Anda di halaman 1dari 55

i

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


An. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT CAMPAK DAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TENTANG NUTRISI DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :
Nama : Yoga Pratama
NIM : 2018.C.10a.0992

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020
i

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Yoga Pratama
NIM : 2018.C.10a.0992
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. J
dengan Diagnosa Medis Penyakit Campak dan Kebutuhan Dasar
Manusia tentang Nutrisi di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh


Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) Pada Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Kristinawati, S.Kep, Ners Arus Pandia, SST

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

i
ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
An. J dengan Diagnosa Medis Penyakit Campak dan Kebutuhan Dasar Manusia
tentang Nutrisi di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawati, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Arus Pandia, SST selaku kepela ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan izin,
informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan
di ruang Flamboyan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, 22 Juni 2020

Penyusun

iii
iii

DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit Campak ................................................................................4
2.1.1 Definisi Penyakit Campak ......................................................................4
2.1.2 Etiologi....................................................................................................4
2.1.3 Klasifikasi................................................................................................5
2.1.4 Patosiologi (WOC) .................................................................................6
2.1.5 Manifestasi Klinis ...................................................................................9
2.1.6 Komplikasi .............................................................................................9
2.1.7 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................10
2.1.8 Penatalaksanaan Medis .........................................................................11
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Nutrisi) ................................................14
2.2.1 Konsep Oksigenasi ..................................................................................14
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................25
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................25
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................29
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................30
2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................32
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................32
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................33
3.1 Pengkajian ...................................................................................................33
3.2 Diagnosa ......................................................................................................39
3.3 Intervensi .....................................................................................................43
3.4 Implementasi dan Evaluasi..........................................................................46
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................50
4.1 Kesimpulan .................................................................................................50
4.2 Saran ............................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut di sebabkan oleh
virus golongan Paramyxovirus. Pada tahun 2013, di dunia terdapat 145.700 orang
meninggal akibat campak, sedangkan sekitar 400 kematian setiap hari sebagian
besar terjadi pada balita (WHO, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2015),campak merupakan penyakit endemik di
negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, campak masih menempati
urutan ke-5 penyakit yang menyerang terutama pada bayi dan balita. Pada tahun
2014 di Indonesia ada 12.943 kasus campak. Angka ini lebih tinggi di bandingkan
pada tahun 2013 sebanyak 11. 521 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 8
kasus yang terjadi di 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan
Riau dan Kalimantan Timur. Incidence rate (IR) campak pada tahun 2014 sebesar
5,13 per 100.000 penduduk.Angka ini meningkat di bandingkan tahun 2013 yang
sebesar 4,64 per 100.000 penduduk. Kasus campak terbesar pada kelompok umur
5-9 tahun dan kelompok umur 1-4 tahun sebesar 30% dan 27,6%.
Campak confirm merupakan penyakit campak yang cara diagnosisnya
dengan menggunakan tes serologi di laboratorium. Campak adalah penyakit
menular dengan gejala prodomal. Gejala ini meliputi demam, batuk, pilek dan
konjungtivitis kemudian diikuti dengan munculnya ruam makulopapuler yang
menyeluruh di tubuh. Menurut Nugrahaeni (2012), kejadian campak di sebabkan
oleh adanya interaksi antara host, agent dan environment. Perubahan salah satu
komponen mengakibatkan keseimbangan terganggu sehingga terjadi campak.
Berdasarkan penelitian Mujiati (2015) dan Giarsawan dkk (2012), faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian campak yaitu umur, status gizi, status
imunisasi, pemberian vitamin A, pemberian ASI eksklusif, kepadatan hunian,
ventilasi, riwayat kontak,dan pengetahuan ibu. Menurut Widagdo (2012) penyakit
campak dapat mengakibatkan kematian. Terjadinya kematian dapat dipicu dengan
komplikasi penyakit yaitu bronkhopneumonia yang timbul akibat penurunan daya
tahan anak yang menderita campak.
Cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu dengan imunisasi
balita pada usia 9 bulan. Selama periode 2000-2013, imunisasi campak berhasil
menurunkan 15,6 juta (75%) kematian akibat campak di Indonesia(Kemenkes RI,
2015). Imunisasi campak membuat anak akan terlindungi dan tidak terkena

1
2

campak, karena imunisasi dapat memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit


termasuk campak (Nugrahaeni, 2012).
Dari besarnya insiden Campak di negara–negara berkembang seperti di
Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik Campak dalam upaya
ketepatan penegakan diagnosis hingga pemberian terapi yang adekuat sehingga
dapat dilakukan pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam studi kasus ini adalah :
1.2.1 Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Tn. J dengan diagnosa
Campak ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Campak di ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan
dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi
masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta
permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes
Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa
medis Campak secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan
mandiri.
3

1.4.3 Bagi Institusi


1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Campak dan Asuhan Keperawatannya.
1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan
mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan diagnosa medis
Campak melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Anemia


2.1.1 Definisi Anemia
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara
dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,2013). Penyakit
campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo
papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas dan disertai salah satu gejala
batuk, pilek, dan mata merah (WHO,2009).
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadiumkonvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatan
Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya di tandai dengan
gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet,
pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vo 2,Nelson, EGC, 2010)
Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular di tandai oleh gejala
prodormal panas, batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya bercak merah
makulopapurer yang menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian menghitam dan
mengelupas. (Fanani. 2009: 61-62).
Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditularkan
melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki masa
inkubasi 8-13 hari. Campak di tandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan
konjungtivitis yang kemudian di ikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash).
Dampak penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat
diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom radang otak pada anak
diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebih parah setelah sakit campak
berat.
2.1.2 Etiologi
Penyakit campak disebabkan oleh virus yaitu virus campak sendiri
( paramiksovirus, genius morbili). virus campak ini dapat hidup dan berkembang
biak pada selaput lendir tenggorokan, hidung, dan saluran pernafasan. (Rimbi, 2014)
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring
dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak.
Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 2007).
5

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap
panas dan dingin, dan dapat diaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar
matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
4
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 2011 : 90-91).
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul
bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah,
2007:351).
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip
dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut
ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak
selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam
kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam.
(Nelson, 2010 : 198).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:
• bayi berumur lebih dari 1 tahun
• bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
• remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisa
2.1.3 Klasifikasi
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan
kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :
1. Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa
hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang
akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik
yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang di jumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar dibawah, tetapi dapat
menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka
dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula
lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18
jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena di iringi demam tinggi
mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran darah tepi ialah
limfositosis dan leukopenia.
6

2. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema / titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai
dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul di belakang telinga dibagian atas
lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang
terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat
pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan di daerah leher belakang.
Juga terdapat sedikits plenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi
dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak
indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan
gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
2.1.4 Patofisiologi
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili
paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar,pH asam,
ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus
campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembangbiak pada epitel
nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga
kemungkinan melalui kelenjar air mata.
Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada
kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada
semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7hari dari
infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar patologik
ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan
perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit
menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C :coryza, cough and conjuctivitis) dan
demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin
berat dan pada hari ke 10 sejak awalinfeksi (pada hari penderita kontak dengan
sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.
7

Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan
gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi
mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi
dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan
perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
Etiologi : penyebab ini dapat hidup dan
berkembang biak pada selaput lendir tengorokan, 8
WOC CAMPAK (MORBILI) hidung, dan saluran pernafasan. Orang yang
terentan campak :
 Bayi umur lebih dari 1 tahun
 Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
Pemeriksaan penunjang:  Remaja dan dewasa yang belum Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala
1) Uji Laboratorium mendapatkan imunisasi kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau
lebih yang disertai panas dan disertai salah satu gejala
batuk, pilek, dan mata merah
Campak ( Morbili )

B3 B4 B5 B6
B1 B2
Brain Bladder bowel Bone
Breathing Blood

Epital saluran napas Kerusakan jaringan Iritasi mukosa Gangguan Peningkatan Suhu
Gaya hidup
lapisan kulit usus metabolisme tubuh
kurang gerak

Penuruna fungsi silia


Trauma Penurunan Diare Gangguan Gatal ( nyeri ringan )
mobilitas menelan
Sekret
Kurang terpapar Dehidrasi
Ruam Nafsu
informasi tentang MK : Gangguan rasa
makan
Reflek batuk factor pemberat nyaman

Peningkatan suhu
Kurang tepapar informasi
tubuh Intake nutrisi
MK : Risiko perfusi tentang upaya melindungi
MK : Bersihkan jalan nafas
perifer tidak efektif integritas jaringan
tidak efektif

MK : Hipertermi MK : Defisit nutrisi


MK : Gangguan
integritas kulit/jaringan
9

2.1.5 Manifestasi Klinis


Masa tunasnya adalah 10-20 hari, Menurut NANDA 2015, stadium
penyakit campak meliputi :
 Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala
sebagai berikut:
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
 Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
c. Kadang terlehat bercak koplik
d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan.
e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
f. Splenomegali
g. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang
disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
 Stadium konvalensensi
a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)
b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume
2,2006).
2.1.6 Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat
penyakit Campak. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Otitis media akut (infeksi telinga)
2. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
3. bronkopneumoni (infeksi saluran napas)
10

4. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1.000-2.000 kasus.


5. Bronkiolitis
6. Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis
7. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan.
8. Diare
9. Kejang Demam (step)
10. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder.
Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokokus,
pneumokokus, stafilokokus, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat
disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
11. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar
19,1 – 30,4%
12. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau
ensefalomielitis tipe alergi.
13. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan Mastoiditis Komplikasi dari otitis media
14. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita
komplikasi. (Rampengan, 2011 : 95)
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut NANDA 2015 pemeriksaan lanjutan :
1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni
2. Dalam sputum, sekresi nasa, sedimen urin, dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cell yang khas
3. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglubination inhibition dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puuncaknya pada 2-3
minggu kemudian.
Diagnose kasus campak ditegakan dengan pemeriksaan IgM campak dan kenaikan
Titer yang signifikan dari IgG campak pada fase akut (di ambil dalam waktu 4 hari
timbulnya ruam) dan masa konvalensi (diambil antara 2-4 minggu kemudian).
(Soegejanto, 2007).
11

Saat ini pemeriksaan ELLISA dapat membedakan deteksi IgM dan IgG, yang
telah dipakai secara luas oleh karena memberi kemudahan dalam peneyediaan
sampel dalam jumlah besar. Sebelum ditemukan pemeriksaan secara ELLISA
pemeriksaan hemaglubination inhibition (HI) dilakukan untuk deteksi antibody
terutama terhadap protein H dan mempunyai korelasi langsung dengan test
netralisasi. Tetapi kelemahan utama dari test HI adalah kebutuhan untuk tersedianya
eritrosit kera segar yang sensitive, kesukaran dalam memproduksi test antigen dalam
jumlah besar dan kemungkinan didapatnya inhibitor hemagubination non spesifik26,33.
(Soegejanto, 2007).
2.1.8 Penatalaksanaan
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam
tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin
diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan
lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.
 Penatalaksanaan Medis
Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan hal-
hal berikut berdasarkan fase-fasenya:
1. Masa Inkubasi
Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit
mendeteksi infeksinya karena gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak
terlihat sama sekali. Mungkin beberapa anak mengalami demam tetapi
umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak merah
yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.
 Yang perlu dilakukan:
Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan
tubuhnya tetap tinggi. Misalnya dengan makan sayur, buah, serta menjaga
kebugaran tubuhnya. Bila memang nantinya campak benar-benar
menyerang kemungkinan terjadinya tidak akan terlalu parah.
2. Fase Prodormal
Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu,
batuk, pilek, dan demam. Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan
dan berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa melihat dengan jelas ke arah
cahaya karena merasa silau (photo phobia). Ciri lain, di sebelah dalam
mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa
anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi
yang turun naik, berkisar 38-40,5° C. Di fase kedua bercak merah belum
muncul.
12

 Yang perlu dilakukan:


Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan
demam mulai muncul. Jangan sampai menunggu munculnya bercak-bercak
merah karena anak butuh pertolongan secepatnya. Tindakan cepat sangat
membantu untuk mengantisipasi beratnya penyakit.
3. Fase Makulopapuler
Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering
diiringi demam tinggi antara 38-40,5°C. Awalnya, bercak ini hanya
muncul di beberapa bagian tubuh saja, biasanya di belakang telinga, leher,
dada, wajah, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit lain,
umumnya warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan ukuran
yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Biasanya, bercak
merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu minggu meskipun
hal ini tergantung pula pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Pada
anak yang memiliki daya tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya
hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi pada anak yang memiliki daya
tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan semakin banyak. Hal ini juga
menunjukkan kalau campak yang diderita anak termasuk berat.
 Yang perlu dilakukan:
Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya
dokter akan mengusahakan agar bercak merah pada anak tidak sampai
muncul di sekujur tubuh. Bila memang sekujur tubuhnya dipenuhi bercak,
ini berarti campaknya cukup berat. Apalagi jika sudah muncul gejala
komplikasi, maka konsultasikanlah ke dokter apakah anak perlu dirawat
atau tidak.
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak bercak
merah yang tampak semakin bagus karena berarti anak akan cepat sembuh.
Pendapat ini keliru karena kita sebenarnya dituntut untuk lebih waspada.
Tetapi bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak
cukup dirawat di rumah.
4. Fase Penyembuhan
Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan
sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman
dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan
mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya,
13

dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-
sisa campak.

 Yang perlu dilakukan:


Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga
asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang teratur. Jangan
pernah beranggapan kalau bercak merah sudah berkurang dan gejalanya
sudah hilang berarti virus campaknya sudah musnah. Kita tetap perlu
melanjutkan pengobatan sampai anak benar-benar sembuh.
 Penatalaksanaan Teraupetik :
1. Pemberian vitamin A
2. Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
3. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi
4. Pemberian obat batuk dan sedativum
 Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak
sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum.
Demam yangtinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak.
Keadaan ini jika tidakdiperhatikan agar anak mau makan ataupun minim
akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya
komplikasi.
2. Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan
infeksi virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah
campaknya keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan
tetap berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya
diberikan antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk
mencegah terjadinya kejang.
3. Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan,
pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga
tidaktahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan akan
berlangsunglebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat
rewel, pada waktumalam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem
telah keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan
aman dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak di
14

bedaki dengan bedak salisil 1% ataulainnya (atas resep dokter). Selama


masih demam tinggi jangan di mandikan tetapi sering-sering di bedaki
saja.

4. Resiko terjadinya komplikasi


Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal
ini dapat di buktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah
menjadi negatif. Ini menunjukkan bahwa antigen antibodi pasien sangat
kurang kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu,
risiko terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak
kurang baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit
kronik lainya.
2.2 Kebutuhan Dasar Kemanusian Nutrisi
2.2.1 Definisi
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein,
lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan
kepadatan nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah
kilokalori. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau gula,
adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi. (Potter & Perry, 2010;
274).
Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang
kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak
sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral,
vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut kurang terpenuhi, maka proses
tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat. (AAA, Hidayat, 2006;38).
Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang
bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. (AAA, Hidayat,
2006; 52).
Gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan metabolic yang dibutuhakan oleh tubuh. (Lynda
Juall,Carpenito,2006).

 Fungsi Zat Gizi


Menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik. Sebagai bahan
dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel – sel tubuh dalam tubuh.
Sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).
15

 Komponen Zat Gizi


a. Karbohidrat
Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap makanan.
Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan
karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan terjadi
kelaparan dan berat badan menurun. Demikian sebaliknya, apabila jumlah
kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi
dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Jumlah
karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari susu, padi – padian, buah –
buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur – sayuran. (AAA.Hidayat.2011;
42).
b. Lemak
Merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, dan
K yang larut dalam lemak. Komponen lemak terdiri atas lemak alamiah
sekitar 98% (diantaranya trigliserida dan gliserol), sedangkan 2%-nya
adalah asam lemak bebas (diantaranya monogliserida, digleserida,
kolesterol, serta fosfolipid termasuk lesitin, sefalin, sfingomielin, dan
serebrosid). Lemak merupakan sumber yang kaya akan energi dan
pelindung organ tubuh terhadap suhu, seperti pembuluh darah, saraf, organ,
dan lain lain. Lemak juga dapat membantu memberikan rasa kenyang
(penundaan waktu pengosongan lambung). Komponen lemakdalam tubuh
harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan
menyebabkan terjadinya perubahan kulit, khususnya asam linoleat yang
rendah dan berat badan kurang. Namun, apabila jumlah lemak pada anak
terlalu banyak dapat menyebabkan terjadi hiperlipidemia, hiperkolesterol,
penyumbatan pembuluh darah, dan lain – lain. Jumlah lemak yang cukup
dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, dagig, ikan, keju, kacang –
kacangan, dan minyak sayur (Pudjiadi, 2001).
c. Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma
sel. Selain itu, tersedianya protein dalam jumlah yang cukup pentig untuk
pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk menjaga
keseimbangan osmotik plasma. Protein terdiri atas dua puluh empat asam
amino, diantaranya sembilan asam amino esensial (seperti treonin, valin,
leusin, isoleusin, lisin, triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan
selebihnya asam amino nonesensial. Protein tersebut dalam tubuh harus
tersedia dalam jumlah yang cukup. Jika jumlahnya berlebih atau tinggi dapat
16

memperburuk insufisiensi ginjal. Demikian juga jika jumlahnya kurang,


maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, bahkan dalam kondisi lebih
buruk dapat menyebabkan kwasiorkor dan marasmus. Kwasiorkor terjadi
apabila kekurangan protein dan marasmus merupakan kekurangan protein
dan kalori. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur,
daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan paid – padian.
(Pudjiadi, 2001).
d. Air
Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai
medium untuk ion, transpor nutrien dan produk buangan, serta pengaturan
suhu tubuh. Sumber air dapat diperoleh dari air dan semua makanan.
(AAA.Hidayat.2011; 43).
e. Vitamin
Vitamin merupakan zat organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah
sedikit dan akan menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak
memperolehnya dalam jumlah yang mencukupi. (Asmadi.2008; 70).
Digunakan untuk mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan tubuh. Vitamin yang
dibutuhkan tubuh antara lain sebagai berikut:
Vitamin A (retinol) mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata,
pertumbuhan tulang dan gigi, serta pembentukan maturasi epitel. Vitamin
ini dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin,
tumbuh – tumbuhan, sayur – sayuran dan buah – buahan.
Vitamin B kompleks (tiamin). Kekurangan vitamin dapat menyebabkan
penyakit beri – beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala,
insomnia, takikardi, edema, dan peningkatan kadar asam piruvat dalam
darah. Kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari hati, daging, susu, padi,
biji – bijian, kacang, dan lain- lain.
Vitamin B2 (riboflavin) vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang
cukup karena jika tidak akan menyebabkan fotofobia, penglihatan kabur,
dan gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, keju,
hati, daging, telur, ikan sayur – sayuran hijau, dan padi.
Vitamin B12 (sianokobalamin) kekurangan vitamin ini dapat
menyebabkan anemia. Vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan
telur, susu, dan keju.
17

Vitamin C (asam askornat) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan


lamanya proses penyembuhan luka. Vitamin ini dapat diperoleh dari tomat,
semangka, kubis, dan sayur – sayuran hijau.
Vitamin D, berguna untuk mengatur penyerapan serta pengendapan kalsium
dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus, juga
mengatur kadar alkalin fosfatase serum. Kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan osteomalasia. Vitamin ini dapat
diperoleh dari susu, margarin, minyak sayur, minyak ikan, sinar matahari,
dan sumber ultaraviolet lain.
Vitamin E berfungsi untuk meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A, dan
asam linoleat; disamping menstabilkan membran sel. Apabila kekurangan
vitamin ini dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi
prematur dan kehilangan keutuhan sel syaraf. Vitamin E ini dapat diperoleh
dari minyak, biji – bijian dan kacang – kacangan.
Vitamin K berfungsi untuk pembentukan protrombin, faktor koagulasi II,
VII, IX, dan X yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah yang cukup.
Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan pendarahan dan metabolisme
tulang yang tidak stabil. Vitamin ini tersedia dalam sayur – sayuran hijau,
daging, dan hati. (Pudjiadi, 2001).
f. Mineral
Kalsium, berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot,
iritabilitas saraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium
dapat diperoleh dari susu, keju, sayur – sayuran hijau, kerang, dan lain –
lain.
Klorida, berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta keseimbangan
asam dan basa. Klorida dapat diperoleh dari garam, daging, susu, dan telur.
Kromium, berguna untuk metabolisme glukosa dan metabolisme dalam
insulin. Kromium dapat diperoleh dari ragi.
Tembaga, berguna untuk produksi sel darah merah, pembentukan
hemoglobin, penyerapan besi, dan lain – lain. Tembaga dapat diperoleh dari
hati, daging, ikan padi, dan kacang – kacangan.
Fluor, berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan tulang sehingga jika
kekurangan fluor dapat menyebabkan karies gigi. Sumber fluor terdapat
dalam air, makanan laut, dan tumbuh – tumbuhan.
Iodium, kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium
dapat diperoleh dari garam.
18

Zat besi, merupakan mineral yang menjadi bagian dari struktur


hemoglobin untuk pengangkutan CO2 dan O2. Kekurangan zat besi dapat
menyebabkan anemia dan osteoporosis, sedangkan kelebihan zat besi
menyebabkan sirosis, gastritis, dan hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari
hati, daging, kuning telur, sayur – sayuran hijau, padi, dan tumbuh
tumbuhan.
Magnesium, berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat
dan sangat penting dalam proses metabolisme. Kekurangan magnesium
menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia. Magnesium dapat diperoleh
dari biji – bijian, kacang – kacangan, daging, dan susu.
Mangan, berfungsi dalam aktivasi enzim. Mangan dapat diperoleh dari
kacang – kacangan, padi, biji – bijian, dan sayur – sayuran hijau.
Fosfor, merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi.
Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kelemahan oto. Fosfor dapat
diperoleh dari susu, kuning telur, kacang – kacangan, padi – padian, dan lain
- lain.
Kalium, berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf,
keseimbangan cairan, dan pengaturan irama jantung. kalium dapat
diperoleh dari semua makanan.
Natrium, berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta pengaturan
keseimbangan asam, basa, dan cairan. Kekurangan natrium dapat
menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, dan hipotensi. Natrium dapat
diperoleh dari garam, susu, telur, tepung, dan lain – lain.
Sulfur, membantu proses metabolisme jaringan syaraf. Sulfur dapat
diperoleh dari makanan protein.
Seng, merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karbonik anhidrase yang
penting dalam pertukaran CO2. Seng dapat diperoleh dari daging, padi –
padian, kacang – kacangan, dan keju. (AAA.Hidayat.2011; 42 – 46).
2.2.2 Etiologi
1. Intake nutrient
2. Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
3. Pengetahuan
4. Gangguan penelan / menelan
5. Perasaan tidak nyaman setelah makan
6. Anoreksia
7. Nausea & vomitus
8. Intake kalori & lemak yg berlebihan
19

9. Kemampuan mencerna nutrient


10. Obstruksi mencerna cairan,mal absorbsi nutrient,DM
11. Kebutuhan metabolism
12. Pertumbuhan,stres,kondisi yang meningkatkan bmr,kanker.
13. Gaya hidup dan betrlebihan
14. Kebiasaan makanan yang baik perlu diterapkan pada usia foddierlusia
menginjak 1 tahun
15. Kebiasaan makanan lansia menghindari yg penting untuk dimakan
 Jenis kelamin
Metabolisme  basal pada laki laki lebih besar dibandingkan dengan wanita
pada laki laki dibutuhkan BMRIO Kkal /kg/bb/jam dan pada wanita
oigkkal/kg/bb/jam
1. Tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan
tubuh,semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluarn
panas ,sehingga kebutuhn metabolisme basal tubuh juga menjadi besar.
2. Status kesehatan
Nafsu makan yg baik adalah tanda yg sehat
3. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit
4. Alkohol & obat
Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan memberi konstribusi pada
defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelanjakan untuk alkohol
daripada makanan . Obat obataan yg menekan nafsu makan dapat
menurunkan asupan zat gizi esensial .Obat obatan juga menghabiskan zat
gizi yang tersimpan dan mengurangi absorpsi zat gizi inteostin.
2.2.3 Klasifikasi
 Kurang dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu, yang tidak puasa, mengalami atau berisiko mengalami
ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk kebutuhan metabolisme
dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan. (Carpenito, LJ.2012; 346).
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
(Wilkinson Judith, 2011; 503).
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi kebutuhan matabolisme. (AAA.Hidayat. 2006; 67).
20

Tanda klinis :
1. Berat badan 10-20% dibawah normal
2. Tinggi badan dibawah ideal
3. Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
4. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5. Adanya penurunan albumin serum
6. Adanya penurunan transferrin

Kemungkinan penyebab :
1. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker
2. Disfagia karena adanya kelainan
3. Penurunan absrobsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa.
4. Nafsu makan menurun. (AAA.Hidayat. 2006; 67).
5. Lebih dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan berat
badan yang berhubungan dengan asupan yang melebihi kebutuhan metabolik.
(Carpenito, LJ.2012; 360).
Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik. (Wilkinson Judith M,
2011; 512). Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebih.
Tanda klinis :
Berat badan lebih dari 10% berat ideal
1. Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
2. Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
3. Adanya jumlah asupan yang berlebihan
4. Aktivitas menurun atau monoton.
Kemungkinan penyebab :
1. Perubahan pola makan
2. Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman. (AAA.Hidayat.2006; 67).
3. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari
20% berat badan normal. (AAA.Hidayat.2006; 68). Perubahan pola makan normal
yang mengakibatkan perubahan berat badan. (Taylor, M, 2010; 235). Munculnya
resiko perubahan pola makan normal yang mengakibatkan peningkatan berat badan
(Taylor, M, 2010; 237).
21

4. Malnutrisi
Kurang nutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat
gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah
dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh,
adanya kelemahan otot, dan penurunan energi, pucat pada kulit, membrane mukosa ,
konjungtiva, dan lain – lain. (AAA.Hidayat.2006; 68).

5. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas serta
asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan. (AAA.Hidayat.2006;
68).
7. Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan oleh
adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, penyakit jantung koroner
sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan
lain-lain. (AAA.Hidayat.2006; 68).
8. Kanker
Kanker merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan pengkonsumsian lemak
secara berlebihan. (AAA.Hidayat.2006; 68).
9. Anoreksia Nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,
ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen,
kedinginan, letargi, dan kelebihan energi. (AAA.Hidayat.2006; 69).
2.2.4 Patofisiologi (Patway)

Pola makan tidak teratur,tidak nafsu makan, mual muntah.

Berkurangnya pemasukan makanan

Kekosongan Lambung
22

Erosi Pada Lambung

Produksi asam lambung


meningkat

Reflek muntah

Intake makanan tidak adekuat

2.2.5 Manifestasi Klinik ( Tanda dan Gejala )


Subjektif Kekurangan nutrisi
1. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
2. Merasakan ketidak mampuan
3. Melaporkan perubahan sensasi rasa
4. Melaporkan kurangnya makan
5. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan
Objektif
a. Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
b. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolism karena kelebihan asupan kalori dan penurunan
dalam pengguanaan kalori.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
d. Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya
peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering
dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat,
obesitas, dan lain-lain.
e. Kanker
23

Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh


pengonsumsian lemak secara berlebihan.
f. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,
ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri
abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
2.2.6 Komplikasi
1. Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
2. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolism karena kelebihan asupan kalori dan penurunan
dalam pengguanaan kalori.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
4. Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya
peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering
dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat,
obesitas, dan lain-lain.
5. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
6. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,
ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri
abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan
nutrisi adalah sebagai berikut :
1. Kadar total limfosit
2. Albumin serum
3. Zat besi
24

4. Transferin serum
5. Kreatinin
6. Hemoglobin
7. Hematokrit
8. Keseimbangan nitrogen
9. Tes antigen kulit
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status nutrisi buruk
meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limfosit,
penurunan albumin serum < 3.5 gr/dl, dan peningkatan/ penurunan kadar
kolesterol ( Mubarak, 2008, hlm. 61).
2.2.8 Penatalaksanaan Medis
1) Menstimulasi nafsu makan
2) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien yang
disesuaikan dengan kondisi klien
3) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien yang
anoreksik
4) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat
sebelum atau setelah makan
5) Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan dan bau
yang tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai, set irigasi yang
tidak tertutup atau bahkan piring yang sudah dipakai dapat memberikan
pengaruh negative pada nafsu makan
6) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum waktu
makan; istirahat bila mengalami keletihan
7) Kurangi stress psikologi
8) Berikan oral hygiene sebelum makan
9) Membantu klien makan
10) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan
kondisi.
25

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-
data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
 Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir,
nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab
 Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus
berlangsung 2 – 4 hari. Anak masuk rumahsakit biasanya dengan keluhan adanya
eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah, badan panas, enantema (titik merah) dipalatum durum dan
palatum mole.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk,pilek,
nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit.
Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu.
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orangtua
atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,koriza, bercak koplik
dan enantema serta upaya yang telah dilakukanuntuk mengatasinya.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah
Sakitatau pernah mengalami operasi. Anamnesa riwayatpenyakit yang pernah
diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak. Anamnesa riwayat kontak
26

dengan orang yangterinfeksi campak. Biasanya Anak belum


pernahmendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan
pasiencampak.

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah,
apakah klien berisiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial.

 Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat
bernafas.
2) Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS .
Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis. Perubahan :setelah di rumah sakit.
3) Eliminasi
Untuk kasus campak gangguan pada pola eliminasi, walaupun begitu
perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak.

a) BAK
Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
Perubahan setelah saki.
b) BAB
Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
Perubahan setelah sakit.
4) Gerak dan Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu
oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien
terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko
untuk terjadinya penularan campak dibanding pekerjaan yang lain. Kaji gerak
dan aktivitas pasien selama berada di RS.
5) Istirahat dan tidur
Semua klien campak timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu
27

juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,


kebiasaan tidur. Kaji kebiasaan istirahat tidur pasien. Perubahan setelah sakit.
6) Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau
harus dibantu oleh orang lain.
7) Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C),
hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi <35,5°C.
8) Rasa Nyaman
Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien.
Observasi nyeri yang di keluhkan pasien.
9) Rasa Aman
Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakit yang
dialaminya

10) Sosialisasi dan Komunikasi


Observasi apakan pasien dapat berkomunikasi dengan perawat dan
keluarga atau temannya.
11) Bekerja
Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan
keluarganya.
12) Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien, kaji berapa kali pasien sembahyang, dll.
Untuk klien campak tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik
terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan
keterbatasan gerak klien
13) Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja
meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik
yang tepat saat depresi.
14) Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan keluarga mengenai cara pencegahan diare
pada anak. Disinilah peran perawat untuk memberikan HE kepada keluarga
pasien mengenai cara pencegahan diare pada anak.
 Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Fisik Kulit :
28

a. Timbul rash. Rash mulai timbul sebagai eritema makulopapular


( penonjolan pada kulit yang berwarna merah ). Timbul dari belakang
telinga pada batas rambut dan menyebar ke daerah pipi, seluruh wajah,
leher, lengan bagian atas dan dada bagian atas dalam 24 jam I. Dalam 24
jam berikutnya, menyebar menutupi punggung, abdomen, seluruh lengan
dan paha, pada akhirnya mencapai kaki pada hari ke 2 – 3, maka rash pada
wajah mulai menghilang. Proses menghilangnya rash berlangsung dari atas
ke bawah dengan urutan sama dengan urutan proses pemunculannya. Dalam
waktu 4 – 5 hari menjadi kehitam – hitaman ( hiperpigmentasi ) &
pengelupasan (desquamasi).
b. Kepala
1) Mata
Konjungtivitis & fotofobia. Tampak adanya suatu garis melintang dari
peradangan konjungtiva yang dibatasi pada sepanjang tepi kelopak mata
(Transverse Marginal Line Injectio) pada palpebrae inferior, rasa panas di
dalam mata & mata akan tampak merah, berair, mengandung eksudat
pada kantong konjungtiva.
2) Hidung
Bersin yang diikuti hidung tersumbat & sekret mukopurulen
dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncak serta menghilang
bersamaan dengan menghilangnya panas.
3) Mulut
Didapatkan koplik's spot. Merupakan gambaran bercak – bercak kecil
yang irregular sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna merah terang
dan bagian tengahnya berwarma putih kelabu. Berada pada mukosa pipi
berhadapan dengan molar ke – 2 , tetapi kadang – kadang menyebar tidak
teratur mengenai seluruh permukaan mukosa pipi. Timbulnya pada hari
ke – 2 setelah erupsi
kemudian menghilang. Tanda ini merupakan tanda khas pada
morbili.
4) Leher
Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah servikal
posterior. Hal ini disebabkan karena aktivitas jaringan limphoid untuk
menghancurkan agen penyerang (virus morbili).
5) Dada
a) Paru :
Bila terjadi perubahan pola nafas & ketidakefektifan bersihan jalan
29

nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan, retraksi otot


bantu pernafasan dan suara nafas tambahan. Batuk yang disebabkan
oleh reaksi inflamasi mukosa saluran nafas bersifat batuk kering.
Intensitas batuk meningkat mencapai puncak pada saat erupsi.
Bertahan lama & menghilang secara bertahap dalam 5 – 10 hari.
b) Jantung : Terdengar suara jantung I & II.
6) Abdomen :
Bising usus terdengar, pada keadaan hidrasi turgor kulit dapat
menurun.
7) Anus & genetalia
Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare Eliminasi uri tidak
terpengaruh.
8) Ekstremitas atas dan bawah : Ditemukan rash dengan sifat sesuai waktu
timbulnya. 5. Pemeriksaan penunjang Dari hasil pemeriksaan
laboratorium ditemukan leukopenia ringan.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


 Gangguan integritas kulit b.d Adanya rush (erupsi kulit), (halaman 282,
D.0129)
 Defisit Nutrisi b.d Berkurangnya pemasukan makanan (halaman 56,
D.0019)
 Gangguan rasa nyaman b.d Gatal (nyeri ringan), (halaman 166, D.0074)
30

2.3.3 Intervensi Keperawatan


TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Senin, 22-06- Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kuku anak tetap 1. Untuk mencegah terjadinya luka
2020 b.d adanya rush (erupsi keperawatan selama 2x24 jam bintik pendek, menjelaskan pada pada saat anak menggaruk.
kulit) – bintik merah pada kulit akan hilang. anak untuk tidak menggaruk 2. Agar tidak merasakan gatal dan sakit
Dengan Kriteria Hasil: rush, pada kulit pasien.
1. Pasien tidak merasakan gatal 2. Berikan obat anti pruritus 3. Untuk mencegah infeksi.
dan nyaman dengan topical, dan anestesi topical. 4. Agar tidak merasakan gatal dan sakit
keadaannya. 3. Mandikan anak dengan pada kulit.
2. Rush pada kulit berkurang. mengguankan sabun yang
tidak perih.
4. Kolaborasi pemberian
antihistamin
Selasa, 23-06- Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan banyak minum (sari 1. Untuk mengkompensasi adanya
2020 Berkurangnya pemasukan keperawatan selama 2x24 jam pasien buah-buahan, sirup yang tidak peningkatan suhu tubuh dan
makanan menununjukkan peningkatan nafsu memakai es). merangsang nafsu makan.
makan. 2. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Dengan Kriteria Hasil: melalui cairan bernutrisi.
1. BB meningkat. 2. Berikan susu porsi sedikit tapi
2. Nafsu makan meningkat sering (susu dibuat encer dan 3. Untuk memudahkan mencerna
(dapat menghabiskan 1 porsi tidak terlalu manis). makanan dan meningkatkan asupan
untuk anak). 3. Berikan makanan lunak, makanan.
misalnya bubur yang memakai
kuah, dengan porsi sedikit
tetapi dengan kuantitas yang
sering.
Rabu, 24-06- Gangguan rasa nyaman b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga dalam 1. Agar keluarga lebih kooperatif dalam
2020 Gatal ( nyeri ringan ) keperawatan selama 2x24 jam perawatan serta ajari cara terapi.
diharapkan suhu badan pasien menurunkan suhu tubuh.
berkurang, 2. Berikan kompres hangat.
Dengan Kriteria Hasil: 2. Untuk membantu dalam penurunan
1. Suhu tubuh 36,5-37,5oC. 3. Pantau suhu lingkungan, batasi suhu tubuh pada pasien.
2. Nadi Normal atau tambahkan linen tempat 3. Suhu ruangan/jumlah selimut harus
31

3. Badan tidak terasa panas. tidur sesuai indikasi. diubah untuk mempertahankan suhu
4. Akral normal. 4. Monitor perubahan suhu tubuh. tubuh.
4. Untuk mengetahui perubahan suhu
dan merencanakan intervensi
selanjutnya.
32

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya : Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2010,4).
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi
ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan
baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 2011).
33

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Yoga Pratama


NIM : 2018.C.10a.0992
Ruang Praktek : Flamboyan
Tanggal Praktek : 22-27 Juni 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 22 Juni 2020, pukul 11:00 WIB

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : An. J
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak, Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Rajawali 2
Tgl MRS : 21 Juni 2020
Diagnosa Medis : Campak
Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. H
TTL : Banjarmasin / 08 februari 1990
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Dayak, Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Rajawali 2
Hubungan keluarga : Ibu klien

Riwayat Kesehatan /Perawatan


Keluhan Utama :
Ibu klien mengatakan “gatal dan timbul bintik-bintik merah (rash) pada
bagian hampir seluruh tubuh”
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 19 Juni 2020 pukul 18:00 WIB, ibu klien mengatakan anaknya
mengeluh gatal sejak 3 hari yang lalu, badan panas menggigil dan muncul

33
34

bercak kemerahan menyebar keseluruh badan wajah dan leher, terasa gatal ,
dan panas terlebih saat di garuk, klien pernah berobat ke puskesmas “
Pahandut” tgl 20 – 6 – 2020 jam 11.30 dan di berikan obat bondrexin dan
paracetamol, setelah meminum obat yang di berikan panas anaknya
menurun,setelah anaknya ingin berangkat sekolah tubuhnya kembali panas
dan gatalnya tidak seperti biasanya dan disarankan oleh keluaga klien untuk
dirujuk ke rumah sakit agar mendapat penanganan lebih lanjut , tgl 21-6-2020
jam 09.00 masuk IGD RSUD “Doris Sylvanus “ dibawa oleh keluarga dengan
kondisi umum lemah, kesadaran ComposMentis, ruam makulopopular daerah
wajah, leher dan menyebar ke seluruh bagian tubuh dan kedua
tangan,berwarna kemerahan,dan terdapat luka lecet bekas garukan tangan di
daerah lengan, punggung, dan dada.
Riwayat kesehatan lalu
1) Riwayat prenatal : ibu mengatakan pada waktu hamil
mengalami mual,muntah dan badan terasa lemas.
2) Riwayat natal : Ibu mengatakan pada saat melahirkan
perdarahan masih dalam batas normal.
3) Riwayat postnatal : Ibu mengatakan BB baru lahir 3,4 kg,
TB: 50 cm, LK: 35 cm, Lingkar Lengan Atas: 12 cm, Lingkar Dada:
31 cm.
4) Penyakit sebelumnya : Demam,Flu,Batuk
5) Imunisasi

Jenis BCG DPT Polio campak Hepatitis TT


Usia 2bulan 2bulan 2bulan 6bulan 2bulan 6bulan

Riwayat Penyakit Keluarga


Klien memiliki seorang kakak laki-laki usia 15 tahun seminggu yang lalu
pernah menderita penyakit campak dan sudah sembuh dengan dibawa
berobat oleh keluarga ke puskesmas. Sekarang tinggal bekas saja dan kulitnya
yang berwarna hitam sudah mulai terkelupas.

Genogram Keluarga
35

Keterangan :
1. Meninggal dunia
2. Klien
3. Perempuan
4. Laki-laki
5. Tinggal Serumah

Pemerikasaan Fisik
Keadaan Umum :
Klien tampak rapi, ekpresi wajah klien tampak gelisah , gatal-gatal , lemas,
konjungtivis, kesadaran compos menthis, ekpresi wajah klien meringis, irama
pernafasan teratur, type pernafasan menggunakan perut dan dada, posisi
berbaring semi-fowler, terpasang cairan infus ring as 10 tpm dan aktivitas
sepenuhnya di bantu oleh keluarga.
Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak meringis,
bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi-fowler, klien berbicara
kurang jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien cukup rapi, klien
mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat
dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt
klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.
Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 22 Juni 2020 pukul 11:00 WIB, suhu tubuh
pasien/S = 38°C tempat pemeriksaan mulut, nadi/N = 88 x/menit,
pernapasan/RR = 20x/menit dan tekanan darah/TD = 110/60.
1. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun An.T menutup, keadaan cembung, tidak terdapat kelainan
b. Rambut : Warna hitam keadaan rambut , cukup baik tidak mudah
rontok, tidak mudah dicabut dan tidak kusam.
c. Kepala : Keadaan kulit kepala : bersih, berminyak, tidak terdapat
benjolan atau kelainan.
d. Mata : Bentuk simetris, conjungtivitis normal ikterik
e. Telinga : Bentuk Simetris, tidak terdapat serumen atau secret, tidak ada
peradangan, Ketajaman pendengaran : baik
f. Hidung : Bentuk Simetris tidak ada Serumen/secret, dan Fungsi
penciuman baik
g. Mulut : Bibir tidak terdapat intake, keadaan bibir kering, palatum lunak.
36

h. Gigi : tidak terdapat carries.

2. Leher dan tengorokan


Bentuk : Normal
Reflek menelan : Normal
Pembesaran tonsil : Tidak ada Pembesaran
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada Pembesaran
Benjolan : Tidak ada Benjolan
Peradangan : Tidak ada Peradangan
Lain-lain : Tidak ada
3. Dada
Bentuk simetris tidak ada Retraksi dada, Bunyi nafas vesikuler,Tipe
pernafasan Perut & dada,Bunyi jantung Normal Iktus cordis Normal
tidak ada Bunyi nafas tambahan tidak ada nyeri dada Keadaan payudara
simetris.
4. Punggung
Bentuk simetris tidak ada Peradangan tidak ada benjolan.

5. Abdomen
Bentuk simetris, tidak terdapat asites, ada nyeri ringan.

6. Ektremitas

Pergerakan/tonus otot 55
55

Oedem tidak ada, tidak terdapat sianosis, tidak terdapat Clubbing


Finger Keadaan kulit/turgor banyak bintik merah pada kulit (Rush)

7. Genetalia
a. Perempuan
Kebersihan : Bersih
Keadaan labia : Tidak ada
Peradangan/ benjolan : Tidak ada
Menorhage : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


1. Gizi : Kurang, BB 35, TB 140 (Normal Usia
12 Tahun 42 kg )
2. Kemandirian dalam bergaul : Anak bergantung pada orangtuanya
3. Motorik halus : Menggambar dan memegang pensil
4. Motorik kasar : Mulai berlari, bermain, lompat-
lompatan
5. Kognitif dan bahasa: : Baik
37

6. Psikososial : Klien mengatakan malu dan minder


bermain bersama teman sebayanya
karena penyakit tersebut, klien ingin
sembuh dari penyakitnya dan bisa
bermain, berativitas seperti biasanya.

Pola Aktifitas sehari-hari


No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi
a. Frekuensi 3x Sehari 2x Sehari
b. Nafsu makan/selera Baik Berkurang karena
c. Jenis makanan Nasi, lauk, sayur makanan terasa pahit
Bubur, lauk, sayur
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1x Sehari 3-5x Sehari
Konsistensi Lunak Cair
b. BAK
Frekuensi 5x Sehari 4x
Konsistensi Kuning Jernih Kuning Kecoklatan
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 2 Jam 4 jam
b. Malam/ jam 10 jam 7 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 2x Sehari 2x Sehari
b. Oral hygiene 2x Sehari 2x Sehari

DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATORIUM, PENUNJANG


LAINNYA)
Hari, Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Minggu, Paket darah
21/06/2020
Hemoglobin 13.8 g/dl 11,5-15,5
Leukosit 6.000 % 3.500-9.000
Hematokrit 40 /ul 36%-40%
Trombosit 213.000 /ul 140.000-450.000
38

PENATALAKSANAAN MEDIS
Nama Obat Dosis Rute Indikasi
20mL untuk menurunkan demam
Sansoml syrup Oral
3x1 serta meredakan sakit kepala
5mL Untuk meningkatkan
Imboost Kids 3x1 Oral kekebalan tubuh,dan
meningkatkan sistem imun
2g/16cm² Untuk mengurangi rasa sakit
Emla CR
2x1 pada kulit

Palangka Raya, 21 Juni 2020


Mahasiswa,

Yoga Pratama
(……………………………………………………..)
NIM. 2018.C.10a.0992

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH


39

DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB


Kulit

kerusakan lapisan Gangguan integritas


jaringan kulit
DS : “Ibu pasien
mengatakan anak rewel Penurunan mobilitas
dengan timbulnya bintik
pada tubuhnya” Ruam

DO : Kurang terpapar
- Klien tampak sakit informasi tentang upaya
- Klien tampak lemas melindungi intregritas
- Klien tampak pucat jaringan
- Kulit klien teraba
dingin
- Irama pernafasan
teratur
- terpasang cairan infus
ring as 10 tpm
- Keadaan kulit banyak
bintik merah pada
kulit
- Nyeri ringan

- TTV
TD : 110/60 mmHg
N : 88 x/menit
S : 38 0C
RR : 20 x/menit

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH


40

DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB


Gangguan metabolisme Defisit Nutrisi

Gangguan menelan

Nafsu makan
Ds:
“Ibu pasien mengatakan
nafsu makan berkurang Intake nutrisi
karena terasa pahit”
Do :
- Wajah klien tampak Defisit Nutrisi
menangis
- BB 12kg
- Berat badan menurun
10% di bawah rentang
ideal
- Otot menelan lemah
- Otot mengunyah
lemah

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH


41

DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB


Peningkatan suhu tubuh Gangguan rasa nyaman

Gatal ( nyeri ringan)

Ds : “Ibu pasien Gangguan rasa nyaman


mengatakan anaknya
mengalami peningkatan
suhu tubuh”
Do :
- Ekspresi wajah klien
tampak gelisah
- Hipertermi
- Posisi berbaring
tampak semi-fowler
- Hasil laboratorium :
Hb : 13,8 g/dl
Hematokrit : 40 %
Leukosit : 6.000/ul
Trombosit : 213.000/ul

Prioritas Masalah

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan lapisan kulit


42

ditandai An. J Ibu klien mengatakan anak rewel dengan timbulnya bintik pada
tubuhnya, Klien tampak sakit , Klien tampak lemas, Klien tampak pucat, Kulit
klien teraba dingin , Irama pernafasan teratur, terpasang cairan infus ring as 10
tpm, Keadaan kulit/turgor banyak bintik merah pada kulit (Rush), nyeri ringan,
TTV : TD : 110/60 mmHg,N : 88 x/menit, S : 38 0C, RR : 20 x/menit

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan gangguam metabolisme tubuh yang


ditandai dengan An. J Ibu pasien mengatakan nafsu makan berkurang karena
terasa pahit, Wajah klien tampak menangis, BB 12kg, Berat badan menurun 10
% di bawah rentang ideal, Otot menelan lemah, Otot mengunyah lemah

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh yang


ditandai dengan An. J Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami peningkatan
suhu tubuh dan gatal di sekujur tubuh, Ekspresi wajah klien tampak gelisah,
Hipertermi, Posisi berbaring tampak semi-fowler, Hasil laboratorium : Hb :
13,8 g/dl, Hematokrit : 40 % ,Leukosit : 6.000/ul, Trombosit : 213.000/ul
43

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. J
Ruang Rawat : Flamboyan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1.Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kuku anak tetap 1. Untuk mencegah terjadinya luka pada saat anak
pendek, menjelaskan pada anak menggaruk.
berhubungandenganAdany keperawatan selama 1x7 jam bintik
– bintik merah pada kulit akan untuk tidak menggaruk rush, 2. Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit
a rush (erupsi kulit) 2. Berikan obat antipruritus topical, pasien.
hilang.
dan anestesi topical. 3. Untuk mencegah infeksi.
ditandai An. J Ibu klien Dengan Kriteria Hasil:
3. Mandikan anak dengan 4. Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit.
mengatakan anak rewel 1. Pasien tidak merasakan mengguankan sabun yang tidak
gatal dan nyaman dengan perih.
dengan timbulnya bintik keadaannya. 4. Kolaborasi pemberian
pada tubuhnya 2. Rush pada kulit berkurang. antihistamin
44

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


2.Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan banyak minum (sari 1. Untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu
buah-buahan, sirup yang tidak tubuh dan merangsang nafsu makan.
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam
pasien menununjukkan memakai es). 2. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan
Berkurangnya pemasukan 2. Berikan susu porsi sedikit tapi bernutrisi.
peningkatan nafsu makan.
sering (susu dibuat encer dan 3. Untuk memudahkan mencerna makanan dan
makanan yang ditandai Dengan Kriteria Hasil:
tidak terlalu manis). meningkatkan asupan makanan.
dengan An. J Ibu pasien 1. BB meningkat. 3. Berikan makanan lunak,
2. Nafsu makan meningkat
mengatakan nafsu makan (dapat menghabiskan 1 misalnya bubur yang memakai
berkurang karena terasa porsi untuk anak). kuah, dengan porsi sedikit tetapi
pahit dengan kuantitas yang sering.

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


45

3. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga dalam 1. Agar keluarga lebih kooperatif dalam terapi.
perawatan serta ajari cara 2. Untuk membantu dalam penurunan suhu tubuh pada
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam
diharapkan suhu badan pasien menurunkan suhu tubuh. pasien.
Gatal (nyeri ringan) yang 2. Berikan kompres hangat. 3. Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk
berkurang,
3. Pantau suhu lingkungan, batasi mempertahankan suhu tubuh.
ditandai dengan An. J Ibu Dengan Kriteria Hasil:
atau tambahkan linen tempat 4. Untuk mengetahui perubahan suhu dan merencanakan
pasien mengatakan 1. Suhu tubuh 36,5-37,5oC. tidur sesuai indikasi. intervensi selanjutnya.
2. Nadi Normal 4. Monitor perubahan suhu tubuh.
anaknya mengalami 3. Badan tidak terasa panas.
peningkatan suhu tubuh
dan gatal di sekujur tubuh

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/Tanggal, Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan
46

Jam Nama Perawat


1. 22 Juni 1. Mempertahankan kuku anak tetap pendek, S : Pasien mengatakan rasa gatalnya masih
menjelaskan pada anak untuk tidak ada
2020
menggaruk rush, O : Ditandai dengan jarangnya pasien
2. Memberikan obat anti pruritus topical, dan
menggaruk kulit
anestesi topical.
3. Memandikan anak dengan mengguankan A : Masalah belum teratasi
sabun yang tidak perih. P : Lanjutkan intervensi
4. Memberikan kolaborasi obat antihistamin 1. Mempertahankan kuku anak tetap
pendek, menjelaskan pada anak untuk
tidak menggaruk rush,
2. Memberikan obat anti pruritus topical,
dan anestesi topical.
3. Memandikan anak dengan Yoga Pratama
mengguankan sabun yang tidak perih.
4. Memberikan kolaborasi obat
antihistamin
47

Hari/Tanggal, Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
2. 23 Juni 1. Memberikan banyak minum (sari buah- S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
buahan, sirup yang tidak memakai es). merasakan pahit pada mulutnya sewaktu
2020
2. Memberikan susu porsi sedikit tapi sering makan
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis).
O : Ditandai dengan kurang nafsu makan pada
3. Memberikan makanan lunak, misalnya bubur
yang memakai kuah, dengan porsi sedikit anak
tetapi dengan kuantitas yang sering. A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Memberikan banyak minum (sari
buah-buahan, sirup yang tidak
memakai es).
2. Memberikan susu porsi sedikit tapi
sering (susu dibuat encer dan tidak Yoga Pratama
terlalu manis).
3. Memberikan makanan lunak, misalnya
bubur yang memakai kuah, dengan
porsi sedikit tetapi dengan kuantitas
yang sering.
48

Hari/Tanggal, Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
3. 24 Juni 1. Melibatkan keluarga dalam perawatan serta S : Ibu pasien mengatakan badannya sudah
ajari cara menurunkan suhu tubuh. tidak panas lagi
2020
2. Memberikan kompres hangat O : Ditandai dengan pengukuran suhu tubuh
3. Memantau suhu lingkungan, batasi atau
normal 37oC
tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
4. Memoonitor perubahan suhu tubuh. TTV :
S : 37°C
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
TD : 120/80mmHg
A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi Yoga Pratama


A = Masalah teratasi.
P = Intervensi terselesaikan.

.
49
50

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara
dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,2013). Penyakit
campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo
papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380cata lebih dan disertai
salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah (WHO,2009).

Cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu dengan imunisasi
balita pada usia 9 bulan. Selama periode 2000-2013, imunisasi campak berhasil
menurunkan 15,6 juta (75%) kematian akibat campak di Indonesia(Kemenkes RI,
2015). Imunisasi campak membuat anak akan terlindungi dan tidak terkena
campak, karena imunisasi dapat memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
termasuk campak (Nugrahaeni, 2012).

4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan Penyakit Campak hendaknya dengan hati-hati,
cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses
penyembuhan.
Perawat perlu mengetahui tanda gejala Penyakit Campak , perawat harus
mampu mengetahui kondisi klien secara keseluruhan sehingga intervensi yang
diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya
proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab Penyakit
Campak, pencegahan, dan penanganan.
51

DAFTAR PUSTAKA
Hargono, Arief. 2012. Penilaian Atribut Surveilans Campak Berdasarkan Persepsi
Petugas Surveilans Puskesmas di Surabaya. http://adln.lib.unair.ac.id. Diakses
pada tanggal 21 Juni 2020 pukul 14.53 WIB

Kementrian Kesehatan. 2010. PERMENKES NO.1501/MENKES/PER/X/2010.


http://djpp.depkumham.go.id. Diakses pada tanggal 21 Juni 2020 pukul 12.03
WIB.

LeMone, Priscilla. 2008. Medical-Surgical-Nursing.USA: Prentice Hall


NSW Government Health. 2012. Lembar Fakta Penyakit Menular : Campak.
http://health.nsw.gov.au. Diakses pada tanggal 22 Juni 2020 pukul 11.52 WIB
Nurarif, amin huda, Hardi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaaction
Publishing
Puspa, Kartika Dewi, dkk. 2013. Stabilitas Imunoglobulin M (IgM) Campak pada
Dried Serum Spots. http://ejournal.litbang.depkes.go.id. Diakses pada tanggal
22 Juni 2020 pukul 12.08 WIB
Ranuh , IGN. Dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Ketiga . Jakarta :
IDAI
Rohmah, Nikmatur. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Ar
ruzz Media
Soegijanto, Soegeng. 2007. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di
Indonesia Jilid 6. Surabaya : Airlangga University Press
Widoyono . 2011. Penyakit Tropis Epidemologi , Penularan , Pencegahan, dan
Pemberantasannya Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
Yayasan Spiritia. 2007. Lembar Informasi 120: Hasil Tes Lab Normal.
http://spiritia.or.id Diakses pada tanggal 22 Juni 2020 pukul 15.42 WIB.

Anda mungkin juga menyukai