DISUSUN OLEH:
NIM: PO5303203211119
TINGKAT: 1A
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.Makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh mata
kuliah Gizi dan diet.
Saya berharap,dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,dalam
hal ini dapat menamba wawasan mengenai pembentuk dan mengenai sikap,khususnya bagi
penulis. Memang makalah ini masih jauh dari kata sempurna,maka penulis mengharapkan
kritik dan saran bagi pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Waingapu,23 Maret
2022
Penulis
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………………………….
A.Latar belakang……………………………………………………………………………
B.Rumusan masalah………………………………………………………………………...
C. Tujuan…………………………………………………………………………………….
1.Anemia……………………………………………………………………………………
2.Pre-eklamsi……………………………………………………………………………….
3.Hyperemesis gravidarum………………………………………………………………….
Kesimpulan…………………………………………………………………………………...
Saran……………………………………………………………………………………...…..
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang wanitasebagai calon ibu, karena
pada masa kehamilan akan terjadi perubahanfisikyang mepengaruhi kehidupannya. Pola
makan dan gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahimibu. Dari ibuyang sehat dan dengan bayi yang dikandung juga sehat adalah
keindahandankenyamanan tersendiri untuk banyak orang terutama untuk sang ibu. Salahsatu
pemeliharaan adalah dengan memperhatikan kecukupan makanan, gizi atau hal yang sangat
diperlukan oleh sang ibu karena kebanyakan kualitasatau mutu anak dalam kandungan ibu
ditentukan oleh mutu makananyangdikonsumsi. Maka dari itu alangkah baiknya jika
kebutuhan gizi lebihdiperhatikan demi bayi dan ibu yang sehat (Irianto, 2014). Kebutuhan
nutrisi akan meningkat selama hamil. Selama hamil, calonibumemerlukan lebih banyak zat-
zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk
dirinya dan janin yangdikandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap
menyerappersediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak,
rambut rontok dan lain-lain (Marmi, 2013). Masa kehamilan merupakan masa yang sangat
menentukan kualitassumber daya manusia masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat
ditentukan kondisinya dimasa janin dalam kandungan. Karena ibu hamil memerlukan angka
kecukupan gizi (AKG) yang lebih tinggi dibandingkanwanita yang sedang tidak hamil. Ibu
hamil harus memiliki pola hidupyangsehat. Seperti makan makanan yang bergizi, cukup
olahraga, istirahat, sertamenghindari alkohol dan tidak merokok. Dengan haarapan janin dapat
berkembang dengan sehat dan selamat. Namun ada masalah yang seringdijumpai pada masa
kehamilan yang salah yaitu anemia gizi besi danKEK(Waryana, 2010).
B. Rumusan masalah
Untuk memudahkan pembahasanmya maka akan dibahas sub masalah sesuai dengan latar
belakang diatas diyakni sebagai berikut:
1. Anemia
2.Pre-eklamsi
3.Hyperemesis gravidarum
C.Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
PEMBAHASAN
1. Anemia
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang
sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak
mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, dengan tingkat keparahan yang
bisa ringan sampai berat. Anemia merupakan gangguan darah atau kelainan hematologi yang
terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen)
berada di bawah normal.
Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di bawah 14 gram per
desiliter untuk laki-laki, dan di bawah 12 gram per desiliter untuk wanita. Apabila kadar
hemoglobin di bawah 8 gram per desiliter, anemia sudah tergolong berat dan disebut
dengan anemia gravis. Untuk mengatasi anemia tergantung kepada penyebab yang
mendasarinya, mulai dari konsumsi suplemen zat besi, transfusi darah, sampai operasi.
a. Penyebab Anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin. Akibatnya,
sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi secara normal
(hipoksemia).
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:
Berikut ini adalah jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan penyebabnya:
1. Anemia akibat kekurangan zat besi
Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan hemoglobin (Hb). Kondisi
ini bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi dalam makanan, atau karena tubuh tidak
mampu menyerap zat besi, misalnya akibat penyakit celiac.
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat tubuh tidak mampu
lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal. Kondisi ini diduga dipicu oleh infeksi,
penyakit autoimun, paparan zat kimia beracun, serta efek samping obat antibiotik dan obat
untuk mengatasi rheumatoid arthritis.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat daripada
pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua, atau didapat setelah lahir akibat
kanker darah, infeksi bakteri atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping obat-obatan,
seperti paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.
8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi produksi hemoglobin. Seseorang
dapat menderita thalasemia jika satu atau kedua orang tuanya memiliki kondisi yang sama.
b. Gejala Anemia
Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Penderita anemia bisa
mengalami gejala berupa:
Gejala di atas awalnya sering tidak disadari oleh penderita, namun akan makin terasa seiring
bertambah parahnya kondisi anemia.
c. Diagnosis Anemia
Untuk menentukan apakah pasien menderita anemia, dokter akan melakukan hitung darah
lengkap. Melalui tes darah, dokter juga akan mengukur kadar zat besi, hematokrit, vitamin
B12, dan asam folat dalam darah, serta memeriksa fungsi ginjal. Pemeriksaan tersebut
dilakukan untuk mengetahui penyebab dari anemia.
Selain tes darah, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan lain untuk mencari penyebab
anemia, seperti:
d. Pengobatan Anemia
Metode pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia yang diderita pasien. Perlu
diketahui, pengobatan bagi satu jenis anemia bisa berbahaya bagi anemia jenis yang lain. Oleh
karena itu, dokter tidak akan memulai pengobatan sebelum mengetahui penyebabnya dengan
pasti.
Beberapa contoh pengobatan anemia atau obat kurang darah berdasarkan jenisnya adalah:
Anemia akibat kekurangan zat besi
Kondisi ini dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen zat besi dan makanan yang
kaya akan zat besi, seperti beras merah, daging, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
Pada kasus yang parah, diperlukan transfusi darah.
Anemia akibat perdarahan
Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila diperlukan, dokter juga
akan memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah.
Pengobatannya adalah dengan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah, atau transplantasi (cangkok) sumsum tulang bila sumsum tulang pasien tidak
bisa lagi menghasilkan sel darah merah yang sehat.
Anemia plasma
Pengobatannya dengan menghentikan konsumsi obat yang memicu anemia hemolitik,
mengobati infeksi, mengonsumsi obat-obatan imunosupresan, atau pengangkatan
limpa.
Thalassemia
Dalam menangani thalassemia, dokter dapat melakukan transfusi darah,
pemberian suplemen asam folat, pengangkatan limpa, dan cangkok sumsum tulang.
e. Komplikasi Anemia
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko menyebabkan beberapa komplikasi serius,
seperti:
Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta makanan
berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi.
Selain dengan makanan, anemia akibat kekurangan zat besi juga dapat dicegah dengan
mengonsumsi suplemen zat besi secara rutin.
Kadar Hb normal setiap orang berbeda-beda tergantung usia dan jenis kelaminnya. Berikut ini
adalah kisaran nilai Hb normal:
2. Pre-eklamsi
Preeklamsia adalah kondisi yang terjadi dan akibat dari tekanan darah tinggi yang
tidak terkontrol pada ibu hamil. kondisi preeklamsia pada ibu hamil harus segera ditangani.
jika tidak, kondisi preeklamsia dapat berkembang menjadi eklampsia dan memiliki komplikasi
yang fatal baik bagi ibu maupun bagi janinnya.
Faktor Risiko Preeklamsia
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seorang ibu hamil alami
preeklamsia, antara lain:
Penyebab Preeklamsia
Penyebab dari preeklamsia dapat dihubungkan kepada beberapa faktor. Para ahli mempercayai
bahwa preeklampsia disebabkan oleh plasenta. ibu hamil dengan preeklamsia memiliki
pembuluh darah yang tidak berfungsi dengan normal, akibat bentuknya yang lebih sempit dan
memiliki reaksi terhadap hormon yang berbeda, sehingga menyebabkan aliran darah dapat
masuk ke plasenta menjadi terbatas.
Gejala Preeklamsia
Preeklampsia dapat muncul dengan gejala maupun tanpa gejala. Tekanan darah tinggi
biasanya muncul secara perlahan-lahan, sehingga ibu hamil biasanya tidak sadar dan tidak
mengetahuinya hingga ia memeriksakan dirinya dalam kontrol rutin antenatal care baik ke
bidan maupun ke dokter. Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada ibu hamil dengan
preeklamsia, antara lain:
Nyeri kepala.
Gangguan penglihatan (menjadi buram).
Nyeri perut kanan atas.
Mual dan muntah.
Produksi urin menurun.
Penurunan jumlah trombosit pada pemeriksaan darah.
Gangguan fungsi hepar.
Sesak napas.
Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah.
Diagnosis preeklamsia
Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami ibu hamil, serta riwayat kesehatan
ibu hamil dan keluarganya.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk tekanan darah,
denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, pembengkakan pada tungkai, kaki, dan tangan,
serta kondisi kandungan.
Jika tekanan darah ibu hamil lebih dari 140/90 mmhg pada 2 kali pemeriksaan dengan jeda
waktu 4 jam, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut untuk memastikan
diagnosis preeklamsia:
Pengobatan preeklamsia
Preeklamsia akan teratasi jika janin dilahirkan. Namun ibu hamil yang mengalami
preeklamsia akan diberikan beberapa penanganan berikut untuk mengatasi keluhan dan
mencegah komplikasi:
Obat-obatan
Sambil tetap menerapkan pola hidup sehat, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan
berikut pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia:
Obat antihipertensi
obat antihipertensi biasanya diberikan jika tekanan darah ibu hamil sangat tinggi.
Umumnya jika tekanan darah ibu hamil masih berkisar pada 140/90 mmhg, tidak
diperlukan pemberian obat antihipertensi.
Obat kortikosteroid
obat ini digunakan pada preeklamsia berat atau saat terjadi sindrom hellp. Selain itu,
obat ini dapat mempercepat pematangan paru-paru janin.
Obat mgso4
pada preeklamsia berat, dokter akan memberikan suntikan mgso4 untuk mencegah
komplikasi, seperti kejang.
Perawatan di rumah sakit
Bila preeklamsia cukup berat atau semakin parah, ibu hamil akan dirawat agar kondisinya
terpantau. Selama perawatan, dokter akan melakukan pemeriksaan darah, nst, dan usg secara
rutin guna memantau kesehatan ibu hamil dan janin.
Setelah melahirkan, pemantauan tetap perlu dilakukan. Biasanya, pasien perlu menjalani rawat
inap beberapa hari setelah melahirkan. Pasien juga tetap perlu mengonsumsi obat
antihipertensi yang diresepkan oleh dokter dan melakukan kontrol rutin sampai sekitar 6
minggu setelah melahirkan.
Komplikasi preeklamsia
Eklamsia, yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan
kejang
Kerusakan organ, seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal hati
Penyakit jantung
Gangguan pembekuan darah
solusio plasenta
stroke hemoragik
sindrom hellp
Pencegahan preeklamsia
Tidak ada cara khusus untuk mencegah preeklampsia. Namun, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya preeklamsia, yaitu:
3. Hyperemesis gravidum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang muncul secara berlebihan selama
hamil. Mual dan muntah (morning sickness) pada kehamilan trimester awal sebenarnya
normal. Namun pada hiperemesis gravidarum, mual dan muntah dapat terjadi sepanjang
hari dan berisiko menimbulkan dehidrasi.
Tidak hanya dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ibu hamil
mengalami gangguan elektrolit dan berat badan turun. Hiperemesis gravidarum perlu
segera ditangani untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada ibu hamil dan
janin yang dikandungnya.
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun kondisi ini sering kali
dikaitkan dengan tingginya kadar hormon human chorionic gonadotropin (hcg) dalam darah.
Hormon ini dihasilkan oleh ari-ari (plasenta) sejak trimester pertama kehamilan dan kadarnya
terus meningkat sepanjang masa kehamilan.
Ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil lebih berisiko mengalami hiperemesis
gravidarum, yaitu:
Baru pertama kali mengandung
Mengandung anak kembar
Memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum
Mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya
Mengalami obesitas
Mengalami hamil anggur
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil, yang bisa terjadi
hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai mengakibatkan hilangnya nafsu
makan dan penurunan berat badan. Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu
hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi.
Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum juga dapat
mengalami gejala tambahan berupa:
Sakit kepala
konstipasi
Sangat sensitif terhadap bau
Produksi air liur berlebihan
inkontinensia urine
jantung berdebar
Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-6 minggu dan mulai
mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu.
Dalam mendiagnosis hiperemesis gravidarum, dokter akan menanyakan gejala dan memeriksa
riwayat kesehatan ibu hamil dan keluarga. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk melihat
dampak dari hiperemesis gravidarum, seperti tekanan darah rendah dan denyut jantung cepat.
Dari pemeriksaan fisik tersebut, dokter dapat menentukan apakah muntah yang dialami ibu
hamil masih normal atau sudah berlebihan (hiperemesis gravidarum). Untuk melihat lebih
detail akibat dari hiperemesis gravidarum, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan.
Pemeriksaan lanjutan tersebut dapat dilakukan dengan tes darah dan urine. Tes ini dilakukan
untuk memeriksa tanda-tanda dehidrasi dan gangguan elektrolit yang dapat muncul akibat
terjadi hiperemesis gravidarum. Usg kehamilan juga dilakukan untuk memantau kondisi janin
dan mendeteksi kelainan dalam kandungan.
Selain itu, untuk memastikan gejala mual dan muntah yang dialami ibu hamil bukan
disebabkan oleh suatu penyakit, misalnya penyakit liver, dokter akan melakukan pemeriksaan
lanjutan, misalnya uji fungsi hati
Pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk menghentikan mual dan muntah, mengganti cairan
dan elektrolit yang hilang akibat muntah berlebihan, memenuhi kebutuhan nutrisi, serta
mengembalikan nafsu makan.
Jika hiperemesis gravidarum menyebabkan ibu hamil tidak mampu menelan cairan atau
makanan sama sekali, obat dan nutrisi akan diberikan melalui infus. Selain melalui infus, ibu
hamil juga dapat menerima asupan makanan melalui selang makan.
Komplikasi hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum dapat membahayakan kondisi ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Mual dan muntah yang berlebihan akan menyebabkan ibu hamil kehilangan
banyak cairan, sehingga berisiko mengalami dehidrasi dan gangguan elektrolit.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, kedua kondisi ini dapat menimbulkan deep vein
thrombosis (trombosis vena dalam) pada ibu hamil. Beberapa komplikasi lain yang dapat
terjadi adalah:
malnutrisi.
Gangguan fungsi hati dan ginjal.
sindrom mallory-weiss, yaitu terjadinya robekan pada dinding dalam kerongkongan
(esofagus)
muntah darah, yang disebabkan oleh perdarahan dari robekan di kerongkongan.
Cemas dan depresi.
Pemeriksaan kehamilan umumnya dilakukan sejak usia kehamilan 4 minggu, untuk memantau
perkembangan janin dan mendeteksi secara dini kelainan yang mungkin dialami oleh janin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang wanitasebagai calon ibu, karena
pada masa kehamilan akan terjadi perubahanfisikyang mepengaruhi kehidupannya. Pola
makan dan gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahimibu. Dari ibu yang sehat dan dengan bayi yang dikandung juga sehat adalah keindahan
dan kenyamanan tersendiri untuk banyak orang terutama untuk sang ibu. Salah satu
pemeliharaan adalah dengan memperhatikan kecukupan makanan, gizi atau hal yang sangat
diperlukan oleh sang ibu karena kebanyakan kualitas atau mutu anak dalam kandungan ibu
ditentukan oleh mutu makanan yang dikonsumsi. Maka dari itu alangkah baiknya jika
kebutuhan gizi lebih diperhatikan demi bayi dan ibu yang sehat (Irianto, 2014). Masa
kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualita sumber daya manusia masa
depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan kondisinya dimasa janin dalam
kandungan. Karena ibu hamil memerlukan angka kecukupan gizi (AKG) yang lebih tinggi
dibandingkan wanita yang sedang tidak hamil. Ibu hamil harus memiliki pola hidup yang
sehat. Seperti makan makanan yang bergizi, cukup olahraga, istirahat, sertamenghindari
alkohol dan tidak merokok.
B. Saran
Diharapkan kepada ibu hamil untuk lebih memperhatikan asupan gizi selama hamil dengan
mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan zat gizi lain yang membantu
pembentukkan sel darah merah. Selain itu, diharapkan pula agar ibu hamil secara rutin
memeriksa kehamilan di pelayanan kesehatan dan mengonsumsi tablet Fe.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com
https://www.alodokter.com
https://www.alodokter.com