Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI

Disusun oleh:

FITRI AMELIA 1611110364


M. ZAINI 1611110509
SUCI MANDASARI 1611110571
INDAH PRATIWI 1611110616
YURI HARTIKA SARI 1611110623
NURFITRI RAHMAWATI 1611110637

DOSEN PEMBIMBING PRE KLINIK:


Ns. Yoza Saputra, S.Kep

DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN:


Rosniati Rio Ando, S.KM

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HIPERTENSI

Pokok Pembahasan : Penyakit tidak menular


Sub pokok pembahasan : Hipertensi
Sasaran : Pasien Puskesmas Payung Sekaki
Hari/tanggal : Jumat, 29 November 2019
Waktu : 20 Menit
Tempat : Aula Puskesmas Payung Sekaki
Penyuluh : Mahasiswa Praktik Klinik Fakultas Keperawatan UR
A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, pengunjung puskesmas mengetahui tentang
penyakit hipertensi beserta penanganannya.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 20 menit, diharapkan sasaran penyuluhan dapat
mengetahui tentang:
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Dampak hipertensi
5. Pencegahan hipertensi
6. Penanganan hipertensi
C. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Media
1. Leaflet
E. Materi Penyuluhan (Terlampir)
1. Menjelaskan pengertian hipertensi
2. Menjelaskan penyebab hipertensi
3. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
4. Menjelaskan penatalaksanaan hipertensi
F. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan penyuluhan disajikan dalam tabel sebagai berikut:
No Kegiatan Waktu Penyuluh Peserta
1 Pendahuluan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Menyimak
pembuka
c. Mendengarkan dan
b. Memperkenalkan diri
c. Menyampaikan tujuan menjawab pertanyaan
penyuluhan

1
d. Kontrak waktu penyuluhan
2 Pelaksanaan 10 menit a. Penyampaian garis besar a. Mendengarkan dengan
materi penuh perhatian
1. Pengertian hipertensi b. Menanyakan hal-hal
2. Penyebab hipertensi
yang belum jelas
3. Tanda dan gejala
c. Memperhatikan
hipertensi
jawaban dari
4. Dampak hipertensi
5. Pencegahan hipertensi penceramah/penyuluh
6. Penanganan hipertensi
b. Memberikan kesempatan
lansia untuk bertanya
c. Menjawab pertanyaan
d. Melakukan evaluasi
3 Penutup 5 menit a. Menyimpulkan kesimpulan a. Mendengarkan dengan
dari materi penuh perhatian
b. Salam penutup b. Menjawab salam
c. Kontrak waktu penyuluhan
berikutnya.

G. Pengorganisasian Kelompok
a. Moderator/MC
1. Yuri Hartika Sari
b. Pemateri:
1. M. Zaini
2. Indah Pratiwi
c. Fasilitator:
1. Suci Mandasari
2. Fitri Amelia
d. Observer:
1. Nurfitri Rahmawati

H. Setting Tempat
Ruang Tunggu Pasien Puskesmas Payung Sekaki

I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Media sudah disiapkan yaitu leaflet mengenai hipertensi
b. Materi sudah siap dalam melakukan penyuluhan

2
c. Kewajiban pengorganisasian
1) Moderator/MC
 Mampu menjalankan/memimpin jalannya acara dengan baik
2) Penyaji
 Mampu menyampaikan tujuan penyuluhan secara jelas
 Mampu menjelaskan materi secara sistematis
 Mampu menggunakan bahasa yang sesuai dengan audience
 Mampu menjawab pertanyaan dari peserta
3) Fasilitator
 Mampu memfasilitasi sasaran
4) Observer
 Mampu mengukur ketepatan waktu
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan dapat
memahami materi penyuluhan yang diberikan
b. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang disampaikan
c. Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran
d. Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan selama kegiatan berlangsung
3. Evaluasi Hasil
Tercapai atau tidaknya tujuan umum dan tujuan khusus penyuluhan
a. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali pengertian, penyebab, tanda dan
gejala hipertensi mencapai 80%
b. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali dampak hipertensi mencapai 75%
c. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali pencegahan dan penanganan
hipertensi mencapai 75%

3
LAMPIRAN

HIPERTENSI

A. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu
lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013). Peningkatan tekanan
darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginja,
jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai
(Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam
masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh
terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia (Shanty, 2011).

B. Penyebab Hipertensi
1. Stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam,
rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan
patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika
Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau
rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka (Depkes, 2006).

Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan
lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi
dengan sumber-sumber daya system biologis, psikologis dan social dari seseorang.
Dimana stress sangat berhubungan dengan hipertensi, hal ini diduga melalui saraf
simpatis yang meningkatkan tekanan darah intermintent. Apabila stress berlangsung

4
lama dapat mengakibatkan tingginya tekanan darah yang menetap (Muahmmadum,
2010).

2. Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah
tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan
denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok
pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada
pembuluh darah arteri (Depkes, 2006).

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat


dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis (Pinzon R, 2004).

Menurut Depkes RI (2009), telah dibuktikan dalam penelitian bahwa dalam


satu batang rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya termasuk 43 senyawa.
Bahan utama rokok terdiri dari 3 zat, yaitu :
a) Nikotin, merupakan salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan
sirkulasi darah dengan adanya penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut
jantung, pengerasan pembuluh darah dan penggumpalan darah.
b) Tar dapat mengakibatkan kerusakan sel paru-paru dan menyebabkan kanker.
c) Karbon Monoksida (CO) merupakan gas beracun yang dapat menghasilkan
berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen (Depkes, 2009).
3. Konsumsi garam berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan


di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (essensial) terjadi respon
penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang,
ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam
sekitar 7-8 gram tekanan rata-rata lebih tinggi (Depkes, 2006).

5
Almatsier (2006) menyatakan bahwa natrium adalah kation utama dalam
cairan ekstraseluler. Pengaturan keseimbangan natrium dalam darah diatur oleh
ginjal. Sumber utama natrium adalah garam dapur atau NaCl, selain itu garam
lainnya bisa dalam bentuk soda kue (NaHCO3), baking powder,natrium benzoate
dan vetsin (monosodium glutamate). Kelebihan natrium akan menyebabkan
keracunan yang dalam keadaan akut menyebabkan edema dan hipertensi. WHO
menganjurkan bahwa komsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih 6 gram/hari
setara 110 mmol natrium (Almatsier, 2006).

C. Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Martuti, (2009). Hipertensi berat biasanya akan menimbulkan keluhan yang
sangat nampak yaitu : sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, napas pendek
(terengah-engah), gelisah, pandangan mata kabur dan berkunang-kunang, emosional, telinga
berdengung, sulit tidur, tengkuk terasa berat, nyeri kepala bagian belakang dan di dada, otot
lemah, terjadi pembengkakan pada kakai dan pergelangan kaki, keringat berlebihan, denyut
jantung yang kuat, cepat atau tidak teratur, impotensi, pendarahan di urine, bahkan mimisan.
Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada penderita hipertensi menurut Nurarif , (2013) yaitu :
1. Tidak ada gejala
Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan perubahan kondisi tubuh.
Seringkali hal ini yang menyebabkan banyak penderita hipertensi terlalu mengabaikan
kondisinya karena memang gejala atau keluhan yang tidak dirasakan.
2. Gejala yang lazim
Gejala yang lazim pada penyakit hipertensi adalah nyeri kepala dan kelelahan. Beberapa
penderita yang memerlukan pertolongan medis karena mereka mengeluh sakit kepala,
pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual, muntah, epistaksin, kesadaran
menurun.

D. Komplikasi Hipertensi

6
Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari stroke, infark miokard,
gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan pregnancy- included hypertension (PIH)
(Corwin, 2005).

1. Stroke

Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24
jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan
peredaran darah. Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan
oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal
pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak
yang mengalami oklusi (Hacke, 2003).

Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri-
arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisma (Corwin, 2005).

2. Infark miokardium

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi
dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko pembentukan bekuan
(Corwin, 2005).

3. Gagal ginjal

7
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian yang menuju ke
kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena
penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA) (Chung,
1995). Menurut Arief mansjoer (2001) hipertensi berisiko 4 kali lebih besar terhadap
kejadian gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami hipertensi
(Mansjoer, 2001).

4. Ensefalopati (kerusakan otak)

Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna


(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang intersitium
diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat
menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian mendadak.
Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali
terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi
(Corwin, 2005).

E. Penatalaksanaan Hipertensi

Hipertensi dapat ditatalaksana dengan menggunakan perubahan gaya hidup atau dengan
obat-obatan. Perubahan gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak
melebihi seperempat sampai setengah sendok teh atau enam gram perhari, menrunkan berat
badan yang berlebih, menghindari minuman yang mengandung kafein, berhenti merokok,
dan meminum minuman beralkohol. Penderita hipertensi dianjurkan berolahraga, dapat
berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 kali per
minggu. Cukup istirahat (6-8 jam) dan megendalikan istirahat penting untuk penderita
hipertensi. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah
sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2013)

1. Makanan yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi, seperti otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih.

8
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium, seperti biskuit, kreker,
keripik, dan makanan kering yang asin.
3. Makanan yang diawetkan, seperti dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang.
4. Susu full cream, margarine, mentega, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang
tinggi kolesterol seperti daging merah sapi atau kambing, kuning telur, dan kulit ayam.
5. Makanan dan minuman dalam kaleng, seperti sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan kaleng, dan soft drink.
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco, serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan tape.

Jenis-jenis obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 untuk terapi farmakologis
hipertensi: (Yogiantoro, 2009)

1. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant).
2. Beta Blocker (BB).
3. Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB).
4. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI).
5. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT, receptor antagonist or blocker (ARB).

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, S. Kep.,Ns & Hardhi Kusuma, S. Kep.,Ns. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Mediaction Jogja: Jl.
Ring Road Barat, Godegan, Kasihan Bantul, Jogjakarta

9
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kemenkes RI.

Muhammadun. 2010. Hidup Bersama hipertensi. In Books : Yogyakarta

Pinzon R., Widyo K., Asanti L., Sugianto. 2008. Profil Hipertensi Pada Pasien Stroke Hemoragi.
Medicinus. Jakarta.
http://www.dexamedica.com/images/publication_upload090109170636001231472906ME
DICINUS_NOV_DES%2708.pdf.

Shanty, Meita. 2011. Silent Killer Deseases. Yogyakarta : Javalitera.

10

Anda mungkin juga menyukai