OLEH
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan
Meilitha Carolina,Ners.M.Kep
KATA PENGANTAR
11
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Ny.M Dengan Diagnosa Diabetes Melitus Di Wilayah PKM
Menteng Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya ”. Laporan pendahuluan ini
disusun guna melengkapi tugas (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Sri Rahayu, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Christephanie,S.,Kep selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
5. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik IV
Program Studi Sarjana Keperawatan
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 06 Oktober 2021
Penyusun
12
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
2.1 Konsep keluarga...................................................................................5
2.1.1 Definisi keluarga...................................................................................5
2.1.2 Fungsi keluarga.....................................................................................5
2.1.3 Tahap-tahap perkembangan keluarga...................................................6
2.1.4 Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan..............................................8
2.2. Konsep Penyakit Hipertensi..............................................................8
2.2.1 Definisi Hipertensi................................................................................8
2.2.2 Anatomi Fisiologi.................................................................................9
2.2.3 Etiologi................................................................................................11
2.2.4 Klasifikasi...........................................................................................14
2.2.5 Patofisiologi........................................................................................16
2.2.6 Manifestasi klinis................................................................................18
2.2.7 Komplikasi..........................................................................................18
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang......................................................................20
2.2.9 Penatalaksanaan Medis.......................................................................21
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan..................................................23
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.....................................................................23
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................26
2.3.3 Intervensi Keperawatan......................................................................27
2.3.4 Implementasi Keperawatan.................................................................30
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................................30
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................31
3.1 Pengkajiam Keperawatan...................................................................31
3.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga........................................................49
3.3 Intervensi Keperawatan Keluarga.......................................................53
3.4 Implementasi Keperawatan Keluarga.................................................53
3.5 Evaluasi Keperawatan Keluarga.........................................................53
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................54
13
BAB 1
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Terdapat penurunan dalam
kemampuan untuk berespons terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak
terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemik hiperosmolar non-ketosis (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang
dapat menunjang terjadinya komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan
suatu peningkatan kejadian penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard,
stroke dan penyakit vaskuler perifer. (Brunner dan Suddarth, 2000).
Diabetes dapat menimbulkan manifestasi klinis yang paling sering terjadi
yaitu keletihan akibat defisiensi energi dan keadaan katabolis, diuretik osmotik
yang disertai poliuria, dehidrasi, polidpsi, selaput lendir kering dan kekencangan
kulit buruk. Penderita juga dapat mengalami penurunan berat badan dan selalu
lapar (Brunner dan Suddarth, 2000).
International Diabetes Federation mengatakan DM di dunia mengalami
peningkatan yang sangat besar. International Diabetes Federation (IDF) mencatat
sekitar 366 juta orang di seluruh dunia, atau 8,3% dari orang dewasa, diperkirakan
memiliki DM pada tahun 2017. (IDF,2015). Di Indonesia memperlihatkan
peningkatan 6,9% tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018. Pada tahun 2015
menempati peringkat ketujuh pada DM yang terdiagnosis dokter terdapat di
Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%), dan
Nusa Tenggara Timur (3,3 %). (Kemenkes, 2013). Di provinsi NTT penyakit
Diabetes Melitus sebanyak 1,2 % yang terdiagnosa oleh dokter dan diperkirakan
akan meningkat seiring bertambahnya usia (Riskesdas 2013).
Berdasarkan data yang di peroleh dari buku registrasi UPT Panti Sosial
Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung, Kupang sebanyak 3 orang pada tahun
2018-2019 dengan jumlah laki-laki sebanyak 1 orang dan perempuan 2 orang
lansia yang mengalami diabetes mellitus. Penderita DM penting untuk mematuhi
serangkaian pemeriksaan seperti pengontrolan gula darah. Mematuhi
14
pengontrolan gula darah pada DM merupakan tantangan yang besar supaya tidak
terjadi keluhan subyektif yang mengarah pada kejadian komplikasi. Diabetes
melitus apabila tidak tertangani secara benar, maka dapat mengakibatkan berbagai
macam komplikasi. (UPTD Budi Agung Kupang) Diabetes Melitus disebut
dengan the silent killer karena penyakit ini dapat menimbulkan berbagai
komplikasi antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung,
sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi
paru-paru,gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya.
.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan
masalah, yaitu Bagaimana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu memahami konsep Diabetes Melitus dan mempelajari
Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami Diabetes Melitus serta
memberi pemahaman pada penulis agar dapat belajar dengan lebih baik lagi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun Tujuan Khusus penulisan Laporan Pendahuluan ini yaitu penulis
mampu :
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penyakit Diabetes Melitus
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada
pasien Diabetes Melitus
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien keluarga dengan
diagnosa medis Diabetes Melitus
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada keluarga dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus
1.3.2.5 Mahasiswa dapat menentukan intervensi pada keluarga dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus
1.3.2.6 Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada keluarga dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus
15
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017).
Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017)
Mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarganya.Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017)
Keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh
hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum
yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling
ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan
mempertahankan budaya meningkatkan pertumbuhan fisik, mental emosional
serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.
.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah:
.1.2.1 Keluarga Tradisional
.1.2.1.1 Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal
bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
17
.1.2.1.2 Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami
dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
.1.2.1.3 The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
.1.2.1.4 Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab
secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
.1.2.1.5 Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari
tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti
nuclear family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
.1.2.1.6 Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu
keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal
ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan).
.1.2.1.7 Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota
yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan
yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
akhir minggu, bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
.1.2.1.8 Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
.1.2.1.9 Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam
satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan
lain-lain.
.1.2.1.10 Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
.1.2.1.11 Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living
Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau
ditinggal mati.
18
.1.2.1.12 Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak
ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua
dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut
akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu
untuk merawat.
.1.2.1.13 Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak
menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
.1.2.2 Keluarga Non-tradisional
.1.2.2.1 The Unmarried Teenage Mother Keluarga terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
.1.2.2.2 The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
.1.2.2.3 Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak
ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
.1.2.2.4 Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melakukan pernikahan.
.1.2.2.5 Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan
seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
.1.2.2.6 Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
.1.2.2.7 Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah
satu dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan
anak.
.1.2.2.8 Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai,
hidup berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
.1.2.2.9 Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
19
.1.5.5 Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat Hal-hal yang harus diketahui
keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan yaitu
keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh
dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan adanya
pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan,
fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.
.1.6 Tahapan Keluarga Sejahtera
Tingkatan kesehatan kesejahteraan keluarga menurut Amin Zakaria (2017)
adalah :
.1.6.1 Keluarga Prasejahtera Keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan
dasar minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, sandang, pangan, papan
dan kesehatan. Dengan kata lain tidak bisa memenuhi salah satu atau lebih
indikator keluarga sejahtera tahap I.
.1.6.2 Keluarga Sejahtera Tahap I Keluarga yang sudah dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimal, tetapi belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan
psikososial, seperti pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, lingkungan
sosial dan transportasi.Indikator keluarga tahap I yaitu melaksanakan ibadah
menurut kepercayaan masing-masing, makan dua kali sehari, pakaian yang
berbeda untuk berbagai keperluan, lantai rumah bukan dari tanah, kesehatan
(anak sakit, KB dibawa keperawatan pelayanan kesehatan).
.1.6.3 Keluarga Sejahtera Tahap II Pada tahap II ini keluarga sudah mampu
memenuhi kebutuhan dasar minimal, dapat memenuhi seluruh kebutuhan
psikososial, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan
(kebutuhan menabung dan memperoleh informasi. Indikator keluarga tahap
II adalah seluruh indikator tahap I ditambah dengan melaksanakan kegiatan
agama secara teratur, makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk minimal
satu tahun terakhir, luas lantai rumah perorang 8 m2 , kondisi anggota
keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga usia 15 tahun keatas
memiliki penghasilan tetap, anggota keluarga usia 15-60 tahun mampu
membaca dan menulis, anak usia 7-15 tahun bersekolah semua dan dua anak
atau lebih PUS menggunakan Alkon.
23
.1.6.4 Keluarga Sejahtera Tahap III Keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimal, setelah memenuhi keseluruhan kebutuhan
psikososial, dan memenuhi kebutuhan perkembangan, tetapi belum bisa
memberikan sumbangan secara maksimal pada masyarakat dalam bentuk
material dan keuangan dan belum berperan serta dalam lembaga
kemasyarakatan.
.1.6.5 Keluarga Sejahtera Tahap III Plus Memenuhi indikator keluarga tahap
sebelumnya ditambah dengan upaya keluarga menambahkan pengetahuan
tentang agama, makan bersama minimal satu kali sehari, ikut serta dalam
kegiatan masyarakat, rekreasi sekurangnya dalam enam bulan, dapat
memperoleh berita dari media cetak maupun media elektronik, anggota
keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
.1.7 Teori Perkembangan Keluarga
Salah satu teori perkembangan keluarga adalah keluarga berkembang dari
waktu-kewaktu dengan pola secara umum dan dapat diprediksi (Zakaria, 2017).
Paradigma siklus kehidupan ialah menggunakan tingkat usia, tingkat sekolah dan
anak paling tua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan (Duvall dan
Miller, 1987 dalam Zakaria, 2017).
Tabel. Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Tahap I Keluarga pemula (Keluarga baru menikah-hamil)
Tahap II Keluarga mengasuh anak (Anak tertua bayi-umur 30
bulan)
Tahap III Keluarga dengan usia pra sekolah (Anaka tertua
berusia 2-6 tahun)
Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (Anak tertua
berusia 13-20 tahun)
Tahap V Keluarga dengan anak usia remaja (Anak tertua
berusia 13-20 tahun)
Tahap VI Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir meninggalkan
rumah)
Tahap VII Orang tua usia pertengahan (Tanpa jabatan, pension)
Tahap VIII Keluarga delam masa pesion dan lansia (hingga
pasangan meninggal dunia)
Sumber Duval dan Miller, 1985 dalam Zakaria, 2017
24
rangka, yaitu yang lain, cairan ini dibutuhkan karena motulitas sperma akan
berkurang dalam lingkungan dengan Ph rendah.
.2.2.1 Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang
membentukgetah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari
pancreasadalah :
1) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan
polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian
dijadikanmonosakarida.
2) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi
asamamino.
3) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemakdan
gliserol gliserin
.2.2.2 Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormondalam
pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebarantara
alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.Oleh karena
itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsungdiserap ke
dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkanhormon
tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin
dan glukagon
1) Insulin Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk
manusia.Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain
dihubungkan olehikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah
dan asam aminoyang memegang peranan penting. Perangsang sekresi
insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90
mg/ml.Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu:
a) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan
konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3
glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati
dengan bentuk glikogen.
b) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darahnormal.
c) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah
terhadaphypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin
26
.2.4.1 Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)
yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita
tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis
dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usiamuda dapat
disebabkan karena keturunan.
.2.4.2 Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes
(MOD) terbagi dua yaitu :
1) Non obesitas
2) Obesitas disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta
pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi padaorang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
.2.4.3 Diabetes Mellitus type lain
1) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainanhormonal,
diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainangenetik
dan lain-lain.
2) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :Furasemid,
thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa
selamakehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada
pertengahankehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon
chorioniksomatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asamamino dan glukosa ke fetus.
.2.5 Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu
daritiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
.2.5.1 Pengurangan penggunaanglukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat
peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200
mg/hari/100 ml.
29
Gangguan metabolisme
karbohidrat, proteinm Hipergelkemi
Defisiensi insulin lemak di jaringan tepi Penurunan
uptake glukosa
oleh sel
DIABETES MELITUS
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone
Efek obat anastesi Prosedur pembedahan Luka pada tumit Diabetes melitus Efek anastesi Aliran darah
terhambat ke otot
Melambatnya
Peningkatan Terputusnya DM hipergelkemi Terputusnya aktivitas usus
jumblah sekret kontinuitas jaringan kontinuitas jaringan Kelemhan otot
Penimbunan gas
Glukosa darah
Sesak nafas, batuk Luka insisi Luka irisan MK : Intoleransi
meningkat
tidak produktif, banyak aktivitas
lendir menumpuk, pola Kembung mual dan
Kerusakan pertahanan rasa tidak nyaman
nafas tidak teratur MK : Resiko perifer (kulit)
Osmolaritas pada epigastrik
pendarahan
meningkat
MK : Bersihan jalan MK : Resiko infeksi MK: Resiko
nafas tidak efektif Suplai darah ke ketidakseimbangan
O2 perfiler lambat nutrisi kurang dari
kebtuhan
Luka tidak
sembuh
MK: Nyeri
akut
13
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang digunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga
yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2.4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data secara
cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung
jawab untuk melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012)
2.4.1 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat mengerti tentang pengertian tanda gejala dan penanganan Diabetes
Melitus
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan
dan pengobatan Diabetes Melitus.
2.4.2 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ketidakefektifan pola
perawatan kesehatan keluarga
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat mengerti tentang pengertian tanda gejala dan penanganan Diabetes
Melitus
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan
dan pengobatan Diabetes Melitus.
13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Komposisi Keluraga
(Tanyakan dan isi komposisi keluarga sesuai kartu keluarga dengan nama inisial,tanggal
lahir lalu hitung,tanyakan jenis kelamin,dan hubungan dengan keluarga,tanyakan pendidikan
terakhir dan pekerjaan.)
Tipe Keluarga :
Keluarga Inti … ……………………
Keluarga Besar ……………………
Keluarga Campuran ……………………
Single Parent …………………….
Lain-lain ……………………
(Tanyakan keluarga didalam rumahnya ada berapa anggota keluarga yang tinggal dan
tentukan termasuk tipe keluarga seperti apa.)
Keterangan
No Tahap perkembangan keluarga
Terpenuhi Sebagian Tidak
1 Pasangan baru atau keluarga baru
(berginning family), meliputi :
a. Membina hubungan intim dan
kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan
keluarga lain, teman dan kelompok
social.
d. Merencanakan anak ( KB).
e. Menyesuaikan diri dengan
kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.
2 Keluarga dengan kelahiran anak
pertama (child bearing family)
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Membagi peran dan tanggung
jawab
c. Menata ruangan untuk anak atau
mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
d. Mempersiapakan biaya atau dana
child bearing.
e. Memfasilitasi role learning anggota
keluarga
f. Mengadakan kebiasaan keagamaan
secara rutin
3 Keluarga dengan anak prasekolah
family with preschool)
a. Memenuhi kebutuhan anggota
keluarga seperti tempat tinggal,
13
(Tanyakan sesuai format dalam table dan centang bagian terpenuhi, sebagian, dan tidak.
Sesuai dengan yang dikatakan keluarga dan dialami oleh keluarga tersebut.biasanya di lihat
dari anak tertua dalam keluarga)
*Genogram (3 generasi):
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien
(Tulis berdasarkan tiga generasi dimulai dari keluarga kakek dan nenek, ayah dan ibu,
serta anak.yang tertua di mulai dari kiri Buatlah keterangan dan golongan jenis kelamin,
meninggal atau masih hidup, dan tinggal serumah atau tidak.)
C. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi: Baik Disfungsional
(Tanyakan pada keluarga tentang pola aktifitas sehari-hari dan tulis apa alasannya
sesuai yang dikatakan keluarga.)
H. Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:
Ketakutan Tidak
VITAL SIGN
Tanggal
Nama BB/TB
pemeriksaa Lain- lain
(Inisial)
n
TD N RR S
J. Pemeriksaan Fisik
13
Status mental:
Bingung Klien tidak sedang binggung
Cemas Klien tidak sedang cemas
Disorientasi Klien tidak sedang disorientasi
Depresi Klien tidak sedang depresi
Menarik diri Klien tidak menarik diri
(Centang status mental keluarga sesuai yang diamati.)
Sistem Kardiovaskuler :
Aritmia tidak ada
Nyeri dada tidak ada
Distensi vena jugularis tidak ada
Jantung berdebar tidak ada
(Centang sistem kardiovaskular keluarga sesuai yang ditanyakan.)
Nyeri spesifik :
Lokasi tidak ada
Tipe tidak ada
Durasi tidak ada
Intensitas tidak ada
Tentukan nyeri sfesifik yang dialami keluarga.)
Sistem pernafasan :
Stridor tidak ada
Wheezing tidak ada
Ronchi tidak ada
Akumulasi Sputum tidak ada
(Centang sistem pernafasan sesuai hasil pemeriksaan yang dilakukan.)
Sistem Integumen :
Ciasonis tidak ada
Akral Dingin tidak ada
Diaporesis tidak ada
Juandice tidak ada
Luka tidak ada
.
13
Mukosa Mulut
Kapiler refil time :
Lebih 2 detik
Kurang dari 2 detik
(Centang sistem integument sesuai hasil pemeriksaan yang dilakukan.)
Sistem Muskuloskeletal :
Tonus otot kurang tidak ada
Paralisis tidak ada
Hemiparesis tidak ada
ROM kurang tidak ada
Gangguan keseimbangan tidak ada
(Centang sistem musculoskeletal sesuai hasil pemeriksaan.)
Sistem Persarafan :
Nyeri kepala tidak ada
Pusing tidak ada
Tremor tidak ada
Reflek pupil anisokor tidak ada
Paralisis : lengan kiri/ lengan kanan/ kaki kiri/ kaki kanan
Anestesi daerah perifer tidak ada
(Centang sistem persarafan sesuai hasil pemeriksaan dan tanyakan apa
yang dirasakan keluarga.)
Sistem Perkemihan :
Disuria tidak ada
Hematuria tidak ada
Frekuensi tidak ada
Retensi tidak ada
Inkontinensia tidak ada
(Centang sistem perkemihan sesuai yang ditanyakan pada keluarga.)
Sistem Pencernaan :
Intake cairan kurang tidak ada
Mual/ muntah tidak ada
13
K. Pengkajian Lingkungan:
1. Ventilasi : (1) < 10% luas lantai (2) 10% luas lantai
2. Pencahayaan : (1) Baik (2) kurang
3. Lantai : (1) semen (2) tegel
(3) keramik (4) tanah (5) lainnya,.....
4. Kebersihan rumah : (1) baik (2) kurang
5. Jenis bangunan : (1) permanen (2)semi permanen (3)
nonpermanen
(Amati tempat tinggal keluarga, centang sesuai dengan criteria yang
ditentukan.)
(Tanyakan pada keluarga, seberapa jauh air yang dikonsumsi dari tempat
pembuangan limbah keluarga dan centang.)
4) Tempat penampungan air sementara:
Bak Ember
Gentong Lain-lain..........
(Tanyakan pada keluarga tempat penampungan air sementara dan
centang sesuai criteria yang ditentukan.)
5) Kondisi tempat penampungan air:
Tertutup Terbuka
(Tanyakan pada keluarga tempat penampungan air tertutup atau
terbuka dan conteng sesuai criteria yang ditentukan.)
6) Kondisi air:
Berasa Berwarna
Berbau Ada endapan
Tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna
(Tanyakan pada keluarga bagaimana kondisi air nya. Conteng sesuai
dengan criteria yang ditentukan.)
7. Sampah Keluarga
1) Pembuangan sampah:
13
TPU Sungai
Ditimbun Dibakar
Sembarang tempat
(Tanyakan pada keluarga tempat membuang sampah dimana dan
conteng.)
2) Apakah rumah memiliki tempat penampungan sampah sementara ?
Ya Tidak
(Amati apakah rumah keluarga ada tempat penampungan sampah
sementaradan centang.)
3) Bila ya bagaiman kondisisnya ?
Tertutup Terbuka
(Amati bagaimana kondisi tempat pembuangan sampah dan centang.)
4) jarak tempat penampungan sampah dengan rumah ?
<5 meter >5meter
(Amati jarak rumah dengan penampungan sampah dan centang.)
8. Sistem pembuangan kotoran :
1) Tempat Keluarga buang hajat(BAK/BAB) :
Jamban(WC) Sungai Sembarang
tempat
2) Apabila memiliki jamban,jenisnya apa :
Cemplung Leher angsa Plengseran
3) Pembuangan air limbah :
Resapan Got Sembarang
tempat
(Tanyakan pada keluarga tempat pembuangan kotoran nya seperti
apa dan centang.)
9. Hewan peliharaan / ternak
1) Apakah memiliki hewan peliharan/ ternak ?
Ya Tidak tidak
TB: 164
BB :70 kg
Pemeriksaan Gula
darah (GDS) : 178
mg/dl
2 DS: Manajemen Kesehatan Ketidakefektifan
-Ny.M mengatakan tinggal Tidak Efektif pola perawan
serumah bersama kesehatan
anaknya di rumah keluarga
terdapat hewan
peliharaan kucing 4
ekor Ny. M
mengatakan tidur
bersama kucingnya
DO :
- Kebersihan rumah
tampak kurang
- Terdapat bulu kucing
di kursi maupun di
lantai
- Kandang tampak tidak
terawat
III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
DX:1 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) 3/3x1=1 Klien dan keluarga
Skala: kurang mengetahui
3 : Aktual tenang penyakit Diabetes
2 : Resiko melitus
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah 2/2x2=2 Keluarga ada kemamuan
Dapat Diubah (Bobot 2) menerima perubahan
Skala: keluarga mempunya
13
BAB 3
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh
hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum
yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling
ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan
mempertahankan budaya meningkatkan pertumbuhan fisik, mental emosional
serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.
Struktur Kekuatan Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit
tergantung pada kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual)
dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga
.2 Saran
Dalam melakukan perawatan hendaknya dengan hati-hati, cermat dan teliti
maka akan mempercepat proses penyembuhan. Perawat perlu mengetahui tanda
gejala, perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan
sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional
pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan
keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian
asuhan eperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang penyakit, penyebab, pencegahan, dan penanganan.
13
DAFTAR PUSTAKA