OLEH :
NOVITA MARAMIS
076STYCJ21
b. Infeksi
c. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan
apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan
mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan
ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
d. Perdarahan
Hidrosefalus
komunikas
Peningkatan TIK
Pembesaran kepala
Penurunan
kapasitas adaptif Kelemahan fisik
intracranial
Gangguan mobilitas
Gangguan tumbuh fisik
Asupan nutrisi tidak
kembang
adekuat
Deficit nutrisi
1.6 Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005).
Gejala- gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi
intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu :
a. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus
kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah
35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama
tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi
terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari
biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas.
Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping
kepala tampak melebar dan berkelok.
4. Muntah
5. Gelisah
2. Muntah
6. Strabismus
7. Perubahan pupil
1.7 Pemeriksaan Diagnosis
8 MRI kepala
1.8 Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and
live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini
yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan
akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
a. Tirah baring total :
1. Jegah resiko /gejala peningkatan tekanan intrakranial
2. Drainase Lombo-Peritoneal
3. Drainase ventrikulo-Pleural
4. Drainase ventrikule-Uretrostomi
5. Drainase ke dalam anterium mastoid
a. Infeksi
3. Gumpalan darah.
Beberapa pasien Post shunting mengeluh sakit kepala dan vomiting pada
posisi duduk dan berdiri, hal ini ternyata disebabkan karena tekanan CSS
yang rendah, keadaan ini dapat diperbaiki dengan jalan:
1. Intake cairan yang banyak.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
a. Identitas
Berisi data pribadi pasien serta penanggung jawab pasien meliputi nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, alamat dan
tanggal masuk rumah sakit (Haryani, Hardani, & Thoyibah, 2020).2.
f. Pemeriksaan fisik
Pengkajian persistem
4. B4 (Bladder) : Oliguria.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
a. Anak dapat melioha keatas atau tidak.
b. Pembesaran kepala.
c. Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
2. Palpasi
a. Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
b. Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior
sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak.
3. Pemeriksaan Mata
a. Akomodasi.
b. Gerakan bola mata.
c. Luas lapang pandang
d. Konvergensi.
e. Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas.
f. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
1. Peningkatan sistole tekanan darah.
2. Penurunan nadi / Bradicardia.
3. Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Suhu badan.
5. SPO2
g. Pemeriksaan penunjang.
7 MRI kepala
Analisa data adalah suatu usaha untuk memberikan validasi data yang telah
terhimpun dengan melakukan perpaduan data subjcktif dan objcktif yang telah
di peroleh dari berbagai sumber hasil daripada pengkajian (Haryani, Hardani, &
Thoyibah, 2020).
Terapeutik
Edukasi
Edukasi
Kolaborasi
1. Jelaskan tujuan
dilakukan lirah baring
2.5 Implementasi
2.6 Evaluasi
a. Tafsirkan dari hasil tindakan yang telah diambil adalah penting untuk
menilai keefektifan asuhan yang diberikan
b. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi focus dari penilaian ketepatan
tindakan.
c. Kalau criteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar
untuk mengembangkan tindakan alternative sehingga dapat mencapai tujuan.