Di Susun Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,
Kata Pengantar
i
3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmat dan hidayahNya jugalah penyusunan laporan ini dapat
terselesaikan dalam bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.
Penyusun
ii
4
DAFTAR ISI
iii
5
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................42
4.2 Saran......................................................................................42
Daftar Pustaka
iv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Penyakit
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau
tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya
hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya
perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan
bergumpal-gumpal. (Sjaifoellah Noer, dkk, 2010).
Melena adalah tinjau hitam atau muntah hitam karena darah dalam saluran
cerna yang menjadi hitam dibawah pengaruh asam klorida lambung, lalu
dikeluarkan pada hajat besar atau dimuntahkan (Diktat Askep Pasien dengan
Masalah Pencernaan Makanan, 2010).
2.1.2.Anatomi Fisiologi
2.1.2.1 Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga
abdomen bawah diafragma. Regia lambung terdiri atas bagian jantung, fundus,
badan organ, dan bagian pilorus (Sloane, 2003).
5
c. Ada kurang lebih 3 juta pit lambung diantara ruga-ruga yang bermuara
pada sekitar 15 juta kelenjar lambung. Kelanjar lambung yang dinamakan
sesuai letakknya, menghasilkan 2-3 liter cairan lambung. Cairan lambung
mengandung enzim-enzim pencernaan, asam klorida, mukus, garam-
garaman, dan air.
dinding lambung. Zat terlarut dalam air terabsorbsi dalam jumlah yang
tidak jelas.
f. Produksi faktor intrinsik
Faktor intrinsik adalah glikoprotein yang disekresi sel parietal. Vitamin
B12didapat dari makanan yang dicerna di lambung, terikat pada faktor
intrinsik. Kompleks faktor intrinsik vitamin B12dibawa ke ileum usus
halus, tempat vitamin B12 diabsorbsi.
Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan seorang pria
muntah darah setelah minum air keras untuk patri. Dari hasil analisis air keras
tersebut ternyata mengandung asam sitrat dan asam HCl, yang bersifat korosif
untuk mukosa mulut, esofagus dan lambung. Disamping muntah darah
penderita juga mengeluh rasa nyeri dan panas seperti terbakar di mulut. Dada
dan epigastrum.
e. Esofagitis dan tukak esofagus
Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat
intermittem atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul
melena daripada hematemsis. Tukak di esofagus jarang sekali mengakibatkan
perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
1) Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-
obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita
mengeluh nyeri ulu hati. Perlu ditanyakan juga apakah penderita sedang atau
sering menggunakan obat rematik (NSAID + steroid) ataukah sering minum
alkohol atau jamu-jamuan.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hatidan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang
berhubungan dengan makanan. Sesaat sebelum timbul hematemesis karena
rasa nyeri dan pedih dirasakan semakin hebat. Setelah muntah darah rasa
nyeri dan pedih berkurang. Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melene
lebih dominan dari hematemesis.
c. Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang dan pada
umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan sering mengeluh rasa
pedih, nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa lekas kenyang dan
badan menjadi lemah. Lebih sering mengeluh karena melena.
10
2.1.4 Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen
anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini,
maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah
disebut varises. Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal
masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangna darah tiba-tiba, penurunan
arus balik vena ke jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon
terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi
untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda
dan gejala - gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume
darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi
selular.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan
tanpa suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan.
Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah
gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan
warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang - kadang pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses
dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan
pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam.
Paling sedikit perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan melena.
Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48 – 72 jam setelah perdarahan
11
berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut
menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat
pada feses selama 7 – 10 hari setelah episode perdarahan tunggal.
1
2
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
1
1
2.1.5 Komplikasi
a. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena
kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada klien dengan syok
2
berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24-28 jam.
b. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan
volume intravaskuler.
c. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan
kesadaran.
d. Ensefalopati
Terjadi akibat kersakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah.
Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan
dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam
darah, yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk
daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double kontrast pada
lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi
terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus, kardia dan fundus lambung
untuk mencari ada atau tidaknya varises.
b. Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan
secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat
tempat asal dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari pemeriksaan
endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi,
aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan
saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik
dapat dilakukan secara darurat atau sendiri mungkin setelah hematemesis
berhenti.
c. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
3
2.2.1.1 Anamnesa
1. Identitas pasien, meliputi :
6
Nama, Umur (biasanya bisa usia muda maupun tua), Jenis kelamin
(bisa laki-laki maupun perempuan), Suku bangsa, Pekerjaan,
Pendidikan, Alamat, Tanggal MRS, dan Diagnosa medis
2. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah
yang datang secara tiba-tiba.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang
datang secara tiba-tiba .
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis,
sirosis hepatitis, hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran
pencernaan bagian atas, riwayat penyakit darah (misal : DM),
riwayat penggunaan obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup
(alkoholisme, gaya hidup / kebiasaan makan).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai
kebiasaan makan yang dapat memicu terjadinya hematemesis
melena, maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan
obat-obat ulserogenik
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual,
muntah, kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi
harus daam bentuk makanan yang lunak yang mudah dicerna.
c. Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein
(hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada
pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivitas
7
1.Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
8
tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan
secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2010).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
2.3 Identitas Mahasiswa
Nama Mahasiswa : Fredrick Immanuel
NIM : 2018.C.10a.0968
Ruang Praktek :-
Tgl Praktek : 05 Nov 2020
Jam Pengkajian : 08:00 WIB
2.4 Pengkajian
2.4.2 Identitas Klien
Nama : Tn.Y
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Buruh Kayu
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Puntun
TGL MRS : 05 Nov 2020
Diagnosa Medis : Hematemesis Melena
2.4.3 Riwayat Kesehatan
2.4.3.1 Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di perut bagian kiri, muntah darah berwarna
hitam seperti bubuk kopi dan buang air besar berwarna hitam seperti ter
atau aspal.
P : Nyeri timbul Kadang-kadang
Q : Nyeri seperti di Tusuk-tusuk
R : Nyeri di perut bagian kiri
S : Skala nyeri 8
T : Waktu 4 jam
14
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Sudah meniinggal
: Serumah
Pasien terlihat kesakitan pada perut bagian kiri pasien tampak meringis
dan tampak lemah dan kesadaran composmentis. GCS: E = 4 M = 5 V =
5. Pasien terpasang oksigen nasal kanul 2L/m
2.4.4.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah meringis, bentuk
badan simetris, cara berbaring terlentang tidak dapat bergerak bebas,
berbicara bisa, suasana hati gelisah.
BB 45 45
Pola Makan Sehari-hari = =
Sesudah =18
Sakit Sebelum Sakit
TB(m) ² (1,5) ² 2,25
Frekuensi/hari 2x1 sehari 3-4x1 sehari
18 = BB sedang 18-25
Porsi 1/5 porsi Rumah Sakit 1-2 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis makanan Nasi, lauk, sup, sayur Nasi, sayur, lauk, sayur
dan buah
Jenis minuman Air putih Bebas
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 1100cc ± 1800cc
Kebiasaan makan Dibantu perawat dan Mandiri, teratur
keluarga, teratur
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada
2.4.5.4 Kognitif
Pasien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan
penjelasan dari dokter dan tenaga medis lainnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
2.4.5.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang ayah,
klien orang yang ramah, klien adalah seorang kepala keluarga.
19
Fredrick Immanuel
21
Prioritas Masalah
1. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan output cairan yang berlebihan
ditandai dengan muntah-muntah dan bab berlebihan.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan yang
berlebihan ditandai dengan badan klien tampak kurus
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahah ditandai dengan
4. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan terhadap informasi, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada ditandai dengan pasien dan
keluarga mengatakan tidak tau perawatan setelah operasi, keluarga
mengatakan belum ada dijelaskan bagaimana cara perawatan pada pasien
24
Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn. Y
Ruangan :-
kurang akurat/lengkapnya kriteria: klien dapat mengulang 3. Diskusikan metode 2. Efektivitas proses
informasi yang ada materi yang telah dibahas, mobilitas dan ambulasi pemeblajaran dipengaruhi
lebih kooferatif terhadap sesuai program terapi fisik. oleh kesiapan fisik dan
tindakan yang akan dilakukan 4. Ajarkan tanda/gejala mental klien untuk
klinis yang memerlukan mengikuti program
evaluasi medik (nyeri pembelajaran.
berat, demam, perubahan 3. Meningkatkan partisipasi
sensasi kulit distal cedera). dan kemandirian klien
5. Ajarkan klien tentang dalam perencanaan dan
persiapan pasca operasi pelaksanaan program terapi
(nafas dalam, ambulasi fisik.
dini). 4. Meningkatkan
kewaspadaan klien untuk
mengenali tanda/gejala dini
yang memerlukan
intervensi lebih lanjut.
5. Pada pasca operasi resiko
terjadi seperti pneumonia
hipostatik, nyeri.
28
meningkatkan pemahaman
sehingga resiko komplikasi
pasca dapat berkurang
6. Upaya pembedahan
mungkin diperlukan untuk
mengatasi masalah sesuai
kondisi klien.
Tandatangan dan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Diagnosa 1 1. Menentukan lokasi, S : Pasien mengatakan nyeri
karakteristik, durasi,
Kamis, 05 November 2020 sudah mulai berkurang
frekuensi, kualitas,
08.00 WIB intensitas nyeri. O : - Skala nyeri pasien 3
29
A : Masalah Teratur
P : Intervensi DIhentikan
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Sehubungan dengan hal di atas maka penulis menyampaikan saran saran
sebagai berikut:
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah RSUD dr. Doris
Syilvanus
Perlunya mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan secara komprehensif.
2. Bagi tenaga kesehatan terutama perawat.
Untuk lebih memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan pemulihan klien dengan combuatio agar klien tidak kekurangan
informasi.
3. Bagi institusi pendidikan.
Agar dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan yang lebih baik, berkualitas dan professional sehingga dapat
tercipta perawat-perawat yang professional, terampil, dan handal yang
mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
4. Bagi penulis dan pembaca.
Semoga karya tulis ini dapat meningkatkan kemampuan belajar penulis
dan pembaca dalam menangani masalah yang muncul pada kasus
combustio khususnya dan dapat memberikan informasi pembaca dan
masyarakat pada umumnya.
42
Daftar Pustaka
Chang, E., Daly, J., dan Elliot, D. 2009. Patofisiologi: Aplikasi pada Praktik
Keperawatan. Jakarta: EGC
Davey, P. 2005. At Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2014. Global
Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease: Global Strategy for the
Diagnosis, Management, and Preventation of Chronic Pulmonary Disease.
[serial online].
http://www.goldcopd.org/uploads/users/files/GOLD_Report_2014_Jan23.
pdf. [29 November 2015].
Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth.Volume 1.Edisi 8.Alih bahasa oleh Agung Waluyo, dkk. 2001.
Jakarta: EGC