Oleh :
Lion Guntur Prasetyo
NIM : 19037140027
Asuhan Keperawatan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada Praktek
Klinik Keperawatan III
.................................... ............................................
Kepala Ruangan
.....................................
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan pendahuluan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada Praktek
Klinik Keperawatan III
.................................... ............................................
LEMBAR KONSULTASI
Nama :
Ruangan :
Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) atau yang disebut juga gagal jantung
dekompensasi adalah suatu kondisi perburukan dengan latar belakang gagal jantung
kronik, yang dapat terjadi secara akut, subakut maupun indolen dengan gejala yang
memburuk secara bertahap dalam beberapa hari atau minggu, fraksi ejeksi bisa normal
atau menurun, namum curah jantung umumnya normal atau tekanan darah dalam batas
Pasien gagal jantung mengeluhkan berbagai jenis gejala, salah satunya yang
tersering adalah sesak nafas (dyspnea) yang semakin berat dan biasanya tidak hanya
keterbatasan curah jantung (Yuniadi,Y, 2017). Pasien tidur dengan kepala yang
dielevasi untuk mengurangi dyspnea yang muncul secara spesifik dalam keadaan
terlentang, terlebih lagi dyspnea yang muncul dalam keadaan telentang pada sisi kiri
(trepopnea), paroxysmal nocturnal dyspnea adalah salah satu indicator yang paling dapat
2. Etiologi
Factor-faktor penyebab dekompensasi akut pada pasien gagal jantung
b. Putus obat atau reduksi dosis yang tidak tepat untuk terapi gagal
jantung
c. Iskemia miokard/infark.
e. Infeksi
g. Konsumsi alcohol
h. Kehamilan
j. Insufisiensi valvular.
3. Pathofisiologi
dari curah jantung normal. Konsep curah jantung yaitu CO = HR X SV. Curah
jantung atau cardiac output adalah fungsi frekuensi jantung atau heart rate X
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka
jaringan. Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung.
pertama kali
atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka jelaslah
bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan.
jantung kiri.
Karena tidak dipompa secara optimum keluar dari sisi kanan jantung, maka
darah mulai terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin
dan sebagainya. Dispnea kardiak terjadi secara khas pada pengerahan tenaga
dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic dari ventrikel kiri yang
kegiatan fisik.
4. WOC
5. Tanda dan Gejala
b. Takipnea
c. Batuk
e. Nokturia
meningkat.
n. Depresi.
o. Gangguan tidur.
p. Palpitasi.
6. Pemeriksaan Penunjang
c. Ekokardiografi
bersama EKG)
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau
insufisiensi
(akhir)
merupakan indikasi
7. Penatalaksanaan
dasar pada pasien gagal jantung meliputi dukungan istirahat untuk mengurangi
kekuatan dan efisien kontraksi jantung, dan pemberian terapi diuretik untuk
ini diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal
(Black & Hawks, 2014). Efek samping pemberian diuretik jangka panjang
(Black & Hawks, 2014). Sementara itu, beta bloker digunakan untuk
sekaligus.
b. Elevasi Kepala
pulmonal dan mengurangi sesak napas. Kaki pasien sebisa mungkin tetap
direkomendasikan pada gagal jantung yang berat (Black & Hawks, 2014).
darah koroner.
Pemberian kombinasi dobutamin dan dopamin dapat mengatasi sindroma
low cardiac output dan bendungan paru (Black & Hawks, 2014).
gangguan irama jantung, salah satunya aritmia. Aritmia yang paling sering
terjadi pada pasien gagal jantung adalah atrial fibrilasi (AF) dengan respon
oksigen dan meningkatkan oksigen otot jantung (Black & Hawks, 2014).
berobat,
pemantauan berat badan mandiri, asupan cairan, pengurangan berat badan,
SDKI, 2017)
Menurut SDKI, (2017) gejala dan tanda penurunan curah jantung dibagi
time>3 detik, oliguria, warna kulit pucat dan atau sianosis), perubahan
(EF) menurun).
b. Gejala dan tanda minor:
c. Perubahan kontraktilitas
d. Perubahan preload
e. Perubahan afterload
SDKI ( 2017) :
d. Regurgitasi mitral
e. Stenosis aorta
f. Regurgitasi aorta
g. Stenosis trikuspidal
h. Regurgitasi trukuspidal
i. Stenosis Pulmonal
j. Regurgitasi pulmonal
k. Aritmia
meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena jugularis,
darah, monitor intake output cairan, monitor berat badan setiap hari
Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan posis kaki ke bawah
atau nyaman, berikan diet jantung yang sesuai (batasi asupan kafein,
rehabilitasi jantung.
K, CL, berat jenis urine , BUN), monitor status dinamik ( MAP, CVP,
output dan hitung balance cairan 24 jam, berikan asupan cairan sesuai
perlu.
pada mulut, hidung dan trachea jika perlu, pertahankan kepatenan jalan
nafas, berikan oksigen tambahan jika perlu, tetap berikan oksigen saat
terbaru:
psikologis. Kubota,( 2013) dalam Pambudi dan Widodo, (2020) posisi fowler
tidur dengan sudut yang paling sering digunakan adalah 30° dan 60° untuk
saturasi oksigen pada pasien gagal jantung kongestif. Posisi semi fowler atau
posisi setengah duduk adalah posisi tempat tidur yang meninggikan batang
tubuh dan kepala dinaikan 15 sampai 45 derajat. Apabila klien dalam posisi
ventilasi paru yang lebih besar (Kozier & Berman, 2010). Pengaturan posisi
untuk pasien gagal jantung antara lain menempatkan tempat tidur yang
atau lebih diatas jantung untuk memperbaiki aliran darah (Hass, 2015) dalam
nafas saat istirahat (Yesni, 2019) dalam Isrofah,dkk,( 2020) Posisi yang dapat
Penelitian Muzaki & Ani, (2020) yang berjudul Penerapan Posisi Semi
tertentu di atas tempat tidur, seperti makan, membaca, menonton televisi, dan
berbicara bagi klien yang sedang atau diharuskan bed rest. Selain itu, dalam
hal yang lebih penting pengaturan posisi fowler berguna dalam menjaga status
oleh Cicolini et al (2010) dalam Pambudi & Widodo, (2020), bahwa posisi
mempunyai efek terhadap perubahan tekanan darah dan tekanan vena sentral..
Tujuan dan mekanisme dilakukan posisi fowler ini adalah untuk memfasilitasi
pasien yang sedang kesulitan bernapas. Dikarenakan ada gaya gravitasi yang
menarik diafragma kebawah sehingga ekspansi paru jauh lebih baik pada
besar dari udara (Barbara, 2011) dalam Pambudi & Widodo, (2020)
Penelitian yang dilakukan oleh (Wijayati,dkk., 2019) dalam tulisannya
yang berjudul Pengaruh Posisi Tidur Semi Fowler 45° Terhadap Kenaikan
kongestif dengan penurunan saturasi oksigen diberikan posisi tidur semi fowler
Saturasi Oksigen Dan Respirasi Rate Pasien Congestive Heart Failure Pada
Perubahan Posisi menyatakan pada posisi semi fowler aliran balik darah ke
jantung lebih menurun dibandingkan pada posisi head up. Dan pada posisi
fowler aliran balik darah semakin menurun dibandingkan pada posisi semi
fowler. Hasil ini sejalan dengan penelitian Kubota, Endo dan Kubota (2013)
dalam Khasanah, 2019) yang menunjukan bahwa sedikit fleksi pada tubuh
bagian atas dalam posisi fowler akan mengaktifkan fungsi pernapasan dan
penurunan tekanan pada ventrikel dan atrium kiri, sehingga hal tersebut akan
balik darah ke jantung maka darah yang menuju paru dari atrium dan
ventrikel kanan juga akan menurun sehingga pada akhirnya dapat menurunkan
udema paru. Pendapat ini didasarkan pada teori yang disampaikan Gayton
dan sistemik.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Jantung dengan masalah penurunan
curah jantung
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas :
b. Keluhan utama
nocturnal dyspnea, orthopnea, atau saat istirahat), bengkak pada kedua kaki
dan tangan, lelah, pusing, nyeri dada, nafsu makan menurun, nausea,
dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-
1) Respirasi
kental.
pucat .
3) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah,
atau konstipasi.
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah
Nilai normalnya :
b) Nadi
c) Pernapasan
istirahat/aktivitas
d) Suhu Badan
(1) Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis
hepertrofi ventrikel
permulaan systole
permulaan diastole.
2. Diagnosa Keperawatan
D.0008 Penurunan Curah Jantung.
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh.
Penyebab :
1. Perubahan irama jantung.
2. Perubahan frekuensi jantung.
3. Perubahan kontraktilitas.
4. Perubahan preload.
5. Perubahan afterload.