Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

GIZI DAN DIET

DISUSUN OLEH:

NAMA: ASTUTI BULU

NIM: PO5303203211119

TINGKAT: 1A

DOSEN PENGAMPUH: ADRIANA NARA, SST,M.KES

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.Makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh mata
kuliah Gizi dan diet.

Saya berharap,dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,dalam
hal ini dapat menamba wawasan mengenai pembentuk dan mengenai sikap,khususnya bagi
penulis. Memang makalah ini masih jauh dari kata sempurna,maka penulis mengharapkan
kritik dan saran bagi pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Waingapu,23 Maret
2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………..

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………….

A.Latar belakang……………………………………………………………………………

B.Rumusan masalah………………………………………………………………………...

C. Tujuan…………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………..

A.Kebutuhan nutrisi pada ibu dengan gangguan kehamilan………………………………….

1.Anemia……………………………………………………………………………………

2.Pre-eklamsi……………………………………………………………………………….

3.Hyperemesis gravidarum………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………

Kesimpulan…………………………………………………………………………………...

Saran……………………………………………………………………………………...…..

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….…


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang wanitasebagai calon ibu, karena
pada masa kehamilan akan terjadi perubahanfisikyang mepengaruhi kehidupannya. Pola
makan dan gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahimibu. Dari ibuyang sehat dan dengan bayi yang dikandung juga sehat adalah
keindahandankenyamanan tersendiri untuk banyak orang terutama untuk sang ibu. Salahsatu
pemeliharaan adalah dengan memperhatikan kecukupan makanan, gizi atau hal yang sangat
diperlukan oleh sang ibu karena kebanyakan kualitasatau mutu anak dalam kandungan ibu
ditentukan oleh mutu makananyangdikonsumsi. Maka dari itu alangkah baiknya jika
kebutuhan gizi lebihdiperhatikan demi bayi dan ibu yang sehat (Irianto, 2014). Kebutuhan
nutrisi akan meningkat selama hamil. Selama hamil, calonibumemerlukan lebih banyak zat-
zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk
dirinya dan janin yangdikandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap
menyerappersediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak,
rambut rontok dan lain-lain (Marmi, 2013). Masa kehamilan merupakan masa yang sangat
menentukan kualitassumber daya manusia masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat
ditentukan kondisinya dimasa janin dalam kandungan. Karena ibu hamil memerlukan angka
kecukupan gizi (AKG) yang lebih tinggi dibandingkanwanita yang sedang tidak hamil. Ibu
hamil harus memiliki pola hidupyangsehat. Seperti makan makanan yang bergizi, cukup
olahraga, istirahat, sertamenghindari alkohol dan tidak merokok. Dengan haarapan janin dapat
berkembang dengan sehat dan selamat. Namun ada masalah yang seringdijumpai pada masa
kehamilan yang salah yaitu anemia gizi besi danKEK(Waryana, 2010).

Prevalensi anemia di negara berkembang sangat tinggi termasukIndonesia. Hasil Laporan


Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun2013menunjukkan prevalensi kejadian anemia
pada ibu hamil yaitu sebesar 37,1%dan proporsinya hampir sama antara bumil di perkotaan
(36,4%) danperdesaan (37,8%). Meskipun pemerintah sudah melakukan
programpenangulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fekepada
ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angkaanemia pada ibu hamil,
tetapi kejadian anemia masih tinggi (KementerianKesehatan RI, 2013). Hasil penelitian
Fakultas Kedokteran di seluruhIndonesia menunjukkan bahwa prevalensi anemia ibu hamil di
Indonesiaadalah 50-63%. Sementara itu, penelitian Pusponegoro dan Anemia WorldMap pada
waktu yang sama menyebutkan 51% wanita hamil menderitaanemia sehingga menyebabkan
kematian hingga 300 jiwa perhari. Sementaraitu Prevalensi kejadian anemia zat besi pada ibu
hamil di Provinsi DaerahIstimewa Yogyakarta pada tahun 2015 sebesar 14,85 %dan
mengalami kenaikan pada tahun 2016 yaitu sebesar 16,09 % dan kembali turun menjadi 14,32
%pada tahun 2017. Kondisi anemia pada ibu hamil di perparah dengan kebiasaan
orangIndonesia yang mengkonsumsi teh. Teh merupakan minuman yang palingbanyak
dikonsumsi setelah air. Aroma teh yang harum serta rasanya yangkhas membuat minuman ini
banyak dikonsumsi. Penyebab utama anemia pada ibu hamil belum diketahui namun
didugakurangnya konsumsi zat besi yang terdapat pada makanan sehari-hari danadanya
gangguan penyerapan zat besi oleh tubuh akibat adanya penghambat penyerapan zat besi
(seperti fitat, oksalat, tanin dan kalsium) serta kurangnyazat yang dapat meningkatkan
penyerapan zat besi seperti vitamin Cdankurangnya konsumsi protein (Susilo J, 2002).
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dipahami peran pentingkebiasaan konsumsi ibu
hamil terutama pada sumber makanan penghambat (inhibitor) penyerapan zat besi.

B. Rumusan masalah

Untuk memudahkan pembahasanmya maka akan dibahas sub masalah sesuai dengan latar
belakang diatas diyakni sebagai berikut:

Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil dengan gangguan kehamilan:

1. Anemia

2.Pre-eklamsi

3.Hyperemesis gravidarum

C.Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:

1.Mengetahui apa saja ganggaun kehamilan anemia

2.mengetahui apa saja gangguan kehamilan pre-eklamsi

3.mengetahui apa saja gangguan kehamilan hyperemesis gravidum


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Dengan Gangguan Kehamilan

1. Anemia
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang
sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak
mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, dengan tingkat keparahan yang
bisa ringan sampai berat. Anemia merupakan gangguan darah atau kelainan hematologi yang
terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen)
berada di bawah normal.
Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di bawah 14 gram per
desiliter untuk laki-laki, dan di bawah 12 gram per desiliter untuk wanita. Apabila kadar
hemoglobin di bawah 8 gram per desiliter, anemia sudah tergolong berat dan disebut
dengan anemia gravis. Untuk mengatasi anemia tergantung kepada penyebab yang
mendasarinya, mulai dari konsumsi suplemen zat besi, transfusi darah, sampai operasi.
a. Penyebab Anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin. Akibatnya,
sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi secara normal
(hipoksemia).
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:

 Produksi sel darah merah yang kurang.


 Kehilangan darah secara berlebihan.
 Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat.

Berikut ini adalah jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan penyebabnya:
1. Anemia akibat kekurangan zat besi
Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan hemoglobin (Hb). Kondisi
ini bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi dalam makanan, atau karena tubuh tidak
mampu menyerap zat besi, misalnya akibat penyakit celiac.

2. Anemia pada masa kehamilan


Ibu hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah dan hal ini normal. Meskipun
demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil, sehingga dibutuhkan lebih banyak zat
pembentuk hemoglobin, yaitu zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Bila asupan ketiga nutrisi
tersebut kurang, dapat terjadi anemia yang bisa membahayakan ibu hamil maupun janin.

3. Anemia akibat perdarahan


Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara perlahan dalam waktu
lama atau terjadi seketika. Penyebabnya bisa cedera, gangguan menstruasi, wasir, peradangan
pada lambung, kanker usus, atau efek samping obat, seperti obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS). Selain itu, anemia karena perdarahan juga bisa merupakan
gejala cacingan akibat infeksi cacing tambang yang menghisap darah dari dinding usus.

4. Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat tubuh tidak mampu
lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal. Kondisi ini diduga dipicu oleh infeksi,
penyakit autoimun, paparan zat kimia beracun, serta efek samping obat antibiotik dan obat
untuk mengatasi rheumatoid arthritis.

5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat daripada
pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua, atau didapat setelah lahir akibat
kanker darah, infeksi bakteri atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping obat-obatan,
seperti paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.

6. Anemia akibat penyakit kronis


Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel darah merah, terutama bila
berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa di antaranya adalah penyakit Crohn, penyakit
ginjal, kanker, rheumatoid arthritis, dan HIV/AIDS.

7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)


Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada hemoglobin. Akibatnya,
hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak normal, yaitu seperti bulan sabit. Seseorang
bisa terserang anemia sel sabit apabila memiliki kedua orang tua yang sama-sama mengalami
mutasi genetik tersebut.

8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi produksi hemoglobin. Seseorang
dapat menderita thalasemia jika satu atau kedua orang tuanya memiliki kondisi yang sama.
b. Gejala Anemia
Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Penderita anemia bisa
mengalami gejala berupa:

 Lemas dan cepat lelah


 Sakit kepala dan pusing
 Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan
 Kulit terlihat pucat atau kekuningan
 Detak jantung tidak teratur
 Napas pendek
 Nyeri dada
 Dingin di tangan dan kaki

Gejala di atas awalnya sering tidak disadari oleh penderita, namun akan makin terasa seiring
bertambah parahnya kondisi anemia.

c. Diagnosis Anemia
Untuk menentukan apakah pasien menderita anemia, dokter akan melakukan hitung darah
lengkap. Melalui tes darah, dokter juga akan mengukur kadar zat besi, hematokrit, vitamin
B12, dan asam folat dalam darah, serta memeriksa fungsi ginjal. Pemeriksaan tersebut
dilakukan untuk mengetahui penyebab dari anemia.
Selain tes darah, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan lain untuk mencari penyebab
anemia, seperti:

 Endoskopi, guna melihat apakah lambung atau usus mengalami perdarahan.


 USG panggul, guna mengetahui penyebab gangguan menstruasi yang menimbulkan
anemia.
 Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, guna mengetahui kadar, bentuk, serta tingkat
kematangan sel darah dari ‘pabriknya’ langsung.
 Pemeriksaan sampel cairan ketuban saat kehamilan guna mengetahui kemungkinan
janin menderita kelainan genetik yang menyebabkan anemia.

d. Pengobatan Anemia
Metode pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia yang diderita pasien. Perlu
diketahui, pengobatan bagi satu jenis anemia bisa berbahaya bagi anemia jenis yang lain. Oleh
karena itu, dokter tidak akan memulai pengobatan sebelum mengetahui penyebabnya dengan
pasti.
Beberapa contoh pengobatan anemia atau obat kurang darah berdasarkan jenisnya adalah:
 Anemia akibat kekurangan zat besi
Kondisi ini dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen zat besi dan makanan yang
kaya akan zat besi, seperti beras merah, daging, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
Pada kasus yang parah, diperlukan transfusi darah.

 Anemia pada masa kehamilan


Kondisi ini ditangani dengan pemberian suplemen zat besi, vitamin B12 dan asam
folat, yang dosisnya ditentukan oleh dokter.

 Anemia akibat perdarahan
Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila diperlukan, dokter juga
akan memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah.

 Pengobatannya adalah dengan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah, atau transplantasi (cangkok) sumsum tulang bila sumsum tulang pasien tidak
bisa lagi menghasilkan sel darah merah yang sehat.

 Anemia plasma
Pengobatannya dengan menghentikan konsumsi obat yang memicu anemia hemolitik,
mengobati infeksi, mengonsumsi obat-obatan imunosupresan, atau pengangkatan
limpa.

 Anemia akibat penyakit kronis


Kondisi ini diatasi dengan mengobati penyakit yang mendasarinya. Pada kondisi
tertentu, diperlukan transfusi darah dan suntik hormon eritropoietin untuk
meningkatkan produksi sel darah merah.

 Anemia sel sabit


Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi dan asam folat, cangkok sumsum
tulang, dan pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea. Dalam kondisi tertentu, dokter
akan memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik.

 Thalassemia
Dalam menangani thalassemia, dokter dapat melakukan transfusi darah,
pemberian suplemen asam folat, pengangkatan limpa, dan cangkok sumsum tulang.

e. Komplikasi Anemia
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko menyebabkan beberapa komplikasi serius,
seperti:

 Kesulitan melakukan aktivitas akibat kelelahan


 Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia) dan gagal jantung
 Gangguan pada paru-paru, misalnya hipertensi pulmonal
 Komplikasi kehamilan, antara lain melahirkan prematur atau bayi terlahir dengan berat
badan rendah
 Gangguan proses tumbuh kembang jika anemia terjadi pada anak-anak atau bayi
 Rentan terkena infeksi
f. Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan anemia akibat kekurangan
zat besi, dapat dicegah dengan pola makan kaya nutrisi, terutama:

 Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
 Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta makanan
berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
 Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi.

Selain dengan makanan, anemia akibat kekurangan zat besi juga dapat dicegah dengan
mengonsumsi suplemen zat besi secara rutin.
Kadar Hb normal setiap orang berbeda-beda tergantung usia dan jenis kelaminnya. Berikut ini
adalah kisaran nilai Hb normal:

 Laki-laki dewasa: 13 g/dL (gram per desiliter)


 Wanita dewasa: 12 g/dL
 Wanita hamil: 11 g/dL
 Bayi: 11 g/dL
 Anak usia 1–6 tahun: 11,5 g/dL
 Anak dan remaja usia 6–18 tahun: 12 g/d

2. Pre-eklamsi
Preeklamsia adalah kondisi yang terjadi dan akibat dari tekanan darah tinggi yang
tidak terkontrol pada ibu hamil. kondisi preeklamsia pada ibu hamil harus segera ditangani.
jika tidak, kondisi preeklamsia dapat berkembang menjadi eklampsia dan memiliki komplikasi
yang fatal baik bagi ibu maupun bagi janinnya.
 Faktor Risiko Preeklamsia
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seorang ibu hamil alami
preeklamsia, antara lain: 

 Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.


 Hipertensi kronik (riwayat tekanan darah tinggi sebelum usia 20 minggu kehamilan).
 Kehamilan pertama.
 Kehamilan pertama dengan pasangan baru.
 Usia > 40 tahun.
 Ras.
 Obesitas.
 Kehamilan ganda/lebih.
 Jarak yang terlalu lama dari kehamilan sebelumnya (>10 tahun).
 Memiliki kondisi medis tertentu, seperti  diabetes tipe 2, penyakit ginjal, atau lupus.
 Kehamilan yang terjadi dengan bantuan (inseminasi atau bayi tabung).

 Penyebab Preeklamsia

Penyebab dari preeklamsia dapat dihubungkan kepada beberapa faktor. Para ahli mempercayai
bahwa preeklampsia disebabkan oleh plasenta. ibu hamil dengan preeklamsia memiliki
pembuluh darah yang tidak berfungsi dengan normal, akibat bentuknya yang lebih sempit dan
memiliki reaksi terhadap hormon yang berbeda, sehingga menyebabkan aliran darah dapat
masuk ke plasenta menjadi terbatas.

Penyebab dari pembentukan yang abnormal ini antara lain adalah:

 Tidak cukupnya aliran darah menuju rahim.


 Kerusakan pada sel-sel darah.
 Masalah pada sistem imunitas.
 Beberapa gen.

 Gejala Preeklamsia

Preeklampsia dapat muncul dengan gejala maupun tanpa gejala. Tekanan darah tinggi
biasanya muncul secara perlahan-lahan, sehingga ibu hamil biasanya tidak sadar dan tidak
mengetahuinya hingga ia memeriksakan dirinya dalam kontrol rutin antenatal care baik ke
bidan maupun ke dokter. Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada ibu hamil dengan
preeklamsia, antara lain:

 Nyeri kepala.
 Gangguan penglihatan (menjadi buram).
 Nyeri perut kanan atas.
 Mual dan muntah.
 Produksi urin menurun.
 Penurunan jumlah trombosit pada pemeriksaan darah.
 Gangguan fungsi hepar.
 Sesak napas.
 Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah.

 Diagnosis preeklamsia

Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami ibu hamil, serta riwayat kesehatan
ibu hamil dan keluarganya.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk tekanan darah,
denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, pembengkakan pada tungkai, kaki, dan tangan,
serta kondisi kandungan.

Jika tekanan darah ibu hamil lebih dari 140/90 mmhg pada 2 kali pemeriksaan dengan jeda
waktu 4 jam, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut untuk memastikan
diagnosis preeklamsia:

 Tes urine, untuk mengetahui kadar protein dalam urine


 Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, ginjal, dan jumlah trombosit darah
 Ultrasonografi (usg), untuk melihat pertumbuhan janin
 Usg doppler, untuk mengukur efisiensi aliran darah ke plasenta
 Nonstress test (nst) dengan cardiotocography atau ctg, untuk mengukur detak jantung
janin saat bergerak di dalam kandungan

 Pengobatan preeklamsia

Preeklamsia akan teratasi jika janin dilahirkan. Namun ibu hamil yang mengalami
preeklamsia akan diberikan beberapa penanganan berikut untuk mengatasi keluhan dan
mencegah komplikasi:
 Obat-obatan

Sambil tetap menerapkan pola hidup sehat, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan
berikut pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia:

 Obat antihipertensi
obat antihipertensi biasanya diberikan jika tekanan darah ibu hamil sangat tinggi.
Umumnya jika tekanan darah ibu hamil masih berkisar pada 140/90 mmhg, tidak
diperlukan pemberian obat antihipertensi.
 Obat kortikosteroid
obat ini digunakan pada preeklamsia berat atau saat terjadi sindrom hellp. Selain itu,
obat ini dapat mempercepat pematangan paru-paru janin.
 Obat mgso4
pada preeklamsia berat, dokter akan memberikan suntikan mgso4 untuk mencegah
komplikasi, seperti kejang.
 Perawatan di rumah sakit

Bila preeklamsia cukup berat atau semakin parah, ibu hamil akan dirawat agar kondisinya
terpantau. Selama perawatan, dokter akan melakukan pemeriksaan darah, nst, dan usg secara
rutin guna memantau kesehatan ibu hamil dan janin.

 Perawatan setelah melahirkan

Setelah melahirkan, pemantauan tetap perlu dilakukan. Biasanya, pasien perlu menjalani rawat
inap beberapa hari setelah melahirkan. Pasien juga tetap perlu mengonsumsi obat
antihipertensi yang diresepkan oleh dokter dan melakukan kontrol rutin sampai sekitar 6
minggu setelah melahirkan.

 Komplikasi preeklamsia

Jika tidak ditangani, preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi, seperti:

 Eklamsia, yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan
kejang
 Kerusakan organ, seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal hati
 Penyakit jantung
 Gangguan pembekuan darah
 solusio plasenta
 stroke hemoragik
 sindrom hellp

Komplikasi juga bisa menyerang janin. Komplikasi pada janin meliputi:

 Pertumbuhan janin terhambat


 Lahir prematur
 Lahir dengan berat badan rendah
 Neonatal respiratory distress syndrome (nrds)

 Pencegahan preeklamsia

Tidak ada cara khusus untuk mencegah preeklampsia. Namun, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya preeklamsia, yaitu:

 Melakukan kontrol rutin selama kehamilan


 Mengontrol tekanan darah dan gula darah jika memiliki kondisi hipertensi dan diabetes
sebelum kehamilan
 Menerapkan pola hidup sehat, antara lain dengan menjaga berat badan ideal,
mencukupi kebutuhan nutrisi, tidak mengonsumsi makanan yang tinggi garam, rajin
berolahraga, dan tidak merokok
 Mengonsumsi suplemen vitamin atau mineral sesuai saran dokter

3. Hyperemesis gravidum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang muncul secara berlebihan selama
hamil. Mual dan muntah (morning sickness) pada kehamilan trimester awal sebenarnya
normal. Namun pada hiperemesis gravidarum, mual dan muntah dapat terjadi sepanjang
hari dan berisiko menimbulkan dehidrasi.
Tidak hanya dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ibu hamil
mengalami gangguan elektrolit dan berat badan turun. Hiperemesis gravidarum perlu
segera ditangani untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada ibu hamil dan
janin yang dikandungnya.

 Penyebab hiperemesis gravidarum

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun kondisi ini sering kali
dikaitkan dengan tingginya kadar hormon human chorionic gonadotropin (hcg) dalam darah.
Hormon ini dihasilkan oleh ari-ari (plasenta) sejak trimester pertama kehamilan dan kadarnya
terus meningkat sepanjang masa kehamilan.

Ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil lebih berisiko mengalami hiperemesis
gravidarum, yaitu:
 Baru pertama kali mengandung
 Mengandung anak kembar
 Memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum
 Mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya
 Mengalami obesitas
 Mengalami hamil anggur

 Gejala hiperemesis gravidarum

Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil, yang bisa terjadi
hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai mengakibatkan hilangnya nafsu
makan dan penurunan berat badan. Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu
hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi.

Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum juga dapat
mengalami gejala tambahan berupa:

 Sakit kepala
 konstipasi
 Sangat sensitif terhadap bau
 Produksi air liur berlebihan
 inkontinensia urine
 jantung berdebar

Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-6 minggu dan mulai
mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu.

 Diagnosis hiperemesis gravidarum

Dalam mendiagnosis hiperemesis gravidarum, dokter akan menanyakan gejala dan memeriksa
riwayat kesehatan ibu hamil dan keluarga. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk melihat
dampak dari hiperemesis gravidarum, seperti tekanan darah rendah dan denyut jantung cepat.
Dari pemeriksaan fisik tersebut, dokter dapat menentukan apakah muntah yang dialami ibu
hamil masih normal atau sudah berlebihan (hiperemesis gravidarum). Untuk melihat lebih
detail akibat dari hiperemesis gravidarum, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan.

Pemeriksaan lanjutan tersebut dapat dilakukan dengan tes darah dan urine. Tes ini dilakukan
untuk memeriksa tanda-tanda dehidrasi dan gangguan elektrolit yang dapat muncul akibat
terjadi hiperemesis gravidarum. Usg kehamilan juga dilakukan untuk memantau kondisi janin
dan mendeteksi kelainan dalam kandungan.

Selain itu, untuk memastikan gejala mual dan muntah yang dialami ibu hamil bukan
disebabkan oleh suatu penyakit, misalnya penyakit liver, dokter akan melakukan pemeriksaan
lanjutan, misalnya uji fungsi hati

 Pengobatan hiperemesis gravidarum

Berbeda dengan morning sickness yang penanganannya dapat dilakukan di rumah, penderita


hiperemesis gravidarum perlu menjalani perawatan di rumah sakit. Pengobatan yang diberikan
ditentukan berdasarkan tingkat keparahan gejala dan kondisi kesehatan ibu hamil secara
keseluruhan.

Pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk menghentikan mual dan muntah, mengganti cairan
dan elektrolit yang hilang akibat muntah berlebihan, memenuhi kebutuhan nutrisi, serta
mengembalikan nafsu makan.

Beberapa obat yang dapat dokter diberikan adalah:

 Obat antimual, seperti promethazine.


 Vitamin b1 atau tiamin.
 Pyridoxine atau vitamin b6.
 Suplemen vitamin dan nutrisi.

Jika hiperemesis gravidarum menyebabkan ibu hamil tidak mampu menelan cairan atau
makanan sama sekali, obat dan nutrisi akan diberikan melalui infus. Selain melalui infus, ibu
hamil juga dapat menerima asupan makanan melalui selang makan.
 Komplikasi hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum dapat membahayakan kondisi ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Mual dan muntah yang berlebihan akan menyebabkan ibu hamil kehilangan
banyak cairan, sehingga berisiko mengalami dehidrasi dan gangguan elektrolit.

Jika dibiarkan tanpa penanganan, kedua kondisi ini dapat menimbulkan deep vein
thrombosis (trombosis vena dalam) pada ibu hamil. Beberapa komplikasi lain yang dapat
terjadi adalah:

 malnutrisi.
 Gangguan fungsi hati dan ginjal.
 sindrom mallory-weiss, yaitu terjadinya robekan pada dinding dalam kerongkongan
(esofagus)
 muntah darah, yang disebabkan oleh perdarahan dari robekan di kerongkongan.
 Cemas dan depresi.

Pencegahan hiperemesis gravidarum

 Langkah pencegahan hiperemesis gravidarum belum diketahui. Meski begitu, ada


beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meredakan morning sickness sehingga tidak
berkembang menjadi hiperemesis gravidarum, yaitu:

 Memperbanyak istirahat untuk meredakan stres dan menghilangkan rasa lelah.


 Mengonsumsi makanan tinggi protein, rendah lemak, dan bertekstur halus agar mudah
ditelan dan dicerna.
 Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil, namun sering. Hindari makanan berminyak,
pedas, atau berbau tajam yang dapat memicu rasa mual.
 Memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi, dan mengonsumsi
minuman yang mengandung jahe untuk meredakan mual dan menghangatkan tubuh.
 Mengonsumsi suplemen kehamilan untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan zat besi
selama hamil.
 Menggunakan aromaterapi untuk mengurangi mual di pagi hari.
Menjaga kesehatan kehamilan selama trimester pertama juga penting dilakukan untuk
mencegah hiperemesis gravidarum. Salah satunya adalah dengan melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin.

Pemeriksaan kehamilan umumnya dilakukan sejak usia kehamilan 4 minggu, untuk memantau
perkembangan janin dan mendeteksi secara dini kelainan yang mungkin dialami oleh janin.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang wanitasebagai calon ibu, karena
pada masa kehamilan akan terjadi perubahanfisikyang mepengaruhi kehidupannya. Pola
makan dan gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahimibu. Dari ibu yang sehat dan dengan bayi yang dikandung juga sehat adalah keindahan
dan kenyamanan tersendiri untuk banyak orang terutama untuk sang ibu. Salah satu
pemeliharaan adalah dengan memperhatikan kecukupan makanan, gizi atau hal yang sangat
diperlukan oleh sang ibu karena kebanyakan kualitas atau mutu anak dalam kandungan ibu
ditentukan oleh mutu makanan yang dikonsumsi. Maka dari itu alangkah baiknya jika
kebutuhan gizi lebih diperhatikan demi bayi dan ibu yang sehat (Irianto, 2014). Masa
kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualita sumber daya manusia masa
depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan kondisinya dimasa janin dalam
kandungan. Karena ibu hamil memerlukan angka kecukupan gizi (AKG) yang lebih tinggi
dibandingkan wanita yang sedang tidak hamil. Ibu hamil harus memiliki pola hidup yang
sehat. Seperti makan makanan yang bergizi, cukup olahraga, istirahat, sertamenghindari
alkohol dan tidak merokok.

B. Saran
Diharapkan kepada ibu hamil untuk lebih memperhatikan asupan gizi selama hamil dengan
mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan zat gizi lain yang membantu
pembentukkan sel darah merah. Selain itu, diharapkan pula agar ibu hamil secara rutin
memeriksa kehamilan di pelayanan kesehatan dan mengonsumsi tablet Fe.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com

https://www.alodokter.com

https://www.alodokter.com

Anda mungkin juga menyukai