Anda di halaman 1dari 43

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K DENGAN DIAGNOSA


JANTUNG KORONER DI RUANG SAKURA

PALANGKARAYA

Di Susun Oleh:

NAMA : Thomas Erik Hevin


NIM : 2018.C.10a.0988

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
2

Kata Pengantar

Puji syukur  kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmatNya jugalah penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dalam
bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.

Palangka Raya, 28 September 2020

Thomas Erik Helvin

ii
3

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................
1.4.1 Untuk Mahasiswa..........................................................
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.............................................
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit).............
1.4.4 Untuk IPTEK.................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit.....................................................................


2.1.1 Definisi .........................................................................
2.1.2 Anatomi fisiologi ..........................................................
2.1.3 Etiologi .........................................................................
2.1.4 Klasifikasi .....................................................................
2.1.5 Patofisiologi .................................................................
2.1.6 Manisfestasi Klinis .......................................................
2.1.7 Komplikasi ...................................................................
2.1.8 Pemeriksa Penunjang ...................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan .........................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ..............................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................................

iii
4

2.2.3 Intervensi Keperawatan ...........................................................

2.2.4 Implementasi Keperawatan .....................................................

2.2.5 Evaluasi keperawatan ..............................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian ..............................................................................


3.1.1. Identitas Klien ..............................................................
3.1.2. Riwayat Kesehatan/Perawatan .....................................
3.1.3. Pemeriksaan Fisik ........................................................
3.2 Tabel Analisa Data..................................................................
3.3 Rencana Keperawatan ...........................................................

3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawa


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana ketidak
seimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai akibat
tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab tersering adalah
aterosklerosis (Wijaya dkk, 2013). PJK merupakan gangguan fungsi jantung
akibat otot jantung kekurangan darah dari penyempitan pembuluh darah koroner.
Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada terasa tidak nyaman di dada atau dada
terasa tertekan berat ketika sedang mendaki juga pada kerja berat ataupun berjalan
terburu- buru pada saat berjalan datar atau berjalan jauh (RISKESDAS, 2013).

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penyakit jantung


koroner (PJK)menjadi salah satu masalah kesehatan dalam system kardiovaskular
yang jumlahnya meningkat cepat dengan angka kematian 6,7 juta kasus (WHO,
2017). Perhitungan WHO (World Health Organization) yang memperkirakan
pada tahun 2020 mendatang, penyakit kardiovaskuler akan menyumbang sekitar
25% dari angka kematian dan mengalami peningkatan khususnya di negara-
negara berkembang, salah satu diantaranya berada di Asia Tenggara. Angka
kematian yang disebabkan oleh PJK mencapai 1,8 juta kasus pada tahun 2014,
yang artinya PJK menjadi penyakit yang mematikan di kawasan Asia Tenggara
salah satu negaranya adalah Indonesia (WHO, 2017). Angka kematian yang
disebabkan oleh PJK di Indonesia cukup tinggi mencapai 1,25 juta jiwa jika
populasi penduduk Indonesia 250 juta jiwa (Kemenkes, 2014)

Adanya keterkaitan Penyakit Jantung Koroner dengan faktor resiko dan


penyakit penyerta lain seperti DM dan hipertensi, serta adanya kemungkinan
perkembangan iskemik menjadi infark menyebabkan kompleksnya terapi
yang diberikan.

1
2

Berdasarkan masalah tersebut, saya tertarik untuk memberikan informasi


yang komprehensif tentang “Asuhan Keperawatan Pada Penderita Penyakit
Jantung Koroner.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa
dapat memahami konsep serta mampu menerapakan Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan kasus Penyakit Jantung Koroner di rumah sakit

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Mahasiswa dapat mengerti serta memahami definisi dari Jantung Koroner
1.2.2.2 Mahasiswa mengetahui etiologi terjadinya Jantung Koroner
1.2.2.3 Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi organ terkait
1.2.2.4 Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis Penyakit Jantung
Koroner
1.2.2.5 Mahasiswa dapat memahami patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
1.2.2.6 Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari Penyakit Jantung Koroner
1.2.2.7 Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang apa sajakah yang
dapat dilakukan pada pasien Jantung Koroner
1.2.2.8 Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari kasus Penyakit
Jantung Koroner
1.2.2.9 Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan asuhan keperawatan
kasus Penyakit Jantung Koroner secara teoritis
3

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana


ketidakseimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai akibat
tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab tersering adalah
aterosklerosis (Wijaya dkk, 2013).

PJK merupakan gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan


darah dari penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan
nyeri dada terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika
sedang mendaki juga pada kerja berat ataupun berjalan terburu- buru pada saat
berjalan datar atau berjalan jauh (RISKESDAS, 2013).

Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan dimana terjadi


penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner.
penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Kondisi lebih parah
kemampuan jantung memompa darah akan hilang, sehingga sistem kontrol
irama jantung akan terganggu dan selanjutnya bisa menyebabkan kematian
(Yahya, 2010).

2.1.2 Anatomi Fisiologi Organ Terkait

Berbeda dengan otot-otot lain dalam tubuh yang lebih banyak beristirahat,
otot jantung tidak pernah berhenti berdenyutyut. Arteri koroner mendistribusikan
darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi otot jantung. Sehingga, arteri
koroner sangat vital untuk menjaga agar jantung dapat terus bekerja normal. Ada
2 arteri koroner utama yang keluar dari aorta, yaitu arteri koroner kiri dan arteri
koroner kanan. Penyumbatan aliran darah pembuluh koroner akan berakibat pada
kematian miokard, yang merupakan dasar patogenesis infark miokard akut.
4

1. Arteri koroner kiri utama/ left main (LM)

Arteri koroner kiri utama yang lebih popular dengan sebutan left main (LM),
keluar dari sinus aorta kiri, kemudian segera bercabang menjadi dua arteri left
anterior descending (LAD) dan left cirumflex (LCX). Arteri LM berjalan
diantara alur keluar ventrikel kanan (right ventricle outflow tract) yang teletak
5
di depannya, dan atrium kiri dibelakangnya, baru kemudian bercabang menjadi
arteri LAD dan arteri LCX.

2. Arteri left anterior descending (LAD)

Arteri lad berjalan di parit interventrikular depan sampai ke apeks jantung.


Arteri ini mensuplai bagian depan septum melalui cabang-cabang septal dan
bagian depan ventrikuler kiri melalui cabang-cabang diagonal, sebagian besar
ventrikel kiri dan juga berkas antrio – ventrikular. Cabang-cabang diagonal
keluar dari arteri lad dan berjalan menyamping mensuplai dinding antero lateral
ventrikel kiri cabang diagonal bisa lebih dari satu.

3. Arteri Left Circumflex (LCX)


Arteri lcx berjalan di parit atrioventrikular kiri diantara atrium kiri dan
ventrikel kiri dan mensuplai dinding samping ventrikel kiri melalui cabang-
cabang obtuse marginal yang bisa lebih dari satu (m1, m2, dst). Pada umumnya
arteri lcx berakhir sebagai cabang obtuse marginal, namum pada 10 % kasus
mempunyai sirkulasi dominan kiri maka arteri LCX juga mensuplai cabang
“posterior descending artery” (PDA).

4. Arteri koroner kanan/right Coronary Artery (RCA)


Arteri koroner kanan keluar dari sinus aorta kanan dan berjalan didalam
parit atrioventrikular kanan diantara atrium kanan dan ventrikel kanan menuju
ke bagian bawah dari septum. Pada 50-60% kasus, cabang pertama dari rca
adalah cabang conus yang kecil yang mensuplai alur keluar ventrikel kanan.
Pada 20-30% kasus, cabang conus muncul langsung dari aorta. Cabang sinus
node pada 60% kasus keluar sebagai cabang kedua dari rca dan berjalan ke
belakang mensuplai sa- node. (pada 40% kasus cabang ini keluar dari arteri
lcx).Cabang-cabang yang berjalan diagonal dan mengarah ke depan dan
mensuplai dinding depan ventrikel kanan. Selanjutnya adalah cabang acute
marginal (am) dan berjalan di tepi ventrikel kanan diatas diafragma. Rca
berlanjut ke belakang berjalan di dalam parit atrioventrikular dan bercabang
arteri av node.Pada 65% kasus, cabang posterior descending artery (PDA)
5

keluar dari rca (sirkulasi dominan kanan). Cabang pda mensuplai dinding bawah
ventrikuler kiri dan bagian bawah septum.
5. Vena koroner
sebagian besar darah vena disalurkan melalui pembuluh vena yang berjalan
berdampingan dengan arteri koroner. Vena kardiak bermuara di sinus
koronarius yaitu suatu vena besar yang berakhir di atrium kanan. Sebagian kecil
darah dari sirkulasi koroner datang langsung dari otot jantung melalui vena-
vena kecil dan dislurkan langsung ke dalam ke empat ruang jantung.
6. Vena posterior ventrikel kiri
Vena ini berakhir di sisi samping ventrikel kiri dan masuk ke dalam sinus
koronarius

2.1.3 Etiologi
Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh
darah jantung atau arteri koroner. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh
penumpukan ateroma di dinding arteri. Ateroma terdiri dari kolesterol dan zat sisa
hasil metabolisme tubuh. Ateroma yang terus menumpuk, dapat menyebabkan
dinding arteri menebal hingga menyempit. Akibatnya, jantung tidak mendapat
cukup asupan darah dan oksigen. Kondisi ini disebut aterosklerosis.

Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko aterosklerosis, antara lain:

1. Rokok

Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan


nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok dapat membebani kerja jantung,
dengan memacu jantung bekerja lebih cepat. Kedua senyawa tersebut juga
meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah. Senyawa lain dalam rokok
juga dapat merusak dinding arteri jantung dan menyebabkan penyempitan. Oleh
karena itu, risiko terserang penyakit jantung pada perokok hampir 25 persen lebih
tinggi dibanding orang yang tidak merokok.

2. Diabetes

Diabetes menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan menghambat


aliran darah. Penderita diabetes diketahui 2 kali lipat lebih berisiko terserang
penyakit jantung koroner.

3. Trombosis
6

Trombosis adalah bekuan darah yang dapat terbentuk di pembuluh darah


vena atau arteri. Bila terbentuk di arteri, akan menghambat aliran darah ke
jantung, sehingga meningkatkan resiko serangan jantung.

4. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi membuat jantung harus bekerja lebih

keras. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan dengan
kadar garam yang tinggi. Tekanan darah normal berkisar antara 90/60 mmHg
hingga 120/80 mmHg.

5. Kadar Kolesterol Tinggi

Kolesterol adalah lemak yang dihasilkan oleh hati, dan penting bagi proses
pembentukan sel sehat. Meskipun demikian, kadar kolesterol tinggi dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Kolesterol terbagi dua, yaitu
kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). LDL inilah yang dapat
menumpuk di dinding arteri dan memicu penyempitan. Pada orang dewasa yang
sehat, kadar LDL yang normal dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dL.
Sedangkan bagi individu berisiko mengalami penyakit jantung koroner, kadar
LDL disarankan di bawah 100 mg/dL. Batas maksimal kadar LDL akan lebih
rendah lagi bagi mereka yang sudah menderita penyakit jantung atau diabetes,
yaitu di bawah 70 mg/dL.

6. Berat Badan Berlebih

Seseorang dengan berat badan berlebih atau obesitas berisiko terserang


penyakit jantung koroner.

7. Kurang beraktivitas

Aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko penyakit jantung.


Olahraga juga dapat membantu mengontrol kadar kolesterol dan gula darah,
mencegah obesitas, serta membantu menurunkan tekanan darah.

8. Pola makan tidak sehat


7

Risiko penyakit jantung koroner dapat meningkat akibat pola makan yang tidak
sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar gula atau
garam tinggi, atau makanan dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi.

9. Riwayat kesehatan keluarga

Risiko PJK meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga dengan penyakit
jantung.

10. Jenis kelamin

Umumnya, PJK lebih banyak menyerang pria dibanding wanita. Namun


demikian, risiko terkena penyakit yang sama akan meningkat pada wanita
pasca menopause.

11. Usia

Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya terserang penyakit jantung
koroner. Penyakit ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari 45 tahun dan
wanita lebih dari 55 tahun.

12. Sindrom metabolic

Sindrom metabolik adalah sekelompok penyakit yang meningkatkan risiko


penyakit jantung koroner, meliputi hipertensi, kolesterol tinggi, dan obesitas.

13. Sleep apnea

Sleep apnea yang tidak tertangani dapat meningkatkan risiko penyakit


jantung koroner, hipertensi, diabetes, dan stroke.

14. Stres

Penelitian menunjukkan, stres dalam berbagai lingkup kehidupan, dapat


mengakibatkan penyakit jantung koroner. Stres juga dapat memicu faktor risiko
lain. Sebagai contoh, stres dapat memicu seseorang merokok atau makan
berlebihan.

15. Alkohol
8

Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak otot


jantung, dan memperburuk kondisi seseorang dengan faktor risiko penyakit
jantung koroner, seperti hipertensi dan obesitas.

16. Preeklamsia

Preeklamsia adalah komplikasi yang terjadi dalam masa kehamilan, ditandai


dengan hipertensi dan kadar protein tinggi dalam urine. Kondisi ini meningkatkan
risiko gangguan pada jantung, termasuk PJK.

2.1.4 Klasifikasi

Pada PJK klasifikasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu asimtomatik


(silent myocardial ischemia) yang tidak pernah mengeluh nyeri dada baik saat
istirahat atau beraktifitas, angina pektoris stabil (STEMI) terdapat yaitu nyeri
yang berlangsung 1-5 menit dan hilang timbul dan biasanya terdapat depresi
segmen ST pada pengukuran EKG, angina pektoris tidak stabil (NSTEMI) yaitu
nyeri dada yang berlangsung bisa lebih dari lima menit dan terjadi bisa pada saat
istirahat biasanya akan terdapat deviasi segmen ST pada rekaman hasil EKG,
Infark miokard yaitu nyeri dada yang terasa ditekan, diremas berlangsung selama
30 menit atau bahkan lebih biasanya hasil rekaman EKG terdapat elevasi segmen
ST (Potter & Perry, 2010).

2.1.5 Patofisiologi PJK

Patofisiologi dari PJK dimulai dari adanya aterosklerosis atau pengerasan


arteri dari penimbunan endapan lipid, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag
di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) sampai akhirnya ke
tunika medika (lapisan otot polos).Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koronaria (Potter & Perry, 2010). Kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel
endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan
permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan
triglesirida. Kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena
permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan
9

teradapat lapisan lemak diarteri. Patofisiologi nyeri dada yang bersifat akut
berawal dari ketidakseimbangan suplai oksigen dan nutrisi ke bagian miokard
jantung berkurang yang menyebabkan terjadinya metabolisme secara anaerob
yang menghasilkan asam laktat sehingga terjadi nyeri serta fatique pada penderita
penyakit jantung koroner (Padila, 2013).

Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan


terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan menyebabkan
nyeri dada yang berkaitan dengan angina pektoris. Ketika kekurangan oksigen
pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang
tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang dikenal sebagai miokard
infark (Potter & Perry, 2010).

Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara


dan reversible. Manifestasi hemodinamika yang sering terjadi adalah peningkatan
ringan tekanan darah dan denyut jantung sebelum timbul nyeri dada yang bersifat
akut. Ini merupakan respon kompensasi simpatis terhadap berkurangnya fungsi
miokardium. Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia
miokardium, angina sering dipicu oleh aktifitas yang meningkatkan kebutuhan
miokardium akan oksigen, seperti latihan fisik dan hilang selama beberapa menit
dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin. Iskemia yang berlangsung lebih dari
30-45 menit akan menyebabkan kerusakan seluler yang irreversibel dan kematian
otot atau nekrosis inilah yang disebut infark. Secara fungsional infark miokardium
akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti daya kembang dinding ventrikel,
pengurangan curah sekuncup, pengurangan fraksi ejeksi, peningkatan volume
akhir diastolik ventrikel kiri.

Pelepasan neurotransmitter eksitatori seperti prostaglandin, bradikinin,


kalium, histamin, dan substansi P akibat menurunya pH jantung dan kerusakan
sel. Subtansi yang peka terhadap nyeri terdapat pada serabut nyeri di cairan
ekstraseluler, menyebarkan “pesan” adanya nyeri dan menyebabkan inflamasi
(Potter & Perry, 2010).
10

Serabut nyeri memasuki medulla spinalis melalui tulang belakang melewati


beberapa rute hingga berakhir di gray matter (lapisan abu-abu) medulla
spinalis.Setelah impuls-impuls nyeri berjalan melintasi medulla spinalis, thalamus
menstransmisikan informasi ke pusat yang lebih tinggi di otak, sistem limbik, dan
gabungan korteks. Ketika stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
mengintepretasikan kualitas nyeri dan merespon informasi dari pengalaman yang
telah lalu, pengetahuan, serta faktor budaya yang berhubungan dengan persepsi
nyeri. Sesaat setelah otak menerima adanya stimulus nyeri, terjadi pelepasan
neurotransmitter inhibitor seperti opiud endonegeus (endorphin dan enkefalin),
serotonin (5HT), norepinefrin, dan asam aminobutirik gamma (GABA) yang
bekerja untuk menghambat transmisi nyeri dan membantu menciptakan efek
analgesik (Potter & Perry, 2010).

2.1.6 Komplikasi

Penyakit jantung koroner yang tidak tertangani dapat memicu sejumlah


komplikasi, seperti:

1. Angina. Angina atau nyeri dada disebabkan oleh menyempitnya arteri,


sehingga jantung tidak mendapatkan cukup darah.
2. Serangan jantung. Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya,
akibat penumpukan lemak atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak
otot jantung.
3. Gagal jantung. Gagal jantung terjadi bila jantung tidak cukup kuat
memompa darah. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan
oleh serangan jantung.
4. Gangguan irama jantung (aritmia). Kurangnya suplai darah ke jantung atau
kerusakan pada jantung akan memengaruhi impuls listrik jantung, sehingga
memicu aritmia
111

Perjalanan terhadap Stress Latihan Fisik Makan makanan berat


2.1.7 Pathway
dingin

Ateroskelerosi spasme -
pembuluh darah Adrenalin Keb.O2 Jantung
Vosokontriksi meningkat meningkat Aliran O2 meningkat ke
mesentrikus

Aliran O2 koronia menurun


Aliran O2 ke jantung menurun

Jantung kekurangan O2

Iskemia otot Jantung

Kontraksi jantung menurun


MK : Nyeri Akut
Perlu Menghindari kompikasi
MK : Curah jantung
menurun
Nyeri nerhubungan Takut mati
dengan Iskemia Diperlukan pengetahuan
tentang PJK
Cemas

MK : Defisit Pengetahuan
12

2.1.8 Manifestasi Klinis

2.2.8.1 Gejala PJK :

1. Beberapa hari atau minggu sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada
tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut keras, napas
tersengal-sengal, kadang-kadang disertai mual, muntah dan tubuh
mengeluarkan banyak keringat.
2. Nyeri dada

Sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam. Nyeri dada yang
dirasakan pasien juga bermacam-macam seperti ditusuk-tusuk, terbakar, tertimpa
benda berat, disayat, panas. Nyeri dada dirasakan di dada kiri disertai penjalaran
ke lengan kiri, nyeri di ulu hati, dada kanan, nyeri dada yang menembus hingga
punggung, bahkan ke rahang dan leher.

1. Jantung berdebar (denyut nadi cepat).


2. Keringat dingin
3. Tenaga dan pikiran menjadi lemah, ketakutan yang tidak ada alasannya,
perasaan mau mati saja.
4. Tekanan darah rendah atau stroke
5. Dalam kondisi sakit :

Sakit nyeri terutama di dada sebelah kiri tulang bagian atas dan tengah sampai
ke   telapak tangan. Terjadinya sewaktu dalam keadaan tenang
1. Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai 800 mg/dl atau lebih) bisa
menyebabkan pembesaran hati dan limpa dan gejala-gejala dari
pankreatitis (misalnya nyeri perut yang hebat).
 
2.2.8.2 Tanda PJK :

1. Biasanya kadar lemak yang tinggi tidak menimbulkan gejala. Kadang-


kadang, jika kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk
13

suatu penumpukan lemak yang disebut xantoma di dalam tendo (urat


daging) dan di dalam kulit.
2. Demam, suhu tubuh umumnya sekitar 38°C
3. Mual-mual dan muntah, perut bagian atas kembung dan sakit
4. Muka pucat pasi
5. Kulit menjadi basah dan dingin badan bersimbah peluh
6. Gerakan menjadi lamban (kurang semangat)
7. Sesak nafas
8. Cemas dan gelisah

1. Pingsan

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk


menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana
sampai yang invasive sifatnya.
1. Elektrokardiogram (EKG)

Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG)


adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan
pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat
berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru
terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.

2. Foto Rontgen Dada

Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya


pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada
koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat
dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK
lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya jantung
terlihat membesar.
14

3. Pemeriksaan Laboratorium

Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor resiko. Dari


pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan
melihat kenaikan enzim jantung.

4. Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil


ditegakkan, biasanya dokter jantung/ kardiologis akan merekomendasikan
untuk dilakukan treadmill.

Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan
serupa dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan
alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan.
Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk
adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap,
sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat
gambaran EKG tampak normal.
Dari hasil treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK.
Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan treadmill ini sensitifitasnya
hanya sekitar 84% pada pria sedangka untuk wanita hanya 72%. Berarti masih
mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%, artinya dari 100 orang pria penderita
PJK yang terbukti benar hanya 84 orang. Biasanya perlu pemeriksaan lanjut
dengan melakukan kateterisasi jantung.

5. Kateterisasi Jantung

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang


seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri).
Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan
bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke muara
pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan
kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat
dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan.
15

Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada
satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh
koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan
penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja, disamping
mencegah atau mengendalikan bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan
intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah
ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent,
semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk
mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan,
dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah
pintas koroner.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Vertigo


2.2.1 Pengkajian 
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien
vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit
tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik,
aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik
5. Aktivitas /Istirahat
1) Letih, lemah, malaise
2) Keterbatasan gerak 
3) Ketegangan mata, kesulitan membaca
16

4) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.


5) Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
6. Sirkulasi
1) Riwayat hypertensi
2) Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
3) Pucat, wajah tampak kemerahan.
7. IntegritasEgo
1) Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
2) Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
3) Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
4) Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
8. Makanan dan cairan
1) Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk,
saus,hotdog, MSG(pada migrain).
2) Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
3) Penurunan berat badan5.
9. Neurosensoris
1) Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
2) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
3) Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
4) Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
5) Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
6) Perubahan pada pola bicara/pola pikir 
7) Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
8) Penurunan refleks tendon dalam
9) Papiledema.
10. Nyeri/ kenyamanan
1) Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
17

2) Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.


3) Fokus menyempit
4) Fokus pada diri sendiri
5) Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
6) Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
11. Keamanan
1) Riwayat alergi atau reaksi alergi
2) Demam (sakit kepala)
3) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
4) Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8.
12. Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit.
13. Penyuluhan / pembelajaran
1) Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
2) Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone,
menopause.
14. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
1) Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
2) Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
3) Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
4) Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
5) Sistem Gastrointestinal
18

Adakah Nausea dan muntah


6) Sistem integument
7) Sistem Reproduksi
8) Sistem Perkemihan
15. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2)
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien
dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
3) Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya
vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.
4) Pola nutrisi metabolism
Adakah nausea dan muntah
5) Pola eliminasi
6) Pola tidur dan istirahat
7) Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
(1) Persepsi diri atau konsep diri
(2) Pola toleransi dan koping stress
(3) Pola sexual reproduksi
(4) Pola hubungan dan peran
(5) Pola nilai dan kenyakin

1.2.2 Dianogsa Keperawatan 


1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam laktat
2. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan Nyeri Akut
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kekurangan oksigien.
19

1.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x7 diharapkan rsasa nyeri
dapat berkurang dengan kriteria hasil:
1. Rasa nyeri dapat berkurang dari skala 8 ke skala 7
2. Pasien dapat memanajemen nyeri secara mandirih

Intervensi Rasional
1. Endentifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas
frekuensi, kualitas dan nyeri.
intensitas nyeri. 2. Mengetahui skala nyeri yang
2. Identifikasi skala nyeri dirasakan pasien
3. Kontrol lingkungan yang 3. Meringankan nyeri dengan
memperberat rasa nyeri melakukan control ruangan
(mis. Suhu ruangan, 4. Pasien merasa lenih nyaman saat
pencahayaan, kebisingan) istirahat atau tidur
4. Fasilitasi istirahat dan tidur 5. Pasien mengetahui dan mengerti
5. Jelaskan penyebab, periode penyebab, periode dan pemicu
dan pemicu nyeri nyeri
6. Kolaborasi pemberian 6. Meringankan skala nyeri dengan
analgetik pemberian analgetik.
2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan dapat
membantu pasien kembali dapat beraktivitas dengan criteria hasil :
Rasional
1. Pasien tau kemampuannya beraktivitas dalam keadaan saat ini
2. Pasien mampu berdiri
Intervensi
1. Edentifikasi Pola aktivitas dan 1. Mengetahui tingkat aktivitas dan
tidur tidur yang mampu pasien lakukan
2. Identifikasi faktor pengganggu 2. Mengetahui penyebab gangguan
tidur (fisik dan/atau psikologis saat tidur pada pasien.
3. Modifikasi lingkungan, 3. Menciptakan lignkunagan yang
misalnya pencahayaan, mempasilitasi siklus tidur pasien
kebisingan, suhu, matras, dan tetap terjaga
tempat tidur. 4. Merangsang ngantuk dimalam hari
4. Batasi waktu tidur siang, jika 5. Mempasilitasi siklus tidur pasien
perlu tetap terjaga
5. Sesuaikan jadwal pembearian 6. Membeikan perasaan rileks agar
obat dan tindakan untuk
20

menunjang siklus tidur terjaga


6. Ajarkan Relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya

Intervensi
3. Intoleransi Aktivitas Rasional
1. Indentifikasi deficit aktivitas 1. Mengetahui lokasi,
Setelah dilakukan asuhan
2. Fasilitasi focus padakeperawatan selama 1x7 jam diharapkan
karakteristik, frekuensi, dapat
membantukemampuan,
pasien kembali dapat
bukan beraktivitas dengan
deficit kualitascriteria hasil : nyeri.
dan intensitas
yang dialami 2. Mengetahui skala nyeri yang
1. Pasien tau kemampuannya beraktivitas dalam keadaan saat ini
3. Kordinasikan pemilihan dirasakan pasien
2. Pasien mampu berdiri
aktivitas sesuai usia 3. Meringankan nyeri dengan
4. Fasilitasi makna makna melakukan control ruangan
aktivitas yang dipilih 4. Pasien merasa lenih nyaman
5. Ajarkan melakukan aktivitas saat istirahat atau tidur
yang dipilih 5. Pasien mengetahui dan
6. Kolaborasi dengan terapis mengerti penyebab, periode
okupasi dalam merencanakan dan pemicu nyeri
memonitor program aktivitas. 6. Meringankan skala nyeri
dengan pemberian analgetik
21

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.1.1 PENGKAJIAN
3.1.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.K

Umur : 66 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Jl.Banteng

Tgl MRS : 15 September 2020

Diagnosa Medis : Jantung Koroner

3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan


1. Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri dada hilang timbul seperti ditusuk
tusuk timbul sebelah kiri saat melakukan aktivitas sedang
seperti menyapu, memasak dan hilng setelah istirahat. Nyeri
dada timbul ± 5 menit dalam 1 hari, lokasi nyeri dada
sebelah kiri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanggal 14 September 2020 pukul 09.00 WIB, klien mengeluh
nyeri dada hilang timbul seperti distusuk-tusuk, timbul setelah
melakukan aktivitas sedang seperti memasak, dan menyapu
hilang setelah istirahat. Oleh keluarga dibawa ke Rumah Sakit
22

dan sesampainya di Rumah Sakit Pasien diarahkan ke IGD


mendapat terapi, Infus pz 12 tetes/menit, Injeksi lasix 1 ampul,
O2 2L/menit. Klien masuk ke ruang Sakura untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)

Ny.K pernah Masuk RS 3x. Yang pertama pernah rawat inap di


RS A sekitar 4 tahun yang lalu. Yang kedua rawat inap di RS B
pada bulan Agustus 2016 ± 8 hari dan yang terakhir di ruang
ICCU/ICU. Ny. K masuk RS, ketiga tiganya dengan keluhan
nyeri dada seperti ditusuk-tusuk. Nyeri datang jika melakukan
aktivitas sedang seperti memasak dan menyapu, hilang setelah
beristirahat. Nyeri timbul ± 5 menit/hari.

Setelah seleai dirawat di RS C, Ny. K rajin kontrol di dr.D


tiap 1 bulan sekali.
Ny.K mempunyai penyakit hipertensi sejak 10 tahun yang
lalu.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan, dalam keluarga Ny.K ada riwayat penyakit
hipertensi yang diturunkan oleh ibu Ny.K, tetapi dalam
keluarga Ny.K tidak ada riwaya DM. dalam keluarga px juga
tidak ada riwayat penyakit menular seperti Hepatitis B atau
TBC.
23

GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal
: Meninggal
: Klien
... : Tinggal Serumah
: Hubungan Keluarga

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


1. Keadaan Umum :
Klien tampak terbarimg lemah, dan tidak dapat beraktivitas, kesadaran
pasien compos menthis berbaring terlentang terpasang terpasang infuse
dilengan sebelah kanan.
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah meringis, bentuk
badan sedang, suasana hati sedih, berbicara lancar, fungsi kognitif orientasi
waktu pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi orang
pasien dapat mengenali keluarga maupun petugas kesehatan, orientasi tempat
pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight baik,
mekanisme pertahanan diri adaptif.
3. Tanda-Tanda Vital :
24

Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, TD: 160/80 S: 36,70C , N :


100x/mnt RR: 26x/mnt.
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, pasien tidak merokok, type pernafasan dada dan
perut, irama pernafasan teratur, bunyi napas bronchovesikuler.
Tidak ada masalah keperawatan
5. Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak Ada nyeri, cappilary refill ≤2 detik, edema ekstermitas bawah,
tidak ada peningkatan Vena Jugularis, Bunyi Jantung S1 S2 Reguler, irama
sinus rythm.
Tidak ada masalah keperawatan
6. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 ( membuka mata spontan ), V:5 ( orentasi dengan
baik), M 6 ( bergerak sesuai perintah ) dan total Nilai GCS:15 normal,
kesadaran Tn. X compos menthis, pupil Tn G isokor tidak ada kelainan,
reflex cahaya kanan dan kiri positif. Nyeri perut
Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial
I (Olfaktorius): pada pemeriksaan menggunakan minyak kayu putih
dengan mata tertutup pasien mampu mengenali bau minyak kayu
putihtersebut. Saraf kranial
II (Optikus): pasien mampu membaca nama perawat dengan baik pada
saat perawat meminta pasien untuk membaca namanya. Saraf kranial
III (Okulomotor): pasien dapaat mengangkat kelopak matanya dengan
baik. Saraf kranial
IV (Troklearis): pasien dapat menggerakkan bola matanya (pergerakan
bola mata normal). Saraf kranial
V (Trigeminalis): pada saat pasien makan pasien dapat mengunyah
dengan lancar. Saraf kranial
VI (Abdusen): pasien mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan
kekanan. Saraf kranial
25

VII (Fasialis): pasien dapat membedakan rasa manis dan asin. Saraf
kranial
VIII (Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar dimana suara
petikan jari perawat kiri dan kanan. Saraf kranial
IX (Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa asam. Saraf kranial
X (Vagus): pada saat makan pasien dapat mengontrol proses menelan.
Saraf kranial
XI (Assesorius): pasien dapat menggerakkan leher dan bahu. Saraf kranial
XII (Hipoglosus): pasien mampu mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, pasienkurang mampu
menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan kiri postif
dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif dengan skala 5,
refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks akhiles kanan dan
kiri positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan
skala 5. Uji sensasi pasien di sentuh bisa merespon.
Keluhan: Pasien mengeluh sakit dada
Masalah keperawatan: Nyeri Akut
7. Eliminasi Uri (Bladder) :
Produksi urine 600 ml/7 jam warna urine kuning pekat, bau urine amoniak.
Eliminasi tidak ada masalah atau lancar keluhan dan masalah keperawatan
8. Eliminasi Alvi (Bowel) :
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak kering, tidak ada lesi. Gigi ada
yang tanggal hampir di semua (atas, bawah, kanan dan kiri) tidak caries, gusi
terlihat tidak ada peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah muda dan
tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada
peradangan pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat
menelan. Palpasi abdomenada nyeri tekan pada abdomen. Tidak ada
hemoroid pada rectum. Pasien BAB 3x sehari warna kuning dan lunak
konsistensinya.
Tidak ada masalah keperawatan.
26

9. Tulang - Otot – Integumen (Bone) :


Pergerakan secara bebas dan tidak terbatas, ekstremitas atas 3/5 dan
ekstremitas bawah 4/5 normal pergerakanya dan tidak ada peradangan
maupun deformitas pada tulang, maupun patah tulang.
10. Kulit - kulit Rambut
Riwayat alergi Pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi
makanan, alergi kosmetik. Suhu kulit hangat , warna kulit normal tidak ada
kelainan, turgor kulit halus tidak kasar maupun kemerahan tidak ada
peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut
merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan tidak ada masalah
keperawatan.
11. Sistem penginderaan :
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata kanan
dan mata kiri normal 5/5, normal/putih, kornea bening. Pasien tidak memakai
kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata. Fungsi pendengaran baik,
penciuman normal, hidung simetris, dan tidak ada polip.
Tidak ada masalah keperawatan
12. Leher Dan Kelenjar Limfe
Bentuk tidak simetris, pembesaran kelenjar limfe bagian dekstra, kelenjar
tyroid tidak teraba, mobilitas leher tidak bebas terasa kaku.
13. Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak di kajikarena pasien menolak untuk di kaji.
Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan ingin cepat pulang
2. Nutrisida Metabolisme
Tinggi badan 155cm, berat badan sebelum sakit 50 kg, berat badan
saat sakit 48 kg, IMT 20.

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


27

Frekeunsi/hari 3 kali 3 kali

Porsi ½ Porsi 1 porsi

Nafsu makan Kurang Baik

Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, sayur Nasi, lauk pauk, sayur

Jenis Minuman Air putih Air putih

Jumlah minuman/cc/24 500 ml 1500 ml


jam

Kebiasaan Makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore

Keluhan/masalah Pasien mengatakan air Tidak ada


liur terasa pahit

Masalah keperawatan: Deficit Nutrisi


3. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-8 jam
sedangkan pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 4-6 jam dan
siang hari 30menit- 1 jam.
MK : Gangguan Pola tidur
4. Kognitif :
Pasien mengetahui bahwa ia sedang di rawat di Rumah Sakit karena
penyakit yang di deritanya
Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran )
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri:
pasien ingin cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas
diri: pasien seorang istri dan ibu dari anak-anaknya, harga diri: pasien
sangat di perhatikan oleh keluarga, anak dan merasa di hargai, Peran:
pasien adalah sebagai Suami sekaligus Kepala rumah tangga.
Tidak ada Masalah Keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
28

Sebelum sakit :Pasien dapat beraktivitas secara mandiri


Saat sakit : aktivitas pasien sebagian dibantu keluarga
Masalah Keperawatan Intoleransi aktivitas
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan saat ada masalah ia selalu memberitahu kepada
keluarganya.
Masalah Keperawatan Tidak Ada
8. Nilai-Pola Keyakinan
Pasienberagama Kristen Protestan dan menyakini agamanya
Masalah Keperawatan Tidak Ada
3.1.5 Sosial - Spiritual
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan cukup baik
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Indondesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Baik, karena ada keluarga yang menemani
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Baik, karena dapat berkomunikasi dengan baik denga orang-orang di
sekitar
5. Orang berarti/terdekat :
keluarga
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit :Pasien berkerja untuk menafkahi keluarganya
SaatSakit :Pasienhanya berbaring di tempat tidur
7. Kegiatan beribadah : Pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya
29

3.1.6 DATA PENUNJANG ( RADIOLOGIS. LABORATORIUM,


PENUNJANG LAIN)

Palangka Raya,15 September 2020

Mahasiswa,

(Thomas Erik Helvin)


30

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS :
Pasien mengatakan
merasa nyeri dada,
pasien mengatakan
nyerinya sering muncul
tiba – tiba, nyerinya
Ketidak seimbangan suplai
seperti ditusuk –tusuk, O2
dengan skala nyeri 8 dari ↓
Kekurnangan O2
10 dalam durasi ± 5 ↓
Nyeri Akut
Menit. Metabolisme Anaerob

DO: Peningkatan asam laktat
-Pasien tampak lemas ↓
Nyeri Akut
- Wajah Pasien tampak
meringis
- Pasien tampak Gelisah
- TD: 160/80, S: 36,50C,
N : 100x/mnt, RR:
26x/mnt.
DS : Jantung Kekurangan O2
- Pasien mengatakan
sulit tidur dimalam ↓
hari karena merasa Nyeri Dada
nyeri.
- Pasien mengatakan ↓ Gangguan Pola Tidur
tidak dapat tidur
Pasien takut mati
dengan nyenyak
DO : ↓
- Pasien meringis
- Pasien tiba – tiba Pasien Cemas
terbangun saat malam
31

- Pasien Gelisah ↓
- Tangan pasien tampak
memegang dada Gangguan Pola Tidur

DS :
- Pasien Mengatakan
merasa lemas
Penurunan aliran darah ke
- Pasien takut jika jantung
berdiri nyerinya datang

lagi
Hipoksia
DO :

- TD: 160/80, S: 36,50C,
N : 100x/mnt, RR: Kontraksi Jantung Menurun
26x/mnt. Intoleransi Aktivitas

- Pasien tampak
terbaring lemah Badan Lemas

- Pasien dibantu ↓
keluarga saat bergerak Intoleransi Aktivitas
- Pasien tidak mampu
berdiri
32

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam laktat ditandai


dengan Nyeri dada.
2. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan Nyeri Akut ditandai dengan
nyeri dada.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kekurangan oksigien di sel
darah ditandai dengan badan lemas.
33

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. K

Ruang Rawat : Sakura

DIAGNOSA TUJUAN (KRITERIA HASIL) INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan 1. Indentifikasi lokasi, 7. Mengetahui lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 1x7 karakteristik, durasi, frekuensi, frekuensi, kualitas dan intensitas
diharapkan rsasa nyeri dapat kualitas dan intensitas nyeri. nyeri.
berkurang dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri 8. Mengetahui skala nyeri yang
1. Rasa nyeri dapat berkurang 3. Kontrol lingkungan yang dirasakan pasien
dari skala 3 ke skala 2 memperberat rasa nyeri (mis. 9. Meringankan nyeri dengan
2. Pasien dapat memanajemen Suhu ruangan, pencahayaan, melakukan control ruangan
nyeri secara mandiri kebisingan) 10. Pasien merasa lenih nyaman saat
4. Fasilitasi istirahat dan tidur istirahat atau tidur
5. Jelaskan penyebab, periode dan 11. Pasien mengetahui dan mengerti
pemicu nyeri penyebab, periode dan pemicu nyeri
6. Kolaborasi pemberian 12. Meringankan skala nyeri dengan
analgetik pemberian analgetik
34

Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi Pola aktivitas dan 7. Mengetahui tingkat aktivitas dan
tidur tidur yang mampu pasien lakukan
keperawatan selama 1x7
2. Identifikasi faktor pengganggu 8. Mengetahui penyebab gangguan
diharapkan Dapat menurunkan tidur (fisik dan/atau psikologis saat tidur pada pasien.
3. Modifikasi lingkungan, misalnya 9. Menciptakan lignkunagan yang
gangguan pola tidur pasien
pencahayaan, kebisingan, suhu, mempasilitasi siklus tidur pasien
dengan kriteria hasil: matras, dan tempat tidur. tetap terjaga
4. Batasi waktu tidur siang, jika 10. Merangsang ngantuk dimalam
1. Pasien dapat melakukan
perlu hari
relaksasi mandiri 5. Sesuaikan jadwal pembearian 11. Mempasilitasi siklus tidur
obat dan tindakan untuk pasien tetap terjaga
2. Pasien dapat tidur malam
menunjang siklus tidur terjaga 12. Membeikan perasaan rileks agar
dengan nyenyak. 6. Ajarkan Relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi
lainnya.
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan 7. Indentifikasi deficit aktivitas 1. Mengetahui tingkat aktivitas yang
keperawatan selama 1x7 jam 8. Fasilitasi focus pada mampu pasien lakukan
diharapkan dapat membantu kemampuan, bukan deficit yang 2. Mempasilitasi kemampuan aktivitas
pasien kembali dapat beraktivitas dialami pasien
dengan criteria hasil : 9. Kordinasikan pemilihan aktivitas 3. Membantu pasien memilih terapi
1. Pasien tau kemampuannya sesuai usia aktivitas
beraktivitas dalam 10. Fasilitasi makna makna 4. Membantu pasien mengetahui
keadaan saat ini aktivitas yang dipilih makna aktivitas yang dilakukan
2. Pasien mampu berdiri. 11. Ajarkan melakukan aktivitas 5. Pasien mampu melakukan aktivitas
yang dipilih secara mandiri
12. Kolaborasi dengan terapis 6. Mengontrol dan dan memonitor
okupasi dalam merencanakan program aktivitas
memonitor program aktivitas.
35

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanda Tangan
Hari/ Tanggal Jam Implementasi Evaluasi dan
Nama Perawat
Sabtu 18 Mei 2020 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, S:
Pukul: durasi, frekuensi, kualitas dan - Mengerti cara batuk efektif
1. 08.00 WIB intensitas nyeri. P : timbul tiba – tiba
2. Posisikan semi Fowler/fowler Q : terasa seperti ditusuk
3. Berikan air hangat
R : didearah kepala prontal
4. Ajarkan Batuk efektif Thomas Erik
5. Identifikasi skala nyeri S : skala nyeri 8 Nyeri berat (1-10) Helvin
6. Jelaskan penyebab, periode dan
T : berlangsung sekitar 5 menit
pemicu nyeri
O:
7. Monitor kemampuan batuk efektif
- Pasien minum air Hangat
8. Kolaborasi pemberian analgetik, dan
- Pasien nyaman dengan posisi semi fowler
pemberian cairan intravena
- Pasien mengerti penyebab, periode dan
9. Fasilitasi focus pada kemampuan,
pemicu nyeri.
bukan deficit yang dialami
- Pasien mampu melakukan batuk efektif
10.Sesuaikan jadwal pembearian obat
- Pasien Meminum Obat dengan teratur
dan tindakan untuk menunjang siklus
- Mempasilitasi tempat berkemih bagi pasien
tidur terjaga
- Pasien diberikan terapi berupa kolaborasi
11.Ajarkan Relaksasi otot autogenic
pemberian obat diluar jam tidur
atau cara nonfarmakologi lainnya.
- Pasien mampu melakukan relaksasi mandiri
A: Masalah teratasi sebagian
36

P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5, 7, 8, 10
Minggu 19 Mei 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, S:
2020 durasi, frekuensi, kualitas dan - Pasien mengatakan nyaman dengan posisi
Pukul: intensitas nyeri. semi fowler
1. 07.20 WIB Thomas Erik
2. Posisikan semi Fowler/fowler
- P : timbul tiba – tiba Helvin
3. Berikan air hangat
4. Identifikasi skala nyeri Q : terasa seperti ditusuk
5. Monitor kemampuan batuk efektif R : didearah dada kiri
6. Kolaborasi pemberian analgetik, dan
S : skala nyeri 8 Nyeri berat (1-10)
pemberian cairan intravena
7. Sesuaikan jadwal pembearian obat T : 5 menit
dan tindakan untuk menunjang siklus O :
tidur terjaga - Pasien minum air hangat
Pasien minum obat dengan teratur
A: Masalah teratasi sebagian
- Pasien diberikan terapi berupa kolaborasi
pemberian obat diluar jam tidur
P: Lanjukan Intervensi 1,2,3,4,5,6 , 7
Senin 20 Mei 2020 1. Monitor Suhu Tubuh S:
Pukul: 7.20 WIB 2. Posisikan semi Fowler/fowler - Pasien mengatan ruangan terasa nyaman
3. Berikan minum hangat - P : timbul tiba – tiba
4. Indentifikasi lokasi, karakteristik,
Q : terasa seperti ditusuk
durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri. R : didearah dada kiri
5. Identifikasi skala nyeri
S : skala nyeri 8 Nyeri berat (1-10)
6. Kolaborasi pemberian analgetik, dan
pemberian cairan intravena O:
37

7. Sesuaikan jadwal pembearian obat - Pasaien minum air hangat


dan tindakan untuk menunjang siklus - Pasien minum obat dengan teratur
tidur terjaga -Pasien diberikan terapi berupa kolaborasi
pemberian obat diluar jam tidur
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi DIhentikan
38

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan, PJK merupakan suatu penyakit pada organ jantung


akibat penimbunan plak berupa lipid atau jaringan fibrosa yang menghambat suplai
oksigen dan nutrisi ke bagian otot jantung sehingga menimbulkan kelelahan otot
bahkan kerusakan yang biasanya diproyeksikan sebagai rasa tidak enak oleh klien
secara subyektif seperti rasa ditekan benda berat, ditindih, dan ditusuk.

3.2 Saran

2.2.1 .Bagi Mahasiswa

Dalam melakukan perawatan Pada perawat yang menangani pasien PJK di


harapkan dapat memberikan penkes terhadap pasien, tanda dan gejala PJK,
tujuannya agar pasien bisa secepatnya dapat melakukan tindakan pencegahan
terkait penyakit PJK. Perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya nyeri, perawat
harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi
yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus
mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung
adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab nyeri,
pencegahan, dan penanganan.

35
39

DAFTAR PUSTAKA

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Price, S., & Wilson, L. 2016. PatofisiologiKonsep Klinis Proses-ProsesPenyakit.


Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta:EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh
Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Edisi kelima. CV. Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai