KEPERAWATAN KRITIS
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan sedang dan terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan
ilmu dan teknologi dibidang kesehatan serta bertambah kompleksnya masalah kesehatan yang
dihadapi masyarakat. Lingkungan pelayanan kesehatan yang terus berubah menjadikan tantangan
tersendiri baik bagi pemberi pelayanan kesehatan maupun klien sebagai konsumen layanan
kesehatan. Kepekaan petugas kesehatan terhadap kecepatan dan ketepatan layanan dengan
mengembangkan berbagai inovasi merupakan kunci bagi tercapainya pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan terjangkau.
Keperawatan kritis merupakan area spesialistik dari keperawatan yang dikembangkan
untuk menjawab tantangan dan kebutuhan klien dengan masalah kesehatan akut dan mengancam
jiwa yang memerlukan perawatan secara intensif (Urden, Stacy, & Lough, 2006). Perkembangan
teknologi dan intervensi medis untuk pemulihan pasien-pasien kritis telah berdampak pada
meningkatnya pengakuan akan pentingnya peran keperawatan dalam mengobservasi dan
monitoring pasien-pasien kritis. Bahkan, dokter akan sangat tergantung pada perawat dalam
mengawasi perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien kritis termasuk melakukan
penanganan awal ketika dokter tersebut tidak ada di tempat.
Perkembangan dibidang keperawatan kritis yang begitu pesat, terutama dengan
ditemukannya berbagai alat canggih dan tindakan medis yang kompleks, telah membawa
dampak semakin cepat dan akuratnya terapi atau intervensi yang diberikan untuk pemulihan
pasien kritis (Hudak & Gallo, 1994). Namun disisi lain, hal ini berdampak pula pada
terkonsentrasinya sebagian besar perhatian perawat pada aspek teknis prosedural penggunaan
alat-alat canggih tersebut dan fokus asuhan keperawatan lebih ke aspek fisik/biologis ketimbang
memperhatikan pasien secara utuh sebagai manusia yang multidimensi meliputi fisik, psikologis,
sosial, kultural, dan spiritual (Relf & Kaplow, NA). Hal ini pula yang menyebabkan asuhan
keperawatan menjadi terfragmentasi dan terisolasi pada masalah fisik dan mekanik dan
terabaikannya nilai-nilai filosofis keperawatan yang lebih menekankan pada aspek holistik dan
humanistik. Disamping itu, perawatan menjadi lebih terbatas pada pasien secara individu
ketimbang melihat pasien sebagai satu kesatuan atau bagian yang tak terpisahkan dari keluarga,
yang juga memiliki kebutuhan akan keperawatan.
Keyakinan keperawatan akan nilai-nilai holistik dan humanistik dalam pelayanan
kesehatan sebetulnya sudah ditanamkan sejak masa Florence Nightingale yang hidup pada tahun
1820 sampai 1910 (Dossey, Keegan, & Guzzetta, 2000). Florence mengajarkan bahwa fokus
keperawatan adalah keutuhan klien sebagai manusia (unity), kesehatan dan kebaikan (wellness),
dan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya (Mariano, 2007). Namun,
perkembangan keperawatan setelah masa Florence Nightingale banyak mengalami pasang surut
dan lebih didominasi atau diarahkan oleh perkembangan kedokteran yang lebih menekankan
pada aspek-aspek biomedis. Hal inilah yang mendorong para pemikir dan ilmuwan keperawatan
untuk merevitalisasi keyakinan keperawatan holistik dan mengimplementasikannya dalam
tatanan praktik keperawatan secara nyata. Upaya-upaya yang ditempuh untuk mewujudkan hal
tersebut, diantaranya melalui penelitian-penelitian untuk pengembangan teori-teori keperawatan
holistik, pengembangan terapi modalitas keperawatan berbasis keyakinan holistik, aplikasi
konsep holistik ke tatanan nyata praktik keperawatan, serta pengembangan kurikulum
pendidikan perawat.
Mengingat pentingnya menggugah kesadaran dan motivasi perawat untuk merevitalisasi
nilai-nilai keperawatan holistik dan menerapkannya diberbagai tatanan pelayanan keperawatan
termasuk di area keperawatan kritis, maka diperlukan adanya upaya-upaya yang sungguh-
sungguh untuk menggali, memahami, dan mengimplementasikan nilai-nilai keperawatan holistik
sekaligus melakukan evaluasi dan refleksi terhadap praktik-praktik layanan keperawatan yang
sudah diberikan, apakah sudah bisa memenuhi kebutuhan klien secara komprehensif, utuh, dan
berkualitas, sehingga kalaupun penyakitnya tidak bisa disembuhkan, namun klien dan
keluarganya merasakan kepuasan akan layanan keperawatan yang diberikan. Makalah ini
bertujuan menyajikan kajian-kajian tentang konsep dan nilai-nilai keperawatan holistik, serta
upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam menerapkan nilai-nilai tersebut ke tatanan praktik
keperawatan khususnya di area keperawatan kritis.
KONSEP KEPERAWATAN HOLISTIK
Kata “holistic” berasal dari bahasa Yunani “holos (whole, wholism)” yang berarti satu
kesatuan yang utuh (Dossey, Keegan, & Guzzetta, 2000). Hal ini berarti manusia holistik adalah
suatu kesatuan yang utuh, lebih dari atau bukan hanya merupakan gabungan dari beberapa
komponen penyusunnya. Asosiasi Perawat Holistik Amerika (2007) mendefinisikan
“keperawatan holistik” sebagai praktik keperawatan yang menekankan pada penyembuhan
(healing) dari manusia secara utuh yang meliputi aspek badan (body), jiwa (spirit), dan pikiran
(mind). Keperawatan holistik didedikasikan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
individu, masyarakat, dan lingkungan. Keperawatan holistik merupakan suatu pendekatan yang
berpusat pada orang dengan menyertakan konsep-konsep holism, healing, dan transpersonal
caring sebagai konsep inti. Praktik keperawatan holistik lebih menekankan pada perawatan
mandiri (self-care), itikad kuat (intentionality), keberadaan atau menghadirkan diri secara utuh
(presence), kesadaran penuh (mindfulness), dan menggunakan diri sebagai agen terapi, sebagai
landasan bagi praktik keperawatan professional (Hess, Bark, & Southhard, 2010). Terdapat lima
nilai inti dari keperawatan holistik, yaitu 1) filosofi holistik dan pendidikan, 2) etika holistik dan
riset, 3) perawatan mandiri perawat, 4) komunikasi holistik, lingkungan terapetik dan mampu
budaya, dan 5) proses caring holistik (Frisch, 2009).
Perawat holistik harus terus berkarya untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat bagi
dirinya dan orang lain. Mereka juga memiliki komitmen untuk mengembangkan praktik dan
kebijakan yang lebih humanistik di tatanan pelayanan kesehatan. Perawat holistik menyadari
akan pentingnya perawatan mandiri, mereka menghargai dirinya sendiri dan memobilisasi
sumber daya yang ada untuk merawat dirinya sendiri (Asosiasi Perawat Holistik Amerika, 2007).
Perawatan mandiri dalam konteks ini adalah suatu proses aktif untuk mencapai tingkat kesehatan
dan kesejahteraan optimal melalui cara-cara saling melengkapi, mendukung, dan
memberdayakan. Perawat holistik berkomitmen untuk belajar terus menerus, mengembangkan
peribadi dan professional dalam rentang yang berkelanjutan
Gambar 1: Hubungan antara pasien/keluarga dan perawat dan Model Sinergi (Relf & Kaplow,
NA)
PENUTUP
Pasien kritis yang dirawat di Unit Perawatan Intensif merupakan sosok manusia yang utuh
dan unik yang sedang mengalami gangguan/masalah kesehatan yang kompleks. Cara pandang
perawat terhadap pasien akan menentukan pola interaksi dan pendekatan ke pasien secara
keseluruhan. Berkembang pesatnya teknologi dibidang perawatan intensif seyogyanya tidak
menggeser pandangan folosofis perawat terhadap pasien dan keluarga dan mengurangi interaksi
caring antara perawat dan pasien/keluarga. Keyakinan dan nilai-nilai keperawatan holistik bisa
dijadikan landasan penguat untuk menerapkan nilai-nilai caring yang menjadi inti/ruhnya
keperawatan. Model Sinergi, memberikan ilustrasi konkrit tentang penerapan nilai-nilai caring
yang holistic dalam kontek membangun hubungan interaksi yang harmonis antara perawat dan
pasien/keluarga dalam upaya mencapai tujuan bersama, yaitu kesehatan dan kesejahteraan bagi
pasien dan keluarganya yang merupakan cita-cita luhur dari profesi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, L.,(2008). AACN Scope and Standards for Acute and Critical Care Nursing Practice.
American Association of Critical-Care Nurses
Dossey,B.M., Keegan, L., & Guzzetta, C.E. (2000). Holistic Nursing: A Handbook for Practice,
3rd eds. Gaithersburg: Aspen Publisher
Frisch, N.C. (2009). Standard for holistic nursing practice: A way to think about our care that
includes complementary and alternative modalities. Diakses tanggal 29 Desember 2009
dari http://www.nursingworld.org/ojin/topic15/tpc15_4.htm
Hess, D., Bark, L.A., & Southard, M.E. (2007). White Paper: Holistic Nurse Coaching. AHNA
Holistic Nurse Coach Task Force Members
Hudak, C.M, & Gallo, B.M (1994). Critical care Nursing: A Holistic Approach. Philadelphia: JB
Lippincott Company
Mariano, C. (207). Holistic Nursing: Scope and Standards of practice. American Holistic Nurses
Association (AHNA)
Osho (1994). Relationship between mind, body, and health. In Osho, From medication to
meditation, England: Thec. W. Daniel Company Limited
Relf, M., & Kaplow, R. (NA). Critical Care Nursing Practice: An Integration of Caring,
Competence, and Commitment to Excellence
Urden, L.D., Stacy, K.M., & Lough, M.E. (2006). Thelan’s Critical care Nursing, Diagnosis and
Management, St. Louis: Mosby
Wysong, P.R., & Driver., E. (2009). Patients’ Perceptions of Nurses’ Skill. Critical Care Nurse,
29, (4), 24-29