PALANGKARAYA
Di Susun Oleh:
1
2
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmatNya jugalah penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dalam
bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.
ii
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Berbeda dengan otot-otot lain dalam tubuh yang lebih banyak beristirahat,
otot jantung tidak pernah berhenti berdenyutyut. Arteri koroner mendistribusikan
darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi otot jantung. Sehingga, arteri
koroner sangat vital untuk menjaga agar jantung dapat terus bekerja normal. Ada
2 arteri koroner utama yang keluar dari aorta, yaitu arteri koroner kiri dan arteri
koroner kanan. Penyumbatan aliran darah pembuluh koroner akan berakibat pada
kematian miokard, yang merupakan dasar patogenesis infark miokard akut.
4
Arteri koroner kiri utama yang lebih popular dengan sebutan left main (LM),
keluar dari sinus aorta kiri, kemudian segera bercabang menjadi dua arteri left
anterior descending (LAD) dan left cirumflex (LCX). Arteri LM berjalan
diantara alur keluar ventrikel kanan (right ventricle outflow tract) yang teletak
5
di depannya, dan atrium kiri dibelakangnya, baru kemudian bercabang menjadi
arteri LAD dan arteri LCX.
keluar dari rca (sirkulasi dominan kanan). Cabang pda mensuplai dinding bawah
ventrikuler kiri dan bagian bawah septum.
5. Vena koroner
sebagian besar darah vena disalurkan melalui pembuluh vena yang berjalan
berdampingan dengan arteri koroner. Vena kardiak bermuara di sinus
koronarius yaitu suatu vena besar yang berakhir di atrium kanan. Sebagian kecil
darah dari sirkulasi koroner datang langsung dari otot jantung melalui vena-
vena kecil dan dislurkan langsung ke dalam ke empat ruang jantung.
6. Vena posterior ventrikel kiri
Vena ini berakhir di sisi samping ventrikel kiri dan masuk ke dalam sinus
koronarius
2.1.3 Etiologi
Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh
darah jantung atau arteri koroner. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh
penumpukan ateroma di dinding arteri. Ateroma terdiri dari kolesterol dan zat sisa
hasil metabolisme tubuh. Ateroma yang terus menumpuk, dapat menyebabkan
dinding arteri menebal hingga menyempit. Akibatnya, jantung tidak mendapat
cukup asupan darah dan oksigen. Kondisi ini disebut aterosklerosis.
1. Rokok
2. Diabetes
3. Trombosis
6
keras. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan dengan
kadar garam yang tinggi. Tekanan darah normal berkisar antara 90/60 mmHg
hingga 120/80 mmHg.
Kolesterol adalah lemak yang dihasilkan oleh hati, dan penting bagi proses
pembentukan sel sehat. Meskipun demikian, kadar kolesterol tinggi dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Kolesterol terbagi dua, yaitu
kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). LDL inilah yang dapat
menumpuk di dinding arteri dan memicu penyempitan. Pada orang dewasa yang
sehat, kadar LDL yang normal dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dL.
Sedangkan bagi individu berisiko mengalami penyakit jantung koroner, kadar
LDL disarankan di bawah 100 mg/dL. Batas maksimal kadar LDL akan lebih
rendah lagi bagi mereka yang sudah menderita penyakit jantung atau diabetes,
yaitu di bawah 70 mg/dL.
7. Kurang beraktivitas
Risiko penyakit jantung koroner dapat meningkat akibat pola makan yang tidak
sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar gula atau
garam tinggi, atau makanan dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi.
Risiko PJK meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga dengan penyakit
jantung.
10. Jenis kelamin
11. Usia
Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya terserang penyakit jantung
koroner. Penyakit ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari 45 tahun dan
wanita lebih dari 55 tahun.
14. Stres
15. Alkohol
8
16. Preeklamsia
2.1.4 Klasifikasi
teradapat lapisan lemak diarteri. Patofisiologi nyeri dada yang bersifat akut
berawal dari ketidakseimbangan suplai oksigen dan nutrisi ke bagian miokard
jantung berkurang yang menyebabkan terjadinya metabolisme secara anaerob
yang menghasilkan asam laktat sehingga terjadi nyeri serta fatique pada penderita
penyakit jantung koroner (Padila, 2013).
2.1.6 Komplikasi
Ateroskelerosi spasme -
pembuluh darah Adrenalin Keb.O2 Jantung
Vosokontriksi meningkat meningkat Aliran O2 meningkat ke
mesentrikus
Jantung kekurangan O2
MK : Defisit Pengetahuan
12
1. Beberapa hari atau minggu sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada
tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut keras, napas
tersengal-sengal, kadang-kadang disertai mual, muntah dan tubuh
mengeluarkan banyak keringat.
2. Nyeri dada
Sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam. Nyeri dada yang
dirasakan pasien juga bermacam-macam seperti ditusuk-tusuk, terbakar, tertimpa
benda berat, disayat, panas. Nyeri dada dirasakan di dada kiri disertai penjalaran
ke lengan kiri, nyeri di ulu hati, dada kanan, nyeri dada yang menembus hingga
punggung, bahkan ke rahang dan leher.
Sakit nyeri terutama di dada sebelah kiri tulang bagian atas dan tengah sampai
ke telapak tangan. Terjadinya sewaktu dalam keadaan tenang
1. Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai 800 mg/dl atau lebih) bisa
menyebabkan pembesaran hati dan limpa dan gejala-gejala dari
pankreatitis (misalnya nyeri perut yang hebat).
2.2.8.2 Tanda PJK :
1. Pingsan
3. Pemeriksaan Laboratorium
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan
serupa dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan
alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan.
Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk
adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap,
sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat
gambaran EKG tampak normal.
Dari hasil treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK.
Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan treadmill ini sensitifitasnya
hanya sekitar 84% pada pria sedangka untuk wanita hanya 72%. Berarti masih
mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%, artinya dari 100 orang pria penderita
PJK yang terbukti benar hanya 84 orang. Biasanya perlu pemeriksaan lanjut
dengan melakukan kateterisasi jantung.
5. Kateterisasi Jantung
Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada
satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh
koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan
penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja, disamping
mencegah atau mengendalikan bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan
intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah
ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent,
semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk
mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan,
dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah
pintas koroner.
Intervensi Rasional
1. Endentifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas
frekuensi, kualitas dan nyeri.
intensitas nyeri. 2. Mengetahui skala nyeri yang
2. Identifikasi skala nyeri dirasakan pasien
3. Kontrol lingkungan yang 3. Meringankan nyeri dengan
memperberat rasa nyeri melakukan control ruangan
(mis. Suhu ruangan, 4. Pasien merasa lenih nyaman saat
pencahayaan, kebisingan) istirahat atau tidur
4. Fasilitasi istirahat dan tidur 5. Pasien mengetahui dan mengerti
5. Jelaskan penyebab, periode penyebab, periode dan pemicu
dan pemicu nyeri nyeri
6. Kolaborasi pemberian 6. Meringankan skala nyeri dengan
analgetik pemberian analgetik.
2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan dapat
membantu pasien kembali dapat beraktivitas dengan criteria hasil :
Rasional
1. Pasien tau kemampuannya beraktivitas dalam keadaan saat ini
2. Pasien mampu berdiri
Intervensi
1. Edentifikasi Pola aktivitas dan 1. Mengetahui tingkat aktivitas dan
tidur tidur yang mampu pasien lakukan
2. Identifikasi faktor pengganggu 2. Mengetahui penyebab gangguan
tidur (fisik dan/atau psikologis saat tidur pada pasien.
3. Modifikasi lingkungan, 3. Menciptakan lignkunagan yang
misalnya pencahayaan, mempasilitasi siklus tidur pasien
kebisingan, suhu, matras, dan tetap terjaga
tempat tidur. 4. Merangsang ngantuk dimalam hari
4. Batasi waktu tidur siang, jika 5. Mempasilitasi siklus tidur pasien
perlu tetap terjaga
5. Sesuaikan jadwal pembearian 6. Membeikan perasaan rileks agar
obat dan tindakan untuk
20
Intervensi
3. Intoleransi Aktivitas Rasional
1. Indentifikasi deficit aktivitas 1. Mengetahui lokasi,
Setelah dilakukan asuhan
2. Fasilitasi focus padakeperawatan selama 1x7 jam diharapkan
karakteristik, frekuensi, dapat
membantukemampuan,
pasien kembali dapat
bukan beraktivitas dengan
deficit kualitascriteria hasil : nyeri.
dan intensitas
yang dialami 2. Mengetahui skala nyeri yang
1. Pasien tau kemampuannya beraktivitas dalam keadaan saat ini
3. Kordinasikan pemilihan dirasakan pasien
2. Pasien mampu berdiri
aktivitas sesuai usia 3. Meringankan nyeri dengan
4. Fasilitasi makna makna melakukan control ruangan
aktivitas yang dipilih 4. Pasien merasa lenih nyaman
5. Ajarkan melakukan aktivitas saat istirahat atau tidur
yang dipilih 5. Pasien mengetahui dan
6. Kolaborasi dengan terapis mengerti penyebab, periode
okupasi dalam merencanakan dan pemicu nyeri
memonitor program aktivitas. 6. Meringankan skala nyeri
dengan pemberian analgetik
21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.1.1 PENGKAJIAN
3.1.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.K
Umur : 66 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl.Banteng
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Klien
... : Tinggal Serumah
: Hubungan Keluarga
VII (Fasialis): pasien dapat membedakan rasa manis dan asin. Saraf
kranial
VIII (Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar dimana suara
petikan jari perawat kiri dan kanan. Saraf kranial
IX (Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa asam. Saraf kranial
X (Vagus): pada saat makan pasien dapat mengontrol proses menelan.
Saraf kranial
XI (Assesorius): pasien dapat menggerakkan leher dan bahu. Saraf kranial
XII (Hipoglosus): pasien mampu mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, pasienkurang mampu
menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan kiri postif
dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif dengan skala 5,
refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks akhiles kanan dan
kiri positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan
skala 5. Uji sensasi pasien di sentuh bisa merespon.
Keluhan: Pasien mengeluh sakit dada
Masalah keperawatan: Nyeri Akut
7. Eliminasi Uri (Bladder) :
Produksi urine 600 ml/7 jam warna urine kuning pekat, bau urine amoniak.
Eliminasi tidak ada masalah atau lancar keluhan dan masalah keperawatan
8. Eliminasi Alvi (Bowel) :
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak kering, tidak ada lesi. Gigi ada
yang tanggal hampir di semua (atas, bawah, kanan dan kiri) tidak caries, gusi
terlihat tidak ada peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah muda dan
tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada
peradangan pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat
menelan. Palpasi abdomenada nyeri tekan pada abdomen. Tidak ada
hemoroid pada rectum. Pasien BAB 3x sehari warna kuning dan lunak
konsistensinya.
Tidak ada masalah keperawatan.
26
Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, sayur Nasi, lauk pauk, sayur
Mahasiswa,
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS :
Pasien mengatakan
merasa nyeri dada,
pasien mengatakan
nyerinya sering muncul
tiba – tiba, nyerinya
Ketidak seimbangan suplai
seperti ditusuk –tusuk, O2
dengan skala nyeri 8 dari ↓
Kekurnangan O2
10 dalam durasi ± 5 ↓
Nyeri Akut
Menit. Metabolisme Anaerob
↓
DO: Peningkatan asam laktat
-Pasien tampak lemas ↓
Nyeri Akut
- Wajah Pasien tampak
meringis
- Pasien tampak Gelisah
- TD: 160/80, S: 36,50C,
N : 100x/mnt, RR:
26x/mnt.
DS : Jantung Kekurangan O2
- Pasien mengatakan
sulit tidur dimalam ↓
hari karena merasa Nyeri Dada
nyeri.
- Pasien mengatakan ↓ Gangguan Pola Tidur
tidak dapat tidur
Pasien takut mati
dengan nyenyak
DO : ↓
- Pasien meringis
- Pasien tiba – tiba Pasien Cemas
terbangun saat malam
31
- Pasien Gelisah ↓
- Tangan pasien tampak
memegang dada Gangguan Pola Tidur
DS :
- Pasien Mengatakan
merasa lemas
Penurunan aliran darah ke
- Pasien takut jika jantung
berdiri nyerinya datang
↓
lagi
Hipoksia
DO :
↓
- TD: 160/80, S: 36,50C,
N : 100x/mnt, RR: Kontraksi Jantung Menurun
26x/mnt. Intoleransi Aktivitas
↓
- Pasien tampak
terbaring lemah Badan Lemas
- Pasien dibantu ↓
keluarga saat bergerak Intoleransi Aktivitas
- Pasien tidak mampu
berdiri
32
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi Pola aktivitas dan 7. Mengetahui tingkat aktivitas dan
tidur tidur yang mampu pasien lakukan
keperawatan selama 1x7
2. Identifikasi faktor pengganggu 8. Mengetahui penyebab gangguan
diharapkan Dapat menurunkan tidur (fisik dan/atau psikologis saat tidur pada pasien.
3. Modifikasi lingkungan, misalnya 9. Menciptakan lignkunagan yang
gangguan pola tidur pasien
pencahayaan, kebisingan, suhu, mempasilitasi siklus tidur pasien
dengan kriteria hasil: matras, dan tempat tidur. tetap terjaga
4. Batasi waktu tidur siang, jika 10. Merangsang ngantuk dimalam
1. Pasien dapat melakukan
perlu hari
relaksasi mandiri 5. Sesuaikan jadwal pembearian 11. Mempasilitasi siklus tidur
obat dan tindakan untuk pasien tetap terjaga
2. Pasien dapat tidur malam
menunjang siklus tidur terjaga 12. Membeikan perasaan rileks agar
dengan nyenyak. 6. Ajarkan Relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi
lainnya.
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan 7. Indentifikasi deficit aktivitas 1. Mengetahui tingkat aktivitas yang
keperawatan selama 1x7 jam 8. Fasilitasi focus pada mampu pasien lakukan
diharapkan dapat membantu kemampuan, bukan deficit yang 2. Mempasilitasi kemampuan aktivitas
pasien kembali dapat beraktivitas dialami pasien
dengan criteria hasil : 9. Kordinasikan pemilihan aktivitas 3. Membantu pasien memilih terapi
1. Pasien tau kemampuannya sesuai usia aktivitas
beraktivitas dalam 10. Fasilitasi makna makna 4. Membantu pasien mengetahui
keadaan saat ini aktivitas yang dipilih makna aktivitas yang dilakukan
2. Pasien mampu berdiri. 11. Ajarkan melakukan aktivitas 5. Pasien mampu melakukan aktivitas
yang dipilih secara mandiri
12. Kolaborasi dengan terapis 6. Mengontrol dan dan memonitor
okupasi dalam merencanakan program aktivitas
memonitor program aktivitas.
35
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanda Tangan
Hari/ Tanggal Jam Implementasi Evaluasi dan
Nama Perawat
Sabtu 18 Mei 2020 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, S:
Pukul: durasi, frekuensi, kualitas dan - Mengerti cara batuk efektif
1. 08.00 WIB intensitas nyeri. P : timbul tiba – tiba
2. Posisikan semi Fowler/fowler Q : terasa seperti ditusuk
3. Berikan air hangat
R : didearah kepala prontal
4. Ajarkan Batuk efektif Thomas Erik
5. Identifikasi skala nyeri S : skala nyeri 8 Nyeri berat (1-10) Helvin
6. Jelaskan penyebab, periode dan
T : berlangsung sekitar 5 menit
pemicu nyeri
O:
7. Monitor kemampuan batuk efektif
- Pasien minum air Hangat
8. Kolaborasi pemberian analgetik, dan
- Pasien nyaman dengan posisi semi fowler
pemberian cairan intravena
- Pasien mengerti penyebab, periode dan
9. Fasilitasi focus pada kemampuan,
pemicu nyeri.
bukan deficit yang dialami
- Pasien mampu melakukan batuk efektif
10.Sesuaikan jadwal pembearian obat
- Pasien Meminum Obat dengan teratur
dan tindakan untuk menunjang siklus
- Mempasilitasi tempat berkemih bagi pasien
tidur terjaga
- Pasien diberikan terapi berupa kolaborasi
11.Ajarkan Relaksasi otot autogenic
pemberian obat diluar jam tidur
atau cara nonfarmakologi lainnya.
- Pasien mampu melakukan relaksasi mandiri
A: Masalah teratasi sebagian
36
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5, 7, 8, 10
Minggu 19 Mei 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, S:
2020 durasi, frekuensi, kualitas dan - Pasien mengatakan nyaman dengan posisi
Pukul: intensitas nyeri. semi fowler
1. 07.20 WIB Thomas Erik
2. Posisikan semi Fowler/fowler
- P : timbul tiba – tiba Helvin
3. Berikan air hangat
4. Identifikasi skala nyeri Q : terasa seperti ditusuk
5. Monitor kemampuan batuk efektif R : didearah dada kiri
6. Kolaborasi pemberian analgetik, dan
S : skala nyeri 8 Nyeri berat (1-10)
pemberian cairan intravena
7. Sesuaikan jadwal pembearian obat T : 5 menit
dan tindakan untuk menunjang siklus O :
tidur terjaga - Pasien minum air hangat
Pasien minum obat dengan teratur
A: Masalah teratasi sebagian
- Pasien diberikan terapi berupa kolaborasi
pemberian obat diluar jam tidur
P: Lanjukan Intervensi 1,2,3,4,5,6 , 7
Senin 20 Mei 2020 1. Monitor Suhu Tubuh S:
Pukul: 7.20 WIB 2. Posisikan semi Fowler/fowler - Pasien mengatan ruangan terasa nyaman
3. Berikan minum hangat - P : timbul tiba – tiba
4. Indentifikasi lokasi, karakteristik,
Q : terasa seperti ditusuk
durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri. R : didearah dada kiri
5. Identifikasi skala nyeri
S : skala nyeri 8 Nyeri berat (1-10)
6. Kolaborasi pemberian analgetik, dan
pemberian cairan intravena O:
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
3.2 Saran
35
39
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh
Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Edisi kelima. CV. Mocomedia.