Di susun Oleh :
SUSANTI SUHARDI
P2002118
Di susun Oleh :
SUSANTI SUHARDI
P2002118
A. Tinjauan Teori
a. Definisi
Gagal jantung adalah suatu kondisi fisiologis ketika jantung tidak memompa darah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh (ditentukan sebagai konsumsi oksigen). Gagal jantung
terjadi karena perubahan fungsi sitolik dan diastolic ventrikel. Jantung mengalami kegagalan karena
defek structural atau penyakit intrinsic, sehingga tidak dapat menangani jumlah darah yang normal
atau pada kondisi tidak ada penyakit, tidak dapat melakukan toleransi peningkatan volume darah
mendadak (misalnya latihan fisik). Gagal jantung bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi
istilah ini merujuk pada syndrome klinis yang diditandainmanifestasi kelebihan volume dara, perfusi
yang tidak adekuat, dan toleransi aktivitas yang buruk. Apapun penyebabnya, kegagalan pompa
menyebabkan hipoprfusi jaringan diikuti kongestinpulmonal dan vena sistemik, oleh karena itu gagal
jantung menyebabkan kongesti vascular, sering disebut gagal jantung kongestif. Istilah lain yang
digunahakan untuk menyebut gagal jantung adalah gagal jantung kronis, dekompensasi jantung,
insufisiensi jantung, dan gagal ventrikel. (Black & Hawks, 2014)
Gagal jantung ditujukan pada kelainan primerdari syndrome tersebut, yaitu keadaan ketika
jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian vena dalam keadaaan normal. Beberapa definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung
bukanlah suatu penyakit yang terbatas pada satu system organ melainkan syndrome klinis akibat
kelainan jantung. Keadaan ini ditandai dengan suatu bentuk respon hemodinamika, renal, neural, dan
hormonal yang nyata. Disamping itu gagal jantung merupakan keadaan patologis dimana kelainan
fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah dalam memenuhi kebutuhan
jaringan atau hanya dapat memnuhi kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian.
(Muttaqin, 2009). Gagal jantung sering disebut juga gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan
jantung memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
Istilah gagal jantung kongestif paling sering digunakan jika terjadi gagal jantung kiri dan sisi kanan.
(Smeltzer, Suzzane C, 2001)
b. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas
((Muttaqin, 2009):
Kelas Definisi Istilah
I Klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa pembatasan pada aktivitas Disfungsi ventrikel asimtomatis
fisik
II Klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan sedikit Gagal jantung ringan
pembatasan
III Klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan pembatsan pada Gagal jantung sedang
aktivitas fisik
IV Klien dengan kelainan jantung yang dimanifestasikan dengan segala Gagal jantung berat
bentuk aktivitas fisik akan menyebabkan keluhan dan harus tirah
baring
c. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokan
berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a) Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD), stenosis
mitral, dan insufisiensi mitral.
b) Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c) Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
b) Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
d. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan
persamaan:
CO = HR x SV
curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume
Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem
saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka
volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang tergantung
pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang
menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada
perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada jantung dan
secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas
atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam
kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium
pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung
lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi
dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke
kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat
yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau
penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan
aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan
vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload.
Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri
dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium
dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan
peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini dirancang
untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat
malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac
output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang
akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan
teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan
afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi, yang
juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi
peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa
disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan Beban volume berlebihan
Disfungsi miokard
(AMI) miokardItis berlebihan berlebihan Kebututuhan
metabolisme
tas ↓
Kontraktilitas ↓
Hambatan pengosongan
Ventrikel
Preload ↑
CHF
Gagal jantung kanan
Gagal pompa
Gagal pompa ventrikel kiri ventrikel kanan
LVED ↑
Suplai darah Bendungan
Suplai O2 otak ↓ Renal flow ↓
Jaringan ↓ Tek. Vena atrium kanan
Pulmonalis ↑
Metab. anaerob Sinkop Bendungan
RAA ↑
Tek. Kapiler vena sistemik
Paru ↑
dosis metabolik Penurunan Aaldosteron ↑
Perfusi jaringan Lien Hepar
Edema Beban ventrikel
enimbunan A. Laktat Retensi Na + H2O
ATP↓ Ronkhi basah
Kelebihan Volume
Fatigue
e. Manifestasi Klinis Cairan Iritasi mukosa Hipertropy
paru Ventrikel kanan
1. Peningkatan volume intravaskular.
2. Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah
Intoleran Aktivitas Penyempitan
(pemenuhan ADL) jantung. Penumpukan Reflek Lumen vebtrikel
sekret batuk ↓
3. Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang kanan
menyebabkan cairan
Gangguan
mengalir dari kapiler paru ke alveoli; dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.
pertukaran
4. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan vena sistemik.
5. Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan dan suhu
panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah dari jantung ke jaringan dan organ
yang rendah.
6. Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler akibat
tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin ginjal).
Sumber: Niken Jayanthi (2010)
6. Terapi Lain:
a) Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup jantung,
iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau intrakrdial, dan
keadaan output tinggi.
b) Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
c) Posisi setengah duduk.
d) Oksigenasi (2-3 liter/menit).
e) Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah,
mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah
garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat.
Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
f) Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien
stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan
kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20
menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau
sedang.
g) Hentikan rokok dan alkohol
h) Revaskularisasi koroner
i) Transplantasi jantung
j) Kardoimioplasti
N
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o
1 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung
berhubungan dengan keperawatan selama….., curah Observasi
perubahan irama jantung, jantung meningkat, Kriteria Identifikasi tanda atau gejala primer
perubahan frekuensi jantung, Hasil: penurunan curah jantung
perubahan kontraktilitas, 1) Palpitasi menurun Identifikasi gejala atau tanda sekunder
perubahan preload, 2) Bradikardia menurun penurunan curah jantung
perubahan afterload, 3) Takikardia menurun Monitor tekanan darah
ditandai dengan: 4) Gambaran EKG aritmia Monitor iantake dan output
Data Subyektif: menurun Monitor berat badan setiap hari pada waktu
1) perubahan irama jantung 5) Lelah menurun Edema yang sama
palpitasi menurun Monitor saturasi oksigen
2) perubahan kontraktilitas 6) Batuk menurun Monitor keluhan nyeri dada
ortopnea 7) Kekuatan nadi perifer Monitor aritmia
batuk meningkat Monitor nilai laboratorium jantung
paroxysmal nocturnal 8) EF meningkat Terupetik
dyspnea Posisikan semi fowler atau fowler
3) perubahan preload Berikan diit jantung yang sesuai
lelah Gunakan stocking leastis
4) perubahan afterload Fasilitasi keluarga untuk modifikasi gaya
dyspnea hidup
Data Obyektif: Berikan dukungan emosional dan spiritual
1) perubahan irama jantung Berikan oksigen untuk mempertahankan
bradikardia/takikardia saturasi oksigen > 94%
gambaran EKG aritmia Edukasi
atau gangguan konduksi Anjurkan beraktivitas fisik maupun sesuai
2) perubahan kontraktilitas toleransi
terdengar suara Anjurkan beraktivitas fisi secara bertahap
jantungS3 atau S4 Anjurkan berhenti merokok
Ejection fraction menurn Anjarkan pasien mengukur berat badan harian
3) perubahan preload Ajarkan keluarga pasien mengukur intake dan
edema output
distensi vena jugukaris Kolaborasi
CVP meningkat/menurun Kolaborasi pemberian aritmia bila perlu
hepatomegali Rujuk ke program rehabilitasi jantung
4) perubahan afterload
tekanan darah meningkat
atau menurun
nadi perifer teraba lemah
capillary refill time > 3
detik
oliguria
warna kulit pucat atau
sianosis
BIODATA PASIEN
Nama / Inisial :NY.H Usia :70 JK : Perempuan
Pendidikan :SMP
Pekerjaaan :IRT
Status Pernikahan :MENIKAH
No RM :826339
Diagnosa Medis : Effusi Pleura Masif dekstra, HT, Aki dd CKD, DVT, AF
Tanggal Masuk RS :26-12-2020
Alamat :Jln. HARAPAN NO 56/13 GUNUNG SARI
BIODATA PENANGGUNG JAWAB
Nama :TN. H
Jenis Kelamin :PRIA
Pendidikan :S1
Pekerjaan :DOKTER
Hubungan dengan Klien :ANAK KANDUNG
Alamat :Jln. MT.HARYONO NO.45 BALIKPAPAN
4. Riwayat Pembedahan
Tahun 2001 operasi Hernia di Jakarta
Tanggal 27-01-2020 operasi pasang WSD di RSKD
Tanggal 08-01-2021 operasi URS di RSKD
5. Pengobatan Terakhir
Tidak ada
6. Riwayat Penyakit Keluarga (Genogram Keluarga)
Keterangan:
: Laki - laki
: Perempuan
: Klien
: tinggal satu rumah
II. PENGKAJIAN
PRIMER
1. Airway :
Paten Tidak Paten
Jalan Nafas :
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing N/A
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor N/A
Keluhan Lain :
2. Breathing :
Gerakan dada : Simetris Asimetris
Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal
Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur
Retraksi otot dada : Ada N/A
Sesak Nafas : Ada N/A RR :28 x/mnt BGA : . . . . .
Keluhan Lain:
ronchi di basal paru
kiri dan kanan
3. Circulation
Nadi : Teraba 100. x/menit Tidak teraba Sianosis
: Ya Tidak
CRT : < 2 detik > 2 detik
Pendarahan : Ya Tidak ada Keluhan
Lain: ... ...
Tekanan darah 106/78 mmHg, HR 125 kali/menit irama tidak teratur, pernafasan 28 kali per menit, Suhu;
36,5ºC, Saturasi oksigen 97%
Rasa Nyaman (Nyeri)
Ya pukul............l Tidak
Risiko decubitus Tidak Terdapat luka Ya, jelaskan terdapat decubitus dengan ukuran 3 cm x 1 cm
(BERDASARKAN SKALA NORTON)
PENILAIAN 4 3 2 1
Kondisi Fisik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
√
Status Mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Sendiri Jalan Dengan Kursi Roda Di tempat tidur
Bantuan
Mobilitas Bebas Agak Terbatas Sangat Terbatas Tidak Mampu
Bergerak Bergerak
Inkontinensia Kontinen Kadang-kadang Selalu Inkontinensia
Inkontinensia Inkontinensia Urin dan Alvi
Urin
SKOR 8 3 0 2
TOTAL SKOR 13
Keterangan :
16 – 20 : risiko rendah terjadi decubitus
12 – 16 : risiko sedang terjadi decubitus
12 : risiko tinggi terjadi decubitus
Riwayat Psikososial
Status Psikologi
Mandiri Perlu bantuan, sebutkan pasien sudah tirah baring sekitar 6 bulan
Ketergantungan total, dilaporkan ke dokter ( Ya, pukul............. Tidak)
Kebutuhan Khusus
Lanjut usia Pasien kemotherapi/radiasi Ketergantungan obat
Lain- lain
Perencanaan Pulang (dilengkapi dalam waktu 48 jam pertama pasien masuk ruang rawat)
a. Pasien tinggal dengan siapa? sendiri anak/lain-lain sebutkan suami
b. Dimana letak kamar pasien di rumah? Lantai dasar Lantai dua/tiga
c. Bagaimana kondisi rumah pasien ?
Penerangan lampu terang/cukup terang/ kurang (coret salah satu)
Kamar tidur jauh/dekat dengan kamar mandi (coret salah satu)
WC jongkok/duduk (coret salah satu)
d. Bagaimana perawatan kebutuhan dasar pasien ? Mandiri Dibantu sebagian
Dibantu penuh
Hasil / Interpretasi:
Laboratorium
Immunoserologi
CRP 20 mg/L
13 Januari 2021 Elektrolit
Kalsium 1.16 mmol/L
Natrium 130 mmol/L
Kalium 3.9 mmol/L
Tanggal Jenis Pemeriksaaan Hasil Satuan
Pemeriksaan
29 desember 2020 Cairan Pleura
Tuberkolusis
Adenosine Deaminase
Darah
Penanda Tumor
Cyfra 21-1 6 U/L
Rontgen
NILAI SKOR
NO FUNGSI SKOR URAIAN SAAT MGG I MGG II MGG MGG SAAT
SEBELUM
MASUK DI RS DI RS III IV PULAN
SAKIT
RS DI RS DI RS G
Tidak
0 terkendali/teratur
Mengendalika (perlu pencahar)
1 n rangsang Kadang-kadang
defekasi BAB 1 tidak terkendali
2 Mandiri √ √ √ √
Tak √ √ √
0 terkendali/pakai
Mengendalikan kateter
2 rangsang Kadang-kadang
berkemih (BAK) 1 tak terkendali
2 Madiri √
Butuh pertolongan √ √ √ √
Membersihkan 0 orang
3 diri (cuci muka, lain
sisir rambut,
1 Mandiri
sikat gigi)
Tergantung √ √ √ √
0 pertolongan orang
Penggunaan lain
jamban, masuk Perlu pertolongan
dan keluar pada beberapa
4 kegiatan dapat
(memakai 1
celana, mengerjakan
membersihkan, sendiri kegiatan
menyiram) yang lain
2 Mandiri
0 Tidak mampu √ √ √
Perlu ditolong
5 Makan 1 memotong
makanan
2 Mandiri √
Perlu banyak
bantuan untuk
1
bisa duduk (2
Berubah sikap
6 orang)
dari berbaring
2 Bantuan (2 orang) √ √ √ √
ke duduk
3 Mandiri
0 Tidak mampu √ √ √
Bisa √
1 (pindah)dengan
7 Berpindah/berjala kursi roda
n Berjalan dengan
2 bantuan 1 orang
3 Mandiri
NILAI SKOR
MG SAAT
G PULAN G
N FUNGSI SKOR URAIAN SAAT MGG MGG III MGG
O SEBELU MASU I II DI IV
M SAKIT K RS DI RS DI RS RS DI RS
Tergantung orang √ √ √
0 Lain
1 Sebagian dibantu √
8 Memakai baju
2 Mandiri
0 Tidak Mampu √ √ √ √
Butuh
1 Pertolongan
9 Naik turun
tangga 2 Mandiri
Tergantung orang √ √ √ √
0 Lain
10 Mandi
1 Mandiri
TOTAL 10 4 4 4
SKOR
NAMA & TANGAN PERAWAT
Keterangan :
20 : Mandiri 5 – 8 : Ketergantungan berat 12 – 19 :
Keterhantungan ringan 0 – 4 : Ketergantungan total 9 – 11 :
Ketergantungan sedang
Analisa Data
Fatique
Intoleran Aktivitas
4 Data Subyektif: thrombosis vena Nyeri akut
P: klien mengatakan nyeri pada
kaki kanan.
Q : klien mengatakan nyeri seperti gangguan aliran darah
menusuk,
R: klien yang dirasakan didaerah
kaki kanan sampai ke telapak kaki penyempitan dinding endotel
S: Skala nyeri 4
T: klien merasakan nyeri hilang
timbul dan hilang jika klien kompresi syaraf
berubah posisi tidur
Data Obyektif :
Tekanan darah : 106/78 mmHg peningkatan turgor jaringan
Nadi : 125 kali/menit
Pernafasan : 28 kali/menit
Pasien tampak berhati – hati reaksi inflamasi
dalam bergerak
dan wajah tampak meringis bila
nyeri nyeri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
2. Pola Nafas berhubungan dengan penurunan energi
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiolofis (inflamasi)
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung
berhubungan dengan perubahan keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
irama jantung ditandai dengan: curah jantung meningkat, 1.1 Identifikasi tanda atau
Data subyektif Kriteria Hasil: gejala primer
Klien mengatakan masih merasa9) Takikardia menurun penurunan curah
sesak nafas 10) Gambaran EKG aritmia jantung
Data obyektif menurun 1.2 Identifikasi gejala
Gambaran EKG AF 11) Lelah menurun Edema atau tanda sekunder
Edema pada kaki kanan dan kiri menurun penurunan curah
Tekanan darah : 106/78 mmHg jantung
Nadi : 125 kali/menit 1.3 Monitor tekanan
Pernafasan : 28 kali/menit darah
1.4 Monitor iantake dan
output
1.5 Monitor saturasi
oksigen
1.6 Monitor keluhan
nyeri dada
1.7 Monitor aritmia
1.8 Monitor nilai
laboratorium jantung
Terupetik
1.10 Posisikan semi fowler
atau fowler
1.11 Berikan diit jantung
yang sesuai
1.12 Gunakan stocking
leastis
1.13 Fasilitasi keluarga
untuk modifikasi
gaya hidup
1.14 Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
1.15 Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >
94%
Edukasi
1.16 Anjurkan beraktivitas
fisik maupun sesuai
toleransi
1.17 Anjurkan beraktivitas
fisi secara bertahap
1.18 Ajarkan keluarga
pasien mengukur
intake dan output
Kolaborasi
1.19 Kolaborasi pemberian
aritmia bila perlu
EVALUASI KEPERAWATAN
SUSANTI SUHARDI
P2002118
BIODATA PASIEN
Nama / Inisial : Tn. IW Usia : 70 tahun JK : Laki – laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaaan : Pedagang
Status Pernikahan : Menikah
No RM : 82.69.52
Diagnosa Medis : Cedera Kepala Berat, fr. Frontalis Sinistra, Fr. Temporal Parietalis Dx
Tanggal Masuk RS : 08 Januari 2021 Jam. 18.20
Alamat : Jl. Tirtayasa No. 49 Gn. Sari Ilir, Balikpapan tengah
BIODATA PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. PR
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Jl. Tirtayasa No. 49 Gn. Sari Ilir, Balikpapan tengah
4. Riwayat Pembedahan
Klien tidak ada riwayat operasi
5. Pengobatan Terakhir
Klien tidak pernah berobat ke layanan kesehatan
: Laki - laki
: Perempuan
III. PENGKAJIAN
PRIMER
1. Airway :
Paten Tidak Paten
Jalan Nafas :
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing N/A
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor N/A
Keluhan Lain
pasien terpasang ETT
2. Breathing :
Gerakan dada : Simetris Asimetris
Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal
Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur
Retraksi otot dada : Ada N/A
Sesak Nafas : Ada N/A RR :18 x/mnt BGA : . . . . .
Keluhan Lain:
Terdengar ronchi dibasal
paru kanan dan kiri
5. Circulation
Nadi : Teraba 65. x/menit Tidak teraba Sianosis
: Ya Tidak
CRT : < 2 detik > 2 detik Pendarahan
: Ya Tidak ada Keluhan
Lain: ... ...
KU Lemah GCS E3M5Vett, Tekanan Darah 136/78 mmHg, Nadi 65 kali per menit, Suhu 36,7ºC, Saturasi
99%, pernafasan 35 kali per menit yang tampak pada monitor ventilator
Keluhan Lain: -
B 1 : Breathing (Pernafasan/Respirasi)
Bentuk dada simetris, Nafas cepat, terlihat retraksi otot – otot intercostal. suara nafas terdengar
ronchi di basal paru kiri dan kanan. Pasien terpasang Endotracheal tube yang tersambung
dengan ventilasi mekanik, tampak sputum pada pada endotracheal tube warna kuning kental.
Pernafasan: 35 kali permenit yang terlihat pada monitor ventilator, dengan volume tidal
ekspirasi 540 ml
Ya pukul.............l Tidak
Risiko decubitus Tidak Terdapat luka Ya, jelaskan
PENILAIAN 4 3 2 1
Kondisi Fisik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
√
Status Mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Sendiri Jalan Dengan Kursi Roda Di tempat tidur
Bantuan
Mobilitas Bebas Agak Terbatas Sangat Terbatas Tidak Mampu
Bergerak Bergerak
Inkontinensia Kontinen Kadang-kadang Selalu Inkontinensia
Inkontinensia Inkontinensia Urin dan Alvi
Urin
SKOR 0 3 0 3
TOTAL SKOR 6
Keterangan :
16 – 20 : risiko rendah terjadi decubitus
12 – 16 : risiko sedang terjadi decubitus
12 : risiko tinggi terjadi decubitus
Riwayat Psikososial
Status Psikologi
Kecenderung bunuh diri Lain-lain sebutkan tidak dapat dikaji pasien tidak sadar
Status Mental
Parameter
No Kriteria Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak diinginkan dalam
3 bulan terakhir?
d. Tidak ada penurunan
e. Tidak yakin/tidak tahu
f. Jika Ya, berapa penurunan berat badan tersebut
1 – 5 Kg
6 – 10 Kg
11 – 15 Kg
≥ 15 Kg
2. Apakah asupan makanan berkurang karena tidak nafsu makan
c. Ya
d. Tidak
Total Skor
3. Pasien dengan kondisi khusus Ya Tidak
(pasien dengan penurunan imunitas, hemodialisa kronis, geriatric, kemotherapi,
intensive care, perinatal care, luka bakar, transpalantasi sumsum tulang, DM,
penurunan fungsi ginjal berat, sirosis hepatis, CLB, penyakit keganasan,
pneumonia berat, stroke, bedah digestif)
Sudah dibaca/diketahui oleh dietisien (diisii oleh dietisien) Ya paraf
Kebutuhan Khusus
Lanjut usia Pasien kemotherapi/radiasi Ketergantungan obat
Lain- lain
Perencanaan Pulang (dilengkapi dalam waktu 48 jam pertama pasien masuk ruang rawat)
h. Pasien tinggal dengan siapa? sendiri anak/lain-lain sebutkan suami
i. Dimana letak kamar pasien di rumah? Lantai dasar Lantai dua/tiga
j. Bagaimana kondisi rumah pasien ?
Penerangan lampu terang/cukup terang/ kurang (coret salah satu)
Kamar tidur jauh/dekat dengan kamar mandi (coret salah satu)
WC jongkok/duduk (coret salah satu)
k. Bagaimana perawatan kebutuhan dasar pasien ? Mandiri Dibantu sebagian
Dibantu penuh
l. Apakah pasien memerlukan alat bantu khusus? Ya, sebutkan Tidak
m. Apa makanan pasien? Tidak berdiet Vegetarian Diet, sebutkan
Diet rendah garam
Hasil / Interpretasi:
Laboratorium
NILAI SKOR
NO FUNGSI SKOR URAIAN SAAT MGG I MGG II MGG MGG SAAT
SEBELUM
MASUK DI RS DI RS III IV PULAN
SAKIT
RS DI RS DI RS G
Tidak √
0 terkendali/teratur
Mengendalika (perlu pencahar)
1 n rangsang Kadang-kadang
defekasi BAB 1 tidak terkendali
2 Mandiri √
Tak √
0 terkendali/pakai
Mengendalikan kateter
2 rangsang Kadang-kadang
berkemih (BAK) 1 tak terkendali
2 Madiri √
Butuh pertolongan √
Membersihkan 0 orang
3 diri (cuci muka, lain
sisir rambut, √
1 Mandiri
sikat gigi)
Tergantung √
0 pertolongan orang
Penggunaan lain
jamban, masuk Perlu pertolongan
dan keluar pada beberapa
4 kegiatan dapat
(memakai 1
celana, mengerjakan
membersihkan, sendiri kegiatan
yang lain
menyiram) 2 Mandiri √
0 Tidak mampu √
Perlu ditolong
5 Makan 1 memotong
makanan
2 Mandiri √
Perlu banyak
bantuan untuk
1
bisa duduk (2
Berubah sikap
6 orang)
dari berbaring
ke duduk 2 Bantuan (2 orang)
3 Mandiri √
0 Tidak mampu √
Bisa
1 (pindah)dengan
7 Berpindah/berjala kursi roda
n Berjalan dengan
2 bantuan 1 orang
3 Mandiri √
NILAI SKOR
MG SAAT
N FUNGSI SKOR URAIAN G PULAN G
O SAAT MGG MGG III MGG
SEBELU MASU I II DI IV
M SAKIT K RS DI RS DI RS RS DI RS
Tergantung orang √
0 Lain
1 Sebagian dibantu
8 Memakai baju
2 Mandiri √
0 Tidak Mampu √
Butuh
1 Pertolongan
9 Naik turun
tangga 2 Mandiri √
Tergantung orang √
0 Lain
10 Mandi
1 Mandiri √
TOTAL 20 0
SKOR
NAMA & TANGAN PERAWAT
Keterangan :
20 : Mandiri 5 – 8 : Ketergantungan berat 12 – 19 :
Keterhantungan ringan 0 – 4 : Ketergantungan total 9 – 11 :
Ketergantungan sedang
Analisa Data
Hipoksia
DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Gangguan Neurologis (cedera kepala)
7. Penurunan kapasitas adaptif intracranial berhubungan dengan edema serebral
8. Gangguan penyapihan ventilator berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas, riwayat ketergantungan
ventilator > 4 hari
9. Resiko luka tekan ditandai dengan skor skala Norton < 12
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Monitor Jalan Nafas
efektif berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Buatan
hiperskresi jalan nafas, Respon ventilasi mekanik nafas Observasi
ditandai dengan meningkat dengan kriteria hasil: 1.1 Monitor posisi selang
Data subyektif Endotracheal tube,
- Kriteria 1 2 3 4 5 terutama setelah merubah
hasil
Data obyektif FiO2 posisi
memenuhi
E3M5Vett kebutuhan 1.2 monitor tekanan balon
Tingkat
Pasien terpasang kesadaran ETT setiap 4 – 8 jam
Kedalaman
Endotracheal tube dengan nafas
Saturasi
ventilasi Oksigen Terupetik
Kegelisaha
Ronchi di basal paru kanan n 1.3 Kurangi tekanan balon
Suara
dan kiri Nafas secara periodik setiap
Tambahan
Terdapat sputum warna Infeksi shift
Paru
kuning kental Kesulitan 1.4 pasang OPA untuk
bernafas
dengan mencegah ETT tergigit
ventilator
Kegelisaha 1.5 Cegah ETT terlipat
n
Skala indikator: (kinking)
1. Menurun/memburuk
2. Cukup menurun/cukup memburuk 1.6 Berikan pre oksigenasi
3. Sedang
4. Cukup meningkat/cukup membaik 100% selama 30 detik
Meningkat/membaik
sebelum dan setelah
suction
1.7 lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik jika diperlukan
1.8 Ganti fiksasi ETT
setiap 24 jam
1.9 Ubah posisi ETT
secara bergantian
setiap 24 jam
1.10 Lakukan perawatan
mulut
Edukasi
1.11 jelaskan keluarga
tujuan dan prosedur
pemasangan jalan
nafas buatan
Kolaborasi
1.12 kolaborasi intubasi
ulang jika terbentuk
mucus plug yang tidak
dapat dilakukan
penghisapan
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam. Observasi
Gangguan Neurologis (cedera Pola nafas membaik dengan 2.1 Monitor frekuensi,
kepala) kriteria hasil: irama dan kedalaman
Data Subyektif: Kriteria 1 2 3 4 5 upaya napas
hasil
Klien tidak sadar Ventilasi 2.2 monitor pola napas
semenit
Data Obyektif: Frekuens 2.3 monitor adanya
i nafas
Terlihat penggunaan otot – Kedalam produksi sputum
an nafas
otot bantu pernafasan Skala indikator: 2.4 Auskultasi bunyi napas
5. Menurun/memburuk
Pasien terpasang alat bantu 6. Cukup menurun/cukup memburuk 2.5 monitor saturasi
7. Sedang
nafas dengan ventilasi 8. Cukup meningkat/cukup membaik oksigen
mekanik 9. Meningkat/membaik 2.6 Monitor nilai AGD
Kriteria 1 2 3 4 5
Pernafasan 42 kali per menit hasil
Penggun
Pasien tampak gelisah aan otot Terupetik
otot
pernafasa 2.7 Atur interval
n
Skala indikator: pemantauan respirasi
1. Meningkat
2. Cukup meningkat sesuai kondisi pasien
3. Sedang
4. Cukup menurun 2.8 dokumentasikan hasil
5. Menurun pemantauan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
SUSANTI SUHARDI
P2002118
1. Definisi
a. Saifuddin, 2002, hal 347
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini
berlangsung jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian
b. Sarwono, 2007, hal 709
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah
bayi lahir.
c. JNPK-KR, 2008, hal 144
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Seringkali
bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau
sesudah persalinan.
d. Jitowiyono, Sugeng, 2010, hal 71
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir.
e. Manuaba, I. B. G, 2010 cetakan ke II, hal 421
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak menangis setelah lahir yang tidak dapat bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan tindakan perawatan terhadap bayi asfiksia adalah
melancarkan kelangsungan pernafasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu persalinan.
2. Etiologi
Hipoksia janin yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran
gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terjadi gangguan dalam persediaan O2 dan dalam
menghilangkan CO2. Gangguan Ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan
pada ibu selama kehamilan atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
(Wiknjosastro, 2010, hal.709). Hipoksia janin dapat merupakan akibat dari :
a. Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung
sianosis gagal pernafasan, atau keracunan karbonmonoksida
b. Tekanan darah ibu yang rendah akibat hipotensi, yang dapat merupakan komplikasi anestesi spinal
atau akibat kompresi vena cava dan aorta pada uterus gravid
c. Relaksasi uterus tidak cukup memberikan pengisian plasenta akibat adanya tetani uterus, yang
disebabkan oleh pemberian oksitosin berlebih-lebihan
d. Pemisahan plasenta prematur
e. Sirkulasi darah melalui tali pusat terhalang akibat adanya kompresi atau pembentukan simpul pada
tali pusat
f. Vasokonstriksi pembuluh darah oleh kokain
g. Insufisiensi plasenta karena berbagai sebab, termasuk toksemia dan pasca maturitas. (Nelson,
2000, hal 581)
3. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia
jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada
kejadian asfiksia.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus
sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka
nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air
ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli
tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki
periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung
terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi
sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai
4. Pathway
Persalinan Lama, Lilitan tali Paralisis Pusat Pernafasan Faktor lain: anastesi, obat –
pusat, presentasi janin abnormal obatan, narkotik
ASFIKSIA Infeksi
Nasokomial
Janin Kekurangan O2 dan Kadar Resiko Infeksi Paru – paru terisi cairan
CO2 meningkat
Asidosis
Hipovolemia
Respiratorik
Gangguan
Pertukaran gas
6. Klasifikasi
a. Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
b. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi detak jantung lebih dari
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit,
tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada
asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama
asfiksia berat (Kamarullah, 2005).
Cara menilai tingkatan APGAR score menurut Utomo (2006) adalah dengan :
1). Menghitung frekuensi jantung.
2). Melihat usaha bernafas.
3). Menilai tonus otot.
4). Menilai reflek rangsangan.
5). Memperlihatkan warna kulit.
Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat asfiksia yang dialami bayi:
Tanda tanda vital Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Tubuh
Seluruh
Appearance kemerahan Seluruh tubuh
(warna kulit) tubuh biru Ekstermitas kemerah-merahan
atau putih
biru
Pulse
(Frekuensi jantung) Tidak ada < 100 x/ > 100 x/ menit
menit
Grimance
Batuk/Bersin/
(reflek) Tidak ada Menyeringai
Menangis
Activity Fleksi
(tonus otot) Tidak Ada ekstremitas Fleksi kuat, gerak aktif
Gerakan
(Lemah)
Lambat atau
Respiration Menangis kuat atau
(pernapasan) Tidak ada tidak teratur keras
(Merintih)
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru
lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi
dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti
penilaian skor Apgar) Sumber : Utomo, (2006).
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara
lain :
a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
1). Bayi dibungkus dengan kain hangat
2). Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut.
3). Bersihkan badan dan tali pusat.
4). Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.
b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
1). Bersihkan jalan napas.
2). Berikan oksigen 2 liter per menit.
3). Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada
reaksi,bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
4). Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui
vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial
meningkat.
c. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
1). Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui lambubag.
2). Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
3). Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube).
4). Bersihkan jalan napas melalui ETT (Endotracheal Tube).
5). Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.
8. Penatalaksanaan Asfiksia
a. Langkah awal
1). Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan
hangat untuk melakukan pertolongan.
2). Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit
ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
3). Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan jalan
nafas dengan ketentuan sebagai berikut :
a). Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada
mulut baru pada hidung.
b). Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap lendir
setelah kepala lahir (berhenti seberi tar untuk menghisap lendir di mulut
dan hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur, lakukan asuhan bayi barn
lahir normal. Bila bayi mengalami depresi, tidak menangis, lakukan upaya
maksimal untuk membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut
lebar-lebar dan menghisap lendir lebih dalam secara hati-hati.
c) menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna kulit
kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi tidak
menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat denyut jari tung
kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah resusitasi.
b. Langkah resusitasi
1). Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi dan
sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test untuk baton dan
sungkup muka)
2). Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa
bayi
3). Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada
bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat.
4). Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi tengadah
5). Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk
6). semacam tautan sungkup dan wajah.
7). Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan
(tergantung pada ukuran balon resusitasi)
8). Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali
dan periksa gerakan dinding dada
9). Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka
lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau tersedia
oksigen guna udara ruangan)
10). Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan tekanan
yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi
11). Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara
adekuat.
12). Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau
terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang Lakukan ventilasi
selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian segera tentang
upaya bernafas spontan dan warna kulit:
a). Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi, lakukan
kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir (menjaga
bayi tetap hangat, mulai memberikan ASI dm1 dan mencegah infeksi dan
imunisasi)
b). Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik
atau 60 detik kemudian lakukan penilaian ulang.
c). Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan ventilasi
lakukan kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn lahir.
d). Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi
dengan menggunakan oksigen (bila tersedia)
e). Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan
dengan ventilasi.
f). Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas denyut
jari tung dan warna kulit
g). Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit, rujuk ke
fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko tinggi.
h). Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi denyut
jari tung bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi
dinyatakan meninggal (jelaskan kepada keluarga bahwa upaya pertolongan
gagal) dan beri dukungan emosional pada keluarga.
A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah
saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan
dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi belakang
kaki atau sungsang
4. Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh terutama
lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya
aspirasi pneumonia.
b. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama pencernaan
belum sempurna
c. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat b.a.b dan
b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya
d. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas, pergerakan
tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura
belum menutup dan kelihatan masih bergerak
e. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping
hidung. g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi pernafasan
yang cepat
h. Neurology / reflek
Reflek Moro : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
6. Gejala dan tanda
a. Aktifitas; pergerakan hyperaktif
b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis
c. Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda : ketidakefektifan
termoregulasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi – perfusi.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi/kelelahan, keterbatasan pengembangan
otot.
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan suplai lemak subkutan tidak memadai, kebutuhan
oksigen meningkat.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan Tubuh primer( ketuban pecah lama,
ketuban pecah sebelum waktunya)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8. Jakarta: EGC.
Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta
PPNI, T .P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Definisi dan Indikator
Diagnostik (cetakan II, edisi 1). Jakarta; DPP PPNI
PPNI, T .P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Definisi dan Tindakan
Keperawatan (cetakan II, edisi 1). Jakarta; DPP PPNI
PPNI, T .P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (cetakan II, edisi 1). Jakarta; DPP PPNI
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 3. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI.
Suminto, Silvia. 2017. Peranan Surfaktan Eksogen pada Tatalaksana Respiratory distress Syndrome
Bayi Prematur. Vol 44, No.8. http://103.13.36.125/index.php/CDK/article/view/740
Rahayu, Sri Dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan neonatus. Jakarta: Salemba Medika
Sarwono Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN SPINA BIFIDA DI PICU RSUD dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN
Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Kritis dan Gadar
Di susun Oleh :
SUSANTI SUHARDI
P2002118
I. IDENTITAS DATA.
No. RM : 809051
Nama : An. MA Tgl masuk : 18 januari 2021
TTL : 02 januari 2020 Tgl Pegkajian : 21 /01/2021 jam 08.30
Usia : 9 bulan
Nama Ayah : Tn.HR
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Nama ibu : Ny. NDY
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar
Alamat : Perum Pelangi Metro Residence Blok K no. 17 Balikpapan
Benjolan dipunggung sejak lahir dan anak belum bisa apa – apa, sebelumnya umur 1 minggu telah
dilakukan operasi VF Shunt untuk mengatasi Hydrochepalusnya. Pada tanggal 19 januari 2021 pasien
dilakukan tindakan operasi laminectomy dan eksisi myelocele jam 15.15 dikamar bedah dan
diobservasi paska operasi diruang PICU. Pada saat pengkajian keadaan umum pasien lemah, kesadaran
composmentis pasien demam, pasien post operasi laminectomy dan eksisi myelocele hari ke 2. Pada
area luka operasi tidak terlihat tanda – tanda infeksi. Pasien terkadang rewel, Dahi kadang terlihat
tertarik, kadang merengek dan dapat ditenangkan dengan sentuhan dan pelukan dari ibu karena nyeri
luka operasi. Tekanan darah 102/65mmHg MAP 78 mmHg, Nadi 145 kali per menit, suhu 37,8ºC,
pernafasan 36 kali permenit, saturasi oksigen 96% dengan udara ruangan.
IV. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1. Prenatal : Selama masa kehamilan ibu setiap bulan control ke dokter kandungan, kondisi ibu
selama hamil tidak ada masalah yang berarti, minum obat vitamin yang diberikan oleh dokter, pada
minggu ke 28 dilakukan USG dan didiagnosis kalau bayi nya menderita Hydrochepalus.
2. Intra natal : Ibu melahirkan dirumah sakit dengan dilakukan operasi section caesaria
BB waktu lahir 2650gr, PB 49 cm,
3. Post natal : Pada umur 1 minggu dilakukan operasi VF Shunt dan pada umur 1 bulan dilakukan
operasi repair VF Shunt dikarenakan buntu, pasien delalu bolik balik RS untuk control
2. Pernah dirawat dirumah sakit : Saat baru lahir dan umur 1 bln
4. Tindakan (operasi) : Umur 1 minggu operasi VP Shunt dan umur 1 bulan repair VP
Shunt
Pasien 9 bln
Hydrochepalus dan spina bipida
2. Nutrisi :
Makanan yang disukai : Hati ayam dan ikan salmon
Alat makan yang dipakai : Pasien bila makan disuapin oleh ibunya
Pola makan/jam dan : Pagi : ASI dan susu formula ± 150 ml
6. Pola hubungan
Yang mengasuh : Sehari hari pasien diasuh oleh ibu kandungnya sendiri
Hubungan dengan anggota keluarga : Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya
Hubungan anak dengan orang tua : orang tuanya sangat sayang dengan anaknya, selalu
menungguin anaknya
Lingkungan rumah : Pasien dan keluarganya tinggal di komplek perumahan yang tertata
rapi
7. Koping keluarga :
Stressor pada anak/keluarga : Kondisi sakit anak yang cacat
Koping terhadap pemberi pelayanan : Orang tuanya rajin membawa anaknya kontrol ke RS
8. Kongnitif dan persepsi
Pendengaran : anak memandang ke ibunya ketika dipanggil
Penglihatan : anak memandang ke ibunya ketika dipanggil
Penciuman : sukar dinilai
Taktil dan pengecapan : sukar dinilai
9. Konsep diri
Pasien baru berumur 9 bulan
10. Seksual :
Pasien berjenis kelamin laki-laki
7. Tindakan keperawatan :
Observasi tanda-tanda vital
Atur posisi prone sesuai intruksi DPJP
Penerapan Teknik aseptic mencegah infeksi
8. Hasil laboratorium :
Kimia Darah
Glukosa Sewaktu 135 mg/dL 60 – 100
9. Hasil Rontgen :
MRI : Defek pada tepi posterior vertebra lumbalis 2 dengan meningocele ukuran 1,3 x
4,8 cm
10. Data tambahan :
Tidak ada
2. Motorik halus
Anak bisa menggenggam jari ibunya
4. Motorik kasar
Anak dapat menggerakan tangan dan kaki, belum bisa tengkurap, tidak bisa mengangkat
kepala
X. INFORMASI LAIN
Interleukin - 1
Interleukin – 6
Merangsang hipotalamus
meningkatkan titik patokan suhu
(sel point)
Medulla spinalis
Hipotalamus
Nyeri akut
XIII.INTERVENSI KEPERAWATAN
Kolaborasi
3.10 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
XIV. CATATAN PERKEMBANGAN
No TANGGAL
IMPLEMENTASI TT
Dx JAM
1 21/01/2021
10.00 1.1 Memonitor tanda infeksi local dan sistemis
S:-
O: tidak terlihat tanda infeksi pada luka operasi,
1.2 Membatasi jumlah pengunjung
S: ibu pasien memahami pembatasan pengunjung
O: pengunjung yg masuk hanya orang tua pasien
1.3 Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
S: -
O: petugas melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
1.5 Mengajarkan mencuci tangan dengan benar
S: ibu pasien mengerti dengan cara mencuci yang diajarkan
O: mengajarkan orang tua Teknik mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
1.6 mengajurkan meningkatkan asupan nutrisi
S: ibu pasien memahami asupan nutrisi yang diperlukan
O: manganjurkan orang tua meningktkan asupan nutrisi
KH 1 2 3 4 5
Kadar Leukosit √
A : Masalah Risiko Infeksi tidak terjadi
P : Pertahankan Intervensi 1.1, 1.2, 1.3, 1.6
KH 1 2 3 4 5
Mengigil √
takikardi √
2 Sabtu, 17.45
KH 1 2 3 4 5
Kadar √
23/01/2021
Leukosit
A: Masalah Hipertermi teratasi
P : pertahankan intervensi 2.1, 2.2, 2.3
S :-
O : Pasien tidur , tidak rewel, ekpresi wajah rileks, Nadi 127 kali
menit, pernafasan 26 kali per menit, tekanan darah 116/58
mmhg
KH 1 2 3 4 5
Menangis √
Gelisah √
Frekuensi nadi √
3. Pola napas √
17.45
Tekanan darah √