HNP.
b. Disektomi, adalah mengangkat fragmen herniasi atau keluar dari diskus intervertebral.
c. Laminotomi, adalah pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan- graft tulang (dari krista iliaka atau bank tulang) yang digunakan
untuk menyatukan dengan prosesus spinosus vertebra ; tujuan peleburan spinal adalah untuk
menjembatani diskus defektif untuk menstabilkan tulang belakang dan mengurangi angka
kekambuhan.
e. Traksi lumbal yang bersifat intermitten. (Smeltzer, 2001).
f. Interbody Fusion (IF) merupakan penanaman rangka Titanium yang berguna untuk
mempertahankan dan mengembalikan tulang ke posisi semula.
3. Fisioterapi
    a.   Immobilisasi
        Immobilisasi dengan menggunakan traksi dan brace. Hal ini dilakukan   agar tidak terjadi
pergerakan vertebra yang akan memperparah HNP.
b.  Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan
beban. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan vertebra servikalis.
c.  Meredakan Nyeri
Kompres hangat dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri. Kompres hangat menimbulkan
vasodilatasi sehingga tidak terjadi kekakuan pada daerah vertebra.
Penatalaksanaan keperawatan.
a.    Tirah baring (biasanya 2 minggu) pada alas yang keras atau datar.
b.    Imobilisasi dengan menggunakan kolar servikal, traksi servikal, brace atau korset.
c.   Kompres lembab panas (untuk 10 sampai 20 menit diberikan pada daerah belakang leher
beberapa kali sehari untuk meningkatkan aliran darah ke otak dan menolong relaksasi otot
bagi klien yang mengalami spasme otot).
d.   Anjurkan mempergunakan posisi yang benar dan disiplin terhadap gerakan punggung yaitu
membungkuk dan mengangkat barang. Teknik yang benar adalah menjaga agar tulang
belakang tetap tegak, menekuk lutut dan menjaga berat badan tetap dekat dengan tubuh untuk
menggunakan otot-otot tungkai yang kuat dan menghindari pemakaian otot-otot punggung.
e.   Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri
f.   Perawatan luka pada klien pasca operasi untuk mengurangi risiko infeksi. (Smeltzer, 2001).
Klien dengan HNP dianjurkan untuk makan makanan yang banyak   mengandung serat untuk
mencegah konstipasi yang dapat memperberat rasa nyeri.
- Terapi
1. Terapi konservatif
• Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur beberapa hari dengan sikap yang baik adalah
sikap dalam posisi setengah duduk, yaitu tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut
tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas sehingga tempat tidur harus dari papan yang
lurus dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung
bawah mekanik akut. Lama tirah baring bergantung pada berat ringannya gangguan yang
dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring dianggap
cukup maka dilakukan latihan/dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan
mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
• Medikametosa
1. Simtomatik
2. Kausal; kolagen
• Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi ( pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam)
untuk relaksai otot dan mengurangi lordosis.
2. Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata
kambuh berulang atau terjadi defisit neurologis.
Rehabilitasi
Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula agar tidak menggantungkan diri pada
orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (activity of daily living) serta klien tidak
mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sebagainya.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
1. Anamnesa, Identitas, Riwayat penyakit Keluhan Utama
2. Aktivitas / istirahat ;
  Gejala : 
˗ Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam
waktu lama.
˗ Membutuhkan papan / matras yang keras saat tidur
˗ Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
˗ Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
           Tanda : 
˗  Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena
˗  Gangguan pada belajar
3.  Eliminasi
           Gejala : 
˗ Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi
˗ Adanya inkontinensia atau retensi urine
4.  Integritas Ego
                  Gejala : 
-  Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan,finansial keluarga.
                  Tanda : 
- Tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga atau orang  terdekat.
5. Neurosensori

       Gejala : 
- Kesemutan, kekuatan, kelemahan dari tangan atau kaki
      Tanda :
- Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotemia, penurunan persepsi nyeri
(sensori )
6. Nyeri / Kenyamanan

        Gejala : 

˗ Nyeri seperti tertusuk pisau yang semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin,
membengkokan badan, mengangkat defekasi,mengangkat kaki atau flexi pada leher. Nyeri
yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara intermiten.

Nyeri yang menjalar pada kaki, pantat ( lumbal ) atau bahu / lengan; kaku pada leher
( servical ).

˗ Terdengar adanya suara “krekk” pada saat nyeri baru timbul / saat trauma / merasa
“punggung patah”

˗ Keterbatasan untuk mobilisasi atau membungkuk kedepan

          Tanda : 

˗ Sikap : dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena. Perubahan cara berjalan,
berjalan dengan terpincang – pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang
terkena.

˗ Nyeri pada saat dipalpasi

7.  Keamanan
         Gejala : 
Adanya riwayat masalah “punggung” yang baru saja terjadi
8. Penyuluhan / pembelajaran

       Gejala : 
Gaya hidup : monoton atau hiperaktif.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto ronsen spinal : memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang
belakang / ruang intervertrebalis atau mengasimpangkan kecurigaan patologis lain,
seperti tumor, osteomielitis 
b. Elektromigrafi : dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal utama yang
terkena.
c. Venogram epidural : dapat dilakukan pada kasus  dimana keakuratan dari miogram
terbatas.
d. Fungsi lubal : mengesampingkan kondisi yang berhungan ,infeksi, adanya darah.
e. TandaLeseque (tes dengan mengaangkat kaki lurus keatas) : mendukung diagnosa awal
herniasi diskus intervertebrallis ketika muncul nyeri pada kaki posterior.
f. Skan CT : dapat menunjukan kanal spinal yang mengecil, adanya protrusi diskus
intervertebralis.
g. MRI : pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukan adanya perubahan tulang dan
jaringan lunak dan memperkuat bukti adanya herniasi diskus.
h. Mielogram : mungkin normal aatau memperlihatkan penyempitan dari ruang diskus,
menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2) Perubahan  mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
3) Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi
4) Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan
yang tidak adekuat
5) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
6) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama
2.3.3 Intervensi
  Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus
intervetebrali
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri berkurang
Tujuan :

- Pasien mangatakan nyeri berkurang


- Klien tidak meringis
- TTV dalam batas normal
Kriteria hasil :
Intervensi :

1). Identifikasi klien dalam membantu mehilangkan rasa nyeri


Rasional : Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan kefektifan tindakan
penghilang rasa nyeri
2). Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non
invasife
Rasional : pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan non farmakologi lainnya
telah menunjukkan keefektifan dalam menguri nyeri
3). Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi,lamanya serangan, faktor pencetus/yang
memperberat. Minta pasien untuk menetapkan pada skala 0-10
Rasional : berikan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri agar berkurang

Diagnosa Keperawatan 2 : Perubahan  mobilitas fisik berhubungan dengan


hemiparese/hemiplagia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
Tujuan : diharapkan pasien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
dengan kebutuhannya

Kriteria hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan,tidak terjadi
kontraktur sendi,bertambahnya kekuatan otot,klien
menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi :
1) Kaji mobilitas fisik yang ada dan observasi peningkatan kerusakan,kaji secara
teratur fungsi motorik
Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
2) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerakan aktif pada ekstermitas yang
sakit
Rasional : gerakan aktif memberikan massa,tonus,dan kekuatan otot,serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan
3) Bantu klien untuk melakukan tindakan ROM,perawatan diri sesuai toleransi
Rasional : Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan
Diagnosa Keperawatan 3 : Cemas berhubuangan dengan prosedur
operasi,diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


Tujuan : selama 2x24 jam diharapkan rasa cemas pasien
berkurang
- Klien mampu mengungkapkan
Kriteria hasil : ketukan dan kekuatirannya
- Respon klien tampak tersenyum

Intervensi :

1). Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk


mempertahankan harapan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Rasional : menunjukan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan


efektif tanpa menggunakan alat khusus,sehingga dapat mengurangi rasa
cemasnya
2). Berikan informasi mengenai klien yang juga petnah mengalami gangguan
seperti yang dialami klien dan menjalani operasi
Rasional : Harapan-harapan yang tidak realistic tidak dapat mengurangi
kecemasan,justru malah menimbulkan ketidakpercayaan klien terhadap
perawat.
Diagnosa Keperawatan 4 : Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan
imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan klien tidak mengalami kontipasi

Kriteria hasil : -klien dapat defakasi secara spontan dan lancar tanpa
menggunakan obat
- konsistensi feses lunak

Intervensi :
1).Berikan intake cairan yang cukup(2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi
Rasional : aktifitas fisik regular membantu eliminasi dengan dengan memperbaiki
tonus otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic
2). Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
Rasional : klien dan kelurga akan mengerti tentang penyebab obtipasi
Diagnosa Keperawatan 5 : Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang
berhubungan dengan hemiparese/hemiplegic

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam


diharapkan kebutuhan keperawatan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil : - Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai


dengan kemampuan klien
- klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas utuk
memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Intervensi :
1) Monitor kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri
Rasional : Membantu dalam mengantisipasi/merancanakan pemenuhan kebutuhan
secara individual
2) Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas fisik
Rasional : meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
3) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
Rasional : memberikan bentuan yang mantap untuk mengembangkan rencana
terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
Diagnosa Keperawatan 6 : Resiko gangguan integritas kulit berhungan dengan imobilisasi
,tidak adekuatnya sirkulasi perifer,tirah baring lama

Tujuan : Dalam waktu 3x 24 jam klien mampu mempertahankan keutuhan kulit

Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka,mengetahui penyebab


Kriteria hasil : dan cara pencegahan luka,tida ada tanda-tanda kemerahan atau luka,kulit
kering
Intervensi :

1). Anjurkan untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika mungkin

Rasional : meningkatkan aliran darah ke semua darah

2). Ubah posisi klien tiap 2 jam

Rasional : menghindari tekanan dan meningkat aliran darah

3). Observasi adanya eritema dan kepucatan dan palpasi adanya kehangatan dan pelunakan
jaringan tiap mengubah posisi

Rasional : Hangat dan pelunakan adalahtanda kerusakan jaringan

4). Jaga kebersihan kulit dan hindari trauma dari panas terhadap kulit

Rasional : mempertahakan keutuhan kulit

5). Bersihkan dan keringkan kulit,jagalah linen tetap kering

Rasional : Hangat dan pelunakan adalahtaanda kerusakan jaringan

Anda mungkin juga menyukai