Anda di halaman 1dari 12

ANEMIA DAN GIZI BESI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Diet

Dosen pengampu: Ns.Moch. Dafid KN, S.Kep, M.Gizi

Oleh :

Adriyani Setya Lelawati (19037140003)


Cici Riskiana (19037140012)
Imamia Nur R (19037140023)
Lion Guntur P (19037140027)
Muslihotin Hofifah (19037140035)
Muhammad Ferdiansyah (19037140033)
Sitti Robiatul Adawiyah (19037140056)
Tri Sukma Endayani (19037140059)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
serta karunia-nya semata,sehinnga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ETIKA KEPERAWATAN
dalam keperawatan dengan baik dan menjadi salah satu mata kuliah wajib di Program
studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan
dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M.Kes sebagai ketua program studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso
2. Ns.Moch. Dafid KN, S.Kep, M. Gizi sebagai dosen pengampu mata kuliah Gizi
& Diet
3. Semua pihak yang telah membantu pekerjaan makalah ini

Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan


dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 10 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................................


1.2 Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1 Definisi Anemia gizi besi................................................................................

2.2 Penyebab Anemia gizi besi...............................................................................

2.3 Tanda dan gejala Anemia gizi besi...................................................................

2.4 Dampak Anemia gizi besi.................................................................................

2.5 Penanggulangan Anemia gizi besi....................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................................

3.1 Kesimpulan......................................................................................................

3.2 Saran………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadarhemoglobin (Hb) dalam darah kurang
dari normal. Menurut World HealthOrganization (WHO) dikatakan anemiajika kadar
hemoglobin <11 gr/dl pada ibuhamil.1Berbagai penyebab anemia antara lain karena
defisiensi zat besi yangmerupakan penyebab utama anemia padaibu hamil jika
dibandingkan dengandefisiensi zat gizi lain. Ibu hamil cenderung kekurangan gizi karena
pada masa kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan janin yang di kandung. Pola makan yang salah pada ibu hamil berpengaruh terhadap
terjadinya gangguan gizi seperti anemia.2 Badan kesehatan dunia WHO (World Health
Organization) melaporkan prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar
35-75% semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan dan
diperkirakan 30-40% penyebab anemia karena kekurangan zat besi.3,4 Kelainan ini
ditandai oleh serum iron (SI) menurun, total iron binding capacity (TIBC) meningkat,
saturasi transferin menurun, feritin serum menurun, pengecatan besi sumsum tulang
negatif dan adanya respon terhadap pengobatan dengan preparat besi. Berdasarkan hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia
40,1% dan pada tahun 2007 turun menjadi 24,5%.Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia naik
menjadi 37,1%.Dengan demikian keadaan ini mengindikasi bahwa anemia gizi besi
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Menurut WHO 40% kematian ibu
dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia
pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi. Dari hasil penelitian sebelumnya,
persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi didapatkan 12-28%
kematian janin, 30% kematian perinatal dan 7-10% angka kematian neonatal.
Mengingat besarnya dampak buruk anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan
janin, maka diperlukan perhatian cukup terhadap masalah ini. Dengan diagnosis yang
cepat serta penatalaksanaan yang tepat komplikasi dapat diatasi serta akan mendapatkan
prognosis yang lebih baik.
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan
masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukan derajat
kesehatan masyarakat, juga dapat mengambarkan tingkatkesejahteraan masyarakat
dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab lansung kematian ibu adalah anemia.
Anemia dalam kehamilan masih merupakan masalah kronik di Indonesia terbukti
dalam prevalensi pada wanita hamil sebanyak 63,5%. Dalam empat tahun terakhir
prevalensi anemia tidak menunjukan penurunan yang cukup bermakna. Dalam era
pembangunan di Indonesia seperti sekarang ini dimana mutu sumber daya manusia
merupakan keadaan yang sangat diprioritaskan maka masalah anemia perlu mendapat
penanganan yang serius.

1.2 Tujuan
1 Untuk mengetahui pengertian Anemia gizi besi
2 Untuk mengetahui penyebab Anemia gizi besi
3 Untuk mengetahui Tanda dan gejala Anemia gizi besi
4 Untuk mengetahui dampak Anemia gizi besi
5 Untuk mengetahui penanggulangan Anemis gizi besi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anemia Gizi Besi

Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan
besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal.
Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan keadaan kurang gizi besi
(KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum parah, dan jumlah
hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi besi saja
(tidak disertai anemia gizi besi). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin
parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi mempunyai cukup
zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru
(Soekirman, 2000).
Terdapat beberapa parameter untuk mengukur proses terjadinya pentahapan dari
kurang gizi besi ke anemia gizi besi. Untuk mengetahui adanya penurunan atau deplesi
cadangan besi tingkat ringan diukur dengan kadar feritin dalam serum darah yang
menurun. Pada tahap berikutnya dapat terjadi deplesi besi yang lebih parah sehingga
dapat mengganggu pembentukan hemoglobin baru, tetapi kadar hemoglobin masih
normal, dimana pada tahap ini diukur dengan menurunnya transferin saturation dan
meningkatnya erythrocyte protoporphyrin. Tahap berikutnya terjadi anemia gizi besi
yang diukur dengan kadar hemoglobin atau hematokrit yang lebih rendah dari standar
normal WHO(Soekirman, 2000).
Batasan hemoglobin untuk menentukan apakah seseorang terkena anemia gizi besi atau
tidak sangat dipengaruhi oleh umur. Untuk anak-anak umur 6 bulan-5 tahun, dapat
dikatakan menderita anemia gizi besi apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 11 g/dl,
umur 6-14 tahun kurang dari 12 g/dl, dewasa laki-laki kurang dari 13 g/dl, dewasa
perempuan tidak hamil kurang dari 12 g/dl, dan dewasa perempuan hamil kurang dari 11
g/dl (Soekirman, 2000).
2.2 Penyebab Anemia Gizi Besi
Penyebab Anemia gizi besi juga dapat kehilangan darah secara kronis, asupandan
sarapan yang tidak adekuat, peningkatan kebutuhan
Menurut Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian (1992), anemia gizi
besi dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor penyebab langsung dan faktor
penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung meliputi jumlah Fe dalam makanan
tidak cukup, absorbsi Fe rendah, kebutuhan naik serta kehilangan darah, sehingga
keadaan ini menyebabkan jumlah Fe dalam tubuh menurun. Menurunnya Fe (zat besi)
dalam tubuh akan memberikan dampak yang negatif bagi fungsi tubuh. Hal ini
dikarenakan zat besi merupakan salah satu zat gizi penting yang terdapat pada setiap sel
hidup, baik sel tumbuh-tumbuhan, maupun sel hewan. Di dalam tubuh, zat besi sebagian
besar terdapat dalam darah yang merupakan bagian dari protein yang disebut
hemoglobin di dalam sel-sel darah merah, dan disebut mioglobin di dalam sel-sel otot.
Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh sel tubuh,
sedangkan mioglobin mengangkut dan menyimpan oksigen untuk sel-sel otot. Besi yang
ada di dalam tubuh berasal dari tiga sumber yaitu besi yang diperoleh dari hasil
perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), besi yang diambil dari penyimpanan dalam
tubuh, dan besi yang diserap dari saluran pencernaan (Soekirman, 2000).
Dari ketiga sumber tersebut, besi hasil hemolisis merupakan sumber utama. Pada
manusia yang normal, kira-kira 20-25 mg besi per hari berasal dari besi
hemolisis, dan hanya sekitar 1 mg berasal dari makanan. Di dalam tubuh manusia,
jumlah zat besi sangat bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan kondisi
fisiologis tubuh. Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari 4000
mg dengan sekitar 2500 mg ada dalam hemoglobin. Sebagian zat besi dalam tubuh
(sekitar 1000 mg) disimpan di dalam hati dengan bentuk ferritin. Pada saat konsumsi zat
besi dari makanan tidak cukup, zat besi ferritin dikeluarkan untuk memproduksi
hemoglobin.
Seperti yang telah disebutkan bahwa salah satu penyebab anemia gizi besi adalah
adanya zat penghambat absorbsi. Menurut Almatsier (2001), terdapat beberapa
makanan yang mengandung zat penghambat absorbsi besi diantaranya adalah beberapa
jenis sayuran yang mengandung asam oksalat, beberapa jenis serealia dan protein
kedelai yang mengandung asam fitat, serta teh dan kopi yang mengandung tanin. Bila
besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau kopi pada waktu makan.
Selain itu, kalsium dosis tinggi berupa suplemen juga dapat menghambat absorbsi besi.
Dalam kaitannya dengan mekanisme absorbsi, dikenal ada dua macam besi dalam
makanan, yaitu besi heme dan besi non heme . Besi heme diambil oleh sel mukosa dan
dipecah di dalam sel oleh suatu enzim pembelah heme . Adapun besi non heme
mungkin diambil dalam bentuk ion oleh penerima pada sel mukosa usus atau oleh
pengangkut protein yang berada di permukaan luminal sel. Absorbsi besi non heme
sangat dipengaruhi oleh status gizi serta oleh berbagai faktor makanan. Sedangkan
absorbsi besi heme tidak dipengaruhi status gizi serta tidak dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain yang mempengaruhi absorbsi besi non heme (Almatsier, 2001).

3.3 Tanda-tanda & gejala

Tanda dan gejala paling umum dari anemia gizi besi adalah:

 Kelelahan
 Tampak lemah, lesu, dan tidak bertenaga
 Sesak napas
 Kulit pucat
 Nyeri dada akibat detak jantung cepat
 Sakit kepala atau pusing
 Tangan dan kaki  terasadingin
 Peradangan atau nyeri lidah Anda
 Kuku jadi rapuh
 Mengidam makanan aneh, misalnya ingin makan seperti es batu
 Nafsu makan yang buruk, terutama pada bayi dan anak-anak dengan anemia
defisiensi besi

Proses terbentuknya defisiensi terbagi menjadi 3 fase yaitu :


1. Deplesi besi : pengurusan cadangan besi yang tercermin sebagai penurunan kadar
feritin serum

2. Iron defecient erythrophoiesis : penurunan kandungan besi dalam plasma

3. Anemia kekurangan besi : terjadi kadar hemoglobin berkurang total dibawah nilai
normal

2.4. Dampak Anemia Gizi Besi


Dampak yang ditimbulkan akibat anemia gizi besi sangat kompleks. Menurut Ros
& Horton (1998), Anemia Gizi Besi berdampak pada menurunnya kemampuan motorik
anak, menurunnya skor IQ, menurunnya kemampuan kognitif, menurunnya kemampuan
mental anak, menurunnya produktivitas kerja pada orang dewasa, yang akhirnya
berdampak pada keadaan ekonomi, dan pada wanita hamil akan menyebabkan buruknya
persalinan, berat bayi lahir rendah, bayi lahir premature, serta dampak negatif lainnya
seperti komplikasi kehamilan dan kelahiran. Akibat lainnya dari anemia gizi besi adalah
gangguan pertumbuhan, gangguan imunitas serta rentan terhadap pengaruh racun dari
logam-logam berat.
Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon kekebalan sel
oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, yang
kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA
ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotide yang membutuhkan besi
untuk dapat berfungsi. Disamping itu, sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak
dapat bekerja secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan besi. Enzim lain yang
berperan dalam sistem kekebalan tubuh yaitu mieloperoksidase juga akan terganggu
fungsinya akibat defisiensi besi (Almatsier,2001).
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa anemia gizi besi erat kaitannya
dengan penurunan kemampuan motorik (dampak fisik). Dilihat dari dampak fisik,
Anemia gizi besi dapat menyebabkan rasa cepat lelah. Rasa cepat lelah terjadi karena
pada penderita anemia gizi besi pengolahan (metabolisme) energi oleh otot tidak
berjalan sempurna karena otot kekurangan oksigen, dimana oksigen yang dibutuhkan
oleh sel-sel otot ini diangkut oleh zat besi dalam darah (hemoglobin). Untuk
menyesuaikan dengan berkurangnya jatah oksigen, maka otot membatasi produksi
energi. Akibatnya, mereka yang menderita anemia gizi besi akan cepat lelah bila bekerja
karena cepat kehabisan energi (Soekirman, 2000).
Cepatnya rasa lelah yang dialami oleh para pekerja yang menderita anemia
gizi besi akan menurunkan produktivitas kerja. Menurunnya produktivitas kerja, selain
disebabkan oleh menurunnya hemoglobin darah, juga disebabkan oleh berkurangnya
enzim-enzim mengandung besi, dimana besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat
dalam metabolisme energi tersebut (Almatsier, 2001).

2.5. Penanggulangan Anemia Gizi Besi


Penanggulangan Anemia Gizi Besi yang telah dilakukan meliputi suplementasi
besi dan fortifikasi besi pada beberapa bahan makanan, serta upaya lain yang dilakukan
adalah peningkatan konsumsi makanan sumber zat besi. Program pemberian suplemen
zat besi telah dilakukan sejak tahun 1974, terhadap wanita hamil. Program ini meliputi
seluruh wanita hamil yang tersebar di beberapa puskesmas dan posyandu. Tablet
suplemen ini sebagian besar berasal dari UNICEF. Selain pada wanita hamil, suplemen
besi juga diberikan pada anak dengan usia dibawah lima tahun, yaitu berupa sirup besi
(Soekirman et al., 2003).
Upaya penanggulangan anemia gizi besi dengan fortifikasi zat besi dilakukan
terhadap beberapa jenis bahan pangan. Fortifikasi besi lebih sulit dilakukan daripada
fortifikasi vitamin A dan zat iodium, karena sifat kimiawi zat besi yang beragam dan
memerlukan penyesuaian dengan pangan yang akan difortifikasi. Bahan pangan yang
akan difortifikasi harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya dihasilkan oleh
pabrik tertentu, dikonsumsi oleh banyak orang termasuk kelompok sasaran, harga
setelah difortifikasi terjangkau, rupa dan rasa tidak berubah, serta sesuai dengan sifat
kimiawi zat fortifikan. Beberapa bahan pangan yang telah difortifikasi adalah tepung
terigu dan garam (Soekirman, 2000).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan
besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal.
Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan keadaan kurang gizi besi (KGB).
Menurut Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian (1992), anemia gizi besi
dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak
langsung. Faktor penyebab langsung meliputi jumlah Fe dalam makanan tidak cukup, absorbsi
Fe rendah, kebutuhan naik serta kehilangan darah, sehingga keadaan ini menyebabkan jumlah Fe
dalam tubuh menurun.
Tanda dan gejala paling umum dari anemia gizi besi adalah:
Kelelahan, Tampak lemah, lesu, dan tidak bertenaga, Sesak napas, Kulit pucat, Nyeri dada akibat
detak jantung cepat, Sakit kepala atau pusing, Tangan dan kaki  terasadingin, Peradangan atau
nyeri lidah Anda, Kuku jadi rapuh, Mengidam makanan aneh, misalnya ingin makan seperti es
batu, Nafsu makan yang buruk, terutama pada bayi dan anak-anak dengan anemia defisiensi besi
Menurut Ros & Horton (1998), Anemia Gizi Besi berdampak pada menurunnya
kemampuan motorik anak, menurunnya skor IQ, menurunnya kemampuan kognitif, menurunnya
kemampuan mental anak.
Penanggulangan Anemia Gizi Besi yang telah dilakukan meliputi suplementasi besi dan
fortifikasi besi pada beberapa bahan makanan, serta upaya lain yang dilakukan adalah
peningkatan konsumsi makanan sumber zat besi.

3.2 Saran

Demikian makalah yang telah kami susun mengenai anemia gizi besi. Demi
kesempurnaan makalah ini kami harapkan jritikan serta saran yang membangun. Saran dari
penulis kami harapkan agar pembaca dapat memaknai makalah ini. Semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Soekirman,2000.Ilmu Gizi Dan Aplikasinya Untuk Keluarga Dan Masyarakat.Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 1999/2000.Jakarta.
Almatsier,S.2001.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai