Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan
yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial
yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan
pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan
diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu
berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan
hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak
positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan
seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan
bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku pasien atau
klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi
aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan
pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan
uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead,
1989).
Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan
dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan
terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong
anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan
penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien
selama berada dalam kelompok.
I.2. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Terapi Aktivitas Kelompok serta dapat
mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
arahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.
(Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia)
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok
untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal.
2.2 Tujuan Terapi Kelompok
Terapi kelompok mempunyai tujuan therapeutic dan rehabilitasi.
a. Tujuan umum
1. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing)
2. Membentuk sosialisasi
3. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensif
(bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan efektif.
b. Tujuan khusus
1. Melatih pemahaman identitas diri
2. Penyaluran emosi
3. Meningkatkan keterampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari
4. Bersifat rehabilitative : Pasien-pasien rehabilitatif adalah mereka yang
telah sembuh secara medis, tetapi perlu disiapkan fungsi dan kemampuan
untuk persiapan mandiri

dan sosial ditengah masyarakat. Dari segi

rehabilitasi terapi kelompok bertujuan meningkatkan kemampuan ekspresi


diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan
meningkatkan pengetahuan tentang masalah-masah kehidupan dan
pemecahannya.

Indikasi dan kontradiksi


Semua pasien rehabilitasi perlu mendapatkan terapi kelompok kecuali mereka
yang mengalami :
1.
2.
3.
4.
5.

Psikopat dan Sosiopat


Selalu diam dan/atau autistik
Delusi yang tidak terkontrol
Klien yang mudah bosan
Pasien rehabilitasi ambulatory yang tidak termasuk psikosis berat, tidak
menunjukkan gejala regresi dan halusinasi dan ilusi yang berat dan orang-orang

dengan kepribadian sciozoid serta neurotic.


6. Pasien dengan ego psiko patologi berat yang menyebabkan psikotik kronik
sehingga menyebebkan tolerasi terhadap kecemasan rendah dan adaptasi yang
kurang.
2.3 Sasaran dan Keanggotaan
Pada umumnya yang menjadi sasaran dari terapi kelompok adalah yang memiliki
masalah yang sama. Dalam psikoterapi yang intensif kelompok yang heterogen
lebih menguntungkan dimana anggotanya terdiri dari berbagai macam kelompok
umur, jenis kelamin dan kepribadian. Sedangkan kelompok psikoterapi yang lain
adalah kelompok homogen yang anggotanya mempunyai kebiasaan yang sama
misalnya

alcoholism,

homosexual,

ada

kecenderungan

setiap

anggota

mendiskusikan masalah yang sama atau mendukung anggota lainnya.


Keanggotaan sebuah terapi kelompok mempunyai beberapa persyaratan:
1. Sudah ada diagnosa atau satu hasil observasi yang jelas.
2. Sudah tidak terlalu gelisah, agresif, incoherent, dan waham yang tidak terlalu
berat sehingga dapat kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya terapi
kelompok.
Persyaratan bagi pasien rehabilitasi: perlu ditentukan target kelompok untuk
setiap anggota disamping adanya target terapi yang bersifat kelompok. Target
kelompok untuk setiap bulannya adalah:

1. Selama rehabilitasi anggota didorong, mereka yang bersifat pasif perlu


dibangkitkan.
2. Selama rehabilitasi anggota didorong untuk mengikuti aktivitas yang lebih
baik atau lebih terampil.
3. Sesudah rehabilitasi targetnya adalah bagaimana agar anggota bias
menghadapi hidup sosial dengan keluarga dan teman sekerja serta
masyarakat umum.
4. Perlu adanya rating scale bagi setiap pasien untuk mencapai target.
Untuk terapi kelompok dirumah sakit jiwa dianjurkan untuk:
1. Tidak terlalu ketat dalam teknik terapi.
2. Diagnose pasien dapat bersifat heterogen.
3. Tingkat kemampuan berpikir dan pengalaman hendaklah setaraf.
Jumlah Anggota dan Komposisi dalam Terapi Kelompok
1. Menurut Dr.Wartono (1976): kelompok dengan cara verbalisasi biasanya
7-8 anggota merupakan jumlah yang ideal. Sedangkan jumlah minimum 4
dan maksimum 10.
2. Menurut caplan (1971): Besarnya anggota kelompok terdiri dari 7-9
anggota (pria dan wanita) memungkinkan anggota berada dalam rasa atau
suku, latar belakang sosial dan pendidikan sehingga mirip dengan
kehidupan nyata.
3. Menurut Johnson (1963): Therapi kelompok sebaiknya tidak lebih dari 8
anggota karena interaksi dan reaksi interpersonal yang terbaik terjadi pada
kelompok dengan jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaan lebih dari 10,
maka komunikasi sulit untuk difokuskan, sedangkan jika anggota kurang
dari 4, maka akan terlalu banyak tekanan yang dirasakan oleh anggota
sehingga anggota merasa lebih terekspos, lebih cemas, dan sering kali
bertingkah laku irasional.
2.4 Mekanisme dalam terapi kelompok
Setelah pasien berkumpul, mereka duduk berkeliling kemudian therapist
memperkenalkan dirinya terlebih dahulu dan co-therapist. Setelah itu anggota
kelompok dipersilahkan memperkenalkan dirinya secara bergiliran dan

apabila klien tidak mampu maka therapist membantu memperkenalkannya.


Therapist kemudian menerangkan maksud dan tujuan serta prosedur terapi
kelompok juga masalah yang akan dibicarakan.
Topik atau masalah bisa ditentukan oleh therapist atau atas usulan
pasien. Selain itu juga ditetapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa
saja, bebaskan juga untuk mengkritik termasuk mengkritik therapist, therapist
sendiri sebaiknya bersikap moderat dan menghindari kata yang dianggap
sebagai perintah.
Jika terjadi bloking atau kemacetan ditengah-tengah proses terapi,
maka therapist dapat membiarkan sementara tetapi jangan terlalu lama karena
dapat menimbulkan kecemasan yang tinggi, sehingga therapist perlu
mencairkan bloking tersebut dengan berbagai cara sesuai dengan kondisi
kelompok pada saat itu.
Agar proses kelompok dapat berjalan dengan lancer maka:
1. Individu harus diterima sebaik-baiknya sebagaimana adanya.
2. Pembatasan yang tidak perlu hendaknya dihindarkan.
3. Pernyataan (ekspresi) verbal yang tak tertahankan dibiarkan keluar.
4. Reaksi-reaksi dalam interaksi kelompok dinilai.
5. Pembentukan kelompok harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
anggota secara perorangan.
Tugas Therapist
1. Membentuk dan mempertahankan kelompok.
2. Membentuk budaya dalam kelompok.
3. Membentuk norma kelompok atas dasar keahlian dan keteladanan. Norma
kelompok itu antara lain pemantapan diri, norma prosedural, pentingnya
kelompok, dan anggota sebagai agen penolong.
Agar Perilaku Therapist Efektif, maka:
Secara umum : Seorang therapist harus penuh perhatian, penerimaan, empati,
dan ketulusan.

Secara khusus :

Mendengarkan,

mengamati,

member

umpan

balik,

menghubungkan, konfrontasi, menanyakan, memiliki untuk


melihat proses, meringkas, dan bertanggung jawab.

Sedangkan gaya therapist diharapkan dapat efektif dalam proses terapi


kelompok:
1. Therapist hedaknya bersikap tegas dan cepat didalam mengambil
keputusan dan dalam waktu yang sama mengemukakan alasan tentang
tindakan tersebut.
2. Pada waktu ada kekacauan, therapist harus dapat bertindak cepat, tegas,
dan bila perlu meminta agar pasien yang mengacau dipersilahkan keluar
tetapi kelompok berjalan terus.
3. Setelah terjadinya insiden hendaknya therapist mendiskusikan hal tersebut
dengan anggota yang tinggal.
4. Self disolomsm mengenai perasaan yang kontradiktif dapat dipakai
sebagai model.
5. Tujuan terapi kelompok akan bermanfaat apabila semua perasaan yang
timbul dalam kelompok dikemukakan.
2.5 Pelaksanaan Terapi Kelompok
Tahap-tahap Terapi Kelompok
a. Peran serta anggota kelompok terutama diwujudkan dalam bentuk:
- Perkenalan: Masing-masing anggota kelompok memperkenalkan diri.
- Pembentukan Agenda: Masing-masing anggota mengemukakan problem
-

yang dihadapi sebagai agenda.


Konfidensilitas: Therapist memberikan informasi bahwa masing-masing
anggota secara bebas mengajukan masalahnya, dan kerahasiaannya

terjamin untuk tidak diketahui orang lain diluar kelompok.


Menggali ide-ide dan peranan yang muncul dalam kelompok.
Tahap Transisi: Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan therapist dalam
kepekaan waktu, melihat pola perilaku anggota dan mengenal suasana
emosi didalam kelompok.
1) Tahap kerja kelompok yang sesungguhnya
2) Tahap Terminasi

b. Yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok.


1. Repentansi (kehadiran pasien) kehadiran secara fisik dan psikologis
2. Interview awal (sebelum therapy kelompok, anamnese yang konkrit
dan jelas).
3. Penampilan anggota kelompok (sebaiknya yang memenuhi syarat
untuk mengikuti therapy kelompok: pasien tiidak dalam krisis, tidak
sangat takut bicara, tidak efektif dalam hubungan antar pribadi, dan
tidak terlalu banyak minta perhatian.
c. Tugas-tugas therapist kelompok
1. Membentuk dan mempertahankan kelompok.
2. Membentuk budaya dalam kelompok.
3. Membentuk norma kelompok, atas dasar keahlian dan keteladanan.
Norma kelompok antara lain: Pemantauan diri, pembukaan diri, norma
prosedural, pentingnya kelompok dan anggota kelompok sebagai agen
penolong.
d. Contoh peerapanterapi kelompok untuk pasien rawat inap.
1. Untuk pasien rawat inap umumnya dengan sesi tunggal: Dalam hal ini
therapist harus berpikir bahwa kelompok hidup dalam satu sesi, karena
itu therapist harus lebih aktif dibandingkan dengan kelompok untuk
pasien rawat jalan dengan sesi bersambung (enam atau delapan kali
pertemuan).
2. Untuk pasien tipe ini bentuk therapy harus terstuktur dengan jelas,
therapist harus menerangkan dengan jelas apa saja yang seharusnya
dan sebaiknya dilakukan pasien dalam kelompok.
3. Bentuk struktur:
a) Tempat pertemuan adalah ruangan yang mempunyai pintu yang
dapat ditutup.
b) Kelompok disusun dalam bentuk lingkaran.
c) Waktu harus tepat.
d) Sebelum terapi selesai anggota tidak diperkenankan keluar.
e) Kelompok diawali dan diakhiri dengan tepat.
e. Orientasi dan persiapan.
1. Pada menit-menit pertama dipakai untuk pengenalan dan persiapan
bagi anggota baru.
2. Penyampaian secara singkat.
3. Secara bergiliran pasien/anggota diminta untuk mengemukakan
masalah yang ingin diselesaikan.

4. Mempersiapkan

anggota

lama

dapat

berperan

serta

didalam

mempersiapkan terapi kelompok dengan persiapkan ini penting sekali


untuk mengatasi adanya jarak antara therapist dengan pasien.
5. Prosedur yang ajeg dan koheren dalam terapi kelompok harus
diperhatikan, dengan rincian: Menit pertama untuk persiapan, Definisi
Tugas, Mengisi Tugas, Mengakhiri pertemuan.

Tugas Therapist
Untuk mencapai tujuan dari terapi kelompok baik yang terapeutik
maupun rehabilitative terapi ataupun pemimpin kelompok hendaknya mampu:
1. Mengembangkan kejujuran di antara anggota kelompoknya
2. Menimbulkan rasa saling menghormati dan saling menerima diantara
anggota kelompok
3. Mampu mengontrol tingkah laku yang tidak dapat di terima anggota
kelompoknya
4. Mengarahkan anggota kelompok untuk beradaptasi dengan semua anggota
5. Membawa anggota kelompok untuk mampu mengemukakan masalah
mendengarkan keluihan-keluhan dan memberikan saran terhadap keluhan
tersebut
6. Tidak membeda-bedakan anggota kelompok
7. Menjalin hubungan dengan anggota dan antar anggota
8. Melibatkan diri dalam kelompok dan memberikan perhatian penuh

Peran Therapist Secara Umum


Sebagai

katalisator:

mempermudah

komunikasi

dan

interaksi;

regulator mengarahkan proses kearah yang bermanfaat; Auxiliary ego: sebagai


penopang bagi anggota yang ego nya terlalu lemah. Therapist sebaiknya
mengusahaakna terciptanya suasana yang tingkat kecemasannya sesuai,

sehingga klien diharapkan mampu membuka diri dalam kelompok dan tidak
mempertahan mekanisme kopingnya. Hal tersebut terjadi karena awal
therapist kelompok klien dihadapkan dengan orang lain.

Focus Terapi Kelompok


1. Orientasi Realitas; orientasi terhadap waktu, tempat,dan orang dengan
karakteristik: klien dengan gangguan orientasi realita yang dapat
berinteraksi, klien yang kooperatif, dapat berkomunikasi verbal dengan
baik dan kondisi fisik dalam keadaan sehat.
2. Sosialisasi; untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
dengan karakteristik: klien yang kurang minat mengikuti kegiatan atau
tidaka ada inisiatif, menarik diri dan kurang kegiatan sosial, harga diri
rendah, klien gelisah, curiga, takut, cemas, dan sudah dapat membina terus
mau berinteraksi dengan sehat fisik
3. Stimulasi persepsi; membantu klien yang mengalami kemunduran
orientasi dengan karakteristik: klien dengan gangguan persepsi, menarik
diri dengan realitas, inisiatif, dan kurang ide, kooperatif, sehat fisik, dan
dapat berkomunikasi verbal.
4. Stimulasi Sensori; membantu klien yang mengalami kemunduran sensoris.
Karakteristik: kooperatif, mengalami kemunduran sensoris, sehat fisik,
bicara jelas, waham/ halusinasi terkontrol, mau ikut kegiatan.
5. Penyaluran energy: untuk menyalurkan energy secara konstruktif.
Karakteristik: klien dengan perilaku agresif , potensial amuk, hiperaktif,
sehat fisik, dan kooperatif.

Hal lain yang diperhatikan dalam praktik:


1. Mendorong perilaku pasien agar perilakunya diterima oleh anggota lain
dan mengendalikan tingkah laku sebaliknya.
2. Terimalah pasien secara serius.
3. Jangan memberikan perilaku self defeating.

4. Therapist memberikan kerangka kerja untuk menerima tingkah laku yang


5.
6.
7.
8.

tidak disukai.
Perlakuan pasien dengan penghargaan.
Mencari resolusi jika tidak terjadi konflik.
Cari cara memperlunak bila terjadi kemarahan.
Keteladanan therapist penting.

Tahap-tahap dalam Therapy Kelompok


Tahap1: tahap ini dimana therapist membentuk hubungan kerja dengan para
anggota kelompok. Tujuan ialah agar para anggota saling mengenal,
mengetahui tujuan serta membiasakan diri untuk melakukan diskusi
kelompok.
Tahap2: terutama tercapainya transference dan perkembangan identitas
kelompok. Transference ialah suatu perilaku atau keinginan seorang pasien
(misalnya si A) yang seharusnya ditujukan kepada seseorang lain (misalnya si
B) terapi dialihkan kepada orang lain lagi ( si C, misalnya therapist).
Contoh;perilaku seorang pasien yang seharusnya ditujukan kepada orangtua
nya tapi di dalam kenyataannya dialihkan kepada therapist. Perkembangan
identitas kelompok ialah tercapainya suatu sense of belonging atau rasa
menyatu dan berdasarkan kesatuan itu mereka merasa mempunyai kesamaan
dalam problem atau kesamaan dalam komplik ini makin memberikan ikatan
diantara kelompok.
Tahap3: disebut tahap mutualisis (saling menganalisa), yaitu setiap orang akan
mendapat informasi atau reaksi atas apa yang sudah dikemukakan. Dengan
mendapat reaksi yang bermacam-macam, maka kelompok juga dapat
mengambil kesimpulan reaksi mana yang benar. Dengan demikian setiap
orang akan mendaptkan koreksi atau kesan kelompok secara umum atas
tingkah lakunya.

Tahap Perkembangan Kelompok Berdasarkan Perasaan Peserta


Menurut Jidith Haber perkembangan kelompok dibagi menjadi 4 tahap:
1. Tahap ketidakpastian; pada fase ini terdapat banyak keluhan yang
dirasakan oleh anggota kelompok diantaranya keraguan-keraguan,
perasaan tidak cocok di antara anggota, rasa permusuhan terhadap
pemimpin. Pada fase ini anggota sering merasa bahwa setiap komentar
interprestasi pemimpin adalah kritikan terhadap mereka, sehingga
pemimpin harus sering mengingatkan pada kelompok bahwa yang
dikatakannya hanyalah suatu komentar bukan suatu kritikan.
2. Tahap Overagresif; pada fase ini perselisihan sering diabaikan oleh
kelompok dan pemimpin. Rasa tertarik mulai muncul pada anggota
kelompok yang sekaligus merupakan membawa rasa takutr bagi mereka.
Rasa tertarik ini mungkin merupakan awal terbentuknya suatu hubungan
intim, dan hal ini merupakan suatu yang dibenci oleh sebagian besar klien
dengan terapi kelompok.
3. Tahap Regresi; regresi tidak muncul dari suatu keinginan untuk
memanipulasi orang lain secara sponta. Pertama anggota merasa cemas
dan ada keinginan untuk meninggalkan anggota yang regres. Sehingga
saat ini penting bagi pemimpin untuk bertindak dan menanyakan pada
anggota yang mengalimi regres tentang apa yang dialaminya sehingga
memudahkan pemimpin untuk mengarahkan perilaku kepada kenyataan.
4. Tahap Adaptasi; pada tahap ini anggota kelompok mulai menerima
anggota lain terhadap kelemahan dan kecacatan, sementara tingkah laku
kepada yang lainnya dapat diterima. Hal ini tidak berarti anggota-anggota
dalam fase ini tidak merespon kepada yang lain secara irasional, jika hal
ini terjadi, keefektifan terapi kelompok akan menurun secara drastic,
dengan demikian pemimpin harus mengontrol kelompok tersebut secara
terus menerus sehingga komplik akan terhindari.
Peran Perawat Dalam Terapi Kelompok

1. Bertindak sebagai moderator atau pengawas diskusi kelompok.


2. Mengevaluasi diskusi kelompok untuk menambah pengalaman terapi
3.
4.
5.
6.

kelompok.
Mengadakan pendekatan pada kelompok secara efektif.
Memotivasi penderita agar aktif dalam kegiatan yang dilakukan.
Menciptakan suasana terapeutik.
Memberikan kesempatan pada penderita untuk bekerja sama antara

penderita dengan penderita dengan perawat.


7. Memberikan bimbingan dan pengarahan pada penderita yang pasif dan
hiperaktif.

Keuntungan Terapi Kelompok


1. Dapat mengobati klien dalam jumlah banyak.
2. Anggota kelompok dapat mendiskusikan masalah-masalah mereka,
sehingga menurunkan perasaan terisolasi, perbedaan-perbedaan, dan
meningkatkan klien untuk berpartisipasi dan bertukar pikiran, masalah
dengan orang lain.
3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menggali gaya-gaya
berkomunikasi dari klien dalam lingkungan yang aman dan mampu
menerima umpan balik dari orang lain.
4. Anggota kelompok dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan
masalah serta dapat membantu memecahkan masalah orang lain.
5. Anggota kelompok dapat belajar perannya dalam kelompok (sebagai
anggota, pembantu therapist).
6. Kelompok dapat menimbulkan pemahaman/pengertian, konfrotasi,
identifikasi, kelompok rujukan.

Kekurangan Terapi Kelompok


1. Kehidupan pribadi klien tidak terlindungi.
2. Klien mengalami kesulitan dalam mengungkapkan masalahnya karena
berbeda keyakinan atau sulit dalam berkomunikasi, tidak mau
berubah.

3. Jika therapist menyelenggarakan secara individual

Metoda Terapi Kelompok


Menurut Robinson, metode terapi kelompok terbagi:
1. Kelompok Deduktif: metode ini mempunyai tujuan memberikan
pemahaman intelektual mengenai suatu masalah kepada anggota yang
mengikuti terapi kelompok dengan tekhnik pemberian materi
2. Kelompok sosial terapeutik: metode ini bermanfaat

untuk

menghasilkan identifikasi, dorongan, penerimaan, pemahaman dan


penentraman untuk orang-orang yang menderita penyakit fisik dan
emosional, misalnya terapi untuk alkoholik.
3. Kelompok inspirasi resperensi : metode ini meliputi berbagai bidang,
tetapi pada pokoknya bergantung pada seorang pimpinan yang kuat
dan otoriter, yang memberikan situasi yang tersusun tetap,
membangkitkan perasaan berkelompok dan respon kelompok.
4. Psikodrama : suatu metode dimana berbagai macam bentuk
kepribadian hubungan interpersonal, konflik-konflik dan problema
emosional, diekspresikan atau digali melalui dramatisasi.
5. Kelompok interaksi bebas; meliputi berbagai macam bentuk seperti
terapi kelompok analitik, analisa kelompok, dan terapi psikoanalitik
Faktor-faktor Yang Bersifat Kuratif dalam Terapi Kelompok
1. Imparting of Information ; penggunaan informasi yang telah
direncanakan terstruktur, disertai alat bantu pengajaran dengan
membahas topic-topik tertentu.
2. Instillation of Hope; membantu klien untuk mempertahankan
kejujuran dalam situasi terapeutik ditumbuhkan harapan-harapan
kearah optimistic sehingga klien yakin bahwa dirinya akan sembuh.
3. Universality; klien dijaga dari perasaan yang berbeda dari orang lain
dalam kelompok klien mulai merasa kuramg isolasi dan lebih
menyukai orang lain. Perasaan ini memberikan kekuatan pada klien

untuk belajar bahwa orang lain dalam kelompok memiliki masalahmasalah yang sama dalam dirinya.
4. Altruisme; proses dimana klien dibantu atau membantu orang lain,
tindakan membantu orang lain ini menjadi sifat terapeutik yaitu
meningkatkan rasa harga diri klien.
5. Development of Sosializing techniques; kemampuan bersosialisasi ada
kaitannya dengan keberhasilan hubungan interpersonal dimasyarakat.
Tekhnik-tekhnik yang dipergunakan dalam terapi kelompok untuk
mengembangkan kemampuan sosialisasi klien diharapkan setelah
berakhirnya terapi kelompok dapat memiliki kemampuan yang lebih
dalam sosialisasi dibandingkan dengan sebelumnya. Teknik ini adalah
role playing dan umpan balik.
6. Decoracting Recapitulation of Primary Family Group; klien didalam
terapi mempersepsikan anggota kelompok sebagai saudara-saudaranya
didalam suatu keluarga dan perilaku dari terapis dari orang tuanya.
7. Imitative Behaviour; yaitu mencontoh perilaku0perilaku yang sehat
dari anggota keluarga dari anggota lainatau terapis dan terus
dikembangkan.
8. Interpersonal Learning; hasil dari terapi kelompok dapat ditransfer
pada kelompok-kelompok lain.
9. Group Kohesive; membentuk solidaritas atau keterkaitan, merasa
memiliki dengan ungkapan kita dan bukan saja hal ini tergambar dari
kehadiran dalam kelompok dan keampuan untuk mengekspresikan
secara positif dan negative kepada orang lain tanpa integrasi
kelompok.
10. Catharis; yaitu mengekspresikan perasaan-perasaan melibatkan emosi
yang dalam

Evaluasi dalam terapi kelompok


a. Input
: persiapan, penyelesaian klien, tempat, dan setting ruangan
b. Proses
:
peran terapis disesuaikan dengan perencanaan

pelaksanaan kegiatan aktivitas kelompok


cara mengatasi masalah yang timbul
c. hasil
: dapat dinilai melalui format evaluasi
Evaluasi tersebut dapat kita ambil secara subjektif dan objektif. Secara
subjektif, anggota kelompok merasa telah menemukan tujuan hidupnya dalam
lingkup kelompok tersebut. Sedangkan secara objektif dapat dilihat perubahan
tingkah laku yang di alami yang merupakan hasil pengalaman mereka dalam
berkelompok dan sumbangan peran dalam anggota kelompok itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu
dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar
(Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam
berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk
membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam
kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan
dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
3.2 SARAN
Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok serta
dapat mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai