Anda di halaman 1dari 54

9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA PADA NY.M DENGAN DIAGNOSA DIABETES MELITUS
DI WILAYAH KERJA PKM MENTENG KECAMATAN JEKAN RAYA
KOTA
PALANGKA RAYA

OLEH

NAMA : BELLA AZSARIA


NIM : 2018.C.10A.0960

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
10

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Bella Azsaria


Nim : 2018.C.10a.0960
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Keluarga
pada Ny.M Dengan Diagnosa Diabetes Melitus Di Wilayah
PKM Menteng Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya”

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyarata untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya:

Laporan Keperawatan ini telah di setujui oleh:

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Sri Rahayu, S.Kep., Ners Christephanie,S.,Kep

Mengetahui
Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina,Ners.M.Kep

KATA PENGANTAR
11

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Ny.M Dengan Diagnosa Diabetes Melitus Di Wilayah PKM
Menteng Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya ”. Laporan pendahuluan ini
disusun guna melengkapi tugas (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Sri Rahayu, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Christephanie,S.,Kep selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
5. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik IV
Program Studi Sarjana Keperawatan
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 06 Oktober 2021

Penyusun
12

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
2.1 Konsep keluarga...................................................................................5
2.1.1 Definisi keluarga...................................................................................5
2.1.2 Fungsi keluarga.....................................................................................5
2.1.3 Tahap-tahap perkembangan keluarga...................................................6
2.1.4 Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan..............................................8
2.2. Konsep Penyakit Hipertensi..............................................................8
2.2.1 Definisi Hipertensi................................................................................8
2.2.2 Anatomi Fisiologi.................................................................................9
2.2.3 Etiologi................................................................................................11
2.2.4 Klasifikasi...........................................................................................14
2.2.5 Patofisiologi........................................................................................16
2.2.6 Manifestasi klinis................................................................................18
2.2.7 Komplikasi..........................................................................................18
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang......................................................................20
2.2.9 Penatalaksanaan Medis.......................................................................21
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan..................................................23
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.....................................................................23
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................26
2.3.3 Intervensi Keperawatan......................................................................27
2.3.4 Implementasi Keperawatan.................................................................30
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................................30
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................31
3.1 Pengkajiam Keperawatan...................................................................31
3.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga........................................................49
3.3 Intervensi Keperawatan Keluarga.......................................................53
3.4 Implementasi Keperawatan Keluarga.................................................53
3.5 Evaluasi Keperawatan Keluarga.........................................................53
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................54
13

BAB 1
PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Terdapat penurunan dalam
kemampuan untuk berespons terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak
terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemik hiperosmolar non-ketosis (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang
dapat menunjang terjadinya komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan
suatu peningkatan kejadian penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard,
stroke dan penyakit vaskuler perifer. (Brunner dan Suddarth, 2000).
Diabetes dapat menimbulkan manifestasi klinis yang paling sering terjadi
yaitu keletihan akibat defisiensi energi dan keadaan katabolis, diuretik osmotik
yang disertai poliuria, dehidrasi, polidpsi, selaput lendir kering dan kekencangan
kulit buruk. Penderita juga dapat mengalami penurunan berat badan dan selalu
lapar (Brunner dan Suddarth, 2000).
International Diabetes Federation mengatakan DM di dunia mengalami
peningkatan yang sangat besar. International Diabetes Federation (IDF) mencatat
sekitar 366 juta orang di seluruh dunia, atau 8,3% dari orang dewasa, diperkirakan
memiliki DM pada tahun 2017. (IDF,2015). Di Indonesia memperlihatkan
peningkatan 6,9% tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018. Pada tahun 2015
menempati peringkat ketujuh pada DM yang terdiagnosis dokter terdapat di
Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%), dan
Nusa Tenggara Timur (3,3 %). (Kemenkes, 2013). Di provinsi NTT penyakit
Diabetes Melitus sebanyak 1,2 % yang terdiagnosa oleh dokter dan diperkirakan
akan meningkat seiring bertambahnya usia (Riskesdas 2013).
Berdasarkan data yang di peroleh dari buku registrasi UPT Panti Sosial
Penyantunan Lanjut Usia Budi Agung, Kupang sebanyak 3 orang pada tahun
2018-2019 dengan jumlah laki-laki sebanyak 1 orang dan perempuan 2 orang
lansia yang mengalami diabetes mellitus. Penderita DM penting untuk mematuhi
serangkaian pemeriksaan seperti pengontrolan gula darah. Mematuhi
14

pengontrolan gula darah pada DM merupakan tantangan yang besar supaya tidak
terjadi keluhan subyektif yang mengarah pada kejadian komplikasi. Diabetes
melitus apabila tidak tertangani secara benar, maka dapat mengakibatkan berbagai
macam komplikasi. (UPTD Budi Agung Kupang) Diabetes Melitus disebut
dengan the silent killer karena penyakit ini dapat menimbulkan berbagai
komplikasi antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung,
sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi
paru-paru,gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya.
.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan
masalah, yaitu Bagaimana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu memahami konsep Diabetes Melitus dan mempelajari
Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami Diabetes Melitus serta
memberi pemahaman pada penulis agar dapat belajar dengan lebih baik lagi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun Tujuan Khusus penulisan Laporan Pendahuluan ini yaitu penulis
mampu :
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penyakit Diabetes Melitus
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada
pasien Diabetes Melitus
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien keluarga dengan
diagnosa medis Diabetes Melitus
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada keluarga dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus
1.3.2.5 Mahasiswa dapat menentukan intervensi pada keluarga dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus
1.3.2.6 Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada keluarga dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus
15

1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada keluarga dengan diagnosa


medis Diabetes Melitus
1.3.2.8 Mahasiswa mampu membuat dokumentasi pada keluarga dengan diagnosa
medis Diabetes Melitus
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan agar dapat mengetahui
dan memahami konsep Penyakit Diabetes Melitus dan agar dapat melakukan
pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitar agar tidak mengalami Diabetes
Melitus
1.3.2 Untuk Klien dan Keluarga
Manfaat penulisan bagi klien dan keluarga yaitu agar klien dan keluarga
dapat mengetahui gambaran umum dari Diabetes Melitus beserta tanda gejala
serta perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan yang
tepat dalam lingkungan keluarganya.
1.3.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Manfaat penulisan bagi Pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang konsep
Hipertensi dan ilmu tentang asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Melitus
Manfaat penulisan bagi Rumah Sakit yaitu agar dapat digunakan sebagai
acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan keluarga bagi pasien
khusunya Diabetes Melitus
1.3.4 Untuk IPTEK
Mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan di
bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan keluarga pada pasien
dengan Diabetes Melitus
16

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017).
Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017)
Mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarganya.Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017)
Keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh
hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum
yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling
ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan
mempertahankan budaya meningkatkan pertumbuhan fisik, mental emosional
serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.
.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah:
.1.2.1 Keluarga Tradisional
.1.2.1.1 Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal
bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
17

.1.2.1.2 Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami
dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
.1.2.1.3 The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
.1.2.1.4 Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab
secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
.1.2.1.5 Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari
tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti
nuclear family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
.1.2.1.6 Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu
keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal
ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan).
.1.2.1.7 Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota
yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan
yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
akhir minggu, bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
.1.2.1.8 Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
.1.2.1.9 Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam
satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan
lain-lain.
.1.2.1.10 Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
.1.2.1.11 Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living
Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau
ditinggal mati.
18

.1.2.1.12 Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak
ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua
dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut
akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu
untuk merawat.
.1.2.1.13 Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak
menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
.1.2.2 Keluarga Non-tradisional
.1.2.2.1 The Unmarried Teenage Mother Keluarga terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
.1.2.2.2 The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
.1.2.2.3 Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak
ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
.1.2.2.4 Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melakukan pernikahan.
.1.2.2.5 Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan
seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
.1.2.2.6 Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
.1.2.2.7 Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah
satu dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan
anak.
.1.2.2.8 Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai,
hidup berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
.1.2.2.9 Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
19

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga


aslinya.
.1.2.2.10 Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
.1.2.2.11 Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
.1.3 Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga
yang menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur
keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut :
.1.3.1 Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi keluarga merupakan suatu proses
simbolik, transaksional untuk menciptakan mengungkapkan pengertian
dalam keluarga.
.1.3.2 Struktur Kekuatan Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit
tergantung pada kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada
dalam keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan
(potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi
perilaku anggota keluarga. Beberapa macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
.1.3.3 Struktur Peran
Peran biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau
tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
20

a. Peran-peran formal dalam keluarga


Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti
ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing.
Ayah sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan
sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung
keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota
masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai
pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan
spiritual.
b. Peran Informal keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak
ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau
untuk menjaga keseimbangan keluarga.
.1.3.4 Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi
masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor
lain.
.1.4 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) sebagai
berikut:
.1.4.1 Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan
mempertahankan saat terjadi stres.
.1.4.2 Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam
penyelesaian masalah.
.1.4.3 Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan
melahirkan anak.
21

.1.4.4 Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga


dan kepentingan di masyarakat.
.1.4.5 Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.
.1.5 Tugas Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :
.1.5.1 Mengenal masalah kesehatan Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga.Dan sejauh mana
keluarga mengenal dan mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan.
.1.5.2 Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Hal ini meliputi sejauh
mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya masalah. Apakah
keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah terhadap masalah
yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit, adalah sikap
negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau
fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga
kesehatan, dan apakah keluarga mendapat informasi yang benar atau salah
dalam tindakan mengatasi masalah kesehatan.
.1.5.3 Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Ketika memberikan
perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga harus
mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan, sumber-
sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab, finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga terhadap
yang sakit.
.1.5.4 Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat Hal-
hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi lingkungan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu sumbersumber keluarga yang
dimiliki, manfaat dan keuntungan memelihara lingkungan, pentingnya dan
sikap keluarga terhadap hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
22

.1.5.5 Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat Hal-hal yang harus diketahui
keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan yaitu
keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh
dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan adanya
pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan,
fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.
.1.6 Tahapan Keluarga Sejahtera
Tingkatan kesehatan kesejahteraan keluarga menurut Amin Zakaria (2017)
adalah :
.1.6.1 Keluarga Prasejahtera Keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan
dasar minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, sandang, pangan, papan
dan kesehatan. Dengan kata lain tidak bisa memenuhi salah satu atau lebih
indikator keluarga sejahtera tahap I.
.1.6.2 Keluarga Sejahtera Tahap I Keluarga yang sudah dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimal, tetapi belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan
psikososial, seperti pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, lingkungan
sosial dan transportasi.Indikator keluarga tahap I yaitu melaksanakan ibadah
menurut kepercayaan masing-masing, makan dua kali sehari, pakaian yang
berbeda untuk berbagai keperluan, lantai rumah bukan dari tanah, kesehatan
(anak sakit, KB dibawa keperawatan pelayanan kesehatan).
.1.6.3 Keluarga Sejahtera Tahap II Pada tahap II ini keluarga sudah mampu
memenuhi kebutuhan dasar minimal, dapat memenuhi seluruh kebutuhan
psikososial, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan
(kebutuhan menabung dan memperoleh informasi. Indikator keluarga tahap
II adalah seluruh indikator tahap I ditambah dengan melaksanakan kegiatan
agama secara teratur, makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk minimal
satu tahun terakhir, luas lantai rumah perorang 8 m2 , kondisi anggota
keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga usia 15 tahun keatas
memiliki penghasilan tetap, anggota keluarga usia 15-60 tahun mampu
membaca dan menulis, anak usia 7-15 tahun bersekolah semua dan dua anak
atau lebih PUS menggunakan Alkon.
23

.1.6.4 Keluarga Sejahtera Tahap III Keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimal, setelah memenuhi keseluruhan kebutuhan
psikososial, dan memenuhi kebutuhan perkembangan, tetapi belum bisa
memberikan sumbangan secara maksimal pada masyarakat dalam bentuk
material dan keuangan dan belum berperan serta dalam lembaga
kemasyarakatan.
.1.6.5 Keluarga Sejahtera Tahap III Plus Memenuhi indikator keluarga tahap
sebelumnya ditambah dengan upaya keluarga menambahkan pengetahuan
tentang agama, makan bersama minimal satu kali sehari, ikut serta dalam
kegiatan masyarakat, rekreasi sekurangnya dalam enam bulan, dapat
memperoleh berita dari media cetak maupun media elektronik, anggota
keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
.1.7 Teori Perkembangan Keluarga
Salah satu teori perkembangan keluarga adalah keluarga berkembang dari
waktu-kewaktu dengan pola secara umum dan dapat diprediksi (Zakaria, 2017).
Paradigma siklus kehidupan ialah menggunakan tingkat usia, tingkat sekolah dan
anak paling tua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan (Duvall dan
Miller, 1987 dalam Zakaria, 2017).
Tabel. Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Tahap I Keluarga pemula (Keluarga baru menikah-hamil)
Tahap II Keluarga mengasuh anak (Anak tertua bayi-umur 30
bulan)
Tahap III Keluarga dengan usia pra sekolah (Anaka tertua
berusia 2-6 tahun)
Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (Anak tertua
berusia 13-20 tahun)
Tahap V Keluarga dengan anak usia remaja (Anak tertua
berusia 13-20 tahun)
Tahap VI Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir meninggalkan
rumah)
Tahap VII Orang tua usia pertengahan (Tanpa jabatan, pension)
Tahap VIII Keluarga delam masa pesion dan lansia (hingga
pasangan meninggal dunia)
Sumber Duval dan Miller, 1985 dalam Zakaria, 2017
24

.2 Konsep Penyakit Diabetes Melitus


.2.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks
yangmengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler danneurologis
(Barbara C. Long, 1995).
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkangangguan
multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yangdisebabkan
defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunnerdan Sudarta,
1999).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang
disebabkanoleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyaikarakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi
dapatdikontrol (WHO).
.2.2 Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat
miripdengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 –  100 gram.
Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum daneko
rnya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin danglikogen ke
darah.Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelahkanan
umbilical dalam lekukan duodenum. Badan pankreas merupakan bagian utama
organ itu letaknya sebelahlambung dan depan vertebra lumbalis pertama. Ekor
pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnyamenyentuh
lympa. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
a) Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b) Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau langerhans
manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang
satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta
mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon,dan sel-sel delta
mengekresi somatostatin.Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ
25

rangka, yaitu yang lain, cairan ini dibutuhkan karena motulitas sperma akan
berkurang dalam lingkungan dengan Ph rendah.
.2.2.1 Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang
membentukgetah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari
pancreasadalah :
1) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan
polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian
dijadikanmonosakarida.
2) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi
asamamino.
3) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemakdan
gliserol gliserin
.2.2.2 Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormondalam
pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebarantara
alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.Oleh karena
itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsungdiserap ke
dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkanhormon
tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin
dan glukagon
1) Insulin Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk
manusia.Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain
dihubungkan olehikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah
dan asam aminoyang memegang peranan penting. Perangsang sekresi
insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90
mg/ml.Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu:
a) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan
konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3
glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati
dengan bentuk glikogen.
b) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darahnormal.
c) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah
terhadaphypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin
26

yangdisekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan


glukosayang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi
terhadaphypoglikemia berat.Adapun efek utama insulin terhadap
metabolisme karbohidrat, yaitu : a.) Menambah kecepatan metabolisme
glukosa b.) Mengurangi konsentrasi gula darah c.) Menambah penyimpanan
glukosa ke jaringan.
2) Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa
pulaulangerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan
insulin.Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa
dalamdarah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul
3842dan terdiri dari 29 rantai asam amino.Dua efek glukagon pada
metabolisme glukosa darah :
a) Pemecahan glikogen (glikogenolisis)
b) Peningkatan glukosa (glukogenesis)Pengatur sekresi glukosa darah
perubahan konsentrasi glukosa darahmempunyai efek yang jelas berlawanan
pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan
glukosa darah dapat menghasilkansekresi glukagon, bila glukagon darah
turun 70 mg/100 ml darah pancreasmengekresi glukosa dalam jumlah yang
sangat banyak yang cepatmemobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon
membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
.1.3 Etiologi 
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa
DiabetesMellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan
yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu:
.1.3.1 Diabetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas
yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:Faktor genetikPenderita tidak
mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi kearah
terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan ditmukannya tipeantigen HLA (Human
27

Leucolyte antoge) teertentu pada individu tertentuFaktor imunologiPada diabetae


tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibodyterarah pada sel-sel pulau
lengerhans yang dianggapnya jaringan tersebutseolah-olah sebagai jeringan
abnormalFaktor lingkunganPenyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-
faktor ekternalyang dapat memicu destruksi sel beta, contoh hasil penyelidikan
yangmenyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimunyang menimbulkan destruksi sel beta
.1.3.2 Diabetas Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dangangguan
sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum diketahui.Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinyaresistensi insulin dan
juga terspat beberap faktor resiko teetentu yang berhubngan dengan proses
terjadinya diabetea tipe II yaitu:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelopok etnik tertentu
.1.3.3 Faktor non genetika. Infeksi
1.) Infeksi virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah
mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
2.) Nutrisia
3.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
4.) Malnutrisi proteinc
5.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
.1.3.4 Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanyamenyebabkan hyperglikemia sementara.
.1.3.5 Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah
tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma
karenakonsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena
kadar kate kolamin meningkat
.2.4 Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
28

.2.4.1 Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)
yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita
tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis
dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usiamuda dapat
disebabkan karena keturunan.
.2.4.2 Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes
(MOD) terbagi dua yaitu :
1) Non obesitas
2) Obesitas disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta
pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi padaorang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
.2.4.3 Diabetes Mellitus type lain
1) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainanhormonal,
diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainangenetik
dan lain-lain.
2) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :Furasemid,
thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa
selamakehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada
pertengahankehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon
chorioniksomatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asamamino dan glukosa ke fetus.
.2.5 Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu
daritiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
.2.5.1 Pengurangan penggunaanglukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat
peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200
mg/hari/100 ml.
29

.2.5.2 Peningkatan mobilisasi lemak daridaerah-daerah penyimpanan lemak,


menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada
dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
.2.5.3 Pengurangan protein dalam jaringan tubuh. Akan tetapi selain itu terjadi
beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang tidak mudah
tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderitaDiabetes Mellitus. Bila
jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasiglomerulus meningkat
kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai
dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap
menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat
melebihi 180 mg%. Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme
karbohidrat kemetabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan
hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam
Bihidroksibutiratdalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter
sampai setinggi 10Meq/Liter.
13

Gangguan metabolisme
karbohidrat, proteinm Hipergelkemi
Defisiensi insulin lemak di jaringan tepi Penurunan
uptake glukosa
oleh sel

DIABETES MELITUS

B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone

Efek obat anastesi Prosedur pembedahan Luka pada tumit Diabetes melitus Efek anastesi Aliran darah
terhambat ke otot
Melambatnya
Peningkatan Terputusnya DM hipergelkemi Terputusnya aktivitas usus
jumblah sekret kontinuitas jaringan kontinuitas jaringan Kelemhan otot

Penimbunan gas
Glukosa darah
Sesak nafas, batuk Luka insisi Luka irisan MK : Intoleransi
meningkat
tidak produktif, banyak aktivitas
lendir menumpuk, pola Kembung mual dan
Kerusakan pertahanan rasa tidak nyaman
nafas tidak teratur MK : Resiko perifer (kulit)
Osmolaritas pada epigastrik
pendarahan
meningkat
MK : Bersihan jalan MK : Resiko infeksi MK: Resiko
nafas tidak efektif Suplai darah ke ketidakseimbangan
O2 perfiler lambat nutrisi kurang dari
kebtuhan
Luka tidak
sembuh

MK: Nyeri
akut
13

.2.6 Manifestasi Klinis


Gejala yang lazim pada penderita diabetes melitus, sebagai berikut: Pada tahap awal sering
ditemukan :
.2.6.1 Poliuri (banyak kencing)Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampaimelampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmoticdiuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak
kencing.
.2.6.2 Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
.2.6.3 Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel
mengalami starvasi(lapar).
.2.6.4 Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini Disebabkan kehabisan
glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat
dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemakdan protein.
.2.6.5 Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa- sarbitol fruktasi)yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunansarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak
.2.7 Komplikasi
.2.7.1 Akut
1) Hypoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Diabetik
.2.7.2 Kronik
.2.7.3 Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
.2.7.4 Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
.2.7.5 Neuropati diabetis
.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnostik menurut WHO (1985) untuk diabetes melitus pada orang dewasa tidak
hamil, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan:
.2.8.1 Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
13

.2.8.2 Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)


.2.8.3 Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudahmengkomsumsi 75 gr
Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl (11,1 mmol/L).
.2.9 Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindardari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet
dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan
kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.
.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan
menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu
sebagai berikut (Heniwati, 2008) :
.3.1.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan
pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah,
pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam
keluarga adalah :
.3.1.2 Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
13

4) Pendidikan kepala keluarga


5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
.3.1.3 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas perkembangan
yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman- pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
dari pihak suami dan istri.
.3.1.4 Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4. Sistem pendukung keluarga
.3.1.5 Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
4. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
13

keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.


.3.1.6 Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh
mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan
dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana kemampuan
keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
.3.1.7 Stres dan koping keluarga
a) Stressor jaangka pendek dan panjang
(i) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
(ii) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
(b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
(c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
(d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi permasalah
(e) Pemeriksaan Fisik
13

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang digunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga
yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2.4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data secara
cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung
jawab untuk melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012)
2.4.1 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat mengerti tentang pengertian tanda gejala dan penanganan Diabetes
Melitus
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan
dan pengobatan Diabetes Melitus.
2.4.2 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ketidakefektifan pola
perawatan kesehatan keluarga
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat mengerti tentang pengertian tanda gejala dan penanganan Diabetes
Melitus
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan
dan pengobatan Diabetes Melitus.
13

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan
perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di
bawah ini (Harmoko, hal 98; 2012).
a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan kesehatan dengan
cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan, dan harapan tentang
kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan, mengidentifikasi sumber-
sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah,
dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat dengan
menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluargadan melakukan perubahan
lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara mengenalkan
fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur keberhasilan dari
rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien  Bila masalah tidak dipecahkan atau timbul
masalah baru, maka perawat harus berusaha untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah
dengan meninjau kembali rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan
masalah yang ada
13

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama : Bella Azsaria


Nim : 2018.C.10a.0960
Tempat Praktek : PKM Menteng
Tanggal : Kamis 7 Oktober 2021

A. Identitas klien / keluarga


Nama KK : Ny,M
(Ditulis nama kepala keluarga dengan nama lengkap atau inisial misalnya Tn.ambang di tulis
Tn.A)
Umur : 76 Tahun
(Tanyakan pada kk tanggal lahir serta tahun lahirnya selanjutnya hitung berapa usianya.)
Agama : Kristen Protestan
(Tanyakan agama apa yang dianut oleh kk tersebut.)
Jenis Kelamin : Perempuan
(Tulis jenis kelamin apakah laki-laki atau perempuan.)
Suku : Dayak
(Tanyakan suku dan bangsa kk berasal darimana.)
Pendidikan : SMP
(Tanyakan pada kk pendidikan terakhirnya).
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
(Tanyakan pada kk pekerjaan yang dimiliki keluarga tersebut.)
Alamat : Jl Pangrango No. 457d
(Tulis alamt tempat tinggal sekarang sesuai dengan KTP.)
No.Telp :-
(Tanyakan nomor handphone yang bias dihubungi dalam keluarga tersebut.)
13

Komposisi Keluraga

Gender Hubungan Pendidika


No Nama (Inisial) Umur Pekerjaan
(L / P) Dg KK n
1 Ny.A 40 Th P Anak Sarjana Ibu
Rumah
Tangga
2 Tn.P 51 Th L Anak Sarjana Swasta
3
4
5
6
7
8
9

(Tanyakan dan isi komposisi keluarga sesuai kartu keluarga dengan nama inisial,tanggal
lahir lalu hitung,tanyakan jenis kelamin,dan hubungan dengan keluarga,tanyakan pendidikan
terakhir dan pekerjaan.)

Tipe Keluarga :
Keluarga Inti … ……………………
Keluarga Besar ……………………
Keluarga Campuran  ……………………
Single Parent …………………….
Lain-lain ……………………
(Tanyakan keluarga didalam rumahnya ada berapa anggota keluarga yang tinggal dan
tentukan termasuk tipe keluarga seperti apa.)

B. Riwayat Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan (8 tahap perkembangan) keluarga saat ini :
13

Keterangan
No Tahap perkembangan keluarga
Terpenuhi Sebagian Tidak
1 Pasangan baru atau keluarga baru
(berginning family), meliputi : 

a. Membina hubungan intim dan
kepuasan bersama.

b. Menetapkan tujuan bersama. 
c. Membina hubungan dengan
keluarga lain, teman dan kelompok
social.
d. Merencanakan anak ( KB).
e. Menyesuaikan diri dengan
kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.
2 Keluarga dengan kelahiran anak
pertama (child bearing family)
a. Persiapan menjadi orang tua 

b. Membagi peran dan tanggung
jawab
c. Menata ruangan untuk anak atau
mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
d. Mempersiapakan biaya atau dana
child bearing.

e. Memfasilitasi role learning anggota
keluarga
f. Mengadakan kebiasaan keagamaan
secara rutin
3 Keluarga dengan anak prasekolah
family with preschool)
a. Memenuhi kebutuhan anggota 
keluarga seperti tempat tinggal,
13

privasi dan rasa aman 


b. Membantu anak untuk

bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir sementara kebutuhan anak
yang lain harus dipenuhi

d. Mempertahankan hubungan yang
sehat, baik di dalam maupun diluar
keluarga. 
e. Pembagian waktu untuk individu 
pasangan dan anak
f. Pembagian tanggungjawab
g. Kegiatan dan waktu stimulasi
untuk tumbuh dan kembang anak.
4 Keluarga dengan anak usia sekolah
(family with school children)
a. Memberikan perhatian tentang
kegiatan social anak, pendidikan,
dan semangat belajar
b. Tetap mempertahankan hubungan
yang harmonis dalam perkawainan
c. Mendorong anak untuk mencapai
pengembangan daya intelektual
d. Menyediakan aktivitas untuk anak
e. Menyesuaikan pada aktivitas
komunitas dengan
mengikutsertakan anak
5 Keluarga dengan anak remaja (family
with teenagers)
a. Memberikan kebebasan yang
seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah
13

bertambah dewasa dan meningkat


otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang
intim dengan keluarga
c. Mempertahankan komunikasi yang
terbuka antara anak dan orangtua,
hindari perdebatan, kecurigaan, dan
permusuhan.
6 Keluarga dengan anak dewasa atau
pelepasan
a. Memperluas keluarga inti menjadi 
keluarga besar

b. Mempertahankan keintiman
keluarga

c. Membantu orang tua suami atau
istri yang sakit memasuki masa tua 
d. Mempersiapakan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian
anaknya 
e. Menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada pada keluarga 

f. Berperan suami, istri, kakek dan


nenek
7 Keluarga usia pertengahan (middle age
family)
a. Pertahankan kesehatan 
b. Mempunyai lebih banyak waktu 
dan kebebasan dalam arti
mengelola minat social dan waktu
santai

c. Memulihkan hubungan antar
generasi muda dengan generasi tua
13

d. Keakraban dengan pasangan 



e. Memelihara hubungan/kontak
dengan keluarga dengan anak
f. Persiapkan masa tua atau pensiun

dan meningkan keakraban
pasangan
8 Kelurga usia lanjut
a. Mempertahnkan suasana rumah 
yang menyenangkan

b. Adaptasi dengan perubahan
kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.

c. Mempertahankan keakraban suami
istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan 
dengan anak dan sosial masyarakat
e. Menerima kematian pasangan, 
kawan, dan mempersiapkan
kematian

(Tanyakan sesuai format dalam table dan centang bagian terpenuhi, sebagian, dan tidak.
Sesuai dengan yang dikatakan keluarga dan dialami oleh keluarga tersebut.biasanya di lihat
dari anak tertua dalam keluarga)

Tugas Perkembangan Keluarga :


Dapat dijalankan sebagian dapat dijalankan Tidak dapat dijalankan

Jelaskan:
Ny M dapat mempertahankan hubungan dengan anak dan cucunya Ny. Tinggal bersama
anak-anaknya
(Tulis perkembangan dalam keluarga sesuai dengan yang dikatakan dalam keluarga
tersebut.)
13

*Genogram (3 generasi):

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien
(Tulis berdasarkan tiga generasi dimulai dari keluarga kakek dan nenek, ayah dan ibu,
serta anak.yang tertua di mulai dari kiri Buatlah keterangan dan golongan jenis kelamin,
meninggal atau masih hidup, dan tinggal serumah atau tidak.)

C. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi: Baik  Disfungsional

Peran dalam keluarga : Tidak Ada masalah



Ada masalah

Nilai / norma keluarga : Tidak ada konflik nilai



Ada konflik
(Centang struktur keluarga sesuai dengan yang diamati.)
D. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif : Berfungsi  Tidak berfungsi
13

Fungsi Sosial : Berfungsi  Tidak berfungsi


Fungsi Ekonomi : Baik Kurang Baik

Fungsi Perawatan Kesehatan :
 Pengetahuan Tentang Masalah Kesehatan : Baik Tidak

 Pencegahan Penyakit : Baik Tidak

 Perawatan Penyakit : Baik Tidak

 Pemanfaatan Layanan Kesehatan : Baik Tidak

(Centang fungsi keluarga sesuai dengan yang diamati.)
E. Pola Koping Keluarga
Efektif Tidak efektif

Stressor yang dihadapi keluarga : Ny,M mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi
keluarga
(Centang pola koping keluarga apakah efektif atau tidak dan berikan alasannya.)
F. Spiritual
Taat beribadah: Ya Tidak

Ny,M taat menjalankan ibadah di rumah maupun di gereja
Kepercayaan yang berlawanan dengan kesehatan Ya/Tidak (Tidak)
Distress Spiritual Ya/Tidak (Tidak).
(Tanyakan pada keluarga tentang kepercayaan yang dianutnya apakah berlawanan
dengan pelayanan kesehatan dan ketaatan ibadahnya.)
G. Pola Aktivitas sehari-hari
Pola makan Baik / Kurang (Baik)
Pola Minum Baik / Kurang (Baik)
Istirahat Baik / Kurang (Baik)
Pola BAK Baik / Kurang (Baik)
Pola BAB Baik / Kurang An. J sudah 5x BAB dalam sehari
dengan konsistensi cair.(Baik)
Pola Kebersihan diri Baik / Kurang (Baik)
Olahraga Baik / Kurang (Baik)
Tingkat kemandirian Baik / Kurang (Baik)
13

(Tanyakan pada keluarga tentang pola aktifitas sehari-hari dan tulis apa alasannya
sesuai yang dikatakan keluarga.)
H. Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:

Keadaan emosi Ya/ Tidak Keterangan (siapa, mengapa)


 Marah Tidak
 Sedih Tidak

 Ketakutan Tidak

 Putus asa Tidak


Tidak
 Stress
Kurang interaksi dengan orang lain Ya / Tidak (Tidak)
Menarik diri dengan lingkungan Ya / Tidak (Tidak)
Konflik dengan keluarga Ya / Tidak (Tidak)
Penurunan harga diri Ya / Tidak (Tidak)
Gangguan gambaran diri Ya / Tidak (Tidak)
(Amati dalam keluarga, bagaimana keadaan emosi dalam keluarga dan tulis alas an
sesuai yang dikatakan keluarga.)
I. Faktor resiko masalah kesehatan
Tidak pernah / jarang periksa kes. Ya / Tidak (Ya)
Social ekonomi kurang Ya / Tidak (Tidak)
Total pendapatan kelurga per bulan:
Di bawah Rp. 600.000,-
Rp. 600.000,- s/d 1.000.000,-
Rp. 1.000.000,- s/d 2.000.000,-

Diatas 2.000.000,-
Rumah / lingkungan tidak sehat Ya/Tidak (Ya)
Hubungan klg tidak harmonis Ya/Tidak (Tidak)
Obesitas Ya / Tidak (Ya)
Status gizi kurang Ya / Tidak (Tidak)
(Tanyakan resiko masalah kesehatan meliputi social ekonomi dan pendapatan sehari-
hari serta status gizi dalam keluarga.)
13

VITAL SIGN

Tanggal
Nama BB/TB
pemeriksaa Lain- lain
(Inisial)
n
TD N RR S

Ny.M 130/60 76 28 36,8oC 70/165 07/09/2021


mmhg

J. Pemeriksaan Fisik
13

Status mental:
Bingung  Klien tidak sedang binggung
Cemas  Klien tidak sedang cemas
Disorientasi  Klien tidak sedang disorientasi
Depresi  Klien tidak sedang depresi
Menarik diri  Klien tidak menarik diri
(Centang status mental keluarga sesuai yang diamati.)
Sistem Kardiovaskuler :
Aritmia  tidak ada
Nyeri dada  tidak ada
Distensi vena jugularis tidak ada
Jantung berdebar  tidak ada
(Centang sistem kardiovaskular keluarga sesuai yang ditanyakan.)
Nyeri spesifik :
Lokasi  tidak ada
Tipe  tidak ada
Durasi  tidak ada
Intensitas  tidak ada
Tentukan nyeri sfesifik yang dialami keluarga.)
Sistem pernafasan :
Stridor  tidak ada
Wheezing  tidak ada
Ronchi  tidak ada
Akumulasi Sputum  tidak ada
(Centang sistem pernafasan sesuai hasil pemeriksaan yang dilakukan.)
Sistem Integumen :
Ciasonis  tidak ada
Akral Dingin  tidak ada
Diaporesis  tidak ada
Juandice  tidak ada
Luka  tidak ada
.
13

Mukosa Mulut
Kapiler refil time :
Lebih 2 detik
Kurang dari 2 detik
(Centang sistem integument sesuai hasil pemeriksaan yang dilakukan.)

Sistem Muskuloskeletal :
Tonus otot kurang  tidak ada
Paralisis  tidak ada
Hemiparesis  tidak ada
ROM kurang  tidak ada
Gangguan keseimbangan  tidak ada
(Centang sistem musculoskeletal sesuai hasil pemeriksaan.)
Sistem Persarafan :
Nyeri kepala  tidak ada
Pusing  tidak ada
Tremor  tidak ada
Reflek pupil anisokor  tidak ada
Paralisis : lengan kiri/ lengan kanan/ kaki kiri/ kaki kanan
Anestesi daerah perifer  tidak ada
(Centang sistem persarafan sesuai hasil pemeriksaan dan tanyakan apa
yang dirasakan keluarga.)
Sistem Perkemihan :
Disuria  tidak ada
Hematuria  tidak ada
Frekuensi  tidak ada
Retensi  tidak ada
Inkontinensia  tidak ada
(Centang sistem perkemihan sesuai yang ditanyakan pada keluarga.)
Sistem Pencernaan :
Intake cairan kurang  tidak ada
Mual/ muntah  tidak ada
13

Nyeri perut  tidak ada


Muntah darah  tidak ada
Flatus  tidak ada
Distensi abdomen  tidak ada
Colostomy  tidak ada
Diare  tidak ada
Konstipasi  tidak ada
Bising usus  tidak ada
Terpasang sonde  tidak ada
(Centang sistem pencernaan sesuai yang ditanyakan pada keluarga dan
hasil pemeriksaan.)
Riwayat Pengobatan :
Alergi obat  tidak ada Sebutkan
Jenis obat yang dikonsumsi : -
(Tanyakan pada keluarga apakah memiliki riwayat alergi pada obat-
obatan. Jika ya, conteng dan sebutkan jenis obat apa yang bias membuat
alergi.) (Tanyakan pada keluarga apakah memiliki riwayat alergi pada
obat-obatan. Jika ya, conteng dan sebutkan jenis obat apa yang bias
membuat alergi.)

K. Pengkajian Lingkungan:
1. Ventilasi : (1) < 10% luas lantai (2) 10% luas lantai
2. Pencahayaan : (1) Baik (2) kurang
3. Lantai : (1) semen (2) tegel
(3) keramik (4) tanah (5) lainnya,.....
4. Kebersihan rumah : (1) baik (2) kurang
5. Jenis bangunan : (1) permanen (2)semi permanen (3)
nonpermanen
(Amati tempat tinggal keluarga, centang sesuai dengan criteria yang
ditentukan.)

6. Air untuk keperluan sehari-hari


13

1) Sumber air untuk keperluan minum:


PDAM umur
Sungai  Air mineral
(Tanyakan kepada keluarga, air yang dikonsumsi berasal darimana dan
centang dengan criteria yang ditentukan.
2) Sumber air untuk keperluan mandi dan cuci:
 PDAM Sumur
Sungai Air mineral
(Tanyakan pada keluarga, air untuk mandi dan cuci berasal darimana.
Conteng sesuai dengan criteria yang ditentukan.)
3) Jarak sumber air dengan pembuangan limbah keluarga/septic tank:
 <10 meter >10 meter

(Tanyakan pada keluarga, seberapa jauh air yang dikonsumsi dari tempat
pembuangan limbah keluarga dan centang.)
4) Tempat penampungan air sementara:
 Bak Ember
Gentong Lain-lain..........
(Tanyakan pada keluarga tempat penampungan air sementara dan
centang sesuai criteria yang ditentukan.)
5) Kondisi tempat penampungan air:
 Tertutup Terbuka
(Tanyakan pada keluarga tempat penampungan air tertutup atau
terbuka dan conteng sesuai criteria yang ditentukan.)
6) Kondisi air:
Berasa Berwarna
Berbau Ada endapan
 Tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna
(Tanyakan pada keluarga bagaimana kondisi air nya. Conteng sesuai
dengan criteria yang ditentukan.)
7. Sampah Keluarga
1) Pembuangan sampah:

13

TPU Sungai
Ditimbun Dibakar
Sembarang tempat
(Tanyakan pada keluarga tempat membuang sampah dimana dan
conteng.)
2) Apakah rumah memiliki tempat penampungan sampah sementara ?
 Ya Tidak
(Amati apakah rumah keluarga ada tempat penampungan sampah
sementaradan centang.)
3) Bila ya bagaiman kondisisnya ?
 Tertutup Terbuka
(Amati bagaimana kondisi tempat pembuangan sampah dan centang.)
4) jarak tempat penampungan sampah dengan rumah ?
 <5 meter >5meter
(Amati jarak rumah dengan penampungan sampah dan centang.)
8. Sistem pembuangan kotoran :
1) Tempat Keluarga buang hajat(BAK/BAB) :
 Jamban(WC) Sungai Sembarang
tempat
2) Apabila memiliki jamban,jenisnya apa :
Cemplung  Leher angsa Plengseran
3) Pembuangan air limbah :
Resapan  Got Sembarang
tempat
(Tanyakan pada keluarga tempat pembuangan kotoran nya seperti
apa dan centang.)
9. Hewan peliharaan / ternak
1) Apakah memiliki hewan peliharan/ ternak ?
 Ya Tidak tidak

2) apabila memiliki ,apakah termasuk hewan ternak/ peliharaan ?


 Ya Tidak
3) bila ya, apakah hewan ternak ada kandangnya ?
13

 Ada Tidak ada


4) bila ada, dimana letaknya ?
 Didalam rumah Diluar rumah
5) bila diluar rumah, berapa jauh jaraknya ?
 <1meter >1 meter tetapi < 10 meter
6) kondisi kandang :
Terawat  Tidak terawat
(Tanyakan pada keluarga apakah memiliki hewan ternak atau
peliharaan,jika ya, dimana letaknya dan seberapa jauh dari rumah serta
bagaimana kondisi kandangnya. Centang sesuai dengan yang diamati.)

Perawat yang mengkaji

Nama : Bella Azsaria. Tgl : 7 Oktober 2021 Pkl 16.00 WIB

(Tulis nama yang melakukan pengkajian,tanggal dan jam pengkajian)


13

Catatan Keperawatan Keluarga

II. Analisa Data


NO DATA PENUNJANG MASALAH PENYEBAB
1 DS: Defisit Pengetahuan Kurang Terpapar
- Ny.M dan keluarga informasi
mengatakan kurang
mengerti tentang
Diabetes Melitus, pada
saat di tanya Ny.M
tidak dapat menjelaskan
secara lengkap
mengenai penyakit DM
dan makan tanpa
memperhatikan diet
untuk penyakit DM Ny
- Ny M mengatakan suka
makanan/minuman
yang manis
DO:
- Ny.M dan keluarga
tampak kurang
mengerti teng tanda
dan gejala DM
- Pada saat ditanya
Ny.M tidak dapat
menjawab pertanyaan
tentang penyakit
Diabetes Melitus
-TTV
TD: 130/60 mmhg
Nadi : 76 x/menit
RR : 27 x/menit
13

TB: 164
BB :70 kg
Pemeriksaan Gula
darah (GDS) : 178
mg/dl
2 DS: Manajemen Kesehatan Ketidakefektifan
-Ny.M mengatakan tinggal Tidak Efektif pola perawan
serumah bersama kesehatan
anaknya di rumah keluarga
terdapat hewan
peliharaan kucing 4
ekor Ny. M
mengatakan tidur
bersama kucingnya
DO :
- Kebersihan rumah
tampak kurang
- Terdapat bulu kucing
di kursi maupun di
lantai
- Kandang tampak tidak
terawat
III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
DX:1 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) 3/3x1=1 Klien dan keluarga
Skala: kurang mengetahui
3 : Aktual tenang penyakit Diabetes
2 : Resiko melitus
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah 2/2x2=2 Keluarga ada kemamuan
Dapat Diubah (Bobot 2) menerima perubahan
Skala: keluarga mempunya
13

2 : Mudah motivasi tinggi tinggi


1 : Sebagian untuk merawat agar
0 : Rendah kondisi kesehatannya
membaik
Pontensial Masalah Untuk 3/3x1=1 Masalah dapat di cegah
Dicegah (Bobot 1) dengan paparan informasi
Skala: kesehatan dan sumber
3 : Tinggi lainnya
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah 2/2x1=1 Klien dan keluarga mau
(Bobot 1) bekerjasama dengan
2 : Berat, Segera ditangani tenaga medis dalam
1: Tidak Perlu Segera pencegahan dan
ditangani perawatan diabetes
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 5

DX 2: Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Berhubungan Dengan


Ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga
Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) 3/3x1=1 Ny.M mengatakan
Skala: tinggal serumah bersama
3 : Aktual anaknya di rumah
2 : Resiko terdapat hewan
1 : Sejahtera peliharaan kucing 4 ekor
Ny. M mengatakan tidur
bersama kucingnya
Kemungkinan Masalah 1/2x2=1 Masalah ini dapat di
Dapat Diubah (Bobot 2) cegah dengan cara
Skala: memberikan pendidikan
2 : Mudah kesehatan PHBS (pola
1 : Sebagian hidup bersih dan sehat)
0 : Rendah
13

Pontensial Masalah Untuk 2/3x1=0,6 Masalah dapat di cegah


Dicegah (Bobot 1) dengan paparan informasi
Skala: kesehatan dan sumber
3 : Tinggi lainnya
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah 2/2x1=1 Klien dan keluarga mau
(Bobot 1) bekerjasama untuk
2: Berat, Segera ditangani melakukan pola hidup
1:Tidak Perlu Segera bersih dan sehat
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 3,6

IV. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


Prioritas Diagnosa Keperawatan Skore
1 Defisit pengetahuan 5
2 Manajemen Kesehatan 3,6
Tidak Efektif
13

V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Diagnosa Keperawatan : Defisit Pengetahuan
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan Verbal Pengetahuan 1 Keluarga Ny.M dapat menerima 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
asuhan keperawatan informasi yang akan di paparkan menerima informasi
selama 1 x 2 Keluarga Ny.M mampu 2. Sediakan materi dan media
3kunjungan, keluarga memahami materi yang pendidikan kesehatan
mengerti tentang disampaikan 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan
pengertian tanda 3 Untuk mengetahui jadwal sesuai kesepakatan
gejala dan pendidikan kesehatan 4. Jelaskan faktor dan resiko yang dapat
penanganan Diabetes 4 Keluarga Ny.M mampu mempengaruhi kesehatan
Melitus memahami faktor dan penyebab 5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
dari DM sehat
5 Keluarga M mampu
menerapkan perlikau hidup
bersih dan sehat

2. Diagnosa Keperawatan : Manajemen Kesehatan Tidak Efektif


13

Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan


Setelah dilakukan Verbal Pengetahuan 1 Keluarga Ny.M agar mampu 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
asuhan keperawatan memahami materi yang untuk menerima materi
selama 1 x disampaikan 2. Identifikasi kemampuan menjaga
Kunjungan, 2 Keluarga Ny.M mampu kebersihan diri dan lingkungan
keluarga dan klien menjaga kebersihan diri maupun 3. Praktekan bersama keluarga cara
mampu menerapkan lingkungan menjaga kebersihan diri dan
pola hidup bersih 3 Keluarga Ny.M agar mampu lingkungan
dan sehat menerapkan kebersihan 4. Jelaskan masalah yang dapat timbul
lingkungan maupun kebersihan akibat tidak menjaga kesehatan diri
diri dan lingkungan
4 Keluarga Ny.M mampu 5. Ajarkan carsa menjaga kebersihan
memahami akibat tidak menjaga diri dan lingkungan
diri dan lingkungan
5 Keluarnga Ny,M mampu
menjaga lingkungan dan
kebersihan diri

VI. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga


Hari/Tanggal Pukul Implementasi Evaluasi
13

Kamis 7 16:00 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S:


Oktober 2021 WIB kemampuan menerima informasi - Ny.M dan keluarga mengatakan mampu memahami
2. Menyediakan materi dan media pengertian Diabetes tanda dan gejala Diabetes melitus
pendidikan kesehatan - Ny,M mengatakan masih suka mengomsumsi makanan yang
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan manis secara berlebihan
sesuai kesepakatan O:
4. Menjelaskan faktor dan resiko yang - Keluarga dapat menjawab ketika ditanya tentang tanda dan
dapat mempengaruhi kesehatan gejala diabetes melitus
5. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan - Keluarga mampu memahami faktor dan resiko yang dapat
sehat mempengaruhi kesehatan klien
A: Belum teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,4,5
Kamis 7 16.33 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S: -
Oktober 2021 kemampuan untuk menerima materi O:
2. Mengidentifikasi kemampuan menjaga - Klien dan Keluarga klien belum mampu menjaga kebersihan
kebersihan diri dan lingkungan lingkungan
3. Mempraktekan bersama keluarga cara - Klien dan keluarga mampu memahami materi yang
menjaga kebersihan diri dan disampaikan
lingkungan A: Belum Teratasi sebagian
13

4. Menjelaskan masalah yang dapat P: Lanjutkan Intervensi 2,3,4,5


timbul akibat tidak menjaga kesehatan
diri dan lingkungan
5. Mengajarkan cara menjaga kebersihan
diri dan lingkungan
13

BAB 3
PENUTUP

.1 Kesimpulan
Keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh
hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum
yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling
ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan
mempertahankan budaya meningkatkan pertumbuhan fisik, mental emosional
serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.
Struktur Kekuatan Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit
tergantung pada kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual)
dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga
.2 Saran
Dalam melakukan perawatan hendaknya dengan hati-hati, cermat dan teliti
maka akan mempercepat proses penyembuhan. Perawat perlu mengetahui tanda
gejala, perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan
sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional
pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan
keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian
asuhan eperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang penyakit, penyebab, pencegahan, dan penanganan.
13

DAFTAR PUSTAKA

Achjar,K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta:


Sagung Seto
Allender, JA & Mc.Farlane.J.M.2000. Community as Partner, Theory and
Practice Nursing. Philadelpia : Lippincott
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000. Community Health and Nursing,
Concept and Practice. Lippincott : California.
Carpenitto, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC
Friedman,M.M.1998. Family Nursing Research Theory and Pratice, 4th
edition. Connecticut : Aplenton
Iqbal, Wahit dkk. 2005. Ilmu Keperawatan 2 Teori dan Aplikasi dalam
Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.
Jakarta: EGC
Basri, M., Harastuti., & Rahmatia. (2018). Hubungan Status Nutrisi dan
Kecemasan dengan Proses Penyembuhan Luka Diabetes Melitus di Ruang Rawat
Inap Bedah RSUD BARRU. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Volume 12
Nomor 5 (476-481).
Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 Vol.2. Jakarta: EGC.
Chiptarini, I. F. D. (2014). Gambaran Pengetahuan dan Perilaku tentang
Penatalaksanaan DM pada Pasien DM di Puskesmas Ciputat Timur. Skripsi FK –
UIN Jakarta.
Corwin. (2009) Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.
Damayanti. (2015). Diabets Melitus dan penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Dinas Kesehatan Kota Samarinda. (2016). Laporan Kunjungan (LBI) DM
Kota Samarinda Tahun 2015. Samarinda: Dinas Kesehatan Kota Samarinda.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. (2016). Profil Kesehatan
Provinsi Kalimantan Timur 2016. Samarinda: Dinas Kesehatan KalimantanTimur.
Dunning, T. (2014). Care Of People With Diabetes: A Manual Of Nursing
Practice (4th ed). Australia: Victoria.

Anda mungkin juga menyukai