Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK


1. Tinjauan teoritis
A. Pengertian
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi &
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Febrianti,2013)
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing ( Ngastiyah,2010).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau
dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran
langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi
sujono&Sukarmin,2009).

B. Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum &
dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah suatu 
organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-anak
atau kalangan orang lanjut usia.

2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial. Organisme


seperti ini ialah suatu  aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus stapilococcus, ialah
bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.

3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat Ini ini
pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi
anatominya.

4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen penyebabnya,
kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan organisme perusak.( Reeves,
2001).

C. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya
penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg
menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus,  jamur, protozoa,
bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae

2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakter,
virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, &
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke
saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini
menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan
diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan
secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama
kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di
paru. Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran
cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus
menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract. (Nabiel,2014)
E. Pathway

Adhez,2013

F. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas
selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan
cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut,
kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan
penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada
stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya
nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut
dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi
yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin
hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah, 2005).
1. Pnemonia bakteri
Gejala :
a. Anoreksi
b. Rinitis ringan
c. Gelisah
Berlanjut sampai :
a.Nafas cepat dan dangkal
b.Demam
c. Malaise  (tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
2. Pnemonia Virus
Gejala awal  :
a. Rhinitis
b. Batuk
Berkembang sampai :
a. Ronkhi basah
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu
3. Pneumonia mikroplasma
Gejala :
a. Anoreksia
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Demam
Berkembang sampai :
a. Rhinitis alergi
b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak

G. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis ( meningkatnya
jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen
infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra
M, Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba
(Sandra M, Nettina 2001 : 684).

2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal
atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan
haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda
padat (Sandra M, Nettina, 2001).

H. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang
terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

I. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 liter per menit.
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk transport muskusilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
J. Pencegahan Pada Anak
1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang
berpotensi terjadinya penularan.
2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI.
4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan
sesak pada anak.
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

2. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian Fokus
1) Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
2) Keluhan utama
3) Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas, disertai
batuk ada secret tidak bisa keluar.
4) Riwayat penyakit sekarang
5) Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan
berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.
6) Riwayat penyakit dahulu
7) Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus yang
sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya
bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang
misalnya debu/ asap.
8) Riwayat penyakit keluarga
9) Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor keturunan
tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.

b. Pola Pengkajian
1) Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi sputum setiap
hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun
sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat
pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka
panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun,
serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot bantu pernafasan
(misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel), gerakan difragma
minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2) Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena leher (penyakit berat)
edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang
berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane mukosa :
normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, keletihan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
Keletihan.
Gelisah/ insomnia.
Kelemahan umum / kehilangan masa otot.
5) Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
Perubahan pola hidup.
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6) Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan

c. Intervensi Keperawatan

a) Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)


1) SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) (Tim Pokja, 2018):
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Batuk efektif 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


Memburuk Membaik
Frekuensi Napas 1 2 3 4 5
Pola Napas 1 2 3 4 5

SIKI (Standar intervensi Keperawatan Indonesia) (Tim Pokja, 2018):


Manajemen Jalan Napas(I.01011)

Observasi:
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,mengi,wheezing, ronkhi
kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik:

 Posisikan semi fowler dan fowler


 Berikan minum hangat
 Lakukan fisiotrapi dada
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen
Edukasi
 Aajarkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontra indikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian broknodilator, ekspektoran, mokolitik, jika perlu
b) Pola napas tidak efektif (D.0005)
1) SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) (Tim Pokja, 2018):
Pola Napas (L.01004)
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Dispnea 1 2 3 4 5
Penggunaan otot bantu napas 1 2 3 4 5
Pemanjangan fase ekspirasi 1 2 3 4 5
Ortopnea 1 2 3 4 5
Pernapasan pursed-lip 1 2 3 4 5
Pernapasan cuping hidung 1 2 3 4 5

2). SIKI(Standa Intervensi Keperawatan Indonesia) (Tim Pokja, 2018):


Edukasi Teknik napas dalam(I.12452)
Observasi:
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan penerimaan informasi
Terapeutik:
 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
 Jadwalakan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
 Jelaskan tujuan dan manfaat teknik napas dalam
 Anjurkan memposisikan tubuh senyaman mungkin
 Ajarkan melakukan inspirasi dengan menghirup udara melalui mulut mecucu secara
berlahan
 Demonstrasikan menarik napas selama 4 detik, menahan napas selama 2 detik, dan
menghembuskan napas selama 8 detik

c) Intoleran aktivitas (D.0056)


1) SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) (Tim Pokja, 2018): Toleransi
Aktivitas (L.05047)
Kriteria Hasil Menurun Cukup
Menurun
Sedang Cukup
Meningkat
Meningkat

Jarak Berjalab 1 2 3 4 5
Kekuatan tubuh bagian atas 1 2 3 4 5
Kekuatan tubuh bagian bawah 1 2 3 4 5
Toleransi menaiki tangga 1 2 3 4 5

Kriteria Hasil Memburuk Cukup


Memburuk
Sedang Cukup
Membaik
Membaik

Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
Frekuensi napas 1 2 3 4 5
EKG Iskemia 1 2 3 4 5

2). SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)


a. Terapi Aktifitas (I.05186)
Observasi:
 Identifikasi deficit tinkat aktivitas
 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
Terapeutik:
 Fasilitasi aktifitas fisik rutin
 Fasiltasi aktivias penganti saat mengalami keterbatasan waktu, energy, dan
gerak
 Libatkan dalam permainan kelompok yang tiak kompettif, struktur, dan aktif
 Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
Kolaborasi:  Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih

 Kolaborasi denganterapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor aktivitas


 Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas

d) Keletihan (D.0057)
1) SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesian) ( Tim Pokja, 2018):
Tingkat Keletihan(L.05046)
Kriteria Hasil Menurun Cukup
Menurun
Sedang Cukup
Meningkat
Meningkat

Verbalisasi kepulihan energy 1 2 3 4 5


Tenaga 1 2 3 4 5
Kemampuan melakukan 1 2 3 4 5
aktivitas rutin
motivasi 1 2 3 4 5

2) SIKI (Standar Intervensi Keperawtan Indonesia) (Tim Pokja, 2018):


Observasi

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


Teraupetik

 Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat


 Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi

 Jelaskan pentingkanya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin


 Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
 Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat
 Ajakan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.


jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-babii.html
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai