Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERSARAFAN PADA KASUS HIDROSEFALUS DI RUANG GILI NANGGU
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB

OLEH :
NOVITA MARAMIS
076STYCJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2021
BAB I
KONSEP DASAR TEORI

1.1 Konsep Dasar Penyakit


Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro"
yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering
dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran
cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu
menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan
jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat
aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono,
2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi
dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai
akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut
menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan
ubun-ubun.
1.2 Anatomi dan Fisiologi Serebrospinal
CSS dibentuk di dalam system ventrikel serebrum, terutama oleh pleksus
koroideus. Masing-masing dari keempat ventrikel mempunyai jaringan pleksus
koroideus, yang terdiri atas lipatan vilosa dilapisi oleh epitel dan bagian
tengahnya mengandung jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah. Cairan
dibentuk melalui sekresi dan difusi aktif. Terdapat sumber CSS nonkonroid,
tetapi aspek pembentukan cairan ini masih belum diketahui sebelumnya. Sistem
ventrikel terdiri atas sepasang ventrikel lateral, masing-masing dihubungkan oleh
akuaduktus Sylvii ke ventrikel keempat tunggal yang terletak di garis tengah dan
memiliki tiga lubang keluar, sepasang foramen Luschka di sebelah lateral dan
sebuah foramen magendie di tengah. Lubang-lubang ini berjalan menuju ke
sebuah system yang saling berhubungan dan ruang subaraknoid yang mengalami
pembesaran fokal dan disebut sisterna. Sisterna pada fosa posterior berhubungan
dengan ruang subaraknoid diatas konveksitas serebrum melalui jalur yang
melintasi tentorium. Ruang subaraknoid spinalis berhubungan dengan ruang
subaraknoid intrakranium melalui sisterna basalis.
Aliran CSS netto adalah dari ventrikel lateral menuju ventrikel ketiga
kemudian ke ventrikel keempat lalu ke sisterna basalis, tentorium, dan ruang
subaraknoid di atas konveksitas serebrum ke daerah sinus sagitalis, tempat
terjadinya penyerapan ke dalam sirkulasi sistemik. Aliran cairan ruang
subaraknoid spinalis adalah ke arah sefalad. Sebagian besar penyerapan CSS
terjadi melalui vilus araknoidalis dan masuk kedalam saluran vena sinus
sagitalis, tetapi cairan juga diserap melintasi lapisan ependim system ventrikel
dan di ruang subaraknoid spinalis. Pada orang dewasa normal, volume total CSS
adalah sekitar 150 mL, yang 25 % nya terdapat di dalam system ventrikel. CSS
terbentuk dengan kecepatan sekitar 20 mL/jam, yang mengisyaratkan bahwa
perputaran CSS terjadi tiga sampai empat kali sehari. Pembentukan CSS tetap
berlangsung walaupun tekanan intrakranial meningkat, kecuali apabila tekanan
tersebut sangat tinggi. Dengan demikian, harus terjadi penyerapan cairan
untuk mengakomodasi volume CSS yang dibentuk setiap hari.
1.3 Etiologi
Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam
ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang
subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan
perlindungan serta nutrisi(Cristine Brooker:The Nurse‟s Pocket Dictionary). CSS
yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam
peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi
seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam
suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa
normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml,
neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam
ventrikel 500-1500 ml .
Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke
ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke
ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang
subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan
gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler.
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal
(CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem
ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan,
terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis
pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal
akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang
terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan
anak ialah :

a. Kelainan Bawaan (Kongenital)


1. Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada
hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%). Aqueduktus dapat merupakan
saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari
biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif
dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
2. Spina bifida dan kranium bifida Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya
yang berhubungan dengan sindrom Arnould-Jhiari akibat tertariknya
medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian atau total.
3. Sindrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital Luscha dan
Magendie yang menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran
system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya
sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior.
4. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah Dapat terjadi congenital tapi
dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
5. Anomali Pembuluh Darah

b. Infeksi

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi


obliterasi ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis
purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat
pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis. Hidrosefalus banyak terjadi
pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa
minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara
patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system
basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan
meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan
interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih
tersebar.

c. Neoplasma

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan
apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan
mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan
ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.

d. Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan


fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan
yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper,
2005:360).
1.4 Klasifikasi
Beberapa tife hydrocephalus yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial :
a. Hydrocephalus komunikan

Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga


terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat
sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus
arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya
disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan
gejala – gejala peningkatan ICP). Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada
aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam
jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada
orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid
dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
b. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel
sehingga menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang
terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga
terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi
dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi
tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan
malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space
occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai
akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan
adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada
klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia
12–18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–
tanda dan gejala–gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang
garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura
dan pembesaran kepala.

c. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )

Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan


kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial
biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ;
dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan
cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada
beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan
hubungan tersebut.
1.5 Patofisiologi
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi
(meningitis,pneumonia,TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis
aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system
ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar,
menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal.
White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan
dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak
tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis
aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan
titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan
kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan
(dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar
dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar

ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan


mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak
kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga
membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala :
Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar.
Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan
ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian. Pada pelebaran
ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada
didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup
untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan
kompensasi.
PATHWAY

Kelainan Infeksi Neoplasma Pendarahan


congenital
Meningitis Pembesaran jaringan Obstruksi oleh
Obstruksi aliran purulen di luar subraknoid pendarahan
CSS di system
ventrikel Aliran CSS Sumbatan pada Meningkatan
terganggu absorpsi aliran CSS jumlah cairan
Hidrosefalus dalam ruang
nonkomunikas subranoid

Hidrosefalus
komunikas

Peningkatan serebrospinal (CSS)

Peningkatan TIK

Pembesaran kepala
Penurunan
kapasitas adaptif Kelemahan fisik
intracranial
Gangguan mobilitas
Gangguan tumbuh fisik
Asupan nutrisi tidak
kembang
adekuat

Deficit nutrisi
1.6 Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005).
Gejala- gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi
intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu :
a. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus
kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah
35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama
tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi
terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari
biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas.
Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping
kepala tampak melebar dan berkelok.

b. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak

Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai


manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas.
Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti
penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada
pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran
abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan
sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua
deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai
empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
1. Fontanel anterior yang sangat tegang.

2. Sutura kranium tampak atau teraba melebar.

3. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial


menonjol.
4. Fenomena „matahari tenggelam‟ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah,
gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut
ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia
respirasi). Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol,
lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik
oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas
proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan
keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya
dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji
radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang
terpisah – pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan
pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim
ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan
Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses
ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus
dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan
kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
a. Bayi :
1. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.

2. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela


menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :

4. Muntah

5. Gelisah

6. Menangis dengan suara ringgi


7. Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
8. Peningkatan tonus otot ekstrimitas

9. Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah


terlihat jelas.
10. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di
atas Iris

11. Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”

12. Strabismus, nystagmus, atropi optic

13. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.


b. Anak yang telah menutup
suturanya : Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
1. Nyeri kepala

2. Muntah

3. Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas

4. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10


tahun

5. Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer

6. Strabismus

7. Perubahan pupil
1.7 Pemeriksaan Diagnosis

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil


pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan- pemeriksaan penunjang, yaitu :
2 Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka
dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intrakranial.
3 Transiluminasi
Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3
menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber
adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar
1-2 cm.
4 Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua
garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar
lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus
telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak
akan terjadi secara menyeluruh.
5 Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke
dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang
dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah
memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
6 Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
7 CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel
IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena
terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans
gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem
ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.

8 MRI kepala

MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara mendetail


dan bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi

Gambar . MRI kepala dengan hidrosefalus

1.8 Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and
live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini
yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan
akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
a. Tirah baring total :
1. Jegah resiko /gejala peningkatan tekanan intrakranial

2. Cegah resiko cedera

3. Cegah gangguan neurologis


b. Observasi tanda-tanda vital (GCS tingkat kesadaraan).
c. Pemberian obat-obatan
1. Deksamethason/kalmetason sebagai pengobatan anti-edema serebri,
dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
2. Pengobatan anti-edema dengan larutan hipertonis, yaitu manitol 20%,
atau Glukosa 40% atau Gliserol 10%.
3. Antibiotik yang memiliki efek barier darah otak (penisilin) atau untuk
infeksi anaerob diberikan Mentronidazol.
4. Makanan atau cairan, bila muntah dapat diberikan cairan infus
Dekstrosa 5%, 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
d. Pengobatan dengan Azetazolamid (Diamoks) untuk inhibisi LCS.
Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat
azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
e. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
f. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
1. Drainase ventrikule-peritoneal

2. Drainase Lombo-Peritoneal

3. Drainase ventrikulo-Pleural

4. Drainase ventrikule-Uretrostomi
5. Drainase ke dalam anterium mastoid

6. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung


melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti
sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya
infeksi sekunder dan sepsis.
7. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan
dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari
luar.
8. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
1.9 Komplikasi

a. Infeksi

Berupa peritonitis, meningitis atau peradangan sepanjang saluran


subkutan. Pada pasien-pasien dengan VA Shunt. Bakteri aleni dapat
mengawali terjadinya Shunt Nephritis yang biasanya disebabkan
Staphylococcus epidermis ataupun aureus, dengan risiko terutama pada bayi.
Profilaksis antibiotik dapat mengurangi risiko infeksi.
b. Hematoma Subdural
Ventrikel yang kolaps akan menarik permukaan korteks serebri dari
duramater. Pasien post operatif diletakkan dalam posisi terlentang
mengurangi risiko sedini mungkin.
c. Obstruksi
Dapat ditimbulkan oleh:

1. Ujung proksimal tertutup pleksus khoroideus.

2. Adanya serpihan-serpihan (debris).

3. Gumpalan darah.

4. Ujung distal tertutup omentum.

5. Pada anak-anak yang sedang tumbuh dengan VA Shunt, ujung distal


kateter dapat tertarik keluar dari ruang atrium kanan, dan
mengakibatkan terbentuknya trombus dan timbul oklusi.
d. Keadaan CSS yang rendah

Beberapa pasien Post shunting mengeluh sakit kepala dan vomiting pada
posisi duduk dan berdiri, hal ini ternyata disebabkan karena tekanan CSS
yang rendah, keadaan ini dapat diperbaiki dengan jalan:
1. Intake cairan yang banyak.

2. Katup diganti dengan yang terbuka pada tekanan yang tinggi.


e. Asites oleh karena CSS
Asites CSS ataupun pseudokista pertama kali dilaporkan oleh Ames,
kejadian ini diperkirakan 1% dari penderita dengan VP shunt. Adapun
patogenesisnya masih bersifat kontroversial. Diduga sebagai penyebab
kelainan ini adalah pembedahan abdominal sebelumnya, peritonitis, protein
yang tinggi dalam CSS. Asites CSS biasanya terjadi pada anak dengan
tekanan intrakranial di mana gejala yang timbul dapat berupa distensi perut,
nyeri perut, mual dan muntah-muntah.
f. Kraniosinostosis
Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari pembuatan shunt pada
hidrosefalus yang berat, sehingga terjadi penututupan dini dari sutura
kranialis.

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan awal dari proses keperawatan dengan


mengumpulkan data yang akurat dari pasien untuk mengetahui masalah
kesehatan yang terjadi. Fase pengkajian merupakan fase yang krusial dalam
seluruh proses keperawatan. Apabila terdapat data yang tidak akurat, maka
capaian keberhasilan dari proses keperawatan tidak akan maksimal (Prabowo,
2017).

a. Identitas

Berisi data pribadi pasien serta penanggung jawab pasien meliputi nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, alamat dan
tanggal masuk rumah sakit (Haryani, Hardani, & Thoyibah, 2020).2.

b. Riwayat penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi,


lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan
perifer.

c. Riwayat Penyakit Sekarang : Pendarahan otak yang berhubungan


dengan kelahiran premature
d. Riwayat Penyakit Dahulu Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir Postnatal :
Infeksi, meningitis, TBC, diare, neoplasma
1) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak.
Kekejangan: Mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh
dengan kepala terbentur. Keluhan sakit perut.
e. Riwayat penyakit keluarga

f. Pemeriksaan fisik
Pengkajian persistem

1. B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas

2. B2 (Blood) : Pucat, peningkatan sistole tekanan darah,


penurunan nadi

3. B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan


mengkilat pembesarankepala, perubahan pupil, penglihatan ganda,
kontruksi penglihatan perifer, strabismus, tidak dapat melihat ke atas,
“sunset eyes”, kejang.

4. B4 (Bladder) : Oliguria.

5. B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan.

6. B6 (Bone) : Kelemahan, lelah, Peningkatan tonus otot ekstrimitas

Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
a. Anak dapat melioha keatas atau tidak.
b. Pembesaran kepala.
c. Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
2. Palpasi
a. Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
b. Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior
sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak.
3. Pemeriksaan Mata
a. Akomodasi.
b. Gerakan bola mata.
c. Luas lapang pandang
d. Konvergensi.
e. Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas.
f. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
1. Peningkatan sistole tekanan darah.
2. Penurunan nadi / Bradicardia.
3. Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Suhu badan.
5. SPO2

g. Pemeriksaan penunjang.

keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-


pemeriksaan penunjang, yaitu :
1 Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:

a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya


pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis
posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup
maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran
kenaikan tekanan intrakranial.
2 Transiluminasi
Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan
ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi
selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan
rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat
lebih lebar 1-2 cm.
3 Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart
(jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada
anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh
karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis
maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4 Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung
masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka
akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak
yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras
dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang
tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur
ini telah ditinggalkan.
5 Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat
lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata
tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel
hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan
anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan
CT Scan.
6 CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di
atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar.
Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas
oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada
hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi
ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di
proksimal dari daerah sumbatan.

7 MRI kepala

MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara


mendetail dan bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi

2.2 Analisa Data

Analisa data adalah suatu usaha untuk memberikan validasi data yang telah
terhimpun dengan melakukan perpaduan data subjcktif dan objcktif yang telah
di peroleh dari berbagai sumber hasil daripada pengkajian (Haryani, Hardani, &
Thoyibah, 2020).

N SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


O
1 Data subjektif Hidrosefalus Hidrosefalu Penurunan
1. Sakit kepala nonkomunika s komunikas kapasitas adaptif
Data objektif intracranial
s
1. Tekanan darah
meningkat
dengan nadi
melebar. Peningkatan serebrospinal
2. Bradikardi (CSS)
3. Pola napas
regular Peningkatan TIK
4. Tingkat
kesadaran
Penurunan kapasitas
menurun.
5. Repon pupil adaptif intracranial
melambat atau
tidak sama.
6. Regleks
neurologis
terganggu.
2 Data subjektif:- Pembesaran kepala Gangguan tumbuh
Data objektif : Kelemahan fisik kembang
1. Tidak mampu
melakukan Asupan nutrisi tidak adekuat
keterampilan
atau perilaku Gangguan tumbuh kembang
khas sesuai
usia.
2. Pertumbuhan
fisik terganggu.
3 Data subjektif : Defisit nutrisi
1. Cepat kenyang Pembesaran kepala
setelah makan Kelemahan fisik
2. Kram/nyeri
abdomen Asupan nutrisi tidak adekuat
3. Nafsu makan
berkurang Deficit nutrisi
Data objektif :
1. Berat badan
menurun
minimal 10% di
bawah rentang
ideal
2. Bising usus
hiperaktif
3. Otot pengunyah
lemah
4. Membran
mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin
turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare
4 Data subjektif : Pembesaran kepala Gangguan mobilitas
1. Kesulitan Kelemahan fisik fisik
menggerakan
ekstremitas. Gangguan mobilitas fisik
Data objektif :
1. Kekuatan otot
menurun
2. Rentang gerak
menurun.
3. Fisik lemah

2.3 Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan kapasitas adaptif intracranial


b. Gangguan tumbuh kembang
c. Defisit nutrisi
d. Gangguan mobilitas fisik
2.4 Rencana Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Penurunan Setelah dilakukan Observasi
kapasitas adaptif tindakan keperawatan
intracranial selama …x24 jam 1. identifikasi penyebab
menunjukkan : peningkatan TIK (mis, lesi
1. Fungsi kognitif menempati ruang,
meningkat gangguan nmetabolisme,
2. Gelisah menurun edema serebral,
3. Agitasi menurun peningkatan tekanan vena,
4. Muntah menurun obstruksi aliran cairan
5. Postur desebrasi serebrospinal hipertensi
(ekstensi) menurun intrakranial idiopatik).
6. Papiledema 2. Monitor peningkatan TD
menurun 3. Monitor pelebaran tekanan
7. Tekanan darah nadi (selisih TDS dan
membaik TDD)
8. Tekanan nadi (pulse 4. Monitor penurunan
pressure) membaik frekuensi jantung
9. Bradikardia 5. Monitor ireguleritas
membaik iramia napas.
10. Pola napas 6. Monitor penurunan tingkat
membaik kesadaran
11. Respon pupil 7. Monitor perlambatan atau
membaik. ketidaksimetrisan respon
12. Refles pupil
neurologis 8. Monitor kadar CO2 dan
membaik. pertahankan dalam
13. Tekanan rentang yang
intracranial diindikasikan
membaik. 9. Monitor tekanan perfusi
serebral
Respon pupil 10. Monitor jumlah,
kecepatan, dan
Refleks neurologis karakteristik drainase
cairan serebrospinal
Tekanan intrakranial 11. Monitor efek stimulus
lingkungan terhadap TIK

Terapeutik

1. Ambil sampel drainase


cairan serebrospinal
2. Kalibrasi transduser
3. Pentahankan sterilitas
sistem pemantauan
4. Pertahankan posisi kepala
dan leher netral
5. Bilas sistem pemantauan,
jika perlu
6. Atur interval pemantauan
sesual kondisi pasien
7. Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi

1. Jelsskan tujuan dan


prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan. jike pertu
2 Gangguan Setelah dilakukan Observasi
tumbuh kembang tindakan keperawatan
selama …x24 jam 1. Identifikasi pencapaian
menunjukkan : tugas perkembangan anak
1. Keterampilan/perila 2. identifikasi isyarat
kusesual usia perilaku dan fisiologis
meningkat. yang ditunjukkan bayi
2. Kemampuan (mis. lapar, tidak nyaman)
melakukan
perawatan diri Terapeutik
meningkat.
3. Respon social 1. Pertahankan sentuhan
meningkat seminimal mungkin pada
4. Kontak mata bayi premature
meningkat 2. Berikan sentuhan yang
5. Kemarahan bersifat gentie dan tidak
menurun. ragu-ragu
6. Regresi menurun. 3. Minimalkan nyeri
7. Afek membaik 4. Minimalkan kebisingan
8. Pola tidur membaik ruangan
5. Pertahankan lingkungan
yang mendukung
perkembangan optimal
6. Motivasi anak berinteraksi
dengan anak lain
7. Sediakan aktivitas yang
memotivasi anak
berinteraksi dengan anak
lainnya
8. Fasilitasi anak barbagi dan
bergantian/bergilir
9. Dukung anak
mengekspresikan diri
melalui penghargaan
positif atau umpan balik
atas usahanya
10. Pertahankan
kenyamanan anak
11. Fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri
(mis. makan, sikat gigi,
cuci tangan, memakai
baju)
12. Bernyanyi bersama
anak lagu-lagu yang
disukai
13. Bacakan cerita atau
dongeng
14. Dukung partisipasi
anak di sekolah,
ekstrakurikuler dan
aktivitas komunitas

Edukasi

1. Jelaskan orang tua


dan/atau pengasuh tentang
milestone perkembangan
anak dan perilaku anak
2. Anjurkan orang tua
menyentuh dan
menggendong bayinya
3. Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
4. Ajarkan anak
keterampilan berinteraksi
5. Ajarkan anak teknik
asertif

Kolaborasi

1. Rujuk untuk konseling,


jika periu

3 Deficit nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi


tindakan keperawatan 2. Identifikasi alergi dan
…x24 jam diharapkan intoleransi makanan
status nutrisi membaik 3. Identifikasi makanan yang
dengan kriteria hasil: di sukai
1. Porsi makanan yang 4. Identifikasi kebutuhan
di habiskan kalori dan jenis nutrien
2. Kekuatan otot 5. Identifikasi perlunya
pengunyah penggunaan selang
meningkat nasogastrik
3. Kekuatan otot 6. Monitor asupan makanan
menelan meningkat 7. Monitor berat badan
4. Serum albumin 8. Monitor hasil pemeriksaan
meningkat labortorium
5. Verbalisasi 9. Lakukan oral hygiene
keinginan itu sebelum makan jika perlu
meningkatan nutrisi 10. Fasilitasi menentukan
6. Pengetahuan pedoman diet
tentang pilihan 11. Sajikan makanan secara
minuman yang menarik dan suhu yang
sehat meningkat sesuai
7. Pengetahuan 12. Brikan makanan tinggi
tentang pilihan kalori dan tinggi protein
makanan yang sehat 13. Berikan suplemen
meningkat makanan jika perlu
8. Pengetahuan 14. Hentikan pemberian
tentang standar makanan mellui selang
asupan nutrisi yang nasogatrik jika asupan oral
tepat meningkat dapat di toleransi
9. Sikap terhadap 15. Anjurkan posisi duduk ,
makanan/minuman jika mampu
sesuai dengan tujuan 16. Ajarkan diet yang di
kesehatan programkan
meningkat 17. Kolaborasi pemberian
10. Perasaan cepat medikasi sebelum makan
kenyang menurun 18. Kolaborasi dengan ahli
11. Nyeri abdomen gizi untuk menentukan
menurun jumlah kalori dan jenis
12. Sariawan menurun nutrient yang di butuhkan
13. Rambut rontok jika perlu
menurun
14. Diare menurun
15. Berat badan Indeks
massa tubuh (IMT )
membaik
16. Frekuensi makanan
membaik
17. Nafsu makan
membaik
18. Bising usus
membaik
19. Tebal lipatan kulit
terisp membaik
20. Membrane mukosa
membaik
4 Gangguan Setelah dilakukan Observasi
mobilitas fisik tindakan keperawatan
…x24 jam diharapkan 1. Monitor kondisi kulit
status nutrisi membaik 2. Monitor komplikasi tirah
dengan kriteria hasil: baring (mis, kehilangan
1. Pergerakan massa otot, sakit
ekstermitas punggung, konstipas,
meningkat stress, depresi,
2. Kekuatan otot kebingungan, perubahan
meningkat irama tidur, infeksi
3. Rentang gerak saluran kemih, sullt
(ROM) meningkat buang air kecil,
4. Nyeri menurun pneumonia)
5. Kecemasan
menurun Terapeutik
6. Kaku Sendi
menurun 1. Tempatkan pada kasur
7. Gerakan terapeutik, jika tersedia
TidakTerkoordinasi 2. Posisikan senyaman
menurun mungkin
8. Gerakan Terbatas 3. Pertahankan seprei tetap
menurun kering, bersih dan tidak
9. KelemahanFisik kusut
meningkat 4. Pasang siderails, jika
perlu
5. Posisikan tempat tidur
dekat dengan nurse
station, jika perlu
6. Dekatkan posisi meja
tempat tidur,
7. Berikan latihan gerak
aktif atau pasif
8. Pertahankan kebersihan
pasien
9. Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
10. Benikan stocking
antiembolisme, jika
periu
11. Ubah posisi setiap 2 jam
Edukasi

1. Jelaskan tujuan
dilakukan lirah baring

2.5 Implementasi

Tahap implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan


untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan di susun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien
mendapat tujuan yang diharapkan. Karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien.

2.6 Evaluasi

Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa poin-poin


sperti dibawah ini:

a. Tafsirkan dari hasil tindakan yang telah diambil adalah penting untuk
menilai keefektifan asuhan yang diberikan
b. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi focus dari penilaian ketepatan
tindakan.
c. Kalau criteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar
untuk mengembangkan tindakan alternative sehingga dapat mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai