DI SUSUN OLEH :
PEMBIMBING PRAKTIK
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners,
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusunan dapat menyelesaikan “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn.X Dengan Kebutuhan Dasar
Manusia dengan Diagnosa Batu Ginjal di Ruang Aster Rsud Dr, Doris Sylvanus
Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Fransiska, S.Kep. Ners selaku kepala ruang Boungenville RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan izin,
informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan
di ruang Boungenville.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kgiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusunan mengharapkan saran dan
kritik yang membangunkan dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumus Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
2.1.2 Anatomi fisiologi
2.1.3 Etologi
2.1.4 Klasifikasi
2.1.5 Patofisiologis (Patway)
2.1.6 Manifestasi Klinis ( Tanda dan Gejala)
2.1.7 Komplikasi
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2.3.3 Intervensi Keperawatan
2.3.4 Implementasi Keperawatan
2.3.5 Evaluasi keperawatan
3.1 PENGKAJIAN
3.2 PRIORITAS MASALAH
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
4.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
BAB 3
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
.3 Tujuan
.3.1 Tujuan Umum:
Mengetahui dan memahami konsep dasar Batu Ginjal dan Asuhan
Keperawatan gangguan Batu Ginjal.
.3.2 Tujuan khusus :
.3.2.1 Untuk mengetahui definisi Batu Ginjal.
.3.2.2 Untuk mengetahui epidemiologi Batu Ginjal.
.3.2.3 Untuk mengetahui etiologi penyakit Batu Ginjal.
.3.2.4 Untuk mengetahui patofisiologi dan woc Batu Ginjal.
.3.2.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis Batu Ginjal.
.3.2.6 Untuk mengetahui klasifikasi Batu Ginjal.
.3.2.7 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Batu Ginjal.
.3.2.8 Untuk mengetahui penata laksanaan Batu Ginjal.
.3.2.9 Untuk mengetahui komplikasi Batu Ginjal.
.3.2.10 Untuk mengetahui pengkajian teori Batu Ginjal.
.3.2.11 Untuk mengetahui diagnosa teori Batu Ginjal.
.3.2.12 Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori Batu Ginjal.
.3.2.13 Untuk mengetahui pengkajian berdasarkan kasus Batu Ginjal.
.3.2.14 Untuk mengetahui diagnosa berdasarkan kasus Batu Ginjal.
.3.2.15 Untuk mengetahui asuhan keperawatan berdasarkan kasus Batu Ginjal.
.4 Manfaat
.4.1 Masyarakat
Untuk mengetahui bagaimana mengetahui penyebab penyakit Batu Ginjal dan
bagaimana mencegah penyakit Batu Ginjal.
.4.2 Mahasiswa Keperawatan
Untuk mengetahui dan memahami penyakit Batu Ginjal serta asuhan
keperawatan stroke sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di
rumah sakit.
.4.3 Perawat
Sebagai bahan kajian dan informasi bagi mahasiswa serta menambah wawasan
tentang Batu Ginjal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.1.3 Etiologi
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat
diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya
hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang–
kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum (seperti
proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang
mengakibatkan pembentukan batu.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik, meliputi:
.1.3.1 Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi
.1.3.2 Umur paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
.1.3.3 Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
.1.3.3.1 Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu)
.1.3.3.2 Iklim dan temperatur.
.1.3.3.3 Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
.1.3.3.4 Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu saluran kemih.
.1.3.3.5 Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
.1.4 Klasifikasi
Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut
lokasi beradanya, menurut keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya.
.1.4.1 Menurut tempat terbentuknya
a Batu ginjal
b Batu kandung kemih
.1.4.2 Menurut lokasi keberadaannya :
a. Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)
b. Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra)
.1.4.3 Menurut Keadaan Klinik :
a. Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu bertambah
besar atau kencing batu.
b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktif.
c. Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik).
d. Batu urin yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila
menyebabkanobstruksi, infeksi, kolik, hematuria.
.1.4.4 Menurut susunan kimiawi
Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu : batu
kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit
(magnesiumammonium fosfat) dan batu sistin.
.1.4.4.1 Batu Kalsium Oksalat :
Merupakan jenis batu paling sering dijumpai; yaitu lebih kurang 75 – 85%
dari seluruh batu urin. Batu ini lebih umum pada wanita, dan rata-rata terjadi pada
usia decade ketiga. Kadang-kadang batu ini dijumpai dalam bentuk murni atau juga
bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium fosfat )biasanya hidroxy
apatite).
Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat dan dihidrat. Batu kalsium
dihidrat biasanya pecah dengan mudah dengan lithotripsy (suatu teknik non invasive
dengan menggunakan gelombang kejut yang difokuskan pada batu untuk
menghancurkan batu menjadi fragmen-fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah
salah satu diantara jenis batu yang sukar dijadikan fragmen-fragmen.
.1.4 Patofisiologi
.1.6 Manifestasi Klinis
Obstruksi.
Peningkatan tekanan hidrostatik.
Distensi pelvis ginjal.
Rasa panas dan terbakar di pinggang. Kolik
Peningkatan suhu (demam).
Hematuri.
Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare. Nyeri hebat.
.1.6.1 Batu pada pelvis renalis
a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA.
b. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis.
c. Hematuria, piuria.
d. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah.
.1.7 Komplikasi
.1.7.1 Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
.1.7.2 Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
.1.7.3 Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau
pengangkatan batu ginja
.1.7.4 Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di
saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan
hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi,
atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat
menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem
duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat
memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
.1.7.5 Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat
menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron
karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua
ginjal terserang.
.1.7.6 Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri
meningkat.
.1.7.7 Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin,
2009).
.1.9 Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi,
infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa,
dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau
pembedahan terbuka.
.1.9.1 ESWL/ LithotripsiAdalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk
menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi
bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara
spontan.
.1.9.2 Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu
renal tanpa pembedahan mayor.
.1.9.3 Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam
pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter
yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.
.1.9.4 Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan
suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
.1.9.5 Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasi yang
hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki
duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
.1.9.5.1 Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu
terletak di dalam ginjal.
.1.9.5.2 Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
.1.9.6 Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
.1.9.6.1 Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme,
menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 – 6 gram tiap
hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine, suatu dueretik ( misalnya
50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4 kali
sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam
urin.
.1.9.6.2 Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5
gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
.1.9.6.3 Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam
(pH urine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 –
8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral
basa, batasi purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg
alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura, diet
rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu
ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang
dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap
distensi dan pendarahan dan perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan
perawatannya.
.3.1.1 Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
.3.1.2 Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas
atau yang menggangu saat ini.
.3.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang
Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke
RS.
.3.1.4 Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
.3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari
orang tua.
.3.1.6 Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
.3.1.6.1 Aktifitas/Istirahat.
Riwayat : pekerjaan,dehidrasi,infeksi,imobilisasi
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajang pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/immobilisasi sehubungan
dengan kondisi sebelumnya.
.3.1.6.2 Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal jantung), Kulit hangat
dan kemerahan, pucat.
.3.1.6.3 Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus),
penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan
berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, dan perubahan pola berkemih.
.3.1.6.4 Makan dan Minum
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium
oksalat, dan atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air
dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal, penurunan atau takadanya bising usus, dan muntah
.3.1.6.5 Nyeri / rasa tidak nyaman
Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri,
penyebaran nyeri,skala nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya
nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan
riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Apakah nyeri sampai menimbulkan
kokik atau tidak.
.3.1.6.6 Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
.3.1.6.7 Respon emosi : cemas.
.3.1.6.8 Pengetahuan tentang penyakitnya.
.3.1.7 Pemeriksaan Fisik
.3.1.7.1 Keadaan umum: klien biasanya lemah, kesadaran komposmetis,
adanya perubahan TTV sejunder dari nyeri kolik.
.3.1.7.2 Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi,
berkeringat dingin, dan nausea.
.3.1.7.3 Inspeksi: pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya
hematuria, retensi urine, dan sering miksi. Adanya kolik menyebabkan pasien
terlihat mula dan muntah
.3.1.7.4 Palpasi: palpasi ginjal dilakukan untuk mengindentifikasi massa.
Dapat teraba ginjal pada sisi sakit pada beberapa kasus, seperti pada penderita
dengan obstruksi berat atau dengan hidronefrosis.
.3.1.7.5 Perkusi: perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebra dan didapatkan respon nyeri,
tanda gagal ginjal dan retensi urin.
.3.1.7.6 Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada
pasien dengan urosepsis (Muttaqin dan Sari; 112, 2011).
Nyeri b/d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal
saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
Kriteria evaluasi :
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, skala nyeri
0-4.
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Ekspresi pasien rileks.
Intervensi Rasional
Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri Membantu evaluasi tempat obstruksi dan
(skala 1-10) dan penyebarannya. kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul
Perhatiakn tanda non verbal seperti: sering menyebar ke punggung, lipat
peningkatan TD dan DN, gelisah, paha, genitalia sehubungan dengan
meringis, merintih, menggelepar proksimitas pleksus saraf dan pembuluh
darah yang menyuplai area lain. Nyeri
tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan
gelisah, takut/cemas
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologidan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
noninvasif telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
Lakukan menejemen nyeri keperawatan: - Istirahat akan menurunkan kebutuhan
- Istirahatkan pasien. O2 jaringan perifer sehingga akan
- Manajemen lingkungan tenang dan meningkatkan suplai darah ke
batasi pengunjung. jaringan
- Beri kompres hangat pada pinggang. - Menurunkan stimulasi nyeri eksternal
- Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam. dan menjaga kondisi O2 di ruangan
- Ajarkan tehnik distraksi pada saat - Vasodilatasi dapat menurunkan
nyeri. spasme otot dan kontraksi otot
- Tingkatkan pengetahuan tentang pinggang sehingga menurunkan
sebab-sebab nyeri dan stimulasi nyeri.
menghubungkan berapa lama nyeri - Meningkatkan asupan O2 sehingga
akan berlangsung. akan menurunkan nyeri sekunder.
- Menurunkan stimulus internal
sehingga menurunkan persepsi nyeri.
- Pengetahuan yang akan dirasakan
membantu mengurangi nyeri dan
membantu kepatuhan klien terhadap
rencana teraupetik
Kolaborasi pemberian obat sesuai - Analgetik (gol. narkotik) biasanya
program terapi: diberikan selama episode akut untuk
- Analgetik menurunkan kolik ureter dan
- Antispasmodik meningkatkan relaksasi otot/mental.
- Kortikosteroid - Menurunkan refleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri.
- Mungkin digunakan untuk
menurunkan edema jaringan untuk
membantu gerakan batu.
- mencegah stasis/retensi urine,
menurunkan risiko peningkatan
tekanan ginjal dan infeksi.
Perubahan pola miksi b/d retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari
iritasi saluran kemih.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi pasien.
Kriteria hasil :
- Frekuensi miksi dalam batas 5-8x/24 jam.
- Pasien mampu minum 2000 cc/24 jam dan kooperatif untuk menghindari
cairan yang mengiritasi kandung kemih.
Intervensi Rasional
Kaji pola berkemih dan cata produksi Mengetahui pengaruh iritasi kandung
urine tiap 6 jam kemih dengan frekuensi miksi
Anjurkan pasien untuk minum Mempertahankan fungsi ginjal,
2000cc/hari pemberian air secara oral adalah pilihan
terbaik untuk mendukung aliran darah
renal dan membilas bakteri dari
traktus urinarus
Hindari minuman kopi, the, kola, dan Menurunkan iritasi dengan menghindari
alcohol minuman yang bersifat mengiritasi
saluran kemih
Pantau hasil pemeriksaan Peninggian BUN, kreatinin dan
laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin) elektrolit menjukkan disfungsi ginjal
1. Berikan obat sesuai indikasi:
- Asetazolamid (Diamox), Alupurinol - Meningkatkan pH urine (alkalinitas)
(Ziloprim) untuk menurunkan pembentukan
- Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), batu asam.
Klortalidon (Higroton) - Mencegah stasis urine dan
- Amonium klorida, kalium atau natrium menurunkan pembentukan batu
fosfat (Sal-Hepatika) kalsium.
- Agen antigout mis: Alupurinol - Menurunkan pembentukan batu
(Ziloprim) fosfat
- Antibiotika - Menurunkan produksi asam urat.
- Natrium bikarbonat - Mungkin diperlukan bila ada ISK
- Asam askorbat - Mengganti kehilangan yang tidak
dapat teratasi selama pembuangan
bikarbonat dan atau alkalinisasi
urine, dapat mencegah pembentukan
batu.
- Mengasamkan urine untuk mencegah
berulangnay pembentukan batu
alkalin.
Kriteria hasil :
Implementasi Rasional
Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, Memvalidasi dan menetapkan derajat
berat badan, dan derajat penurunan berat masalah untuk menetapkan pilahn
badan, integritas mukosa mulut, intervensi yang tepat
kemampuan menelan, riwayat
mual/muntah dan diare
Pantau intake dan output, anjurkan untuk Mengukur keefektifan nutrisi dan
timbang berat badan secara periodic
(sekali seminggu) dukungan cairan.
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut Menurunkan rasa tidak enak karena sisa
sebelum dan sesudah makan, serta makanan atau bau obat yang dapat
pemeriksaan peroral merangsang pusat muntah
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. X
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Buruh Tani
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Alamat : Jl Janah jari No 40C
Tgl MRS : 11 Mei 2020
Diagnosa Medis : Nefrilitiasis Sinistra
GENOGRAM KELUARGA :
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= = Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien terlihat meringis kesakitan
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Composmentis
b. Ekspresi wajah : Meringis
c. Bentuk badan : Simetris
d. Cara berbaring/bergerak : Terlentang
e.Berbicara : Jelas
f.Suasana hati : Cemas
g. Penampilan : Cukup rapi
h. Fungsi kognitif :
Orientasi waktu : Pasien dapat membedakan waktu pagi,siang
dan malam
Orientasi Orang : Pasien dapat mengenali keluarganya dan
petugas kesehatan
Orientasi Tempat : Paseien dapat mengetahui bahwa dirinya di
rumah sakit
i. Halusinasi : Dengar/Akustic Lihat/Visual Lainnya
j. Proses berpikir : Blocking Circumstansial Flight oh ideas
Lainnya ……..
k. Insight : Baik Mengingkari Menyalahkan orang lain
m. Mekanisme pertahanan diri : Adaptif Maladaptif
n. Keluhan lainnya : Tidak Ada
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 370C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 112 x/mt
c. Pernapasan/RR : 28 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 150/60 mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : 3 Batang/hari
Batuk, sejak : Tidak Ada
Batuk darah, sejak : Tidak Ada
Sputum, warna : Tidak Ada
Sianosis : Tidak Ada
Nyeri dada : Tidak Ada
Dyspnoe nyeri dada Orthopnoe Lainnya
Sesak nafas Saat inspirasi Saat aktivitas Saat
istirahat
Type Pernafasan Dada Perut Dada dan
perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesukuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya
Keluhan lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut ……………………. cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak melihat
Vena jugularis Tidak meningkat Meningkat
Suara jantung Normal Lub,dub
Ada kelainan
Keluhan lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4 (Membuka mata dengan spontan)
V : 6 (Menurut sesuai perintah)
M : 5 (Tepat menjawab/orientasi penuh)
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent
Delirium
Apatis Soporus Coma
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif
Kiri Positif Negatif
Nyeri, lokasi : Tidak Ada
Vertigo Gelisah Aphasia
Kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Trernor
Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau-bauan dengan baik
Nervus Kranial II : Penglihatan pasien normal
Nervus Kranial III : Pasien dapat membuka kelopak matanya
Nervus Kranial IV : Pasien dapat menggerakkan kedua matanya
Nervus Kranial V : Pasien dapat membuka mulutnya
Nervus Kranial VI : Pasien dapat mengerakkan kedua matanya ke kiri dan
kekanan
Nervus Kranial VII : Pasien dapat tersenyum
Nervus Kranial VIII : Pasien mempunyai respon saat dipanggil
Nervus Kranial IX : Pasien dapat menelan
Nervus Kranial X : Pita suara berfungsi dengan baik
Nervus Kranial XI : Pergerakan leher baik
Nervus Kranial XII : Pasien dapat menjulurkan lidah
Uji Koordinasi :Tidak Ada
Keluhan lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urine : 1800 ml 6 x/hr
Warna : Kuning
Bau : Amoniak
Tidak ada masalah/lancer Menetes
Inkotinen
Oliguri Nyeri Retensi
Poliuri Panas
Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya :
Pasien mengeluh nyeri dan pada saat BAK sering terputus-putus
Masalah Keperawatan :
Difungsi eliminasi UrinD.0040............................................................................................
Nyeri zalposisi
Uji kekuatan otot : Ekstrimitas atas Tidak Ada Ekstrimitas
bawah……..
Deformitas tulang, lokasi Tidak Ada
Peradangan, lokasi Tidak Ada
Perlukaan, lokasi Tidak Ada
Patah tulang, lokasi Tidak Ada
Tulang belakang Normal Skoliosis
Kifosis Lordosis
8. KULIT-KULIT RAMBUT
Riwayat alergi Obat : Tidak Ada
Makanan : Tidak Ada
Kosametik : Tidak Ada
Lainnya : Tidak Ada
Suhu kulit Hangat Panas Dingin
Warna kulit Normal Sianosis/ biru
Ikterik/kuning
Putih/ pucat Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor Baik Cukup Kurang
Tekstur Halus Kasar
Lesi : Macula, lokasi : Tidak Ada
Pustula, lokasi : Tidak Ada
Nodula, lokasi : Tidak Ada
Vesikula, lokasi : Tidak Ada
Papula, lokasi : Tidak Ada
Ulcus, lokasi : Tidak Ada
Jaringan parut lokasi : Tidak Ada
Tekstur rambut : Tidak Ada
Distribusi rambut : Pendek, kotor, mudah rontok
Bentuk kuku Simetris Irreguler
Clubbing Finger Lainnya....................
Masalah Keperawatan :
Perawatan Rambut
9. SISTEM PENGINDERAAN :
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan : Berkurang Kabur
Ganda Buta/gelap
Gerakan bola mata : Bergerak normal Diam
Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) :6/6
Mata kiri (VOS) :6/6
Selera Normal/putih Kuning/ikterus
Merah/hifema Konjunctiva Merah muda
Pucat/anemic
Kornea Bening Keruh
Alat bantu Kacamata Lensa kontak Lainnya.
Nyeri : Tidak Ada
Keluhan Lain : TidakAda
b. Telinga / Pendengaran : Normal
Fungsi pendengaran : Berkurang Berdengung Tuli
c. Hidung / Penciuman : Normal
Bentuk : Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Nyeri tekan sinus
Transluminasi
Cavum Nasal Warna Tidak ada sekresi Integritas : Tidak
Ada
Septum nasal Deviasi Perforasi Peradarahan
Sekresi, warna Tidak Ada
Polip Kanan Kiri Kanan dan
Kiri
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
10. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Massa Ya Tidak
Jaringan Parut Ya Tidak
Kelenjar Limfe Teraba Tidak teraba
Kelenjar Tyroid Teraba Tidak teraba
Mobilitas leher Bebas Terbatas
11. SISTEM REPRODUKSI
a. Reproduksi Pria
Tidak ada Terkaji
a. Reproduksi Wanita
Tidak Ada Terkaji
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan lekas sembuh agar bisa berkumpul
bersama keluarga serta bisa melakukan aktivitas kembali, seperti berkebun.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 165/71 Cm
BB sekarang : 60 Kg
BB Sebelum sakit : 65 Kg
Diet :
Biasa Cair Saring Lunak
Diet Khusus : Tidak Ada
Rendah garam Rendah kalori TKTP
Rendah Lemak Rendah Purin
Lainnya……….
Mual
Muntah : Tidak Ada
Kesukaran menelan Ya Tidak
Rasa haus
Keluhan lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Keperawatan
3. Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur
Pasien tampak tidur nyenyak
Pola tidur malam : 6-7 jam (Sebelum sakit)
6-7 jam (Sesudah sakit)
Pola tidur siang : 1-2 jam (Sebelum sakit)
2 jam (Sesudah sakit)
Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Keperawatan
4. Kognitif :
Pasien sehari-hari menggunakan bahasa dayak. Dapat mengikuti instruksi
perawat/dokter dengan baik.
Masalah Keperawatan
Tidak ada Masalah Keperawatan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Gambar diri : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya
Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dan ingin pulang
Identitas diri : Pasien seorang anak perempuan dari tiga bersaudara
Harga diri : Pasien menerima penyakit yang dideritanya
Peran diri : Peran sebagai seorang ayah dari 1 anak
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas secara mandiri, namun sesudah sakit
pasien di bantu oleh keluarga dan perawat
Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Keperawatan
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien orang yang ceria, mudah bergaul dan pasien dengan keluarganya sangat
baik, pasien dapat memecahkan masalahnya dengan membicarakan pada
keluarganya.
Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama Kristen dan berada
di rumah pasien beraktivitas dan melakukan ibadah.
Saat Sakit : Pasien mengatakan di rumah sakit pasien hanya dapat berdoa dalam
hati.
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa dayak
3. Hubungan dengan keluarga :
Baik dan Harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Baik. Pasien dapat bekerja sama dengan perawat dalam pemberian tindakan
keperawatan. Hubungan dengan teman dan orang lain juga baik
5. Orang berarti/terdekat :
Keluarga
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit pasien bekerja sebagai petani dan meluangkan waktu untuk
keluarga.
7. Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit pasien selalu menjalankan ibadah di gereja
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tanggal 11 Mei 2020
Pemeriksaan Hasil Indikasi
Mahasiswa,
(Bella Azsaria)
ANALISIS DATA
Data Subjektif dan Data Kemungkinan Penyebab Masalah
Objektif
Diagnosa 2 Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam - Kaji pola berkemih dan cata produksi urine Mengetahui pengaruh iritasi kandung kemih
pola eliminasi optimal sesuai kondisi tiap 6 jam dengan frekuensi miksi
Perubahan pola miksi b/d
pasien - Anjurkan pasien untuk minum 2000cc/hari
stimulasi kandung kemih oleh Mempertahankan fungsi ginjal, pemberian air
- Hindari minuman kopi, teh, kola, dan
Kriteria hasil : secara oral adalah pilihan terbaik untuk
batu, obstruksi mekanik, dan alkohol
mendukung aliran darah renal dan membilas
retensi urine - Frekuensi miksi dalam batas 5-8x/24 - Pantau hasil pemeriksaan
bakteri dari traktus urinarus
jam laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
- Berikan obat sesuai indikasi: Menurunkan iritasi dengan menghindari
- Pasien mampu minum 2000 cc/24 jam
- Asetazolamid (Diamox), Alupurinol minuman yang bersifat mengiritasi saluran
dan kooperatif untuk menghindari cairan
(Ziloprim) kemih
yang mengiritasi kandung kemih
- Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril),
Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit
Klortalidon (Higroton)
menjukkan disfungsi ginjal
- Amonium klorida, kalium atau natrium
fosfat (Sal-Hepatika) - Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk
- Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim) menurnkan pembentukan batu asam.
- Antibiotika
- Mencegah stasis urine ddan menurunkan
- Natrium bikarbonat
pembentukan batu kalsium.
- Asam askorbat
- Menurunkan pembentukan batu fosfat
Diagnosa 3 Tujuan : dalam waktu 1x24 jam - Bantu pasien mengekspresikan perasaan - Cemas berkelanjutan memberikan dampak
tingkat kecemasan pasien berkurang atau takut dan marah serangan jantung selanjutnya
Kecemasan b/d perubahan status
hilang - Beri dukungan kepada klien - Hubungan emosional yang baik antara
kesehatan, tindakan invasif
- Beri lingkungan yang tenang dan suasana perawat dengan pasien akan mempengaruhi
diagnostik Kriteria hasil :
penuh istirahat penerimaan terhadap kecemasan.
Pasien menyatakan kecemasan - Beri kesempatan kepada pasien untuk Keterbukaan mengenai setiap tindakan yang
mengungkapkan kecemasannya akan dilakukan diharapkan akan
berkurang, mengenal perasaannya, dapat - menghilangkan banyak ketakutan klien
mengidentifikasi penyebab atau faktor - Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
yang mempengaruhinya, kooperatif perlu
terhadap tindakan dan wajah rileks - Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak diekspresikan
- Memberi waktu untuk mengekspresikan
perasaan, menghilangkan cemas, dan
perilaku adaptasi.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.X
Ruang Rawat : Aster
Tanda tangan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
11 Mei 2020 - Indentifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri. S = Pasien mengatakan Nyeri berkurang Bella Azsaria
- Monitor kualitas nyeri (Mis,terasa tajam,tumpul, diremas- O = pasien nampak tenang setelah di ajarkan teknik distraksi
TD : 150/60 mmhg
remas,ditimpa beban berat)
RR : 28x/i
- Monitor lokasi dan penyebaran nyeri Suhu : 37°C
- Monitor intensitas nyeri mengunakan skala Nadi : 112x/i
A : Masalah sudah teratasi sebagian
- Monitor durasi nyeri
P : Lanjutkan Intervensi
- Beri kompres hangat pada pinggang. 1. Monitor kualitas nyeri dan monitor durasi nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam 2. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
3. Colaborasi dengan dokter
- Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
- Kaji pola berkemih dan catat produksi urine tiap 6 jam S = pasien mengatakan pada saat berkemih sering terputus-
12 Mei 2020
- Anjurkan pasien untuk minum 2000cc/hari putus
O = Pasien nampak gelisah Bella Azsaria
- Hindari minuman kopi, teh, kola, dan alkohol A = masalah belum teratasi
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, P = Intervensi 1,2,3,4
kreatinin)
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Penyebab batu ginjal antara lain, dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan
imobilitas, diet tinggi purin dan abnormalitas metabolisme purin, gangguan reabsorpsi ginjal
dan gangguan aliran urin, infeksi saluran kemih. Dengan manifestasi klinik yang muncul
antara lain, nyeri pinggang yang berat, gejala gastrointestinal, batu kandung kemih
menimbulkan gejala yang mirip sistitits, suhu tubuh naik dan menggigil, nyeri hebat dengan
peningkatan produksi prostaglandin ginjal, aliran urine tiba-tiba terhenti, dengan nyeri pada
penis atau perineum.
Penatalaksanaan medis untuk betu ginjal berupa terapi medis dan simtomatik, terapi
mekanik (Litotripsi), dan Tindakan bedah. Mencegah lebih baik daripada mengobati untuk itu
berikut adalah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari terbentuknya batu ginjal
yaitu, minumlah air yang cukup, setidaknya 2 liter air sehari, pilih makanan yang kaya
vitamin A, kembangkan pola hidup aktif, kurangi makanan mengandung asam urat terlalu
tinggi, jangan berlebihan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium oksalat tinggi,
jangan berlebihan mengkonsumsi susu dan produk susu, dan kurangi garam dalam makanan.
.2 Saran
Diharapkan laporan dan askep ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca tentang penyakit batu ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa: Nike, B. Editor edisi bahasa
indonesia: Yuda, E.K, et All.Edisi 3 Jakarta. EGC: Jakarta.