Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn.X DENGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA NYERI TENTANG


DIAGNOSA MEDIS BATU GINJAL
DIRUANG ASTER RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : BELLA AZSARIA


NIM : 2018.C.10a.0960

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Bella Azsaria
NIM : 2018.C.10a.0960
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn.X Dengan
Kebutuhan Dasar Manusia dengan Diagnosa Batu Ginjal di Ruang
Aster Rsud Dr, Doris Sylvanus Palangka Raya.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh


Praktik Praklink Keperawatan 1(PPK1) Pada Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik

Ika Paskaria S.Kep.,Ners


Fransiska, S.Kep., Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusunan dapat menyelesaikan “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn.X Dengan Kebutuhan Dasar
Manusia dengan Diagnosa Batu Ginjal di Ruang Aster Rsud Dr, Doris Sylvanus
Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Fransiska, S.Kep. Ners selaku kepala ruang Boungenville RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan izin,
informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan
di ruang Boungenville.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kgiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusunan mengharapkan saran dan
kritik yang membangunkan dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 05 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA

SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumus Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
2.1.2 Anatomi fisiologi
2.1.3 Etologi
2.1.4 Klasifikasi
2.1.5 Patofisiologis (Patway)
2.1.6 Manifestasi Klinis ( Tanda dan Gejala)
2.1.7 Komplikasi
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
2.3.3 Intervensi Keperawatan
2.3.4 Implementasi Keperawatan
2.3.5 Evaluasi keperawatan
3.1 PENGKAJIAN
3.2 PRIORITAS MASALAH
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
4.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
BAB 3
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia
terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah dan
keseimbangan asam-basa darah, serta sekresi bahan buangan dan kelebihan garam
(Pearce, 1999).
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah keadaan dimana fungsi ginjal mengalami
penurunan yang progresif secara perlahan tapi pasti, yang dapat mencapai 60% dari
kondisi normal menuju ketidakmampuan ginjal ditandai tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Pearce,
1999 : 989). Kondisi pasien dengan penyakit ginjal kronik masih dapat melakukan
aktifitas hidup jika memperhatikan kualitas hidup yang cukup baik .
Penyebab terjadinya penyakit ginjal kronik adalah disebabkan olehbeberapa
penyakit serius yang diderita oleh tubuh yang mana berlahan–lahan berdampak pada
kerusakan organ ginjal, dan apabila penyakit ginjal kronik tidak segera mendapatkan
perawatan yang intensif dapat menyebabkankematia.
Penyebab utama penyakit ginjal kronik adalah karena diabetes sebesar 50%,
hipertensi 27%, dan glomerulonephritis 13% . WHO memperkirakan setiap 1 juta
jiwa terdapat 23–30 orang yang mengalami ginjal kronik per tahun. Kasus penyakit
ginjal di dunia per tahun meningkat lebih 50%. Di negara yang sangat maju tingkat
gizinya seperti Amerika Serikat, setiap tahunnya sekitar 20 juta orang dewasa
menderita penyakit ginjal kronik, ( Santoso, 2007). Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2008, bila dibandingkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 1995, SKRT 2001, dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, terlihat
proporsi kematian akibat penyakit tidak menular emakin meningkat, sedangkan
penyakit proporsi penyakit menular telah menurun.
Proporsional Mortality Ratio (PMR) akibat penyakit tidak menular telah
meningkat dari 42% menjadi 60%. Sedangkan menurut Wijaya (2000), jumlah pasien
penderita penyakit ginjal kronik di Indonesia diperkirakan 60.000 orang dengan
pertambahan 4.400 pasien baru setiap tahunnya. Hampir semua kasus penyakit ginjal
kronik stadium V di bawa keruang hemodialisa untuk mendapatkan tindakan
pengobatan. Bagi penderita ginjal kronik diadakan hemodialisa untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun demikian hemodialisa tidak
menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal kronik dan tidak mampu
mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal.
Untuk wilayah Asia, telah tercatat resiko untuk terkena batu ginjal dan batu saluran
kemih lainnya sebesar 2-5%, 8-15% untuk wilayah Asia barat, dan 20% untuk Arab Saudi.
Di negara berkembang, batu kandung kemih lebih umum terjadi daripada batu saluran
kemih bagian atas, sedangkan di Negara maju, malah sebaliknya, batu saluran kemih bagian
atas lebih sering terjadi. Perbedaan ini diyakini berhubungan diet, pola hidup dan konsumsi
di masing-masing negara.3,8,11
Setiap tahunnya, terjadi peningkatan jumlah kejadian nefrolithiasis baik di
dunia, di Indonesia maupun di RSUD Raden Mattaher Jambi. Berdasarkan data yang
telah diambil peneliti pada Rekam Medis RSUD Raden Mattaher Jambi, Terjadinya
peningkatan insidensi atau kasus kejadian nefrolithiasis dari tahun 2011 berjumlah 58
kasus dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 95 kasus, serta belum pernah dan
belum adanya data dasar mengenai angka kejadian batu opak ginjal yang disertai
nyeri ketok CVA pada pasien suspect nefrolithiasis di Instalasi Radiologi RSUD
Raden Mattaher Jambi, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hal
tersebut.
1.2 Rumusan Masalalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
.2.1 Bagaimana konsep dasar teori Batu Ginjal?
.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan Batu Ginjal secara teoritis ?
.2.3 Bagaimana asuhan keperawatan berdasarkan scenario kasus Batu Ginjal?

.3 Tujuan 
.3.1 Tujuan Umum:
Mengetahui dan memahami konsep dasar Batu Ginjal dan Asuhan
Keperawatan gangguan Batu Ginjal.
.3.2 Tujuan khusus :
.3.2.1 Untuk mengetahui definisi Batu Ginjal.
.3.2.2 Untuk mengetahui epidemiologi Batu Ginjal.
.3.2.3 Untuk mengetahui etiologi penyakit Batu Ginjal.
.3.2.4 Untuk mengetahui patofisiologi dan woc Batu Ginjal.
.3.2.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis Batu Ginjal.
.3.2.6 Untuk mengetahui klasifikasi Batu Ginjal.
.3.2.7 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Batu Ginjal.
.3.2.8 Untuk mengetahui penata laksanaan Batu Ginjal.
.3.2.9 Untuk mengetahui komplikasi Batu Ginjal.
.3.2.10 Untuk mengetahui pengkajian teori Batu Ginjal.
.3.2.11 Untuk mengetahui diagnosa teori Batu Ginjal.
.3.2.12 Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori Batu Ginjal.
.3.2.13 Untuk mengetahui pengkajian berdasarkan kasus Batu Ginjal.
.3.2.14 Untuk mengetahui diagnosa berdasarkan kasus Batu Ginjal.
.3.2.15 Untuk mengetahui asuhan keperawatan berdasarkan kasus Batu Ginjal.

.4 Manfaat
.4.1 Masyarakat
Untuk mengetahui bagaimana mengetahui penyebab penyakit Batu Ginjal dan
bagaimana mencegah penyakit Batu Ginjal.
.4.2 Mahasiswa Keperawatan
Untuk mengetahui dan memahami penyakit Batu Ginjal serta asuhan
keperawatan stroke sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di
rumah sakit.
.4.3 Perawat
Sebagai bahan kajian dan informasi bagi mahasiswa serta menambah wawasan
tentang Batu Ginjal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENYAKIT


.1.1 Definisi
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.
(Purnomo, 2000).
Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001).
Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam
kolises dan atau pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat,
oksalat atau kalsium.

.1.2 Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1.2. Anatomi Ginjal


Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding
abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar. Ginjal
dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula renalis,
jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar adalah fascia renal.
Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi
ginjal (Tortora, 2011).
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang dan
medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal
mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa triangular
disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian apeks yang
menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil ekskresi
yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis ginjal (Tortora,
2011).
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi
kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air
secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui
glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai
di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh
dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2012). Menurut
Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
a) Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b) Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri
c) Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d) Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e) Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan. .
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah
pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah
ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut
merasakan keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang
ditampung dikandung kemih akan di keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011). Tiga
proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar
cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman.
Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga
konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan
plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak
difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan
dieksresi (Sherwood, 2011).

.1.3 Etiologi
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat
diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya
hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang–
kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum (seperti
proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang
mengakibatkan pembentukan batu.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik, meliputi:
.1.3.1 Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi
.1.3.2 Umur paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
.1.3.3 Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
.1.3.3.1 Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu)
.1.3.3.2 Iklim dan temperatur.
.1.3.3.3 Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
.1.3.3.4 Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu saluran kemih.
.1.3.3.5 Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

.1.4 Klasifikasi
Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut
lokasi beradanya, menurut keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya.
.1.4.1 Menurut tempat terbentuknya
a Batu ginjal
b Batu kandung kemih
.1.4.2 Menurut lokasi keberadaannya :
a. Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)
b. Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra)
.1.4.3 Menurut Keadaan Klinik :
a. Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu bertambah
besar atau kencing batu.
b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktif.
c. Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik).
d. Batu urin yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila
menyebabkanobstruksi, infeksi, kolik, hematuria.
.1.4.4 Menurut susunan kimiawi
Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu : batu
kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit
(magnesiumammonium fosfat) dan batu sistin.
.1.4.4.1 Batu Kalsium Oksalat :
Merupakan jenis batu paling sering dijumpai; yaitu lebih kurang 75 – 85%
dari seluruh batu urin. Batu ini lebih umum pada wanita, dan rata-rata terjadi pada
usia decade ketiga. Kadang-kadang batu ini dijumpai dalam bentuk murni atau juga
bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium fosfat )biasanya hidroxy
apatite).
Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat dan dihidrat. Batu kalsium
dihidrat biasanya pecah dengan mudah dengan lithotripsy (suatu teknik non invasive
dengan menggunakan gelombang kejut yang difokuskan pada batu untuk
menghancurkan batu menjadi fragmen-fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah
salah satu diantara jenis batu yang sukar dijadikan fragmen-fragmen.

.1.4.4.2 Batu Struvit :


Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu
struvit) dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran kemih
yang disebabkan bakteri pemecah urea. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar
membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal (6,46) Batu
dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh
pelvis dan kaliks ginjal.(6’46) Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas
yang berbeda. Diurin kristal batu struit berbentuk prisma empat persegi panjang.
Dikatakan bahwa batu staghorn dan struit mungkin berhubungan erat dengan
destruksi yang cepat dari ginjal’ hal ini mungkin karena proteus merupakan bakteri
urease yang poten.
.1.4.4.3 Batu asam urat :
Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak
mengandung kalsium dalam bentuk mu rni sehingga tak terlihat dengan sinar X
(Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat dengan USG atau dengan Intra Venous
Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini biasanya berukuran kecil, tapi kadang-kadang
dapat cukup besar untuk membentuk batu staghorn, dan biasanya relatif lebih mudah
keluar karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu asam urat ini terjadi
terutama pada wanita. Separoh dari penderita batu asam urat menderita gout; dan
batu ini biasanya bersifat famili apakah dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal
asam urat berwarna merah orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal
kecil yang terlihat amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa
dibedakan dengan kristal apatit. Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal
seperti tetesan air mata.
.1.4.4.4 Batu Sistin : (1-2%)
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak umum),
berwarana kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin tampak seperti plat
segi enam, sangat sukar larut dalam air.(6) Bersifat Radioopak karena mengandung
sulfur.
.1.4.4.5 Batu Xantin :
Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase. Namun bisa
bersifat sekunder karena pemberian alupurinol yang berlebihan.

.1.4 Patofisiologi
.1.6 Manifestasi Klinis
Obstruksi.
Peningkatan tekanan hidrostatik.
Distensi pelvis ginjal.
Rasa panas dan terbakar di pinggang. Kolik
Peningkatan suhu (demam).
Hematuri.
Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare. Nyeri hebat.
.1.6.1 Batu pada pelvis renalis
a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA.
b. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis.
c. Hematuria, piuria.
d. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah.

.1.6.2 Batu yang terjebak pada ureter


a. Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia
kolik ureteral.
b. Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah.
.1.6.3 Batu yang terjebak pada kandung kemih
a. Gejala iritasi.
b. Infeksi traktus urinarius.
c. Hematuria.
d. Retensi urined.
e. Obstruksi.

.1.7 Komplikasi
.1.7.1 Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
.1.7.2 Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
.1.7.3 Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau
pengangkatan batu ginja
.1.7.4 Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di
saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan
hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi,
atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat
menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem
duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat
memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
.1.7.5 Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat
menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron
karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua
ginjal terserang.
.1.7.6 Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri
meningkat.
.1.7.7 Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin,
2009).

.1.8 Pemeriksaan Penunjang


.1.8.1 Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis
apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk
menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu
terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari
penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi
intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan
menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang
menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga
kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan pielografi retrograd. (1)
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal
ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil (3). Pemeriksaan USG dapat
untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran
kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu selama tindakan
pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.

.1.9 Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi,
infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa,
dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau
pembedahan terbuka.
.1.9.1 ESWL/ LithotripsiAdalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk
menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi
bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara
spontan.
.1.9.2 Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu
renal tanpa pembedahan mayor.
.1.9.3 Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam
pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter
yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.
.1.9.4 Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan
suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
.1.9.5 Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasi yang
hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki
duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
.1.9.5.1 Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu
terletak di dalam ginjal.
.1.9.5.2 Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
.1.9.6 Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
.1.9.6.1 Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme,
menghilangkan susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 – 6 gram tiap
hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam urine, suatu dueretik ( misalnya
50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4 kali
sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam
urin.
.1.9.6.2 Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5
gram kalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
.1.9.6.3 Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam
(pH urine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 –
8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral
basa, batasi purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg
alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura, diet
rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu
ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang
dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap
distensi dan pendarahan dan perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan
perawatannya.

.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman
Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada kandung
kemihseorang mumi yang diperkirakan sudah berumur sekitar 7000 tahun.Batu ginjal
merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih. Di Negaramaju seperti
Amerika Serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih banyak dijumpai disaluran
kemih bagian atas, sedang di Negara berkembang seperti India, Thailand dan
Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih. Hal ini karena adanya
pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Secara Epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinyabatu saluran kemih pada seseorang.
Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaanyang berasal dari tubuh
seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal darilingkungan
sekitarnya.Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
.2.1 Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
.2.2 Umur : penyakit ini paling banyak didapatkan pada usia 30-50 tahun.
.2.3 Jenis Kelamin : jumlah  pasien laki-laki 4kali lebih banyak
dibandingkandengan pasien perempuan (4:1).

.3 Manajemen Asuhan Keperawatan

.3.1 Pengkajian Keperawatan

.3.1.1 Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
.3.1.2 Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas
atau yang menggangu  saat ini.
.3.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang
Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke
RS.
.3.1.4 Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
.3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari
orang tua.
.3.1.6 Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
.3.1.6.1 Aktifitas/Istirahat.
Riwayat : pekerjaan,dehidrasi,infeksi,imobilisasi
Gejala :   pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajang pada
lingkungan bersuhu   tinggi. Keterbatasan aktivitas/immobilisasi sehubungan
dengan kondisi     sebelumnya.

.3.1.6.2 Sirkulasi
Tanda :   peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal jantung), Kulit hangat
dan  kemerahan, pucat.
.3.1.6.3 Eliminasi
Gejala :   riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus),
penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan
berkemih, diare.
Tanda :   oliguria, hematuria, piuria, dan perubahan pola berkemih.
.3.1.6.4 Makan dan Minum
Gejala :   mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium
oksalat, dan atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air
dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal, penurunan atau takadanya bising usus, dan muntah
.3.1.6.5 Nyeri / rasa tidak nyaman
Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri,
penyebaran nyeri,skala nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya
nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan
riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Apakah nyeri sampai menimbulkan
kokik atau tidak.
.3.1.6.6 Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
.3.1.6.7 Respon emosi : cemas.
.3.1.6.8 Pengetahuan tentang penyakitnya.
.3.1.7 Pemeriksaan Fisik
.3.1.7.1 Keadaan umum: klien biasanya lemah, kesadaran komposmetis,
adanya perubahan TTV sejunder dari nyeri kolik.
.3.1.7.2 Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi,
berkeringat dingin, dan nausea.
.3.1.7.3 Inspeksi: pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya
hematuria, retensi urine, dan sering miksi. Adanya kolik menyebabkan pasien
terlihat mula dan muntah
.3.1.7.4 Palpasi: palpasi ginjal dilakukan untuk mengindentifikasi massa.
Dapat teraba ginjal pada sisi sakit pada beberapa kasus, seperti pada penderita
dengan obstruksi berat atau dengan hidronefrosis.
.3.1.7.5 Perkusi: perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebra dan didapatkan respon nyeri,
tanda gagal ginjal dan retensi urin.
.3.1.7.6 Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada
pasien dengan urosepsis (Muttaqin dan Sari; 112, 2011).

.3.2 Diagnosa Keperawatan


.3.2.1 Nyeri kolik b/d aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises, peregangan dari
terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal
.3.2.2 Perubahan pola miksi b/d retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari
iritasi saluran kemih.
.3.2.3 Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,
muntah efek sekunder dari nyeri kolik.
.3.2.4 Kecemasan b/d prognosis pembedahan, tindakan invasive diagnostic.
.3.2.5 Kurang informasi b/d rencana pembedahan, tindakan diagnostik invasif
(ESWL), perencanaan pasien pulang.

.3.3 Intervensi Keperawatan

Nyeri b/d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal
saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.

Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang, hilang atau teradaptasi.

Kriteria evaluasi :
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, skala nyeri
0-4.
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Ekspresi pasien rileks.

Intervensi Rasional
Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri Membantu evaluasi tempat obstruksi dan
(skala 1-10) dan penyebarannya. kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul
Perhatiakn tanda non verbal seperti: sering menyebar ke punggung, lipat
peningkatan TD dan DN, gelisah, paha, genitalia sehubungan dengan
meringis, merintih, menggelepar proksimitas pleksus saraf dan pembuluh
darah yang menyuplai area lain. Nyeri
tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan
gelisah, takut/cemas
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologidan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
noninvasif telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
Lakukan menejemen nyeri keperawatan: - Istirahat akan menurunkan kebutuhan
- Istirahatkan pasien. O2 jaringan perifer sehingga akan
- Manajemen lingkungan tenang dan meningkatkan suplai darah ke
batasi pengunjung. jaringan
- Beri kompres hangat pada pinggang. - Menurunkan stimulasi nyeri eksternal
- Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam. dan menjaga kondisi O2 di ruangan
- Ajarkan tehnik distraksi  pada saat - Vasodilatasi dapat menurunkan
nyeri. spasme otot dan kontraksi otot
- Tingkatkan pengetahuan tentang pinggang sehingga menurunkan
sebab-sebab nyeri dan stimulasi nyeri.
menghubungkan berapa lama nyeri - Meningkatkan asupan O2 sehingga
akan berlangsung. akan menurunkan nyeri sekunder.
- Menurunkan stimulus internal
sehingga menurunkan persepsi nyeri.
- Pengetahuan yang akan dirasakan
membantu mengurangi nyeri dan
membantu kepatuhan klien terhadap
rencana teraupetik
Kolaborasi pemberian obat sesuai - Analgetik (gol. narkotik) biasanya
program terapi: diberikan selama episode akut untuk
- Analgetik menurunkan kolik ureter dan
- Antispasmodik meningkatkan relaksasi otot/mental.
- Kortikosteroid - Menurunkan refleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri.
- Mungkin digunakan untuk
menurunkan edema jaringan untuk
membantu gerakan batu.
- mencegah stasis/retensi urine,
menurunkan risiko peningkatan
tekanan ginjal dan infeksi.
Perubahan pola miksi b/d retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari
iritasi saluran kemih.

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi pasien.

Kriteria hasil    :
- Frekuensi miksi dalam batas 5-8x/24 jam.
- Pasien mampu minum 2000 cc/24 jam dan kooperatif untuk menghindari
cairan yang mengiritasi kandung kemih.
Intervensi Rasional
Kaji pola berkemih dan cata produksi Mengetahui pengaruh iritasi kandung
urine tiap 6 jam kemih dengan frekuensi miksi
Anjurkan pasien untuk minum Mempertahankan fungsi ginjal,
2000cc/hari pemberian air secara oral adalah pilihan
terbaik untuk mendukung aliran darah
renal dan membilas bakteri dari
traktus  urinarus
Hindari minuman kopi, the, kola, dan Menurunkan iritasi dengan menghindari
alcohol minuman yang bersifat mengiritasi
saluran kemih
Pantau hasil pemeriksaan Peninggian BUN, kreatinin dan
laboratorium  (elektrolit, BUN, kreatinin) elektrolit menjukkan disfungsi ginjal
1.   Berikan obat sesuai indikasi:
- Asetazolamid (Diamox), Alupurinol - Meningkatkan pH urine (alkalinitas)
(Ziloprim) untuk menurunkan pembentukan
- Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), batu asam.
Klortalidon (Higroton) - Mencegah stasis urine dan
- Amonium klorida, kalium atau natrium menurunkan pembentukan batu
fosfat (Sal-Hepatika) kalsium.
- Agen antigout mis: Alupurinol - Menurunkan pembentukan batu
(Ziloprim) fosfat
- Antibiotika - Menurunkan produksi asam urat.
- Natrium bikarbonat - Mungkin diperlukan bila ada ISK
- Asam askorbat - Mengganti kehilangan yang tidak
dapat teratasi selama pembuangan
bikarbonat dan atau alkalinisasi
urine, dapat mencegah pembentukan
batu.
- Mengasamkan urine untuk mencegah
berulangnay pembentukan batu
alkalin.

.3.4 Implementasi Keperawatan

Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,


muntah efek sekunder dari nyeri kolik.

Tujuan             : dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan asupan nutrisi klien


terpenuhi

Kriteria hasil    :

- Klien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat


- Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya

Implementasi Rasional

Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, Memvalidasi dan menetapkan derajat
berat badan, dan derajat penurunan berat masalah untuk menetapkan pilahn
badan, integritas mukosa mulut, intervensi yang tepat
kemampuan menelan, riwayat
mual/muntah dan diare

Fasilitasi klien memperoleh diet biasa Memperhitungkan keinginan individu


yang disukai klien (sesuai indikasi) dapat memperbaiki asupan nutrisi

Pantau intake dan output, anjurkan untuk Mengukur keefektifan nutrisi dan
timbang berat badan secara periodic
(sekali seminggu) dukungan cairan.

Lakukan dan ajarkan perawatan mulut Menurunkan rasa tidak enak karena sisa
sebelum dan sesudah makan, serta makanan atau bau obat yang dapat
pemeriksaan peroral merangsang pusat muntah

Fasilitasi klien memperoleh diet sesuai Intake minuman mengandung kafein


indikasi dan anjrkan menghindari asupan dihindari karena merupakan stimulant
dari agen iritan sistem saraf pusat yang meningkatkan
aktivitas lambung dan sekresi pepsin.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Merencanakan diet dengan kandungan


menetapkan komposisi dan jenis diet nutrisi yang adekuat untuk memenuhi
yang tepat peningkatan kebutuhan energy dan kalori

Kolaborasi dalam pemberian anti-emetik Meningkatkan rasa nyaman


gastrointestinal dan meningkatkan
kemauan asupan nutrisi dan cairan
peroral.

.3.5 Evaluasi Keperawatan


Tahapan akhir untuk mengakhiri dalam suatu diagnosa, perencanaan, dan
sampai pelaksanaan, serta apakah ada hasil atau tetap dengan evaluasi, sebagai
berikut:
.3.5.1 Penurunan keluahan dan respon nyeri.
.3.5.2 Terjadi perubahan pola miksi.
.3.5.3 Peningkatan asupan nutrisi.
.3.5.4 Penurunan tingkat kecemasan.
.3.5.5 Terpenuhinya informasi tentang rencana pembedahan, tindakan diagnostic
invasif (ESWL), dan perencanaan pasien pulang.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Bella Azsaria


NIM : 2018.C.10a.0960
Ruang Praktek : Aster
Tanggal Praktek : 11-16 Mei 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 11 Mei 2020 08:00

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. X
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Buruh Tani
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Alamat : Jl Janah jari No 40C
Tgl MRS : 11 Mei 2020
Diagnosa Medis : Nefrilitiasis Sinistra

B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama :
Nyeri tekan pada perut bagian bawah.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pada tanggal 9 Mei 2020 pasien mengeluh nyeri di bagian pingang menjalar ke
perut, pasien di bawa ke puskesmas tetapi nyeri yang dialami pasien tidak
kunjung mereda dan pada tanggal 11 Mei 2020 keluarga pasien membawa
pasien ke Rsud Doris Sylvanus Palangka Raya, pasien tampak meringis
kesakitan dan sesekali memegang daerah yang sakit, terdapat mual dan muntah
tapi tidak sering, pasien mengatakan merasa susah BAK, tidak lacar, BAK
sering terputus-putus, frekuensi BAK 6x/hari namun sedikit, warna urine
kekuningan. Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya karen muncul
tiba-tiba, pasien tidak tau penyebabnya sehingga klien tampak cemas setiap kali
perawat mendekatinya.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami batu ginjal

GENOGRAM KELUARGA :

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= = Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien

C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien terlihat meringis kesakitan
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Composmentis
b. Ekspresi wajah : Meringis
c. Bentuk badan : Simetris
d. Cara berbaring/bergerak : Terlentang
e.Berbicara : Jelas
f.Suasana hati : Cemas
g. Penampilan : Cukup rapi
h. Fungsi kognitif :
 Orientasi waktu : Pasien dapat membedakan waktu pagi,siang
dan malam
 Orientasi Orang : Pasien dapat mengenali keluarganya dan
petugas kesehatan
 Orientasi Tempat : Paseien dapat mengetahui bahwa dirinya di
rumah sakit
i. Halusinasi :  Dengar/Akustic  Lihat/Visual  Lainnya
j. Proses berpikir :  Blocking  Circumstansial  Flight oh ideas
 Lainnya ……..
k. Insight :  Baik  Mengingkari  Menyalahkan orang lain
m. Mekanisme pertahanan diri :  Adaptif  Maladaptif
n. Keluhan lainnya : Tidak Ada
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 370C  Axilla  Rektal  Oral
b. Nadi/HR : 112 x/mt
c. Pernapasan/RR : 28 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 150/60 mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : 3 Batang/hari
 Batuk, sejak : Tidak Ada
 Batuk darah, sejak : Tidak Ada
 Sputum, warna : Tidak Ada
 Sianosis : Tidak Ada
 Nyeri dada : Tidak Ada
 Dyspnoe nyeri dada  Orthopnoe  Lainnya
 Sesak nafas  Saat inspirasi  Saat aktivitas  Saat
istirahat
Type Pernafasan  Dada  Perut  Dada dan
perut
 Kusmaul  Cheyne-stokes  Biot
 Lainnya
Irama Pernafasan  Teratur  Tidak teratur
Suara Nafas  Vesukuler  Bronchovesikuler
 Bronchial  Trakeal
Suara Nafas tambahan  Wheezing  Ronchi kering
 Ronchi basah (rales) Lainnya
Keluhan lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
 Nyeri dada  Kram kaki  Pucat
 Pusing/sinkop  Clubing finger  Sianosis
 Sakit Kepala  Palpitasi  Pingsan
 Capillary refill  > 2 detik  < 2 detik
 Oedema :  Wajah  Ekstrimitas atas
 Anasarka  Ekstrimitas bawah
 Asites, lingkar perut ……………………. cm
 Ictus Cordis  Terlihat  Tidak melihat
Vena jugularis  Tidak meningkat  Meningkat
Suara jantung  Normal Lub,dub
 Ada kelainan
Keluhan lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4 (Membuka mata dengan spontan)
V : 6 (Menurut sesuai perintah)
M : 5 (Tepat menjawab/orientasi penuh)
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran :  Compos Menthis  Somnolent
 Delirium
 Apatis  Soporus  Coma
Pupil :  Isokor  Anisokor
 Midriasis  Meiosis
Refleks Cahaya :  Kanan  Positif  Negatif
 Kiri  Positif  Negatif
 Nyeri, lokasi : Tidak Ada
 Vertigo  Gelisah  Aphasia 
Kesemutan
 Bingung  Disarthria  Kejang  Trernor
 Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau-bauan dengan baik
Nervus Kranial II : Penglihatan pasien normal
Nervus Kranial III : Pasien dapat membuka kelopak matanya
Nervus Kranial IV : Pasien dapat menggerakkan kedua matanya
Nervus Kranial V : Pasien dapat membuka mulutnya
Nervus Kranial VI : Pasien dapat mengerakkan kedua matanya ke kiri dan
kekanan
Nervus Kranial VII : Pasien dapat tersenyum
Nervus Kranial VIII : Pasien mempunyai respon saat dipanggil
Nervus Kranial IX : Pasien dapat menelan
Nervus Kranial X : Pita suara berfungsi dengan baik
Nervus Kranial XI : Pergerakan leher baik
Nervus Kranial XII : Pasien dapat menjulurkan lidah
Uji Koordinasi :Tidak Ada
Keluhan lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urine : 1800 ml 6 x/hr
Warna : Kuning
Bau : Amoniak
 Tidak ada masalah/lancer  Menetes 
Inkotinen
 Oliguri  Nyeri  Retensi
 Poliuri  Panas 
Hematuri
 Dysuri  Nocturi
 Kateter  Cystostomi
Keluhan Lainnya :
Pasien mengeluh nyeri dan pada saat BAK sering terputus-putus
Masalah Keperawatan :
Difungsi eliminasi UrinD.0040............................................................................................
Nyeri zalposisi
Uji kekuatan otot :  Ekstrimitas atas Tidak Ada  Ekstrimitas
bawah……..
 Deformitas tulang, lokasi Tidak Ada
 Peradangan, lokasi Tidak Ada
 Perlukaan, lokasi Tidak Ada
 Patah tulang, lokasi Tidak Ada
Tulang belakang  Normal  Skoliosis
 Kifosis  Lordosis
8. KULIT-KULIT RAMBUT
Riwayat alergi  Obat : Tidak Ada
 Makanan : Tidak Ada
 Kosametik : Tidak Ada
 Lainnya : Tidak Ada
Suhu kulit  Hangat  Panas  Dingin
Warna kulit  Normal  Sianosis/ biru 
Ikterik/kuning
 Putih/ pucat  Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor  Baik  Cukup  Kurang
Tekstur  Halus  Kasar
Lesi :  Macula, lokasi : Tidak Ada
 Pustula, lokasi : Tidak Ada
 Nodula, lokasi : Tidak Ada
 Vesikula, lokasi : Tidak Ada
 Papula, lokasi : Tidak Ada
 Ulcus, lokasi : Tidak Ada
Jaringan parut lokasi : Tidak Ada
Tekstur rambut : Tidak Ada
Distribusi rambut : Pendek, kotor, mudah rontok
Bentuk kuku  Simetris  Irreguler
 Clubbing Finger  Lainnya....................
Masalah Keperawatan :
Perawatan Rambut
9. SISTEM PENGINDERAAN :
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan :  Berkurang  Kabur
 Ganda  Buta/gelap
Gerakan bola mata :  Bergerak normal  Diam
 Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) :6/6
Mata kiri (VOS) :6/6
Selera  Normal/putih  Kuning/ikterus 
Merah/hifema Konjunctiva  Merah muda 
Pucat/anemic
Kornea  Bening  Keruh
Alat bantu  Kacamata  Lensa kontak  Lainnya.
Nyeri : Tidak Ada
Keluhan Lain : TidakAda
b. Telinga / Pendengaran : Normal
Fungsi pendengaran :  Berkurang  Berdengung  Tuli
c. Hidung / Penciuman : Normal
Bentuk :  Simetris  Asimetris
 Lesi
 Patensi
 Obstruksi
 Nyeri tekan sinus
 Transluminasi
Cavum Nasal Warna Tidak ada sekresi Integritas : Tidak
Ada
Septum nasal  Deviasi  Perforasi  Peradarahan
 Sekresi, warna Tidak Ada
 Polip  Kanan  Kiri  Kanan dan
Kiri
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
10. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Massa  Ya  Tidak
Jaringan Parut  Ya  Tidak
Kelenjar Limfe  Teraba  Tidak teraba
Kelenjar Tyroid  Teraba  Tidak teraba
Mobilitas leher  Bebas  Terbatas
11. SISTEM REPRODUKSI
a. Reproduksi Pria
Tidak ada Terkaji
a. Reproduksi Wanita
Tidak Ada Terkaji
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan lekas sembuh agar bisa berkumpul
bersama keluarga serta bisa melakukan aktivitas kembali, seperti berkebun.

2. Nutrisida Metabolisme
TB : 165/71 Cm
BB sekarang : 60 Kg
BB Sebelum sakit : 65 Kg
Diet :
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
Diet Khusus : Tidak Ada
 Rendah garam  Rendah kalori  TKTP
 Rendah Lemak  Rendah Purin 
Lainnya……….
 Mual
 Muntah : Tidak Ada
Kesukaran menelan  Ya  Tidak
Rasa haus
Keluhan lainnya : Tidak Ada

Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit


hari
Frekuensi/hari 3x sehari 3x Sehari

Porsi 1 Porsi 1 Porsi

Nafsu makan Baik Baik

Jenis Makanan Nasi,lauk dan sayur Nasi, lauk

Jenis Minuman Air putih dan Teh Air Putih

Jumlah minuman/cc/24 ±2000 cc ±2000 cc


jam
Kebiasaan makan Pagi,siang,sore Pagi,siang,sore

Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada

Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Keperawatan
3. Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur
Pasien tampak tidur nyenyak
Pola tidur malam : 6-7 jam (Sebelum sakit)
6-7 jam (Sesudah sakit)
Pola tidur siang : 1-2 jam (Sebelum sakit)
2 jam (Sesudah sakit)

Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Keperawatan
4. Kognitif :
Pasien sehari-hari menggunakan bahasa dayak. Dapat mengikuti instruksi
perawat/dokter dengan baik.
Masalah Keperawatan
Tidak ada Masalah Keperawatan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Gambar diri : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya
Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dan ingin pulang
Identitas diri : Pasien seorang anak perempuan dari tiga bersaudara
Harga diri : Pasien menerima penyakit yang dideritanya
Peran diri : Peran sebagai seorang ayah dari 1 anak

Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas secara mandiri, namun sesudah sakit
pasien di bantu oleh keluarga dan perawat
Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Keperawatan
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien orang yang ceria, mudah bergaul dan pasien dengan keluarganya sangat
baik, pasien dapat memecahkan masalahnya dengan membicarakan pada
keluarganya.
Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama Kristen dan berada
di rumah pasien beraktivitas dan melakukan ibadah.
Saat Sakit : Pasien mengatakan di rumah sakit pasien hanya dapat berdoa dalam
hati.

Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa dayak
3. Hubungan dengan keluarga :
Baik dan Harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Baik. Pasien dapat bekerja sama dengan perawat dalam pemberian tindakan
keperawatan. Hubungan dengan teman dan orang lain juga baik
5. Orang berarti/terdekat :
Keluarga
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit pasien bekerja sebagai petani dan meluangkan waktu untuk
keluarga.
7. Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit pasien selalu menjalankan ibadah di gereja

F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,


PENUNJANG LAINNYA)
Tanggal 11 Mei 2020

No Pemeriksaan Hasil Normal


.
1. HB 12 gr/Dl 13.5-18gr/dL
2. Leukosit 11.000/ul 6000-1000/ul
3. Trambosit 200.000/ul 250.000-500.000/ul
4. Ureum 40/ul -
5. Kreatin 1,9/ul 0,5-1,5mg/dl
6. BUN 40 mg/dl 10-30mg/dl

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tanggal 11 Mei 2020
Pemeriksaan Hasil Indikasi

Rongten Adanya tampak bayangan Rontgen adalah tindakan


batu pada ginjal sebelah menggunakan radiasi untuk
kiri mengambil gambar bagian
dalam dari tubuh seseorang.
Utamanya, rontgen digunakan
untuk mendiagnosa masalah
kesehatan dan yang lainnya
untuk pemantauan kondisi
kesehatan yang ada.
IVP Tampak pembengkakan Pielogram intravena ( IVP ),
pada ginjal, batu tampak juga disebut urogram
jelas pada ginjal kiri. intravena ( IVU ), adalah
prosedur radiologis yang
digunakan untuk
memvisualisasikan
kelainan sistem kemih ,
termasuk ginjal , ureter ,
dan kandung kemih . Tidak
seperti ginjal, ureter, dan
rontgen kandung
kemih (KUB), yang
merupakan radiografi polos
(yaitu, nonkontras), IVP
menggunakan kontras untuk
menyoroti saluran kemih 

USG Ginjal Tampak lokasi batu pada Pemeriksaan USG


ginjal sebelah kiri, ginjal adalah pemeriksaan
memiliki ukuran/ diameter untuk mengetahui gambaran
anatomi ginjal yang meliputi
cortex, medulla, pyramid,
sistema pyelocalices dan
ureter bagian proksimal.

Palangka Raya, 11 Mei 2020

Mahasiswa,

(Bella Azsaria)

ANALISIS DATA
Data Subjektif dan Data Kemungkinan Penyebab Masalah
Objektif

Ds : Kelainan metabolik, pemecahan Nyeri Akut


-Klien mengatakan nyeri purin meningkat
perut menjalar ke ↓
pingang Peningkatan absorpsi di usus
Do : ↓
-Skala nyeri 8 Hiperkalsemia
-Klien tampak meringis ↓
-Nyeri tekan pada perut Peningkatan filtrasi
bagian bawah ↓
-Klien tampak mengelus- Konsentrasi zat pembentuk batu
ngelus daerah perut meningkat
-TTV ↓
TD : 150/60mmHg Larutan metastabil
Nadi : 112x/i ↓
Suhu: 37°C Proses kristalisasi
RR : 28x/i ↓
Pengendapan batu

Pembentukan batu ginjal

Respon obstruksi

Nyeri dipersepsikan

DS: Pembentukan Batu ginjal Perubahan pola eliminasi


-  Klien mengatakan ↓ urine : Retensi Urine
merasa susah BAK, BAK Respon obstruksi
tidak lancar, sering BAK

terputus-putus
Penurunan reabsorbsi dan
-  Klien sering merasa
sekresi turbulen
ingin BAK tapi tidak bisa

keluar
DO:
Gangguan fungsi ginjal

-  Distensi pada abdomen ↓


bagian bawah (daerah Penurunan produksi urine
sympisis)
-  Retensi urine

DS: Pembentukan Batu ginjal Kecemasan


-  Klien mengatakan ↓
cemas karena tidak tahu Gangguan fungsi ginjal
tentang penyakitnya ↓
karena munculnya tiba- Perubahan status kesehatan;
tiba, klien tidak tahu nyeri perut hingga ke pinggang,
penyebabnya sehingga retensi urine
klien bertanya tentang ↓
penyakitnya Respon psikologis

DO: Kecemasan
Klien tampak cemas
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut b/d peningkatan aktivitas peristaltik otot polos, peregangan dari terminal
saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2. Perubahan pola miksi b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, obstruksi mekanik, dan
retensi urine
3. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, tindakan invasif diagnostik.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.X


Ruang Rawat : Aster

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Tujuan                   : Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1- Membantu evaluasi tempat obstruksi dan
Diagnosa 1 kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul
Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri 10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non
berkurang, hilang atau teradaptasi. verbal seperti: peningkatan TD dan DN, sering menyebar ke punggung, lipat paha,
Nyeri akut b/d peningkatan genitalia sehubungan dengan proksimitas
gelisah, meringis, merintih, menggelepar
aktivitas peristaltik otot polos, pleksus saraf dan pembuluh darah yang
Kriteria evaluasi    : menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan
peregangan dari terminal saraf Lakukan menejemen nyeri keperawatan:
- secara subjektif melaporkan nyeri hebat dapat menimbulkan gelisah,
sekunder dari adanya batu pada berkurang atau dapat diadaptasi, skala takut/cemas
-    Istirahatkan pasien
ginjal. nyeri 0-4 Istirahat akan menurunkan kebutuhan
-    Manajemen lingkungan tenang dan batasi
- dapat mengidentifikasi aktivitas yang O2 jaringan perifer sehingga akan
pengunjung
meningkatkan atau menurunkan nyeri
- ekspresi pasien rileks meningkatkan suplai darah ke jaringan
-    Beri kompres hangat pada pinggang

-     Menurunkan stimulasi nyeri eksternal dan


-    Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
menjaga kondisi O2 di ruangan
-    Ajarkan teknik distraksi  pada saat nyeri
-     Vasodilatasi dapat menurunkan spasme otot
-    Tingkatkan pengetahuan tentang sebab- dan kontraksi otot pinggang sehingga
sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama menurunkan stimulasi nyeri
nyeri akan berlangsung
-     Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder
-     Menurunkan stimulus internal sehingga
menurunkan persepsi nyeri.

- Pengetahuan yang akan dirasakan membantu


mengurangi nyeri dan membantu kepatuhan
klien terhadap rencana teraupetik

Diagnosa 2 Tujuan             : dalam waktu 1 x 24 jam - Kaji pola berkemih dan cata produksi urine Mengetahui pengaruh iritasi kandung kemih
pola eliminasi optimal sesuai kondisi tiap 6 jam dengan frekuensi miksi
Perubahan pola miksi b/d
pasien - Anjurkan pasien untuk minum 2000cc/hari
stimulasi kandung kemih oleh Mempertahankan fungsi ginjal, pemberian air
- Hindari minuman kopi, teh, kola, dan
Kriteria hasil    : secara oral adalah pilihan terbaik untuk
batu, obstruksi mekanik, dan alkohol
mendukung aliran darah renal dan membilas
retensi urine -   Frekuensi miksi dalam batas 5-8x/24 - Pantau hasil pemeriksaan
bakteri dari traktus  urinarus
jam laboratorium  (elektrolit, BUN, kreatinin)
- Berikan obat sesuai indikasi: Menurunkan iritasi dengan menghindari
-   Pasien mampu minum 2000 cc/24 jam
- Asetazolamid (Diamox), Alupurinol minuman yang bersifat mengiritasi saluran
dan kooperatif untuk menghindari cairan
(Ziloprim) kemih
yang mengiritasi kandung kemih
- Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril),
Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit
Klortalidon (Higroton)
menjukkan disfungsi ginjal
- Amonium klorida, kalium atau natrium
fosfat (Sal-Hepatika) -       Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk
- Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim) menurnkan pembentukan batu asam.
- Antibiotika
-       Mencegah stasis urine ddan menurunkan
- Natrium bikarbonat
pembentukan batu kalsium.
- Asam askorbat
-       Menurunkan pembentukan batu fosfat

-       Menurnkan produksi asam urat.

-        Mungkin diperlukan bila ada ISK

-        Mengganti kehilangan yang tidak dapat


teratasi selama pembuangan bikarbonat dan
atau alkalinisasi urine, dapat mencegah
pemebntukan batu.

-       Mengasamkan urine untuk mencegah


berulangnya pembentukan batu alkalin.

Diagnosa 3 Tujuan             : dalam waktu 1x24 jam - Bantu pasien mengekspresikan perasaan - Cemas berkelanjutan memberikan dampak
tingkat kecemasan pasien berkurang atau takut dan marah serangan jantung selanjutnya
Kecemasan b/d perubahan status
hilang - Beri dukungan kepada klien - Hubungan emosional yang baik antara
kesehatan, tindakan invasif
- Beri lingkungan yang tenang dan suasana perawat dengan pasien akan mempengaruhi
diagnostik Kriteria hasil    :
penuh istirahat penerimaan terhadap kecemasan.
Pasien menyatakan kecemasan - Beri kesempatan kepada pasien untuk Keterbukaan mengenai setiap tindakan yang
mengungkapkan kecemasannya akan dilakukan diharapkan akan
berkurang, mengenal perasaannya, dapat - menghilangkan banyak ketakutan klien
mengidentifikasi penyebab atau faktor - Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
yang mempengaruhinya, kooperatif perlu
terhadap tindakan dan wajah rileks - Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak diekspresikan
- Memberi waktu untuk mengekspresikan
perasaan, menghilangkan cemas, dan
perilaku adaptasi.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.X
Ruang Rawat : Aster

Tanda tangan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
11 Mei 2020 - Indentifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri. S = Pasien mengatakan Nyeri berkurang Bella Azsaria
- Monitor kualitas nyeri (Mis,terasa tajam,tumpul, diremas- O = pasien nampak tenang setelah di ajarkan teknik distraksi
TD : 150/60 mmhg
remas,ditimpa beban berat)
RR : 28x/i
- Monitor lokasi dan penyebaran nyeri Suhu : 37°C
- Monitor intensitas nyeri mengunakan skala Nadi : 112x/i
A : Masalah sudah teratasi sebagian
- Monitor durasi nyeri
P : Lanjutkan Intervensi
- Beri kompres hangat pada pinggang. 1. Monitor kualitas nyeri dan monitor durasi nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam 2. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
3. Colaborasi dengan dokter
- Ajarkan teknik distraksi  pada saat nyeri

- Kaji pola berkemih dan catat produksi urine tiap 6 jam S = pasien mengatakan pada saat berkemih sering terputus-
12 Mei 2020
- Anjurkan pasien untuk minum 2000cc/hari putus
O = Pasien nampak gelisah Bella Azsaria
- Hindari minuman kopi, teh, kola, dan alkohol A = masalah belum teratasi
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium  (elektrolit, BUN, P = Intervensi 1,2,3,4
kreatinin)

Memberikan edukasi atau pengertian tentang penyakit


13 Mei pasien kepada keluarga pasien maupun pasien. S = Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang Bella Azsaria
- Bantu pasien mengekspresikan perasaan takut dan marah dideritanya
O = Pasien tidak cemas lagi
- Beri dukunga
A = Masalah Teratasi
- n kepada klienc P = Intervensi dihentikan
- Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
- Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
kecemasannya
BAB 3

PENUTUP

.1 Kesimpulan

Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di


ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk didalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih
oleh kristalisasi dari substansi ekskresi didalam urine.

Penyebab batu ginjal antara lain, dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan
imobilitas, diet tinggi purin dan abnormalitas metabolisme purin, gangguan reabsorpsi ginjal
dan gangguan aliran urin, infeksi saluran kemih. Dengan manifestasi klinik yang muncul
antara lain, nyeri pinggang yang berat, gejala gastrointestinal, batu kandung kemih
menimbulkan gejala yang mirip sistitits, suhu tubuh naik dan menggigil, nyeri hebat dengan
peningkatan produksi prostaglandin ginjal, aliran urine tiba-tiba terhenti, dengan nyeri pada
penis atau perineum.

Penatalaksanaan medis untuk betu ginjal berupa terapi medis dan simtomatik, terapi
mekanik (Litotripsi), dan Tindakan bedah. Mencegah lebih baik daripada mengobati untuk itu
berikut adalah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari terbentuknya batu ginjal
yaitu, minumlah air yang cukup, setidaknya 2 liter air sehari, pilih makanan yang kaya
vitamin A, kembangkan pola hidup aktif, kurangi makanan mengandung asam urat terlalu
tinggi, jangan berlebihan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium oksalat tinggi,
jangan berlebihan mengkonsumsi susu dan produk susu, dan kurangi garam dalam makanan.

.2 Saran

Diharapkan laporan dan askep ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca tentang penyakit batu ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

Muttaqin & Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:


Salemba Medika

Nursalam  & Baticaca. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

O’Callaghan. (2007). At a Glance Sistem Ginjal Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

Purnomo, BB (2000), Dasar-Dasar Urologi, Jakarta: Sagung Seto

Syaifuddin. (2006). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:


Salemba MedikaCorwin, Elisabeth. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi/Elisabeth. J. Cowin.
EGC: Jakarta.

Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis Keperawatan:aplikasi pada praktik klinis. Edisi ke


Sembilan. Jakarta :EGC.

Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa: Nike, B. Editor edisi bahasa
indonesia: Yuda, E.K, et All.Edisi 3 Jakarta. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai