DISUSUN OLEH :
Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan ini dengan
judul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan
Diagnosa Medis Pneumonia di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Slyvanus
Palangkaraya” Laporan ini disusun guna melengkapi tugas PPK 2.
Laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis
ingin mengucapkan terimakasih.
Penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
2.1 Konsep Penyakit ISPA........................................................................................
2.1.1 Definisi ISPA.............................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisologi.......................................................................................
2.1.3 Etiologi......................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................................
2.1.5 Fatosiologi (WOC) ...................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis .....................................................................................
2.1.7 Komplikasi ...............................................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ..........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .............................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................................
3.1 Pengkajian .......................................................................................................
3.2 Diagnosa ..........................................................................................................
3.3 Intervensi .........................................................................................................
3.4 Implementasi ...................................................................................................
3.5 Evaluasi ...........................................................................................................
BAB 4 PENUTUP ....................................................................................................
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju
seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropa. Di AS misalnya, terdapat dua juta
sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata
45.000 orang. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor
tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas,
napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran
hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi
karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi
tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita
mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia
yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau
mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus). Bakteri yang umum
adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp,
Pseudomonas sp, virus misalnya virus influenza.
Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru. American Lung Association
misalnya, menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab
kematiannomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini
bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi
pneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian
ketujuh di negara itu. Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang
saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-
praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi
penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di
seluruh dunia.
Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh
karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian
anak.Pneumonia menyebabkan infeksi paru meradang. Kantung-kantung udara
2
dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh
tidak bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh,
penderita pneumonia bisa meninggal. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi
atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil melalui aliran darah (hematogen).
Sulit membedakan pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan
jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak. Pneumonia lobaris lebih sering
ditemukan dengan pertambahan umur. Pneumonia berat bisa terjadi hipoksemia,
hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas, sehingga
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien yang paling diutamakan (Setiawati,
2008). Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Normalnya elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan
dalam setiap kali bernafas. Penyampaian oksigen (O2) kejaringan tubuh ditentukan
oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis
(Rufaidah, 2005).
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi dapat dilakukan dengan beberapa metode
seperti menggunakan kateter nasal, kanul nasal, sungkup muka sederhana,
sungkup kantong rebreathing, sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
Nebulizer juga dapat diberikan pada orang yang mengalami gangguan sistem
pernapasan seperti batuk, pilek maupun obstruksi / penyumbatan saluran
pernapasan oleh mukus. Nebulizer cenderung diberikan pada bayi atau anak-anak
karena usia tersebut belum mampu mengeluarkan dahak secara optimal (Rufaidah,
2005). Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa
bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama
bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
Berdasarkan uraian tersebut penulis mempunyai keinginan untuk
mengangkat kasus Pneumonia dengan kebutuhan oksigenisasi pada Tn. R
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru
(alveoli). (DEPKES. 2006)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
(Zuh Dahlan. 2006)
Pneumonia adalah infeksi akut jaringan (parenkim) paru yang ditandai
dengan demam, batuk dan sesak napas. Selain gambaran umum di atas,
Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan
pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium). (Masmoki. 2007)
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.2.1 Rongga Hidung
Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang langsung
berhubungan dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya
udara melalui proses pernapasan. Selain itu hidung juga berfungsi untuk
mempertahankan dan menghangatkan udara yang masuk, sebagai filter dalam
membersihkan benda asing yang masuk dan berperan untuk resonansi suara,
sebagai tempat reseptor alfaktorius.
2.1.2.2 Faring
faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher.
2.1.2.3 Laring
Laring merupakan saluran pernapasan yang terletak antara orofaring dan
trakea , fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya udara, membersihkan
jalan masuknya makanan ke esofagus dan sebagai produksi suara.
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
1. Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
2. Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
2.1.2.4 Trakhea
Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru,
panjangnya sekitar 10-12 cm, setinggi servikal 6-torakal 5 Disebut juga batang
tenggorokan Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina.
2.1.2.5 Bronkus
Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang dua keparu-paru
kanan dan paru-paru kiri.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
diameternya.Bronkus kiri lebih horizontal, lebih panjang dan lebih sempit.
2.1.2.5.1 Bronkus
1. Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri Disebut bronkus lobaris kanan (3
lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
2. Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
3. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2.1.2.5.2 Bronkiolus
1. Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
2. Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
2.1.2.5.3 Bronkiolus Terminalis
1. Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
(yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
2.1.2.5.4 Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori Bronkiolus
respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalannapas konduksi dan
jalan udara pertukaran gas
2.1.2.6 Paru Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar berada pada
rongga dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh otot dan rusuk dan di
bagianb bawah di batasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut Terletak dalam rongga
dada atau toraks Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar Setiap paru mempunyai apeks dan
basis Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus Lobos-lobus tersebut terbagi lagi
menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
2.1.2.7 Alveolus
Merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggung
jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai kantong kecil terbuka pada salah
satu sisinya dan tempat pertukaran O2 dan CO2 Terdapat sekitar 300 juta yang
jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.
2.1.2.8 Pleura
Bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh membrane halus, licin, yaitu
pleura, yang juga meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan
permukaan superior diafragma. Pleura periatalis melapisi toraks, dan pleura
viselaris melapisi paru-paru.
Antara kedua pleura ini terdapat ruang, yang disebut spasium pleura, yang
mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan
memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi, (Syaifudin.
2011).
1. Terletak diantara paru dan dinding thoraks
2. Lapisan yang menyelimuti paru, terdiri atas 2 lapisan :
2.1.2.8.1 Lapisan Parietalis :
1. Menempel kuat pada dinding dada
2. Fungsi : memproduksi cairan pleura
2.1.2.8.2 Lapisan Viseralis :
1. Menempel kuat pada jaringan paru
2. Fungsi : mengabsorbsi cairan pleura
2.1.3 Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), etiologi pneumonia adalah
2.1.3.1 Bakteri
Bakteri adalah penyebab paling sering pneumonia di masyarakat dan
nosokomial. Berikut ini adalah bakteri-bakteri yang menjadi etiologi pneumonia
di masyarakat dan nosokomial:
1. Lokasi sumber masyarakat
Bakterinya adalah Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae,
Legionella pneumoniae, Chlamydida pneumoniae, Anaerob oral (aspirasi), dan
Influenza tipe A dan B.
2. Lokasi sumber nosokomial
Bakterinya adalah Basil usus gram negatif (Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae), Pseudomonas aeroginosa, Staphylococcus aureus, dan Anaerob
oral (aspirasi).
2.1.3.2 Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.
Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus
(RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan
bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia.
Berikut ini adalah virus yang dapat menyebakan terjadinya pneumonia:
1. Influenza virus
2. Adenovirus
3. Virus respiratory
4. Syncytial repiratory virus
5. Pneumonia virus
2.1.3.3 Mikoplasma
Mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling
umum. Mikoplasma merupakan organisme kecil yang dikelilingi oleh membran
berlapis tiga tanpa diding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus
tetapi berbeda dengan virus. Pneumonia mikoplasma sering terjadi pada anak-
anak yang sudah besar dan dewas muda.
2.1.3.4 Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia
(PCP). Berikut ini adalah protozoa yang dapat menyebabkan pnuemonia:
1. Pneumositis karini
2. Pneumonia pneumosistis
3. Pneumonia plasma sel
2.1.3.5 Penyebab Lain
Penyebab lain yang dapat menyebabkan pnuemonia adalah terapi radiasi,
bahan kimia, dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapt menyertai terapi radiasi untuk
kanker payudara atau paru, biasanya 6 minbbu atau lebih setelah pengobatan
selesai. Pneumonia kimiawi terjadi setelah mencerna kerosin atau inhalasi gas
yang mengiritasi.
2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Pneumonia yang didapat dari komunitas (community acquired pneumonia,
CAP): pneumonia yang didapatkan di masyarakat yaitu terjadinya infeksi
di luar lingkungan rumah sakit. Infeksi LRT yang terjadi dalam 48 jam
setelah dirawat di rumah sakit pada pasien yang belum pernah dirawat di
rumah sakit selama > 14 hari. (Buke, 2009)
2.1.4.2 Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (nosokomial): pneumonia yang
terjadi selama atau lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit. jenis ini
didapat selama penderita dirawat di rumah sakit (Farmacia, 2006). Hampir
1% dari penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan pneumonia
selama dalam perawatannya. Demikian pula halnya dengan penderita yang
dirawat di ICU, lebih dari 60% akan menderita pneumonia (Supandi,
1992)
2.1.4.3 Pneumonia aspirasi/anaerob: infeksi oleh bakteroid dan organisme anaerob
lain setelah aspirasi orofaringeal dan cairan lambung. Pneumonia jenis ini
biasa didapat pada pasien dengan status mental terdepresi, maupun pasien
dengan gangguan refleks menelan (Buke, 2009)
2.1.4.4 Pneumonia oportunistik: pasien dengan penekanan sistem imun (misalnya
steroid, kemoterapi, HIV) mudah mengalami infeksi oleh virus, jamur, dan
mikobakteri, selain organisme bakteria lain (Buke, 2009)
2.1.4.5 Pneumonia rekuren: disebabkan organisme aerob dan aneorob yang terjadi
pada fibrosis kistik dan bronkietaksis (Buke, 2009)
.
2.1.5 Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas
mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh
laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI,
1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan
menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada
dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi
noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk
(Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang
paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris
yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada
saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza
dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan
Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus
bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak
nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada
saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell,
1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan
juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi
sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-
bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah
terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran
nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun
sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan
jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri
khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas
sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA
sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas
(Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi
empat tahap,yaitu:
2.1.5.1 Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2.1.5.2 Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
2.1.5.3 Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
2.1.5.4 Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.
Bakteri
WOC Pneumonia
Terhirup/teraspirasi 12
Masuk ke paru-paru
vv
Masuk ke paru-paru
Pneumonia
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi gangguan
penciuman.
2.3.1.7.4 B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu
memonitor adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari syok.
2.3.1.7.5 B5 (Bowel)
Pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit, nyeri telan
pada tenggorokan.
2.3.1.7.6B6 (Bone)
Warna kulit kemerahan.
2.3.2 Dioagnosa
2.3.2.1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
ditandai dengan batuk ber secret. SDKI (D.0001 : Hal 18).
2.3.2.2 Hipertermia berhubungan dengan invasi mikroorganisme ditandai dengan kulit merah.
SDKI (D.0130 : Hal 284)
2.3.2.3 Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam memasukan dan mencerna
makanan ditandai dengan membran mukosa pucat. SDKI (D.0019 : Hal 56)
2.3.3 Intervensi
Diagnosa Intervensi
Bersihan jalan napas tidak efektif 1. Memberikan O2
2. Ajarkan pasien tehknik napas dalam
3. Anjurkan pasien
untuk istirahat dan napas dalam
4. Ajarkan pasien batuk
efektif
5. Posisikan pasien semi
fowler
6. Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan
7. Monitor status
hemodinamik
8. Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan
status O2
Pertahankan hidrasi yang adekuat
Defisit nitrisi 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Identifikasi makanan yang di sukai klien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor mual dan muntah
6. Anjurkan banyak minum
7. Lakukan oral hygiene
2.3.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja
sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim
perawatan (Setiadi, 2010).
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil atau formatif yang dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi proses atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan. Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan yang dilaksanakan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang di laksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah yang kontradiktif dengan
masalah yang ada
P : Pelaksanaan atau rencana yang akan di lakukan kepada klien
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Tn.R, Umur 70 Tahun, Jenis Kelamin Laki-laki, Suku Bangsa Dayak/Indonesia, Agama
Kristen, Pekerjaan Swasta, Pendidikan SMA, Status Perkawinan Menikah, Alamat Desa goha
Tgl 9 MRS Oktober 2020
Diagnosa Medis : Pneumonia.
3.1.1 Riwayat Kesehatan/Perawatan
1. Keluahan Utama
Pasien mengatakan’’saya merasa sesak nafas saat batuk”.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 9 oktober 2020 pasien mengalami sesak nafas
dan nyeri pada bagian dada. Pada tanggal 9 oktober 2020 pasien di bawa ke IGD RSUD
dr. Doris Sylvanus dengan keluhan sesak nafas, dan mual. Di IGD pasien mendapatkan
terapi infus NaCl 0,9% 16 tpm, injeksi ranitidine 50 mg (IV), nebulizer combivent +
flixotide, oksigen 2-3 lpm. Kemudian klien di pindahkan ke ruang Gardenia untuk
mendapatkan terapi selanjutnya.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan, seperti hipertensi, penyakit
diabetes melitus, , pasien tidak pernah dioperasi sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama, yang
di derita klien saat ini.
5. Genogram Keluarga 3 Generasi
Keteranga
n:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien (Tn. R)
: Tinggal serumah
: Garis Keturunan
: Meninggal
= 16,79 ( Kurus)
3.1.3.4 Kognitif
Pasien mengatakan mengetahui apa yang dialami pasien sekarang ini
Masalah keperawatan :tidak ada masalah.
3.1.3.5 Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri: pasien dapat menerima kondisinya, ideal diri: pasien ingin cepat
sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang laki- laki yang
berusia 70 Tahun yang sudah menikah,harga diri: pasien merasa dihormati dan
dihargai,Peran: pasien adalah seorang ayah dan sebagai kepala keluarga.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas, namun sesudah sakit klien
tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat setelah beraktivitas pasien merasa sesak,
Masalah Keperawatn: Intoleransi aktivitas
3.1.3.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada keluarga bila ada
masalah untuk mengurangi beban pikiran dan untuk mendapatkan solusi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.8 Nilai-Pola Keyakinan
Pasien mengatakan ia percaya penyakit yang diderita sekarang dapat di tangani
dengan bantuan tenaga medis.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.4 Sosial-Spritual
3.1.4.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik pada keluarga, petugas kesehatan dan
pasien yang ada diruangan.
3.1.4.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa Dayak.
3.1.4.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan pasien dan keluarga cukup baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan
oleh keluarga.
3.1.4.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien berhubungan baik dengan teman, petugas kesehatan maupun orang
lain.
3.1.4.5 Orang berarti/terdekat
Pasien sangat dekat dengan keluarga, anak, dan istrinya.
3.1.4.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama keluarga dan
beristirahat di rumah.
3.1.4.7 kegiatan beribadah
Sebelum sakit pasien beribadah digereja, sesudah sakit pasien hanya berdoa
ditempat tidur
Drip KCl 20 mEq Intravena Kalium klorida adalah obat suplemen mineral dengan
fungsi untuk mengobati atau mencegah jumlah kalium yang
rendah dalam darah.
Injeksi lansop 2 x30gr Intravena Obat ini digunakan untuk mengatasi gangguan pada sistem
razole pencernaan akibat produksi asam lambung yang berlebihan,
seperti sakit maag dan tukak lambung. Selain itu, obat ini
juga bisa meredakan gejala akibat naiknya asam lambung
ke kerongkongan, seperti kesulitan menelan dan batuk
berkepanjangan.
Infus moxif 1 x 400 mg Intravena Moxifloxacin adalah obat yang digunakan untuk mengobati
loxacin berbagai infeksi bakteri. Obat ini termasuk dalam kelas obat
yang disebut antibiotik kuinolon. Ia bekerja dengan
menghentikan pertumbuhan bakteri.
Nebul izer /12 jam Nasal Combivent adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
combi vent penyakit saluran pernapasan, seperti PPOK atau asma. Obat
ini juga diindikasikan untu perawatan penyumbatan hidung,
radang selaput lendir dan bronkospasme. Obat ini memiliki
kandungan albuterol atau salbutamol sulfat dan ipratropium
bromida. Combivent memiliki cara kerja dengan membuka
saluran udara ke paru-paru serta melakukan relaksasi atau
mengendurkan otot-otot pada saluran napas.
Nebul izer /12 jam Nasal untuk meredakan dan mencegah gejala serangan asma,
Pulmi cort seperti sesak napas dan mengi. Obat ini bekerja langsung pada
saluran pernapasan dengan mengurangi peradangan dan
pembengkakan saluran napas, saat serangan asma terjadi.
sucral fate 3 x 2 sdm Oral Sucralfate atau sukralfat adalah obat untuk mengobati tukak
pada usus halus. Sucralfate akan membentuk lapisan
pelindung pada tukak untuk melindunginya dari infeksi
lanjutan. Lapisan pelindung ini akan membantu mempercepat
proses penyembuhan tukak.
Sirup OBH 3 X 10 ml Oral obat yang digunakan untuk meredakan batuk
yangdisertai gejala flu seperti demam, sakit kepala,bersin,
dan hidung tersumbat.
Prioritas Masalah
3.2.2.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas ditandai dengan
klien tampak batuk Klien tampak bernafas menggunakan dada dan perut,
adanya suara nafas tambahan wheezing, TTV : TD: 140/80 mmHg, Nadi:
97 kali/menit, RR: 24 kali/menit, Suhu: 36℃, klien memiliki riwayat
batuk darah warna merah muda, klien memiliki riwayat merokok.
3.2.2.2 Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan proses infeksi ditandai
dengan makan hanya 3-4 sendok, IMT : 16,79, klien tampak lemah, klien
mengeluhkan mual, HB : 15,2 g/uL, diet TKTP : nasi lembek.
3.3 Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn. R
1) Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tekanan balon ETT 1. Untuk mengetahui perbedaan
efektif berhubungan keperawatan selama 3x7 jam, setiap 4-8 jam tekanan balon ETT.
dengan sesak nafas diharapkan sesak berkurang 2. Cegah ETT terlipat 2. Agar tidak terjadi resistensi jalan
atau hilang. (kinking) nafas menjadi tinggi.
3. Lakukan perawatan mulut 3. Untuk menjaga kebersihan mulut
Kriteria hasil :
(Sikat gigi, pelembab bibir) pasien
1. Pasien tampak tenang 4. Jelaskan kepada pasien dan/ 4. Agar pasien dan keluarga
2. Pasien tidak sesak keluarga tujuan dan mengetahui tujuan dari pemasangan
3. Respirasi dalam batas prosedur pemasangan jalan jalan nafas buatan.
normal nafas buatan 5. Untuk pemberian intubasi ulang.
4. Tidak ada retraksi dada 5. Kolaborasi intubasi ulang
5. Tidak menggunakan otot jika terbentuk mucous plug
bantu pernafasan yang tidak dapat dilakukan
penghisapan
2) Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status nutrisi klien, turgor 1. Untuk mengidentifikasi derajat
berhubungan dengan keperawatan selama 3x7 jam kulit, berat badan dan derajat kurang nutrisi dan menentukan
mual dan proses diharapkan nutrisi klien kekurangan berat badan pilihan intervensi
infeksi terpenuhi sebagian dengan 2. Berikan penjelasan tentang 2. Meningkatkan pengetahuan dan
kriteria hasil : pentingnya makanan yang kepatuhan untuk menjalankan
adekuat dan bergizi program diet sesuai aturan
1. Meningkatkan intake
3. Anjurkan klien makan sedikit- 3. Untuk meningkatkan intake
makanan
sedikit tapi sering makanan pada klien
2. IMT normal : 18-24
4. Pertahankan kebersihan mulut 4. Agar meningkatkan nafsu makan
3. Menunjukkan perubahan
klien pada klien
pola makan
5. Kolaborasi dengan ahli gizi 5. Untuk menentukan makanan yang
4. Meningkatkan nafsu
dalam pemberian makanan tepat untuk klien
makan
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Jam Keperawatan
Sabtu, 19 Diagnosa 1 1. Mengkaji frekuensi, kedalaman S : klien mengatakan sesak sudah mulai
pernafasan dan ekspansi dada berkurang
September 2020 Pukul
2. Mengauskultasi suara nafas dan catat
08.15 WIB O:
adanya bunyi nafas tambahan
3. Memberikan posisi semi fowler Sesak berkurang Chio Mikhael
Suara nafas vesikuler Pratama Putra
4. Melanjutkan pemberian oksigen
sesuai indikasi Bunyi nafas tambahan wheezing
Klien berbaring dengan posisi semi
fowler
Terpasang oksigen 2 lpm
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Sabtu, 18 Diagnosa 2 1. Mengkaji Status Nutrisi Klien, Turgor S : Klien mengatakan sudah bisa makan sedikit-
September Kulit, Berat Badan Dan Derajat sedikit tapi nafsu makan masih kurang.
Chio Mikhael
Kekurangan Berat Badan Pratama Putra
O:
2020Pukul 2. Memberikan Penjelasan Tentang Berat badan klien 43 kg
08.35 WIB Pentingnya Makanan Yang Adekuat Klien sedikit memahami tentang cara
Dan Bergizi pemenuhan nutrisi setelah dijelaskan
3. Menganjurkan Klien Makan Sedikit- Klien tampak makan sedikit-sedikit
Sedikit Tapi Sering Mulut klien tampak cukup bersih
4. Mempertahankan Kebersihan Mulut A : Masalah Belum Teratasi
Klien
P : Intervensi dilanjutkan
O: Sesak berkurang
Suara nafas vesikuler
Klien berbaring dengan
posisi semi fowler
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
DX 2 S : Klien mengatakan sudah bisa
makan dengan seperti biasa, nafsu
makan bertambah.
O : berat bedan pasien bertambah dari
43 kg ke 47 kg
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan medis pada An. R dengan gangguan oksigenisasi
dalam pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan
dalam pelaksanaan intervensi dan implementasi. Dimana masalah yang ditemukan
pada kasus An. R dengan diagnosa Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan penurunan ekspansi paru dibuktikan dengan adanya secret, Hipertermia
berhubungan dengan invasi mikroorganisme dibuktikan dengan kulit merah, dan
Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukan dan
mencerna makanan dibuktikan dengan membran mukosa pucat. Dengan hasil
yang membaik.
4.2 Saran
Penulis mengharapkan agar materi laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca agar dapat menambah wawasan tentang keilmuan keperawatan penyakit
Pneumonia dengan kebutuhan dasar Oksigenasi, dan semoga keilmuan
keperawatan terus dapat berkembang dalam bidang ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI.2007.Direktorat Jenderal PPM & PLP.Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).Jakarta.
Meadow,Sir Roy dan Simen.2006.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora
Aksara Pratama.
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system
pernapasan. Jakarta:Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2017. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Nanda International (2013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.
Jakarta:EGC
Naning R.2006.Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan
Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.
Soegijanto, S.2007.Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.Jakarta:
Salemba medika.
Suriadi,Yuliani R.2001.Asuhan Keperawatan pada Anak.CV sagung Seto:Jakarta.
DEPKES. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. EGC : Jakarta.
Achmadi, U.F, 2003.Waspadai Penyakit Menular, Badan Peneliti
danPengembangan Depkes RI, Jakarta. Agustama., 2005.Kajian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita
MIsnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak Balita,
Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor PopulerBare Brenda G,
Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC,
Jakarta.
Buke C, Biyikli B, Tuncel M,Aydemir S, Tunger A,Sirin H, Kocaman A. 2009.
Nosocomial Infections in a Neurological Intensive Care Unit. Journal of
Neurological Sciences (Turkish). Volume 26. Number 3. Page(s) 298-304.
1.1 Topik
Penyakit Pneumonia
1.2 Sasaran
1.2.1 Program
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
Pneumonia
1.2.2 Penyuluhan
Pentingnya mengetahui Penyakit Pneumonia
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Penyakit Pneumonia kepada klien
dan kleuarga diharapkan klien dan keluarga dapat memahami tentang Penyakit
Pneumonia.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga dapat :
1. Mengetahui pengertian Penyakit Pneumonia.
2. Mengetahui penyebab Penyakit Pneumonia.
3. Mengetahui tanda dan gejala Penyakit Pneumonia.
4. Mengetahui cara pencegahan Penyakit Pneumonia.
1.4 Materi
Adapun garis besar materi dalam penyuluhan tentang cairan dan
elektrolitadalah :
1. Pengertian Penyakit Pneumonia.
2. Penyebab Penyakit Pneumonia.
3. Tanda dan gejala Penyakit Pneumonia.
4. Pencegahan Penyakit Pneumonia.
1.5 Metode
Adapun metode yang digunakan dalam penyuluhan tentang cairan dan
elektrolit bagi klien dan keluarga meliputi :
1. Ceramah
Ceramah adalah pesan yang bertujuan memberikan nasehat dan petunjuk-
petunjuk sementara ada audiens yang bertindak sebagai pendengar.
2. Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan lalu memberikan jawaban ataupun
sebaliknya.
1.6 Media
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini meliputi :
1. Leaflet
Leaflet merupakan bentuk publikasi singkat dalam bentuk selebaran yang
berisi informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
1 Pembukaan :
Menjelaskan tentang :
4 Terminasi :
Mendengarkan
1. Mengucapkan terimakasih atas 2 menit 1. Menjawab salam
perhatian keluarga
2. Mengucapkan salam penutup
Kerangan :
: Penyaji : Pasien
: Fasilitator : Moderator
: Simolator : Dokumentator
:Keluarga Pasien
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Penyakit Pneumonia.
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru
(alveoli). (DEPKES. 2006)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
(Zuh Dahlan. 2006)
B. Penyebab Penyakit Pneumonia.
a. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau
gram-negatif seperti : Steptococcus pneumonia (pneumokokus),
Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae,
Legionella, hemophilus influenzae.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus. Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial
adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus
herves simpleks, Virus sinial pernapasan, hantavirus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2010)